Kajian Potensi Pengembangan Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Di Stasiun K.A Medan

(1)

KAJIAN POTENSI DEVELO

UN

NSI PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSIT ELOPMENT (TOD) DI STASIUN K.A MEDA

SKRIPSI

OLEH

NOVA LESTARI SIREGAR 110406021

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

NSIT ORIENTED EDAN


(2)

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) DI STASIUN K.A MEDAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

NOVA LESTARI SIREGAR 110406021

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERNYATAAN

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) DI STASIUN K.A MEDAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 28 Juli 2015

Penulis


(4)

Judul Skripsi : Kajian Potensi Pengembangan Kawasan Transit

Oriented Development (TOD) Di Stasiun K.A Medan Nama Mahasiswa : Nova Lestari Siregar

Nomor Pokok : 110406021 Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

(Dr.Ir.Dwira N. Aulia, M.Sc)

Koordinator Skripsi,

(Dr.Ir.Dwira N.Aulia, M.Sc)

Ketua Program Studi,

(Ir. N. Vinky Rahman, MT)


(5)

Telah diuji pada Tanggal : 04 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Dr.Ir.Dwira N Aulia, M.Sc Anggota Komisi Penguji : 1. Dr.Wahyu Utami S.T., M.Sc


(6)

KATA PENGANTAR

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S1) Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi yang diambil adalah:

“KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) DI STASIUN K.A MEDAN” Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak yang berperan penting yaitu:

1. Ibu Dr.Ir.Dwira N Aulia, M.Sc selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan dukungan, serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr.Wahyu Utami S.T., M.Sc dan Ibu Wahyuni Zahra, S.T., M.S. selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran yang sangat membangun utuk skripsi ini.

3. Bapak Ir.Vinky Rahman MT selaku Ketua Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA selaku Sekretaris Departemen Arsitektur serta Bapak/Ibu staff pengajar Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh pegawai administrasi Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini kepada penulis.


(7)

5. Kepada keluarga penulis, Ayah dan Bunda tercinta atas jasa-jasanya, kesabaran, kasih sayang, yang selalu mendoakan keberhasilan dan keselamatan selama menempuh pendidikan, kepada adek kesayangan, Azhari Siregar dan Halmia Siregar yang selalu memberikan keceriaan dan tawa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. 6. Kepada Team 7 ( Dede, Nurul, Astri, Ridwan, Ary dan Susi) terima kasih untuk 8 semester yang amWOWzing, berbagi tawa, canda, sedih bersama. Team 7 always till the end ☺. Untuk Dede as Plankton, thanks for all karena sudah bersedia menemani survei keliling K.A Medan dan terimah kasih atas semangatnya, kepada Nurul dan adek kesayangan Riski Rahayu Efendi yang telah bersedia membantu menyebar kuisioner (masa yang tak terlupakan☺☺☺). Sertakawan-kawan seperjuangan Arsitektur USU angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan seluruhnya. Perjuangan kita belum selesai teman, Keep fighting!!!

7. Kepada staff pegawai K.A Medan yang telah memberikan izin untuk menyebarkan kuisioner, dan para penumpang K.A Medan yang telah bersedia membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

8. Dan yang paling utama, semua ini tidak terlepas dari rahmat dan karunia Allah swt. Syukur Alhamdulillah atas rahmat, nikmat dan rezeki yang luar biasa yang Allah swt limpahkan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu. Dan tidak ada lagi nikmat Allah swt yang bisa didustakan, “as long as you did the best, Allah swt will handle the rest”.. ☺ Alhamdulillah Mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang penulis miliki, maka penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala


(8)

saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 28 Juli 2015 Penulis

Nova Lestari Siregar 110406021


(9)

ABSTRAK

Transportasi merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi kualitas kota. Jaringan transportasi yang buruk akan berujung pada pemborosan pengunaan bahan bakar, kualitas udara memburuk, menurunnya akses bagi pejalan kaki serta menjadikan kota yang tidak ramah lingkungan. Konsep TOD hadir sebagai solusi sebagai salah satu konsep pembangunan berkelanjutan khususnya untuk memecahkan masalah transportasi. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui karakteristik TOD apa saja yang sudah diimplementasikan pada kawasan stasiun K.A sebagai kawasan transit berbasis TOD.Hasil studi menunjukkan bahwa Kawasan Stasiun K.A Medan sebagai kawasan TOD sudah memiliki karakteristik pembentuk TOD seperti Fungsi transit, area komersial pusat, area hunian campuran, fungsi ruang publik, area sekunder dan fungsi campuran. Tetapi masing-masing variabel masih berdiri sendiri atau tidak terintegrasi antara satu dan yang lainnya . Adapun lingkungan TOD di stasiun kereta api Medan belum terintegrasi dengan penggunaan lahan dan daerah sekitarnya. Adapun saran atau rekomendasi yang dapat diusulkan untuk stasiun terpadu dalam kawasan TOD adalah integrasi antara lokasi stasiun dengan tata guna lahan di kawasan sekitar stasiun.

Kata kunci: (TOD), Stasiun Kereta Api, Karakteristik TOD

ABSTRACT

Transportation is one of the things that greatly affect the quality of city. Poor transportation problems will lead to wasted fuel, air quality deteriorates, reduced access for pedestrians and make the city are not environmentally friendly. TOD concept is present as a solution as one of the concept of sustainable development in particular to solve the problem of transportation. This research is important to know the characteristics of TOD what is already implemented in the railway station area as a transit area based TOD. This type of research that will be used is qualitative research. The study shows as a region of Medan Train Station TOD forming own characteristics such as transit function, the core commercial area, residential area, public space, secondary area and mixed function. But each variable still stands alone or is not integrated between the one and the other.. As for TOD neighborhood in Medan railway station has not integrated with land use and the surrounding area. While the recommendation for the development of the field railway station is the transit point must be integrated with the surrounding area by maximizing the area of pedestrian path as the access link.


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Kerangka Berfikir ... 5

BAB 2. TINJAUAN TEORI ... 6

2.1. Transit Oriented Development (TOD) ... 6

2.2. Defenisi Transit Oriented Development (TOD) ... 7

2.3. Struktur Transit Oriented Oriented Development (TOD) ... 8

2.4. Tipologi Transit Oriented Development ... 11

2.5. Tipe Pengembangan TOD ... 12

2.6. Variabel Pembentuk Transit Oriented Development (TOD) ... 14

2.7. Keuntungan Dari Diterapkannya TOD ... 15

2.8. Karakteristik Fisik TOD ... 16


(11)

2.9.1. Buangkok MRT Station, Singapore ... 25

2.9.2. Kowloon Station, Hongkong ... 28

2.10. Diagram Kepustakaan ... 31

2.11. Penelitian yang sudah dilakukan... 33

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Jenis Penelitian ... 37

3.2. Variabel Penelitian ... 37

3.3. Populasi dan Sampel ... 38

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 40

3.4.1. Pengamatan (observation) ... 40

3.4.2. Kuisioner/ Angket. ... 40

3.4.3. Dokumen ... 41

3.5. Kawasan Penelitian ... 41

3.5.1. Deskripsi Kawasan ... 42

3.6. Metode Analisis Data ... 45

BAB 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1. Analisa Kawasan Makro ... 46

4.2. Analisa Kawasan Mikro Stasiun K.A Medan ... 47

4.3. Fungsi Transit ... 49

4.4. Area Komersial Pusat ... 51

4.5. Area Hunian Campuran ... 60

4.6. Fungsi Ruang Publik ... 64


(12)

4.6.2. Area Parkir ... 68

4.7. Area Sekunder ... 70

4.8. Area Campuran ... 71

4.9. Pembahasan ... 72

4.9.1. Fungsi Transit ... 76

4.9.2. Area Komersial Pusat ... 79

4.9.3. Area Hunian Campuran ... 82

4.9.4. Fungsi Ruang Publik ... 85

4.9.5. Area Sekunder ... 88

4.9.6. Fungsi Campuran ... 89

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

5.1. Kesimpulan ... 95

5.2. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Struktur TOD ... 11

3.1 Variabel TOD ... 38

4.1 Hasil tabulasi penyebaran kuisioner ... 50

4.2 Hasil analisa fungsi transit pada kawasan penelitian ... 76

4.3 Hasil analisa area komersial pusat ... 79

4.4 Hasil analisa area hunian campuran ... 82

4.5 Hasil analisa fungsi ruang publik ... 85

4.6 Hasil analisa area sekunder ... 88


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Konsep TOD ... 7

2.2 Urban TOD dan Neigborhood TOD ... 12

2.3 Redevelopment site ... 13

2.4 Infill Site ... 13

2.5 New Growth Area ... 14

2.6 Side walk ... 18

2.7 Penggunaan lantai atas bangunan ... 19

2.8 Tipe permukiman dikawasan TOD ... 19

2.9 Zona antara sidewalk dan rumah ... 20

2.10 Dimensi ideal ruang jalan di area TOD ... 20

2.11 Pembagian zona pada sidewalk ... 21

2.12 Lebar Trotoar minimal 1,5 meter ... 22

2.13 Jarak antar pohon pada jalur pedestrian ... 23

2.14 Lebar area Parkir ... 25


(15)

2.16 Interior Buangkok MRT ... 26

2.17 Eksterior Buangkok MRT ... 27

2.18 Potongan Bangunan Stasiun ... 27

2.19 Ground plan Buangkok Stasiun ... 28

2.20 Lokasi Kowloon Station ... 29

2.21 Eksisting Kowloon Station ... 29

2.22 Kowloon stasiun roof plan ... 30

2.23 Interior Kowloon Station ... 30

2.24 Kowloon Station level 2 ... 31

2.25 Kowloon Station site plan ... 31

3.1 Peta kota Medan ... 42

3.2 Kawasan Stasiun K.A Medan sebagai TODcity ... 43

3.3 Kawasan penelitian radius 600meter ... 44

4.1 Rencana pengembangan Stasiun K.A di Kota Medan ... 46

4.2 Tataguna lahan kawasan TOD ... 48

4.3 Jalur utama menuju stasiun K.A Medan ... 49


(16)

4.5 Pasar Ikan Medan ... 53

4.6 Jalur pedestrian pasar Ikan Medan ... 54

4.7 Kesawan Square ... 55

4.8 Kondisi jalur pedestrian pada Jl.Ahmad Yani ... 56

4.9 Parkir on-street pada Jl.Ahmad Yani ... 57

4.10 Merdeka Walk Lapangan Merdeka... 57

4.11 Kondisi jalur pedestrian Merdeka Walk ... 58

4.12 Titi Gantung ... 60

4.13 Kondisi area Titigantung ... 61

4.14 Area Hunian Campuran ... 62

4.15 Area hunian campuran pada kawasan TOD ... 62

4.16 Kondisi area hunian pada kawasan TOD ... 63

4.17 Jalur pejalan kaki pada area hunian ... 64

4.18 Lapangan Merdeka sebagai ruang terbuka ... 65

4.19 Lapangan Merdeka sebagai ruang terbuka ... 66

4.20 Lapangan Merdeka sebagai ruang terbuka ... 66


(17)

4.22 Kondisi jalur pedestrian ... 67

4.23 Street Furniture ... 68

4.24 Kondisi jalur pedestrian ... 68

4.25 Parkir on-street ... 69

4.26 Parkir on-street ... 70

4.27 Parkir on-street ... 70

4.28 Area sekunder ... 71

4.29 Area campuran ... 72

4.30 Kawasan Bersejarah di kota Medan ... 74

4.31 Posisi titik transit stasiu K.A Medan ... 75

4.32 Persentase moda yang digunakan pengguna ... 77

4.33 Persentase moda yang digunakan pengguna ... 77

4.34 Integrasi moda transportasi umum ... 78

4.35 Persentasi hasil analisa area komersial pusat ... 80

4.36 Masyarakat pengguna area komersial pusat ... 81

4.37 Kondisi aktivitas masyarakat pada area hunian ... 83


(18)

4.39 Hasil persentasi jarak tempat tinggal pengguna ... 84

4.40 Aktifitas masyarakat pada fungsi ruang publik ... 86

4.41 Hasil persentasi tujuan perjalanan pengguna kereta api ... 87

4.42 Centre Point sebagai salah satu generator aktivitas kawasan ... 89

4.43 Centre Point sebagai fungsi campuran pada kawasan TOD ... 90

4.44 Jl. Stasiun dan Jl. Jawa sebagai akses menuju Stasiun Bandara ... 91

4.45 Pengguna Stasiun Bandara ... 91

4.46 Kondisi jalur pedestrian pada area depan Centre Point ... 92


(19)

ABSTRAK

Transportasi merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi kualitas kota. Jaringan transportasi yang buruk akan berujung pada pemborosan pengunaan bahan bakar, kualitas udara memburuk, menurunnya akses bagi pejalan kaki serta menjadikan kota yang tidak ramah lingkungan. Konsep TOD hadir sebagai solusi sebagai salah satu konsep pembangunan berkelanjutan khususnya untuk memecahkan masalah transportasi. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui karakteristik TOD apa saja yang sudah diimplementasikan pada kawasan stasiun K.A sebagai kawasan transit berbasis TOD.Hasil studi menunjukkan bahwa Kawasan Stasiun K.A Medan sebagai kawasan TOD sudah memiliki karakteristik pembentuk TOD seperti Fungsi transit, area komersial pusat, area hunian campuran, fungsi ruang publik, area sekunder dan fungsi campuran. Tetapi masing-masing variabel masih berdiri sendiri atau tidak terintegrasi antara satu dan yang lainnya . Adapun lingkungan TOD di stasiun kereta api Medan belum terintegrasi dengan penggunaan lahan dan daerah sekitarnya. Adapun saran atau rekomendasi yang dapat diusulkan untuk stasiun terpadu dalam kawasan TOD adalah integrasi antara lokasi stasiun dengan tata guna lahan di kawasan sekitar stasiun.

Kata kunci: (TOD), Stasiun Kereta Api, Karakteristik TOD

ABSTRACT

Transportation is one of the things that greatly affect the quality of city. Poor transportation problems will lead to wasted fuel, air quality deteriorates, reduced access for pedestrians and make the city are not environmentally friendly. TOD concept is present as a solution as one of the concept of sustainable development in particular to solve the problem of transportation. This research is important to know the characteristics of TOD what is already implemented in the railway station area as a transit area based TOD. This type of research that will be used is qualitative research. The study shows as a region of Medan Train Station TOD forming own characteristics such as transit function, the core commercial area, residential area, public space, secondary area and mixed function. But each variable still stands alone or is not integrated between the one and the other.. As for TOD neighborhood in Medan railway station has not integrated with land use and the surrounding area. While the recommendation for the development of the field railway station is the transit point must be integrated with the surrounding area by maximizing the area of pedestrian path as the access link.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kota merupakan suatu kawasan ataupun tempat berlangsungnya berbagai aktivitas masyarakat, dan memiliki kepadatan yang tinggi. Menurut Kostof dalam Weishaguna (2007) bahwa kota adalah tempat kumpulan bangunan dan manusia. Karena kota merupakan suatu kawasan yang kompleks, maka banyak permasalahan yang harus dihadapi oleh suatu kota, salah satu permasalahan serius yang dialami oleh kota pada masa sekarang ini adalah pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri Diah Anggraeni menyebutkan pada tahun 2025 diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang mendiami perkotaan mencapai 195 juta setara 65 persen jumlah penduduk (Guslina, 2011). Pengaruh pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat terhadap perkembangan kota adalah terjadinya fenomena urban sprawl.

Menurut Mungkasa (2012) urban sprawl merupakan fenomena perkembangan kota yang terjadi tanpa terencana yang mengakibatkan pertambahan luas kota secara fisik ke arah suburban (pinggiran kota). Urban sprawl merupakan kondisi dimana suatu kawasan perumahan, industri dan daerah komersial saling berjauhan, sehingga kondisi ini akan mendorong penduduk untuk mengunakan kendaraan pribadi sebagai alat transportasi mereka. Karena banyaknya penduduk yang menggunakan kendaraan pribadi maka jumlah kendaraan akan semakin bertambah sedangkan kapasitas jalan masih tetap. Hal ini akan menyebabkan menumpuknya kendaraan dan menyebabkan kemacetan, beberapa kerugian yang


(21)

disebabkan oleh kemacetan adalah kualitas udara yang semakin memburuk, biaya perjalanan semakin bertambah, waktu perjalanan yang semakin lama, dan boros bahan bakar.

Salah satu upaya dalam mengatasi permasalahan kemacetan didaerah perkotaan adalah dengan menerapkan konsep TOD sebagai pengembangan kawasan transit. Transit Oriented Development (TOD) merupakan pola pembangunan tata kota yang terintegrasi dengan sistem transportasi sehingga menciptakan suatu kota yang efisien (Asriadi, 2010). Konsep Transit Oriented Development (TOD) pada dasarnya adalah untuk mengintegrasikan jaringan jalan dengan bangunan sekitarnya dikaitkan dengan manusia sebagai penggunanya sehingga tercipta lingkungan yang walkable, aman dan nyaman (Wijaya, 2009). Saat ini kawasan TOD di kota medan belum terlihat menerapkan konsep TOD sebagai pengembangan kawasan transitnya. Salah satu kawasan TOD yang ada di kota Medan adalah Stasiun K.A Medan. Stasiun K.A medan merupakan salah satu tempat transit yang cukup besar yang berada di kota Medan, dan memiliki kawasan yang cukup kompleks. Stasiun ini juga merupakan stasiun kereta api yang melayani penduduk dengan kapasitas penumpang 2000-2500 per harinya (http://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Medan). Namun stasiun K.A medan sebagai kawasan TOD juga belum terlihat mengusung konsep TOD sebagai pengembangan kawasannya. Menurut RTRW kota Medan tahun 2010-2030, stasiun K.A Medan akan dijadikan sebagai TOD city yang terintegrasi dengan moda transportasi publik seperti Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP), Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), mini bus, Angkutan Kota (Angkot), pejalan kaki, dan terpadu dengan tata guna lahan. Dengan demikian


(22)

pengembangan kawasan Stasiun K.A Medan dalam RTRW kota Medan tahun 2010-2030 adalah pengembangan kawasan transit dengan konsep TOD. Tetapi hingga saat ini kawasan Stasiun K.A Medan belum terlihat mencirikan karakter kawasan TOD. Maka dari itu penelitian ini penting dilakukan untuk melihat sejauh mana kawasan Stasiun K.A Medan sudah menerapkan konsep TOD. Sehingga hasil dari penelitian ini nantinya adalah rekomendasi berupa point-point apa saja yang penting untuk dilakukan demi terciptanya kawasan TOD yang baik pada kawasan Stasiun K.A Medan.

1.2.Rumusan Masalah

Karakteristik TOD apa saja yang sudah diimplementasikan pada kawasan Stasiun K.A sebagai kawasan transit berbasis TOD ? Upaya apa saja yang perlu dilakukan agar kawasan Stasiun K.A Medan sesuai dengan prinsip TOD ?

1.3.Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui karakter TOD apa saja yang sudah diimplementasikan pada kawasn Stasiun K.A Medan sebagai kawasan transit berbasis TOD.

Untuk mengetahui upaya apa saja yang perlu dilakukan agar kawasan Stasiun K.A Medan sesuai dengan prinsip TOD.


(23)

1.4.Manfaat Penelitian

Untuk Kota Medan

o Untuk dapat mengembangkan kawasan Stasiun K.A Medan sesuai dengan prinsip TOD, sebagai langkah awal dalam memperbaiki kualitas lingkungan kota Medan.

o TOD sebagai alternatif mengatasi kemacetan di kota Medan.

o Menuju kota Medan yang Berkelanjutan dengan sistem Transit Oriented Development.

Untuk Ilmu Pengetahuan

o Memberikan kajian suatu karya arsitektur yang berbicara mengenai konsep TOD sebagai alternatif dalam mengatasi kemacetan.

o Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai konsep TOD dan dapat mengetahui bagaimana karakeristik kawasan TOD.


(24)

1.5.Kerangka Berfikir

LATAR BELAKANG

Transportasi merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi kualitas suatu kota. Jaringan transportasi yang buruk akan berujung pada pemborosan pengunaan bahan bakar, kualitas udara memburuk, menurunnya akses bagi pejalan kaki serta menjadikan kota yang tidak ramah lingkungan. Konsep TOD hadir sebagai salah satu konsep sustainable development khususnya untuk mengatasi masalah transportasi. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui karakteristik TOD apa saja yang sudah diimplementasikan pada kawasan stasiun K.A sebagai kawasan transit berbasis TOD, demi mewujudkan kota medan yang berkelanjutan dengan konsep Transit Oriented Development.

Judul Penelitan

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN TOD DI STASIUN K.A MEDAN

Rumusan Masalah

Karakteristik TOD apa saja yang sudah di implementasikan pada kawasan Stasiun K.A sebagai kawasan transit berbasis TOD ?

Upaya apa saja yang perlu dilakukan agar kawasan Stasiun K.A Medan sesuai dengan prinsip TOD ?

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui karakter TOD apa saja yang sudah diimplementasikan pada kawasn Stasiun K.A Medan sebagai kawasan transit berbasis TOD. Untuk mengetahui upaya apa saja yang perlu dilakukan agar kawasan Stasiun K.A Medan sesuai dengan prinsip TOD.

Hasil Dan Pembahasan Rekomendasi berupa point-point apa saja yang penting untuk dipertimbangkan

dalam upaya

pengembangan

kawasan transit di Stasiun K.A Medan berdasarkan prinsip TOD.

Jenis Penelitian Kualitatif

Studi Literatur Dilakukan dengan mencari data-data mengenai konsep

Transit Oriented Development (TOD) berdasarkan

jurnal/buku-buku yang berkaitan.

Metode Pengumpulan Data: Observasi Kuisioner Metodologi Penelitian Manfaat Penelitian Sebagai guideline konsep

pengembangan kawasan TOD Di Kota Medan .

Metode Analisis Data Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif.


(25)

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1.Transit Oriented Development (TOD)

Transit Oriented Development muncul pertama kali pada tahun 1990-an yang di pelopori oleh Peter Calthorpe. TOD muncul dikarenakan fenomena urban sprawl yang mengakibatan tingginya penggunaan kendaraan pribadi dan mengakibatkan kemacetan (Yuniasih, 2007).

Menurut Taolin (2008) Gerakan pengembangan kawasan berbasis transit didasari oleh kualitas kehidupan kota yang semakin memburuk yang ditandai dengan kemacetan, sprawl, dan tata guna lahan yang tidak terintegrasi. TOD memiliki tujuan menciptakan tujuan yang nyaman, aman, menyenangkan dan mecukupi bagi pejalan kaki (walkable environment). Dengan mencampurkan berbagai fungsi kegiatan perjalanan yang perlu dilakukan dapat digabungkan menjadi lebih singkat dan cepat. Fungsi-fungsi tersebut adalah pusat area komersil, perkantoran, retail, servis, pemukiman dengan kepadatan sedang hingga kepadatan tinggi dan juga ruang terbuka publik.


(26)

2.2.Defenisi Transit Oriented Development (TOD)

Defenisi Transit Oriented Development menurut Calthorpe dalam Yuniasih (2007) adalah :

A mixed-use community within an average 2,000-foot walking distance of a transit stop and core commercial area. TODs mix residential, retail, office, open space, and public uses in a walkable environment, making it convenient for residents and employees to travel by transit, bicycle, foot, or car

Defenisi lain dari TOD, (Danburry, 2010) :

Transit-oriented development, or TOD, is a type of community development that includes a mixture of housing, office, retail and/or other commercial development and amenities integrated into a walkable neighborhood and located within a half-mile of quality public transportation

Konsep Transit Oriented Development (TOD) ini menawarkan alternatif menuju pola pengembangan dengan menyediakan fungsi-fungsi working, living,leisure dalam populasi yang beraneka ragam, dalam kepadatan yang rendah

Gambar. 2.1 Konsep TOD


(27)

sampai dengan tinggi, dengan konfigurasi fasilitas pedestrian dan akses transit. Karakteristik bentuk kota ini bercirikan keragaman dan densitas tinggi dalam skala lokal/kawasan, dan terhubungkan dengan bagian kota lain oleh sistem transit. Konsep Transit Oriented Development (TOD) di awali dengan konsep aktivitas pergerakan manusia, baik dengan moda maupun berjalan. Pergerakan sebagai salah satu aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh manusia, diwadahi dengan penempatan-penempatan pusat-pusat aktivitas yang terintegrasi dengan titik-titik transit, sehingga diharapkan dapat mendorong penggunaan transportasi publik. Pusat-pusat aktivitas dihubungkan antara satu dengan yang lain dalam jarak tempuh berjalan yang nyaman dan aman sebagai upaya untuk mengurangi pergantian antar moda (Wijaya, 2009).

2.3.Struktur Transit Oriented Oriented Development (TOD)

Menurut Calthorpe dalam Yuniasih (2007) struktur TOD dan daerah disekitarnya terbagi menjadi area-area sebagai berikut :

Fungsi publik (public uses). Area fungsi publik dibutuhkan untuk memberi layanan bagi lingkungan kerja dan permukiman di dalam TOD dan kawasan disekitarnya. Lokasinya berada pada jarak yang terdekat dengan titik transit pada jangkauan 5 menit berjalan kaki.

Pusat area komersial (core commercial area). Adanya pusat area komersial sangat penting dalam TOD, area ini berada pada lokasi yang berada pada jangkauan 5 menit berjalan kaki. Ukuran dan lokasi sesuai dengan kondisi pasar, keterdekatan dengan titik transit dan tahap pengembangan. Fasilitas yang


(28)

ada umumnya berupa retail, perkantoran, supermarket, restoran, servis dan hiburan.

Area permukiman ( residential area). Area permukiman termasuk permukiman yang berada pada jarak perjalanan kaki dari area pusat komersial dan titik transit. Kepadatan area permukiman harus sejalan dengan variasi tipe permukiman, termasuk single-family housing, town house, condominium dan apartement.

Area sekunder (secondary area). Setiap TOD memiliki area sekunder yang berdekatan dengannya, termasuk area diseberang kawasan yang dipisahkan oleh jalan arteri. Area ini berjarak lebih dari 1 mil dari pusat area komersial. jaringan area sekunder harus menyediakan beberapa jalan/akses langsung dan jalur sepeda menuju titik transit dan area komersil dengan seminimal mungkin terbelah oleh jalan arteri. Area ini memiliki densitas yang lebih rendah dengan fungsi single- family housing, sekolah umum, taman komunitas yang besar, fungsi pembangkit perkantoran dengan intensitas rendah, dan area parkir.

Fungsi-fungsi lain , yakni fungsi-fungsi yang secara ekstensi bergantung pada kendaraan bermotor, truk atau intensitas perkantoran yang sangat rendah yang berada di luar kawasan TOD dan area sekunder.


(29)

Area Gambar Lokasi Karakter Fasilitas Public

Uses

Berada pada pusat

daerah TOD

Ukuran dan pilihan

bergantung pada jenis TOD. Fungsi penduduk

lingkungan. Titik fokal dengan visibilitas tinggi. Dakat dengan taman dan plaza.

Taman kota Plaza Fasilitas umum : kantor pemerint ah, kantor polisi, dll Core commer cial area Area yang paling dekat dengan fungsi transit

Ukuran dan lokasi sesuai pasar, dan pengembangan. Dilengkapi ruang hijau Retail, perkanto ran, supermar ket, restoran, servis, hiburan, industri ringan Residen tial area Berada di luar core commercial area. Jangkauan 10 menit dalam berjalan kaki Menyediakan beragam tipe hunian, harga maupun densitas. Single family housing, town house, aparteme nt Second ary area Berada diluar daerah TOD

Jangkauan 20 menit berjalan kaki diseberang arteri. Kepadatan lebih rendah memiliki banyak jalan menuju area transit. Sekolah umum Single family housing Fungsi lain-lain _ Berada diluar daerah TOD

Daerah yang dekat dengan transit yang Rural residenti al,


(30)

mendukung fungsi transit

industria l uses, travel commerc ial complexe s

2.4.Tipologi Transit Oriented Development

Terdapat dua model pengembangan didalam TOD menurut Calthorpe dalam Yuniasih (2007) yakni:

NeighorhoodTOD

Merupakan TOD yang berloasi pada jalur bus feeder dengan jarak jangkauan 10 menit berjalan (tidak lebih dari 3 mil) dari titik transit. NeigborhoodTOD harus berada pada lingkungan hunian dengan densitas menengah, fasilitas umum, servis, retail, dan rekreasi. NeigborhoodTOD ini dirancang dengan fasilitas publik dan ruang terbuka hijau serta memberi kemudahan akses bagi pengguna moda pergerakan.

UrbanTOD

Merupakan TOD dengan skala pelayanan kota berada pada jalur sirkulasi utama kota seperti halte bus antar kota dan stasiun kereta api baik light rail maupun heavy rail. Urban TOD harus dikembangkan bersama fungsi komersial yang memiliki intensitas tinggi, blok perkatoran, dan hunian dengan intensitas menengah

Tabel. 2.1 Struktur TOD Sumber : Calthrope (1993)


(31)

Gambar.2.3 Redevelopment Site

tinggi. Setiap TOD pada kota, memiliki karakter tersendiri sesuai dengan karakter lingkungannya.

2.5.Tipe Pengembangan TOD

Berdasarkan tipe pengembangannya menurut Calthorpe dalam Wijaya (2009) tipe pengembangan TOD terbagi atas 3 jenis, yaitu :

Redevelopment Site

Peremajaan dengan penyuntikan fungsi-fungsi baru serta penataan lingkungan dengan melengkapi fasilitas transit.

Sumber : Calthrope, 1993

Gambar. 2.2

UrbanTOD (kiri) dan NeighborhoodTOD (kanan)


(32)

Infill Site

Pengembangan dari berbagai daerah kosong/terbengkalai yang umumnya terletak pada perbatasan daerah pengembangan lain.

New Growth Area

Pembukaan daerah-daerah baru yang luas dan umumnya terletak di daerah perbatasan pinggir kota (periphery).

Sumber : Wijaya,2009

Gambar.2.4 Infill Site

Sumber : Wijaya,2009

Gambar.2.5 New Growthh Area


(33)

2.6.Variabel Pembentuk Transit Oriented Development (TOD)

Menurut Calthorpe dalam Wijaya (2009) zonasi TOD dibagi kedalam beberapa area (elemen desain TOD), berikut merupakan deskripsi variabel pembentuk TOD menurut Calthorpe:

Area Komersial Pusat

Area dengan fungsi campuran ini berfungsi memberi pelayanan pada kegiatan transit seperti fungsi retail, perkantoran skala regional, supermarket, komersial dan hiburan serta hunian pada level lantai atas. Dapat menjadi daya tarik keragaman tujuan pada lokasi.

Area Hunian Campuran

Hunian dalam jarak jangkau daerah komersial pusat dan penghentian dengan berjalan kaki, dengan hunian dengan beragam tipe (tunggal, apartemen atau town house).

Fungsi Ruang Publik

Bentuknya dapat berupa taman, plaza, tata hijau, yang melayani sekitar lingkungan. Ruang publik yang didesain dalam bangunan umum atau fasilitas publik disesuaikan dengan kebutuhan.

Area Sekunder

Berjarak sekitar 1 mil dari daerah pusat dan memiliki jaringan jalan sebagai penghubung ke daerah belakang. Penghubung ini dilengkapi dengan jalur pedestrian dan sepeda. Area sekunder ini terdiri dari perumahan berkepadatan rendah, Fasilitas umum serta ruang parkir yang bersifat park and-ride.


(34)

Fungsi Campuran

Fungsi dalam TOD bersifat beragam dan campuran, yaitu fungsi publik, pusat komersial dan hunian. Dimana bangunan dengan fungsi ragam secara vertikal merupakan type yang disarankan. Konsep TOD yang diutarakan oleh Calthrope tidak terlepas dari sistem pergerakan kota yang berupa kendaraan baik kendaraan umum maupun pribadi serta manusia yang terus bergerak mengikuti pola aktivitasnya, serta bagaimana memanfaatkan suatu lahan kosong yang tidak terpakai menjadi sangat berguna bagi warganya.

2.7.Keuntungan Dari Diterapkannya TOD

Menurut Calthorpe dalam Wijaya (2007) konsep Transit Oriented Development (TOD) pada dasarnya adalah untuk mengintegrasikan jaringan jalan dengan bangunan sekitarnya dikaitkan dengan manusia sebagai penggunanya sehingga tercipta lingkungan yang walkable, aman dan nyaman, dimana dapat diuraikan :

Tujuan Lingkungan

o Meningkatkan kualitas udara, menghemat penggunaan energi dan membuat lingkungan yang berkelanjutan.

o Mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor pada lingkungan yang didominasi oleh kendaraan bermotor. Tujuan Perencanaan/Transportasi

o Menciptakan pola pembangunan kota untuk pengembangan kawasan secara terintegrasi.


(35)

o Menciptakan variasi perumahan dengan berbagai kepadatan dari rendah sampai dengan tinggi dalam radisu tertentu dari lokasi transit (Calthrope mendefinisikan dengan radius 200ft (600m) dan Bernick – Carvero mendefinisikan sebesar ¼ mil (375m).

o Merencanakan lingkungan dengan fungsi campuran ( mixed-used) serta ‘walkable’ terhadap pejalan kaki pada area transit.

2.8.Karakteristik Fisik TOD

Adapun karakteristik fisik TOD menurut Calthorpe dalam Taolin (2008) adalah :

a) Kriteria Umum

Bangunan harus memiliki akses langsung kejalan dengan entrance, balkon, serambi, dan fitur arsitektural lain untuk menciptakan lingkungan yang ramah pejalan kaki. Intensitas, orientasi, dan bangunan harus mendukung area komersial yang aktif, mendukung pengguna transit, dan memperkuat ruang publik.

b) Area Komersial

Tata guna lahan pada kawasan TOD dikembangkan dengan prinsip mixed-used. Penggabungan fungsi retail dan perkantoran menjamin kawasan yang aktif sepanjang hari tanpa terikat jam-jam sibuk. Selain itu kawasan harus dibuat atraktif, aman dan aksesibel dengan berjalan kaki. Terdapat tiga cara memadukakan fungsi retail dan perkantoran yaitu secara vertikal (umumnya retail dilantai dasar dan perkantoran


(36)

atau residensial diatasnya pada bangunan yang sama), horizontal (fungsi-fungsi terletak bersebelahan).

Area komersial berfungsi untuk memenuhi kebutuhan penggunan kawasan sambil melakukan perjalanan dari tempat satu ketempat lain.

Di area komersial, fungsi retail dapat dikombinasikan dengan residensial dan perkantoran, namun intensitas retail itu sendiri tidak boleh berkurang. Jumlah parkir harus ditambah untk fungsi-fungsi tambahan tersebut. Pertimbangan khusus harus dilakukan agar tercipta privasi untuk fungsi residensial. Entrance kedua fungsi harus dipisah. Penambahan fungsi tersebut sebaiknya dilakukan secara vertikal. Hasil adalah ketinggian bangunan bertambah, menciptakan kemenarikan visual dan karakter urban yang lebih kuat.

Gambar.2.6 Sidewalk Sumber : Calthorpe, 1993


(37)

Fasad bangunan harus bervariasi dan terartikulasi untuk memberikan ketertarikan visual bagi pedestrian. Jika syarat ini tidak dipenuhi, pengalaman ruang kala berjalan kaki akan terasa membosankan dan terasa semakin jauh

c) Area Residensial

Tujuan TOD adalah mengurangi tingkat penggunaan mobil pribadi. dengan perancangan dan lokasi area residensial yang tepat tujuan ini dapat dicapai. Residensial sebaiknya berdekatan dengan area komersial dan dan transit.

Gambar.2.7

Penggunaan lantai atas bangunan sebagai residensial Sumber : Calthorpe, 1993

Gambar.2.8

Tipe-tipe permukiman di kawasan TOD Sumber : Calthorpe, 1993


(38)

Kepadatan area residensial dirancang untuk mendukung pengguna transit. Tipe permukiman bervariasi terdiri dari tipe single family, tipe townhouse, dan apartemen.

d) Pedestrian

Jalan di kawasan TOD merupakan elemen paling vital dalam menentukan kualitas ruang publik. Jalan di kawasan TOD harus dibuat pedestrian-friendly. Untuk menciptakan ruang jalan yang demikian harus dipikirkan berapa luas yang diperlukan untuk pedestrian untuk menciptakan ruang publik yang aktif,sementara tetap menjaga keseimbangan dengna ruang parkir, jalur bersepeda dan pergerakan kendaraan.

Sumber : Calthorpe, 1993

Gambar.2.9

Zona antara sidewalk dan rumah

Sumber : Calthorpe, 1993


(39)

Lebar jalan dan jumlah lajur kendaraan harus dikurangi tanpa mengorbankan parkir paralel dan akses sepeda. Jalan harus dirancang untuk dilalui dengan kecepatan mobil tak lebih dari 24 km/jam. Jalan yang lebih sempit dapat mengurangi lebar jalan dan jumlah lajur memberikan ruang yang lebih besar untuk penataan lansekap. Dimensi jalan yang relatif kecil ditujukan untuk menciptakan skala manusia.

Sidewalk secara virtual terbagi atas beberapa zona yaitu; zona tepi yang berbatasan langsung dengan jalur mobil (minimal 1,2 meter untuk kawasan TOD, untuk menyediakan ruang menunggu), zona furnishing yang mengakomodasi perletakan street furniture seperti pohon atau fasilitas transit, zona ‘melintas’ yatu jalur yang dapat dilalui tanpa gangguan, dan zona ‘frontage’ yaitu ruang bersih antara fasad bangunan (tempat pejalan kaki melakukan window shopping, area keluar dan masuk dari dalam bangunan) dan zona ‘melintas’. Lebar sidewalk minimum yang

Sumber : Calthorpe, 1993

Gambar.2.11


(40)

disarankan adalah 3 meter (pada area komersial minimum 4 meter), tidak batas maksimum untuk lebar sidewalk namun jika terlalu lebar menyebabkan ketidaknyaman karena terkesan kosong dan tidak mengundang.

Lebar zona sidewalk minimal untuk dilalui pejalan kaki adalah 1,5 meter (dapat dialui dua orang sekaligus). Dimensi sidewalk lebar di area komersial dimana aktivitas pedestrian lebih besar dan seating luar sangat direkomendasikan (1,8 meter -2,5 meter). Jalur pedestrian yang nyaman akan mengurangi penggunaan mobil dan menambah efisiensi penggunaan transit.

Street furniture pada pedestrian sangat diperlukan bagi pejalan kaki. Jika ruang jalan tidak memiliki fasilitas ini maka pemakaian ruang jalan mnjadi tidak nyaman. Misalnya jika tidak ada lampu jalan menyebabkan ketidaknyaman dan tidak tersedianya tempat sampah membuat jalan jadi kotor dan membuat orang enggan berjalan kaki. Untuk menciiptakan

Sumber : Calthorpe, 1993

Gambar.2.12


(41)

sense of community dapat melalui pemilihan desain street furniture yang mencerminkan karakter lokal.

Pepohonan untuk peneduh diperlukan disepanjang. Jarak antara pohon-pohon tersebut tidak boleh lebih dari 9 meter. Jenis pohon-pohon dan teknik penanaman harus diseleksi dengan seksama untuk menciptakan kesan meyatu pada ruang jalan, menyediakan naungan yang efektif, dan menghindari kerusakan trotoar. Banyak ruang jalan yang dikenang orang karena deretan pepohonan di sepanjang jalan. Keberadaan pohon penting untuk kenyamanan pejalan kaki karena menyediakan naungan dari cuaca dan mengurangi suhu panas yang dihasilkan permukaan aspal dan menciptakan iklim mikro yang lebih sejuk. Selain itu pepohonan juga memberikan keindahan pada ruang jalan.

Akan akan lebih baik jika jalan memiliki vista menuju area pusat, bangunan publik, taman atau fitur-fitur alami. Jalan yang membingkai vista akan lebih mudah diingat (memorable). Jalan yang ideal sebaiknya mempunyai titik tujuan yang penting. Dalam hal ini jalan lurus lebih

Gambar.2.13

Jarak antar pohon pada jalur pedestrian Sumber : Calthorpe, 1993


(42)

mudah diimplimentasikan karena memiliki pandangan yang jelas kesebuah landmark.Landmark memudahkan orientasi pedestrian dan membuat rute perjalanan lebih menarik. Jalan lurus juga memberikan aksesibilitas visual yang tinggi, ketika tujuan dapat terlihat seseorang akan lebih tertarik untuk berjalan kesana.

e) Parkir

Parkir on-street sangat direkomendasikan dan lebarnya sebaiknya antaa 2,1-2,4 meter. Parkir dipinggir jalan ini sangat untuk mencegah fokus pada lahan parkir dan lebih mengutamakan jalan. Parkir paralel lebih baik namun parkir dengan sudut lebih direkomendasikan untuk area komersial. Parkir on-street dapat membantu mengurangi kecepatan mobil yang melintas karena membuat ruang jalan lebih sempit secara visual, juga berfungsi sebagai buffer antara trotoar dengan lajur mobil.

Selain itu parkir paralel juga bisa membuat aktivitas pada ruang jalan hidup karena akan mendukung fungsi-fungsi komersial. Parkir paralel secara visual membuat ruang jalan lebih sempit.

Sumber : Calthorpe, 1993

Gambar.2.14


(43)

Sistem parkir sealain on-strret sebaiknya tidak bersebelahan langsung dengan ruang jalan. Lahan parkir dibelakang bangunan lebih disarankan.

2.9.Studi Banding

Pada negara berkembang konsep TOD sudah banyak diterapkan sebagai solusi dalam mengatasi kemacetan, juga untuk menciptakan ruang publik lebih berkualitas. TOD bukan hanya sekedar konsep melainkan jawaban untuk kualitas hidup yang lebih baik diperkotaan.

Berikut merupakan studi banding terhadap negara yang sudah memakai konsep TOD sebagai konsep pengembangan kawasan transitnya.


(44)

2.9.1. Buangkok MRT Station, Singapore

Stasiun Buangkok MRT direncanakan pada lokasi permukiman yang memiliki tingkat densitas yang tinggi (mixed-used), dan direncanakan dengan mengintegrasikan antara subway (kereta bawah tanah) dengan bus yang melayani penduduk kota. Pada bagian atas subway disediakan tempat pemberhentian bus dan taxi yang nyaman, dengan menyediakan kanopi sebagai pelindung dari panas, hujan dan ultraviolet. Desain interior menggunakan warna-warna yang mencerminkan semangat rakyat Singapura, sehingga desain pada stasiun tidak membosankan dan kaku. Perencanaan Stasiun Buangkok tidak hanya berhenti pada fungsinya sebagai titik transit, tetapi juga mempertimbangkan kenyamanan penggunanya. (Altoon and James, 2011)

Gambar. 2.15

Lokasi Buangkok MRT Station Sumber : Altoon and James,2011

Sumber : Altoon and James,2011

Gambar. 2.16 Interior Buangkok MRT


(45)

Sumber : Altoon and James,2011

Gambar. 2.17 Eksterior Stasiun

Sumber : Altoon and James,2011

Gambar. 2.18 Potongan bangunan stasiun


(46)

Sumber : Altoon and James,2011

Gambar. 2.19


(47)

2.9.2. Kowloon Station, Hongkong

Kowloon Station direncanakan secara signifikan sebagai titik transit untuk mengubah seluruh transport publik di Hongkong. Kawasan ini tidak hanya direncanakan sebagai titik transit, tetapi juga merencanakan bengunan-bangunan mixed-use pada lokasi transit. Dengan begitu, maka peminat penumpang terhadap kereta bawah tanah yang disediakan semakin tinggi. Hal ini menyebabkan penggunaan kendaraan pribadi berkurang. Tujuan perencanaan Stasiun Kowloon adalah untuk menciptakan sebuah sistem transport kelas dunia yang terintegrasi dengan tata guna lahan, moda transportasi dan titik transit(Altoon and James, 2011).

Gambar. 2.20

Lokasi Kowloon Stasiun Hongkong Sumber : Altoon and James,2011

Sumber : www.pbase.com (30/04/2015)

Gambar. 2.21 Eksisting Kowloon Station


(48)

Gambar. 2.22 Kowloon Station Roof Plan

Sumber : Altoon and james,2011

Sumber : Altoon and James,2011 Gambar. 2.23


(49)

Sumber : Altoon and James,2011

Gambar. 2.24 Kowloon Station level 2

Gambar. 2.25 Kowloon Station site plan


(50)

2.10. Diagram Kepustakaan

TOD (Transit Oriented Development) (Chaltrope. 1993)

Defenisi Transit Oriented Development (Chaltrope, 1993)

Tipologi Transit Oriented Development Urban Downtown

Urban Neighborhood (Dittmar dan Ohland,2004)

Struktur Transit Oriented Development (Chaltrope, 1993)

Variabel Pembentuk TOD (Chaltrope, 1993)

Kajian Potensi Pengembangan Transit Oriented Development (TOD) Di Kota Medan

Studi Kasus : Stasiun K.A Medan Tipe pengembangan TOD

(Chaltrope, 1993)

Gambar. 2.26 Diagram Kepustakaan


(51)

2.11. Penelitian yang sudah dilakukan Judul, Tahun,

Wilayah, Nama peneliti

Tujuan Penelitian Metode Penelitian dan Pendekatan

Teknik Analisis dan Bahan Penelitian

Hasil Penelitian

Keterkaitan Karakteristik

Kawasan Transit Berdasarkan Prinsip

Transit Oriented

Development (TOD)

terhadap Tingkat Penggunaan Kereta Komuter Koridor Surabaya-Sidoarjo, 2014, Surabaya, Muhammad Hidayat Isa dan Ketut Dewi Martha Erli Handayeni

Penelitian ini mengkaji tentang upaya untuk mendorong penggunaan kereta api komuter melalui integrasi antara simpul transportasi kereta api komuter dengan penggunaan lahan di sekitar stasiun, yang mengkaji mengenai keterkaitan karakteristik kawasan transit berbasis transit

oriented development

terhadap jumlah penggunaan kereta komuter koridor Surabaya-Sidoarjo

Dalam metode pengumpulan data, dilakukan melalui survey primer dan survei sekunder. Dalam menganalisis keterkaitan antara karakteristik kawasan transit berdasarkan prinsip TOD terhadap tingkat penggunaan kereta komuter koridor Surabaya-Sidoarjo, dilakukan melalui tiga tahapan analisis

Mengidentifikasi karakteristik kawasan transit kereta komuter koridor Surabaya-Sidoarjo berdasarkan prinsip TOD

Menganalisis tingkat penggunaan kereta komuter koridor Surabaya-Sidoarjo Menganalisis

keterkaitan antara karakteristik kawasan transit berdasarkan prinsip TOD terhadap jumlah penggunaan kereta komuter koridor

Surabaya-Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya potensi pengembangan kawasan transit berbasis TOD

pada koridor Surabaya-Sidoarjo dalam mendorong penggunaan kereta komuter.

Universitas

Sumatera


(52)

Sidoarjo Potensi dan Peluang

Pengembangan

Transit Oriented

Development di

Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, 2014, Bandung, Ni Luh Asti Widyahari.

Apa sajakah prasyarat suatu kawasan dikembangkan sebagai

TOD?

Dimana lokasi yang Potensial dikembangkan sebagai TOD di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung? Apa syarat yang harus dipenuhi untuk

mengembangkan TOD

di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung?

Pendekatan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang terbagi atas deskriptif dan preskriptif. Pendekatan deskriptif studi ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi karakterisitik kawasan TOD di wilayah studi. Pendekatan preskriptif, yaitu metode analisis dengan cara merumuskan tindakan pemecahan masalah kawasan yang telah teridentifikasi.

Terdapat dua metode analisis pada studi ini, yakni analisis deskriptif dan analisis isi (content analysis). Analisis deskriptif ini berfungsi untuk mengetahui

bagaimana

karakteristik kondisi saat ini terkait dengan kriteria dan indikator untuk potensi maupun peluang

pengembangan TOD. Analisis isi yang berbasis pada data sekunder ini berfungsi untuk memberikan peniliaian antara kriteria dan indikator untuk potensi dan peluang

Hasil Penelitian menunjukkan beberapa kawasan memiliki potensi dikembangkan sebagai TOD dan terdapat beberapa kawasan yang memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai

TOD.

Universitas

Sumatera


(53)

pengembangan TOD

dengan rencana-rencana tata ruang dan transportasi di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung.

Transit Oriented

Develovment (TOD)

Sebagai Solusi Alternatif Dalam Mengatasi Permasalahan Kemacetan Di Kota Surabaya, 2014, Surabaya,

Muhammad Hidayat Isa.

Tujuan studi ini adalah untuk mengkaji potensi penerapan TOD di Kota Surabaya. Dan TOD

sebagai alternatif solusi kemacetan di Surabaya

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan

data dengan teknik survei sekunder. Metode analisis yaitu analisis deskriptif kuantitatif, deskriptif komparatif, dan deskriptif kualitatif Penelitian menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dalam mendeskripsikan kondisi sistem transportasi Kota Surabaya Kemudian menggunakan analisis deskriptif komparatif dalam menjelaskan TOD sebagai solusi alternatif dalam mengatasi permasalahan kemacetan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

TOD berpotensi untuk kota Surabaya dan berpotensi untuk dijadikan salah satu solusi alternatif dalam mengatasi permasalahan kemacetan ditinjau dari penelitian terdahulu, perkembangan kondisi eksisting, dan perencanaan Kota Surabaya ke depan yang mengusung pergerakan berbasis transit.

Universitas

Sumatera


(54)

Dan menggunakan deskriptif kualitatif dalam

menganalisis peran pemangku

kepentingan.

Universitas

Sumatera


(55)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang sudah ditentukan diawal, maka jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Sedangkan untuk metode penelitian, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Creswell dalam Noor (2011) penelitian kualitatif merupakan analisis yang bersifat deskriptif, landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai fakta di lapangan.

Dalam penelitian ini ada tiga tahapan yang harus dilakukan, yaitu menetapakan kawasan Stasiun K.A Medan sebagai kawasan penelitian. Observasi wilayah studi berdasarkan variabel penelitian yang telah ditetapkan. Dan yang terakhir penarikan kesimpulan apakah wilayah studi berpotensi untuk dikembangkannya sistem transportasi TOD.

3.2.Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan kegiatan menguji hipotesis, yaitu menguji kecocokan antara teori dan fakta (Noor, 2011).

Berdasarkan tujuan penelitian yang sudah ditentukan diawal, maka ditentukan variabel penelitian sebagai berikut :


(56)

Sumber Variabel Sub-Variabel (Indikator) Metoda Pengumpulan Metoda Analisa (Chaltrope , 1993)

Fungsi Transit Tujuan Perjalanan Waktu perjalanan Lokasi stasiun Jadwal keberangkatan dan kedatangan Tingkat pendapatan Usia Jenis kelamin Jenis pekerjaan Observasi / Kuisioner Kualitatif Area Komersial Pusat Observasi Area Hunian

Campuran Observasi

Fungsi Ruang Publik

o Pedestrian

o Parkir Observasi

Area

Sekunder Observasi

Fungsi

Campuran Observasi

3.3.Populasi dan Sampel

Dalam penelitian, populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen/ anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan dari objek peneliti (Noor, 2011).

Pada penelitian ini populasi adalah seluruh penumpang Stasiun K.A Medan yang lingkungannya merupakan pusat transportasi kota medan. Pengambilan

Tabel.3.1 Variabel TOD Sumber : Hasil analisa


(57)

sampel dengan menggunakan sampel probabilitas (probabiliti sampling) yaitu, pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Teknik simple random sampling merupakan teknik yang paling sederhana (simple). Sampel diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi, tiap elemen populasi memiliki peluang yang sama dan diketahui untuk terpilih sebagai subjek (Noor, 2011).

Untuk menentukan jumlah populasi, diambil dari jumlah pengguna Stasiun K.A Medan yaitu sebanyak 2000-2500orang/ hari. Dari data tersebut maka ditentukan jumlah populasi adalah 2500 orang, sedangkan untuk menentukan jumlah sampel, akan ditentukan dari jumah populasi dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

= N 1 + N e 2 n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

e = Batas toleransi kesalahan (eror tolerance)

= 2500 1 + 2500 0,1 2


(58)

3.4.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan (observation), wawancara (interview) dan studi dokumentasi.

3.4.1. Pengamatan (observation)

Merupakan pengamatan langsung objek penelitian untuk melihat fenomena-fenomena yang terjadi di wilayah studi. Hal yang perlu dioberservasi berupa variabel penelitian yang telah ditentukan, yaitu :

Fungsi Transit

Area Komersial Pusat Area Hunian Campuran Fungsi Ruang Publik

o Pedestrian o Parkir Area Sekunder. Fungsi Campuran

3.4.2. Kuisioner/ Angket.

Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan memberikan atau menyebar daftar pertanyaan kepada responden. Adapun daftar pertanyaan berhubungan dengan variabel penelitian yang telah ditentukan, yaitu :

Tujuan Perjalanan Waktu perjalanan Lokasi stasiun

Jadwal keberangkatan dan kedatangan Tingkat pendapatan


(59)

Usia

Jenis kelamin Jenis pekerjaan

3.4.3. Dokumen

Pengumpulan data dokumen berupa data-data yang diperoleh dari pemerintah/swasta, dalam penelitian ini berupa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Medan tahun 2010-2030 , buku, data di sever dan flashdisk, dan data yang tersimpan di web site.

3.5.Kawasan Penelitian

Kriteria awal dalam memilih kawasan pada penelitian ini adalah kawasan TOD di kota Medan. Dalam RTRW kota Medan tahun 2010-2030 Stasiun K.A Medan akan ditetapkan sebagai kawasan TOD city, yang akan diintergrasikan dengan moda transportasi publik yang melayani penduduk.

Teori Calthorpe (1993) mengatakan bahwa kawasan TOD harus dapat dijangkau dengan berjalan kaki atau sejauh 2000-foot (600 meter). Berdasarkan teori tersebut maka ditetapkan kawasan penelitian adalah Stasiun K.A Medan dengan radius 600 meter.


(60)

3.5.1. Deskripsi Kawasan

Alamat : Jl. Stasiun Kereta Api No.1, Medan Kecamatan : Medan Barat

Kelurahan : Kesawan Batas Barat : Medan Deli Batas Timur : Medan Petisah Batas Selatan : Medan Timur Batas Utara : Deli Serdang

Gambar.3.1 Peta Kota Medan


(61)

Gambar 3.2

Kawasan Stasiun K.A Medan sebagai kawasan TOD city Sumber : RTRW kota Medan tahun 2010-2030


(62)

Batas kawasan penelitian :

Batas Barat : Jl. Imam Bonjol Batas Timur : Jl. Tamrin

Batas Utara : Jl. Perintis Kemerdekaan Batas Selatan : Jl. Mt. Haryono

Gambar 3.3

Kawasan penelitian radius 600m dari titik transit

A). Stasiun K.A Medan

B). Centre Point

C). Titi Gantung

D).Uni Plaza Sumber : Hasil Analisa

H). Kesawan Square G). Bank Indonesia

F). Grand Aston E). Merdeka Walk

Universitas

Sumatera


(63)

3.6.Metode Analisis Data

Metoda yang akan digunakan dalam menganalisis data adalah metoda analisis deskriptif. Setelah semua data yang diperlukan telah terkumpul, maka data-data tersebut kemudian dianalisis dengan metoda analisis deskriptif.

3.6.1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan dengan cara merumuskan data-data yang didapat dari lapangan.Data fisik mengenai eksisting kawasan studi kasus, dalam hal ini Stasiun K.A Medan digambarkan kembali sesuai dengan hasil survey. Berdasarkan data eksisting tersebut didata unsur apa saja yang sesuai dengan variabel penelitian dan dideskripsikan bagaimana keadaannya.

Observasi lapangan atau survey visual dilakukan dengan melakukan pemotretan terhadap situasi ataupun keadaan terkini di Stasiun K.A Medan kemudian dianalisa. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi bagaimana kondisi kawasan. Sarana untuk merekam kondisi tersebut adalah fotografi, yang dilengkapi catatan untuk menjelaskan kondisi lapangan. Foto-foto dilakukan dengan menggunakan alat berupa kamera digital. Foto-foto hasil pemotretan yang bersifat perspektifis digunakan sebagai acuan dalam menganalisa kondisi transportasi di kawasan penelitia


(64)

BAB 4

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1.Analisa Kawasan Makro

Gambar.4.1


(65)

Pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Medan tahun 2010-2030 Stasiun K.A Medan akan terintegrasi dengan beberapa terminal di kota Medan. Pemerintah kota Medan juga akan melakukan penambahan Stasiun kereta api baru. Adapun stasiun kereta api yang dapat dikembangkan pada tahun perencanaan antara lain :

Stasiun Kereta Api Besar, Jalan Kereta Api Medan di Kecamatan Medan Barat

Stasiun Kereta Api Medan Pasar, Jl. M.H. Thamrin di Kecamatan Medan Area

Stasiun Kereta Api Pulo Brayan di Kecamatan Medan Timur Stasiun Kereta Api Belawan di Kecamatan Medan Belawan Stasiun Kereta Api City Chek in, Jalan Kereta Api Medan di Kecamatan Medan Timur

Stasiun Kereta Api Polonia di Kecamatan Medan Polonia Stasiun Kereta Api Labuhan di Kecamatan Medan Labuhan Stasiun Kereta Api di Kecamatan Helvetia

4.2.Analisa Kawasan Mikro Stasiun K.A Medan

Berdasarkan tinjauan teori yang telah dilakukan, diketahui bahwa kawasan TOD berjarak radius 600 meter dari titik transit. Stasiun K.A Medan sebagai titik transit memiliki kawasan yang cukup kompleks yang didominasi oleh fungsi komersial. Menurut Calhtrope (1993) tipologi TOD berbeda-beda berdasarkan lokasi penerapannya dan berdasarkan jenis pengembangannya. Sehingga terdapat


(66)

dua model pengembangan didalam TOD, antara lain NeigborhoodTOD dan UrbanTOD. Berdasarkan hasil analisa, kawasan Stasiun K.A Medan termasuk kedalam Urban TOD, hal ini ditandai dengan adanya fungsi komersial yang memiliki intensitas tinggi di sekitar kawasan. Sedangkan untuk tipe pengembangannya kawasan Stasiun K.A termasuk kedalam jenis Redevelopment Site yaitu peremajaan dengan penyuntikan fungsi-fungsi baru serta penataan lingkungan dengan melengkapi fasilitas transit.

Gambar.4.2

Tata Guna Lahan Kawasan Stasiun K.A Medan Sumber : Analisa


(67)

Jl. Stasiun Kereta Api sebagai jalan utama menuju lokasi transit merupakan jalur satu arah. Dari arah Barat dapat melalui Jl. Raden Saleh, sedangkan dari arah Utara dapat diakses melalui Jl.Prof.HM.Yamin.

4.3.Fungsi Transit

Menurut Calthorpe (1993) fungsi transit pada kawasan TOD berfungsi sebagai tempat aktivitas transit dengan lokasi terletak sedekat mungkin dengan jaringan pergerakan transit utama kota. Pada kawasan penelitian Stasiun K.A Medan sebagai titik transit belum terintegrasi dengan jaringan pergerakan transit utama

Jl.Prof.HM.Yamin

Jl.Raden Saleh

Jl.Bukit Barisan

Gambar.4.3

Jalur utama menuju Stasiun K.A Medan Sumber :Hasil analisa


(68)

kota, dalam hal ini adalah angkutan kota (Angkot). Hal ini dapat dilihat dari belum tersedianya titik-titik tempat pemberhentian angkutan umum disekitar Stasiun.

Sedangkan untuk pola pergerakan penumpang pada Stasiun K.A Medan yang diperoleh dari hasil tabulasi kuisioner adalah sebagai berikut :

Jenis kelamin 57% perempuan

Usia 93% 18-25 tahun

Pekerjaan 75% pelajar/mahasiswa

Tempat tujuan 31% Binjai

Kemudahan menjangkau Stasiun K.A Medan 53% mudah

Moda menuju stasiun 60% angkutan kota

Moda meninggalkan stasiun 49% angkutan kota

Kemudahan mendapatkan angkutan umum pada saat meninggalkan stasiun

46% mudah

Tujuan perjalanan 29% sekolah/kuliah

Frekuensi perjalanan 34 % 2-5 kali Pulang

pergi

Waktu yang dihabiskan dalam perjalanan 44% <1 jam Jarak antara tempat tinggal dengan Stasiun K.A

Medan

51% 1-10 km

Jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta 42% memuaskan

Dalam kawasan TOD stasiun sebagai titik transit seharusnya terintegrasi dengan moda angkutan kota yang lainnya dan harus memiliki integrasi antarmoda yang baik. Saat ini mayoritas responden, yaitu sebanyak 53% mengatakan mudah Sumber : Hasil analisa


(69)

dalam menjangkau stasiun, dan sebanyak 46% mudah untuk mendapatkan angkutan umum untuk tujuan akhir perjalanan mereka. Responden yang merasa masih sulit menemukan moda transportasi di sekitar stasiun dikarenakan aksesibilitas yang buruk. Selain itu tidak terdapat titik pemberhentian moda sehingga ketidakdisiplinan supir angkutan kota sering menyebabkan kemacetan karena sembarangan berhenti pada saat menaik-turunkan penumpang. Dapat disimpulkan bahwa kondisi integrasi antarmoda di sekitar stasiun masih kurang baik karena walaupun lokasinya sudah dekat namun aksesibilitasnya kurang baik.

Dalam konteks TOD, kegiatan disekitar stasiun harus ditunjang dengan sirkulasi pejalan kaki yang baik dan nyaman. Saat ini, dari seluruh responden ternyata lebih memilih moda angkutan umum untuk menuju dan meninggalkan Stasiun K.A Medan. Sebanyak 60% menggunakan angkutan kota pada saat menuju lokasi dan sebanyak 49% menggunakan angkutan kota pada saat meninggalkan stasiun. Hanya 2% saja yang berjalan kaki menuju stasiun, dan hanya 7% yang berjalan kaki pada saat meninggalkan stasiun. Hal ini mugkin dikarenakan jarak antara Stasiun K.A Medan dengan tempat tinggal mereka cukup jauh, terbukti karena sebanyak 51% responden memiliki jarak yang cukup jauh dari Stasiun, yaitu 1-10 km.

4.4.Area Komersial Pusat

Area komersial pusat dalam TOD menurut Calthorpe (1993) adalah area dengan fungsi campuran yang berfungsi memberi pelayanan pada kegiatan transit seperti fungsi retail, supermarket, komersial dan hiburan serta hunian pada level lantai atas yang dapat menjadi daya tarik keragaman tujuan pada lokasi. Adapun


(70)

area komersial pusat pada kawasan penelitian yaitu Merdeka Walk, Titi Gantung, Pasar Ikan Medan, dan Kesawan Square

Pada kawasan penelitian terdapat beberapa area komersial pusat, antara lain:

a) Pasar Ikan Medan

Pasar Ikan Medan atau yang lebih sering disebut Pajak Ikan merupakan pasar tekstil yang cukup terkenal di Kota Medan. Lokasinya yang berada di jantung kota Medan, membuat kawasan ini selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat.

Merdeka Walk

Pasar Ikan Medan Kesawan Square

Titi Gantung

Gambar.4.4

Area Komersial Pusat Pada Kawasan Stasiun K.A Medan Sumber : Analisa


(71)

Dalam kawasan TOD, keberadaan area komersial cukup penting karena berfungsi untuk memenuhi kebutuhan penggunaan kawasan sambil melakukan perjalanan dari tempat satu ketempat lain. Berdasarkan hasil analisa keberadaan Pajak Ikan sebagai pusat komersial tidak terintegrasi dengan titik transit. Hal ini dapat dilihat dari masih terjadinya kemacetan disepanjang Jl. Stasiun Kereta Api sebagai akses utama menuju pasar ini. Jalan Stasiun Kereta Api sebagai akses utama Pajak Ikan Medan merupakan titik yang sering mengalami kemacetan. Hal ini dikarenakan banyaknya kendaraan yang melintasi daerah ini, parkir on street, dan angkutan umum yang sembarang menurunkan penumpang.

Gambar.4.5 Pasar Ikan Medan Sumber : Dok. Pribadi


(72)

Keterangan gambar :

Tidak tersedianya jalur pedestrian membuat masyarakat berjalan dibahu jalan.

Jalur pedestrian hanya satu sisi, dan dialih fungsikan sebagai tempat berjualan oleh pedagang.

Parkir on street dibahu jalan, sepanjang Jl. Stasiun Kereta Api. Sumber : Hasil Analisa

Gambar.4.6 Kesawan Square


(73)

b) Kesawan Square

Kesawan Square merupakan kawasan bersejarah di kota Medan dan merupakan kawasan yang dipenuhi bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda. Jarak antara Stasiun K.A Medan sebagai titik transit dengan Kesawan adalah ±300 meter. Dengan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh, seharusnya tempat ini dapat menjadi daya tarik tersendiri pada kawasan TOD. Tetapi tidak adanya akses khusus pejalan kaki menuju tempat ini menjadikan kawasan ini padat dilalui lalu lintas. Untuk jalur pedestrian untuk kawasan ini belum terencana dengan baik, perencanaan jalur pedestrian tidak merata. Sedangkan untuk area parkir, di sepanjang Jl. Ahmad Yani memakai parkir on-street.

Gambar.4.7 Kesawan Square Sumber : Hasil analisa


(74)

Keterangan gambar :

Kondisi jalur pedestrian tidak terawat dengan baik,

Tidak banyak masyarakat yang menggunakan jalur pedestrian pada kawasan ini.

Kendaraan bermotor masih mendominasi pada kawasan ini.

Gambar.4.9

Kondisi parkir On-stret pada Jl. Ahmad Yani Gambar.4.8

Kondisi jalur pedestrian pada Jl. Ahnmad Yani Sumber : Hasil analisa


(75)

c) Merdeka Walk

Salah satu area komersial pusat yang berada pada kawasan transit Stasiun K.A Medan adalah Merdeka Walk. Karena lokasinya yang sangat strategis yaitu di Lapangan Merdeka membuat tempat ini menjadi tempat yang paling sering dikunjungi oleh masyarakat setempat maupun wisatawan yang datang ke Kota Medan. Adanya tempat ini sangat berpengaruh terhadap lokasi transit, karena jaraknya yang cukup dekat dengan titik transit. Sehingga tempat ini dapat sebagai area komersial yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan penggunaan kawasan sambil melakukan perjalanan dari tempat satu ketempat lain (Peter Calthorpe dalam Taolin).

Gambar.4.10

Merdeka Walk Lapangan Merdeka Sumber : Hasil analisa


(76)

Berdasarkan hasil analisa area komersial ini sudah cukup terintegrasi dengan titik transit. Selain lokasinya yang cukup dekat, akses menuju tempat ini juga cukup mudah. Tetapi kondisi jalur pedestrian masih kurang karena dimensinya yang tidak begitu lebar dan tidak dilengkapi dengan street furniture. Saat ini stasiun K.A dalam tahap pegembangang kawasan, yang akan mengintegrasikan lapangan merdeka dengan Stasiun K.A Medan. Selain pembangunan akses langsung dari Lapangan Merdeka menuju stasiun K.A Medan melalui sky cross , akan disediakan lahan parkir kendaraan, dan retail. Dalam kawasan TOD area komersial pusat harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna kawasan yang melakukan perjalanan, dengan adanya pengembangan kawasan Stasiun K.A

Gambar.4.11

Kondisi jalur pedestrian menuju Merdeka Walk dari Stasiun K.A medan

Merdeka Walk


(77)

Medan saat ini diharapkan dapat mewujudkan hal tersebut, sehingga tercipta kawasan TOD yang baik

d) Titi Gantung (Tigan)

Titi gantung merupakan jembatan yang berada diatas rel kereta api Medan yang menghubungkan Jl. Stasiun Kereta Api dengan Jl. Jawa. Titi gantung merupakan jembatan yang dibangun pada masa kolonial Belanda, yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Keberadaan titi gantung pada kawasan ini bukan hanya sekedar sebagai jembatan penghubung jalan, melainkan dijadikan area komersial pusat oleh penduduk setempat. Kawasan ini selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat, karena lokasinya yang dekat dengan Stasiun K.A maka tempat ini dijadikan penduduk setempat sebagai tempat untuk dapat melihat kereta api

Gambar.4.12 Titi Gantung Stasiun K.A Medan


(78)

secara langsung. Selain itu, tempat ini juga menjadi pusat jajanan yang selalu ramai didatangi masyarakat. Pada kawasan TOD area komersial berfungsi sebagai pendukung aktivitas pada titik transit. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa keberadaan titi gantung dapat menjadi pendukung aktivitas pada kawasan TOD.

Jarak antara titik transit dengan titi gantung hanya 100 meter, tetapi jarak yang dekat tidak membuat masyarakat tertarik untuk berjalan kaki. Masyarakat yang berkunjung ke tempat ini kebanyakan masih menggunakan kendaraan bermotor, sehingga tempat ini menjadi tidak nyaman untuk pejalan kaki. Hal ini membuktikan bahwa walaupun titi gantung sudah terintegrasi dengan titik transit, tetapi hal tersebut tidak membuat masyarakat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.

4.5.Area Hunian Campuran

Area hunian campuran pada kawasan TOD menurut Calthorpe adalah Hunian dalam jarak jangkau daerah komersial pusat dan penghentian dengan berjalan kaki, dengan hunian dengan beragam tipe (tunggal, apartemen atau town house). Berdasarkan hasil analisa pada kawasan 600 meter dari titik transit yang merupakan lokasi penelitian, tipe area hunian didominasi oleh ruko (rumah toko). Area hunian campuran pada kawasan ini sama sekali tidak terintegrasi dengan

Gambar.4.13 Titi Gantung Sumber : Dok. Pribadi


(79)

titik transit, karena akses antara titik transit dengan area hunian tidak tersedia dengan baik.

600 meter

Gambar.4.14 Area Hunian Campuran

Gambar.4.15 Sumber : Hasil analisa


(80)

Tujuan TOD adalah mengurangi tingkat penggunaan mobil pribadi. dengan perancangan dan lokasi area hunian yang tepat tujuan ini dapat dicapai. Area Hunian sebaiknya berdekatan dengan area komersial dan dan transit. Pada kawasan penelitian hal ini sudah memenuhi, tetapi tidak adanya akses yang jelas untuk pejalan kaki membuat pergerakan masyarakat yang tinggal pada kawasan ini masih didominasi oleh kendaraan bermotor.

Area Hunian Campuran pada kawasan penelitian didominasi oleh Rumah Toko (Ruko). Walaupun jarak antara titik transit dengan area hunian cukup dekat, tetapi hal ini belum dapat mengurangi tingginya penggunaan kendaraan pribadi pada kawasan ini. Hal ini dapat dikarenakan jalur pejalan kaki yang tersedia

Gambar.4.16

Kondisi Area Hunian Pada Kawasan TOD Sumber : Hasil analisa


(81)

belum terencana dengan baik, dan kondisi jalur pejalan kaki yang tersedia tidak memenuhi kriteria jalur pejalan kaki yang baik.

Gambar.4.17

Jalur pejalan kaki dari area hunian menuju titik transit Sumber : Hasil analisa


(82)

4.6.Fungsi Ruang Publik

Adapun fungsi ruang publik dalam kawasan TOD menurut Calthorpe (1993) dapat berupa taman, plaza, tata hijau, yang melayani sekitar lingkungan. Ruang publik yang didesain dalam bangunan umum atau fasilitas publik disesuaikan dengan kebutuhan. Adapun fasilitas publik berupa jalur pedestrian dan area parkir.

Gambar.4.18

Lapangan Merdeka sebagai ruang terbuka hijau pada kawasan TOD Sumber : Hasil analisa


(83)

Fungsi pada ruang publik pada kawasan penelitian adalah Lapangan Merdeka Medan.

Pada kawasan TOD ruag terbuka hijau berfungsi sebagai pendukung aktivitas pada titik transit. Hal yang harus diperhatikan agar terciptanya ruang publik yang dapat mendukung penggunaan transit adalah jalur pedestrian yang nyaman..

Gambar.4.19

Lapangan merdeka sebagai ruang publik pada kawasan TOD

Gambar.4.20

Lapangan Merdeka sebagai ruang terbuka hijau pada kawasan TOD Sumber : Dok. Pribadi


(84)

4.6.1. Jalur Pedestrian

Menurut Taolin dalam skripsinya jalan di kawasan TOD merupakan elemen paling vital dalam menentukan kualitas ruang publik. Jalan di kawasan TOD harus dibuat pedestrian-friendly.

Lebar zona sidewalk minimal untuk dilalui pejalan kaki adalah 1,5 meter (dapat dialui dua orang sekaligus).

Keterangan :

a) Kondisi pedestrian pada ruang terbuka.

b) Pedestrian sebagai akses menuju ruang terbuka, dimensi jalur pedestrian belum memenuhi standart. Jalur pedestrian yang bersatu dengan area parkir mengurangi kenyamanan saat melewati jalur pedestrian.

(a) 1,5 m (b) (c) 1,2 m

0,6 m Sumber : Calthorpe, 1993

Gambar.4.21 Jalur Pedestrian/sidewalk

Gambar.4.22 Kondisi jalur pedestrian


(1)

o Area sekunder, (berjarak 1 mil) tidak memiliki jalur pedestrian sebagai penghubung menuju titik transit

o Fungsi campuran, pada kawasan penelitian berupa bangunan mixed used dengan fungsi hunian, hiburan, dan komersial pusat, sayangnya area fungsi campuran ini tidak memiliki akses yang jelas menuju titik transit.

Untuk dapat mewujudkan rencana pada RTRW kota Medan tahun 2010-2030 yaitu menjadikan Stasiun K.A Medan sebagai TODcity

maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menambah jalur perjalanan kereta api, tidak hanya perjalanan menuju luar kota tetapi perjalanan yang melayani dalam kota seperti yang telah direncanakan pada RTRW kota Medan pada tahun 2010-2030. Selain itu perlu dipertimbangkan untuk merencanakan pengembangan sistem angkutan umum massal berupa bus yang lebih efisien dari Angkutan kota (angkot) yang ada saat ini, yang tentunya terintegrasi dengan titik transit saat ini yaitu Stasiun K.A Medan.

5.2.Saran

Adapun saran atau rekomendasi yang dapat diusulkan untuk stasiun terpadu dalam kawasan TOD adalah integrasi antara lokasi stasiun dengan tata guna lahan di kawasan sekitar stasiun; peran stasiun terhadap kawasan TOD; aksesibilitas pejalan kaki, pengendara sepeda, pengguna moda transportasi umum, pengguna kendaraan pribadi; integrasi antarmoda di sekitar stasiun; dan manajemen parkir.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Altoon, Ronald. A., James C.A. 2011. Urban Transformation Transit Oriented Development and Sustainable City, The Images Publishing, Australia. Asriadi, Ina. 2010. Transit Oriented Development.

http://adina-inas.blogspot.com/2010/01/transit-oriented-development.html (diakses pada, Senin 27/04/2015)

Danbury Branch Improvement Program. 2010. Transit Oriented Development. URS Corporation AES

Handayeni, Ketut Dewi Martha Erli., Putu Gde Ariastita. 2014. Keberlanjutan Transportasi Di Kota Surabaya Melalui Pengembangan Kawasan Berbasis TOD (Transit Oriented Development), Jurnal TATALOKA Volume 16 Nomor 2.

Guslina, Ira. 2011. Pada 2025 Mayoritas Penduduk Indonesia Menumpuk Dikota. http://nasional.tempo.co/read/news/2011/11/09/078365580/pada-2025-mayoritas-penduduk-indonesia-menumpuk-di-kota. (diakses pada, Minggu 26/04/2015)

http://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Medan ( Diakses pada Minggu, 26/04/2015) Isa, Muhammad Hidayat. 2014. Transit Oriented Develovment (TOD) Sebagai

SolusiAlternatif Dalam Mengatasi Permasalahan Kemacetan Di Kota Surabaya. Jurusan Arsitektur Bidang Magister Manajemen Pembangunan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Isa, Muhammad Hidayat., Ketut Dewi Martha Erli Handayeni. 2014. Keterkaitan Karakteristik Kawasan Transit Berdasarkan Prinsip Transit Oriented Development (TOD) terhadap Tingkat Penggunaan Kereta Komuter Koridor Surabaya-Sidoarjo, Jurnal Teknik Pomits vol. 3, no. 2

Mungkasa, Oswar. 2012. Pembangunan Perumahan pada penerapan model

compact city di DKI Jakarta. Buletin Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas Edisi 2012.

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah. Kharisma Putra Utama, Jakarta

Rencana Tata Tuang Wilayah (RTRW) Kota Medan Tahun 2010-2030

Taolin, Tetriana Vivi Oktora. 2008. Kualitas Ruang Publik Kota Pada Kawasan TOD. Skripsi Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia.


(3)

The Center For Neighborhood Technology. 2013. Transit Oriented Development in the Chicago Region. CNT

Widyahari, Ni Luh Asti. 2014. Potensi dan Peluang Pengembangan Transit Oriented Development di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V3N2 | 353

Wijaya, Alfred. 2009. Penataan Ruang Yang Ramah Lingkungan Melalui Perencanaan TOD (Transit Oriented Development). Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya

www.wikimapia.org. ( Diakses pada Selasa 28/04/2015)

Weishaguna, Ernady Saodih. 2007. Morfologi Sebagai Pendekatan Memahami Kota. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Jurnal PWK Unisba. Yuniasih, Fahdiana. 2007. Perancangan kawasan Transit Oriented Development

Dukuh Atas Berdasarkan Optimalisasi Sirkulasi. Program Studi Magister Rancang Kota. Institut Teknologi Bandung.


(4)

The Center For Neighborhood Technology. 2013. Transit Oriented Development in the Chicago Region. CNT

Widyahari, Ni Luh Asti. 2014. Potensi dan Peluang Pengembangan Transit Oriented Development di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V3N2 | 353

Wijaya, Alfred. 2009. Penataan Ruang Yang Ramah Lingkungan Melalui Perencanaan TOD (Transit Oriented Development). Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya

www.wikimapia.org. ( Diakses pada Selasa 28/04/2015)

Weishaguna, Ernady Saodih. 2007. Morfologi Sebagai Pendekatan Memahami Kota. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Jurnal PWK Unisba. Yuniasih, Fahdiana. 2007. Perancangan kawasan Transit Oriented Development

Dukuh Atas Berdasarkan Optimalisasi Sirkulasi. Program Studi Magister Rancang Kota. Institut Teknologi Bandung.


(5)

LAMPIRAN

UNIVERSITA Jurusan Teknik A Jl. Dr. Mansyu

Bapak/Ibu yang saya hormati Saya mahasiswi jurusan sedang melakukan penelitian te DI STASIUN K.A MEDAN da dengan persepsi anda sebagai Hasil kuesioner ini tidak dipubl Atas bantuan, kesediaan waktu, da

DATA RESPONDEN

Petunujuk : Berilah tanda (√) pad 1. Jenis Kelamin :

Laki-laki Perempuan 2. Usia

18-25 tahun 25-35 tahun 3. Jenis pekerjaan

Pelajar/mahasiswa Pegawai negeri/B Pegawai swasta 4. Lokasi stasiun

Pagi hari naik dari stasiun Sore hari naik dari stasiun 5. Kemudahan menjangkau l

Mudah sekali Mudah Cukup mudah 6. Moda menuju stasiun :

Kendraan pribadi Angkutan Kota

SITAS SUMATER UTARA n Teknik Arsitektur

. Mansyur No. 09 Padang Bulan, Medan.

NOVA LEST

urusan Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Uta

itian tentang KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN

AN dalm rangka penyusuna tugas akhir.Kuesioner agai masyarakat sebagai penumpang dan pengguna k dipublikasikan melainkan untuk kepentingan peneli waktu, dan kerja samanya, kami ucapkan terima kas

√) pada jawaban yang anda pilih

35-45 tahun >55 tahun hasiswa geri/BUMN Guru/dosen Wiraswasta Lainnya.

tasiun ( ) turun di stasiun ( stasiun ( ) turun di stasiun ( ngkau lokasi stasiun

Sulit Sulit sekali

pribadi Berjalan ka

Hari/ Tanggal :

PENELITI : LESTARI SIREGAR

110406021 era Utara. Dalam hal ini GAN KAWASAN TOD sioner ini berhubungan ngguna jasa Kereta Api. n penelitian semata.

ma kasih. 45 tahun ahun u/dosen swasta/pengusaha ) ) sekali lan kaki


(6)

lainnya,

sebutkan... 7. Moda meninggalkan stasiun

Kendaraan pribadi Angkutan umum

Berjalan kaki Lainnya, sebutkan....

8. Kemudahan mendapatkan angkutan umum untuk lokasi tujuan akhir anda (taxi,bus,

angkot)

Mudah sekali Mudah Cukup mudah

Sulit Sulit sekali 9. Tujuan Perjalanan

Bekerja Sekolah/kuliah Mengunjungi saudara

Rekreasi

Lainnya, sebutkan... 10. Seberapa sering (frekuensi) anda menggunakan jasa angkutan kereta api dalam satu bulan ?

1-2 kali (pulang-pergi / sekali jalan) 2-5 kali (pulang-pergi / sekali jalan) > 5 kali (pulang-pergi / sekali jalan) Tidak tentu ( isi kira-kira.../bulan)

11. Berapa lama waktu yang anda habiskan dalam perjalanan ? <1 jam

>2 jam

>3 jam

Lainnya sebutkan 12. Seberapa jauh tempat tinggal anda dengan terminal/stasiun ini ?

100m-500m 600m-1km 1km-10km

Lainnya

sebutkan... 14. Bagaimana dengan jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta

Sangat memuaskan Memuaskan Cukup memuaskan

Tidak memuaskan Sangat tidak memuaskan