Pengaruh Aplikasi GA3 Dalam Pertumbuhan Dan Perkembangan Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensisMuell. Arg) Secara In Vitro

PENGARUH APLIKASI GA3 DALAM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUNAS MIKRO TANAMAN KARET (Hevea brasiliensisMuell. Arg) SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH : Larosa Harahap 110301008
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

2 PENGARUH APLIKASI GA3 DALAM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUNAS
MIKRO TANAMAN KARET (Hevea brasiliensisMuell. Arg) SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH :
LAROSA HARAHAP/110301008 AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

3

Judul Penelitian
Nama NIM Program Studi Minat Studi

: Pengaruh Aplikasi GA3 Dalam Pertumbuhan Dan Perkembangan Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensisMuell. Arg) Secara In Vitro
: Larosa Harahap : 110301008 : Agroekoteknologi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing


(Luthfi A. M Siregar, SP. MSc. Ph.D) Ketua

(Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP, MP) Anggota

Mengetahui :
(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M. Agr, Sc) Ketua Program Studi Agroekoteknologi

4
ABSTRACT
LAROSA HARAHAP, 2015 : The effect application GA3 growth and development of micro shoot of Rubber Tree(Hevea brasiliensisMuell. Arg.) in vitro supervised by Luthfi A. M Siregar and Diana Sofia Hanafiah.
The aim of the research was to know the effect application of GA3 in formation micro shoot induction through in vitro. The research was conducted at the rubber plant microcutting PT Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Pamela Laboratory, Tebing Tinggi, North Sumatera Indonesia from April 2015 to Juli 2015. The Completely randomize design was used with two factors,i.e.: the addition of GA3 (GA3 0 mg/l; GA3 0.5 mg/l; GA3 1 mg/l; GA3 1.5 mg/l) and the immersion of nodes (GA3 0 mg/l; GA3 5 mg/l; GA3 10 mg/l; GA3 15 mg/l) with seven replications.
The result showed that the interraction the addition of GA3 and the immersion of nodes, significantly affected the number of shoot, the shoot length and the number of leaves will form. G2T2 was the best combination GA3 in growth and development of micro shoot in vitro.
Keywords : rubber, micro shoot, addition of GA3, immersion of nodes

5
ABSTRAK
LAROSA HARAHAP, 2015 : Pengaruh Aplikasi GA3 Dalam Pertumbuhan Dan Perkembangan Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensisMuell. Arg) Secara In Vitro,dibimbing oleh Luthfi A.M Siregar dan Diana Sofia Hanafiah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh GA3 dalam pembentukan tunas tanaman Karet (Hevea brasiliensisMuell. Arg) secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Microcutting Tanaman Karet PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Pamela Tebing Tinggi, Sumatera Utara, Indonesia. Dimulai pada bulan April 2015 sampai dengan Juli 2015. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 2 faktor perlakuan yaitu penambahan GA3 dalam media dengan 4 taraf yaitu GA3 0 mg/l; GA3 0.5 mg/l; GA3 1 mg/l; GA3 1.5 mg/l sedangkan perendaman nodus dengan 4 taraf yaitu GA3 0 mg/l; GA3 5 mg/l; GA3 10 mg/l; GA3 15 mg/l dengan 7 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan interaksi perlakuan penambahan GA3 dalam media, perendaman nodus memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas dan jumlah terbentuk bakal daun. G2T2 merupakan kombinasi GA3 terbaik dalam pertumbuhan dan perkembangan tunas mikro tanaman karet.
Kata kunci: karet, tunas mikro, penambahan GA3, perendaman nodus


6
RIWAYAT HIDUP Larosa Harahap dilahirkan di Kisaran pada tanggal 27 Oktober 1993, putri dari pasangan Sabaruddin Harahap dan Jamilah. Penulis merupakan putri keempat dari enam bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SD Negeri 010093 lulus pada tahun 2005, SMP Negeri 1 Kisaran lulus tahun 2008 dan tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kisaran dan pada tahun yang sama lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) pada program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis berkesempatan membantu dosen sebagai asisten dalam menjalankan praktikum di Laboratorium Genetika Populasi dan Kuantitatif tahun 2015. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) Di PT Meskom Agro Sarimas di Pulau Bengkalis dari Juli-Agustus 2014.

7
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Aplikasi GA3 Dalam Pertumbuhan Dan Perkembangan Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensisMuell. Arg) Secara In Vitro” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Luthfi A. M. Siregar, SP. MSc. Ph.D selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP, MP selaku anggota komisi pembimbingyang telah memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda tercinta Sabaruddin Harahap dan Ibunda tercinta Jamilah yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dorongan, semangat, dan dukungan baik moril maupun materil serta do’a untuk penulis. Kemudian buat Kakak, Abang, Adek tercinta Apriana Harahap, SPd, Milanti Harahap, SPd, Putera Ramadhan Harahap, SPd, Zulkifli Harahap dan Zulinar Harahap yang telah memberikan semangat, nasehat dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Disamping itu ucapan terima kasih penulis saya sampaikan kepada Bapak Irvin Fauzan Lubis, SP. MM Selaku staff urusan Inkubasi Bisnis Karet PTPN III Kebun Gunung Pamela, Laboran Asni, SP, Heri Hidayat, SP, Lidya Sundari, SP, dan Permata Sari Harahap, SP yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan selama penulis melaksanakan peneltian dan juga kepada sahabat kos gang Medan Area No. 23 Padang bulan Dessy Puspita Sari Harahap,

8
SE, Herfita Rizki Hasanah Gurning, SE dan Khairunnisa Nasution, Amd dan sahabat kuliah rika dan dedek yang telah banyak memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dan juga kepada seluruh teman-teman mahasiswa Agroteknologi 2011 yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, November2015
Penulis

9
DAFTAR ISI
ABSTRACT ........................................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................................1 Tujuan Penelitian..........................................................................................3 Hipotesa Penelitian.......................................................................................3 Kegunaan Penelitian.....................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ...........................................................................................5 Kultur Jaringan .............................................................................................6 Eksplan ........................................................................................................9 Media Kultur Jaringan ...............................................................................12 Lingkungan In Vitro ...................................................................................13 Plant Growth Regulator .............................................................................15 Kajian Kultur Jaringan Tanaman Karet .....................................................18
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................20 Bahan dan Alat Penelitian ..........................................................................20 Metode Penelitian.......................................................................................20
PELAKSANAAN PENELITIAN Sterilisasi Alat-Alat................................................................................. 23 Pembuatan Media.....................................................................................23 Pembuatan Media Perendaman GA3........................................................24 Sterilisasi Bahan Tanaman di Lapangan..................................................25 Pengambilan Bahan Tanaman..................................................................25 Sterilisasi Bahan Tanaman di Laboratorium............................................25 Persiapan Ruang Tanam ..........................................................................26 Perendaman Nodus .................................................................................26 Penanaman ...............................................................................................27

10
Pemeliharaan Eksplan..............................................................................27
Peubah Amatan ......................................................................................................27 Umur Munculnya Tunas (Hari) .............................................................. 28 Persentase Munculnya Tunas (%) ...........................................................28 Jumlah Tunas (tunas) ...............................................................................28 Panjang Tunas (cm) ................................................................................28 Jumlah Terbentuk Bakal Daun (%)..........................................................28 Jumlah Daun (helai)................................................................................ 28 Kehadiran Kalus (visual) .........................................................................29 Warna Kalus (visual) ...............................................................................29 Morfogenesis............................................................................................29
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Umur Munculnya Tunas (Hari) .............................................................. 30 Persentase Munculnya Tunas (%) ...........................................................31 Jumlah Tunas (tunas) ...............................................................................32 Panjang Tunas (cm) ................................................................................33 Jumlah Terbentuk Bakal Daun (%)..........................................................35 Jumlah Daun (helai)................................................................................ 37 Pengaruh Aplikasi GA3 Dalam Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet Secara In Vitro Terhadap Kehadiran Kalus ............................................ 37 Kehadiran Kalus (visual) .........................................................................37 Warna Kalus (visual) dan Morfogenesis..................................................37
Pembahasan Pengaruh Penambahan GA3 Dalam Media Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet .....................38 Pengaruh Perendaman Nodus Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet .....................................................42 Pengaruh Interaksi Penambahan GA3 dalam Media dan Perendaman Nodus Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet ........................................................................................46
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ..............................................................................................48 Saran.........................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................49
LAMPIRAN ...........................................................................................................50

11
DAFTAR TABEL

No. Hal.
1. Pengaruh Penambahan GA3dalam Media dan Perendaman Nodus Sebelum Pengkulturan terhadap Umur Muncul Tunas (Hari) ......................................30
2. Pengaruh Perlakuan Penambahan GA3dalam Media dan Perendaman Nodus Sebelum Pengkulturan terhadap Persentase Muncul Tunas (%) ....................31
3. Pengaruh Perlakuan Penambahan GA3dalam Media dan Perendaman Nodus Sebelum Pengkulturan terhadap Jumlah Tunas (tunas) ..................................32
4. Pengaruh Perlakuan Penambahan GA3dalam Media dan Perendaman Nodus Sebelum Pengkulturan terhadap Panjang Tunas (cm) ....................................33
5. Pengaruh Perlakuan Penambahan GA3dalam Media dan Perendaman Nodus Sebelum Pengkulturan terhadap Jumlah Terbentuknya BakalDaun...............35
6. Pengaruh Perlakuan Penambahan GA3dalam Media dan Perendaman Nodus Sebelum Pengkulturan terhadap Jumlah Daun (Helai) ...................................37
7. Pengaruh Aplikasi GA3 Dalam Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (HeveabrasiliensisMuell. Arg)Secara In Vitro Terhadap Kehadiran Kalus ...37

12
DAFTAR GAMBAR No. Hal. 1.a. Eksplan Sebelum Membentuk Tunas (2 MST) ...............................................31
b. Eksplan Sesudah Membentuk Tunas (6 MST) ...............................................31 2. Panjang Tunas (6 MST) ..................................................................................34 3. Eksplan Membentuk Bakal Daun....................................................................35 4. Eksplan Membentuk Daun..............................................................................36

13
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Data Pengamatan Umur Munculnya Tunas (Hari) ..........................................54 2. Data Transformasi Umur Munculnya Tunas √x + 0.5...................................55 3. Daftar Sidik Ragam Umur Munculnya Tunas ................................................55 4. Data Pengamatan Persentase Munculnya Tunas (%).......................................56 5. Data Pengamatan Jumlah Tunas (Tunas) ........................................................57 6. Data Transformasi Jumlah Tunas (Tunas) √x + 0.5........................................58 7. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tunas ..................................................................58 8. Data Pengamatan Panjang Tunas (cm) ...........................................................59 9. Data Transformasi Panjang Tunas √x + 0. ������������...................................................60 10. Daftar Sidik Ragam Panjang Tunas (cm) .......................................................60 11. Data Pengamatan Jumlah Terbentuk Bakal Daun ...........................................61 12. Data Transformasi Jumlah Terbentuk Bakal Daun√x + 0.5 ...........................62 13. Daftar Sidik Ragam Jumlah Terbentuk Bakal Daun........................................62 14. Data Pengamatan Jumlah Daun (Helai) .........................................................63 15. Data Transformasi Jumlah Daun√x + 0.5 .......................................................64 16. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun (helai) ........................................................64 17. Komposisi Medium Woody Plant Medium (WPM) .......................................65 18. Bagan Penelitian...............................................................................................66 19. Kegiatan penelitian...........................................................................................67 20. Lampiran Foto Penelitian.................................................................................68

4
ABSTRACT

LAROSA HARAHAP, 2015 : The effect application GA3 growth and development of micro shoot of Rubber Tree(Hevea brasiliensisMuell. Arg.) in vitro supervised by Luthfi A. M Siregar and Diana Sofia Hanafiah.
The aim of the research was to know the effect application of GA3 in formation micro shoot induction through in vitro. The research was conducted at the rubber plant microcutting PT Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Pamela Laboratory, Tebing Tinggi, North Sumatera Indonesia from April 2015 to Juli 2015. The Completely randomize design was used with two factors,i.e.: the addition of GA3 (GA3 0 mg/l; GA3 0.5 mg/l; GA3 1 mg/l; GA3 1.5 mg/l) and the immersion of nodes (GA3 0 mg/l; GA3 5 mg/l; GA3 10 mg/l; GA3 15 mg/l) with seven replications.
The result showed that the interraction the addition of GA3 and the immersion of nodes, significantly affected the number of shoot, the shoot length and the number of leaves will form. G2T2 was the best combination GA3 in growth and development of micro shoot in vitro.
Keywords : rubber, micro shoot, addition of GA3, immersion of nodes

5
ABSTRAK
LAROSA HARAHAP, 2015 : Pengaruh Aplikasi GA3 Dalam Pertumbuhan Dan Perkembangan Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensisMuell. Arg) Secara In Vitro,dibimbing oleh Luthfi A.M Siregar dan Diana Sofia Hanafiah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh GA3 dalam pembentukan tunas tanaman Karet (Hevea brasiliensisMuell. Arg) secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Microcutting Tanaman Karet PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Pamela Tebing Tinggi, Sumatera Utara, Indonesia. Dimulai pada bulan April 2015 sampai dengan Juli 2015. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 2 faktor perlakuan yaitu penambahan GA3 dalam media dengan 4 taraf yaitu GA3 0 mg/l; GA3 0.5 mg/l; GA3 1 mg/l; GA3 1.5 mg/l sedangkan perendaman nodus dengan 4 taraf yaitu GA3 0 mg/l; GA3 5 mg/l; GA3 10 mg/l; GA3 15 mg/l dengan 7 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan interaksi perlakuan penambahan GA3 dalam media, perendaman nodus memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas dan jumlah terbentuk bakal daun. G2T2 merupakan kombinasi GA3 terbaik dalam pertumbuhan dan perkembangan tunas mikro tanaman karet.
Kata kunci: karet, tunas mikro, penambahan GA3, perendaman nodus

14
PENDAHULUAN Latar belakang
Sumatera dan Kalimantan adalah daerah penghasilkaret terbesar di Indonesia dengan sentra produksi tersebar di Sumatera Selatan (668 ribu hektar), Sumatera Utara(465 ribu hektar), Jambi(444 ribu hektar), Riau (390 ribu hektar), dan Kalimantan Barat (388 ribu hektar). Sementara Sulawesi Selatan adalah provinsi yang memiliki luas perkebunan karet terbesar di Sulawesi yaitu sekitar 19 ribu hektar (Janudianto et al., 2013).
Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang mampu memberikan manfaat dalam pelestarian lingkungan, terutama dalam hal penyerapan CO2 dan penghasil O2. Bahkan ke depan, tanaman karet merupakan sumber kayu yang potensial yang dapat mensubtitusi kebutuhan kayu hutan alam yang dari tahun ke tahun ketersediaannya semakin menurun. Di masa depan, permintaan akan karet alam dan karet sintetik masih cukup signifikan, karena didorong oleh pertumbuhan industri otomotif yang tentunya memerlukan ban yang berbahan baku karet alam (Nasir, 2013).
Perbanyakan bahan tanam karet saat ini dilakukan melalui okulasi sehingga diperlukan ketersediaan batang bawah dan batang atas. Karena batang bawah yang digunakan berasal dari biji maka terdapat keragaman antar individu yang menyebabkan keragaman pada penampilan batang atas, baik dari segi produksi maupun sifat sekunder lainnya.Batang atas adalah tanaman karet klonal karena diperbanyak dari bagian vegetatif menggunakan mata tunas, sedangkan batang bawah adalah tanaman asal biji. Secara fisik batang bawah mendukung

15
bagian atas tanaman (klon batang atas), sedangkan secarametabolisme batang bawah membantu penyerapan unsur hara dan air dari dalam tanah (Haris, 2013).

Untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas batang bawah yang homogen dan tidak tergantung musim adalah dengan kultur jaringan. Kultur jaringan tanaman merupakan salah satu teknologi modern untuk perbanyakan tanaman dengan kondisi aseptik untuk menghasilkan sejumlah besar tanaman dalam waktu singkat dari satu tanaman yang dipilih. Microcutting adalah teknologi kultur jaringan tanaman yang telah digunakan untuk pembiakan karet, biasanya dari batang muda untuk menghasilkan seluruh tanaman yang sama dengan induknya (Pratama, 2008).
Keuntunganteknik tersebut adalah terbukanya peluang untuk menghasilkan batang bawah klonalyang selama ini belum pernah ada padatanaman karet. Penggunaan batang bawahklonal akan meningkatkan keseragamanpertanaman karet di lapang, karena klonbatang atas didukung oleh batang bawahyang sama dan lebih seragam, dibandingkandengan batang bawah asal biji yangdigunakan saat ini. Di samping itu,teknologi perbanyakan tersebut jugamembuka peluang untuk melakukanseleksi terhadap batang bawah sesuai dengan karakter yang diinginkan (Haris et al., 2009).
Permasalahan yang muncul dalam proses induksi karet secara in vitro dari penelitian sebelumnya adalah kegagalanbeberapa eksplan untuk tumbuh dan berkembangserta ukuran tunas yang muncul pendek. Aplikasi teknologi microcutting untuk perbanyakan klonal tanaman karet memungkinkan apabilabeberapa masalah utama dapat diatasi.

16
Giberelin mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel (Cell elongation), aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru dalam sintesa protein (Abidin, 1985). Menurut (George dan Sherrington, 1984) dalam teknik kultur jaringan GA3 dapat ditambahkan dalam medium karena dengan penambahan GA3 akan menginduksi eksplan untuk mensintesis auksin endogen. Konsentrasi GA3 dalam teknik in vitro pada tanaman dikotil yaitu antara 1-8 mg/l (Sodikin, 2005).
Giberelin digunakan pada kultur in vitro tanaman karet karena waktu muncul tunas lambat dan tunas dormansi, maka alternatif yang digunakan dengan penambahan giberelin. Menurut Jaret, Paul dan Erickson (1980) menyatakan bahwa penambahan GA3 secara eksogen kedalam media kultur sangat esensial untuk inisiasi tunas (Warnita, 2011).
Untuk memperoleh tunas-tunas yang normal dari segi ukurannya ±2cm maka diperlukan giberelin terhadap pembentukan tunas secara in vitro pada tanaman karet maka peneliti tertarik untuk melakukan perbanyakan tanaman karet dengan pengaruh aplikasi giberelin dan perendaman giberelin sebelum pengkulturan dalam induksi tunas karet secara in vitro. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh GA3 dalam pembentukan tunas tanaman karet secara in vitro. Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan pertumbuhan dan perkembangan tunas tanaman karetdari beberapa konsentrasi dan teknik aplikasi GA3.

17
Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk mendapatkan gelar sarjanadiFakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan.

18
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Sistematika bahan tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) menurut Steenis (2005) ialah : Kingdom : Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae, Genus : Hevea, Spesies: Hevea brassiliensisMuell Arg.
Tanaman karet adalah anggota famili Euphorbiaceae. Berbentuk pohon, tinggi 10-20 m, bercabang dan mengandung banyak getah susu. Daun berselangseling, tangkai daun panjang, tiga anak daun yang licin bertangkai, petiola pendek, hijau dan memiliki panjang 3.5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk elips atau bulat telur, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2.5-12.5 cm (Sianturi, 2001).
Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Budiman, 2012).

Daun berselang-seling tangkai daun panjang, satu anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau dan berpanjang 3.5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong oblong atau oblong abovate, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2.5-12.5 cm (Steenis, 2005).
Bunganya bergerombol muncul dari ketiak daun (axillary), individu bunga bertangkai pendek, bunga betina terletak diujung. Proporsi bunga jantan lebih

19
banyak dibandingkan bunga betina (60-80 bunga jantan untuk 1 bunga betina). Bunga jantan dan waktu mekar hanya satu hari kemudian luruh. Bunga betina mekar selama 3-4 hari, pada waktu yang sama masih ada beberapa bunga jantan yang mekar (Syamsulbahri, 1996).
Karet merupakan tanaman berbuah polong (diselaputi kulit yang keras) yang sewaktu masih muda buah berpaut erat dengan rantingnya. Buah karet dilapisi oleh kulit tipis berwarna hijau dan didalamnya terdapat kulit yang keras dan berkotak. Tiap kotak berisi sebuah biji yang dilapisi tempurung, setelah tua warna kulit buah berubah menjadi keabu-abuan kemudian mengering (Budiman, 2012).
Biji karet besar sedikit padat, ukurannya 2-3.5 x 1.5-3 cm, mengkilat, bobot satu biji antara 2-4 gram. Perkecambahan biji karet terjadi 7-10 hari sesudah disemaikan. Bibit karet ataupun tanaman karet dewasa mempunyai pertumbuhan yang berperiodik, setiap pertumbuhan daun dinamakan mupus atau flush. Setiap periode pertumbuhan tunas juga dikenal sebagai pertumbuhan daun payung (Syamsulbahri, 1996). Kultur Jaringan
Kultur jaringan atau dikenal dengan kultur in vitro merupakan teknik memisahkan bagian dari tanaman seperti tunas terminal, tunas aksilar, daun, batang atau embrio serta menumbuhkannya di dalam media buatan dalam kondisi aseptik sehingga membentuk tanaman lengkap. Hal ini didasari oleh adanya daya totipotensi sel. Terbentuknya tanaman lengkap dari eksplan potongan bagian tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: kondisi fisiologi eksplan,

20
genotipe eksplan, media dasar, zat pengatur tumbuh serta lingkungan kultur seperti pencahayaan maupun kelembaban dan suhu ruangan (Pardal, 2012).
Pada kultur jaringan callusatau struktur yang besar, regenerasi terutama menghasilkan keseragaman tanaman. Sebaliknya, regenerasi dari sel-sel tumbuhan yang tunggal atau proptoplast seringkali disertai dengan perubahan kecil atau besar pada fenotipe akhir tanaman. Keadaan ini diberi nama variasi somaklonal dan banyak dilakukan sebagai cara untuk memperbaiki tanaman, khususnya yang berhubungan dengan hasil serta ketahanan terhadap penyakit (Smith, 1995).
Teknik kultur jaringan memberikan alternatif terhadap usaha perbanyakan tanaman secara vegetatif dalam skala yang lebih besar dalam upaya konservasi dan pengembangan tanaman gaharu dimasa yang akan datang. Ada beberapa kelebihan yang diperoleh dari perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan diantaranya adalah dapat menghasilkan tanaman yang homogen, berkualitas tinggi, jumlah yang tidak terbatas, bebas hama dan penyakit, menghasilkan klon yang lebih unggul, dapat diperbanyak dalam waktu yang relatif singkat, tidak dibatasi oleh waktu, tetapi membutuhkan keahlian khusus (Iskandaret al., 2006)
Proses perbanyakan tanaman karetmelalui teknologi microcutting terdiri atasbeberapa tahap, yaitu kultur primer(primary culture), multiplikasi, conditioning(hardening), induksi dan inisiasiperakaran serta aklimatisasi (Carron et al., 2005 ; Haris et al., 2009). Eksplan padatahap kultur primer merupakan potonganbatang tanaman karet muda yangdipelihara dalam polibeg di rumah kacadan eksplan tersebut memiliki minimal satu mata tunas aksilar (axillary bud). Dalam kondisi in vitro, eksplan yang bebas dari kontaminan dan tumbuh baik

21
dapat diperbanyak melalui subkultur berulang-ulang sehingga kultur primer merupakan tahap yang menentukan untuk keberhasilan dan keberlanjutan perbanyakan tanaman menggunakan teknologi tersebut (Haris et al., 2009).
Organogenesis yaitu diferensiasi meristem unipolar, menghasilkan ujung tunas (shoot tip) yang akan menjadi tunas (caulogenesis) atau ujung akar (root tip) yang akan menjadi akar (rhizogenesis). Proses organogenesis memerlukan dua tahap induksi, masing-masing menggunakan media dengan zat pengatur tumbuh yang berbeda. Embrio somatik yaitu proses diferensiasi meristem bipolar yang berupa bakal tunas dan akar. Dua meristem diperlukan untuk pertumbuhan tanaman utuh. Embrio yang terbentuk selanjutnya akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh (Yuliarti, 2010).
Organogenesis dan embriogenesis tanaman sangat tergantung ada kemampuan sel dalam bergenerasi. Peneliti-peneliti terdahulu memulai penelitian dan mengalami kegagalan dalam meregenerasikan suatu jaringan menjadi tanaman. Keterbatasan pengetahuan tentang zat pengatur tumbuh menjadi hambatannya. Setelah ditemukan auksin dan sitokinin serta zat pengatur tumbuh lainnya, sangat berperan dalam proses diferensiasi sel menjadi organ tertentu, maka kendala untuk organogenesis dan embriogenesis dapat dieliminir (Harahap, 2011).
Penggandaan biakan dalamkultur jaringan dapat dilakukan melaluijalur organogenesis dan embriogenesissomatik. Cara embriogenesissomatik banyak mendapatBalitbiogenperhatian karena jumlah propagulayang dihasilkan tidak terbatas dandapat diperoleh dalam waktu yanglebih singkat. Di samping itu, untukmendukung program pemuliaan tanamanmelalui rekayasa


22

genetika,penggunaan embrio somatik dapatmempercepat keberhasilan

denganpeluang transformasi yang lebihtinggi karena embrio somatik dapatberasal

dari satu sel somatik. Untukpenyimpanan jangka pendek maupunjangka panjang,

embrio somatikdianggap merupakan bahan tanamanyang ideal untuk

disimpankarena bila diregenerasikan dapat membentuk bibit somatik

(Purnamaningsih, 2006).

Eksplan

Kultur meristem adalah kultur jaringan makanan dengan menggunakan

eksplan (bahan tanaman). Bagian tanaman yang digunakan berupa jaringan


merismatik, misalnya daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji. Dalam

pelaksanaannya teknik kutur meristem, secara berurutan langkah kerja yang harus

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan media kultur

: media preparasi

2. Pembuatan bahan eksplan

: inisiasi

3. Penanaman eksplan

: inokulasi

4. Penumbuhan tanaman kultur


: inkubasi

5. Pengadaptasian tanaman kultur : aklimatisasi

(Nugroho dan sugito, 2000).

Pada tanaman dikotil, pembelahan sel yang bertanggung jawab untuk

pemanjangan terjadi didalam daerah meristematik tepat dibawah ujung dan

bersamaan dengan diferensiasi jaringan pengangkut primer. Penebalan skunder

berlanjut dalam jaringan batang yang lebih tua tetapi pertumbuhan membujur

biasanya tidak nyata pada ruas-ruas yang memisahkan daun-daun yang telah

mengembang (Goldsworthy dan fisher, 1996).

23

Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, eksplan merupakan faktor penting penentu keberhasilan. Umur fisiologis, umur ontogenetik, ukuran eksplan, serta bagian tanaman yang diambil merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih eksplan yang akan digunakan sebagai bahan awal kultur. Umumnya, bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang tumbuh aktif. Jaringan tanaman yang masih muda mempunyai daya regenerasi lebih tinggi, sel-sel masih aktif membelah diri, dan relatif lebih bersih (mengandung lebih sedikit kontaminan) (Yusnita, 2003).
Perbanyakan secara in vitro dapat menggunakanberbagai macam eksplan. Eksplan yang relatif mudahdiinduksi tunasnya adalah eksplan yang memiliki jaringanmeristem atau bakal tunas seperti tunas terminaldan bakal tunas pada buku. Untuk mengetahuieksplan yang paling mudah, paling cepat, dan palingtinggi faktor multiplikasinya, induksi tunas dilakukandengan menggunakan eksplan tunas terminal, bukusatu tunas dengan daun dan buku satu tunas tanpa daun (Kosmiatin et al., 2005)
Beberapa genotipe bibit karet yang tersedia di rumah kaca akan digunakan sebagai eksplan dalam pembiakanmicrocutting tanaman karet. Bahan-bahan karet yang digunakan ini harus diberi perlakuan yang berbeda dalam poses microcutting. Sehubungan dengan itu hal ini untuk karakterisasi masing-masing genotipe untuk menentukan kualitas genotipe yang berkaitan dengan respon dan kemampuan pertumbuhan selama proses microcutting. Juga batang bawah yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dan mengidentifikasi ciri-ciri morfologi untuk klon batang bawah yang menggunakan teknologi microcutting (Pratama, 2008).

24
Pembentukan kalus terjadi karena adanyapelukaan yang diberikan pada eksplan, sehinggasel-sel pada eksplan akan memperbaiki sel-selyang rusak tersebut. Pada awalnya terjadipembentangan dinding sel dan penyerapan air,sehingga sel akan membengkak selanjutnya terjadipembelahan sel (Sitorus et al., 2011).
Sel-sel pada jaringan atau organ tanaman tidak semua seragam. Berbagai tipe sel dapat dijumpai dalam jaringan tanaman. Proses dimana sel-sel tumbuh menjadi terspesialisasi disebut diferensiasi sedangkan proses pertumbuhan dan diferensiasi individu tanaman disebut perkembangan. Istilah lain yang berkaitan dengan perkembangan tanaman adalah morfogenesis (Lakitan, 1996).
Tahap multiplikasi diharapkan tunas akan mengalami pemanjangan dengan demikian terjadi pertambahan ukuran tunas sebelum induksi akar, oleh karena itu perlu dicari jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang tepat untuk dapat merangsang pemanjangan tunas. Pemanjangan tunas disertai dengan membukanya primordia daun menjadi helaian daun. Terkadang pada tahap pemanjangan tunas diikuti pula dengan multiplikasi tunas. Pada tahapan pemanjangan tunas, terdapat dua zat pengatur tumbuh yang mempengaruhi yaitu sitokinin dan gibberelin (Ariyanti, 2014). Media Kultur Jaringan
Keberhasilan dalam teknologi serta penggunaan metode in vitro terutama disebabkan pengetahuan yang lebih baik tentang kebutuhan hara sel dan jaringan yang dikulturkan. Hara terdiri dari komponen yang utama dan komponen tambahan. Komponen utama meliputi garam mineral, sumber karbon, vitamin dan zat pengatur tumbuh. Komponen lain seperti senyawa nitrogen organik, berbagai

25

asam organik, metabolit dan ekstrak tambahan tidak mutlak, tetapi dapat

menguntungkan ketahanan sel dan perbanyakannya (Wetter dan Constabel, 1991).

Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur

telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Kebutuhan nutrisi mineral untuk tanaman yang dikulturkan secara

in vitro pada dasarnya sama dengan kebutuhan hara tanaman yang ditumbuhkan

ditanah, meliputi hara-hara makro dan mikro (Yusnita, 2003).

Medium yang digunakan untuk kultur in vitro tanaman dapat berupa

medium padat atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang

selanjutnya diinduksi membentuk tanaman yang lengkap (plantlet), sedangkan

medium cair biasanya digunakan untuk kultur sel. Medium yang digunakan

mengandung lima komponen utama, yaitu: senyawa anorganik, sumber karbon,

vitamin, zat pengatur tumbuh, dan suplemen organik (Yuwono, 2006).

Medium padat dapat digunakan untukproliferasi kalus karena

mempercepatpembentukan kalus sekunder dan pembentukankalus embriogenik

remah yanglebih banyak. Sementara pada SPS (sistem perendaman sesaat)

danmedium cair, pembentukan kalus embriogenikremah relatif sedikit,

sehinggaterbentuk lebih banyak sel embriogenikyang menunjang proses

pendewasaanmenjadi embrio somatik. Oleh karena itu, penggunaan medium cair

dan mediumSPS (sistem perendaman sesaat) dapat direkomendasikan

sebagaimedium tumbuh untuk pendewasaan kalusembriogenik menjadi embrio

somatik

(Kasi dan Sumaryono, 2008).

26
Hasil penelitian Nursetiadi (2008) media WPM (Woody Plant Medium) merupakan media yang mampu dioptimalkan oleh eksplan untuk pembentukan tunas. Muncul tunas tercepat yaitu pada media WPM (Woody Plant Medium) dengan konsentrasi BAP 0 ppm + IBA 0.5 ppm dan BAP 1 ppm + IBA 0.5 ppm dan pada konsentrasi BAP 2 ppm + IBA 0.5 ppm merupakan konsentrasi yang paling optimal pada panjang tunas dan jumlah daun. Lingkungan In vitro
Pemuliaan tanaman in vitromencakup semua teknik kultur sel dan jaringan yang meliputi perbanyakan, pengamatan dan manipulasi genetik tanaman tanpa melibatkan siklus seksual. Pada dasarnya kultur in vitro merupakan suatu proses perbanyakan sel, jaringan, organ atau proptoplas dengan teknik steril (Nasir, 2002).
Pekerjaan mengisiolasi dan mentransfer bahan tanaman biasanya diruangan khusus atau didalam lemari dimana mikroorganisme dapat dikecualikan. Lemari yang digunakan untuk isolasi dapat ditempatkan dalam rancangan laboratorium, tetapi jauh lebih baik di ruangan inokulasi atau transfer ruangan khusus yang disediakan. Pada saat ditempatkan di inkubator pencahayaan, suhu dan kelembaban dapat dikontrol. Laju pertumbuhan tergantung pada suhu dan juga pencahayaan yang diadopsi (George et al., 2007).
Kondisi lingkungan yang menentukan keberhasilan dalam pembiakan tanaman dengan kulturjaringan meliputi cahaya, suhu, dan komponen atmosfer. Cahaya dibutuhkan untuk mengatur proses morfogenetik tertentu. Dalam teknik kultur jaringan, cahaya dinyatakan dengan dimensi lama penyinaran, intensitas, dan kualitasnya. Prof Murashige menyarankan untuk mengasumsikan lama

27
kebutuhan penyinaran pada kultur jaringan tanaman merupakan pencerminan dari kebutuhan periodisitas tanaman yang bersangkutan dilapangan. Kualitas cahaya mempengaruhi diferensiasi jaringan (Yusnita, 2003).
Kualitas cahaya yang baik untuk perkembangan tanaman harus diperhatikan. Lampu flourescens jauh lebih baik dibandingkan lampu pijar, karena panasnya relatif rendah. Intensitas cahaya yang dibutuhkan berkisar 1000-4000 lux. Intensitas cahaya diatur menempatkan lampu dengan kekuatan tertentu dengan jarak 40-50 cm dari tabung kultur untuk luas tertentu (Harahap, 2011).
Suhu juga berpengaruh terhadap kesehatan tanaman yang dikulturkan. Suhu yang umum digunakan untuk pengkulturan berbagai jenis tanaman adalah 26±20C. Untuk kebanyakan tanaman, suhu yang terlalu rendah (kurang dari 200C) dapat menghambat pertumbuhan, dan suhu yang terlalu tinggi (lebih dari 320C) menyebabkan tanaman merana. Namun, pada kultur tanaman yang biasanya memerlukan suhu rendah untuk pertumbuhan terbaiknya (Yusnita, 2003). Plant Growth Regulator
Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang mendorongpembelahan (sitokinesis), pertumbuhan danperkembangan kultur sel tanaman. Sitokininjuga menunda penuaan daun, bunga dan buahdengan cara mengontrol dengan baik proseskemunduran yang menyebabkan kematian sel-seltanaman. Pada tumbuhan, efek sitokinin seringdipengaruhi oleh keberadaan auksin, misalnyajumlah akar yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatankonsentrasi sitokinin ini akan menyebabkansistem tunas membentuk cabang dalam jumlahyang lebih banyak(Lawalata, 2011).

28
Giberelin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh terhadap sifat genetik (genetic dwarfism), pembungaan, penyinaran, parthonecarphy, mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi lainnya (Abidin, 1985).
Pada banyak sistem, giberelin yang ditambahkan dapat menghalangi efek-efek dorman. Hal ini menyatakan bahwa peranan giberelin didalam meristem apikal mungkin hanyalah melindunginya dari efek-efek penghambat pertumbuhan endogen yang menghambat seperti misalnya dorman (Wilkins, 1989).
Di antara hormon tumbuhan yang dikenal giberelin mempunyai kemampuan khusus memacu pertumbuhan tanaman utuh pada banyak spesies, terutama tumbuhan kerdil atau tumbuhan dwitahunan dalam fase roseta, giberelin biasanya lebih banyak mendorong pemanjangan batang utuh dari pada potongan batang, sehingga efeknya berlawanan dengan efek auksin (Salisbury dan Ross, 1995).
GA3 merupakan yang paling banyak dijumpai di dalam tanaman. Asam giberelat tidak begitu sering digunakan dalam kultur jaringan. Senyawa tersebut tidak tahan panas dan tidak dapat diautoklaf. Oleh karena itu, harus ditambahkan kedalam medium setelah diotoklaf dengan menggunakan filter milipore (sterilisasi filter). Secara umum peranan asam giberelat didalam tanaman adalah meningkatkan perkecambahan biji dan menginduksi pemanjangan ruas. Senyawa itu digunakan didalam media kultur untuk meningkatkan pemanjangan pucuk-pucuk yang sangat kecil dan merangsang pembentukan embrio dan kalus (Zulkarnain, 2009)

29
Menurut Wareing dan Phillips (1970) dalam Mudyantini (2008) efek fisiologis yang khas pada tanaman yangdiperlakukan dengan GA3 adalah terjadinya pemanjanganbatang, akibat adanya aktivitas kambium di internodus,sehingga tanaman yang diperlakukan menjadi lebih tinggidaripada tanaman normal. Pemanjangan batang selaindipengaruhi oleh aktivitas kambium juga disebabkan olehpeningkatan mitosis di daerah meristem subapikal batang,sehingga jumlah sel pada masing-masing internodusmeningkat. Peningkatan jumlah sel menyebabkanpertumbuhan batang lebih cepat, sehingga dihasilkanbatang yang lebih panjang. Respon ini pada batangbiasanya hanya berupa peningkatan panjang internodus,dan umumnya tidak meningkatkan jumlah internodus yang terbentuk.
Kebanyakan hormon endogen ditanaman terdapat pada jaringan meristem yaitu jaringan yang aktif tumbuh dan membelah. Sehingga pemberian hormon eksogen sangat mempengaruhi kerja hormon endogen sebagai fungsinya dalam proses cytokinesis(proses pembelahan sel) pada berbagai organ tanaman. Pemberian hormon eksogen dengan konsentrasi yang melebihi kebutuhan tanaman dapat menyebabkan pembentukan tunas terhambat (Azwin, 2007).
Pemberian GA3 pada tempat yangdapat mengangkutnya ke apeks tajuk,peningkatan pembelahan dan pembesaran selakan nampak pada pemanjangan danperkembangan daun muda, dengan terpacunyaperkembangan daun yang cepat ini fotosintesisakan terpacu yang dapat menghasilkanpeningkatan keseluruhan pertumbuhan.Perkembangan daun sangat penting padaproduksi tanaman budidaya agar dapatmemaksimalkan penyerapan cahaya dan asimilasi (Mubarok, 2003).

30
Pemberian NAA dan BAP terhadap regenerasi kentang hasil induksi mutasi EMS dapat dirumuskan. Tidak terdapat interaksi antara NAA dan BAP terhadap regenerasi kalus kentang menjadi planlet, waktu muncul rootlet, jumlah rootlet, diameter kalus dan bobot kalus. Pemberian NAA memberikan pengaruh berbeda nyata pada diameter kalus dan bobot kalus kentang. Warna kalus yang dihasilkan adalah hijau keputihan, hijau kekuningan, putih kecoklatan, coklat dan coklat kekuningan. Sedangkan tekstur kalus yang terbentuk adalah kompak (Wartina, 2011) Kajian Kultur Jaringan Tanaman Karet
Kultur In vitro embrio tanaman karet yang dilakukan dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda Benzil Amino Purin (BAP) 0.075 mg/l dan 0.01 mg/l konsentrasi Napthalen Asam Asetat (NAA) untuk melengkapi Murashige dan Skoog (MS) medium dengan 0.075 mg/l BAP dan 0.01 mg/l NAA. Perlakuan ini menghasilkan planlet karet dengan akar tunggang yang berkembang dengan baik. Konsentrasi yang sama dari NAA dan konsentrasi BAP sedikit lebih tinggi atau lebih dari 0.075 mg/l karet yang dihasilkan tunas dan akar lateral saja (Dickson et al., 2011).
Pemberian kombinasi BAP dan NAA pada media WPM (Woody Plant Medium) terhadap persentase munculnya tunas, jumlah tunas, terbentuknya daun yang terbaik pada kombinasi konsentrasi 0.5 mg/l BAP + 0 mg/l NAA, sedangkan konsentrasi 0.5 mg/l BAP + 0.25 mg/l NAA memberikan respon panjang tunas yang terbaik (Sundari et al., 2015).
Hasil penelitian (Harahap et al., 2015) Pemberian kombinasi BAP dan NAA terhadap persentase eksplan hidup tertinggi yaitu pada perlakuan

31
BAP 0.5mg/l + NAA 0 mg/l dan eksplan membentuk tunas pada perlakuan BAP 1.5 mg/l + NAA 0.25 mg/l. Semakin tinggi konsentrasi BAP yang diberikan maka jumlah tunas yang dihasilkan akan semakin tinggi, karena pemberian konsentrasi BAP yang tertinggi pada perlakuan masih bisa direspon oleh tanaman sehingga tanaman terdorong untuk melakukan pembelahan sel secara aktif (Sari, 2011).
Eksplan tunas muncul pada media yang ditambahkan dengan 0.5 mg/l dan 4.0 mg/l BAP dan 0.005, 0.1, 0.5, 0.1 mg/l IBA. Pertumbuhan tunas ketiak ditemukan baik pada 0.5 mg/l BAP + 0.005 mg/l IBA, 0.5 mg/l BAP + 0.1 mg/l IBA dan 4.0 mg/l BAP + 0.05 mg/l IBA. Dengan konsentrasi BAP 7-10 mg/l BAP kultur menunjukkan jenis pertumbuhan dengan sejumlah besar tunas yang tumbuh berdekatan, ketika dipisahkan dan disubkultur gagal berkembang menjadi tunas normal (Gunnatilleke dan Chandra, 1988).

32

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Microcutting Tanaman Karet

PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Pamela Tebing Tinggi, Sumatera

Utara, Indonesia. Penelitian ini dimulai pada bulan April 2015sampai dengan Juli

2015.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan eksplan yang digunakan dalam penelitian ini adalah nodus

berukuran ±2 cm dari bahan tanaman karet yang di tanam di rumah kasa,

komposisi media yang digunakan larutan stok media WPM sebagai media tumbuh

tanaman denganGA3 dan BAP sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) yang

digunakan, eksplan yang digunakan berasal dari klon GP 3 yang merupakan

koleksi PTPN III. Bahan penyusun media lainnya, agar, akuades steril, dan bahan

lainnya yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laminar Air Flow

Cabinet (LAFC), tabung uji, autoklaf, steri box, timbangan analitik, rak kultur,

hot plate dengan magnetic stirer, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, pinset,

gunting, scalpel, lampu bunsen, pH meter, oven, kertas plano, kaca tebal,

aluminium foil, kompor gas, minisar, mikropipet, tip, pipet tetes,

danalat-alat lainnya yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan dua faktor perlakuan yaitu :

Faktor I

: Penambahan GA3 dalam media dengan 4 taraf

33

G1 : GA3 0 mg/l G2 : GA3 0.5 mg/l G3 : GA3 1 mg/l

G4 Faktor II

: GA3 1.5 mg/l : Perendaman nodus sebelum pengkulturan selama 2 jam 30 menit

dengan 4 taraf

T1 : GA3 0 mg/l T2 : GA3 5 mg/l T3 : GA3 10 mg/l

T4 : GA3 15 mg/l Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut:

G1T1

G2T1

G3T1

G4T1

G1T2

G2T2

G3T2

G4T2

G1T3

G2T3

G3T3

G4T3

G1T4

G2T4

G3T4

G4T4

Jumlah perlakuan

: 16

Jumlah ulangan

:7

Jumlah eksplan tiap tabung uji

:1

Jumlah seluruh eksplan

: 112

Jumlah seluruh tanaman

: 112

Adapun model liner dari sidik ragam penelitian sebagai berikut:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ε ijk

i = 1,2,3,4

j = 1,2,3,4

k = 1,2,3…7

34
Yijk = Nilai pengamatan unit percobaan pada perlakuan GA3 ke-i, Perendaman nodus sebelum pengkulturan ke-j, dan ulangan ke-k
µ = Nilai tengah umum αi = PengaruhGA3 ke-i βj = Pengaruh Perendaman nodus sebelum pengkulturan ke-j (αβ)ij = Nilai tambah pengaruh interaksi GA3 ke-i dan Perendaman nodus
sebelum pengkulturan ke-j εijk = Galat percobaan
Jika perlakuan (konsentrasi GA3, konsentrasi perendamannodussebelum pengkulturan dan interaksi) berbeda nyata dalam sidik ragam maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada α = 5% (Steel dan Torrie, 1995).

35
PELAKSANAAN PENELITIAN Sterilisasi Alat-Alat
Sebelum semua alat-alat disterilisasi dan alat-alat kaca digunakan untuk kultur in vitro maka terlebih dahulu dicuci dan dikeringkan. Kemudian bungkus tabung dengan plastik tahan panas atau letakkan pada rak tabung, sedangkan untuk botol biasanya bisa langsung diletakkan pada autoklaf. Disterilkan tabung/botol dengan autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 17,5 psi selama 60 menit. Setelah itu sterilkan secara kering tabung/botol di dalam oven pada suhu 150oC selama 1-2 jam. Pembuatan Media
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah mediaWoody Plant Medium (WPM). Sebelum dilakukan pembuatan media WPM, dilakukan pembuatan larutan stok hormon BAP dan GA3. Larutan stok hormon masingmasing dibuat 100mg/100ml. Kemudian larutan stok BAP dan GA3disaring menggunakan minisar guna meningkatkan sterilitas dari hormon tersebut dan dilakukan di Laminar Air Flow Cabinet (LAFC).
Pada pembuatan media WPM, tahap pertama adalah membuat larutan stok bahan kimia hara makro dengan pembesaran 10x, hara mikro dengan pembesaran 100x, larutan iron dengan pembesaran 50x, larutan vitamin dengan pembesaran 100x, sukrosa 50 g, myo-inositol 0,1 g dan agar 5g. Tahap berikutnya, sukrosa dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi akuades 1000 ml, lalu diaduk dengan menggunakan magnetik stirer sebagai pengaduk. Kemudian ditambahkan myo-inositol diaduk hingga larut. Dimasukkan larutan stok hara makro 180ml, larutan stok hara mikro 7,2ml, iron 14,4ml dan vitamin 7,2ml. Kemudian larutan

36
ditepatkan menjadi 3600ml dengan menambahkan akuades. Keasaman diukur dengan pH meter. pH yang dikehendaki adalah 5,8, untuk mengatur pH yaitu menaikkan atau menurunkan pH dapat digunakan larutan KOH da