Pandangan Kontra Pemberian Dana APBN Kepada Partai Politik .A PEMBOROSAN APBN

tegas tersebut diharapkan tidak ada lagi alasan bagi partai politik yang mendapatkan dana untuk mangkir dalam membuat laporan pertanggungjawaban. II.2 Pandangan Kontra Pemberian Dana APBN Kepada Partai Politik II.2.A PEMBOROSAN APBN Keuangan negara adalah urat nadi negara, tanpa uang negara tidak dapat menjalankan roda pemerintahannya. Keuangan dari rumah tangga negara ini dituangkan dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara, yang secara filosofis merupakan refleksi dari kedaulatan di suatu negara. Apabila di Indonesia menganut kedaulatan rakyat, maka pengalokasiannya harus ditujukan bagi kesejahteraan rakyat, maka dari itu dalam mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara haruslah dilandasi pada sektor-sektor yang tepat sasaran dan tepat guna kepada rakyat. 19 Hal ini kemudian dipertegas dalam Undang-Undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Negara bahwa pemerintah dalam melaksanakan pengelolaan keuangan negara haruslah dilakukan secara tertib, taat, hukum efisien, ekonomis, efektif, transparan dan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Maka dari itu perlu membuat skala prioritas untuk memilah mengenai program mana yang lebih penting untuk didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dalam hal ini tentunya prioritas yang didanai adalah sektor-sektor yang bersinggungan langsung dengan kesejahteraan masyarakat seperti pendidikan, kesehatan dan juga pembangunan fasilitas umum. 20 Argumentasi ini diawali dengan dua pertanyaan besar, “Apakah arif dan bijak apabila pemerintah mengalokasikan dana APBN kepada partai politik?“ dan “Apakah mendanai partai politik melalui APBN telah memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan di masyarakat?” Dengan mengalokasikan APBN kepada partai politik hal ini tentunya merupakan bentuk pemborosan yang paling nyata serta tidak memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan di masyarakat. Mengambil contoh pada Pemilihan Umum Tahun 2014 dimana terdapat 12 partai politik yang ditetapkan oleh KPU sebagai peserta pemilu, apabila mengambil sample misalnya Rp. 1 Trilyun saja untuk satu partai, itu artinya terdapat Rp. 12 Trilyun dana yang digelontorkan setiap tahunnya hanya untuk membiayai partai politik yang sejatinya bukanlah prioritas untuk didanai. Tidak bisa dibayangkan apabila partai peserta pemilu diikuti oleh 48 partai politik sebagaimana pada pemilu 1999, maka APBN yang digelontorkan adalah 48 Trilyun pertahun, dan 240 Trilyun 10 perlimatahun. Padahal sejatinya, tidak bisa dipungkiri bahwa tujuan adanya partai politik adalah untuk menggapai suatu kekuasaan yang tidak ada kaitannya langsung dengan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Tanpa pendanaan dari APBN pun, sejatinya partai politik tetap bisa memenuhi kebutuhannya dengan mencari dana secara mandiri melalui iuran anggota dan sumbangan yang sah menurut hukum. Akan tetapi, bagi masyarakat biasa yang kekurangan, hanya dengan bantuan negaralah masyarakat tersebut bisa bertahan. Pendanaan APBN kepada partai politik ini tentunya apabila diterapkan secara berkesinambungan, maka konsekuensi logisnya akan mengurangi pendanaan untuk sektor-sektor lain yang lebih penting seperti pendidikan dan kesehatan. Padahal faktanya di Indonesia sendiri masih terdapat kekurangan 400 ribu guru sekolah dasar dan 7.024 rumah sakit kekurangan tempat tidur. 21 Maka dari itu mendanai partai politik melalui APBN adalah bentuk pemborosan terhadap uang negara, dan lebih arif serta bijak apabila dana tersebut dialokasikan kepada sektor-sektor lain yang lebih penting seperti pendidikan dan kesehatan. II.2.B Pendanaan Melalui APBN Menyebabkan Ketidakmandirian dan Matinya Kreativitas Partai Partai politik beserta para kader sejatinya dituntut untuk mandiri dan kreatif dalam mencari pendanaan kepada partainya. Mandiri dan kreatif yang dimaksud adalah dengan cara yang legal dan sah menurut hukum seperti menjual pakaian dan atribut kepada simpatisan, memaksimalkan iuran anggota, membuat produk unggulan partai, menerima bantuan yang sah menurut hukum dan lain sebagainya. 22 Akan tetapi dengan adanya pendanaan yang besar digelontorkan dari APBN kepada Partai Politik hal ini hanya akan membuat partai politik menjadi manja dan menitikberatkan sumber keuangan partainya hanya dari APBN semata. Hal ini secara sistemik tentunya sangat berbahaya bagi keberlangsungan demokrasi dan partai politik itu sendiri, karena pada akhirnya dalam melangsungkan pendanaan kegiatan operasional partainya saja tidak mampu kreatif, apalagi untuk menawarkan dan meyakinkan program-programnya kepada konstituen? Lebih lanjut apabila disuatu hari nanti terdapat situasi dimana partai tersebut tidak lagi didanai oleh APBN karena terjadinya pelanggaran yang telah dilakukan, hal ini tentunya akan menyebabkan kebingungan terhadap partai 11 politik itu sendiri, karena pada dasarnya kader-kader tersebut sudah terbiasa diberikan dana yang sebegitu besarnya melalui APBN.

II.3 C Partai Politik Tidak Cakap Dan Profesional Dalam Membuat Laporan Keuangan