Mobilitas kemiskinan antargenerasi dan perilaku investasi pada anak

MOBILITAS KEMISKINAN ANTARGENERASI DAN
PERILAKU INVESTASI PADA ANAK

WIDA EDWINA ARIFIN

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Mobilitas
Kemiskinan Antargenerasi dan Perilaku Investasi Pada Anak adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014
Wida Edwina Arifin
NIM I24100016

4

ABSTRAK
WIDA EDWINA ARIFIN. Mobilitas kemiskinan antargenerasi dan perilaku
investasi pada anak. Dibimbing oleh HARTOYO.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena mobilitas
kemiskinan antargenerasi yang terjadi pada dua generasi keluarga dan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya mobilitas kemiskinan
antargenerasi. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang tinggal di Jawa
Barat dan memiliki anak usia balita dengan contoh adalah 120 keluarga terpilih
yang tersebar di empat lokasi penelitian dengan menggunakan simple random
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arah pergerakan mobilitas
kemiskinan mengalami perbedaan antara di desa dan kota. Keluarga yang tinggal

di desa mengalami mobilitas kebawah, sedangkan keluarga yang tinggal di kota
mengalami mobilitas keatas. Suami berperan sebagai penentu kesejahteraan
keluarga. Mobilitas kemiskinan terjadi karena dipengaruhi oleh perilaku investasi
dan lama pendidikan. Hasil regresi menunjukkan faktor-faktor yang
mempengaruhi dinamika kemiskinan pada suami dan istri adalah perilaku
investasi, kepemilikan lahan pertanian, kepemilikan hewan ternak, pendidikan,
pengaruh orang tua di masyarakat dan pendidikan ibu.
Kata kunci : Kemiskinan, mobilitas kemiskinan, perilaku investasi
ABSTRACT
WIDA EDWINA ARIFIN. Intergenerational Poverty Mobilization and Parental
Investment Behavior on Children. Under supervision of HARTOYO.
This research was intended to analyze intergenerational poverty
mobilization phenomenon that happens in two family generations and analyze the
factors that influence intergenerational poverty mobilization. The study involved
120 families with under 5 years old children which were selected randomly from 4
villages of Indramayu and Bogor districts. The study resulted that there was a
contrast mobilization direction between rural and urban. Families who lived in
rural area had a downward mobility, while families who lived in urban area had a
upward mobility. Determinant of family welfare is the husband. Intergenerational
poverty mobilization happened is because of parental investment behavior on

children and educational background. Furthermore, poverty mobilization is
determined by parental investment, land ownership, livestock ownership,
educational level of husband and wife, parent‟s societal influences, and mother‟s
educational level.
Key word: Poverty, poverty mobility, investment behavior

MOBILITAS KEMISKINAN ANTARGENERASI DAN
PERILAKU INVESTASI PADA ANAK

WIDA EDWINA ARIFIN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014


6

8

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan karunia
rahmat, berkah, hidayah dan kesehatan dari-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Mobilitas Kemiksinan
Antargenerasi dan Perilaku Investasi Pada Anak”.
Pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen
pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan saran,
masukan, serta arahan dalam proses penyusunan proposal sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
2.
Dr. Tin Herawati, M.Si dan Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS selaku dosen

penguji skripsi dan Ir. Ratnaningsih, MS selaku dosen pemandu seminar
atas arahan dan masukannya sehingga penulisan skripsi ini bisa menjadi
lebih baik.
3.
Seluruh dosen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah memberikan
banyak ilmu dan pemahamannya kepada penulis.
4.
Kedua orang tuaku, ayahanda Arifin Saibi dan ibunda Eny Heryati yang
selalu memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya yang tiada henti.
Adikku, M. Irfan Arifin serta keluarga besar yang selalu memberikan
dukungan serta semangat tiada henti.
5.
Teman-teman seperjuangan penulis dalam penelitian S1, Nenggi Okta
Pramudita, Mardiana, Siti Ulfah Hasanah, yang saling membantu,
mengingatkan, bekerjasama, memberika masukan dan motivasi selama
penulisan skripsi ini.
6.
Dwifeny Ramadhany dan Susi Susanti yang selalu memberikan semangat,
motivasi, dorongan serta doa. Teman-teman IKK 47 dan pengurus
HIMAIKO atas kebersamaan dan kejasamanya selama penulis kuliah di

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
7.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang
membutuhkan segalan infomasi yang terdapat didalamnya.

Bogor, Agustus 2014

Wida Edwina Arifin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

3

Tujuan

5

Kegunaan


5

KERANGKA PEMIKIRAN

5

METODE PENELITIAN

8

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

8

Contoh dan Metode Penarikan Contoh

8

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


9

Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN

10
14

Hasil

14

Pembahasan

30

SIMPULAN DAN SARAN

34


Simpulan

34

Saran

35

DAFTAR PUSTAKA

35

LAMPIRAN

39

RIWAYAT HIDUP

46


10

DAFTAR TABEL
1 Jenis dan skala data

10

2 Karakteristik keluarga contoh berdasarkan wilayah (desa/kota) dan status

15

3 Distribusi responden berdasarkan pencari nafkah utama keluarga contoh

16

4 Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan keluarga contoh

16

5 Distribusi keluarga asal berdasarkan jumlah anak menurut wilayah

17

6 Distribusi keluarga asal berdasarkan pencari nafkah utama menurut

18

7 Distribusi keluarga asal berdasarkan jenis pekerjaan pencari nafkah

18

8 Distribusi keluarga asal berdasarkan status pendapatan menurut wilayah

19

9 Distribusi orang tua di keluarga asal berdasarkan kemampuan literasi

20

10 Distribusi keluarga asal berdasarkan status kepemilikan rumah dan

20

11 Distribusi keluarga asal berdasarkan kepemilikan aset wilayah (desa/kota) dan
status kesejahteraan keluarga contoh
21
12 Distribusi keluarga asal berdasarkan pengaruh di masyarakat menurut
wilayah (desa/kota) dan status kesejahteraan keluarga contoh

21

13 Distribusi keluarga asal berdasarkan status kesejahteraannya dan status
kesejahteraan keluarga contoh menurut wilayah (desa/kota)

22

14 Distribusi keluarga contoh di desa berdasarkan status kesejahteraan

23

15 Distribusi keluarga contoh di kota berdasarkan status kesejahteraan

23

16 Presentase status kesejahteraan keluarga contoh berdasarkan status

24

17 Distribusi keluarga contoh berdasarkan dinamika kemiskinan

24

18 Distribusi keluarga contoh berdasarkan lama pendidikan menurut

25

19 Ringkasan analisis regresi logistik multinomial faktor-faktor yang

28

20 Ringkasan analisis regresi logistik multinomial faktor-faktor yang

30

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran

7

2 Teknik penarikan contoh

9

3 Presentase skor investasi orang tua terhadap suami

26

4 Presentase skor investasi orang tua terhadap istri

26

5 Presentase skor perilaku investasi suami terhadap anak terakhir

27

6 Presentase skor perilaku investasi istri terhadap anak terakhir

27

DAFTAR LAMPIRAN
1. Hubungan karakteristik keluarga asal, keluarga contoh, warisan, perilaku
investasi, penerimaan bantuan program pemerintah dengan mobilitas
kemiskinan suami
2. Hubungan karakteristik keluarga asal, keluarga contoh, warisan, perilaku
investasi, penerimaan bantuan program pemerintah dengan mobilitas
kemiskinan istri
3. Uji beda perilaku investasi terhadap anak terakhir antara suami dan istri

39

40
41

12

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemiskinan anak merupakan masalah global yang serius, hal ini karena
sebagian besar anak tinggal di lingkungan yang miskin di negara berkembang
(Moore 2005). Berdasarkan temuan UNICEF, menunjukkan bahwa resiko tingkat
kemiskinan pendapatan dikalangan anak-anak adalah tinggi dan anak-anak
sebagian besar miskin.
“UNICEF estimates that children represent at least half of
the income poor. This means that at least 600 million children
under the age of 18 struggle to survive on less than $1 a day. They
represent a staggering 40 per cent of all children in developing
countries” (UNICEF 2000)
Mereka menyumbang sebagian besar penduduk miskin di negara berkembang.
Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa dibeberapa negara, kemiskinan
anak memiliki proporsi yang lebih besar dari masalah kemiskinan secara
keseluruhan (Deaton dan Paxson 1997;Lanjouw et al 1998). Meskipun secara
tidak proposional anak-anak mewakili orang miskin.
Pada banyak kasus, kemiskinan anak disebabkan oleh adanya diskriminasi
transisi dari anak-anak menuju dewasa. Namun, secara keseluruhan masalah
kemiskinan anak merupakan interaksi dari beberapa faktor. Salah satunya dapat
dilihat pada indikator bukan pendapatan. Penelitian yang dilakukan Gordon et al
(2003) mengenai perampasan dikalangan anak-anak dengan berfokus pada
delapan dimensi kesejahteraan (makanan, air, sanitasi, kesehatan, tempat tinggal,
pendidikan, informasi, akses ke layanan), menunjukkan bahwa satu dari dua anak
sampel menderita kekurangan yang parah setidaknya pada satu aspek, dan satu
dari tiga anak-anak menderita dua atau lebih perampasan. Dimensi tersebut saling
mempengaruhi satu dengan lainnya.
Pada tahun 1970-an para ahli berpendapat bahwa kemiskinan terjadi
karena adanya “transfer budaya kemiskinan” antargenerasi. Sedangkan pada tahun
1980-an isu-isu mengenai penyebab kemiskinan lebih mengarah kepada
kesempatan yang diperoleh seseorang. Sebanyak 35 persen lebih anak yang
dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang miskin kronis memiliki
kemungkinan untuk tetap miskin saat mereka dewasa (Pakpahan et al 2009).
Kemiskinan dan kerentanan pada anak-anak tidak hanya berpengaruh terhadap
kualitas hidup mereka, tetapi juga kualitas kehidupan secara umum (Barrientos
2004). Faktor penting yang dapat menjelaskan mengenai perangkap kemiskinan
adalah durasi kemiskinan dan perampasan. Jika perampasan yang dialami terjadi
bertahun-tahun, bahkan sepanjang hidup mereka, maka mereka mengalami
kemiskinan kronis (chronic poverty) (Moore 2005). Dampak dari kemiskinan
yang berkepanjangan dan persisten menyebabkan berkurangnya kemampuan
individu untuk mempertahankan kehidupan dan mengatasi masalah. Selain itu,
kemiskinan anak memiliki dampak antargenerasi yang kuat yang berjalan melalui
beberapa saluran.
Kemiskinan ditransfer dalam bentuk sesuatu yang kompleks yang terdiri
dari faktor positif dan negatif yang mempengaruhi anak dalam mengalami

2

kemiskinan. Dengan demikian, pendekatan mata pencaharian atau aset dapat
membantu memahami transfer kemiskinan antergenerasi, yang berfokus pada
transfer, ekstrasi, dan tidak adanya transfer berbagai bentuk aset terkait
kemiskinan
ataupun
modal
(manusia,
sosial-budaya,
sosial-politik,
keuangan/material, dan lingkungan/alam) (Moore 2005).
Transfer modal terkait kemiskinan dapat ditransferkan dari satu generasi
individu atau institusi ke generasi individu atau institusi selanjutnya. Individu
dapat berasal dari satu keluarga, keluarga luas, atau extra-familial (Moore 2001).
Pendekatan ini dapat didukung oleh teori ekologi Bronfenbrenner yang
menerapkan faktor resiko pada anak-anak. Menurut teori ini, interaksi anak yang
dianggap penting adalah antara anak dan keluarga dekatnya, antara sistem sosial
dan lingkungan anak (sekolah, komunitas), dan kekuatan yang lebih besar yang
mendefinisikan lingkungan anak (pemerintah, nilai-nilai budaya, atau sistem
hukum).
Kemiskinan kronis yang terjadi menyebabkan individu dan keluarga
terjebak dalam lingkaran kemiskinan, sehingga sulit untuk keluar dari kondisi
tersebut. Perangkap lingkaran kemiskinan ini menyebabkan terjadinya transfer
kemiskinan antargenerasi (CPRC 2008). Transfer kemiskinan merupakan salah
satu bentuk dinamika kemiskinan yang dialami keluarga. Dinamika kemiskinan
diartikan sebagai perubahan kesejahteraan individu atau keluarga dari waktu ke
waktu. Life cycle seseorang, transisi menjadi dewasa atau usia tua, pernikahan dan
kelahiran anak, janda dan kematian, sering memegang peranan penting dalam
mengubah kerentanan seseorang umtuk menjadi miskin. Moore (2005) membagi
dinamika kemiskinan menjadi 4 tipe, yaitu tidak pernah miskin, keluar dari
kemiskinan, jatuh miskin, dan terjebak kedalam kemiskinan.
Dinamika kemiskinan yang terjadi akan menggambarkan suatu mobilitas
kemiskinan antargenerasi. Mobilitas antargenerasi merupakan kajian yang
membahas tentang hubungan antara situasi seseorang saat ini dengan situasi asal
mereka (Breen 2004). Mobilitas ini menyoroti hubungan antara kelas sosial anak
dengan kelas sosial orang tua mereka, atau hubungan dari satu generasi dengan
generasi lainnya, yaitu dari generasi orang tua ke generasi anak. Mobilitas
kemiskinan antargenerasi menggambarkan hubungan antara kemiskinan yang
dialami oleh anak saat ini dengan kemiskinan yang terjadi pada orang tua.
Mobilitas kemiskinan antargenerasi memiliki pergerakan vertikal, baik vertikal
keatas maupun vertikal kebawah. Seseorang atau keluarga dikatakan mengalami
kemiskinan kronis apabila kondisi anak sama dengan kondisi orang tua (miskinmiskin). Lingkaran kemiskinan yang terjadi menyebabkan keluarga sulit untuk
melakukan investasi sumberdaya manusia, seperti pendidikan dan kesehatan.
Investasi pada human capital memegang peranan penting dalam
pembangunan suatu negara. Diantara semua faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan suatu negara, human capital memiliki proporsi yang lebih besar
dibandingkan lainnya. Para ekonom sepakat bahwa investasi pada human capital
dapat memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian (Schultz 1961).
Hubungan ini terjadi karena human capital diwujudkan dalam bentuk
pengetahuan dan keterampilan, sedangkan pembangunan ekonomi tergantung
pada kemajuan dalam pengetahuan teknologi dan ilmiah.
Peningkatan kualiatas sumberdaya manusia suatu bangsa dimulai dari
peningkatan kualitas anak. Salah satu indikator kesejahteraan suatu bangsa dapat

3

dilihat dari kualitas hidup anak. Keluarga sebagai unit pertama dan utama dalam
pengembangan sumberdaya manusia, memiliki peran yang penting dalam
melakukan investasi modal manusia (Sunarti 2008). Investasi yang dilakukan
merupakan salah satu cara keluarga untuk meningkatkan produktivitas marginal
seorang anak sehingga akan meningkatkan kapasitas pendapatan anak tersebut
(Taubman 1996). Hartoyo (1998) mendefinisikan investasi orang tua terhadap
anak sebagai segala usaha, aktivitas, atau alokasi sumberdaya keluarga yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas anak sehingga diharapkan akan menjadi
individu yang produktif saat dewasa. Investasi terhadap modal manusia memiliki
banyak bentuk, namun yang umum dilakukan adalah melalui pendidikan formal,
kesehatan dan pengasuhan anak (Bryant dan Zick 2006). Perilaku investasi pada
anak dapat diukur dengan menghitung seberapa besar alokasi sumberdaya yang
dimiliki, khususnya sumberdaya uang dan waktu yang dicurahkan untuk anak.
Program bantuan sosial di Brazil, Bolsa Familia, memiliki tujuan untuk
memecahkan transmisi kemiskinan antar generasi dengan syarat anak datang ke
sekolah dan mengunjungi klinik vaksinasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
adanya pengurangan kemiskinan dan ketidaksejahteraan di daerah tersebut. Selain
itu juga memiliki dampak yang positif terhadap partisipasi angkatan kerja
perempuan, khususnya yang berpenghasilan rendah (ILO 2014). Evaluasi yang
dilakukan terhadap program pengentasan kemiskinan PROGRESA di Meksiko
menunjukkan peningkatan terhadap rata-rata lama sekolah dan tingkat kesehatan
anak-anak. Selain itu, terjadi peningkatan sebesar sembilan belas persen pada
keseluruhan modal manusia karena subsidi dan peningkatan pendapatan tenaga
kerja (Cho 2005;Skoufias 2001). Hal tersebut membuktikan bahwa peningkatan
kualitas human capital pada pendidikan dan kesehatan akan meningkatkan
pendapatan yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan individu.
Melalui investasi yang dilakukan, diharapkan anak akan memiliki masa
depan yang lebih baik. Namun, masih banyak keluarga yang belum menyadari hal
tersebut. Anak yang terlahir dalam keluarga miskin memiliki potensi yang lebih
besar untuk menjadi miskin ketika dewasa (Pakpahan et al 2009). Perbedaan latar
belakang sosial ekonomi akan mempengaruhi sumberdaya yang diberikan kepada
anak dan kualitas anak (Woodhouse 1997). Penelitian mengenai perilaku investasi
terhadap anak pada generasi berbeda masih belum banyak diteliti. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku investasi orang tua kepada
anak pada dua generasi keluarga dan hubungannya dengan kesejahteraan. Dengan
demikian, akan terlihat pengaruhnya terhadap mobilitas kemiskinan dan faktor
yang menyebabkan mobilitas kemiskinan tersebut terjadi.

Rumusan Masalah
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Bulan September 2013
mencapai 28,55 juta jiwa dengan 37,24 persen berada di perkotaan dan sisanya
(62,76%) berada di pedesaan. Data ini menunjukkan peningkatan dari bulan
sebelumnya, yaitu sebanyak 28,07 juta jiwa pada Maret 2013. Selama periode
Maret-September 2013, baik penduduk miskin di perkotaan maupun pedesaan
mengalami kenaikan (BPS 2014a). Apalagi jika menggunakan standar kemiskinan
yang lebih tinggi, seperti World Bank. Menurut World Bank, pada tahun 2011

4

39,50 juta jiwa (16,2%) penduduk Indonesia masih hidup dibawah garis
kemiskinan dan 25 juta keluarga tinggal di daerah kumuh perkotaan seperti di sisi
jalan kereta, bantaran sungai, bahkan hidup di jalanan (World Bank 2014;Habitat
for Humanity 2014)
Chronic poverty merupakan masalah kemiskinan yang sulit diatasi. Sekitar
320 juta sampai 443 juta penduduk dunia terjebak dalam kemiskinan kronis
(CPRC 2008). Hal ini karena mereka terbelenggu dalam rantai kemiskinan yang
bukan saja masalah ekonomi, tetapi juga masalah pendidikan dan kesehatan.
Menurut data BPS, rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun keatas pada
tahun 2011 adalah 7,9 tahun atau setara dengan sekolah menengah pertama (SMP)
(BPS 2012b). Selain itu, rata-rata lama pendidikan formal untuk provinsi Jawa
Barat pada tahun 2011 adalah 8,06 tahun, yang setara dengan sekolah menengah
pertama (SMP) (BPS 2012a). Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi
terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang berasal dari pendidikan
berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat
(Kemenkes 2013).
Hal ini sedikitnya menggambarkan dua permasalahan yang terjadi.
Pertama, kemiskinan masih menjadi masalah besar yang perlu diperhatikan.
Walaupun saat ini sudah banyak program bantuan dari pemerintah yang bertujuan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, tidak menjamin bahwa hal tersebut
dapat membantu meningkatkan status kesejahteraan. Kedua, kesadaran akan
pendidikan masih kurang. Saat ini pemerintah telah mencanangkan wajib belajar
dua belas tahun, namun pada kenyataannya target tersebut belum dapat tercapai.
Hal ini tentu saja berkaitan dengan kesadaran orang tua mengenai pentingnya
pendidikan bagi anak-anaknya.
Hasil penelitian Hartoyo et al (2013) menunjukkan bahwa terjadi
fenomena transfer kemiskinan di desa dan kota. Sebagian besar responden
mengalami status yang sama ketika berada di keluarga asal dengan setelah mereka
menikah. Faktor penting yang menjadi perhatian adalah peran keluarga asal dalam
menentukan tingkat kesejahteraan keluarga contoh, terutama dalam hal investasi
sumberdaya manusia, seperti pendidikan dan kesehatan. Penelitian yang dilakukan
oleh Puspitawati et al (2009) menunjukkan bahwa di Kabupaten Indramayu lebih
dari setengah responden menganggap bahwa anak sebagai tenaga kerja keluarga,
sehingga pendidikan bagi anak menjadi terabaikan. Anak dijadikan pekerja untuk
membantu perekonomian keluarga.
Penelitian menunjukkan bahwa orang tua miskin memiliki rata-rata lama
pendidikan yang lebih rendah dibandingkan dengan orang tua tidak miskin
(Surachman 2011;Bahri 2013;Sucianti 2013). Selain itu, hasil penelitian
Puspitawati et al (2009) memperlihatkan bahwa orang tua dengan anak drop-out
memiliki tingkat pendidikan sampai tamat SD (62,9% ayah dan 64,1% ibu) dan
setengah dari anak yang drop-out merasa biasa saja ketika hari pertama setelah
drop-out. Hal ini menggambarkan bahwa ketika investasi yang dilakukan orang
tua kurang, maka akan mempengaruhi persepsi anak dan pada akhirnya
menciptakan suatu sikap yang sama dengan orang tuanya.
Keluarga sebagai institusi yang utama dalam pengembangan sumberdaya
manusia sudah sepatutnya memperhatikan mengenai investasi pada anak.
Investasi yang dilakukan akan menentukan tingkat kesejahteraan anak
selanjutnya. Namun masih banyak keluarga yang belum sadar mengenai

5

pentingnya hal tersebut. Anak yang terlahir dalam keluarga miskin memiliki
potensi lebih besar untuk menjadi miskin ketika dewasa (Pakpahan et al 2009).
Selain itu, transfer modal terkait kemiskinan juga akan menentukan perubahan
status kesejahteraan individu.
Berdasarkan permasalahan yang ada, secara spesifik dirumuskan dalam
beberapa masalah penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana mobilitas kemiskinan antargenerasi yang terjadi pada dua
generasi keluarga?
2. Bagaimana perilaku investasi yang dilakukan orang tua terhadap anak?
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya mobilitas kemiskinan
antargenerasi?

Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis mobilitas kemiskinan
antargenerasi dan perilaku investasi pada anak Secara khusus, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Menganalisis fenomena mobilitas kemiskinan antargenerasi yang terjadi
pada dua generasi keluarga
2. Menganalisis perilaku investasi yang dilakukan orang tua terhadap anak
3. Menganalisis faktor-faktor yang memperngaruhi terjadinya mobilitas
kemiskinan antargenerasi

Kegunaan
Penelitian mengenai mobilitas kemiskinan antargenerasi dan perilaku
investasi pada anak ini diharapkan mampu memberikan manfaat dibidang ilmu
keluarga khususnya ekonomi keluarga. Disamping itu, membantu mamahami
lebih jauh mengenai fenomena kemiskinan yang terjadi dan faktor yang
menyebabkannya, serta pentingnya perilaku investasi pada anak. Penelitian ini
juga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam merancang
program pengantasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan keluarga.

KERANGKA PEMIKIRAN
Keluarga sebagai institusi pertama dalam pengembangan sumberdaya
manusia memegang perangan penting dalam melakukan investasi pada anak.
Segala hal yang dilakukan keluarga akan berpengaruh terhadap kehidupan anak di
masa depan. Investasi orang tua terhadap anak merupakan suatu hal yang krusial,
karena menyangkut determinan tingkat kesejahteraan individu dimasa depan.
Peilaku ini merupakan suatu bentuk saving yang dilakukan keluarga. Hartoyo
(1998) mendefinisikan investasi orang tua terhadap anak sebagai segala usaha,
aktivitas, alau alokasi sumberdaya keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan

6

kualitas anak sehingga diharapkan anak menjadi individu yang produktif saat
dewasa.
Perilaku investasi pada anak dipengaruhi oleh pengalaman orang tua
dimasa lalu saat mereka masih kecil. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal
tersebut. Namun yang paling dominan adalah pendidikan ibu. Ini dikarenakan ibu
adalah pengasuh utama dalam keluarga dan orang pertama yang berinteraksi serta
memperkenalan setiap perilaku kepada anak. Investasi yang dilakukan kepada
anak sejak dini akan mempengaruhi kesejahteraan mereka di masa depan. Ini juga
berarti kurangnya perilaku investasi akan menyebabkan kualitas sumberdaya
manusia menjadi rendah dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
kemampuan produktivitasnya. Jika produktivitas menurun, maka pendapatan akan
berkurang dan kesejahteraan pun menurun dan menyebabkan kemiskinan. Ketika
keluarga terjebak dalam kemiskinan, maka investasi sumberdaya manusia, seperti
pendidikan dan kesehatan, serta modal aset tidak dapat ditransferkan kepada anak.
Menurut Corcoran (1995), ada empat perspektif yang digunakan untuk
menjelaskan kemiskinan antargenerasi. Pertama, model sumberdaya. Orang tua
mengalokasikan pendapatan mereka untuk melakukan kegiatan konsumsi dan
investasi modal manusia berupa sekolah. Sumberdaya yang terbatas membuat
mereka hidup di lingkungan yang tidak layak, sehingga investasi modal manusia
akan terbatas. Kedua, model korelasi ketidakberuntungan. Model ini
menggambarkan bahwa status anak dipengaruhi oleh status orang tuanya.
Sebagian besar keluarga miskin memiliki rata-rata pendidikan yang rendah,
sehingga akan berdampak terhadap keefektivitasan usaha untuk mengembangkan
modal manusia. Nilai yang dianut orang tua, kondisi kesehatan, dan kemampuan
cenderung membatasi pencapaian ekonomi orang tua sendiri dan peningkatan
produktivitas anak mereka ketika dewasa. Ketiga, model budaya bantuan sosial.
Terjadinya penyimpangan nilai, sikap, dan perilaku akibat program bantuan
pemerintah. Keluarga miskin yang terbiasa mendapat bantuan dari pemerintah
akan mengembangkan sikap yang merugikan diri sendiri dan etika kerja yang
buruk dan sikap ini akan diteruskan kepada anak-anak mereka. Perilaku ini akan
membuat mereka “terjebak” dalam kemiskinan dan ketergantungan karena milaimilai yang menyimpang dan perilaku disfungsional. Keempat, Wilson’s
underclass model. Wilson mengembangkan suatu model struktur lingkungan
“isolasi sosial” yang menggambarkan diskriminasi upah antara orang kulit hitam
dan imigran dengan orang kulit putih. Menurutnya, jika orang kulit hitam dan
imigran mendapatkan upah yang sesuai, maka akan menekan kemiskinan negara.
Selain itu, kemiskinan antargenerasi juga dapat dilihat dari ada atau tidaknya asetaset yang ditransferkan dari generasi pertama ke generasi kedua. Salah satu cara
pentransferan aset dari orang tua kepada anak adalah dengan pemberian warisan
(Moore 2005).
Memahami dan menghadapi kemiskinan kronis, maka perlu memahami
dinamika kemiskinan. Dinamika kemiskinan diartikan sebagai perubahan
kesejahteraan individu atau keluarga dari waktu ke waktu. Life cycle seseorang,
transisi menjadi dewasa atau usia tua, pernikahan dan kelahiran anak, janda dan
kematian, sering memegang peranan penting dalam mengubah kerentanan
seseorang umtuk menjadi miskin. Moore (2005) membagi dinamika kemiskinan
menjadi 4 tipe, yaitu tidak pernah miskin, keluar dari kemiskinan, jatuh miskin,
dan terjebak kedalam kemiskinan.

7

Berdasarkan asumsi diatas, penelitian ini mencoba untuk menganalisis fenomena
mobilitas kemiskinan antergenerasi dan faktor penyebab seseorang atau keluarga
mengalami mobilitas kemiskinan. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapai
keluarga ketika mereka terjebak dalam lingkaran kemiskinan, dan bagaimana
peran investasi pada anak. Bagan kerangka pemikiran disajikan dalam gambar 1.

Keluarga asal ayah

Keluarga asal ibu

Karakteristik
keluarga

Karakteristik
keluarga

Tingkat kesejahteraan
Tidak Miskin

Keikutsertaan
program
pemerintah

Tingkat kesejahteraan

Miskin

Tidak Miskin

Perilaku investasi
orang tua
terhadap anak

Warisan

Perilaku investasi
orang tua
terhadap anak

contoh
GambarKeluarga
1 Kerangka
pemikiran
Ayah

Ibu

Keikutsertaan program
pemerintah

Tingkat kesejahteraan
Miskin

Tidak
Miskin

Perilaku investasi
orang tua terhadap
anak

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Miskin

Keikutsertaan
program
pemerintah

8

METODE PENELITIAN
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar yang berjudul
“Transfer Kemiskinan Antargenerasi di Desa dan Kota”. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan gabungan dari cross sectional study, yaitu
pengamatan yang dilakukan pada satu waktu yang bersamaan, dengan
retrospective study, yaitu memperoleh informasi dengan mengingat (recall)
kembali peristiwa yang pernah terjadi. Metode penelitian adalah survey dengan
kuisioner sebagai alat utama pengumpul data.
Lokasi penelitian ini berada di Indramayu dan Bogor. Pemilihan lokasi
dilakukan secara purposive dengan alasan bahwa Indramayu adalah daerah di
Jawa Barat yang memiliki nilai IPM terendah pada tahun 2011 (IPM Indramayu
68,40, Jawa Barat 72,73), sedangkan Bogor adalah salah satu daerah dengan IPM
berada di atas rata-rata (IPM Bogor 76,08). Penentuan lokasi penelitian
selanjutnya adalah dengan memilih kecamatan dari setiap daerah dengan jumlah
penduduk miskin tertinggi. Data kemiskinan keluarga di desa dan kota Indramayu
dan Bogor diperoleh berdasarkan data penerima bantuan langsung sementara
masyarakat (BLSM). Kecamatan Indramayu dan Terisi mewakili daerah
Indramayu, dan Kecamatan Ciomas dan Cigombong terpilih mewakili daerah
Bogor.
Selanjutnya, dipilih dua kelurahan dan desa dari masing-masing
kecamatan dengan jumlah penerima BLSM terbanyak. Kelurahan Margadadi dan
Paoman mewakili Kecamatan Indramayu, Desa Plosokerep dan Kendayakan
mewakili Kecamatan Terisi. Sedangkan Kecamatan Ciomas diwakili oleh Desa
Padasuka dan Ciomas, dan Kecamatan Cigombong diwakili oleh Desa Ciadeg dan
Ciburayut. Waktu penelitian dimulai dari Bulan Agustus 2013 hingga Bulan Juni
2014.

Contoh dan Metode Penarikan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang bertempat tinggal di
Provinsi Jawab Barat dan memiliki anak terakhir berusia balita. Contoh dalam
penelitian ini adalah 120 keluarga yang terpilih yang tersebar di empat lokasi
penelitian, serta dibedakan berdasarkan status kesejahteraan, yaitu 60 keluarga
miskin dan 60 keluarga tidak miskin. Responden dalam penelitian ini adalah
suami dan istri dari keluarga yang sudah dipilih. Penggolongan dilakukan
berdasarkan penerimaan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM).
Contoh dikelompokkan secara stratisfied random sampling dengan status
kesejahteraan sebagai kriterianya. Sebelumnya telah dipilih RW dari masingmasing lokasi secara purposive dengan syarat keluarga yang memiliki anak
terakhir balita. Contoh dipilih secara simple random sampling dari setiap RW di
masing-masing lokasi dengan proporsi yang sama antara jumlah keluarga miskin
dengan tidak miskin.

9

Indramayu

 purposive

Bogor

 purposive
Kec. Indramayu

 Kel.Margadadi
 Kel Paoman

Kec. Terisi

 Desa Plosokerep
 Desa Kendayakan

Kec. Ciomas

 Kel.Ciomas
 Kel Padasuka

Keluarga miskin
dan tidak miskin
dgn anak balita

Keluarga miskin dan
tidak miskin dgn
anak balita

Keluarga miskin
dan tidak miskin
dgn anak balita

RW dgn responden
terbanyak

RW dgn responden
terbanyak

RW dgn responden
terbanyak

n = 30

n = 30

n = 30

Kec. Cigombong

 Desa Ciburayut
 Desa Ciadeg

 purposive

Keluarga miskin
dan tidak miskin
dgn anak balita

 stratified

RW dgn responden
terbanyak

n = 30

 purposive

 simple
random
sampling

Gambar 2 Teknik penarikan contoh

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer dan sekunder saling melengkapi satu dengan yang lain untuk
menyempurnakan hasil penelitian. Data sekunder didapatkan melalui studi
literatur dari buku, jurnal, internet dan penelitian-penelitian sebelumnya yang
terkait topik penelitian. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil
penggalian informasi yang dilakukan dengan :
1. Kuisioner, yaitu suatu instrumen penelitian yang digunakan dalam
metode survey. Data yang dikumpulkan berupa data karakteristik keluarga
asal dan keluarga contoh, status sosial ekonomi keluarga asal, perilaku
investasi keluarga asal terhadap responden dan perilaku investasi keluarga
contoh terhadap anak terakhir, dan perkawinan serta kepemilikan aset
yang dimiliki keluarga contoh.
2. Observasi, dilakukan untuk mendapat gambaran mengenai keadaan lokasi
penelitian dan kebutuhan dokumentasi.
Tingkat kesejahteraan keluarga asal diukur dengan menggunakan
instrumen yang diadopsi dari Family Life History (FLH) yang dikembangkan oleh
Bottema, Siregar, dan Madiadipura (2009). Indikator yang digunakan meliputi
stabilitas pendapatan keluarga asal, kepemilikan dan kondisi rumah keluarga asal,
kepemilikan aset (lahan pertanian, hewan ternak, perahu, dan lainnya),
kemampuan literasi orang tua, dan pengaruh orang tua di masyarakat. Riwayat
migrasi dan kesehatan juga turut ditanyakan untuk melengkapi informasi. Perilaku
investasi keluarga asal terhadap responden menggunakan instrumen yang

10

dikembangkan oleh Surachman (2011) dengan nilai α-cronbach sebesar 0,849,
sedangkan perilaku investasi
keluarga contoh terhadap anak terakhir
menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Surachman (2011) dengan nilai
α-cronbach sebesar 0,889.
Tabel 1 Jenis dan skala data
Variabel

Katagori

Karakteristik keluarga contoh
Usia ayah
Usia ibu
Lama pendidikan
Pendapatan keluarga
Pekerjaan ayah dan ibu
Pencari nafkah utama
Jumlah anak
Karakteristik keluarga asal
Jumlah anak
Pencari nafkah utama
Pekerjaan kakek dan nenek
Status sosial ekonomi keluarga asal
Pendapatan keluarga (stabilitas)
Kemampuan literasi

Kepemilikan rumah

Kondisi rumah

Kepemilikan aset
Pengaruh keluarga di masyarakat
Tingkat kesejahteraan keluarga contoh
Tingat kesejahteraan keluarga asal
Warisan
Penerimaan program bantuan pemerintah
Aset keluarga contoh
Investasi anak (behavior)

Mobilias kemiskinan

Skala data
Rasio (tahun)
Rasio (tahun)
Rasio (tahun)
Rasio (Rp/bulan)
Nominal
Nominal
Rasio (jumlah)
Rasio (jumlah)
Nominal
Nominal

0= tidak stabil
1= stabil
0 = tidak bisa
calistung
1 = bisa calistung
1= milik sendiri
2= sewa
3= lainnya
1=lebih baik
2= sama saja
3= lebih buruk
0= tidak memiliki
1= memiliki
0= tidak berpengaruh
1= berpengaruh
0= miskin
1= tidak miskin
0 = miskin
1= tidak miskin
0= tidak menerima
1= menerima
0= menerima
1= tidak menerima
0 = tidak memiliki
1 = memiliki
1= tidak pernah
2= kadang-kadang
3 = sering
4 = selalu
1= selalu miskin
2= jatuh miskin
3= keluar dari kemiskinan
4= tidak pernah miskin

Ordinal
Ordinal

Nominal

Ordinal

Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal

Ordinal

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif yang telah diperoleh selanjutnya diolah melalui proses editing, coding,
scoring, entry, cleaning data dan analisis data. Data akan dianalisis secara

11

deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program Microsoft exel dan
Statistic Package for Social Science (SPSS). Sistem skoring akan dilakukan secara
konsisten, yaitu semakin tinggi nilai skor maka akan semakin positf nilai
variabelnya. Setelah dijumlahkan akan dikatagorikan dengan menggunakan teknik
skoring normatif dengan menggunakan interval kelas.
Data kualitatif akan diolah melalui tiga tahap analisis data kualitatif, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data digunakan
untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, mengeliminasi data-data yang
tidak diperlukan, sehingga dapat langsung mengjawab perumusan masalah.
Kemudian data akan disajikan dalam bentuk teks, tabel, grafik, atau bagan.
Setelah itu ditarik kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian.
Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Analisis deskriptif (tara-rata, nilai minimum, nilai maksimum, dan
persentase) digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga
contoh dan keluarga asal, status sosial ekonomi keluarga asal, dan perilaku
investasi keluarga asal terhadap responden dan perilaku investasi keluarga
contoh terhadap anak terakhir.
2. Analisis inferensia menggunakan uj beda untuk menganalisis perbedaan
perilaku investas pada anak antara keluarga miskin dan tidak miskin, uji
regresi logistik multinomial untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi dinamika kemiskinan pada suami dan istri.
Tahapan analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian
adalah sebagai berikut.
1. Keluarga contoh dibedakan menjadi miskin dan tidak miskin berdasarkan
penerimaan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) (penerima =
miskin, tidak menerima = tidak miskin). Karakteristik demografi, sosial,
dan ekonomi individu serta keluarga dianalisis secara deskriptif yang
bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai variabel yang dianalisis
dan memberi makna terhadap data. Data karakteristik keluarga contoh
yang terdiri dari usia suami dan istri, lama pendidikan, jumlah anak,
pendapatan per bulan dan pendapatan per kapita akan dihitung dengan
mencari rata-rata dari setiap variabel dan dilakukan uji beda antara
keluarga yang berstatus miskin dan tidak miskin di desa dan kota. Pencari
nafkah utama keluarga dikelompokkan menjadi suami, istri, dan suami dan
istri. Jenis pekerjaan yang dianalisis adalah jenis pekerjaan pencari nafkah
utama. Data karakteristik keluarga asal terdiri dari jumlah anak, pencari
nafkah utama, dan jenis pekerjaan pencari nafkah utama. Jumlah anak
dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu ≤2 anak, 3-5 anak, 6-8
anak, dan ≥9 anak. Pencari nafkah utama dikelompokkan menjadi ayah,
ibu, ayah dan ibu, serta anggota keluarga lain.
2. Status kesejahteraan keluarga asal dikelompokkan menjadi miskin dan
tidak miskin berdasarkan skor FLH (skor FLH