Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Perkembangan Kurikulum bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Pencapaian tujuan tersebut maka penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran pada tema 1 subtema 2 memiliki rata-rata nilai 80, pada tema 1 subtema 3 memiliki rata-rata nilai 74, pada tema 2 subtema 1 dan 2 memiliki rata-rata nilai 74, sedangkan pada tema 2 subtema 3 memiliki rata-rata nilai 73 sehingga hal ini memperlihatkan bahwa di kelas V peserta didik mengalami permasalahan didalam pembelajaran. Pada studi dokumentasi daftar nilai UTS peserta didik menunjukkan peserta didik kurang memahami konsep, serta dalam penanaman kemampuan berpikir ilmiah belum muncul. Prestasi belajar peserta didik kelas V SDN Kandri 01 tahun pelajaran 20142015 rata-rata nilai UTS semester 1 hanya mencapai 75. Hal ini memperlihatkan penurunan nilai pada setiap UTS yang dilaksanakan sejumlah empat kali. Guru dalam pelaksanaan pembelajaran mengalami kesulitan dalam memberikan gambaran secara nyata dan meyeluruh kepada peserta didik. Pembelajaran yang dilakukan guru terkenndala dari jumlah peserta didik yang terlalu banyak dan kondisi peserta didik yang tidak terfokus dengan materi yang diberikan oleh guru. Peserta didik dalam hal ini mengalami kesulitan memahami konsep dan aplikasi secara nyata di masyarakat. Selain itu bahan ajar yang digunakan hanya buku yang disediakan oleh sekolah, belum menggunakan tambahan bahan ajar serta model pembelajaran yang mampu memberikan gambaran nyata tentang proses pembentukan tanah kepada peserta didik. Peserta didik kelas V yang ada di SDN Kandri 01 berdasar pada pengamatan yang telah dilakukan saat pembelajaran terlihat kurang aktif, serta dan kesulitan dalam pemahaman materi yang dibahas oleh guru. Hal ini memperlihatkan kemampuan dalam memahami materi dari segi pengetahuan, teknologi, lingkungan dan masyarakat sekitar belum terlihat. Sehingga memerlukan tindakan yang serius dari guru agar tujuan dari pembelajaran dapat terwujud. Salah satunya menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang bervariasi. Bahan ajar ini diperkuat dengan pembelajaran bervisi SETS, dimana proses pembelajaran yang paling sesuai adalah pembelajaran SETS itu sendiri. Sejumlah ciri atau karakteristik pada pembelajaran yang bervisi SETS menurut Binadja 2005 antara lain: 1 Tetap memberi penekanan pada sains sebagai subjek pembelajarannya; 2 Peserta didik dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat; 3 Peserta didik diminta untuk berpikir berbagai akibat yang terjadi dalam proses pentransferan sains tersebut ke dalam bentuk teknologi; 4 Peserta didik diminta untuk menjelaskan keterhubungan kaitan antara unsur-unsur sains yang sedang dibahas dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antara unsur-unsur tersebut; 5 Peserta didik dibawa untuk mempertimbangkan manfaat dan kerugian dari penggunaan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi yang berkaitan; 6 Konteks konstruktivisme, peserta didik dapat diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik yang bersangkutan. Bahan ajar IPA juga berbantukan outdoor learning sebagai salah metode yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dimana metode ini menekankan pada pembelajaran di luar ruangan kelas. Peran guru pada pembelajaran outdoor adalah sebagai motivator, artinya guru sebagai pemandu agar peserta didik belajar secara aktif, efektif, kreatif dan akrab dengan lingkungaan. Melihat kecenderungan yang ada dilapangan, peneliti tertarik untuk mengembangkan bahan ajar bervisi SETS berbantukan outdoor learning pada mata pelajaran IPA kelas V untuk meningkatkan kemampuan berpikir ilmiah pada diri peserta didik. Pengembangan bahan ajar ini juga berbantukan outdoor learning, dimana pembelajaran ini lebih fokus kepada pendekatan ilmiah scientific approach dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Jenis-jenis bahan ajar menurut Tocharman 2009 dalam diklat pembinaan SMA oleh Depdiknas antara lain:1 Bahan ajar pandang visual terdiri atas bahan cetak printed seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart, fotogambar, dan non cetak non printed, seperti model maket; 2 Bahan ajar dengar audio seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio; 3 Bahan ajar pandang dengar audio visual seperti video compact disk, film; 4 Bahan ajar multimedia interaktif interactive teaching material seperti CAI Computer Assisted Instruction, compact disk CD multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web web based learning materials. Bahan ajar yang dikembangkan yaitu berupa bahan ajar IPA yang dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alamsekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi danmemahami alam sekitar secara ilmiah. Bahan ajar ini IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Mengulas pada latar belakang diatas mengerucut suatu permasalahan penelitian yaitu tentang perlunya pengembangan bahan ajar bervisi SETS berbantukan outdoor learning pada IPA kelas V.

1.2 Identifikasi Masalah