Tanah Lempung PENGARUH WAKTU PEMERAMAN (CURING TIME) STABILITAS TANAH LEMPUNG LUNAK MENGGUNAKAN ABU AMPAS TEBU (BAGASSE ASH)
Gambar 3. Hubungan Antara Persentase Butiran Lempung dan Aktivitas.
Jhon D Nelson dan Debora J Miller, 1991 3
Flokulasi dan dispersi Apabila mineral lempung terkontaminasi dengan substansi yang tidak
mempunyai bentuk tertentu atau tidak berkristal amophus maka daya negatif netto, ion-ion H+ di dalam air, gaya Van der Waals, dan partikel
berukuran kecil akan bersama-sama tertarik dan bersinggungan atau bertabrakan di dalam larutan tanah dan air. Beberapa partikel yang tertarik
akan membentuk flok flock yang berorientasi secara acak, atau struktur yang berukuran lebih besar akan turun dari larutan itu dengan cepatnya
dan membentuk sendimen yang sangat lepas. Flokulasi larutan dapat dinetralisir dengan menambahkan bahan-bahan yang mengandung asam
ion H+, sedangkan penambahan bahan-bahan alkali akan mempercepat flokulasi. Lempung yang baru saja berflokulasi dengan mudah tersebar
kembali dalam larutan semula apabila digoncangkan, tetapi apabila telah
lama terpisah penyebarannya menjadi lebih sukar karena adanya gejala thiksotropic Thixopic, dimana kekuatan didapatkan dari lamanya waktu.
4 Pengaruh zat cair
Fase air yang berada di dalam struktur tanah lempung adalah air yang tidak murni secara kimiawi. Pada pengujian di laboratorium untuk batas
Atterberg, ASTM menentukan bahwa air suling ditambahkan sesuai dengan keperluan. Pemakaian air suling yang relatif bebas ion dapat
membuat hasil yang cukup berbeda dari apa yang didapatkan dari tanah di lapangan dengan air yang telah terkontaminasi. Air berfungsi sebagai
penentu sifat plastisitas dari lempung. Satu molekul air memiliki muatan positif dan muatan negatif pada ujung yang berbeda dipolar.Fenomena
hanya terjadi pada air yang molekulnya dipolar dan tidak terjadi pada cairan yang tidak dipolar seperti karbon tetrakolrida Ccl 4 yang jika
dicampur lempung tidak akan terjadi apapun. 5
Sifat Kembang Susut Swelling Tanah-tanah yang banyak mengandung lempung mengalami perubahan
volume ketika kadar air berubah. Perubahan itulah yang membahayakan bangunan. Tingkat pengembangan secara umum bergantung pada beberapa
faktor, yaitu : a
Tipe dan jumlah mineral yang ada di dalam tanah. b
Kadar air. c
Susunan tanah. d
Konsentrasi garam dalam air pori. e
Sementasi.
f Adanya bahan organik, dll.
Secara umum sifat kembang susut tanah lempung tergantung pada sifat plastisitasnya, semakin plastis mineral lempung semakin potensial untuk
menyusut dan mengembang.
Tabel 4. Sifat Tanah Lempung Hary Christady, 2002 Tipe
Tanah Sifat
Uji Lapangan
Lempung Sangat Lunak
Meleleh diantara jari ketika diperas Lunak
Dapat diperas dengan mudah Keras
Dapat diperas dengan tekanan jari yang kuat
Kaku Tidak dapat diperas dengan jari, tapi dapat
ditekan dengan jari Sangat Kaku
Dapat ditekan dengan jari
Faktor-faktor yang mempengaruhi plastisitas dan CBR tanah lempung clay adalah sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan
Tanah dengan plastisitas tinggi dalam keadaan kadar air rendah atau hisapan yang tinggi akan menarik air lebih kuat dibanding dengan tanah
yang sama dengan kadar air yang lebih tinggi. Perubahan kadar air pada zona aktif dekat permukaan tanah, akan menentukan besar plastisitas.
Pada zona ini terjadi perubahan kadar air dan volume yang lebih besar. Variasi peresapan dan penguapan mempengaruhi perubahan kedalaman
zona aktif. Keberadaan fasilitas seperti drainase, irigasi, dan kolam akan
memungkinkan tanah memiliki akses terhadap sumber air. Keberadaan air pada fasilitas tersebut akan mempengaruhi perubahan kadar air
tanah. Selain itu vegetasi seperti pohon, semak, dan rumput menghisap air tanah dan menyebabkan terjadinya perbedaan kadar air pada daerah
dengan vegetasi berbeda. 2.
Karakteristik material Plastisitas yang tinggi terjadi akibat perubahan sistem tanah dengan air
yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan gaya-gaya di dalam struktur tanah. Gaya tarik yang bekerja pada partikel yang berdekatan
yang terdiri dari gaya elektrostatis yang bergantung pada komposisi mineral, serta gaya Van der Walls yang bergantung pada jarak antar
permukaan partikel. Partikel lempung pada umumnya berbentuk pelat pipih dengan permukaan bermuatan listrik negatif dan ujung-ujungnya
bermuatan positif. Muatan negatif ini diseimbangkan oleh kation air tanah yang terikat pada permukaan pelat oleh suatu gaya listrik. Sistem
gaya internal kimia-listrik ini harus dalam keadaan seimbang antara gaya luar dan hisapan matrik. Apabila susunan kimia air tanah berubah
sebagai akibat adanya perubahan komposisi maupun keluar masuknya air tanah, keseimbangan gaya-gaya dan jarak antar partikel akan
membentuk keseimbangan baru. Perubahan jarak antar partikel ini disebut sebagai proses kembang susut.
3. Kondisi tegangan
Tanah yang terkonsolidasi berlebih bersifat lebih ekspansif
dibandingkan tanah yang terkonsolidasi normal, untuk angka pori yang sama. Proses pengeringan dan pembasahan yang berulang cenderung
mengurangi potensi pengembangan sampai suatu keadaan yang stabil. Besarnya pembebanan akan menyeimbangkan gaya antar partikel
sehingga akan mengurangi besarnya pengembangan. Ketebalan dan lokasi kedalaman lapisan tanah ekspansif mempengaruhi besarnya
potensi kembang susut dan yang paling besar terjadi apabila tanah ekspansif yang terdapat pada permukaan sampai dengan kedalaman
zona aktif. Penelitian ini menggunakan tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. Tanah lempung tersebut akan
distabilisasi menggunakan abu ampas tebu, dengan membandingkan batas-batas Atterberg, berat jenis Gs, dan CBR tiap kadar campuran.