17
6. Pendamping sosial melakukan peran pendamping sosial, yaitu pemberi
informasi, perencana, fasilitator, partisipator, mobilisator, edukator dan
advokator. Kelompok Usaha Bersama KUBE
Kelompok Usaha Bersama KUBE merupakan pengorganisasian dari orang-orang yang mempunyai kegiatan usaha tertentu yang dilakukan secara
bersama-sama. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Departemen Sosial 2005, bahwa Kelompok Usaha Bersama KUBE adalah kelompok Keluarga
Binaan Sosial KBS yang atas bimbingan dan kesadaran bersama, diberi tanggung jawab untuk mengelola bantuan stimulan Usaha Ekonomi Produktif
UEP. Maksud pembentukan KUBE ini adalah meningkatkan motivasi, interaksi dan kerjasama dalam kelompok, mendayagunakanan potensi dan sumber daya
ekonomi lokal, memperkuat budaya kewirausahaan, mengembangkan akses pasar dan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak terkait. Keberadaan KUBE bagi
warga miskin ditengah-tengah masyarakat diharapkan menjadi sarana untuk menciptakan keharmonisan hubungan sosial antar warga, wahana untuk
meningkatkan usaha ekonomi produktif, menyelesaikan masalah sosial yang dirasakan keluarga miskin, menyediakan sebagian kebutuhan yang diperlukan
keluarga miskin, pengembangan diri, dan sebagai wadah berbagi pengalaman antar anggota. Pada intinya KUBE mempunyai tujuan agar keluarga miskin dapat
mencapai tinggkat kesejahteraannya.. Kelompok Usaha Bersama bagi keluarga miskin merupakan himpunan
keluarga yang tergolong miskin yang dibentuk, tumbuh dan berkembang atas dasar prakarsanya sendiri, saling berinteraksi antara satu dengan lain, dan tinggal
dalam satuan wilayah tertentu dengan tujuan untuk menciptakan keharmonisan sosial antar anggota, memenuhi kebutuhan anggota, memecahkan masalah dan
menjadi wadah pengembangan usaha bersama. Jumlah anggota KUBE didasarkan atas kebutuhan nyata di lapangan, bisa
menjadi kelompok kecil antara 3-5 orang atau kelompok besar lebih dari 5 orang. Banyak anggota KUBE dalam perkembangannya dapat berjumlah menjadi
sangat banyak, namun untuk efektivitas pendekatan kelompok yang dilakukan
18 pendamping sosial dirasakan jumlah anggota KUBE tidak terlampau banyak 5-10
orang, sehingga jumlah anggota KUBE yang banyak dapat dibagi-bagi dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Proses pembentukan KUBE dilakukan
berdasarkan: 1 Kedekatan domisili, dengan tujuan untuk memudahkan berkomunikasi dalam melaksanakan kegiatan maupun dalam mekanisme
pembinaan. 2 Mempunyai tujuan yang sama untuk merubah nasib. 3 Jenis usaha dapat bervariatif atau satu jenis dan dapat dikelola per individu asalkan terikat
dalam satu kelompok. 4 Saling mengenal dan saling percaya. 5 Pemberian nama KUBE berdasarkan musyawarah anggota. 6 Terdapat susunan pengurus yang
terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota.
Tahap Perkembangan KUBE
Departemen Sosial 2005, menggolongkan KUBE kedalam 3 tipologi berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu:
1. Tumbuh KUBE dikatakan dalam tahap tumbuh memiliki ciri-ciri:
a. Sudah memiliki pendamping sosial KUBE. b. Pernah mengikuti pelatihan.
c. Pengurus dan organisasi telah dibentuk sebanyak 10 orang. d. Telah menerima bantuan UEP.
e. Mempunyai papan nama KUBE. f. Kegiatan kelompok baru berjalan.
2. Berkembang KUBE dikatakan dalam tahap berkembang memiliki cari-ciri:
a. Kegiatan kelompok telah dijalankan sesuai dengan kepengurusannya. b. Keuntungan Usaha Ekonomi Produktif UEP sudah ada untuk modal,
kesejahteraan anggota dan Iuran Kesetiakawanan Sosial IKS. c. Kepercayaan dan harga diri anggota KUBE dan keluarga meningkat.
d. Pergaulan antara anggota KUBE dengan masyarakat semakin meningkat. e. Hasil usaha sudah dapat dirasakan.
19 3. MajuMandiri
KUBE dikatakan dalam tahap majumandiri memiliki cari-ciri: a. Keuntungan Usaha Ekonomi Produktif UEP meningkat dan modal
semakin besar. b. Mampu menyisihkan dana Iuran Kesetiakawanan Sosial IKS untuk
anggota kelompok, keluarga miskin lainnya dan berpartisipasi dalam pembangunan di lingkungannya.
c. Manajemen Usaha Ekonomi Produktif UEP telah dikelola dengan baik. d. Mempunyai hubungan baik dan saling menguntungkan dengan lembaga
ekonomi dan pengusaha. e. Hubungan sosial dengan masyarakat dan lembaga- lembaga sosial semakin
baik dan melembaga. f. Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif UEP semakin maju dan
berkembang. Tahap-tahap perkemabangan KUBE yang lebih baik perlu dicapai oleh
KUBE yang sudah terbentuk. Dari beberapa observasi, ada tindakan khusussanksi dari pihak penyelenggara program yang diberlakukan apabila KUBE tidak bisa
mengembangkan dirinyabubar disebabkan anggota tidak bisa mengembalikan pinjaman sehingga mengakibatkan modal dan jumlah anggota tidak
bertambahberkurang bahkan modal habis. Sebagai sanksi, maka kelurahan penerima program tersebut tidak akan menerima program-program bantuan
berik utnya dari pihak penyelenggara program. Sanksi yang diterapkan tersebut penting bagi KUBE-KUBE yang pada awal pembentukannya memiliki kondisi
dan kualitas relatif sama tetapi pada proses perkembangannya mengalami tingkat perkembangan yang berbeda agar KUBE-KUBE terpacu untuk lebih maju dan hal
ini ada kaitannya dengan tingkat pencapaian keberhasilan KUBE baik dari aspek organisasi, ekonomi dan sosial.
Indikator Keberhasilan KUBE
Sebagai media pemberdayaan keluarga miskin, KUBE dikatakan berhasil apabila anggota dapat mencapai kesejahteraannya. Adapun untuk keberhasilan
KUBE dapat terlihat dari beberapa indikator sebagai berikut: 1. Meningkatnya kemampuan memenuhi kebutuhan dasar manusia pangan,
sandang, papan serta kesehatan dan pendidikan yang layak.
20 2. Meningkatnya dinamika sosial baik dalam KUBE maupun dengan masyarakat
sekitarnya. 3. Meningkatnya kemampuan dan keterampilan pemecahan masalah.
4. Berkembangnya kerjasama diantara sesama anggota KUBE dan dengan masyarakat sekitarnya.
5. Mantapnya usaha KUBE. 6. Berkembangnya jenis usaha KUBE.
7. Meningkatnya pendapatan anggota KUBE. 8. Tumbuh kembangnya kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dalam bentuk
pengumpulan Iuran Kesetiakawanan Sosial IKS. Untuk mencapai keberhasilan KUBE perlu didukung oleh peningkatan:
kualitas SDM, organisasi, dukungan pemerintah, dan dukungan masyarakat. Menurut Eade sebagaimana dikutip dalam Nasdian dan Utomo 2005,
peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui pendidikan, keterampilan, dan pengembangan kerjasama kelompok. Dengan demikian peningkatan kualitas
SDM dalam KUBE mencakup kualitas pengurus dan anggota. Penguatan organisasi sebagaimana dinyatakan oleh Syahyuti 2003,
meliputi kepemimpinan, manajemen dan kerjasama. Dukungan dari pemerintah dapat berupa kebijakan dan bantuan baik teknis ma upun manajerial. Sedangkan
dukungan dari masyarakat berupa pendamping sosial yang berasal dari masyarakat setempat serta pola kemitraankerjasama dengan pengusaha setempat.
Pendampingan sosial pada KUBE
Masyarakat miskin seringkali merupakan kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari
lingkungannya. Pendamping sosial kemudian hadir sebagai agen perubah yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi mereka.
Pendamping sosial sangat menentukan kerberhasilan program penanggulangan kemiskinan. Menurut Suharto 2005, pendamping sosial dapat diartikan sebagai
interaksi dinamis antara kelompok miskin dan pengembang masyarakat untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti :
1. Merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi. 2. Memobilisasi sumber daya setempat.
21 3. Memecahkan masalah sosial.
4. Menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan.
5.
Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang relevan dengan konteks pemberdayaan masyarakat.
Selanjutnya Departemen Sosial 2005, mengemukakan pendamping sosial bagi KUBE keluarga miskin adalah suatu proses menjalin relasi sosial antara
pendamping sosial dengan anggota KUBE keluarga miskin dalam rangka memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai sumber
dan potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup serta meningkatkan akses anggota terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas pelayanan publik
lainnya. Pendamping sosial secara umum bertujuan untuk memberikan motivasi kepada keluarga miskin untuk mengakses dan memanfaatkan program
pemberdayaan bagi keluarga miskin dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam memecahkan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi
keluarga miskin. Secara khusus pendamping sosial bertujuan: 1 Meningkatkan kemampuan KUBE dalam menemukenali permasalahannya, potensi para anggota
dan sumber daya sosial ekonomi yang ada di lingkungannya. 2 Meningkatkan kemampuan KUBE dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
kegiatan pemecahan masalah kesejahteraan sosial. 3 Meningkatnya akses para anggota KUBE terhadap lapangan kerja, pelayanan sosial dasar, dan fasilitas
pelayanan publik lainnya. 4 Terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga miskin sandang, pangan, papan, lapangan kerja, pendidikan dasar, pelayanan kesehatan
dasar, air bersih dan sanitasi lingkungan, serta kebutuhan dasar lainnya. 5 Meningkatnya kemampuan KUBE dalam mempertanggungjawabkan kegiatan
usaha ekonomi dan usaha kesejahteraan sosial ya ng dilakukan secara bersama- sama.
Adapun prasyarat sebagai pendamping sosial adalah: 1. Tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tenaga kesejahteraan sosial
masyarakat, dan tokoh pemuda setempat. 2. Memiliki pengalaman dalam melaksanakan pendamping sosial atau kegiatan
pengembangan masyarakat community development.
22 3. Memiliki keahlian di bidang pekerjaan sosial yang diperoleh melalui
pendidikan formal atau pelatihan-pelatihan pekerjaan sosial. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi dan menjalin relasi sosial yang
harmonis dengan berbagai pihak di lingkungan masyarakat. 5. Bersedia bekerja purna waktu dan hidup bersama dalam lingkungan KUBE
yang didampingi.
Kerangka Pemikiran
Ilustrasi kerangka pemikiran dalam kajian ini menggambarkan bahwa kemiskinan yang terjadi pada masyarakat disebabkan karena faktor internal dan
eksternal. Faktor internal berupa rendahnya kualitas SDM pengetahuan, keteranpilan dan ketidakcakapan bekerjaberusaha kreatifitas, kurangnya
pengaturan keuangan dalam rumah tangga. Faktor eksternal berupa: lingkungan dan kebijakan pemerintah.
Faktor internal dan eksternal tersebut juga berpengaruh terhadap keragaan KUBE dan strategi yang akan dibuat. Keragaan KUBE dilihat dari tingkat
perkembangan KUBE maupun permasalahan dalam tingkat perkembangan KUBE. Dari ketiga KUBE baik HPMBK-1, HPMBK-2 dan HPMBK-3 walaupun
pada awal pembentukannya mempunyai kondisi dan kualitas relatif sama tetapi dalam perkembangannya memiliki tingkat perkembangan yang berbeda. Hal ini
memunculkan permasalahan yang menyeluruh dalam tingkat perkembangan KUBE, sehingga untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan tingkat
perkembangan KUBE yang berbeda diperlukan strategi. Dalam hal ini, strategi diwujudkan dalam bentuk program untuk mengatasi ketimpangan tingkat
perkembangan KUBE Tujuan dari strategi yang berupa program tersebut diharapkan dapat
mencapai keberhasilan KUBE, baik keberhasilan dalam aspek organisasi, ekonomi dan sosial. Agar mudah memahami kerangka pemikiran di atas dapat
dilihat dari Gambar 1.
Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran Kajian
Keterangan : = dibahas dalam kajian
= tidak dibahas dalam kajian
Strategi
Program dalam mengatasi
ketimpangan tingkat
perkembangan KUBE
Keberhasilan
Organisasi Ekonomi
Sosial
Keragaan KUBE
Tingkat Perkembangan KUBE
- KUBE HPMBK-1
- KUBE HPMBK-2
- KUBE HPMBK-3
Permasalahan dalam tingkat
perkembangan KUBE secara keseluruhan
Eksternal
- Lingkungan - Kebijakan
pemerintah
K E
M I
S K
I N
A N
Internal - Rendahnya
kualitas SDM - Ketidakcakapan
bekerjaberusaha
23
METODE KAJIAN
Tipe dan Aras Kajian
Tipe kajian dalam rancangan kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif, yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia program, kebijakan, dan
lain- lain, penilaian dan perumusan tentang tipe-tipe intervensi yang efektif dan kondisi yang kondusif untuk mencapai efektivitas tersebut Sitorus dan Agusta,
2005. Evaluasi sumatif ini digunakan untuk menilai efektifitas program yang telah dilaksanakan dan mengetahui tingkat perkembangan KUBE.
Kajian ini menggunakan metoda kualitatif yang dilakukan untuk memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan permasalahan KUBE dan
perkembangannya dengan tujuan memperoleh informasi tentang keragaan ketiga KUBE, tingkat perkembangan KUBE mengacu pada tipologi perkembangan
KUBE dan permasalahan yang menyebabkan terjadinya tingkat perkembangan KUBE yang berbeda pada ketiga KUBE yang pada awal pembentukannya
memiliki kondisi dan kualitas relatif sama. Kajian dilakukan pada aras mikro dengan pendekatan subyektif- mikro.
Pendekatan ini digunakan untuk memahami program dan tindakan yang dilakukan oleh pengurus dan anggota KUBE dan menilai efektifitasnya melalui interaksi
langsung dengan pengurus dan anggota KUBE. Tujuannya adalah untuk mengetahui pola perilaku, tindakan dan interaksi sosial keluarga miskin dalam
pengembangan KUBE untuk mencapai tujuannya.
Strategi Kajian
Strategi kajian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus merupakan studi aras mikro yang relevan untuk kajian komunitas karena dapat menangkap
realitas sosial secara holistik dan mendalam, lebih mudah dipahami dan bersifat mendalam- menyeluruh-rinci trimatra, dapat mengungkap pola hubungan yang
bersifat amung Sitorus dan Agusta, 2005. Studi kasus ini dilakukan dengan menerapkan metode kerja eksplanasi, yaitu memahami keragaan ketiga KUBE,
25 tingkat perkembangan KUBE mengacu pada tipologi perkembangan KUBE dan
permasalahan yang menyebabkan terjadinya tingkat perkembangan KUBE yang berbeda pada ketiga KUBE yang pada awal pembentukannya memiliki kondisi
dan kualitas relatif sama. Kajian dilakukan pada seluruh KUBE di Kelurahan Kebon Waru yang
berjumlah tiga KUBE, yaitu KUBE HPMBK-1, KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3. Masing- masing KUBE beranggotakan 10 orang.
Alasan pemilihan strategi studi kasus ini adalah: 1. Kelo mpok Usaha Bersama KUBE yang dikelola keluarga miskin di
Kelurahan Kebon Waru dapat berjalan dibandingkan dengan KUBE di wilayah lainnya yang ada di Kota Bandung.
2. Ketiga KUBE di Kelurahan Kebon Waru mempunyai tingkat perkembangan yang berbeda walaupun pada awal pembentukannya memiliki kondisi dan
kualitas relatif sama, sehingga perlu diketahui permasalahan yang menyebabkan terjadinya tingkat perkembangan yang berbeda untuk menyusun
strategi berupa program untuk mengatasi ketimpangan tingkat perkembangan KUBE.
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kajian Lokasi Kajian
Kajian pengembangan masyarakat ini dilakukan di RW 01 Kelurahan Kebon Waru Kecamatan Batununggal lihat Lampiran 1, Peta Lokasi Kajian. Penentuan
lokasi kajian ini dilakukan dengan pertimbangan: 1. Masalah kemiskinan di Kelurahan Kebon Waru merupakan masalah yang
paling menonjol dibandingkan dengan masalah lain. Jumlah keluarga miskin di wilayah ini mencapai 1780 KK atau 38,12 persen dari keseluruhan rumah
tangga dan 147 KK berada di RW 01. 2. Di kelurahan ini dilaksanakan program pemberdayaan masyarakat miskin
yaitu Program Asistensi Kesejahteraan Sosial Keluarga AKSK melalui KUBE.
26
Waktu Pelaksanaan Kajian
Kajian dilaksanakan secara bertahap dengan kegiatannya meliputi pemetaan sosial, evaluasi program pengembangan masyarakat, penyusunan dan
seminar rancangan kajian, pelaksanaan kajian dan penyusunan program, penulisan laporan, seminar dan ujian akhir. Jadwal pelaksanaan kajian lebih rinci disajikan
pada Tabel 1. Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Kajian
NO JENIS
KEGIATAN
TAHUN 2005
TAHUN 2006
11 12
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
1.
Pemetaan Sosial
PL 1
2.
Evaluasi Program
PL.2
3.
Penyusunan dan Seminar
Rancangan Kajian
4.
Pelaksanaan Kajian dan
Penyusunan Program
5.
Penulisan Laporan
6.
Seminar Laporan
7. Ujian Akhir