Inventarisasi Jenis Burung Pada Komposisi Tingkat Semai, Pancang dan Pohon di Hutan Mangrove Pulau Sembilan

15

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten
Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km2 atau ± 9,67% dari total
luas wilayah kecamatan Pangkalan Susu (151,35 km2). Jumlah total penduduk di
Pulau Sembilan ini ± 2.047 dengan bermatapencarian antara lain sebagai pertani
sebanyak 413 KK, pengrajin 9 KK, pegawai negeri 19 KK, pedagang 29 KK,
supir angkutan 11 KK dan buruh 161 KK. Luas berdasarkan penggunaan lahan
antara lain sawah seluas 1,90 km2, tanah kering seluas 9,29 km2 dan lainnya
seluas 4,46 km2 . Selain itu masih tersisa hutan mangrove yang termasuk dalam
hutan sekunder.Hutan yang masih tersisa tersebut tidak termasuk dalam kawasan
hutan negara, melainkan lahan milik masyarakat.Namun, sebagian masyarakat
memelihara tegakan mangrove khususnya yang terletak pada areal kawasan
lindung seperti kanan kiri sungai dan tepi pantai (BPS, 2010).
Pengertian dan Fungsi Satwa Burung
Burung

merupakan


salah

satu

diantara

kelas

hewan

bertulang

belakang.Burung berdarah panas dan berkembangbiak melalui telur.Tubuhnya
tertutup bulu dan memiliki bermacam-macam adaptasi untuk terbang.Burung
memiliki pertukaran zat yang cepat kerena terbang memerlukan banyak
energi.Suhu tubuhnya tinggi dan tetap sehingga kebutuhan makanannya
banyak(Ensiklopedia Indonesia, 1992).
Menurut Alikodra (2002), kawasan yang terdiri dari komponen-komponen
baik fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan sebagai

tempat hidup serta berkembang biaknya burung liar disebut habitat, dan

Universitas Sumatera Utara

16

mempunyai fungsi dalam penyediaan makanan, air dan perlindungan. Lingkungan
tempat hidup dipengaruhi oleh enam komponen yaitu suhu, kelembapan, cahaya,
curah hujan, makanan, dan jumlah serta komposisis dari jenis satwa lain yang
berada di area tersebut.
Burung memiliki banyak manfaat dan fungsi bagi manusia, baik secara
langsung maupun tidak langsung.Manfaat dan fungsi burung secara garis besar
dapat digolongkan dalam nilai budaya, estetik, ekologis, ilmu pengetahuan dan
ekonomis (Yuda, 1995).
Manfaat dan fungsi burung secara nilai ekologisnya membantu
penyerbukan bunga (burung sesap madu), pemakan hama (burung pemakan
serangga atau tikus) dan penyangga ekosistem (terutama jenis burung pemangsa)
(Sozer, 1999). Nilai ekonomis tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
makanan (daging, telur, sarang), diperdagangkan dan dipelihara oleh masyarakat.
Menurut Welty (1982), bulu burung yang indah banyak dimanfaatkan oleh

perancang mode untuk desain pakaian atau aksesori lainnya. Di daratan tinggi
Kalimantan, keberadaan burung dapat dijadikan kalender.
Keanekaragaman burung telah dapat diterima sebagai indikator yang baik
bagi keanekaragaman suatu komunitas secara keseluruhan. Burung dapat menjadi
indikator yang baik bagi keanekaragaman hayati dan perubahan lingkungan
(Bibby dkk., 2000).
Morfologi Burung
Burung termasuk dalam kelas Aves, sub filum vertebrata dan masuk ke
dalam filum Chordata, yang diturunkan dari hewan berkaki dua.Burung memiliki
sepasang sayap dan tubuhnya ditutupi oleh bulu yang berfungsi sebagai pelindung

Universitas Sumatera Utara

17

tubuh serta mempengaruhi daya terbang, namun demikian meskipun semua
burung memiliki sepasang sayap, tidak semua jenis burung yang dapat
terbang.Burung juga memiliki paruh yang tersusun atas zat tanduk, bentuk paruh
dari jenis burung berbeda-beda yang disesuaikan dengan jenis makanannnya
(Radiopoetro, 1986).

Mackinnon et al., (1992) menyatakan bahwa burung mempunyai sepasang
kaki dengan bentuk dan ukuran kaki pada burung juga berbeda berdasarkan tipe
habitatnya.Kaki bagian bawah dan jari-jari kulitnya berzat tanduk keras. Ciri-ciri
utama dari kelas Aves adalah mempunyai bulu, anggota gerak depan telah
termodifikasi menjadi sayap, berenang dan bertengger, pada tungkai terdapat
sisik, rahang bawah tidak mempunyai gigi, tulang rangka kecil dan banyak
mengalami penyatuan.
Departemen Kehutanan (1992) juga menjelaskan bahwa semua jenis
burung dianggap berasal dari burung yang pertama yaitu Archaeopteryx yang kini
telah menjadi fosil, adapun ciri-ciri umum burung antara lain:
a. Burung memiliki kemampuan untuk terbang
b. Tubuh ditutupi oleh bulu kecuali kaki
c. Mempunyai paruh yang bervariasi (parot, lurus,sabit, panjang, ramping, dll.)
d. Makanan bermacam-macam tergantung habitat mulai dari jenis ikan, nektar,
serangga, biji-bijian, buah-buahan dan bangkai
e. Secara biologis perkembangbiakan burung hanya berbeda sedikit dengan
reptil, telur burung bentuknya mirip dengan telur reptil tetapi lebih berkapur
dan kulit lebih keras.

Universitas Sumatera Utara


18

Sesuai dengan cara memperoleh makan Mackinnon et al., (1992)
menjelaskan bahwa burung pemangsa bercakar tajam serta berparuh tajam,
burung pengisap madu bertubuh kecil, untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan
disekitar bunga bermadu. Selanjutnya dijelaskan bahwa burung memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam beraktifitas, termasuk memperoleh
makanannya, seperti burung rajawali bisa meluncur dan melayang, alap-alap
terjun dan menerkam mangsanya dan burung camar yang menangkap ikan dalam
air laut, atau burung hantu yang sanggup meluncur jauh tanpa mengeluarkan
suara.
Habitat
Burung sebagai salah satu komponen ekosistem memerlukan tempat atau
ruang untuk mencari makan, minum, berlindung, bermain dan tempat untuk
berbiak, tempat yang menyediakan kebutuhan tersebut dinamakan habitat (Odum
1993).Habitat secara sederhana dapat dikatakan tempat dimana satwa liar itu
berada.Satwa liar menempati habitat sesuai dengan lingkungan yang diperlukan
untuk mendukung kehidupannya. Habitat yang sesuai bagi satu jenis belum tentu
sesuai bagi jenis lain, karena setiap jenis menghendaki kondisi habitat yang

berbeda. Dilihat dari segi komponen penyusunnya habitat terdiri dari komponen
fisik dan biotik (Alikodra 2002).
Komponen fisik dan biotik ini membentuk sistem yang dapat
mengendalikan kehidupan satwaliar.Secara terperinci, komponen fisik terdiri dari
air, udara, iklim, topografi, tanah dan ruang.Komponen biotik terdiri dari vegetasi,
mikro dan makro fauna serta manusia.

Universitas Sumatera Utara

19

Keragaman Jenis Burung
Keragaman jenis dapat diartikan sebagai jumlah jenis diantara jumlah total
individu dari seluruh jenis yang ada. Keragaman akan cenderung lebih rendah
dalam ekosistem yang secara fisik terkendali dan lebih tinggi dalam ekosistem
yang diatur secara biologi. Keanekaan jenis di suatu wilayah ditentukan oleh
berbagai faktor.
Keanekaan jenis mempunyai sejumlah komponen yang dapat memberikan
reaksi berbeda-beda terhadap faktor-faktor geografi dan perkembangan fisik, salah
satu komponen utama tersebut adalah kekayaan jenis. Keanekaragaman jenis

burung cenderung lebih tinggi di dalam komunitas yang lebih tua dibandingkan
dengan di dalam komunitas yang baru terbentuk (Odum, 1993).
Menurut Indriyanto (2008), keragaman jenis dapat digunakan untuk
menyatakan stuktur komunitas dan dapat digunakan untuk mengukur stabilitas
komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil
meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya. keragaman jenis yang
tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi
karena terjadi interaksi yang tinggi antar jenis dalam komunitas tersebut.
keragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki
kompleksitas yang tinggi karena terjadi interkasi yang tinggi antar jenis dalam
komunitas tersebut.
Keanekaragaman jenis burung dipengaruhi oleh keanekaragaman tipe
habitat. Struktur vegetasi dan ketersediaan pakan pada habitat merupakan faktor
utama yang mempengaruhi keanekaragaman jenis di suatu habitat, sehingga
habitat dengan variasi vegetasi lebih beragam akan memiliki keanekaragaman

Universitas Sumatera Utara

20


jenis burung yang lebih tinggi dibandingkan dengan habitat yang memiliki sedikit
jenis vegetasi (Tortosa, 2000).
Pengertian dan Fungsi Ekologis Mangrove
Mangrove merupakan formasi tumbuhan yang terdapat di sepanjang
daerah pantai maupun daerah muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut
air laut.Ekosistem hutan mangrove tumbuh di pantai atau di pantai yang berair
tenang.Mangrove mempunyai vegetasi yang khas dengan flora yang umumnya
berhabitus semak hingga pohon besar dan tingginya bisa mencapai 50-60 meter
serta hanya mempunyai satu stratum tajuk. Pada umumnya mangrove terdapat di
daerah yang tropis yang memiliki pantai terlindung di muara sungai dan goba
(lagoon), dimana air laut dapat masuk, di sepanjang lapisan pantai berpasir atau
berbatu maupun berkarang yang telah tertutup oleh lapisan pasir dan lumpur
(Istomo, 1992).
Mangrove adalah khas daerah tropis yang hidupnya hanya berkembang
baik pada temperatur dari 19° sampai 40°C dengan toleransi fluktuasi tidak lebih
dari 10°C. Hutan mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme
lain baik hewan darat maupun hewan air untuk bermukim dan berkembang biak
(Irwanto, 2006).
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang mempunyai peranan
penting dalam upaya pemanfataan berkelanjutan sumberdaya pesisir dan laut,

yang memiliki fungsi penting sebagai penyambung ekologi darat dan laut, serta
gejala alam yang ditimbulkan oleh perairan, seperti abrasi, gelombang dan
badai.Disamping itu juga merupakan penyangga kehidupan sumberdaya ikan,
karena ekosistem mangrove merupakan daerah pemijahan (spawning ground),

Universitas Sumatera Utara

21

daerah asuhan (nursery ground) dan daerah mencari makan (feeding ground)
(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2009).
Pola Penyebaran Populasi
Secara umum populasi dapat dianggap sebagai suatu kelompok organisme
yang terdiri atas individu-individu yang tergolong dalam satu jenis atau varietas,
ekotipe, atau satu unit taksonomi lain yang terdapat pada suatu tempat. Populasi
memiliki karakteristik yang khas untuk kelompok yang tidak dimiliki oleh
masing-masing dari anggotanya.
Menurut Michael (1994), pola penyebaran bergantung pada sifat
fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri.
Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran demikian yang terjadi dalam alam

secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :
1.

Penyebaran teratur atau seragam, dimana individu-individu terdapat pada
tempat tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada
persaingan yang keras sehingga timbul kompetisi yang mendorong
pembagian ruang hidup yang sama.

2.

Penyebaran secara acak (random), dimana individu-individu menyebar
dalam beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya.
Penyebaran ini jarang terjadi, hal ini terjadi jika lingkungan homogen.

3.

Penyebaran berkelompok/berumpun (clumped), dimana individu-individu
selalu ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri
secara terpisah.


Universitas Sumatera Utara