Evaluasi Fermentasi Hijauan Komplit Berbasis Indigofera zollingeriana dan Sorghum bicolor dengan Perbedaan Proporsi Torbangun (Coleus amboinicus lour) secara In Vitro

1

EVALUASI FERMENTASI HIJAUAN KOMPLIT BERBASIS Indigofera
zollingeriana DAN Sorghum bicolor DENGAN PERBEDAAN PROPORSI
TORBANGUN (Coleus amboinicus lour) SECARA IN VITRO

HENI APRIYANI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Fermentasi
Hijauan Komplit Berbasis Indigofera zollingeriana dan Sorghum bicolor dengan
Perbedaan Proporsi Torbangun (Coleus amboinicus lour) Secara In Vitro adalah

benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014
Heni Apriyani
NIM D24090149

ABSTRAK
HENI APRIYANI. Evaluasi Fermentasi Hijauan Komplit Berbasis Indigofera
zollingeriana dan Sorghum bicolor dengan Perbedaan Proporsi Torbangun
(Coleus amboinicus lour) Secara In Vitro. Dibimbing oleh PANCA DEWI
MANUHARA KARTI dan DEWI APRI ASTUTI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi fermentasi formula Indigofera
zollingeriana dan Sorghum bicolor pada perbedaan proporsi Torbangun (Coleus
amboinicus lour) sebagai kajian in vitro. Rancangan percobaan yang digunakan

adalah rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan.
Perlakuan pertama (P0) terdiri dari pakan komplit dengan rasio Indigofera
zollingeriana dan Sorghum bicolor 40:60, perlakuan kedua dan ketiga adalah P1
dan P2 berturut-turut terdiri atas perlakuan P0 dengan 2.5% dan 5% suplementasi
daun Torbangun. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah total gas dan
gas metana dengan menggunakan metode gas test, lalu parameter kecernaan
KCBK dan KCBO dengan metode Tilley and Terry, NH3 dengan metode
mikrodifusi Conway, dan VFA dengan metode destilasi uap. Hasil menunjukkan
jika suplementasi daun Torbangun dengan taraf 2.5 dan 5% tidak berpengaruh
nyata (P>0.05) terhadap keseluruhan parameter yang diukur dalam penelitian ini.
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa suplementasi daun Torbangun hingga taraf
5% memiliki aktivitas pola fermentasi yang sama dalam rumen secara in vitro.
Kata kunci : fermentasi, Indigofera zollingeriana, kecernaan, Sorghum bicolor,
torbangun

ABSTRACT
HENI APRIYANI. Evaluation of Fermentation Complete Forages Feed Based on
Indigofera and Sorghum bicolor at Diferent Proportion of Torbangun (Coleus
amboinicus lour ) as In Vitro Study. Supervised by PANCA DEWI MANUHARA
KARTI and DEWI APRI ASTUTI.

This research was aimed to evaluate the fermentation of formulation
Indigofera zollingeriana and Sorghum bicolor at different proportion of
Torbangun leaves (Coleus amboinicus lour) as in vitro study. Experimental design
of this research was randomized block design with three levels and three
replicates. The first treatment (P0) contained complete feed with Indigofera
zollingeriana and Sorghum bicolor ration 40:60, the second and third treatment
were complete feed (P0) plus 2.5% (P1) and 5% (P2) of Torbangun leaves
supplementation. Parameters measured of this research were total gas and
methane by using gas test methode, DMD and OMD by using Tilley and Terry
digestable methode, amonia by microdifution conway, and VFA by steam
destilation methode. The result showed that supplementation did not affect
(P>0.05) to all the parameters in this study. It was concluded that Torbangun
leaves supplementation up to 5% have same pattern fermentation activity in the
rumen as in vitro.
Keyword : digestable feed, formentation, Indigofera zollingeriana, Sorghum
bicolor, torbangun

EVALUASI FERMENTASI HIJAUAN KOMPLIT BERBASIS Indigofera
zollingeriana DAN Sorghum bicolor DENGAN PERBEDAAN PROPORSI
TORBANGUN (Coleus amboinicus lour) SECARA IN VITRO


HENI APRIYANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Evaluasi Fermentasi Hijauan Komplit Berbasis Indigofera
zollingeriana dan Sorghum bicolor dengan Perbedaan Proporsi
Torbangun (Coleus amboinicus lour) secara In Vitro
Nama
: Heni Apriyani

NIM
: D24090149

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MS
Pembimbing I

Prof Dr Ir Dewi A Astuti, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi:


Nama
NIM

Evaluasi Fermentasi Hijauan Komplit Berbasis Indigofera
zollingeriana dan Sorghum bieolor 、セョァ。@
Perbedaan Proporsi
Torbangun (Coleus amboinieus lour) secaniIn' Vitro
Heni Apriyani
D24090149

Disetujui oleh



Prof Dr Ir Pa ca Dewi MHK, MS
Pembimbing I

GェI[ZセviイU

Tanggal lオャウ[N


セ@

4

jセn@

セ@

/,'1

。ョ」@

セ@

Prof Dr Ir Dewi A Astuti, MS
Pembimbing II

L


Dewi MHK, MS
Ketua Departemen

20" 4

3

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Evaluasi Fermentasi Hijauan Komplit Berbasis Indigofera zollingeriana
dan Sorghum bicolor dengan Perbedaan Proporsi Torbangun (Coleus amboinicus
lour) secara In Vitro”.
Indigofera zollingeriana dan Sorghum bicolor memiliki potensi yang
sangat baik sebagai sumber protein dan energi dalam pembuatan formulasi pakan
berbasis hijauan dengan proporsi tertentu. Suplementasi daun Torbangun juga
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pakan komplit tersebut dengan
kandungan zat laktogague yang dapat menstimulir produksi kelenjar air susu pada
ternak perah. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakuan pengujian dan pengamatan
sistematik untuk mengetahui penggunaan optimal pakan komplit berbasis hijauan

ini dalam meningkatkan kualitas nutrisi ternak sebagai pakan komplit pengganti
konsentrat.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh
gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2014

Heni Apriyani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
METODE PENELITIAN
2

Bahan
2
Alat
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Prosedur Percobaan
2
Persiapan Bahan
2
Formulasi Ransum
3
Peubah yang Diamati
3
Komposisi Kimia Pakan
3
Produksi Gas
4
Koefisien Cerna Bahan Kering dan Organik
4

Konsentrasi Total VFA
5
Konsentrasi NH3
5
Gas Metana
5
Rancangan dan Analisis Data
6
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Nutrien
6
Pengaruh Fraksi Serat
7
8
Produksi Gas
Koefisien Cerna Bahan Kering dan Organik
9
Konsentrasi NH3
10
Konsentrasi Total VFA
10
Gas Metana
11
SIMPULAN DAN SARAN
12
Simpulan
12
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
16
RIWAYAT HIDUP
19
UCAPAN TERIMA KASIH
19

DAFTAR TABEL
1
2

Formulasi ransum dan komposisi nutrien berdasarkan perlakuan
Hasil pengukuran produksi gas, KCBK, KCBO, NH3, total VFA, dan
CH4.

3
8

DAFTAR GAMBAR
1
2

Laju produksi gas selama 24 jam inkubasi dengan taraf daun
Torbangun 0, 2.5, dan 5%
Pengaruh taraf suplementasi daun torbangun terhadap konsentrasi
total VFA dan NH3.

9
11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Hasil sidik ragam (ANOVA) produksi gas
Hasil sidik ragam (ANOVA) KCBK
Hasil sidik ragam (ANOVA) KCBO
Hasil sidik ragam (ANOVA) VFA
Hasil sidik ragam (ANOVA) NH3
Hasil sidik ragam (ANOVA) gas metana
Gambar dan dokumentasi penelitian

16
16
16
17
17
17
18

PENDAHULUAN
Hijaun komplit merupakan pakan berbasis hijauan dan memiliki nutrisi
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak. Indonesia sebagai Negara tropis
memili potensi sumber daya hijauan yang melimpah dan berkualitas baik sehingga
dapat dimanfaatkan dalam pembuatan hijauan komplit. Hijauan juga merupakan
sumber asetat yang baik bagi ternak perah yang impliaktif terhadap peningkatan
kualitas susu. Suplementasi hijauan yang memiliki kemampuan untuk
menstimulasi produksi air susu pada induk laktasi juga dapat diterapkan dengan
harapan dapat menghasilkan performa ternak perah yang baik.
Kombinasi Indigofera zollingeriana dan Sorghum bicolor dengan
suplementasi daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) merupakan salah satu
cara dalam memanfaatkan hijauan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak
perah. Kualitas pakan sangat mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan oleh
ternak sehingga diperlukan bahan pakan yang memiliki nilai nutrisi yang
setidaknya dapat menyamai konsentrat. Masing-masing hijauan yang digunakan
memiliki keunggulan yang dapat memperbaiki kualitas nutrisi dalam pakan.
Indigofera zollingeriana merupakan leguminosa yang memiliki kandungan
protein cukup tinggi, yaitu 27.47% (Akbarillah et al. 2002). Leguminosa juga
dikenal sebagai hijauan yang memiliki kadar tanin yang berguna untuk
menurunkan emisi gas metana sebagai hasil fermentasi (Jayanegara et al. 2009).
Produktivitas Indigofera zollingeriana memiliki potensi sekitar 31.25 ton bahan
kering ha-1 tahun-1 (Tarigan 2009), hal ini dapat mendukung ketersedian hijauan
tersebut. Pemotongan terbaik pada tanaman Indigofera adalah ketika berumur 88
hari yang menghasilkan total bahan kering 5.41 kg ha-1 panen-1 dengan kadar
ptotein kasar 20.47% dibandingkan dengan pemotongan pada 38 dan 68 hari
(Abdullah and Suharlina 2010).
Tanaman Sorghum merupakan sumber serat yang memiliki produktivitas
hingga 1.8 ton h-1 panen-1 (Sirappa 2003). Sorghum bicolor juga merupakan jenis
tanaman serealia yang memiliki nilai karbohidrat tinggi, yaitu sekitar 73g 100g-1
(Direktorat Jenderal Perkebunan 1996). Torbangun memiliki kandungan senyawa
laktogague yang bermanfaat dalam menstimulasi produksi air susu pada induk
laktasi (Lawrence et al. 2005) yang dapat disuplementasikan kedalam ransum
dengan proporsi tertentu. Potensi umur potong tanaman torbangun yang terbaik
adalah dengan pemotongan 60 hari yang juga berpengaruh terhadap produktivitas
torbangun per tahun yaitu 34.1 g bahan kering per tanaman, sedangkan protein
kasar yang tertinggi yaitu berkisar 12.31 sampai 15.59% dibandingkan dengan
umur potong 50, 40, dan 30 hari (Sajimin et al. 2011).
Layak tidaknya suatu pakan untuk diujikan kepada ternak adalah
dengan melihat hasil fermentasinya secara in vitro. Terdapat beberapa parameter
yang dapat dievaluasi seperti kecernaan, VFA, NH3, total gas dan gas metana.
Moss et al. (2000) melaporkan bahwa, jika konsentrasi VFA berhubungan dengan
kandungan gas metana dikarenakan koefisien yang dimiliki oleh beberapa VFA
seperti asetat, propionat dan butirat dapat digunakan untuk prakiraan perhitungan
kandungan gas metana. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh
ransum yang terdiri dari Indigofera dan Sorghum bicolor dengan perbedaan
proporsi Torbangun (Coleus amboinicus lour) yang berbeda sebagai ransum

2

kambing laktasi terhadap pola fermentasinya secara in vitro. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumber informasi mengenai
penggunaan taraf optimal penggunaan Indigofera zollingeriana, Sorghum bicolor
dan Torbangun (Coleus amboinicus lour) sebagai ransum untuk menyediakan
pakan alternatif dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan ternak.

METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman Indigofera
(Indigofera zollingeriana) dan Torbangun (Coleus amboinicus lour) yang
diperoleh dari kebun Agostologi Fakultas Peternakan IPB, serta tanaman Sorghum
(Sorghum bicolor) yang diperoleh dari kebun Sorghum Cikabayan IPB. Uji in
vitro menggunakan cairan rumen kambing, larutan buffer, reagen makro dan
mikro dalam pengujian gas test, larutan pepsin, NaOH, HCl, H2SO4 dan aquades

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin giling, timbangan,
oven, tanur, Shaker water bath, syringe dan piston, labu erlenmeyer, cawan
conway, tabung plain (vacum), buret, FOSS KjeltecTM 8400 Analyzer Unit, FOSS
FibertecTM 2010, FOSS SoxtecTM, Gas Chromatogaphy, Spectrofotometer,tabung
berventilasi, alat destilasi, buret, statif dan magnetic stirer

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Agostologi dan Laboratorium Ilmu
Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Mikrobiologi Terapan, Pusat
Penelitian Bioteknologi LIPI, Laboratorium Rekayasa Produk Kimia dan Bahan
Alam (RPKA) Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai Agustus 2013.

Prosedur Percobaan
Persiapan Bahan
Bahan didapatkan dari laboratorium lapang Agrostologi. Sebanyak 112 kg
bahan tanaman Sorghum dengan umur 80 hari, 30 kg Indigofera dengan umur 90
hari, dan 2 kg Torbangun 60 hari. Seluruh bahan segar yang telah dikumpulkan,
kemudian dikeringkan dengan cara dijemur selama 3 hari, lalu dikeringkan
kedalam oven 60oC selama 2 hari hingga bobotnya stabil. Bahan digiling
kemudian diayak dengan menggunakan screen berukuran 0.2 mm dan diambil

3

untuk analisis proksimat. Hasil data analisis proksimat digunakan untuk membuat
formula ransum yang selanjutnya akan diuji secara In vitro.
Formulasi Ransum
Bahan–bahan yang telah dipersiapkan dan dianalisis kandungan nutrisinya
kemudian diformulasikan menggunakan software MS. excel dengan mengacu
kapda standar kebutuhan nutrisi kambing perah laktasi menurut NRC (2005).
Bobot badan (BB) kambing 40 kg dengan kebutuhan nutrien; TDN 66.42%,
Protein Kasar 14.57%, Ca 0.43%, dan P 0.36%. Data formulasi ransum setiap
perlakuan dan komposisi nutrien ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Formulasi ransum isoprotein dan komposisi nutrien berdasarkan
perlakuan
P0
Torbangun
Indigofera zollingeriana
Shorgum bicolor
DCP
Total
Bahan Kering
Abu
Protein Kasar
Serat Kasar
NDF
ADF
Hemiselulosa
Selulosa
Lignin
Lemak Kasar
Beta-N
TDN
Ca*
P*

P1
P2
Bahan (%)
0
2.50
5
40
40
40
59.50
57
54.50
0.50
0.50
0.50
100
100
100
Komposisi nutrien (%) dalam % BK
89.24
88.77
84.62
7.11
7.41
6.73
19.79
19.56
20.62
25.32
25.20
26.93
44.22
45.24
47.10
32.14
33.59
33.23
12.70
11.64
13.86
7.23
8.73
7.55
24.40
23.59
26.03
1.33
1.11
1.60
45.68
45.84
42.88
63.36
62.67
63.49
1.29
1.37
1.89
0.26
0.42
0.50

P0 : ransum kontrol tanpa suplementasi daun torbangun; P1 : kontrol + 2.5% suplementasi daun
Torbangun; P2 : kontrol + 5% suplementasi daun Torbangun. Komposisi nutrien adalah hasil
analisis laboratorium mikrobiologi terapan pusat penelitian bioteknologi LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia); *) Hasil analisis laboratorium nutrisi ternak perah Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor; TDN dihitung dengan rumus TDN = 37.937 – 1.018(SK) 4.886(LK) +
0,173(Beta-N) + 1.042(PK) + 0.015(SK2) – 0.058(LK2) + 0.008(SK)(Beta-N) + 0.119(LK)(BetaN) + 0.038(LK)(PK) + 0.039(LK2)(PK) (Hartadi et al. 1980)

Peubah yang Diamati
Komposisi Kimia Pakan
Kandungan nutrien yang diamati adalah kadar air dengan pemanasan pada
oven 105oC dan kadar abu dengan pemanasan 500oC (AOAC 2007), protein
kasar (PK) dengan metode Kjheldal (AOAC 2007), lemak kasar (LK) metode
Soxlet (AOAC 2007), serat kasar (SK) dengan metode Digestion (AOAC 2007),

4

dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) atau Karbohidrat bukan serat kasar,
dihitung sebagai selisih kandungan kerbohidrat dengan serat kasar. Selain itu
dilakukan juga analisis Van Soest untuk pengamatan serat kasar mulai dari kadar
NDF, ADF, Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin dengan metode Chesson (Datta
1981), analisis mineral Ca dan P dengan menggunakan metode Wet Ashing.
Produksi Gas
Produksi gas diukur dengan menggunakan metode in vitro Gas Test (Menke
et al. 1979). Sampel yang telah digiling halus ditimbang sebanyak 200 mg
kemudian dimasukkan ke dalam syringe. Setelah sampel dimasukkan ke dalam
syringe gas test, piston syringe yang telah diberi vaselin dipasang dan dimasukkan
ke dalam water bath dengan temperatur 39oC. Pengukuran produksi gas dilakukan
pada jam ke-0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 24. Inkubasi dilakukan selama 24 jam
dengan pencatatan perubahan posisi piston yang mengindikasikan pertambahan
produksi yang diukur setiap 2 jam.
Total produksi gas (misalnya pada jam ke-24) diukur dengan rumus :
Gb (ml/200 mg BK, 24 jam) = (V24-V20-Gb0) (FH+FHS)/2
Keterangan :
Gb : Produksi Gas dari Hohenheim gas test
BK : Berat Kering
Vg0 : Volume gas pada jam keVg24 : Volume gas pada jam ke-24
Asumsi nilai FH = 1 dan FC = 1
Pengukuran Koefisien Cerna Bahan Kering dan Koefisien Cerna Bahan
Organik (Tilley and Terry 1963)
Tabung fermentor yang telah diisi dengan 0.5 g sampel, 40 ml larutan
McDougall, dan 10 ml cairan rumen kambing ditutup dengan karet berventilasi
dan diinkubasi selama 48 jam. Tutup tabung fermentor dibuka setelah 48 jam lalu
ditetesi HgCl2 untuk membunuh mikroba. Sampel diendapkan menggunakan
centrifuge dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, lalu substrat yang telah
terpisah ditambahkan 50 ml larutan pepsin HCl 0.2% setelah supernatannya
dibuang. Campuran ini diinkubasi kembali selama 48 jam tanpa penutup karet.
Sisa subtrat hasil inkubasi dengan larutan pepsin ini kemudian disaring
menggunakan kertas saring whatman no. 41 yang telah diketahui bobotnya
dengan bantuan pompa vacum. Endapan beserta kertas saring dimasukkan ke
dalam cawan porselen lalu dimasukkan ke dalam oven 105oC selama 24 jam.
Cawan porselen dikeluarkan dari oven setelah 24 jam dan dimasukkan ke dalam
eksikator, lalu ditimbang untuk mengetahui bahan keringnya. Cawan porselen
dimasukkan ke dalam tanur selama 6 jam pada suhu 450 sampai 600oC. Cawan
dikeluarkan dari tanur setelah 6 jam dan dimasukkan kedalam eksikator, setelah
itu cawan ditimbang untuk mengetahui bahan organiknya.
KCBK dan KCBO dihitung dengan rumus sebagai berikut :

5

Konsentrasi Total VFA (General Laboratory Procedure, Department of
Dairy Science University of Wisconsin, 1950)
Konsentrasi total VFA diukur dengan menggunakan teknik destilasi uap
(General Laboratory Procedure, Department of Dairy Science University of
Wisconsin, 1966). Supernatan yang telah diinkubasi selama 4 jam didestilasi
dengan uap panas hingga terbentuk cairan yang ditampung dalam tabung
Erlenmeyer yang berisi 5 ml NaOH 0,5 N hingga mencapai 250 ml. Indikator
phenolphthalein (PP) ditambahkan sebanyak 2 tetes dan dititrasi dengan HCl 0,5
N sampai warna titrat berubah dari merah jambu menjadi tidak berwarna.
Konsentrasi VFA total dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
mM total VFA = (a-b) x N HCl x 1000/5
Keterangan :
a = volume titran blangko
b = volume titran contoh
Konsentrasi NH3 (Mikrodifusi Conway, 1966)
Konsentrasi NH3 diukur dengan menggunakan metode Mikrodifusi
Conway (General Laboratory Procedure, Department of Dairy Science University
of Wisconsin). Cawan Conway yang telah diolesi dengan vaselin dan
ditambahkan 1 ml larutan Na2CO3 jenuh ditempatkan pada ujung cawan dan
supernatan ditempatkan pada ujung yang lainnya. Larutan Na2CO3 jenuh yang
bersebelahan dengan supernatan (tidak boleh bercampur). Larutan asam borat
berindikator warna merah sebanyak 1 ml larutan ditempatkan dalam cawan kecil
yang terletak di tengah cawan Conway. Cawan Conway lalu ditutup rapat hingga
kedap udara, larutan Na2CO3 dicampur dengan supernatan hingga merata dengan
cara menggoyang-goyangkan dan memiringkan cawan tersebut. Cawan dibiarkan
dalam suhu kamar salama 24 jam, kemudian tutup cawan dibuka, dan asam borat
berindikator dititrasi dengan larutan H2SO4 0,005 N sampai terjadi perubahan
warna dari biru menjadi merah. Konsentrasi NH3 dihitung berdasarkan rumus
berikut:

Gas Metana (Soliva and Hess 2007)
Proses inkubasi produksi gas pada jam ke-24 diukur dan sampel gas
diambil untuk analisis gas metana sisa gas yang dilepaskan. Pengukuran gas
metana menggunakan Gas Chromatogaphy (Shimadzu GC14 B).

Rancangan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah
rancangan acak kelompok (RAK) yang dikelompokkan berdasarkan cairan rumen

6

yang digunakan dengan 3 taraf perlakuan dan 3 kali ulangan. Data dianalisis
menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan uji lanjut polinomial ortogonal
(Steel and Torrie 1995). Model matematika dari rancangan percobaan penelitian
ini adalah :
Yij = µ + αi + βj + εij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-i dan ulangan ke-j
µ = Rataan umum
αi = Efek perlakuan ke-i
βj = Efek ulangan ke-j
εij = Error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Perlakuan yang dilakukanan pada penelitian adalah sebagai berikut:
P0 : Indigofera 40% + Sorghum 60% + Torbangun 0%
P1 : Indigofera 40% + Sorghum 57.5% + Torbangun 2.5%
P2 : Indigofera 40% + Sorghum 55% + Torbangun 5%

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Nutrien Ransum
Usaha produksi kambing atau domba umumnya memiliki skala yang kecil
di Indonesia. Pemeliharaan jenis ternak yang tergolong kedalam ruminansia kecil
tersebut kebanyakan dijadikan usaha sambilan dalam peternakan rakyat dengan
penanganan yang kurang diperhatikan. Contoh yang sangat penting adalah dalam
hal penyediaan pakan. Kebanyakan peternak hanya menberikan hijauan saja
seperti rumput lapang atau rumput gajah yang memiliki protein hanya 8 hingga
10% saja, padahal kebutuhan protein kambing menurut NRC (2005) adalah
sekitar 15%.
Penelitian ini menggunakan kombinasi Indigofera zollingeriana dan
Sorghum bicolor dengan suplementasi daun Torbangun dengan taraf yang berbeda
pada setiap perlakuan. Persentase penggunaan Sorghum bicolor dikurangi secara
gradual pada taraf 2.5 dan 5% suplementasi daun Torbangun dalam ransum.
Pengurangan ini tidak terlalu mempengaruhi nilai nutrisi ransum karena Sorghum
bicolor dan daun Torbangun memiliki kandungan nutrisi yang tidak berbeda jauh.
Perbandingan ini dilakukan berdasarkan uji proksimat pada Sorghum bicolor yang
dilakukan oleh penulis dan uji proksimat pada daun Torbangun yang dilakuakan
Avianti (2013) Sorghum bicolor memiliki nilai protein 14.03%, nilai ini hampir
sama dengan protein daun Torbangun yaitu 15.54%. Kandungan nutrisi lain yang
memiliki nilai yang hampir sama adalah kandungan lemak Sorghum bicolor
0.73% dan kandungan lemak daun Torbangun adalah 0.05%, sedangkan
persentase yang berbeda adalah kandungan serat kasar Sorghum bicolor yang
cukup tinggi yaitu 34.22%, sedangkan kandungan serat kasar daun Torbangun
adalah 15.85%. Persentase sumbangan serat kasar daun Torbangun terhadap
ransum adalah 0.4% pada P1 dan 0.8% pada P2, sedangkan persentase sumbangan
serat kasar Sorghum bicolor adalah 19.50% pada P1 dan 18.65% pada P2.

7

Pakan komplit berbasis hijauan yang disuplementasi daun Torbangun
hingga taraf 5% memiliki komposisi nutrien pakan yang memenuhi kebutuhan
nutrisi kambing laktasi (Tabel 1) . Secara keseluruhan, ransum komplit berbasis
hijauan dalam 3 perlakuan taraf suplementasi daun Torbangun memenuhi nilai
nutrisi yang dibutuhkan, bahkan rataan nilai kandungan protein pada ransum yaitu
19.99% lebih tinggi dari kebutuhan kambing laktasi berdasarkan NRC (2005)
yaitu 14.57%. Hal ini dikaitkan dengan jenis ransum dalam penelitian ini yang
merupakan ransum komplit kombinasi dari bahan pakan yang memiliki serat kasar
yang tinggi dan berakibat pada kecernaannya yang diestimasikan akan rendah,
oleh karena itu nilai nutrisinya dibuat lebih tinggi dari kebutuhannya.

Pengaruh Fraksi Serat
Bahan penyusun ransum dalam penelitian ini memiliki kandungan serat
kasar dengan rataan 25.82%. Berdasarkan persentase fraksi serat pada Tabel 1
diketahui jika kisaran nilai NDF yaitu 44.22% hingga 47.10% sedangkan kisaran
nilai ADF pada keseluruhan ransum memiliki nilai yang rendah, yaitu antara
32.14% hingga 33.59%. NDF dari daun Torbangun adalah 64.98% sedangkan
nilai ADF 51.63% (Avianti 2013), NDF dan ADF dari Sorghum bicolor berumur
12 minggu adalah 65.49% dan 41.18% (Firdous et al. 2001), sedangkan nilai NDF
dan ADF dari daun Indigofera zollingeriana berumur 88 hari adalah 53.29% dan
37.82% (Abdullah and Suharlina 2010). Acid Detergent Fiber (ADF) adalah
komponen karbohidrat struktural yang terdapat pada dinding sel dengan selulosa
dan lignin sebagai penyusunnya (NRC 2005). Komponen ini merupakan fraksi
serat yang tidak terlarut dalam detergent asam sengga sulit didegradasi oleh
mikroba rumen. NDF merupakan komponen karbohidrat struktural dinding sel
tanaman seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Hubungan fraksi serat dengan kehidupan mikroba rumen telah dijelaskan
oleh (Jayanegara et al. 2009), yaitu ADF yang merupakan fraksi yang sulit
didegradasi oleh mikroba rumen dan merupakan indikator perkiraan produksi gas.
Salah satu mikroorganisme rumen yaitu, protozoa merupakan organisme yang
memiliki kemampuan dalam mencerna pati, gula, selulosa maupun hemiselulosa.
Selain itu terdapat pula bakteri yang dapat membantu mencerna serat kasar
menjadi senyawa yang lebih sederhana.

Produsi Gas
Total produksi gas mengindikasikan aktivitas fermentasi selama di rumen,
tingginya aktivitas fermentasi diikuti total produksi gas. Data total produksi gas
ditampilkan pada Tabel 2. Perlakuan supelementasi daun Torbangun hingga 5%
pada ransum hijauan komplit tidak berpengaruh nyata terhadap total produksi gas
secara in vitro. Hal tersebut menunjukkan bahwa suplementasi pada taraf 2.5%
dan 5% tidak mengganggu aktivitas fermentasi dan kandungan senyawa kimia
sekunder yang terdapat pada daun Torbangun yaitu berupa senyawa antibakteri
dan antiprotozoa tidak menekan aktivitas mikroba rumen. Avianti (2013)
menyatakan bahwa suplementasi daun Torbangun dengan taraf yang tinggi

8

sebagai bahan pakan tunggal dapat menurunkan aktivitas mikroba rumen, karena
adanya senyawa antibakteri dan protozoa yang terkandung dalam daun tersebut.
Tabel 2 Hasil pengukuran produksi gas, KCBK, KCBO, NH3, total VFA, dan CH4
Parameter
Produksi Gas
(ml 24 jam-1)
KCBK (%)
KCBO (%)
NH3 (mM)
Total VFA (mM)
CH4 v v-1 (ml total
gas 24 jam-1)*

P0

Perlakuan
P1

P2

Rata-rata

24.46± 4.89

21.64± 5.32

23.26± 3.63

23.12± 1.41

63.84± 6.36
62.58± 6.29
14.01± 1.58
93.96±16.30

64.82± 2.68
63.80± 2.61
13.93± 1.97
124.27±27.14

65.25± 1.35
64.30± 1.46
13.94± 1.42
111.01±13.82

64.64± 0.72
63.56± 0.89
13.96± 0.04
109.75±15.19

0.35± 0.11

0.38± 0.12

0.28± 0.04

0.34± 0.05

Hasil analisis laboratorium nutrisi ternak perah Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
*) Hasil Analisis laboratorium Rekayasa Produk Kimia dan Bahan Alam (RPKA) Departemen
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia. P0 : ransum kontrol tanpa suplementasi
daun torbangun; P1 : kontrol + 2.5% suplementasi daun Torbangun; P2 : kontrol + 5%
suplementasi daun Torbangun.

Rataan produksi gas P0, P1, dan P2 berturut-turut adalah 24.46, 21.64, dan
23.26 ml 24 jam-1. Hasil produksi gas ini cenderung tidak bebeda dengan (Firsoni
et al. 2008) yang menyatakan bahwa inkubasi selama 24 jam, ransum dengan
penggunaan Sorghum 35% dan rumput lapang 35% produksi total gas rata-rata
25.59 sampai 26.52 ml 24 jam-1. Produksi total gas umumnya dihasilkan dari
hasil fermentasi karbohidrat dan jumlah gas yang diproduksi per unit substrat
yang dapat difermentasi secara signifikan lebih rendah pada pakan kaya protein
(France and Djikstra 2005). Produksi total gas pada semua perlakuan pada
penelitian ini cenderung rendah, hal ini dapat dikaitkan dengan kandungan protein
pada masing-masing perlakuan, yaitu sekitar 19% sampai 20%. Kelajuan produksi
gas kumulatif selama 24 jam untuk P0, P1, dan P2 berturut-turut adalah 1.02,
0.90, dan 0.96 ml jam-1.
Data produksi gas selama fermentasi pada masing-masing perlakuan tidak
menunjukkan pola yang berbeda. Hal tersebut dapat dikorelasikan dengan
paramenter kecernaan lainnya seperti KCBO dan VFA yang tidak dipengaruhi
oleh perlakuan suplementasi daun Torbangun pada taraf manapun. Hal tersebut
didukung oleh (Jayanegara et al. 2011) yang menyatakan bahwa pola produksi
total gas berkaitan dengan total konsentrasi asam lemak rantai pendek. Hal ini
juga berkaitan dengan KCBO karena nilainya sebagian berasal dari total produksi
gas.

9

Gambar 1 Laju produksi gas pada taraf Torbangun −−●−− 0%, −−■−− 2.5%, dan
−−▲−− 5% secara in vitro
Berdasarkan Gambar 1 laju peningkatan yang tinggi pada produksi total
gas terjadi selama 6 jam pertama masa inkubasi, lalu jam berikutnya kenaikan
kelajuan bergerak relatif rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat (Jayanegara et
al. 2009) bahwa secara umum produksi total gas pada saat proses fermentasi akan
mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya waktu inkubasi, namun
sebaliknya laju produksi total gas akan semakin menurun dengan makin
meningkatnya waktu inkubasi.

Koefisien Cerna Bahan Kering dan Organik
Koefisien cerna bahan kering (KCBK) dan koefisien cerna bahan organik
(KCBO) pada penelitian ini tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa
suplementasi hingga taraf 5% pada ransum komplit berbasis hijauan ini tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kecernaan bahan pada proses fermentasi.
Hasil yang tidak berbeda nyata pada parameter kecernaan bahan kering dan bahan
organik pada penelitian ini dapat disimpulan bahwa suplementasi daun torbangun
hingga taraf 5% tidak berpengaruh terhadap aktifitas kecernaan.
Hasil kecernaan pada penelitian ini berbeda dengan penelitian (Avianti
2013) yang menyatakan jika suplementasi daun Torbangun lebih besar dari 2.5%
menurunkan kualitas kecernaan bahan kering maupun bahan organik secara
signifikan. Secara umum hasil kecernaan ransum pakan pada seluruh perlakuan
memiliki nilai kecernaan yang tidak berbeda dengan kecernaan bahan-bahan
penyususunnya seperti Indigofera yang memiliki nilai KCBK 67.39% dan KCBO
65.77% (Abdullah and Suharlina 2010). Rata-rata persentase KCBK untuk semua
perlakuan berkisar antara 63.84 sampai 65.25%, sedangkan rataan persentase
KCBO adalah berkisar antara 62.58 sampai 64.30%. Ransum pada penelitian ini
yang merupakan pakan berbasis hijauan memang tidak setinggi bila dibandingkan

10

dengan nilai kecernaan pada pakan konsentrat yang dilaporkan oleh (Abubakr et
al. 2013) yaitu 74.50% KCBK dan 73.80% KCBO. KCBK dan KCBO bahan
pakan hijauan dan konsentrat dengan rasio 60:40 memiliki nilai KCBK 79.62%
sedangkan nilai KCBO 77.71% (Avianti 2013). Hal ini dapat diakibatkan
kandungan serat kasar yang cukup tinggi dalam bentuk lignin pada ransum
penelitian ini yaitu sekitar 24.34%. KCBK dan KCBO pada ransum yang terdiri
dari 60% rumput dan 40% konsentrat adalah 57.55% dan 59.13% sedangkan
kombinasi 20% hijauan berkualitas, 40% rumput dan 40% konsentrat
menghasilkan kecernaan bahan kering 58.48% dan kecernaan bahan organik
60.02% (Andini et al. 2011). Berdasarkan pernyataan (Tillman et al. 1998) jika
kandungan serat kasar yang tinggi merupakan cerminan dari tingginya fraksi
lignin yang mengikat selulosa dan hemiselulosa sehingga menyebabkan kecernaan
yang rendah. Faktor nilai kecernaan setiap bahan penyusun ransum pun perlu
diperhatikan. Kecernaan lebih dipengaruhi oleh kadar ADF dalam bahan, terdapat
hubungan antara tingginya serat, khususnya komponen ADF yang mengandung
lignoselulosa dengan rendahnya kecernaan (Jayanegara 2009). Komponen
struktural tanaman seperti NDF, ADF, selulosa, lignin, dan dinding sel
mempengaruhi secara negatif nilai kecernaannya.

Konsentrasi NH3
Konsentrasi NH3 merupakan indikator efisiensi protein mikroba dalam
proses fermentasi pakan. Ketersediaan NH3 dalam rumen berfungsi untuk
pertumbuhan mikroba dan sebagai prioritas utama dalam mengoptimalkan
fermentasi hijauan. Berdasarkan analisis statistik pemberian suplementasi daun
Torbangun hingga taraf 5% terhadap konsentrasi NH3 tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata dengan dengan nilai pada semua perlakuan antara 13.93
mM hingga 14.01 mM. Konsentrasi NH3 pada penelitian ini masih berada pada
kisaran normal yang dapat mendukung pertumbuhan mikroba dalam rumen yaitu
berkisar antara 6-21 mM (McDonald et al. 1992).
Konsentrasi NH3 pada bahan pakan dalam penelitian ini menunjukkan jika
ransum tersebut terpecah dan terfermentasi dengan baik, sehingga protein yang
terkandung dalam ransum bukan protein by pass. Penggunaan Indigofera yang
memiliki kandungan protein 27% dan Sorghum dengan protein 13% dapat
menjadi penyebab tinggimya konsentrasi NH3 yang terakumulasi dalam rumen.
(Arora 1989) produksi NH3 berasal dari protein yang didegadasi oleh enzim
proteolitik mikroba, dengan demikian bahwa pakan memiliki kandungan protein
yang tinggi, maka konsentrasi NH3 dalam rumen juga akan menjadi tinggi

Konsentrasi Total VFA
Peran VFA bagi mikroba merupakan hasil dari produk fermentasi, namun
bagi inangnya (ternak) VFA merupakan cerminan sumber utama dari energi yang
diserap (France and Djikstra 2005). Produksi Total VFA didalam rumen selama
proses fermentasi merupakan indikator ketersediaan energi bagi ternak
(Jayanegara et al. 2009). Berdasarkan analisis statistik pemberian suplementasi

11

daun Torbangun hingga taraf 5% terhadap konsentrasi Total VFA tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kisaran konsentrasi VFA total pada
semua perlakuan antara 93.96 mM hingga 111.01 mM. Konsentrasi ini masih
berada pada kisaran normal dengan konsentrasi antara 70 hingga 130 mM (France
and Djikstra 2005). Proses fermentasi merupakan proses penyediaan energi bagi
mikroba rumen yang menyebabkan tingginya konsentrasi VFA mencerminkan
tingginya energi yang tersedia bagi mikroba rumen (Lehninger 1982).

Gambar 2 Konsentrasi total VFA dan NH3 terhadap suplementasi daun Torbangun
secara in vitro
Gambar 2 adalah banyaknya konsentrasi VFA total dan NH3 terhadap
suplementasi daun Torbangun dengan taraf 0.25 dan 5%. Konsentrasi VFA yang
cenderung tinggi mengindikasikan pertumbuhan bakteri rumen yang cukup baik
pada perlakuan suplementasi daun torbangun 2.5 dan 5%. Tingginya produksi
VFA diikuti dengan rendahnya konsentrasi amonia pada perlakuan suplementasi
daun Torbangun 2.5 dan 5% merupakan cerminan efektifitas penggunaan amonia
oleh bakteri untuk sintesis protein mikroba dan pertumbuhan (Syahrir et al. 2009).
Bakteri ini akan mencerna pakan untuk memproduksi VFA yang akan digunakan
sebagai sumber energi untuk induk semang dan sumber karbon untuk bakteri itu
sendiri.

Gas Metana
Ternak ruminansia yang menghasilkan produksi gas pada proses fermentasi
pakan. Produksi gas metana pada umumnya dipengaruhi oleh laju degadasi BK,
efisiensi pertumbuhan mikroba, dan produksi VFA dari fermentasi BK. (Baker
1999) menyatakan jika akumulasi gas metana yang diproduksi dalam rumen
merefleksikan kehilangan energi pakan yang dikonsumsi oleh ternak dan
mengindikasikan rendahnya efisiensi penggunaan pakan oleh ternak.
Berdasarkan analisis statistik pemberian suplementasi daun Torbangun
hingga taraf 5% terhadap persentase produksi gas metana tidak menunjukkan

12

perbedaan yang nyata. Rataan perlakuan P0, P1, dan P2 berturut-turut 1.47%,
1.39%, 1.53% persatuan volume gas yang dianalisis. Hasil penelitian ini
menunjukkan jika suplementasi daun Torbangun tidak mempengaruhi aktifitas
fermentasi pada rumen, karena produksi gas metana yang rendah. Gas metana
yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan hasil fermentasi produksi gas
selama 24 jam yang jumlah ml total gas -1 adalah 0.35 ml untuk P0, 0.38 ml untuk
P1, dan 0.28 ml untuk P2 . Hal ini pula berkaitan dengan ransum komplit yang
menggunakan leguminosa seperti Gliricidia, Leucaena dan Kaliandra yang
mengandung protein tinggi sehingga menghasilkan gas metana yang sedikit
dibandingkan dengan pakan yang lebih banyak mengandung serat pada rumput
seperti rumput gajah (Widiawati et al. 2010). Penggunaan hay dengan bahan
rumput lapang serta kombinasi dengan hijauan yang mengandung tanin untuk
mengetahui produksi metana. Hay memiliki kandungan 14.7% metana, sedangkan
Rhus typhina yang diketahui sebagai leguminosa yang memiliki produksi metan
sebesar 10.6% (Jayanegara et al. 2009). Ransum penelitian ini yang menggunakan
kombinasi leguminosa dan tanaman serealia memiliki kandungan metana yang
jauh lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan leguminosa saja.
Terdapat korelasi positif terhadap tingginya kadar NDF dan hemiselulosa
terhadap meningkatnya kandungan metana (Jayanegara et al. 2009). Berdasarkan
korelasi tersebut dapat diketahui jika kandungan metana yang rendah dapat pula
disebabkan penggunaan sorghum yang mengandung karbohidrat mudah larut
(Beauchemin et al. 2008). Rendahnya kandungan metana dalam penelitian ini
juga disebabkan penggunaan sorghum yang hampir 60%, diketahui jika sorghum
mengandung 0.40 sampai 3.60% tanin (Rooney and Sullines 1977). Suplementasi
30% Salix alba yang merupakan hijauan yang mengandung total tanin sebesar
3.55% terhadap hay dan jerami mampu menurunkan metana sebesar 4.3% dan
6.1% (Jayanegara et al. 2009).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Suplementasi daun Torbangun hingga 5% tidak berpengaruh nyata
terhadap kualitas fermentasi secara in vitro. Ransum dalam penelitian ini memiliki
kelayakan sebagai pakan ternak dilihat dari KCBK, KCBO, VFA, NH3, produksi
total gas selama 24 jam inkubasi dan gas metana masih dalam kondisi normal dan
mengindikasikan efisiensi energi yang cukup baik serta dapat mendukung proses
fermentasi pada ternak.

Saran
Perlu dilakukan uji bakteri dan pengujian nilai kandungan laktogague yang
terdapat daun Torbangun, dan uji in vivo pada ternak kambing perah mengingat
fungsi laktogague sebagai senyawa yang dapat menstimulir produksi air susu
untuk meningkatkan produksi susu.

13

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Method of
Analysis of the Association of Official Analytical Chemist. Washington
(US): Benyamin Franklin Station.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgum manis komoditi
harapan di propinsi kawasan timur Indonesia. Risalah prospek tanaman
sorgum untuk pengembangan agroindustri, 17−18 Januari 1995. J Litbang
Pertanian (4): 6−12.
[GLP] General Laboratory Procedure. 1966. Report of Dairy Science. Madison
(US) : Univ of Winconsin.
[NRC] National Research Council. 2005. Nutrient Requirement of Sheep. Ed ke-6.
Washington (US): National Academy Pr.
Abdullah L, Suharlina. 2010. Herbage yield and quality of two vegetative parts of
Indigofera at different time of first regowth defoliation. Med Pet. 33:44-49.
Abubakr AR, Alimon AR, Yaakub H, Abdullah N, Ivan M. 2013. Digestibility,
rumen, protozoa, and ruminal fermentation in goats receiving dietary palm
oil by-products. J Saud Agric Sci. 12: 147-154.
Akbarillah T, Kaharuddin D, Kusisiyah. 2002. Kajian tepung daun Indigofera
sebagai suplemen pakan terhadap produksi dan kualitas telur [laporan
penelitian]. Bengkulu (ID): Univ Bengkulu.
Andini L, Firsoni, Ellen CK. 2011. Nilai nutrisi pakan komplit berbasis jerami
fermentasi untuk ruminansia secara in vitro. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner; 2011; Jakarta, Indonesia. Jakarta (ID): Pusat
Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN. hlm 529-533.
Arora SP. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Edisi Indonesia.
Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univ Pr.
Avianti DA. 2013. Evaluasi kandungan nutrisi daun torbangun (Coleus
amboinicus Lour) terhadap daya hidup mikroorganisme rumen dan
kecernaan in vitro [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Baker SK. 1999. Rumen methanogens and inhibition of methanogenesis. Aust J
Agic Res. 50: 1293-1298.
Beauchemin KA, Kreuzer M, O’Mara F, McAlister TA. 2008. Nutritional
management for enteric methane abatement: a review. Aus J Exp Agric. 48:
21-27.
Conway EJ. 1950. Microdiffusion Analysis and Volumetric Error. Ed ke-3.
London (GB): Crosby Lokswood and Sons.
Datta R. 1981. Acidogenic fermentation of lignocellulose-acid yield and
conversion of components. Biotechnol and Bioengineer. 23(9):2167-2170.
Firdous R, Gilani AH. 2001. Changes in chemical composition of sorghum as
influenced by growth stage and cultivar. Asian-Aust J Anim. 14(7):935940.
Firsoni, Sulistyo J, Tjakradidjaja AS, Suharyono. 2008. Uji fermentasi in vitro
terhadap pengaruh suplemen pakan dalam pakan komplit. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner; 2008; Bogor, Indonesia. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor. hlm 233-240.

14

France J, Dijkstra J. 2005. Quantitative Aspect of Ruminant Digenstion and
Metabolism. Edisi ke-2. Wallingford (GB): CABI.
Goering HK, Van Soest PJ. 1970. Forage fiber analyses (apparatus, reagents,
procedures and some application). Agic Handbook 379. Washington (US):
ARS USDA.
Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Lebdosukojo S, Tillman AD, Kearl LC, Harris LE.
1980. Tabels of feed composition for indonesia (Nutritional Data). Utah
(US): Utah State Univ.
Jayanegara A, Makkar HPS, Becker K. 2009. Emisi gas metanaa dan fermentasi
rumen in vitro ransum hay yang mengandung tanin murni pada konsentrasi
rendah. Med Pet. 185-195.
Jayanegara A, Wina E, Soliva CR, Marquardt S, Kreuzer M, Leiber F. 2011.
Dependent of forage quality and methagenic potential of tropical plants on
their phenolic fractions as determined by principal component analysis.
Anim Feed Sci and Technol.163:231-243.
Lawrence MW, Naiyana W, Damanik MZM. 2005. Modified nutraceutical
composition. Melbourne (AU). International Application.
Lehninger AL. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jilid ke-2. Terjemahan: Maggy
Thenawidjaja. Jakarta (ID): Erlangga.
McDonald P, Edwards RA, Geenhalgh JFD. 1992. Animal Nutrition. Edisi ke-2.
New York (US): John Wiley and Sons.
Menke KH, Raab L, Salewski A, Steingass H, Fritz D, Schneider W. 1979. The
estimation of the digestibility and metabolizable energy content of ruminant
feedingstuffs from the gas production when they are incubated with rumen
liquor in vitro. J Agic Sci Camb. 93:217-222.
Moss AR, Jouany JP, Newbold J. 2000. Methane production by ruiminants : its
contributtion to global warming. Ann Zootech. 49:231-253.
Rooney LW, Sullines RD. 1977. The Structure of Sorghum and Its Relation to
Processing and Nutritional Value. Cereal Quality Laboratory. Texas (US):
Texas Univ.
Rumetor SD. 2006. Suplementasi daun bangun-bangun (Coleus amboinicus lour)
dan Zinc-Vitamin E dalam ransum untuk memperbaiki metabolisme dan
produksi susu kambing peranakan etawah [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sajimin, Purwantari ND, Sutedi E, Oyo. 2011. Pengaruh interval potong terhadap
produktivitas dan kualitas tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus L.)
sebagai komoditas harapan pakan ternak. JITV 16(4): 288-293.
Sirapa MP. 2003. Prospek pengembangan sorgum di indonesia sebagai komoditas
alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. JLP 22(4):133-140.
Soliva CR, Hess HD. 2007. Measuring methane emission of ruminants by in vitro
and in vivo techniques, in Makkar HPS, Vercoe PE(Eds), measuring
methane production from ruminant. Sringer, Dordrecht, The Netherlands,
pp. 15-16.
Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan
Biometrik. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia.
Syahrir S, Wiryawan KG, Parakkasi A, Winugoho M, Sari ONP. 2009. Efektivitas
daun murbei sebagai pengganti konsentrat dalam sistem rumen in vitro. Med
Pet. 32(2): 112-119.

15

Tarigan A. 2009. Produktivitas dan pemanfaatan Indigofera sp. sebagai pakan
ternak kambing pada interval dan intensitas pemotongan berbeda [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tilley JMA, RA Terry. 1963. A two stage technique for the in vitro digestion of
forage crops. J Br Grassl Soc. 18: 104-111.
Tillman AD, Hartadi H, Prawirokusumo S, Reksohadiprodjo S, Lebdosoekojo S.
1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Edisi ke-6. Yogyakarta (ID): Gajah
Mada Univ Pr.
Widiawati Y, Winugoho M, Mahyuddin P. 2010. Estimasi produksi gas metana
dari rumput dan tanaman leguminosa yang diukur secara in vitro. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner; 2010; Bogor, Indonesia.
Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak. hlm 131-136.

16

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil sidik ragam (ANOVA) produksi gas
Sumber
Jumlah kuadrat tipe III
Model Terkoreksi
122.002a
Intersep
4809.885
Taraf Torbangun
11.963
Ulangan
110.038
Galat
20.910
Total
4952.797
Total Terkoreksi
142.912

db Rataan kuadrat F hitung
4
30.500
5.834
1
4809.885
920.095
2
5.982
1.144
2
55.019
10.525
4
5.228
9
8
Keterangan db= derajat bebas; Sig= signifikansi; software SPSS 16

Sig.
.058
.000
.405
.025

Lampiran 2 Hasil sidik ragam (ANOVA) KCBK
Sumber
Jumlah kuadrat tipe III
Model Terkoreksi
74.989a
Intersep
37602.957
Taraf Torbangun
3.115
Ulangan
71.874
Galat
27.054
Total
37705.000
Total Terkoreksi
102.043

db Rataan kuadrat F hitung
4
18.747
2.772
1
37602.957
5.560E3
2
1.557
.230
2
35.937
5.313
4
6.763
9
8
Keterangan db= derajat bebas; Sig= signifikansi; software SPSS 16

Sig.
.174
.000
.804
.075

Lampiran 3 Hasil sidik ragam (ANOVA) KCBO
Sumber
Jumlah kuadrat tipe III
Model Terkoreksi
76.218a
Intersep
36362.895
Taraf Torbangun
4.735
Ulangan
71.483
Galat
25.582
Total
36464.695
Total Terkoreksi
101.800

db Rataan kuadrat F hitung
4
19.055
2.979
1
36362.895
5.686E3
2
2.367
.370
2
35.742
5.589
4
6.395
9
8
Keterangan db= derajat bebas; Sig= signifikansi; software SPSS 16

Sig.
.158
.000
.712
.069

17

Lampiran 4 Hasil sidik ragam (ANOVA) VFA
Sumber
Jumlah kuadrat tipe III
Model Terkoreksi
2481.118a
Intersep
108400.183
Taraf Torbangun
1385.423
ulangan
1095.695
Galat
1100.891
Total
111982.191
Total Terkoreksi
3582.009

Db Rataan kuadrat F hitung
4
620.280
2.254
1
108400.183 393.864
2
692.712
2.517
2
547.847
1.991
4
275.223
9
8
Keterangan db= derajat bebas; Sig= signifikansi; software SPSS 16

Sig.
.225
.000
.196
.251

Lampiran 5 Hasil sidik ragam (ANOVA) NH3
Sumber
Jumlah kuadrat tipe III
Model Terkoreksi
16.436a
Intersep
1753.934
Taraf Torbangun
.011
ulangan
16.425
Galat
.419
Total
1770.790
Total Terkoreksi
16.856

Db Rataan kuadrat F hitung
4
4.109
39.183
1
1753.934
1.673E4
2
.006
.054
2
8.212
78.313
4
.105
9
8
Keterangan db= derajat bebas; Sig= signifikansi; software SPSS 16

Sig.
.002
.000
.948
.001

Lampiran 6 Hasil sidik ragam (ANOVA) gas metana
Sumber
Jumlah kuadrat tipe III
Model Terkoreksi
.070a
Intersep
19.243
Taraf Torbangun
.030
ulangan
.040
Galat
.530
Total
19.842
Total Terkoreksi
.600

Db Rataan kuadrat F hitung
4
.017
.132
1
19.243
145.272
2
.015
.113
2
.020
.150
4
.132
9
8
Keterangan db= derajat bebas; Sig= signifikansi; software SPSS 16

Sig.
.963
.000
.896
.865

18

Lampiran 7 Gambar dan dokumetasi penelitian

Tanaman Indigofera zollingeriana

Tanaman. Sorghum bicolor

Tanaman Coleus amboinicus lour

Uji gas test

Syringe dan piston

Uji NH3

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi Jawa Barat pada Tanggal
26 April 1991. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan
Bapak Bernat Pasaribu dan Ibu Titi Sati’ah. Penulis
menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 1 Ciawigebang
Kuningan Jawa Barat pada tahun 1997-2003. Pendidikan
dilanjutkan di SMP Negeri 1 Ciawigebang Kuningan Jawa
Barat hingga tahun 2006 dan pendidikan lanjutan menengah
atas diselesaikan pada tahun 2009 di SMA Negeri 1
Ciawigebang Kuningan Jawa Barat.
Penulis diterima di IPB pada tahun 2009 melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Menempuh progam tahap Tingkat
Persiapan Bersama (TPB) pada tahun 2009. Selama kuliah. penulis pernah
menjadi Sekretaris Komisi Internal DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa)
Fakultas Peternakan Periode 2011-2012. Prestasi yang dicapai penulis yaitu
penerima dana penelitian untuk progam kreatifitas mahasiswa (PKM-P) dengan
judul Pemberian Tepung Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa – sinensis L)dan
Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dalam Ransum Ayam
Broiler sebagai Bahan Antibakteri Eschericia coli pada tahun 2011. Penerima
Beasiswa Karya Salemba Empat selama periode 2011-2012 dan 2012-2013.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ungkapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada ibunda
tercinta Titi Sa’tiah atas cinta dan doa. Kakak terbaik Indra Cahyadi, kel. H
Supa’at dan Kel. H Yusin serta seluruh keluarga besar atas doa, dukungan moril,
dan kasih sayangnya. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Panca
Dewi MHK, MSi atas pemberian ide dan kesempatan untuk memperoleh bantuan
dana BOPTN 2013 dalam penelitian ini, Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MSi selaku
pembimbing atas segala bimbingan, dukungan, sumbangan ide dan dukungan
materi, kepada dewan penguji sidang Dr Iwan Prihantoro, SPt dan Ir Hj
Komariah, MSi beserta panitia sidang Dr Ir Widya Hermana, MSi serta Dian
Anggaeni atas bimbingan teknis laboratorium dan dukungannya. Terimakasih dan
penghargaan penulis ucapkan juga untuk keluarga besar Nutritiouz 46 atas doa
dan dukungannya. Ucapan terimakasih spesial penulis sampaikan kepada Fajrin
Sidiq atas dukungan, bantuan, waktu, doa dan semangat untuk penulis. Faoline,
Rini Anggini dan Sadiyah selaku sahabat satu bimbingan atas doa dan tawa yang
berharga. Aryani, Ardiansyah, M Asrianto, Lita dan Natasha atas doa dan
dukungannya. Ucapan terimakasih penulis sampaikan pada teman kost penulis
Aisiah Putri Pratiwi, Sonya Puspa Triani, dan Ulfia Rahmi Hasibuan atas
pengalaman hidup selama ini. Terimakasih penulis sampaikan kepada Yayasan
Karya Salemba Empat atas kepercayaan dan dukungan moril, serta Bank Mandiri

20

Tbk sebagai sponsor utama beasiswa, dan seluruh pihak yang telah menbantu
selama penelitian dan pengumpulan data.