Kekuatan Politik Indonesia Partai Politi

MAKALAH KEKUATAN-KEKUATAN POLITIK DI
INDONESIA

Kekuatan-Kekuatan Politik Pada Zaman Orde Reformasi
“Partai Politik dalam Pelaksanaan Fungsi-Fungsinya ”
Oleh Kelompok 9:
Satria Oktahade 1110833007
Deni Hendrizal

1210833016

Imam Zamzami 1210833002
Zulfadli

1210833028

JURUSAN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014


BAB I
PENDAHULAUAN

1.1 Latar Belakang
Partai politik pertama kali lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan
meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang pelu diperhitungkan
serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara
spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan
pemerintah pihak lain. Partai politik umumnya dianggap sebagai manifestasi
dari sistem politik yang sudah modern. Maka dari itu dewasa ini partai sudah
menjadi lembaga politik yang ada di setiap negara.
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok
yang terorganisir yang angota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai
dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh
kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional
untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.1
Menurut Carl J.Friedrich partai politik adalah sekelompok manusia yang
terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan
penguasaan


terhadap

pemerintahan

bagi

pimpinan

partai-partainya

kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materil. Menurut R.H Soltau partai
politik adalah sekelompok warga yang sedikit banyak terorganisir yang
bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan

1 Miriam Budihardjo, Dasar-Dasar ilmu politik (Jalarta: PT Gramedia Puataka Utama, 1992) hal,
161

kekuasaanya


untuk

memilih/bertujuan

menguasai

pemerintahan

dan

melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.2
Partai politik berbeda dengan kelompok penekan atau yang lebih dikenal
dengan istilah kelompok kepentingan. Kelompok ini bertujuan untuk
memperjuangkan suatu kepentingan dan mempengaruhi lembaga-lembaga
politik agar mendapatkan keputusan yang menguntungkan atau menghindari
keputusan yang merugikan. Kelompok kepentingan tidak berusaha untuk
menempatkan wakil-wakilnuya dalam dewan perwakilan rakyat melainkan
melainkan cukup mempengaruhi satu atau beberapa partai didalamnya atau
instansi pmerintah atau menteri yang berwenang. Teranglah bahwa kelompok
kepntingan mempunyai orientasi yang jauh lebih sempit dari partai politik,

yang karena mewakili berbagai golongan, dan lebih banyak memperjuangkan
kepentingan umum.
Partai politik tidak hanya terdapat pada sebuah sistem pemerintahan yang
demokratis tetapi partai politik juga ada di dalam rezim pemerintahan yang
otoriter. Hanya saja fungsinya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Karena
hanya menjadi alat mobilisasi unruk mendukung kekuasaan penerinbtah.
Sementara itu, eksistensi partai lain sengaja dilemahkan oleh penguasa serta
hanyalah sebagai simbol yang bersifat alternatif bagi mastyarakat. Dalam
keadaaan ini, tidak dijumpai lagi adanya demokrasi yang dicirikan dengan
kompetisi yang bebas dan adil diantara partai-partai yang ada.
Keberadaan partai politik dalam kehidupan negara modern secara normatif
melaksanakan fungsi-fungsi dari partai politik itu sendiri. Namun, dalam

2 Ibid

kenyataanya fungsi-fungsi tersebut tidak berjalan sesuai prinsipnya yang
bertujuan memuaskan konsituenya.
“Keberadaan partai politik dalam kehidupam negara modern, idealnya
memainkan beberapa fungsi yang inheren dengan kehadiranya sebagai
organisasi poloitik. Namun, pada kenyataanya sangat sulit ditemukan

bahwa fungsi-fungsi tersebut berjalan sedemikian rupa sehingga
memuaskan rakyat pemilihnaya”.3

Partai politik memiliki beberapa fungsi menurut Miriam Budiardjo,
adapun fungsi-fungsi tersebut diantaranya sebagai sarana komunikasi politik,
sebagai sarana artikulasi dan agregasi kepentingan, sebagai sarana sosialisasi
politik, sebagai sarana rekrutmen politik, sebagai sarana pengatur konflik.4
1) Fungsi sarana komunikasi politik
Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan
aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan
mengatyrnya sedemikan rupa sehingga kesimpangsiuran
dalam masyarakat berkurang. Partai politik selanjutnya
berfungsi menyampaikan kebijaksanaan dalam program
partai untuk diperjuangkan atau disampaikan kepada
pemerintah agar dijadikan kebijaksanaa umum.
2) Partai politik sebagai sarana sosialisasi
Partai politik mempunyai peran sabagai sarana sosialisasi
politik. Di dalam sosialisasi politik diartikan sebgaia proses
dimana seseorang memperoleh sikap dan orintasi terhadao
fenomena politik, yang mana umunya berlaku dalam

masyrakat diomana ia berada. Disamping itu sosialisasi
politik juga mencakup proses pewnyampaina norma-norma
3
4 Harianto, Sistem Politik: Suatu Pengantar (Yogyakarta: Liberty, 1982), hal, 89-96

dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Proses sosialisasi politik diselenggarakan melalui ceramahceramah peberangan, kursusnkader, kursus penataran, dll.
3) Partai politgik sebagai sarana rekrutmen politik
Partai politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak
orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan
politik sebagai anggota partai.dengan demikian partai turut
memperluas partisispasi politik.
4) Partai politik sebagai sarana pengatur konflik
Keinginginan manusia yang tidak terbatas melahirkan
kebutuhan yang berbeda pula untuk di penuhi.oleh karena
itu perbedaan ini harus di fasilitasi agar menjadi sesuatu
yang bermanfaat dan tidak melahirkan konflik, dan
kehadiran

partai


mediator,namun

politik
tidak

menjadi
jarang

signifikan

yang

terjadi

sebagai
justru

sebaliknya.partai politik saling bersaing untuk kepentingan
jangka pendeknya,dan menggunakan segala cara untuk

mencapai kekuasaan yang di kejarnya.hal ini berdampak
pada munculnya konflik dan dapat merembes ke dalam
masyarakat pendukungnya.
Partai politik di Indonesia pertama kali lahir dalam zaman kolonial sebagai
manifestasi bangkitrnya kesadaran nasional. Dalam keadaan itu semua
organisasi yang bertujuan sosial seperti Budi Utomo dan Muhammadiyah
maupun organisasi yang menganut azas politik keagamaan atau nonsekuler
seperti Serikat Islam dan Partai Katolik atau organisasi yang manganut azas

politik sekuler seperti PNI dan PKI, melaksanakan peran penting dalam
berkembangnya pergerakan nasional. Pola kepartaian masa ini menunjukkan
keanekaragaman, pola mana diteruskan dalam masa merdeka dalam benrtuk
sistem multi-partai.
Dengan didirikanya Volksraad maka beberapa partai dan organisasi
bergerak melaui badan ini. Pada tahun 1939 terdapat beberapa fraksi dalam
Volksraad, yakni Fraksi Nasional di bawah pimpinan Husni Thamrin, PPBB
(Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi-putra) di bawah pimpinan Prawoto dan
“Indonesische Nationale Groep” di bawah pimpinan Muhammad Yamin.
Di luar Volksraad ada usaha untuk mengadakan gabungan dari partaipartai politik dan menjadikanya semacam dewan perwakilan nasional. Pada
tahun 1939 dibentuk K.R.I (Komite Rakyat Indonesia) yang terdiri dari GAPI

(Gabungan Politik Indonesia, yang merupakan gabungan dari partai-partai
beraliran nasional), MIAI (Majelisul Islamil a’alaa Indsonesia, yang
merupakan gabungan-gabungan partai-partai yang beraliran Islam yang
terbentuk pada tahuin 1937) dan MRI (Majelis Rakyat Indonesia, yang
merupakan gabungan organisasi buruh).
Setelah sebelumnya dilarang pada masa pendudukan Jepang, pada masa
kemerdekaan kepartaian kembali ke pola multi-partai yang telah dimulai pada
zaman kolonial. Pemilu yang diadakan pada tahun 1955 membawa
penyederhanaan dalam arti bahwa dengan jelas telah muncul empat partai
besar yakni Masyumi, PNI, NU, dan PKI. Akan tetapi fumgsi-fumhsi dari apa

yang seharusnya menjadi fungsi partai taetap tidak berjalan sebgaimna yanag
diharapkan. Akhirnya

pada masa

demokrasi

terpimpin partai-partai


dipersempit ruang geraknya.
Dalam masa Orde Baru partai politik diberi kesempatan untuk bergerak
lebih lelyuasa. Akan tetapai, sesudah diadakan pemilihan umum tahun 1971
dimana Golkar menjadi pemenang dengan disusul oleh tiga partai lainya yaitu
Nu, Permusi, dan PNI. Lalu pada tahun 1973 kembali terjadi penyederhanaan
partai. Partai-partai Islam yaitu NU, Permusi, Partai Serikat Indonesia, dan
Pertri

dijadikan

menjadi

satu

partaiyaitu

PPP

(Partai


Persatuan

Pembangunan). Lalu lima partai yaitu PNI, Partai Kristen Indonesia, Partai
Katolik, Partai Murba, dan IPKI bergabung menjadi Partai Demokrasi
Pembangunan.

Dengan

demikinan

pada

tahun

Pemilu

1977

akan

diikutasertakan dua partai politik dan Golkar.5
Pada rezim Orde Baru aktivitas partai politik tidak berlangsung baik.
Pemerintah membuat berbagai bentuk kebijakan politik yang membatasi
ruang gerak dari partai politik seperti kebijakan floating mass dan salah satu
kenijakan lainya yaitu seperti penggabungan oartai-partai sesuai yang
disebutkan pada paragraf sebelumnya. Kemudian, ini membuat Golkar
yangmerupakan

partai

pemerintah

mendominasi

proses

politik

dan

pemerintahan.
Kekuatan Golkar sebagai partai politikm tidak independen dan dapat
dikendalikan dengan baik olewh penguasa. Bahkan, kondisi itu terjadi pula
5

dalam parlwemen. Pengendalian dilakukan dengan mengangkat pimpinan
frasi yang loyal kepada penguasa. Penetapan pimpinan fraksi khususnya
fraksi yang ,enjadi alat penguasa yaitu fraksi Karya Pembangunan (Golkar)
dan fraksi ABRI ditentukan oleh organisasi insuknya, sepertin yang dikatakan
Dhakidae:
“Karena ada ketentuan bahwa pimpinan ‘ditetapkan oleh induk
organisasinya’, maka bisa dilihat ketergantungan besar fraksi
terhapap suatu diluar dewan perwakilan, yaitu induk
organisasinya”.6

Apalagi, pimpinan induk organisasi ini menjadi klien penguasa Orde Baru,
maka kemandirian Golkar sebagai kekuatan politik yang kritis terhadap
pemerintah menjadi tidak ada sama sekali.
Keberhasilan gerakan mahasiswa menurunkan Presiden Soeharto pada 21
Mei 1998, menandakan munculnya Orde Reformasi di Indonesia. Pada era
Reformasi ini masyarakat di dorong kembali untuk aktif terlibat didalam
proses politik dan pemerintahan. Salah satunya dengan mengizinkan
masyarakat membentuk partai politik. Kebijakan ini adalah wujud
pelaksanaan makna kebebasan berserikat dan berkumpul yang dijamin UUD
1945. Dengan kata lain demokrasi mulai mendapat tempat kembali didalam
sistem politik di Indonesia. Bandul sistem kepartaian pun bergeser klembali
dari sistem kepartaian, meminjam istilah Sartori, yang hegemoni (hegemonic

6

system) atau sistem multi-partai yang terpecah (atimized pluralized party
system).7
Pada pemilu pertama Orde Reformasi dilakasanakan, pada tahun 1999
peserta pemilu sebanyyak 48 partai politik. Dinamaika pada pemilu ini sangat
disominasi dengan ketegangan politim diantara partai-partai politik serata
ketegangan antara partai dengan pemrintah, ketegangan ini merupqkan
implikasi dari be3sarnya keinginan opartai untuk berkuasa. Impliasi
pengturan aspek electoral law dalam pemilu yaitu revisi undang-undang No 2
rahun 1999 tentang partai politik menjadi undang-undang No 31 tahun2002
serta diterbitkanya undang-undang No 12 tahun 2003 tentang pemilu anggita
DPR, DPD, dan DPRD m,enghasilkan pengurangan jumlah partai yang
signifikan menjadi 24 partai.8
Jumlah partai politik kemlbai bertambah signifikan setelah anggita DPR
sepakat merevisi kembali undang-undang partai politik sdengan menerbitkan
UU No 2 tahun 2008. Pemilu 2009 diikuti oleh 28 partai ditambah 6 partai
lokal di Aceh. Kehidaran partai lokalm ini merupakan konsekuensi perjanjian
damai antarab pemerintah dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka).
Kwmudian, pada pemilu 2014 peserta pemilu berkurang menjadi 12 partai
ditambah 3 partai lokal di Aceh. Singkatnya, dinamika kekuasaan melalui
aktivitas partai politik didalam sistem politik pasca Orde Baru mempengaruhi
perkembangan demokrasi di Indonesia.

7 Giovani Sartori, parties and party system (Cambridge: Cambridge University Press, 1976).
8 Hal 192-193

Pada era Reformasi saat ini partai politik belumlah tepat dalam
pelaksanaan fungsi-fungsinya. Masih terdapat bebrapa fungsi yang menurut
penulis saat ini yang belum sesuai pada prinsipnya, inji dpata dilihgat pada
pelaksanaan fungsi partai politik sebgai sarana sosialisasi dan pendidikan
politik di Indonesia. Cenderung saat ini partai politik mengemas sosialisasi
politik hanya sedbagai sarana kampanye menjelang pemilu yang akan
dilaksanakan. Ini tentu sudah berubah dari prinsip dasar dari sosialisasi dan
pendsidikan ;politik yang seharusnya.
Berdasarkan penjabaran penulis di atas, dapat dilihat bahwa proses
perkembanhgan partai politik dari masa ke masa selalu mengalami
perubahan, baik dalam segi bentuk maupun fungsinya sebgai kekuatan
politik di Indonesia. Kemudian yang akan menjadi fokus pada makalah
yang penulis tulis ini ialah melihat kepada fenomena yang terjadi pada
pelaksanaan fungsi partai politk sebagai sarana sosialisasi dan pendidikan
politik masa masa Reformasi. Oleh karena itu, ini menjadi sesuatu yang
ingin penulis uraikan.
1.1.1. Perumusan Masalah
1.

Bagaimana proses pelaksanaan fungsi-fungsi partai politik di
Indonesia sebagai kekuatan politik pada era Reformasi?

1.1.1. Tujuan Masalah
1.

Menjelaskan proses pelaksanaan fungsi-fungsi partai politik di
Indonesia sebagai kekuatan politik pada era Reformasi.

BAB II
Pembahasan

2.1 Konsep Kekuatan Politik
Menurut Miriam Budiardjo mengatakan bahwa yang diartikan dengan
kekuatan-kekuatan politik adalah bisa masuk dalam pengertian individual
maupun dalam penegrtian kelembagaan. Dalam penegrtiana yangb bersifat

individual, kekutan-kekuatan politik tidak lain adalah aktor-aktor politik atau
orang-orang yang memainkan peran dalam kehidupan politik. 9
Menurut Bahtiar Efendi yang dikatakan kekuatan-kekuatan politik
adalah sega;la sesuatu yang berperan dan berpengaruh serta terlibat secara
aktif di dalam sunia politik. beliau juga membagi kekuatan politik menjadi
dua sub bagian besar, yakni kekuatan formal dan kekuatan politik non
formal.10
2.2 Konsep Partai Politik
Menurut Carl J.Friedrich partai politik adalah sekelompok manusia
yang

terorganisir

secara

stabil

dengan

tujuan

merebut

atau

mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partaipartainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materil, (a political
patrty is a group of human beings, estably organized with the objective of
secure or maintaining for it’s leaders the control of a goverment, with the
furder objective of giving to members of the party, through such control
ideal and material benefits and advantages).11
Menurut R.H Soltau partai politik adalah sekelompok warga yang
sedikit banyak terorganisir yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik
dan yang dengan memanfaatkan kekuasaanya untuk memilih/bertujuan
menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.
9 Miriam hal 52 tahun1988
10 Bahtiar 2000 197
11 161

(a group of citizen more or les organized, who act as a political unit and
who, by the use of their voting power, aim to control the gpvernment and
carry out their general policies).12
Sigmund neuman dalam kerangkanya modern political parties
mengemukakan definisi sebagai berikut: partai politik adalah organisasi
dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk mengusai kekuasaan
pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas adasar persaingan
dengan

suatu

golongan

atau

golongan-golongan

lain

yang

mempunyainpandangan berbeda.13
Di dalam penegertian lain, Miriam Budiardjo menjelaskan bahwa partai
politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari perilaku-perilaku
politik yang aktif dalam masyarakat, yang memusatklan perhatianya pada
penhgendalian kekuasaan pemerintahan, dan bersaing dengan kelompok
lain untuk memperoleh dukungan rakyat. Organisasi artikulatif ini
mempunyai pandangan yang berbeda karena ideologinya berlainan.
Dengan kata lain, partai politik merupakan perantara yang besar ynbg
m,enghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi-ideologi sosial dengan
lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi, dan dengan aksi politik di
dalam masyrakat poliyk uang ;lebih luas.14
Adapun yang menjadi fungsi-fungsi partai politik yaitu:

12
13
14 Al 179

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Partai politik merupakan salah satu dari unsur kekuatan-kekuatan
politik di Indonesia. Peran partai politik sebagai kekuatan politik
dinamikanya selalu berubah eksistensinya di setiap rezim pemerintahan di
Indoensia ari era Orde Lama sampai dengan era Reformasi saat ini. Pada

rezim yang otoriter partai politik juga tetap ada, hanaya saja fungsinya
yang tidak berjalan sebgaimana pada prinsipnya. Karena, partai hanya
digunakan sebgai alat untuk mendukung kekuasaan rezim yang berkuasa.
Pada masa Reformasi saat ini yang cenderung bersifat bebas, ini
menjadikan adanya perubahan kepada sistem perpolitikan di Indoensia
dimana setelah runtuhnya rezim Orde Baru partai-partai politik baru
bermunculan, dapat dilihat pada pemilu 1999 yang diikuti oleh 48 partai
politik. ini tentu kontras dengan apa yang terjadi pada pemilu-pemilu
sebelumnya yang hanya diikuti oleh dua partai politik dan satu golongan
(Golkar).
Pada pelaksanaan fungsinya ternyata dari sistem yang dwi-partai
dengan sistem yang multi-partai tidaklah jauh berbeda, masih banyak dari
setiap prinsip fungsi-fungsi partai yang tidak berjalan dengan semestinya.
Dapat dilihat pada pelaksanaan fungsi sosialisasi dan pendidikan politik
yang hanya digunkan sebagai sarana kampanye oleh partai politik
menjelang pemilu. Begitu juga pada pelaksanaan fungsi-fungsi lainya.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Partisipasi Politik Perempuan : Studi Kasus Bupati Perempuan Dalam Pemerintahan Dalam Kabupaten Karanganyar

3 106 88

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157