Pengaruh Penambahan Minyak Biji Anggur (Grape Seed Oil) Terhadap Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenzon dan Oktilmetoksisinamat Dalam Basis Vanishing Cream

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK BIJI ANGGUR (GRAPE SEED OIL) TERHADAP EFEKTIVITAS SEDIAAN TABIR SURYA KOMBINASI OKSIBENZON DAN OKTILMETOKSISINAMAT DALAM BASIS VANISHING CREAM SKRIPSI
OLEH:
RUDY CHANDRA NIM 111501059
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK BIJI ANGGUR (GRAPE SEED OIL) TERHADAP EFEKTIVITAS SEDIAAN TABIR SURYA KOMBINASI OKSIBENZON DAN OKTILMETOKSISINAMAT DALAM BASIS VANISHING CREAM
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH:
RUDY CHANDRA NIM 111501059
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK BIJI ANGGUR (GRAPE SEED OIL) TERHADAP EFEKTIVITAS SEDIAAN TABIR SURYA KOMBINASI OKSIBENZON DAN OKTILMETOKSISINAMAT DALAM BASIS VANISHING CREAM
OLEH:
RUDY CHANDRA NIM 111501059
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skrisi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: 23 Mei 2015

Disetujui Oleh: Pembimbing I,


Panitia Penguji,

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP195107031977102001

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195006071979031001

Pembimbing II,

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP 195306191983031001

Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. NIP 195201041980031002

Sri Yuliasmi, S. Farm, M. Si., Apt. NIP 1982070320081220002

Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001

Medan, Mei 2015 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Pengaruh Penambahan Minyak Biji Anggur (Grape Seed Oil) Terhadap Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenzon dan Oktilmetoksisinamat Dalam Basis Vanishing Cream”.
Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. dan Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan selama masa penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Penulis juga berterima kasih kepada Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan, yang telah memberikan fasilitas dan masukan selama masa pendidikan dan penelitian. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Sri Yuliasmi, S.Farm., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini serta kepada Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak memberikan bimbingan selama masa pendidikan. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan. Bapak kepala Laboratorium Farmasi Fisik yang telha memberikan bantuan dan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.
iv

Penulis juga mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang tulus dan tak terhingga kepada orang tua tercinta Ayahanda Ersada dan Ibunda Tjaw Tjun Lian yang tiada hentinya mendoakan, memberi semangat, dukungan dan berkorban tulus ikhlas bagi kesuksesan penulis, kepada Adikku tercinta Novellita Chandra, teman-teman di Laboratorium Farmasi Fisik, dan sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dorongan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaannya. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang farmasi dan berguna bagi alam semesta.
Medan, Mei 2015 Penulis,
Rudy Chandra NIM 101501059
v

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK BIJI ANGGUR (Grape Seed Oil) TERHADAP EFEKTIVITAS SEDIAAN TABIR SURYA
KOMBINASI OKSIBENZON DAN OKTILMETOKSINAMAT DALAM BASIS VANISHING CREAM
ABSTRAK
Latar belakang: Minyak biji anggur/ grape seed oil (MBA) merupakan salah satu minyak nabati yang sering digunakan dalam industri kosmetik, kuliner, serta untuk tujuan farmasetis maupun medis. Minyak biji anggur mengandung asam lemak tidak jenuh berupa asam linoleat dan asam linolenat dalam konsentrasi tinggi. Minyak biji anggur juga mengandung senyawa fenolik, tokoferol, serta tannin yang dapat melindungi kulit dari bahaya radiasi ultraviolet matahari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penambahan minyak biji anggur terhadap peningkatan efektivitas sediaan tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktilmetoksisinamat (2 dan 5 % b/b) dengan parameter nilai SPF (Sun Protection Factor). Metode: Sediaan dibuat dalam 5 formula yaitu formula A (blanko), formula B (6% MBA), formula C (8% MBA), formula D (10% MBA), formula E (12% MBA) yang dalam formulanya masing-masing mengandung oksibenzon dan oktilmetoksisinamat (2 dan 5 % b/b). Evaluasi sediaan krim dilakukan terhadap homogenitas, tipe emulsi, pH, stabilitas (warna dan bau), iritasi kulit, dan efektivitas SPF sediaan secara in vitro menggunakan spektrofotometer UV. Selanjutnya nilai SPF yang diperoleh diuji dengan One Way Anova untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelima formula. Hasil: Hasil pengujian menunjukkan seluruh sampel homogen dengan tipe emulsi m/a, rentang pH pada kisaran 6,53 - 6,56, tidak menyebabkan iritasi dan sediaan stabil selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai SPF sediaan, meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi minyak biji anggur yang ditambahkan dengan nilai SPF rata-rata dari masing-masing formula sebagai berikut: formula A 11,0714; formula B 11,9054; formula C 12,3189; formula D 12,7222; serta formula E 13,0343. Kelima formula tersebut dapat digunakan secara optimal sebagai tabir surya dengan kategori proteksi maksimal. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai SPF kelima formula sediaan. Kesimpulan: Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan minyak biji anggur dapat meningkatkan efektivitas sediaan tabir surya dari oksibenzon dan oktilmetoksisinamat dalam basis vanishing cream.
Kata kunci: Tabir surya, minyak biji anggur, oksibenzon, oktilmetoksisinamat, SPF (Sun Protection Factor)
vi

THE INFLUENCE OF GRAPE SEED OIL AGAINST THE EFFECTIVENESS OF SUNSCREEN PREPARATIONS CONTAINING

THE COMBINATION OF OXYBENZONE AND OCTILMETOXYCINNAMATE IN VANISHING CREAM BASIS
ABSTRACT
Background: Grape seed oil is a vegetable oil that is usually used i n cosmetic industry, culinary, pharmaceutic and also medical used. Grape seed oil contains of unsaturated fatty acid such as linoleic acid and linolenic acid in high concentration. Grape seed oil also contain phenolic compound, tocoferol and tannin which can protect skin from the impact of sun’s ultraviolet radiation. Purpose: The aim of this study was to evaluate the influence of adding grape seed oil to increase the effectiveness of sunscreen preparations containing the combination of oxybenzone and octylmetoxycinnamate (2 and 5 % b/b) by measuring the SPF (Sun Protection Factor) value as its parameter. Methods: In this study, the preparations were made in 5 formulas such as formula A (blank), formula B (6% GSO), formula C (8% GSO), formula D (10% GSO), formula E (12% GSO), combine with oxybenzone and octylmetoxycinnamate (2 and 5 % b/b) in each formulas. Evaluations conducted on cream homogenity, emulsion type, pH, stability, skin irritation, and determining the SPF value of the preparations by in vitro way using spectrophotometer UV. Then the value of SPF will be tested in One Way Anova to see whether there is any significant difference in those formulas. Result: The evaluation results showed that all sample homogen with emulsion type w/o, in range 6.53 – 6.56 pH, non-irritating, and a stable preparation during 12 weeks of storage at room temperature. The evaluation also showed that the preparation’s SPF value increases along with the increased of additional grape seed oil concentration, the average SPF value from each formula were : formula A 11.0714; formula B 11.9054; formula C 12.3189; formula D 12.7222; and formula E 13.0343. These formulas can be used optimally as sunscreen with maximal protection category. From the result of statistic tests, there was a significant difference on the SPF value between 5 formulas’ preparation. Conclusion: From the evaluation, be concluded that with additional of grape seed oil can increase the effectiveness sunscreen preparation from octylmetoxycinnamate and oxybenzone in vanishing cream basis.
Key word: Sunscreen, Grape Seed Oil, Octylmetoxycinnamate, Oxybenzone, SPF (Sun Protection Factor).
vii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ................................................................................................

i

HALAMAN JUDUL ...........................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................


iii

KATA PENGANTAR ........................................................................

iv

ABSTRAK ..........................................................................................

v

ABSTRACT ........................................................................................

vi

DAFTAR ISI .......................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ...............................................................................


xi

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................

xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................

1

1.2 Perumusan Masalah ........................................................

4


1.3 Hipotesa Penelitian .........................................................

4

1.4 Tujuan Penelitian .............................................................

4

1.5 Manfaat Penelitian ..........................................................

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................

5

2.1 Uraian Tanaman Anggur..................................................

5


2.2 Minyak Biji Anggur.........................................................

6

2.3 Kulit .................................................................................

6

2.3.1 Struktur kulit ..........................................................

7

2.3.2 Fungsi biologik kulit..............................................

8

viii

2.3.3 Warna kulit ............................................................ 2.3.4 Mekanisme pigmentasi pada kulit ......................... 2.4 Penyinaran Matahari dan Efeknya Pada Kulit ............... 2.5 Mekanisme Perlindungan Kulit ..................................... 2.6 Tabir Surya..................................................................... 2.7 Oksibenzon .................................................................... 2.8 Oktilmetoksisinamat ...................................................... 2.9 Sun Protection Factor..................................................... 2.10 Krim ............................................................................... BAB III METODE PENELITIAN....................................................... 3.1 Alat-alat ......................................................................... 3.2 Bahan-bahan ................................................................. 3.3 Sukarelawan .................................................................. 3.4 Prosedur Pembuatan Krim ............................................. 3.4.1 Formula dasar krim ................................................ 3.4.2 Pembuatan sediaan krim ........................................ 3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan....................................... 3.5.1 Penentuan homogenitas sediaan ............................ 3.5.2 Pengamatan stabilitas sediaan................................ 3.5.3 Pengukuran pH sediaan ......................................... 3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan ............................... 3.6 Uji Iritasi ........................................................................ 3.7 Penentuan Nilai SPF Sediaan......................................... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................


10 10 11 12 13 14 14 15 16
17 17 17 18 18 19 19 19 19 20 20 20 21 24

ix

4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan....................................... 4.1.1 Homogenitas sediaan ............................................. 4.1.2 Stabilitas sediaan ................................................... 4.1.3 pH sediaan.............................................................. 4.1.4 Tipe emulsi sediaan ..............................................
4.2 Efek Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan ......................... 4.3 Nilai SPF Sediaan ............................................................ BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................... 5.1 Kesimpulan ...................................................................... 5.2 Saran ................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... LAMPIRAN ........................................................................................

24 24 25 26 27 27 28 34 34 34 35 37

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Tetapan fungsi sediaan normal ........................................ 23

Tabel 4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 12 minggu ..............................................................................


25

Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat ..... 26

Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan selama penyimpanan 12 minggu ..............................................................................
Tabel 4.4 Data penentuan tipe emulsi sediaan ..................................

26 27

Tabel 4.5 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan .......................

27

Tabel 4.6 Data serapan formula sediaan tabir surya ........................

28

Tabel 4.7 Hasil nilai SPF dari masing-masing formula ....................

29


Tabel 4.8 Kategori efektivitas sediaan tabir surya ............................

31

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Hasil uji homogenitas dari kelima sediaan krim.............

24

Gambar 4.2 Grafik serapan sediaan tabir surya terhadap panjang gelombang ......................................................................
Gambar 4.3 Pengaruh penambahan minyak biji anggur terhadap nilai SPF (Sun Protection Factor) masing-masing formula ...........................................................................

29 30


xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar sediaan krim ...................................................... Lampiran 2. Gambar alat dan bahan percobaan .................................. Lampiran 3. Gambar pengujian........................................................... Lampiran 4. Bagan alir pembuatan krim tabir surya........................... Lampiran 5. Bagan alir pengujian nilai SPF krim tabir surya............. Lampiran 6. Surat pernyataan uji iritasi .............................................. Lampiran 7. Contoh perhitungan......................................................... Lampiran 8. Spektrum serapan UV masing-masing formula krim
pada pengukuran pertama .............................................. Lampiran 9. Overlay serapan formula ................................................ Lampiran 10.Tabel data serapan UV dan perhitungan nilai SPF......... Lampiran 11.Sertifikat bahan .............................................................. Lampiran 12.Pengujian statistik ..........................................................

37 38 41 43 44 45 46
47 49 50 58 61

xiii

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK BIJI ANGGUR (Grape Seed Oil) TERHADAP EFEKTIVITAS SEDIAAN TABIR SURYA
KOMBINASI OKSIBENZON DAN OKTILMETOKSINAMAT DALAM BASIS VANISHING CREAM
ABSTRAK
Latar belakang: Minyak biji anggur/ grape seed oil (MBA) merupakan salah satu minyak nabati yang sering digunakan dalam industri kosmetik, kuliner, serta untuk tujuan farmasetis maupun medis. Minyak biji anggur mengandung asam lemak tidak jenuh berupa asam linoleat dan asam linolenat dalam konsentrasi tinggi. Minyak biji anggur juga mengandung senyawa fenolik, tokoferol, serta tannin yang dapat melindungi kulit dari bahaya radiasi ultraviolet matahari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penambahan minyak biji anggur terhadap peningkatan efektivitas sediaan tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktilmetoksisinamat (2 dan 5 % b/b) dengan parameter nilai SPF (Sun Protection Factor). Metode: Sediaan dibuat dalam 5 formula yaitu formula A (blanko), formula B (6% MBA), formula C (8% MBA), formula D (10% MBA), formula E (12% MBA) yang dalam formulanya masing-masing mengandung oksibenzon dan oktilmetoksisinamat (2 dan 5 % b/b). Evaluasi sediaan krim dilakukan terhadap homogenitas, tipe emulsi, pH, stabilitas (warna dan bau), iritasi kulit, dan efektivitas SPF sediaan secara in vitro menggunakan spektrofotometer UV. Selanjutnya nilai SPF yang diperoleh diuji dengan One Way Anova untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelima formula. Hasil: Hasil pengujian menunjukkan seluruh sampel homogen dengan tipe emulsi m/a, rentang pH pada kisaran 6,53 - 6,56, tidak menyebabkan iritasi dan sediaan stabil selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai SPF sediaan, meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi minyak biji anggur yang ditambahkan dengan nilai SPF rata-rata dari masing-masing formula sebagai berikut: formula A 11,0714; formula B 11,9054; formula C 12,3189; formula D 12,7222; serta formula E 13,0343. Kelima formula tersebut dapat digunakan secara optimal sebagai tabir surya dengan kategori proteksi maksimal. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai SPF kelima formula sediaan. Kesimpulan: Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan minyak biji anggur dapat meningkatkan efektivitas sediaan tabir surya dari oksibenzon dan oktilmetoksisinamat dalam basis vanishing cream.
Kata kunci: Tabir surya, minyak biji anggur, oksibenzon, oktilmetoksisinamat, SPF (Sun Protection Factor)
vi

THE INFLUENCE OF GRAPE SEED OIL AGAINST THE EFFECTIVENESS OF SUNSCREEN PREPARATIONS CONTAINING
THE COMBINATION OF OXYBENZONE AND OCTILMETOXYCINNAMATE IN VANISHING CREAM BASIS
ABSTRACT
Background: Grape seed oil is a vegetable oil that is usually used i n cosmetic industry, culinary, pharmaceutic and also medical used. Grape seed oil contains of unsaturated fatty acid such as linoleic acid and linolenic acid in high concentration. Grape seed oil also contain phenolic compound, tocoferol and tannin which can protect skin from the impact of sun’s ultraviolet radiation. Purpose: The aim of this study was to evaluate the influence of adding grape seed oil to increase the effectiveness of sunscreen preparations containing the combination of oxybenzone and octylmetoxycinnamate (2 and 5 % b/b) by measuring the SPF (Sun Protection Factor) value as its parameter. Methods: In this study, the preparations were made in 5 formulas such as formula A (blank), formula B (6% GSO), formula C (8% GSO), formula D (10% GSO), formula E (12% GSO), combine with oxybenzone and octylmetoxycinnamate (2 and 5 % b/b) in each formulas. Evaluations conducted on cream homogenity, emulsion type, pH, stability, skin irritation, and determining the SPF value of the preparations by in vitro way using spectrophotometer UV. Then the value of SPF will be tested in One Way Anova to see whether there is any significant difference in those formulas. Result: The evaluation results showed that all sample homogen with emulsion type w/o, in range 6.53 – 6.56 pH, non-irritating, and a stable preparation during 12 weeks of storage at room temperature. The evaluation also showed that the preparation’s SPF value increases along with the increased of additional grape seed oil concentration, the average SPF value from each formula were : formula A 11.0714; formula B 11.9054; formula C 12.3189; formula D 12.7222; and formula E 13.0343. These formulas can be used optimally as sunscreen with maximal protection category. From the result of statistic tests, there was a significant difference on the SPF value between 5 formulas’ preparation. Conclusion: From the evaluation, be concluded that with additional of grape seed oil can increase the effectiveness sunscreen preparation from octylmetoxycinnamate and oxybenzone in vanishing cream basis.
Key word: Sunscreen, Grape Seed Oil, Octylmetoxycinnamate, Oxybenzone, SPF (Sun Protection Factor).
vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kulit merupakan bagian terluar tubuh yang membungkus daging serta
organ-organ yang ada di dalamnya. Kulit berfungsi sebagai sarana pertahanan pertama terhadap lingkungan sekitar (Widyastuti, 2013). Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya ultraviolet matahari (Tranggono dan Latifah, 2007).
Lapisan germinativum merupakan salah satu lapisan pada kulit yang berperan dalam pembentukan awal keratinosit baru yang mengandung melanosit, yaitu sel yang memproduksi melanin guna memberi warna kepada kulit serta melindungi DNA. Mutasi DNA pada inti sel kulit akibat sinar matahari dapat menyebabkan kanker dan kerusakan sel sehingga kulit terlihat lebih cepat menua (Widyastuti, 2013).
Sinar matahari mempunyai efek yang menguntungkan maupun merugikan, tergantung pada frekuensi dan lamanya sinar matahari mengenai kulit, intensitas sinar mathari, serta sensitivitas kulit. Efek buruk sinar matahari berupa eritema kulit yang diikuti oleh warna coklat kemerahan. Pada dasarnya, timbulnya warna coklat kemerahan merupakan reaksi perlindungan terhadap kerusakan akibat sinar matahari (Ditjen POM, 1985).
1

Sel melanin terbentuk akibat paparan sinar matahari yang terlalu sering pada kulit. Sel-sel melanosit yang memproduksi melanin, dapat menjadikan warna kulit menjadi lebih gelap dan terbentuk flek (Widyastuti, 2013). Adanya keterbatasan kulit untuk melawan efek negatif tersebut, maka diperlukan perlindungan buatan, baik perlindungan fisik misalnya penggunaan jaket, topi lebar atau payung, maupun perlindungan kimia misalnya penggunaan tabir surya dalam sediaan kosmetik (Ditjen POM, 1985).
Anggur (Vitis vinifera) merupakan salah satu buah yang penting dan menurut FAO (Food and Agliculture Organization) buah anggur diproduksi sekitar 58 juta ton metrik tiap tahun. Sekitar 80% dari hasil panen buah anggur hanya dimanfaatkan dalam industri pembuat minuman. Biji anggur adalah produk limbah yang dihasilkan dalam industri pembuat minuman (Yousefi, dkk., 2013).
Secara umum biji anggur mengandung 10 - 16% minyak biji anggur dari berat keringnya. Minyak biji anggur mengandung tannin, senyawa polifenol, dan asam lemak tidak jenuh dalam kandungan tinggi. Senyawa senyawa bersifat antioksidan ini menyebabkan minyak biji anggur lebih stabil dan tahan terhadap berbagai reaksi oksidasi. Minyak biji anggur juga sering dimanfaatkan terutama dalam industri kosmetik, kuliner, nutrasetika dan juga tujuan medis lainnya (Canbay, dkk., 2011). Menurut Baydar dan kawan kawan (2007), minyak biji anggur mengandung asam lemak tidak jenuh dengan kadar hampir 85% dari total kandungan asam lemak minyak biji anggur serta mengandung tokoferol dan senyawa polifenol yang berperan penting sebagai antioksidan alamiah. Kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi ini menjadikan minyak biji anggur sebagai minyak berkualitas tinggi.
2

Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membaurkan atau menyerap secara efektif cahaya matahari, terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari (Ditjen POM, 1985). Tabir surya terbagi atas dua macam yakni tabir surya kimia; contohnya PABA, turunan benzofenon seperti oksibenzon, turunan sinamat seperti oktilmetoksisinamat, dan antranilat yang dapat mengabsorbsi radiasi ultraviolet matahari. Tabir surya fisik; misalnya titanium dioksida, silikat, seng oksida, petrolatum dan kaolin dapat memantulkan sinar radiasi matahari ( Wasitaatmadja, 1997).
Dalam mengoptimalkan kemampuan sediaan tabir surya, pada umumnya ditambahkan minyak-minyak tumbuhan seperti minyak almond, alpukat, kelapa, biji kapas, zaitun, kacang tanah, wijen dan kacang kedelai yang berfungsi sebagai pelembab karena daya penetrasi dan penyebaran di kulit yang baik, serta mempunyai sifat sebagai pelindung terhadap sinar ultraviolet (Kaur, dkk., 2010).
Dari berbagai keunggulan minyak biji anggur yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk mengkombinasikan berbagai kadar minyak biji anggur dengan oksibenzon dan oktilmetoksisinamat yang akan diformulasikan dalam sediaan vanishing cream. Sediaan tabir surya ini kemudian diuji pengaruhnya terhadap nilai SPF (Sun Protection Factor) yang merupakan parameter optimasi sifat fotoprotektif sediaan.
3

1.2 Perumusan Masalah 1. apakah ada pengaruh penambahan minyak biji anggur terhadap efektivitas sediaan tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktilmetoksisinamat. 2. apakah penambahan minyak biji anggur dengan berbagai konsentrasi memberikan perbedaan nilai SPF yang signifikan diantara masing-masing formula.
1.3 Hipotesa 1. penambahan minyak biji anggur dapat meningkatkan efektivitas sediaan tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktilmetoksisinamat. 2. penambahan minyak biji anggur dengan berbagai konsentrasi memberikan perbedaan nilai SPF yang signifikan di antara masing-masing formula.
1.4 Tujuan Penelitian 1. untuk mengetahui pengaruh penambahan minyak biji anggur terhadap efektivitas sediaan tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktilmetoksisinamat. 2. untuk mengetahui perbedaan nilai SPF yang signifikan di antara sediaan tabir surya dengan penambahan minyak biji anggur dalam berbagai konsentrasi.
1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah untuk
memperoleh optimasi penggunaan minyak biji anggur sebagai bahan tabir surya dalam sediaan krim yang diformulasi dengan oksibenzon dan oktilmetoksisinamat.
4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman Anggur Anggur diduga berasal dari sekitar Laut Hitam dan Laut Kaspi. Kemudian ,
menyebar ke amerika utara, amerika selatan, dan eropa, selanjutnya ke Asia termasuk Indonesia. Tanaman anggur merupakan tanaman tropis bertipe iklim kering dan bersifat tahunan. Tanamannya kecil, merambat dengan sulur yang berbentuk spiral (Sunarjono, 2013).
Anggur mulai berkembang di Indonesia seiring dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah untuk mengurangi impor anggur melalui Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 505/1982. Pengembangan perkebunan anggur rakyat Indonesia cukup prospektif karena kondisi tanah dan iklim dapat mendukung tanaman tumbuh dan berproduksi optimal (Dewi, 2014). Klasifikasi tanaman anggur Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi: Angiospermae Kelas : Dycotyledoneae Bangsa : Rhamnales Suku : Vitaceae Marga : Vitis Jenis : Vitis vinifera L. (Hutapea, dkk., 1994).
Anggur merupakan salah satu buah hasil pertanian yang dibudidayakan secara luas di berbagai negara di dunia. Hasil panen buah anggur secara umum dimanfaatkan dalam industri pembuat minuman wine (Yousefi, dkk., 2013). Biji
5

anggur dihasilkan sekitar 15% sebagai limbah dari industri pembuatan wine. Biji anggur dapat diolah lebih lanjut untuk menghasilkan minyak biji anggur. Kandungan minyak yang terdapat dalam biji anggur tergantung dari varietas anggur yang diolah, secara umum biji anggur mengandung 10-16% dari berat kering biji anggur (Canbay, dkk., 2011). 2.2 Minyak Biji Anggur
Minyak biji anggur mengandung asam lemak tidak jenuh dalam konsentrasi yang sangat tinggi antara lain asam linoleat 72-76% dari total komposisi asam lemak minyak biji anggur (Yousefi, dkk., 2013). Minyak biji anggur juga kaya akan tokoferol, senyawa polifenol serta tannin dalam konsentrasi yang tinggi. Sifat antioksidan senyawa senyawa yang terkandung dalam minyak biji anggur serta asam lemak tidak jenuh yang tinggi dari minyak biji anggur menyebabkan minyak biji anggur lebih tahan dan tidak mudah teroksidasi sehingga sering dimanfaatkan dalam industri kosmetik, kuliner, farmasetika dan tujuan kesehatan lainnya (Canbay, dkk., 2011). 2.3 Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan selsel yang sudah mati), repirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulita dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan tubuh terhadap tekanan atau infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007).
6

2.3.1 Struktur kulit Secara anatomi, kulit wajah dan seluruh tubuh terbagi menjadi beberapa
lapisan yaitu: epidermis, dermis dan subkutan. 1. Lapisan epidermis
Lapisan epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang menyelimuti permukaan tubuh dan terus-menerus mengalami pergantian sel. Lapisan epidermis terbagi menjadi beberapa lapisan berikut: a. Stratum korneum atau lapisan tanduk
Merupakan lapisan kulit paling atas yang tersusun dari sel-sel mati. Di antara selnya terdapat lemak yang berperan menstabilkan lapisan tanduk, menjaga kelembapan kulit saat terjadi pengu apan akibat panasnya sinar matahari, serta sebagai lapisan yang menyaring sekaligus mencegah sel-sel kontak dengan mikroorganisme, toksin, dan zat asing dari luar. b. Stratum lusidum
Merupakan lapisan tebal dengan sel berbentuk gepeng yang tidak berwarna dan bening, yang mengandung banyak zat eleidin (lapisan mengeras) yang ditemukaan hanya di lapisan telapak kaki dan tangan. c. Stratum granulosum
Merupakan sel mati yang tidak dapat membelah diri. Sel itu tersusun dari sel keratin yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, serta berinti mengkerut. d. Stratum spinosum
Merupakan lapisan di atas sel basal yang tersusun dari sel keratinosit. Sel keratinosit berisi protein keratin, yang dapat melindungi lapisan sel basal yang aktif membelah.
7

e. Stratum germinativum atau lapisan basal Merupakan cikal bakal terbentuknya keratinosit baru serta mengandung
melanosit yaitu sel yang memproduksi melanin guna memberi warna kepada kulit sekaligus melindungi DNA pada inti sel kulit agar tidak bermutasi akibat radiasi sinar matahari. 2. Lapisan dermis
Lapisan dermis merupakan lapisan dengan ketebalan 4 kali lipat dari lapisan epidermis (sekitar 0,25-2,55 mm). Lapisan dermis tersusun dari jaringan penghubung dan penyokong lapisan epidermis (Widyastuti, 2013). Lapisan ini bertanggung jawab terhadap elastisitas dan kehalusan kulit serta berperan menyuplai nutrisi bagi epidermis (Mulyawan dan Suryana, 2013). 3. Lapisan subkutis
Lapisan subkutis merupakan lapisan di bawah dermis yang tersusun dari sel kolagen dan lemak tebal untuk menyekat panas. Dengan demikian, tubuh dapat beradaptasi dengan perubahan temperatur luar tubuh karena perubahan cuaca. Selain itu, lapisan subkutis juga dapat menyimpan cadangan nutrisi bagi kulit (Widyastuti, 2013). 2.3.2 Fungsi biologik kulit
Fungsi kulit sangat kompleks dan berkaitan satu dengan yang lainnya di dalam tubuh manusia. 1. Fungsi proteksi
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan (karbol, asam, atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau
8

dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus. Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sinar tersebut. Fungsi sawar kulit terutama berada di sel-sel epidermis dan kemampuan kulit sebagai sawar berbeda beda tergantung pada kondisi epidermis di tempat tersebut. 2. Fungsi ekskresi
Kelenjar kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, asam urat, amonia, dan sedikit lemak. Lemak atau sebum yang dihasilkan kelenjar kulit dapat melindungi kulit dengan cara meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di permukaan kulit membentuk keasaman kulit pada pH 5-6,5. 3. Fungsi absorbsi
Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum yang menempel di kulit. Penyerapan dapat melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau saluran keluar rambut. 4. Fungsi pengindra
Kulit mengandung reseptor di lapisan dermis dan subkutis. Kulit sangat sensitif terhadap rangsangan dari luar berupa tekanan, raba, suhu dan nyeri. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor-reseptor kulit dan diteruskan ke sistem saraf pusat untuk selanjutnya diinterpretasikan.
9

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan penguapan keringat tersebut terbuang pula kalori atau panas tubuh. Vasokonstriksi pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diridari kehilangan panas pada waktu dingin (Wasitaatmaja, 1997). 2.3.3 Warna kulit
Warna kulit terutama ditentukan oleh oxyhemoglobin yang berwarna merah, melanin yang berwarna coklat, keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit, serta lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabu-abuan. Karoten merupakan suatu pigmen warna kuning yang sedikit sekali jumlah dan efeknya, serta eleidin dalam stratum lucidum yang hanya terlihat pada kulit yang menebal dari telapak kaki bagian tumit. Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit tersebut, yang paling menetukan warna kulit adalah pigmen melanin. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen melanin ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai golongan ras/bangsa di dunia (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.3.4 Mekanisme pigmentasi pada kulit
Proses pembentukan pigmen melanin terjadi pada butir-butir melanosom yang dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang terdapat di antara sel-sel basal keratinosit di dalam lappisan basal (stratum germinativum). Melalui juluran lengan-lengannya yang dinamakan dendrit, melanosit memberikan melanosom kepada sejumlah sel-sel keratinosit di sekelilingnya. Melanosom yang terdapat di
10

dalam keratinosit berbentuk partikel-partikel padat atau merupakan gabungan dari 3-4 buah partikel lebih kecil memiliki membran (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.4 Penyinaran Matahari dan Efeknya Pada Kulit
Kulit adalah pelindung tubuh dari pengaruh luar terutama dari sengatan sinar matahari. Sinar matahari mempunyai 2 efek, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan, tergantung dari frekuensi dan lamanya sinar mengenai kulit, intensitas sinar matahari, serta sensitivitas seseorang.
Walaupun dibutuhkan untuk pembentukan vitamin D yang sangat berguna bagi tubuh, sinar matahari merupakan faktor utama dari berbagai masalah kulit, mulai dari sunburn, pigmentasi kulit, penuaan kulit, hingga kanker kulit. Kulit yang terkena radiasi sinar UV akan berwarna lebih gelap, berkeriput, kusam, kering, timbul bercak-bercak coklat kehitaman (melasma), hingga kanker kulit. Efek sinar matahari yang merugikan berupa: 1. Penyinaran matahari yang singkat pada kulit dapat menyebabkan kerusakan
epidermis sementara, gejalanya disebut sengatan surya. Sinar matahari dapat menyebabkan eritema ringan hingga luka bakar nyeri. 2. Penyinaran langsung dan lama serta berlebihan dapat menyebabkan kelainan kulit mulai dari dermatritis ringan hingga kanker kulit. Sengatan matahari berlebihan adalah karsinogenik, sinar ultraviolet dapat menyebabkan kanker kulit (Ditjen POM, 1985).
Paparan sinar matahari berlebihan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek yang merugikan pada kulit lapisan atas (epidermis) dan lapisan lebih dalam kulit (dermis). Pada lapisan epidermis kerusakan kulit mengarah pada pengkeriputan kulit serta pembentukan flek pada kulit akibat distribusi melanin
11

berlebihan. Kerusakan serat elastin dan kolagen terlihat pada lapisan dermis yang mengakibatkan kemunduran elastisitas kulit (Prianto, 2014).
Penyinaran matahari terdiri dari berbagai spektrum dengan panjang gelombang yang berbeda, dari inframerah hingga spektrum ultraviolet
Berdasarkan panjang gelombang dan efek fisiologisnya, sinar ultraviolet dapat dibagi menjadi 3 bagian: 1. Ultraviolet A ialah sinar dengan panjang gelombang antara 400-315 nm dengan
efektivitas tertinggi pada 340 nm, dapat menyebabkan warna coklat pada kulit tanpa menimbulkan kemerahan, sehingga disebuit daerah pigmentasi. 2. Ultraviolet B ialah sinar dengan panjang gelombang antara 315-280 nm dengan efektivitas tertinggi pada 297.6 nm, merupakan daerah eritemogenik, dapat menimbulkan nyeri sengatan surya dan terjadi reaksi pembentukan melanin awal. 3. Ultraviolet C ialah sinar dengan panjang gelombang di bawah 280 nm, dapat merusak jaringan kulit, tetapi sebagian besar tersaring oleh lapisan ozon dalam atmosfer (Ditjen POM, 1985). 2.5 Mekanisme Perlindungan Kulit
Secara alami kulit manusia mempunyai sistem perlindungan terhadap paparan sinar matahari. Mekanisme perlindungan tersebut adalah dengan penebalan stratum korneum dan pigmentasi kulit. Perlindungan terhadap sengatan surya juga disebabkan oleh peningkatan jumlah melanin dalam epidermis. Butir melanin yang terbentuk dalam sel basal kulit setelah penyinaran ultraviolet-B akan berpindah ke stratum korneum di permukaan kulit, kemudian teroksidasi oleh sinar ultraviolet-A. Jika kulit mengelupas, butir melanin akan lepas, sehingga
12

kulit kehilangan pelindung terhadap sinar matahari. (Ditjen POM, 1985). Efek negatif sinar matahari dapat dihindari dengan cara melindungi kulit dengan memakai topi, baju, payung sampai penggunaan kosmetika tabir surya (Wasitaatmaja, 1997). 2.6 Tabir Surya
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membaurkan atau menyerap secara efektif cahaya matahari , terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya mahatari (Ditjen POM, 1985). Ada 2 macam tabir surya:
1. Tabir surya kimia, misalnya PABA, PABA ester, benzofenon, salisilat, antranilat, yang dapat mengabsorpsi, hampir 95% radiasi sinar UV B yang dapat menyebabkan sunburn namun tidak menghalangi UV A penyebab direct tanning, kerusakan sel elastin, actinic skin damage, dan timbulnya kanker kulit (Wasitaatmadja, 1997). Tapi perlu diingat bahwa PABA dan sejumlah bahan tersebut bersifat phosensitizer, yaitu jika terkena sinar matahari terik seperti halnya di negara tropis Indonesia dapat menimbulkan berbagai reaksi negatif pada kulit photoallergy, phototoxic (Tranggono dan Latifah, 2007).
2. Tabir surya fisik; misalnya titanium dioksida, Mg silikat, seng oksida, red petrolatum dan kaolin, yang dapat memantulkan sinar. Tabir surya fisik mampu menahan UVA maupun UVB. Tabir surya fisik melindungi kulit meniru sifat cermin dengan memantulkan sinar radiasi ultraviolet dari matahari (Wasitaatmadja, 1997).
13

Tabir surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, misalnya bentuk larutan air atau alkohol, emulsi, krim, dan semi padat, yang merupakan sediaan lipid non-air, gel, dan aerosol (Ditjen POM, 1985). Produk terbaik tabir surya adalah prduk yang memiliki spektrum luas untuk kedua tipe sinar ultraviolet A dan B (Prianto, 2014). 2.7 Oksibenzon
Oksibenzon merupakan bahan aktif tabir surya golongan benzofenon yang dapat digunakan baik sebagai penahan UVA maupun UVB. Oxybenzone atau benzophenone-3 merupakan salah satu penyerap paling efektif pada spektrum UVB, dan mencapai spektrum UVA II. Umumnya oxybenzone ini digunakan sebagai penyerap UVA, dan dapat meningkatkan nilai SPF tabir surya melalui kombinasi dengan penyerap UVB lain. Oxybenzone ini merupakan material solid yang sulit larut (Barel, dkk., 2009). Konsentrasi yang umum digunakan sebesar 26% b/b (Shaath, 1990). Dari hasil penelitian sebelumnya (Zulkarnain, 2003) penggunaan kombinasi oksibenzon dan oktilmetoksisinamat dalam krim tabir surya efektif meningkatkan nilai SPF (Sun Protection Factor) sediaan dibandingkan pada pemakaian tunggalnya. 2.8 Oktilmetoksisinamat
Oktilmetoksisnamat merupakan bahan aktif tabir surya golongan sinamat. Sinamat merupakan zat aktif tabir surya yang paling banyak digunakan, dan merupakan alternatif penyerap UVB menggantikan PABA (Barel, dkk., 2009). Oktilmetoksisinamat umumnya digunakan dengan konsentrasi sebesar 2-7,5% b/b. Kombinasi oktilmetoksisinamat dengan senyawa turunan benzofenon mampu meningkatkan kestabilannya (Shaath, 1990).
14

2.9 Sun Protection Factor (SPF) Sun Protection Factor (SPF) adalah nilai yang tertera pada label produk
tabir surya yang menyatakan efikasi dari suatu sediaan tabir surya. SPF merupakan indikator universal dari suatu zat atau sediaan yang bersifat UV protektor, semakin tinggi nilai SPF dari suatu produk tabir surya maka semakin efektif untuk melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar ultraviolet matahari (Dutra, dkk., 2004). SPF menyatakan perbandingan antara dosis minimal yang diperlukan untuk menimbulkan eritema pada kulit yang diolesi sediaan tabir surya dengan yang tidak (Wasitaatmaja, 1997).
Minimal erythema dose (MED) adalah lama waktu minimal paparan terhadap radiasi sinar ultraviolet yang diperlukan untuk menyebabkan eritema pada kulit (Dutra, dkk., 2004).
Nilai SPF berkisar antara 0-100, dan kemampuan tabir surya yang dianggap baik berada di atas 15. Tingkat perlindungan tabir surya berdasarkan nilai SPF-nya dikategorikan sebagai berikut : 1. Minimal, bila SPF berkisar 2-4 2. Sedang, bila SPF berkisar 4-6 3. Ekstra, bila SPF antara 6-8 4. Maksimal, bila SPF berkisar 8-15 5. Ultra, bila SPF lebih dari 15 (Wasitaatmaja, 1997).
15

2.10 Krim Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak di dalam air, dan
dikenal sebagai “krim”. Istilah krim secara luas digunakan dalam farmasi dan dunia kosmetik (Ansel, 1989). Secara umum krim yang sering kita lihat pada produk kosmetik adalah vanishing cream (Prianto, 2014). Vanishing cream umumnya merupakan emulsi minyak dalam air, mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat dalam komposisi formulanya. Setelah pemakaian krim, air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis (Ansel, 1989).
Sediaan vanishing cream memiliki kandungan air yang tinggi daripada krim lainnya. Salah satu fungsi utama yang diharapkan dari kandungan air yang cukup tinggi ini adalah rasa sejuk pada saat aplikasi sediaan tersebut tetapi tetap meiliki efek lembab pada kulit. Vanishing cream sangatlah mudah untuk diaplikasi dan dibersihkan pada saat pemakaian. Bentuk sediaan vanishing cream sering dipakai dalam formulasi krim tabir surya dan juga bentuk sediaan krim lain seperti krim anti penuaan atau obat obatan (Prianto, 2014).
16

BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental. Penelitian meliputi pembuatan sediaan krim minyak biji anggur yang dikombinasi dengan oksibenzon dan oktilmetoksisinamat, pemeriksaan terhadap sediaan (uji homogenitas, uji stabilitas sediaan, uji pH, uji iritasi, penentuan tipe emulsi) dan penentuan bilangan SPF (Sun Protection Factor) secara in vitro dengan menggunakan spektrofotometer UV. 3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas laboratorium, spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV 1800), neraca analitik (Boeco Germany), pH meter (Hanna Instruments), pipet tetes, konduktimeter, alumunium foil, kertas perkamen, tisu, mortir, stamfer, spatula dan penangas air. 3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah oksibenzon, oktilmetoksisinamat, minyak biji anggur/ Grape Seed Oil (GSO), asam stearat, setil alkohol, trietanolamin, nipagin, propilen glikol, petrolatum, natrium edetat, gliseril monosteareat, etanol p.a, dan akuades. 3.3 Sukarelawan
Sukarelawan untuk uji iritasi berjumlah 12 orang dengan kriteria : 1. Wanita berbadan sehat; 2. Usia antara 20-30 tahun; 3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi; 4. Bersedia menjadi sukarelawan (Ditjen POM, 1985).
17

3.4 Prosedur Pembuatan Krim

3.4.1 Formula dasar krim

Sediaan krim dibuat berdasarkan formula dasar sunblock yang menggunakan tipe

dasar krim minyak dalam air (Mitsui, 1997):

R/ Akuades Propilen glikol Natrium edetat Trietanol amin Petrolatum Setil alkohol Asam stearat Gliseril monostearat Titanium dioksida Oksibenzon Oktilmetoksinamat Etil poliakrilat Squalen Antioksidan Pengawet Parfum

54,95% 7,0 0,05 1,0 5,0 3,0 3,0 3,0 5,0 2,0 5,0 1,0 10 q.s. q.s. q.s.

Formula krim yang dibuat :

R/ Propilen glikol

7,0

Natrium edetat

0,05

Trietanol amin

1,0

Petrolatum

5,0

Setil alkohol

3,0

Asam stearat

3,0

Gliseril monostearat

3,0

Oksibenzon

2,0

Oktilmetoksinamat

5,0

Nipagin

0,1%

Akuades

ad 100

Jumlah minyak biji anggur yang divariasikan dalam sediaan krim: Krim A = blanko (tanpa minyak biji anggur) Krim B = konsentrasi minyak biji anggur 6% atau 6 g dalam 100 g dasar krim Krim C = konsentrasi minyak biji anggur 8% atau 8 g dalam 100 g dasar krim Krim D = konsentrasi minyak biji anggur 10% atau 10 g dalam 100 g dasar krim Krim E = konsentrasi minyak biji anggur 12% atau 12 g dalam 100 g dasar krim

18

3.4.2 Pembuatan sediaan krim Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat dalam
formula dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari vaselin, asam stearat, gliseril monostearat, dan setil alkohol dilebur di atas penangas air dengan suhu 70°-75°C. Setelah dileburkan, ditambahkan oksibenzon. Fase air yang terdiri dari akuades, propilen glikol, natrium edetat, nipagin dan TEA dilarutkan dalam air panas. Dimasukkan fase minyak ke dalam lumpang panas, kemudian ditambahkan secara perlahan-lahan fase air ke dalamnya dengan pengadukan yang konstan pada suhu lebih kurang 70°C sampai diperoleh massa krim. Ditambahkan oktilmetoksisinamat dan minyak biji anggur sesuai konsentrasi yang divariasikan. 3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1 Penentuan homogenitas sediaan
Sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain, harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979) 3.5.2 Pengamatan stabilitas sediaan
Pemeriksaan stabilitas sediaan meliputi bentuk, warna dan bau yang diamati secara visual (Ditjen POM, 1995). Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup bagian atasnya dengan aluminium foil. Pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dibuat, penyimpanan hingga 12 minggu dilakukan pada temperatur kamar, diamati perubahan warna dan bau dari sediaan.
19

3.5.3 Pengukuran pH sediaan Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling lalu elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. Sediaan krim diukur nilai pH-nya menggunakan pH meter setiap minggu selama dua belas minggu. 3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan pengujian konduktivitas elektrolit menggunakan konduktimeter. Dua buah elektroda pada konduktimeter dicelupkan dalam sediaan, lalu diamati nilai pada konduktimeter yang digunakan. Emulsi tipe m/a menunjukkan sifat konduktor elektrolit yang relatif baik, sedangkan emulsi tipe a/m menunjukkan sifat konduktor elektrolit yang lebih jelek (Ditjen POM, 1985). 3.6 Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal manusia untuk mengetahui ada atau tidaknya apakah iritasi yang terjadi pada kulit.
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Zink Oksida (ZnO) Terhadap Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenson dan Oktilmetoksisinamat dalam Basis Vanishing Cream

14 100 78

Pengaruh Penambahan Asam Laktat Terhadap Nilai SPF Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenson Dan oktilmetoksin Oksi Sinamat Dalam Basis Vanishing Cream

5 46 75

Pengaruh Penambahan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Terhadap Efektivitas Krim Tabir Surya Kombinasi Oktilmetoksisinamat dan Titanium Dioksida

9 61 82

Pengaruh Penambahan Minyak Biji Anggur (Grape Seed Oil) Terhadap Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenzon dan Oktilmetoksisinamat Dalam Basis Vanishing Cream

0 1 13

Pengaruh Penambahan Minyak Biji Anggur (Grape Seed Oil) Terhadap Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenzon dan Oktilmetoksisinamat Dalam Basis Vanishing Cream

0 0 2

Pengaruh Penambahan Minyak Biji Anggur (Grape Seed Oil) Terhadap Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenzon dan Oktilmetoksisinamat Dalam Basis Vanishing Cream

0 0 4

Pengaruh Penambahan Minyak Biji Anggur (Grape Seed Oil) Terhadap Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenzon dan Oktilmetoksisinamat Dalam Basis Vanishing Cream

1 4 12

Pengaruh Penambahan Minyak Biji Anggur (Grape Seed Oil) Terhadap Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenzon dan Oktilmetoksisinamat Dalam Basis Vanishing Cream

0 0 2

Pengaruh Penambahan Minyak Biji Anggur (Grape Seed Oil) Terhadap Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenzon dan Oktilmetoksisinamat Dalam Basis Vanishing Cream

0 0 28

Pengaruh Penambahan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Terhadap Efektivitas Krim Tabir Surya Kombinasi Oktilmetoksisinamat dan Titanium Dioksida

0 0 14