Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

PENGARUH SUPLEMENTASI MINERAL (Na, Ca, P dan Cl) DALAM
RANSUM TERHADAP PRODUKSI PUNCAK TELUR
PUYUH (Coturnix-coturnix japonica)

SKRIPSI

OLEH:

NOVEN W N SIJABAT
030306006
IPT

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008


PENGARUH SUPLEMENTASI MINERAL (Na, Ca, P dan Cl) DALAM
RANSUM TERHADAP PRODUKSI PUNCAK TELUR
PUYUH (Coturnix-coturnix japonica)

SKRIPSI

OLEH:

NOVEN W N SIJABAT
030306006
IPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN
2007

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

Judul Skripsi

Nama
NIM
Departemen
Program Studi

: Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl)
Dalam Ransum Terhadap Produksi Puncak Telur Puyuh
(Coturnix-coturnix japonica)
: Noven W N Sijabat
: 030306006
: Peternakan

: Produksi Ternak

Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing

(Ir. Yunilas, MP)
Anggota

(Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP)
Ketua

Diketahui Oleh:

(Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP)
Ketua Departemen

Tanggal ACC:

November 2007


Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

RIWAYAT HIDUP

Noven Wenthy Nelly Sijabat, dilahirkan di Desa Limbong, Kabupaten
Samosir pada tanggal 20 November 1985 dari Bapak F. Sijabat, SP dan Ibu
R. Aritonang.
Pendidikan formal yang telah dilalui:
1. Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar Negeri 2 Limbong dan pada tahun 1993
karena alasan orang tua pindah tugas melanjutkan pendidikan di Sekolah
Dasar Negeri No. 068007 Medan, lulus tahun 1997.
2. Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 10 Medan,
lulus tahun 2000.
3. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Umum Negeri 13 Medan, lulus
tahun 2003.
4. Tahun 2003 terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur SPMB.
Pendidikan Non Formal:

1. Tahun 2003-2007, menjadi anggota aktif UKM KMK St. Albertus Magnus
USU dan sekaligus anggota IMK St. Fransiskus Xaverius FP-USU.
2. Tahun 2005-2007, menjadi anggota PS. Transeamus FP-USU.
3. Tahun 2006-2007, menjadi Sie Infokom di HMD Peternakan FP-USU.
4. Tahun 2006, mengikuti MUSWIL ISMAPETI di Medan
5. Tahun 2007, mengikuti seminar nasional HPDKI di AULA Suratman
FP-USU.

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

6. Tahun 2006, mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Lela
Wangsa Sentana, Desa Pangkalan Batu Kecamatan Brandan Barat
Kabupaten Langkat.
7. Tahun 2007, melaksanakan penelitian selama 4 bulan di Laboratorium
Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi

Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

ABSTRACT

Noven Wenthy Nelly Sijabat, 2007. ”The Influence of suplementation
elements (Na,Ca,P and Cl) in Feed to Egg Top Production of Quail
(Coturnix-coturnix japonica)”. Under adviced of Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP as
supervisor and Ir. Yunilas, MP as co-supervisor.
This research was held on the Biology Laboratory of animal science
Departement of Agriculture North Sumatera University Jln. Prof. Dr. A. Sofyan
No.3 Medan started from September 2007 until October 2007.
The objectives of this research were to try the influence of suplementation
elements (Na,Ca,P and Cl) in feed on feed consumption, egg quail productivity,
egg weight and feed conversion.
This research was conducted by completely randomized design (CRD)
which was consists of five treatments and four replications each replications used
three quails so the totals was 60 quails. The treatmens were R0 = Kontrol (the
product of Charoen Pokphand Indonesia), R1 = 37.5 g Ca + 0.00035 g Na, R2 = 75
g Ca + 0.00070 g Na, R3 = 10 g P + 0.00015 g Cl and R4 = 20 g P + 0.00030 g Cl.

Analysis of variance (ANOVA) statistically was used to analize the observations
data on the variables, i.e. feed consumption, egg quail productivity, egg weight
and feed conversion.
The result showed that the highest average feed intake was found in
treatment R1 for 176.28 g/quail/week and the lowest one was found in treatment
R3 for 170.16 g/quail/week. The highest average egg quail productivity was found
in treatment R2 for 67.35 % and the lowest one was found in treatment R0 for
55.10 %. The highest average of egg weigh was found in treatment R4 for 10.34 g
and the lowest one was found in treatment R1 for 9.96 g. The highest of feed
conversion was found in treatment R0 for 1.60 and the lowest one was found in
treatment R2 for 1.25. The result of analysis of variance indicated that
suplementation of elements (Na,Ca,P and Cl) in feed non significant different
(P>0.05) on feed consumption, egg quail productivity, egg weight and feed
conversion.

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

ABSTRAK


Noven Wenthy Nelly Sijabat, 2007. “Pengaruh Suplementasi Mineral
(Na,Ca,P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi Puncak Telur Puyuh
(Coturnix-coturnix japonica)”. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP
selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Yunilas, MP selaku anggota komisi
pembimbing.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jln. Prof. Dr. A.
Sofyan No. 3 Medan mulai bulan September 2007 sampai Oktober 2007.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh suplementasi
mineral (Na,Ca,P dan Cl) dalam ransum terhadap konsumsi ransum, konversi
ransum, produksi telur dan berat telur
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 3
ekor puyuh betina sehingga jumlah keseluruhan 60 ekor. Perlakuan tersebut
yakni; R0 = Kontrol (pakan produksi Charoen Pokphand Indonesia), R1 = 37.5 g
Ca + 0.00035 g Na, R2 = 75 g Ca + 0.00070 g Na, R3 = 10 g P + 0.00015 g Cl dan
R4 = 20 g P + 0.00030 g Cl. Data dianalisis dengan sidik ragam dengan parameter
konsumsi ransum, produksi telur, berat telur dan konversi ransum.
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa rataan konsumsi ransum tertinggi

terdapat pada perlakuan R1 sebesar 176.28 g/ekor/minggu dan terendah pada
perlakuan R3 sebesar 170.16 g/ekor/minggu. Rataan produksi telur tertinggi
terdapat pada perlakuan R2 sebesar 67.35 % dan terendah pada perlakuan R0
sebesar 55.10 %. Rataan berat telur tertinggi terdapat pada perlakuan R4 sebesar
10.34 g dan terendah pada perlakuan R1 sebesar 9.96 g. Rataan konversi ransum
tertinggi pada perlakuan R0 sebesar 1.60 dan terendah terdapat pada perlakuan R2
sebesar 1.25. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa suplementasi mineral
(Na,Ca,P dan Cl) dalam ransum puyuh tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap
konsumsi ransum, produksi telur, berat telur dan konversi ransum.

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini.
Adapun judul skripsi ini adalah ”Pengaruh Suplementasi Mineral
(Na,Ca,P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi Puncak Telur Puyuh

(Coturnix-coturnix japonica)” yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana akhir di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu
Ir. Yunilas, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.

Medan, November 2007

Penulis

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008


DAFTAR ISI

ABSTRACT .................................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
Hipotesis Penelitian................................................................................. 2
Kegunaan Penelitian ............................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Puyuh.......................................................................................... 3
Kebutuhan Nutrisi Ternak Puyuh ........................................................... 5
Pemeliharaan Puyuh ............................................................................... 7
Produksi Telur Puyuh
Konsumsi Ransum ............................................................................. 8
Konversi Ransum............................................................................... 9
Produksi Telur.................................................................................... 9
Berat Telur ......................................................................................... 10
Mineral.................................................................................................... 11
Natrium .............................................................................................. 12
Kalsium .............................................................................................. 12
Fosfor ................................................................................................. 13
Khlorida ............................................................................................. 14
Fungsi Mineral........................................................................................ 14
Suplementasi Mineral ............................................................................. 15
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 16
Bahan dan Alat Penelitian....................................................................... 16
Metode Penelitian ................................................................................... 17
Parameter Penelitian ............................................................................... 18
Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 19
Prosedur kerja.......................................................................................... 20

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Konsumsi Ransum............................................................................. 21
Produksi Telur ................................................................................... 21
Berat Telur......................................................................................... 22
Konversi Ransum .............................................................................. 23
Pembahasan
Konsumsi Ransum ............................................................................ 24
Produksi Telur................................................................................... 25
Berat Telur ........................................................................................ 26
Konversi Ransum.............................................................................. 28
Rekapitulasi Hasil Penelitian ............................................................ 29
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................... 30
Saran...................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

DAFTAR TABEL

No.

Hal.

1

Perbedaan susunan protein dan lemak dari berbagai telur unggas....

3

2

Kebutuhan zat–zat makanan dalam ransum burung puyuh
(Coturnix–coturnix japonica) untuk daerah tropis………………...

6

3

Jumlah ransum yang diberikan per hari menurut umur puyuh..........

7

4

Sumber kalsium.................................................................................

13

5

Sumber posfor...................................................................................

13

6

Suplementasi beberapa mineral makro dan mikro untuk ternak.......

15

7

Rataan konsumsi ransum puyuh yang disuplementasikan mineral
Na,Ca,P dan Cl (g/ekor/minggu).......................................................

21

8

Rataan produksi telur puyuh yang disuplementasikan mineral
Na,Ca,P dan Cl (%)...........................................................................

22

9

Rataan berat telur puyuh yang disuplementasikan mineral
Na,Ca,P dan Cl (g)............................................................................

22

10

Rataan konversi ransum puyuh yang disuplementasikan mineral
Na,Ca,P dan Cl..................................................................................

23

11

Analisis keragaman konsumsi ransum puyuh yang
disuplementasikan mineral Na,Ca,P dan Cl selama penelitian.........

24

12

Analisis keragaman produksi telur puyuh yang disuplementasikan
mineral Na,Ca,P dan Cl selama penelitian........................................

25

13

Analisis keragaman berat telur puyuh yang disuplementasikan
mineral Na,Ca,P dan Cl selama penelitian........................................

27

14

Analisis keragaman konversi ransum puyuh yang
disuplementasikan mineral Na,Ca,P dan Cl selama penelitian.........

28

15

Rekapitulasi hasil penelitian..............................................................

29

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Hal.

1

Data konsumsi ransum puyuh (g/ekor/minggu)……………………

33

2

Data produksi telur puyuh (%)……………………………………..

34

3

Data berat telur puyuh (%)…………………………………………

35

4

Data konversi ransum puyuh……………………………………….

36

5

Kandungan nutrisi ransum puyuh dewasa.........................................

37

6

Perhitungan unsur Na,Ca,P dan Cl dalam senyawa Na2CO3,
CaCO3, (NH4)3PO4 dan NH4Cl.........................................................

38

7

Kurva produksi Telur........................................................................

39

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang menyebabkan
tingginya angka pengangguran menjadikan puyuh sebagai salah satu alternatif
usaha yang dinilai cukup menguntungkan karena dalam pemeliharaannya tidak
dibutuhkan areal yang luas dan pengembalian modalnya relatif cepat dikarenakan
puyuh dapat mencapai dewasa kelamin sekitar umur 42 hari dengan produksi telur
antara 250-300 butir per tahun (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).
Pengetahuan tentang gizi yang juga semakin meningkat menyebabkan
kebutuhan protein hewani juga semakin tinggi. Puyuh merupakan salah satu
komoditi unggas yang semakin populer dimasyarakat. Hal ini terbukti dengan
banyaknya masyarakat yang berminat untuk memelihara puyuh dan meningkatnya
masyarakat yang mengkonsumsi produk–produk yang dihasilkan dari ternak
puyuh karena dinilai memiliki kandungan protein yang tinggi, terutama telur yang
merupakan produk utama dari puyuh.
Secara garis besar yang mempengaruhi produksi telur adalah faktor
genetik, pakan, kualitas ransum, konsumsi ransum, keadaan kandang, temperatur,
penyakit dan stress (Yasin, 1988). Rasyaf (1995) juga mengemukakan bahwa
faktor pakan sangat perlu diperhatikan terutama zat-zat yang terkandung dalam
pakan yang diberikan karena dapat mempengaruhi produksi telur.
Kenyataannya dalam penyusunan ransum yang sering diperhatikan adalah
kandungan energi dan proteinnya. Selain energi dan protein kandungan mineral
dalam ransum juga perlu diperhatikan. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

mineral sebagai zat makanan diperlukan tubuh sama halnya seperti asam amino,
energi, vitamin dan asam lemak. Mineral digunakan untuk proses metabolisme
dalam tubuh. Defisiensi suatu mineral jarang menyebabkan kematian tetapi
berpengaruh langsung terhadap kesehatan ternak dan berdampak pada penurunan
produksi telur sehingga dapat menyebabkan kerugian yang besar. Salah satu
upaya yang diusahakan adalah dengan suplementasi mineral makro, mineral
mikro dan mineral langka dalam ransum.
Mineral makro yaitu Ca, P, K, Cl, S, Na dan Mg dan mineral mikro yaitu
Fe, I, Zn, Cu, Mn, Co, Se dan Mo diperlukan oleh ternak dalam jumlah cukup.
Kekurangan mineral dalam ransum dapat berpengaruh pada pertumbuhan puyuh,
penurunan produksi telur dan kanibalisme yang dapat menurunkan produksi
secara keseluruhan (McDonald, et al.,1995).
Tujuan Penelitian
Untuk menguji pengaruh suplementasi mineral Na, Ca, P dan Cl dalam
ransum terhadap konsumsi ransum, konversi ransum, produksi telur dan berat
telur puyuh.
Hipotesis Penelitian
Suplementasi mineral Na, Ca, P dan Cl dalam ransum berpengaruh
terhadap konsumsi ransum, konversi ransum, produksi telur dan berat telur puyuh.
Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat khususnya peternak puyuh
tentang suplementasi mineral dalam ransum puyuh.
Sebagai bahan informasi bagi para peneliti dan kalangan akademis
maupun instansi yang berhubungan dengan peternakan.

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Puyuh
Puyuh adalah spesies atau subspesies dari genus Coturnix yang tersebar
diseluruh daratan, kecuali Amerika. Pada tahun 1870, puyuh jepang yang disebut
japanese quail (Coturnix-coturnix japonica) mulai masuk ke Amerika. Awalnya,
puyuh kurang mendapat perhatian dari peternak. Tubuh dan telurnya kecil,
sedangkan cara hidupnya yang liar menimbulkan kesan bahwa puyuh sulit
diternakkan. Namun, setelah penelitian tentang puyuh menunjukkkan bahwa
puyuh sangat mirip dengan ayam dan kalkun dari segi genetik, yaitu 38 pasang
kromosom barulah ternak kecil ini dilirik. Nilai gizi telur dan daging puyuh tidak
kalah dengan unggas lain sehingga menambah penyediaan sumber protein hewani
dan memberikan konsumen banyak pilihan (Listiyowati dan Roospitasari, 2005).
Murtidjo (1996) menyatakan bahwa kandungan protein dan lemak cukup
baik bila dibandingkan dengan unggas lainnya. Kandungan proteinnya tinggi,
tetapi kadar lemaknya rendah sehingga sangat baik untuk kesehatan. Perbedaan
susunan protein dan lemak telur puyuh dibandingkan dengan telur unggas lain
tertera pada Tabel 1.
Tabel 1.Perbedaan susunan protein dan lemak dari berbagai telur unggas.
Jenis Unggas
Ayam ras
Ayam buras
Itik
Angsa
Merpati
Kalkun
Puyuh

Protein (%)

Lemak (%)

Karbohidrat (%)

Abu (%)

12,7
13,4
13,3
13,9
13,8
13,1
13,1

11,3
10,3
14,5
13,3
12,0
11,8
11,1

0,9
0,9
0,7
1,5
0,8
1,7
1,6

1,0
1,0
1,1
1,1
0,9
0,8
1,1

Sumber: Woodard, et al, 1973 dan Sastry, et al, 1982.

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

Klasifikasi puyuh menurut Redaksi Agromedia (2002) adalah sebagai
berikut:
Kelas

: Aves (Bangsa burung)

Ordo

: Galiformes

Sub Ordo

: Phasianoidae

Famili

: Phasianidae

Sub Famili

: Phasianidae

Genus

: Coturnix

Spesies

: Coturnix-coturnix japonica.

Adapun kelebihan ternak puyuh dibandingkan dengan ternak unggas
lainnya

menurut Sutoyo (1989) adalah ternak puyuh sangat mudah

pemeliharaannya, tidak banyak memerlukan tenaga dan biaya yang banyak/besar;
tidak banyak menyita tempat, dapat menampung anak puyuh 100 ekor/m2
berumur 1-10 hari dan 60 ekor/m2 untuk puyuh berumur diatas 10 hari ; cepat
berkembangbiaknya, sehingga kebutuhan daging keluarga cepat terpenuhi ;
disamping rasanya yang gurih seperti daging ayam dan entok, puyuh ini memiliki
kadar/nilai gizi yang sangat tinggi ; dapat diusahakan sebagai usaha sambilan
untuk tambahan penghasilan keluarga ; dapat dijadikan sebagai usaha komersil,
apabila pemeliharaannya dalam jumlah yang banyak serta perawatannya yang
baik dan dapat pula dijadikan mata pencaharian pokok.
Puyuh jenis Coturnix-coturnix japonica memiliki karakteristik sebagai
berikut : bentuk badannya lebih besar dari burung puyuh jenis lain ; mencapai
dewasa kelamin pada umur sekitar 42 hari ; Puyuh betina mampu menghasilkan
sebanyak 200-300 butir telur/tahun dengan periode bertelur selama 9-12 bulan ;
bobot telur rata-rata 10 gram per butir atau 7-8 % dari bobot badannya ; warna
kerabang telur bervariasi dari coklat tua, biru, putih dengan bercak-bercak hitam ;

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

lama periode pengeraman antara 16-17 hari ; ciri khas perbedaan jantan dan betina
terdapat pada warna, suara dan berat tubunya. Warna puyuh betina pada bulu
leher dan dada bagian atas lebih terang serta terdapat totol-totol cokelat tua
sedangkan puyuh jantan bulu dadanya polos berwarna cinnamon (cokelat muda),
suara puyuh jantan lebih besar dibandingkan puyuh betina, bobot badan puyuh
betina lebih berat yakni sekitar 143 gram/ekor daripada puyuh jantan sekitar 117
gram/ekor (Nugroho dan Mayun, 1982).
Anak puyuh yang berumur satu hari disebut Day Old Quail (DOQ).
Besarnya seukuran jari dengan berat 8–10 gram dan berbulu jarum halus. Anak
puyuh yang sehat berbulu kuning mengembang, gerakannya lincah, besarnya
seragam dan aktif mencari makan atau minum. Dalam dunia peternakan, periode
pembesaran DOQ disebut dengan periode starter-grower (stargro) yang
dilakukan hingga anak puyuh berumur delapan minggu (Sugiharto, 2005).
Kebutuhan Nutrisi Ternak Puyuh
Puyuh mempunyai dua fase pemeliharaan, yaitu fase pertumbuhan dan
fase produksi (bertelur). Fase pertumbuhan puyuh terbagi lagi menjadi dua
bagian, yaitu fase starter (umur 0-3 minggu) dan fase grower (umur 3-5 minggu).
Perbedaan fase ini berisiko pada pemberian pakan berdasarkan perbedaan
kebutuhannya. Anak puyuh berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 25% dan
energi metabolis 2.900 kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu kadar pakannya dikurangi
menjadi 20% protein dan 2.600 kkal/kg energi metabolis. Untuk puyuh dewasa
berumur lebih dari 5 minggu sama dengan untuk umur 3-5 minggu. Sementara
kebutuhan protein untuk pembibitan (sedang bertelur atau dewasa kelamin)
sebesar 18-20% (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

Tabel

2.

Kebutuhan zat-zat makanan dalam ransum
(Coturnix-coturnix japonica) untuk daerah tropis

puyuh

Zat-zat makanan (%) atau jumlah/kg
Grower (umur
Layer (umur 6
makanan
0-5 minggu)
mingggu keatas)
2600
Energi Metabolis (Kcal/kg)
2800
20
Protein (%)
24
3.96
Lemak (%)
2.80
4.40
Serat Kasar (%)
4.10
1.10
Lysine (%)
1.40
0.80
Methionine + Cystine (%)
0.75
0.90
Glycine + Serine (%)
1.70
6000
Vitamin A (IU/kg)
13000
1750
Vitamin D3 (IU/kg)
1800
40
Vitamin E (IU/kg)
40
1.0
1.0
Vitamin K / aktivitas ekuivalent (mg/kg)
4.0
4.0
Reboflvin
3.0
4.0
Thiamin (mg/kg)
40.0
15.0
Asam Panthotenat (mg/kg)
3500
2000
Choline (mg/kg)
60
30
Niacine (mg/kg)
4.50
4.0
Phydoxin (mg/kg)
0.2
0.15
Biotin (mg/kg)
1.0
1.0
Folacin (mg/kg)
0.003
0.003
Vitamin B12 (mg/kg)
1.0
1.0
Asam Linoleat (%)
0.80
3.75
Calcium (%)
0.75
1.00
Phosfor (%)
150
500
Magnesium (mg/kg)
120
80
Mangan (mg/kg)
0.28
1.00
Kalium (mg/kg)
40
60
Besi/ Fe (mg/kg)
4
6
Tembaga/ Cu (mg/kg)
0.3
0.3
Iodium (mg/kg)
0.15
0.15
Chlorine (mg/kg)
1.20
100
Zink (mg/kg)
1.0
1.0
Seleium (mg/kg)
0.35
0.35
Natrium (mg/kg)
Sumber:
1. NRC (National Research Council), Nutrient Requirement of Poultry, 1977.
2. Lee, T.K., et al, Singapore Journal Pri. Ind. J (2); 70-81, 82-90, 1977.
3. Woodard, et al, Japanese Quail Husbandry In The Laboratory, 1973.

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

Anggorodi (1995) menyatakan bahwa ransum yang diberikan pada ternak
harus disesuaikan dengan umur dan kebutuhan ternak. Hal ini bertujuan untuk
mengefisienkan penggunaan ransum. Kebutuhan ransum burung puyuh tertera
pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah ransum yang diberikan per hari menurut umur puyuh
Umur Puyuh
1 hari
– 1 minggu
1 minggu – 2 minggu
2 minggu – 4 minggu
4 minggu – 5 minggu
5 minggu – 6 minggu
Lebih dari 6 minggu

Jumlah Ransum yang Diberikan (g)
2
4
8
13
15
17 - 19

Sumber: Gema Penyuluhan Pertanian, (1984).

Pemeliharaan Puyuh
Redaksi Agromedia (2002) menyatakan bahwa, pemeliharaaan puyuh
terbagi dalam tiga fase hidup, yaitu:
1.

Pemeliharaan Anak Puyuh (Masa Starter)
Pemeliharaan ini dilakukan dari umur 1 hari hingga 21 hari. Untuk

pemeliharaan ini perlu dipersiapkan kandang khusus. Anak puyuh harus
ditempatkan terpisah dari puyuh dewasa, hal ini agar tidak saling patuk yang
menyebabkan luka dan berakibat kematian. Tingkat kepadatan kandang sangat
tergantung pada umur anak puyuh. Kandang ukuran 1m2 dapat menampung
sekitar 100 ekor anak puyuh berumur 1-10 hari. Namun, anak puyuh berumur
diatas 10 hari, kepadatannya dikurangi menjadi 60 ekor/m2.
2.

Pemeliharaan Masa Grower
Ketika berumur 3-6 minggu, puyuh dianggap telah memasuki umur

grower atau umur pertumbuhan. Saat inilah puyuh mulai tumbuh pesat menjadi
dewasa. Pada fase ini dilakukan penggabungan puyuh jantan dan betina,

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

tergantung pada tujuan pemeliharaannya. Dengan perbandingan puyuh jantan dan
betina dalam satu unit kandang adalah 1:3.
3.

Pemeliharaan Masa Layer
Puyuh yang dimaksud pada fase ini adalah puyuh yang sudah berumur 6

minggu keatas. Pada umur ini, puyuh sudah siap untuk menghasilkan telur. Puyuh
daging sudah bisa dipotong untuk dijual dagingnya. Puyuh pada masa layer ini
dipelihara dalam kandang petelur.
Produksi Telur Puyuh
Konsumsi Ransum
Dalam mengkonsumsi ransum, burung puyuh dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: umur, palatabilitas ransum, kesehatan ternak, jenis ternak,
aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat produksi. Konsumsi ransum juga
dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan. Ransum yang
diberikan kepada ternak harus disesuaikan dengan umur dan kebutuhan ternak.
Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah nutrisi yang ada
didalam ransum yang telah tersusun dari bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi ternak tersebut (Anggorodi, 1995).
Temperatur tinggi berpengaruh besar terhadap konsumsi ransum harian.
Konsumsi rendah bila temperatur tinggi dan meningkat bila temperatur rendah.
Suhu 16-24 0C adalah suhu yang ideal bagi burung puyuh untuk berproduksi
maksimal (Gellispie, 1987).
Sifat khusus burung puyuh adalah mengkonsumsi ransum untuk
memperoleh energi sehingga jumlah makanan yang dimakan tiap harinya
berkecenderungan berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila persentase

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

protein yang tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai
konsentrasi ME tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh
unggas karena rendahnya jumlah makanan yang dimakan. Sebaliknya, bila kadar
energi kurang maka unggas akan mengkonsumsi makanan untuk mendapatkan
lebih banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang
berlebihan (Tillman, dkk, 1991).
Wahyu (1997) menyatakan bahwa defisiensi beberapa mineral seperti
kalsium, fosfor dan natrium dapat mengakibatkan penurunan konsumsi ransum
sehingga dapat menganggu pertumbuhan. Natrium secara nyata mengurangi
penggunaan protein dan energi dan menghambat kemampuan reproduksi.
Konversi Ransum
Konversi ransum adalah banyaknya ransum yang dikonsumsi untuk
memproduksi satu butir telur. Dalam pengertian luas konversi adalah jumlah
ransum yang dihabiskan untuk tiap satuan produksi (pertambahan bobot badan,
telur dan produksi lainnya). Semakin banyak ransum yang dikonsumsi untuk
menghasilkan satu satuan produksi maka makin buruklah pakan tersebut. Baik
buruknya konversi ransum dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya mutu
ransum, kesehatan ternak dan tata cara pemberian ransum. Defisiensi mineral
esensial seperti natrium juga dapat mengurangi efisiensi konversi makanan
(Tillman, dkk, 1991).
Angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana
jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan
sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien
(Campbell, 1984).

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

Produksi Telur
Secara garis besar produksi telur puyuh dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain, genetik dan faktor luar seperti ransum, kandang, temperatur,
lingkungan, penyakit dan stres (Yasin, 1988).
Puyuh yang telah mencapai berat badan 90-100 gram akan segera mulai
bertelur pada umur 35-42 hari. Kemampuan berproduksi mulai awal produksi
akan terus mengalami kenaikan secara drastis hingga mencapai puncak produksi
(top production 98,5) pada umur 4-5 bulan dan secara perlahan-lahan akan
menurun hingga 70% pada umur 9 bulan (Sugiharto, 2005).
Kekurangan mineral fosfor dalam ransum selain menunjukkan kekakuan
persendian dan kelemahan otot juga dapat menurunkan hasil reproduksi, seperti
penurunan produksi telur pada unggas betina dan penurunan hasil susu pada
ternak sapi kambing dan domba (Tillman, dkk., 1991).
Berat Telur
Berat telur merupakan sifat kualitatif yang dapat diturunkan. Jenis pakan,
jumlah pakan, lingkungan kandang serta besar tubuh induk sangat mempengaruhi
berat telur yang dihasilkan. Protein ransum yang sedikit juga menyebabkan
kecilnya kuning telur yang terbentuk, sehingga menyebabkan kecilnya telur yang
dihasilkan. Hal lain yang mempengaruhi adalah masa bertelur, produksi pertama
dari suatu siklus berbobot lebih rendah dibanding telur berikutnya pada siklus
yang sama (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).
Tujuan utama pemberian kalsium pada aneka unggas yang sedang
berproduksi adalah untuk mempertinggi kualitas telur. Kalsium yang diberikan
akan diserap secara perlahan-lahan ke dalam peredaran darah saat sebagian kulit

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

telur dibentuk. Dengan demikian, kebutuhan kalsium dalam jumlah relatif banyak
akan terpenuhi sehingga kulit telur terbentuk sempurna. (Wahyu, 1997).
Mineral
Zat-zat mineral dalam saluran pencernaan dilarutkan, bukan dicerna.
Sebagian besar zat mineral tersebut berubah dari bentuk padat ke bentuk cair di
dalam empedal. Kulit kerang dan grit misalnya dilarutkan dibagian tersebut
(Anggorodi, 1985). Hardjasasmita (2002) juga menambahkan bahwa kebanyakan
mineral ditemukan dalam bentuk garam–garam yang sukar larut sehingga sukar
diserap dalam usus, kecuali K dan Na. Umumnya mineral banyak diekskresi
melalui tinja. Untuk mineral Ca, P, serta Na dan K mayoritas diekskresi melalui
urin.
Pada kenyataannya absorbsi di antara zat-zat mineral terjadi persaingan.
Sebagai contoh, karena serat kasar dan asam fitat dapat menurunkan absorbsi
kalsium sehingga dilakukan penambahan kalsium pada ransum. Akan tetapi
penambahan kalsium tersebut juga menurunkan absorbsi mineral zinkum yang
lebih banyak, padahal zinkum berperan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan ternak. Interkasi lain terjadi pada sat-zat mineral jarang (langka)
seperti vanadium dan khromium karena itu perlu hati-hati dalam suplementasi
mineral ini karena akan menimbulkan persaingan diantara zat-zat mineral
(Anggorodi, 1995).
Mineral essensial adalah mineral yang tidak dapat dibentuk/disediakan
sendiri oleh ternak sehingga harus disediakan dalam ransum. Mineral essensial
dibedakan menjadi mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro yaitu:
Calcium (Ca), Phosfor (P), Kalium (K), Khlor (Cl), Sulfur (S), Natrium (Na) dan

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

Magnesium (Mg). Mineral yang termasuk mineral mikro yaitu: Besi (Fe), Yodium
(I), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Kobalt (Co), Selenium (Se) dan
Molibdenum (Mo). Belakangan ini, banyak dari elemen-elemen ini, terutama yang
baru ditemukan, dibutuhkan dalam jumlah yang banyak dan didistribusikan
kepada ternak (McDonald, et.al.,1995).
Natrium
Natrium adalah merupakan kation utama air laut

maupun cairan

ekstrasellular. Hewan yang mendapat ransum defisiensi natrium, tidak hanya akan
terganggu pertumbuhannya, tetapi tulang-tulangnya menjadi lunak, kornea
bertanduk, perubahan dalam fungsi sellular

dan penurunan dalam isi cairan

plasma. Pada unggas, suatu defisiensi natrium mengakibatkan produksi telur
menurun, pertumbuhan terhambat dan kanibalisme (Anggorodi, 1995). Wahyu
(1997) menambahkan bahwa defisiensi natrium dapat mengurangi pengggunaan
protein dan energi, menghambat daya reproduksi serta menyebabkan diarhe dan
pengeluaran urin yang banyak sebagai akibat kerusakan ginjal dan adrenal.
Kalsium
Pada ayam petelur, kriteria kecukupan kalsium terlihat pada produksi telur,
pemanfaatan bahan pakan, kualitas kulit telur dan keadaan dari cadangan kalsium
dalam tulang (Georgievskii, et al., 1982).
Bersamaan dengan unsur gizi yang lain, mineral ini juga sangat penting
untuk kehidupan puyuh. Tanpa mineral yang cukup sesuai yang dibutuhkan maka
produksi yang optimal tidak akan terjadi. Ca dan P itu sangat berperan bagi
pembentukan tulang–tulang pada puyuh yang sedang bertumbuh dan berperan

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

pada

pembentukan

kulit

telur

puyuh

yang

sedang

berproduksi

(Rasyaf,1984). Beberapa sumber kasium tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Sumber kalsium
Sumber Kalsium
Tepung tulang
Tepung tulang dikukus
Bone char
Trikalsium Phosfat
Dikalsium
Monokalsium
Ground limestone
Kalsium karbonat

Kadar (%)
26
29
27
13
24
16
26-36
40

Sumber: Widodo (2002)

Fosfor
Widodo

(2002)

menyatakan

bahwa

fosfor

berfungsi

sebagai

pembentuk tulang, persenyawaan organik, dan sebagian besar metabolisme
energi, karbohidrat, asam amino dan lemak, transportasi asam lemak dan bagian
koenzim. Fosfor sebagai fosfat memegang peranan penting dalam struktur dan
fungsi semua sel hidup. Suatu penelitian menemukan bahwa produksi telur
berhubungan dengan pengeluaran fosfor yang relatif hebat. Beberapa sumber
fosfor tertera pada Tabel. 4.
Tabel 5. Sumber fosfor
Sumber Fosfat
Tepung tulang (bone meal)
Fosfat batu (rock phosfat)
Fosfat batu (difluptinated rock phosfat)

Kadar (%)
14
14
18

Sumber: Widodo (2002)

Perbandingan kalsium dan fosfor sangat penting, yaitu 2:1. perbandingan
ini merupakan perbandingan yang ideal pada masa pertumbuhan ayam dan puyuh.
Bagaimanapun perbandingan 1:1 dan 5:1 masih bisa ditoleransi. Burung petelur

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

membutuhkan minimal 3,25% Ca dan tentunya sesuai dengan perbandingan Ca
yang lebih besar. Hal ini dapat dimasukkan dari total diet ayam betina yang dapat
diberikan secara bebas dari kapur dan kulit kerang (McDowell, 1992). Pernyataan
ini juga didukung oleh Anggorodi (1995) yang menyatakan bahwa kalsium dan
fosfor akan lebih efektif digunakan jika kedua mineral tersebut ada dalam
perbandingan yang ideal. Untuk unggas yang sedang bertelur perbandingan harus
lebih luas (1:4 atau lebih).
Khlor
Peranan utama khlor adalah pengontrolan keseimbangan asam dan basa
dan mengatur tekanan osmotik. Khlor merupakan bagian sekresi lambung.
Sejumlah kecil khlor disimpan dalm kulit dan jaringan-jaringan bawah kulit
Defisiensi khlor pada unggas memeperlihatkan gejala-gejala laju pertumbuhan
sangat terganggu yang disebabkan nafsu makan berkurang, kematian tinggi,
dehidrasi dan kadar khlor darah yang menurun (Anggorodi , 1985). Disamping itu
Wahyu (1997) juga menyatakan bahwa anak-anak ayam yang menderita defisiensi
khlor memperlihatkan gejala tetanus dengan reaksi syaraf yang khas yang
diakibatkan oleh suasana yang ribut. Mereka jatuh ke depan dengan kakinya
direnggangkan ke belakang, setelah satu atau dua menit sembuh kembali, tapi
spasmus lainnya tidak dapat baik kembali dalam beberapa menit.
Fungsi mineral
Ternak membutuhkan mineral antara lain untuk memelihara kondisi ionik
dalam tubuh, memelihara keseimbangan asam basa tubuh, memelihara tekanan
osmotik cairan tubuh, menjaga kepekaan syaraf dan otot mengatur trasport zat
makanan dalam

sel dan sebagai kofaktor enzim dan mengatur metabolisme

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

(Widodo, 2002). Tillman, dkk. (1991) menambahkan secara umum mineral
berfungsi sebagai bahan pembentuk tulang dan gigi yang menyebabka adanya
jaringan yang keras dan kuat, mempertahankan keadaan koloidal dari beberapa
senyawa dalam tubuh dan sebagai komponen dari suatu enzim.
Suplementasi Mineral
Secara ideal suplementasi mineral harus dilakukan jika kebutuhan mineral
untuk ternak tidak dipenuhi dari pakan yang diberikan. Untuk melakukan
suplementasi mineral diperlukan pengetahuan mengenai komposisi mineral dari
bahan-bahan pakan yang digunakan. Dalam prakteknya, suplementasi mineral
dilakukan secara rutin pada ransum yang disusun oleh peternak sendiri maupun
secara komersial (pabrik) sebagai jaminan atau untuk antisipasi terhadap
berkurangnya ketersediaan mineral dari bahan-bahan pakan yang mengandung
zat-zat anti nutrisi atau faktor-faktor lain yang menurunkan ketersediaan mineral
dalam ransum (McDowell,1992).
Tabel 6. Suplementasi beberapa mineral makro dan mikro untuk ternak
Nama mineral
Sumber
Ca
Tepung tulang, kulit kerang, dicalcium phosphate, CaCO3
P

Tepung tulang, dicalcium phosphate

Na

Garam (NaCl), monosodium glutamat

K

Potassium chlorida, potassium gluconate, potassium sulphate

Cl

Garam (NaCl), potassium chlorida

Mg

Magnesium oksida, magnesium sulphate

Mn

Manganese gluconate

S

Sodium sulphate, ferrous sulfide

Sumber: McDowell (1992)

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr.
A. Sofyan No.3 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara Medan, berada pada ketinggian 25 meter dari permukaan laut. Penelitian
berlangsung dari bulan September 2007 sampai dengan Oktober 2007.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan antara lain:


Burung puyuh betina umur 6 minggu sebanyak 60 ekor.



Ransum komersil dari PT. Charoen Pokphand Indonesia



Na2C03, CaC03, (NH4)3P04, NH4Cl sebagai bahan mineral yang akan
diteliti



Vitamin dan antibiotik seperti Puyuh-Vit dan Ciami



Desinfektan seperti Rodalon dan Anti-Sep



Kalium permanganat dan formalin sebagai bahan fumigasi



Vaksin ND, sebagai bahan vaksinasi



Air minum

Alat yang digunakan antara lain:


Kandang baterai sebanyak 20 unit, ukuran panjang x lebar x tinggi
= 60 x 40 x 20 cm/unit



Tempat pakan dan air minum



Lampu, sebagai penerangan

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008



Timbangan salter kapasitas 5 kg untuk menimbang pakan; timbangan
Ohaus kapasitas 1 kg untuk menimbang puyuh; dan timbangan elektrik
untuk menimbang mineral dengan kepekaan 0.01 gram



Alat-alat pembersih kandang



Alat tulis, buku data dan kalkulator



Termometer (0C)



Hand sprayer

Metode penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan.
Perlakuan yang diteliti adalah:
R0: Ransum kontrol (Produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia)
R1: R0 + 37,5g Ca + 0,00035g Na (dalam 1 kg ransum)
R2: R0 + 75g Ca + 0,00070g Na (dalam 1 kg ransum)
R3: R0 + 10g P + 0,00015g Cl (dalam 1 kg ransum)
R4: R0 + 20g P + 0,00030g Cl (dalam 1 kg ransum)
Denah pemeliharaan yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

Dimana:

R23

R34

R14

R43

R02

R13

R01

R32

R22

R44

R11

R42

R21

R04

R24

R33

R12

R41

R03

R31

Perlakuan = (R0, R1, R2, R3, R4)
Ulangan = (1, 2, 3, 4)

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

Untuk ulangan diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
t (n-1) ≥ 15
5 (n-1) ≥ 15
5n-5 ≥ 15
5n ≥ 20
n≥4
Adapun metode linear yang digunakan menurut Hanafiah (2002) adalah:
Yij = μ + τi+ Σij
Dimana:
Yij
= hasil pengamatan dari perlakuan tingkat ke-i dan pada ulangan ke-j.
i
= 0,1,2,3,4 (perlakuan).
j
= 1,2,3,4 (ulangan).
μ
= nilai rata-rata (mean) harapan.
τi
= pengaruh perlakuan ke-i.
Σij
= pengaruh galat (experimental error) perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
Parameter Penelitian
1. Konsumsi Ransum (g/ekor/minggu)
Konsumsi ransum dihitung dari jumlah ransum yang diberikan (gram)
dikurangi dengan sisa ransum selama seminggu.
2. Produksi Telur (%)
Produksi telur dihitung dari perbandingan jumlah telur yang dihasilkan
dalam satu minggu dengan jumlah puyuh betina yang ada dikalikan
dengan seratus persen.
3. Berat Telur (g)
Berat telur ditimbang setiap hari dari perbandingan jumlah seluruh berat
telur dengan jumlah telur/plot untuk perhitungan data satu minggu.

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

4. Konversi Ransum
Konversi ransum dihitung berdasarkan perbandingan konsumsi ransum
dengan berat telur yang dihasilkan selama 1 minggu.
Pelaksanaan Penelitian


Persiapan Kandang
Kandang terlebih dahulu didesinfektan dengan menggunakan rodalon,
kemudian dilakukan fumigasi dengan menggunakan formalin dan
dibiarkan selama tiga hari. Peralatan kandang dibersihkan dan
didesinfektan sebelum digunakan.



Sexing puyuh
Sebelum puyuh dimasukkan kedalam kandang terlebih dahulu dilakukan
sexing. Puyuh yang digunakan sebagai objek jenis Coturnix-coturnix
japonica sebanyak 60 ekor betina, terdiri atas 3 ekor tiap plot.



Penyusunan Ransum
Ransum disusun sesuai dengan perlakuan yang akan diteliti. Penyusunan
ransum dilakukan satu kali seminggu dengan tujuan untuk menjaga
kualitas ransum.



Pemeliharaan
Ransum dan air minum diberikan secara ad-libitum, penerangan diatur
sedemikian rupa sesuai dengan kondisi yang nyaman untuk puyuh.



Pengambilan data
Pengambilan data untuk konsumsi ransum dilakukan setiap hari tetapi
untuk perhitungan dilakukan setiap minggu. Telur setiap hari
dikumpulkan dan dihitung berdasarkan perlakuan. Pengambilan data

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

produksi telur dilakukan setelah produksi telur mencapai 5% HD
(Hen Day production).


Analisis Data
Data hasil penelitian dicatat dan ditabulasi untuk dilakukan analisis
ragam, apabila terdapat hasil yang signifikan (nyata), maka dilakukan uji
lanjut sesuai dengan KK (Koefisien Keragaman) untuk mengetahui
perbedaan pengaruh tiap perlakuan yang diujikan.

Prosedur Kerja
Persiapan kandang dan peralatan kandang

Sexing puyuh betina umur 6 minggu
(Coturnix-coturnix japonica sebanyak 60 ekor dengan jumlah @ 3 ekor/plot)

Penyusunan ransum komersil dengan mineral yang disuplementasikan
(dilakukan 1x seminggu)

Pemeliharaan
(pemberian ransum, air minum, pengaturan penerangan/suhu dan pencegahan
penyakit)

Pengambilan data
(dilakukan setiap hari untuk perhitungan satu minggu)

Analisis data

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum dihitung dari jumlah ransum yang diberikan (gram)
dikurangi dengan sisa ransum selama seminggu. Dari hasil penelitian diperoleh
rataan konsumsi ransum puyuh seperti tertera pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan konsumsi ransum puyuh yang disuplementasikan mineral
Na,Ca,P dan Cl (g/ekor/minggu)
Perlakuan
R0
R1
R2
R3
R4

1
179.50
183.93
168.50
165.72
154.07

Ulangan
2
3
174.09
178.50
164.64
169.76
179.43
168.45
181.66
164.76
176.07
177.41

4
173.02
175.52
170.83
168.50
175.21

Total

Rataan

705.12
693.86
687.22
680.64
682.76

176.28
173.46
171.80
170.16
170.69

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum puyuh tertinggi
terdapat pada perlakuan R1 yaitu sebesar 176.28 g/ekor/minggu dan terendah pada
perlakuan R3 yaitu sebesar 170.16 g/ekor/minggu. Rataan konsumsi ransum yang
diperoleh yakni antara 24.30-25.18 g/ekor/hari menunjukkan bahwa konsumsi
lebih besar dari konsumsi normal burung puyuh betina usia 6 minggu keatas yakni
17-19 g/ekor/hari (Anggorodi, 1995).
Produksi Telur (%)
Produksi telur dihitung dari perbandingan jumlah telur yang dihasilkan
dalam satu minggu dengan jumlah puyuh betina yang ada dikalikan dengan 100%.
Dari hasil penelitian diperoleh rataan produksi telur puyuh seperti tertera pada
Tabel 8.

Noven W. N. Sijabat : Pengaruh Suplementasi Mineral (Na, Ca, P dan Cl) Dalam Ransum Terhadap Produksi
Puncak Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), 2007
USU Repository © 2008

Tabel 8. Rataan produksi telur puyuh yang disuplementasikan mineral
Na,Ca,P dan Cl (%)
Perlakuan
R0
R1
R2
R3
R4

1
60.54
53.74
63.27
65.31
48.30

Ulangan
2
3
66.67
50.34
57.82
57.82
63.95
70.75
72.11
50.34
68.03
75.51

4
42.86
69.39
71.43
70.07
61.90

Total

Rataan

220.41
238.78
269.39
257.82
253.74

55.10
59.69
67.35
64.46
63.44

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan produksi telur puyuh tertinggi
terdapat pada perlakuan R2 yaitu 67.35 % dan terendah pada perlakuan R0 yaitu
sebesar 55.10 %. Perbandingan tiap perlakuan dapat dilihat pada kurva berikut:
Rataan produksi telur puyuh (% )

Produksi Telur (%)

70.00
67.35
65.00

64.46

63.44

60.00
56.69

55.1

55.00
50.00
R0

R1

R2

R3

R4

Perlakuan

Berat Telur (g)
Berat telur dihitung setiap hari dari perbandingan jumlah seluruh berat
telur dengan jumlah telur/plot untuk perhitungan data satu minggu. Dari hasil
penelitian diperoleh rataan berat telur puyuh seperti tertera pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan berat telur puyuh yang disuplementasikan mineral
Na,Ca,P dan Cl (g)
Perlakuan
R0
R1
R2
R3
R4

1
10.19
10.20
9.80
10.11
10.91

U