Keragaman Jenis Anakan Tingkat Semai Dan Pancang Di Hutan Alam

KARYA TULI S
KERAGAM AN JEN I S AN AKAN TI N GKAT SEM AI D AN PAN CAN G DI HUTAN ALAM
OLEH : DI ANA SOFI A H, SP, MP
NI P 132231813
FAKULTAS PERTAN I AN UN I VERSI TAS SUMATERA UTARA
2007 Diana Sofia : Keragaman Jenis Anakan Tingkat Semai dan Pancang di Hutan Alam, 2007 USU Repository © 2008

KATA PEN GAN TAR Syukur Alham dulillah, kam i panj atkan kehadlirat Allah SWT yang telah m em berikan rahm at dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat m enyelesaikan karya tulis ini. Karya t ulis ini berj udul : KERAGAMAN JENI S ANAKAN TI NGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM. Sem oga karya tulis ini berm anfaat bagi sem ua pihak yang m em erlukan. Kritik dan saran untuk penyem purnaan karya tulis ini sangat penulis harapkan.
Medan, Juli 2007 Pe n u l i s
2

DAFTAR I SI Kat a Pengant ar ................................................................... ............. i Daftar I si ........................................................................... ............. ii Pendahuluan ...................................................................... ............. 1 Met ode ............................................................................. ............. 2 Hasil dan Pem bahasan ......................................................... ............. 3 Kesim pulan ........................................................................ ............. 8 Daft ar Pust aka
3

PEN DAHULUAN
I ndonesia m erupakan negara tropika yang m em iliki kawasan hutan yang cukup luas. Keberadaan kawasan hutan ini m erupakan aset nasional yang harus terus dikelola dan dikem bangkan ke arah yang lebih baik, agar dapat dim anfaat kan secara berkelanj ut an. Unt uk pengem bangan dan pengelolaan ini dilakukan berbgai penelitian dan pengem bangan sekligus penerapan berbagai system silvikultur dengan teknik perm udaan alam m aupun buatan. Sebab dengan vegetasi hutan I ndonesia yang beragam tipenya tidak dapat diterapkan satu system silvikultur saj a untuk seluruh areal.
Unt uk m em ilih syst em silvikultur yang dipakai, khususnya pada hut an tropika basah dataran rendah harus m em pertim bangkan berbagai aspek, yait u keadaan hut an ( st rukt ur, kom posisi, sifat silvik, produkt ivit as) , pengetahuan professional rim bawan, keadaan pasar dan kem am puan pem biayaan.
Pot ensi t egakan t inggal set elah pem anenan kayu perlu dikaj i unt uk penyelam atan pohon-pohon m uda dari jenis kom ersial agar tidak terj adi penurunan produksi pada siklus tebang berikutnya. Salah satunya adalah dengan m elihat st rukt ur dan kom posisi t egakan set elah pem anenan kayu. Keterangan yang diperoleh diharapkan dapat m enj adi dasar dalam m em bantu tindakan dan perlakuan silvikultur yang tepat sehingga tuj uan pengelolaan hutan yang lestari dapat tercapai.
4

METODE PEN ELI TI AN

Pet ak penelit ian ini dibuat 3 ( t iga) plot perm anen/ pengukuran dengan ukuran m asing- m asing 100 m x 100 m ( 1 ha) . Masing- m asing plot perm anen/ pengukuran ini dibagi m enj adi 25 sub petak dengan 5 x 5 m2 ( pancang) dan 2 x 2 m 2 ( sem ai) .
Data yang dikum pulkan dalam penelitian ini ada 2 m acam yaitu data sekunder dan data prim er. Data sekunder diperoleh m elalui wawancara dan m engutip dari buku atau laporan-laporan yang ada sebagai sum ber data. Pengum pulan dat a prim er dilakukan m elalu kegiat an pengam at an dan inventarisasi langsung di hutan pada plot perm anen/ pengukuran yang telah dibuat .
Pada set iap pet ak pengam at an, dat a yang diam bil unt uk t ingkat sem ai dan pancang data yang diam bil m eliputi : nam a j enis dan j um lah tiap j enis per petak pengam atan.
Data kerusakan tegakan yang disebabkan oleh pem anenan kayu, dikum pulkan m elalui pengam atan sesudah penebangan dan penyaradan kayu. Untuk m elihat gam baran st rukt ur dan kom posisi dan st rukt ur t egakan dilakukan perhitungan terhadap param eter vegetasi yang m eliputi : indeks nilai penting, indeks dom inansi, keanekaragam an j enis, dan koefisien kom unitas. I ndeks nilai penting digunakan untuk m enetapkan dom inansi suatu j enis terhadap j enis lainnya, dengan kata lain nilai penting m enggam barkan kedudukan ekologis suat u j enis dalam kom unitas. I ndeks
5

nilai pening dihit ung berdasarkan j um lah nilai kerapat an relat if ( KR) , dom inansi relat if ( DR) dan frekuensi relat if ( FR) ( Mueller- Dum bois dan Ellenberg, 1974 dalam Soerianegara dan I ndrawan, 1988) .
HASI L DAN PEMBAHASAN
Kom posisi Tegakan Kom posisi tegakan pada penelit ian ini diartikan sebagai keragam an
j enis dalam tegakan hutan. Keanekaragam an j enis dihutan tropika basah sangat besar dan kom pleks, keberadaannya saling berpengaruh serta berint eraksi t erhadap sifat genet i dan ekosist em nya.
Penelit ian ini m enunj ukkan bahwa j um lah j enis yang m enyusun m asing- m asing petak sebelum dan sesudah pem anenan kayu ham pir sam a. Pada t ingkat sem ai j enis- j enis yang paling banyak dit em ukan m enurut peringkat indkes nilai pent ing ( I NP) sebelum penebangan ant ara lain t erent ang ( Com pnospera spp) , m erant i m erah ( Shorea spp.) , m edang ( Lit sea spp) , m ayau ( Shorea palem banicca Mig.) dan ubar ( Eugenia spp.) . Pada tingkat pancang, j enis-j enis yang paling banyak ditem ukan pada kedua petak pem anenan kayu ant ar lain ubar ( Eugenia spp.) , m edang ( Lit sea spp.) , m erant i m erah ( Shorea spp.) , banit an ( Polyalt hia sp.) dan kum pang.
Kom posisi m asing- m asing pet ak berbeda dengan m elakukan seleksi terhadap tum buhan yang kebetulan m encapai dan m am pu hidup di tem pat t ersebut . Perbedaan ini t erlihat dari nilai I NP m asing- m asing pet ak. Unt uk tingkat sem ai dan pancang m erupakan panj um lahan nilai kerapatan relatif dan frekuensi relatif, sedangkan untuk tiang dan pohon I NP didapat dengan
6

m enj um lahan nilai-nilai kerapatan relatif, frekuensi relati dan dom innasi r elat if.
Kedua petak pem anenan kayu ini m em eiliki jum lah jenis m aupun keragam annya t idak banyak berbeda sepert i m edan ( Lit sea spp) , m erant i m erah ( Shorea spp.) dan ubar ( Eugenia spp.) ham pir t erdapat di set iap pet ak dan m asuk peringkat karena nilai I NP tinggi bahkan sebagian besar m enduduki peringkat pertam a baik sebelum m aupun sesudah pem anenan kayu.
I ndeks nilai pent ing ( I NP) m erupakan indicat or yang sesuai untukm elihat pengaruh perubahan j um lah j enis dalam petak sebelum pem anenan, setelah penebangan dan penyaradan kayu. Berkurangnya individu dalam satu j enis atau hilangnya j um lah j enis dalam pem anenan m enyebabkan bergesernya nilai I NP j enis t ersebut . Pergeseran ini saling m endorong dan m erubah t ingkat I NP suat u j enis secara berat uran. Pada plot I I contohnya, j enis m edang pada tingkat pohon sebelum penebangan nilai I NP- nya sebesar 30,01 % , set elah penebangan I NP- nya naik m enj adi 37,11 % dan sesudah penyaradan t urun m enj adi 33,35 % . Pada pet ak pem anenan kayu konvensional plot I I , untuk j enis yang sam a nilai I NP sebelum penebangan sebesar 33,20 % , setelah penebangan turn m enj adi 27,07 % dan setelah penyaradan sebesar 24,62 % .
Perubahan nilai I NP ini j uga m engakibat kan perubahan peringkat nilai I NP pada m asing- m asing j enis. Ada kalanya terdapat j enis yang m enduduki peringkat bawah j enis lain, setelah pem anenan kayu peringkat kedua j snis ini berubah. Sebagai contoh, pada plot I untuk tingkat pohon, sebelum
7


penebangan jenis m eranti kuning berada pada peringkat kelim a dengan I NP 16,16 % , setelah penebangan peringkat kelim a diduduki oleh j enis durian dengan I NP 19,02 % dan setelah penyaradan durian bergeser ke peringkat keem pat dengan I NP 23,05 % dan jenis m eranti kuning berada pada peringkat kelim a dengan I NP 20,37 % . Bergesernya kedudukan ini disebabkan terdapat j um lah individu dalam suatu j enis yang berkurang atau beberapa jenis mengalami kehilangan.
Perubahan peringkat I NP pada sist em silvikult ur TPTI t idak m encolok penurunan j um lah individu dalam satu j enis dan hilangnya j enis dalam satu petak tidak banyak, hal ini disebabkan pohon-pohon ditebang berdiam eter besar ( > 60 cm ) dan dengan intensitas pem anenan kayu 6 pohon per hektar dan 5,3 pohon per hekt ar. Berbeda dengan syst em silvikult ur Tebang Jalur Tanam I ndonesia ( TJTI ) dan Tebang habis dengan Perm udaan Buat an ( THPB) yang bersifat m onocyclic ( siklus tunggal) dan intensitas penebangan sangat besar m enyebabkan pengurangan j um lah j enis besar bahkan terj adi pergantian j enis dengan cara perm udaan buatan ( Sularso, 1996) .
Hasil penelit ian Am ir ( 1995) dalam Sularso ( 1996) pada syst em TJTI terdapat kehilangan j enis setelah penebangan untuk tingkat sem ai 1- 5 j enis, set elah penyaradan berkisar 4- 20 j enis. Unt uk t ingkat pancang berkisar 1- 19 j enis dan tingkat tiang dan pohon sebesar 13 j enis atau berkisar 2- 24 j enis untuksm ua tingkatan dalam tegakan. Kem ungkinan pengurangan j enis terlalu sedikit atau jum lah individu awalnya sedikit sehingga tidak cukup untuk m enggeser peringkat j enis lain.
8

Ke a n e k a r a ga m a n Je n is Unt uk m enget ahui t ingkat keanekaragam an j enis dapat diket ahui
dengan m enghit ung keanekaragam an j enis ( H’) . Makin t inggi nilai H’ akan m aksim al apabila set iap j enis yang ada dalam tegakan m em punyai nilai kelim pahan yang sam a besar.
I ndeks nilai pent ing ( I NP) m asing- m asing j enis berkait an erat dengan indeks keanekaragam an j ensi ( H’) dalam petak. Nilai (H’) sebenarnya m enggam barkan banyaknya j um lah individu j enis dan j um lah j enis. Perhit ungan nilai ( H’) m enghasilkan nilai yang berbeda- beda. Perubahan yang terjadi pada I NP m enyebabkan perubahan nilai H’ dan um um nya perubahan itu m enurun. Sebagai contoh pada plot I untuk tingkat pohon bilai H’ sebelum penebangan sebesar 2,62 setelah penebangan 2,56 dan setelah penyaradan sebesar 2,46 dan pada plot nilai indeks keanekaragam an j enis ( H’) sebesar 2,71 setelah penebangan m enj adi 2,69 dan setelah penyaradan 2,65.
Perhit ungan unt uk sem ua t ingkat an t egakan ( sem ai,pancang, t iang dan pohon) berkisar 1,85 – 3,08 lebih kecil dibandingkan dengan hasil Sularso ( 1996) yang berkisar 2,3 – 3,5. Hal ini disebabkan j um lah j enis yang ada pada petak penelitian ini berj um lah 37- 44 j enis, lebih sedikit bila dibandingkan dengan hasil penelitain yang dilakukan oleh Sularso ( 1996) sebanyak 75 j enis.
Keanekaragam an diantara anggota suatu kelom pok terdiri dari dua kom ponen yaitu kekayaan jenis dan kelim pahan relatif. Keanekaragam an j enis yang t erdapat pada pet ak pem anenan kayu RI TH lebih besar
9

dibandingkan dengan petak pem anenan kayu konvensional yang dapat dilihat dari j um lah j enis yang ditem ukan dalam m asing-m asing petak dan indeks nilai pent ing ( I NP) .
Pola Pe n ye ba r a n Je n is Hilangnya suatu j enis dalam petak selain diakibatkan oleh kegiatan
penebangan dan penyaradan, j uga disebabkan pola penyebaran j enis dan j um lah m asing- m asing individu bervariasi. Peluang hilangnya suat u j enis sangat besar bila individu j enis tersebut j um lahnya seikit dan pola penyebaran j enisnya seragam ( hom ogen) . Berdasarkan hasil analisis indeks Moroshit a ( I d) m enunj ukkan t erdapat j enis- j enis dom inan yang penyebaran j enisnya di sem ua tingkatan tegakan dalam petak sebelum pem anenan kayu t idak berat uran ( acak) . Terdapat j enis dalam t ingkat an yang sam a, nam un kedudukan dalam petak berbeda m enunnjukkan pola penyebaran yang tidak sam a.
Nam un dem ikian dapat dilihat kecenderungan bentuk pola penyebaran dari m asing- m asing j enis t ersebut . Jenis m edang ( Lit sea spp) unt uk t ingkat pohon m em punyai pola penyebaran acak, hal ini dapat dilihat pada plot I yang m em punyai pola penyebaran acak (nilai I d = 1,00), di plot I I m em punyai ( I d) sebesar 1,09 atau pola penyebaran acak dan plot I I I m em punyai pola penyebaran yang seragam ( I d= 0,83) . Unt uk j enis m erant i m erah (Shorea spp) m em iliki pola penyebaran yang berkelom pok, hal ini dapat dilihat pada nilai indeks Moroshit a ( I d) > 1.
10

Jenis ubar m em punyai pola penyebaran yang relat if seragam , hal ini dapat dilihat dari nilai (I d) < 1, m isalnya pada plot I sebesar 0,65, plot I I ( 0,54) . Unt uk t ingkat sem ai pola penyebaran j enis unt uk sem ua j enis m em iliki pola penyebaran berkelompok.
KESI MPULAN 1. Jum lah j enis m aupun keragam annya t idak banyak berbeda sepert i

m edang ( Lit sea spp) , m erant i m erah ( Shorea spp.) dan ubar ( Eugenia spp.) ham pir terdapat di setiap petak dan m asuk peringkat karena nilai I NP tinggi bahkan sebagian besar m enduduki peringkat pertam a. 2. Hilangnya suatu j enis dalam petak selain diakibatkan oleh kegiatan penebangan dan penyaradan, j uga disebabkan pola penyebaran jenis dan j um lah m asing- m asing individu bervariasi. Peluang hilangnya suat u j enis sangat besar bila individu j enis tersebut j um lahnya seikit dan pola penyebaran j enisnya seragam (hom ogen).
11

DAFTAR PUSTAKA Direkt orat Jenderal Pengusahaan Hut an. 1993. Pedom an dan Pet unj uk
Teknis Pelaksanaan Sist em Silvikult ur Tebang Pilih Tanam I ndonesia ( TPTI ) . Direkt orat Jenderal Pengusahaan Hut an. Depart em en Kehut anan. Jakart a Sularso, H. Analisis Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat pem anenan Kayu Terkendali dan Konvensioanl pada Sist em Tebang Pilih Tanam I ndonesia ( TPTI ) . Tesis Program Pascasarj ana I PB Bogor. Bogor Soerianegara, I dan A. I ndrawan. 1988. Ekologi Hut an I ndonesia. Laborat orium Ekologi Hut an. Fakult as Kehut anan I PB Bogor. Bogor. Supart o, R.S. 1999. Bunga Ram pai Pem anenan Kayu. I PB Press. Bogor.
12