Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica )

PENGUJIAN SUPLEMENTASI MINERAL ESENSIAL( Ca, P,
Na dan Cl ) DALAM RANSUM TERHADAP FERTILITAS,
DAYA TETAS dan MORTALITAS PADA TELUR
BURUNG PUYUH ( Coturnix – coturnix japonica )
SKRIPSI

JOSUA RONI SINAGA
030306018
IPT

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

PENGUJIAN SUPLEMENTASI MINERAL ESENSIAL( Ca, P,
Na dan Cl ) DALAM RANSUM TERHADAP FERTILITAS,
DAYA TETAS dan MORTALITAS PADA TELUR

BURUNG PUYUH ( Coturnix – coturnix japonica )

SKRIPSI

JOSUA RONI SINAGA
030306018
IPT

Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.


Judul Skripsi

Nama
Nim
Departemen

: Pengujian Suplementasi Mineral Esensial (Ca, P, Na dan Cl
) Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan
Mortalitas pada Telur Burung Puyuh
( Coturnix – coturnix japonica )
: Josua Roni Sinaga
: 030306018
: Peternakan

Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing

( Ir. Iskandar Sembiring, MM. )
Ketua


(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP.)
Anggota

Mengetahui Oleh :

( Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP. )
Ketua Departemen

Tanggal Acc :

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

ABSTRACT

Josua Roni Sinaga, 2009.,”The Effect of Minerals Essential
Supplementation ( Ca, P, Na and Cl ) to Fertility, Hatchability and Mortality
of Quail egg (Coturnix-coturnix japonica)”. Under Supervisor of Mr. Ir. Iskandar
Sembiring, MM. and Mr.Prof.Dr.Ir.Zulfikar Siregar, MP. as Cosupervisor.
This research was conducted at Biological Veterinery Laboratory in the

Animal Science Departement of Agriculture Faculty of North Sumatera University,
since 29 November 2008 up to 14 April 2009.
The purpose of this research is to test the effect of minerals (acid and
alcalies builder) to fertility, hatchability and mortality of quail.
The method of this research is completely randomized design (CRD) with
9 treatment and 3 replications. Each replication consist of four quail. The treatment
are: P1=feed without supplementation of minerals essential, P2=ration with 37.5g
CaCO3 and 0.00035g Na2CO3, P3= ration with 75 CaCO3 and 0.00070g Na2CO3,
P4= ration with 10g (NH4)3PO4 and 0.00015g NH4Cl, P5= ration with 20g
(NH4)3PO4 and 0.00030g NH4Cl, P6= ration had washed by acid with 37.5g CaCO3
and 0.00035g Na2CO3, P7= ration had washed by acid with 75g CaCO3 and
0.00070g Na2CO3, P8= ration had washed by acid with 10g (NH4)3PO4 and
0.00015g NH4Cl, P9= ration had washed by acid with 20g (NH4)3PO4 and
0.00030g NH4Cl.
The result of this research indicated that the average of Fertility (%) is
86.67 with the highest fertility on P2 about 96.67 and the lowest on P1 was 80.00.
The average of Hatchability (%) is 71.07 with the highest hatcability on P4 about
86.30 and the lowest one on P7 for 60.71. The average of Mortality (%) is 28.92
with the highest mortality on P7 about 39.29 and the lowest one on P4 for 13.70.
The conclution that the supplementation of minerals essential which is

alcalies builder (Ca and Na) and minerals which is acid builder (P and Cl) is not
influence to fertility, hatchability and mortality of quail ( Coturnix-coturnix
japonica).

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

ABSTRAK

Josua Roni Sinaga, 2009., “Pengujian Suplementasi Mineral Esensial (
Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan
Mortalitas pada telur Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)”. Dibimbing
oleh Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM. sebagai dosen pembimbing I dan Bapak
Prof.Dr.Ir.Zulfikar Siregar, MP. sebagai dosen pembimbing II.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan mulai 29
November 2008 sampai 14 April 2009
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh beberapa jenis mineral
(pembentuk asam dan pembentuk basa) terhadap fertilitas, daya tetas dan mortalitas
pada burung puyuh.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari
4 ekor burung puyuh. Perlakuan yang diteliti sebagai berikut P1= ransum Kontrol
(produksi Chaoen Pokphand Indonesia), P2 = ransum P1 + 37,5 g CaCO3 +
0.00035 g Na2CO3, P3= ransum P1 + 70 g CaCO3 + 0.00070 g Na2CO3, P4=
ransum P1 + 10 g (NH4)3PO4 + 0,00015 g NH4Cl, P5= ransum P1 + 20 g
(NH4)3PO4 + 0,00030 g NH4Cl, P6= ransum P1 (telah dicuci dengan asam) + 37,5
g CaCO3 + 0.00035 g Na2CO3, P7= ransum P1 (telah dicuci dengan asam) + 75 g
CaCO3 + 0.00070 g Na2CO3, P8= ransum P1 (telah dicuci dengan asam) + 10 g
(NH4)3PO4 + 0,00015 g NH4Cl, P9= ransum P1 (telah dicuci dengan asam) + 20 g
(NH4)3PO4 + 0,00030 g NH4Cl.
Dari hasil penelitian diperoleh rataan fertilitas (%) sebesar 86.67 dengan
fertilitas tertinggi pada perlakuan P2 sebesar 96,67 dan yang terendah pada
perlakuan P1 sebesar 80.00. Rataan daya tetas (%) didapat sebesar 71.07 dengan
daya tetas tertinggi pada perlakuan P4 sebesar 86,30 dan yang terendah pada
perlakuan P7 sebesar 60,71. Rataan mortalitas (%) diperoleh sebesar 28.92 dengan
mortalitas tertinggi pada perlakuan P7 sebesar 39,29 dan mortalitas terendah pada
perlakuan P4 sebesar 13,70.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian suplementasi mineral
essensial pembentuk basa (Ca dan Na) dan mineral pembentuk asam (P dan Cl)

dalam ransum burung puyuh tidak berpengaruh terhadap fertilitas, daya tetas dan
mortalitas pada burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica).

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

RIWAYAT HIDUP

Josua Roni Sinaga, dilahirkan pada 26 September 1985 di Kotamadya
Medan Sumatera Utara. Putra pertama dari lima bersaudara dari Ayahanda Pdt.
E.M. Sinaga MA (alm ) dan Ibunda Pdt. L. Nadeak S.Th
Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh saat ini:
Memasuki SD Swasta Samuel di Medan pada tahun 1992 dan
menamatkannya pada tahun 1997, Memasuki SMP Negeri 29 di Medan pada tahun
1997 dan menamatkannya pada tahun 2000, Memasuki SMU Negeri 11 di Medan
pada tahun 2000 dan menamatkannya pada tahun 2003, Memasuki Universitas
Sumatera Utara Medan pada tahun 2003 melalui jalur SPMB di Fakultas Pertanian
Departemen Peternakan.
Aktivitas yang pernah diikuti penulis selama aktif diperkuliahan:
Menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) Peternakan

USU , Menjadi anggota GMKI ( Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia ) Maper
2003, Tim Relawan Tsunami Aceh 2006, Anggota LSM Duta Harapan yang
bergerak di bidang Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan, Ketua Pemuda –
Pemudi Gereja Se-mandala di Medan, Ketua Bidang Litbang Pemuda Kristen
Sekota Medan., Fasilitator JDA ( Jaringan Doa Anak ) Kota Medan, Komisi di
Pusat Pengembangan Anak di Mandala ( Medan ), Melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Peternakan Sapi Perah Hari Singh Tahun 2007 di sunggal,
Melakukan Penelitian di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada 29 November 2008 sampai
14 April 2009.

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha kuasa, atas
kasih karunia-Nya dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul proposal ini adalah “ Pengujian Suplementasi Mineral
Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas

dan Mortalitas telur Burung Puyuh (Coturnix – coturnix japonica) ” yang
merupakan salah satu syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Departemen
Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM.
selaku Dosen pembimbing pertama dan Bapak Prof.Dr.Ir.Zulfikar Siregar, MP.
selaku anggota pembimbing, atas bantuan yang diberikan dalam penulisan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
skripsi ini dikemudian hari. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua yang memerlukan.

Medan, Agustus 2009

Penulis

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
iv Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung


DAFTAR ISI

ABSTRACT ................................................................................................
ABSTRAK ..................................................................................................
RIWAYAT HIDUP.....................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

i
ii
iii
iv
v
vii
viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................

Tujuan Penelitian ................................................................................
Hipotesis Penelitian ............................................................................
Kegunaan Penelitian ...........................................................................

1
2
3
3

TINJAUAN LITERATUR
Burung Puyuh .....................................................................................
Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh........................................................
Mineral Esensial .................................................................................
Fungsi Mineral Essensial ....................................................................
Pelarut Asam ..............................................................................
Kalsium ......................................................................................
Natrium ......................................................................................
Fosfor .........................................................................................
Khlorida .....................................................................................
Pengelolaan Penetasan ........................................................................
Telur tetas...........................................................................................
Pengambilan telur ...............................................................................
Penyimpanan telur ..............................................................................
Pemutaran telur ..................................................................................
Penetasan dengan mesin tetas .............................................................
Temperatur mesin tetas .......................................................................
Fertilitas .............................................................................................
Daya tetas ...........................................................................................
Mortalitas embrio ...............................................................................

4
6
10
12
12
13
14
15
15
16
16
16
16
17
17
18
18
19
19

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian.................................................................................
Bahan dan Alat Penelitian ...................................................................
Bahan .........................................................................................
Alat ............................................................................................
Metode Penelitian ...............................................................................
Parameter Penelitian ...........................................................................
Pelaksanaan Penelitian ........................................................................

20
20
20
20
21
22
22

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
v Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ................................................................................................... 25
Pembahasan ........................................................................................ 28
Rekapitulasi Hasil Penelitian ............................................................... 35
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ......................................................................................... 36
Saran................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 37
LAMPIRAN ................................................................................................ 39

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
vi Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung

DAFTAR TABEL

1.

Kebutuhan zat-zat makanan dalam ransum burung puyuh (Coturnixcoturnix japonica) untuk daerah tropis………………………………… 9

2.

Kebutuhan ransum burung puyuh……………………………………… 10

3.

Analisis suplemen yang biasa digunakan dalam penyusunan ransum…

12

4.

Sumber kalsium………………………………………………………...

14

5.

Sumber fosfor…………………………………………………………..

16

6.

Rataan pengaruh suplementasi mineral esensial dalam ransum
terhadap fertilitas telur burung puyuh selama penelitian……………… 29

7.

Rataan pengaruh suplementasi mineral esensial dalam ransum
terhadap daya tetas telur burung puyuh selama penelitian……………
30

.8

Rataan pengaruh suplementasi mineral esensial dalam ransum
30
terhadap mortalitas telur burung puyuh selama penelitian……………

9.

Sidik ragam fertilitas telur burung puyuh selama penelitian………….
Sidik ragam daya tetas telur burung puyuh selama penelitian…………

31

10. Sidik ragam mortalitas telur burung puyuh selama penelitian…………

32

11. Rekapitulasi hasil penelitian……………………………………………

34

.

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
viiPuyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data jumlah telur yang ditetaskan………………………………………

44

2. Data jumlah telur yang fertil……………………………………………

44

3. Data jumlah telur yang tidak fertil……………………………………...

44

4. Data jumlah telur yang menetas………………………………………...

45

5. Data jumlah telur yang tidak menetas…………………………………..

45

6. Data bobot badan awal………………………….………………………

46

7. Hasil analisis mineral…………………………………………………...

47

8. Kandungan nutrisi pada ransum puyuh…………………………………

48

9. Kadar mineral dalam bahan yang digunakan.…………………………..

49

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
viiiPuyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Burung puyuh (quail) pada mulanya memang kurang mendapat perhatian
dari peternak. Tetapi pada tahun 2002 pemerintah telah mencanangkan burung
puyuh sebagai salah satu ternak alternatif penunjang peningkatan penyediaan
protein hewani untuk masyarakat, barulah burung puyuh terangkat namanya.
Peternak pun mulai bergairah untuk mengembangkan ternak ini.
Di Indonesia kini perkembangan budidaya burung puyuh sudah semakin
pesat hal ini juga sangat mendorong pertumbuhan jumlah peternak burung puyuh di
Indonesia yang saat ini berjumlah sekitar 47.000 peternak, baik sebagai usaha
komersil maupun usaha sampingan. Semakin meluas dan meningkatnya
perkembangan budidaya burung puyuh antara lain disebabkan kesadaran
masyarakat akan kebutuhan protein hewani, serta diterapkannya teknologi modern
tentang pemeliharaan unggas.
Jika dilihat dari sisi ekonominya, beternak puyuh merupakan sebuah usaha
yang cukup baik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi peternak burung puyuh,
karena burung puyuh merupakan ternak penghasil daging dan telur, yang nilai
gizinya sangat tinggi, karena nilai gizi telur dan daging burung puyuh yang tinggi
membuat masyarakat mulai menyukai mengkonsumsi telur dan daging burung
puyuh, dengan itu beternak puyuh mempunyai sisi ekonomi yang cukup
menguntungkan.
Kenyataannya dalam penyusunan ransum yang sering diperhatikan adalah
kandungan energi dan proteinnya. Selain energi dan protein kandungan mineral

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
1 Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung

dalam ransum juga perlu diperhatikan. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa
mineral sebagai zat makanan diperlukan tubuh sama halnya seperti asam amino,
energi, vitamin dan asam lemak. Mineral digunakan untuk proses metabolisme
dalam tubuh. Defisiensi suatu mineral jarang menyebabkan kematian tetapi
berpengaruh langsung terhadap kesehatan ternak dan berdampak pada penurunan
produksi telur sehingga dapat menyebabkan angka fertilitas yang rendah dan juga
berakibat kepada tingginya angka mortalitas. Salah satu upaya yang diusahakan
adalah dengan suplementasi mineral essensial makro yakni, Na, Ca, P dan Cl dalam
ransum.
Khusus untuk usaha produksi telur, burung puyuh jantan harus diafkir
karena dapat mengganggu ketenangan burung puyuh betina. Telur yang dihasilkan
burung puyuh betina juga akan cepat rusak dan membusuk karena adanya embrio
yang berasal dari puyuh jantan, lama pengaruh dari embrio ini berkisar 21 hari. Di
samping itu juga akan menjadi beban karena pemborosan ransum. Tetapi dalam
kondisi tertentu burung puyuh jantan juga sangat diperlukan, misalnya untuk
menghasilkan telur yang bisa ditetaskan. Hanya saja keperluannya relatif sedikit
(cukup dua sampai tiga ekor untuk sepuluh ekor betina ). Karena jumlah burung
puyuh jantan yang diperlukan relatif sedikit mengakibatkan nilai jual burung puyuh
jantan menjadi rendah dimata peternak, khususnya peternakan pengusaha telur.

Tujuan Penelitian
Untuk menguji pengaruh beberapa jenis mineral (pembentuk asam dan
pembentuk basa) terhadap fertilitas, daya tetas, mortalitas pada burung puyuh
( Coturnix – coturnix japonica ).

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

Hipotesis Penelitian
Suplementasi mineral esensial pembentuk basa dan mineral pembentuk
asam dalam ransum burung puyuh berpengaruh terhadap fertilitas, daya tetas,
mortalitas pada telur burung puyuh.

Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi ilmu pengetahuan tentang penggunaan
mineral pembentuk asam dan mineral pembentuk basa dalam ransum
burung puyuh.
2. Sebagai bahan informasi bagi ilmu pengetahuan tentang pengaruh
pemberian mineral pembentuk asam dan mineral pembentuk basa terhadap
fertilitas. daya tetas dan mortalitas telur burung puyuh.

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

TINJAUAN

LITERATUR

Burung puyuh
Dalam istilah asing, burung puyuh disebut quail yang merupakan sebangsa
burung liar. Di Indonesia khususnya di Jawa burung puyuh disebut “gemak”.
Burung puyuh merupakan salah satu jenis burung yang tidak dapat terbang,
memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki yang pendek, dapat diadu
dan bersifat kanibal. Awalnya burung puyuh merupakan burung liar. Tahun 1870 di
Amerika Serikat burung puyuh mulai diternakkan. Setelah masa itu, burung puyuh
terus berkembang dan menyebar ke seluruh dunia. Di Indonesia, burung puyuh
mulai dikenal dan di ternakkan pada akhir tahun 1979
(Agromedia, 2002).
Agromedia (2002) menyatakan bahwa klasifikasi burung puyuh sebagai
berikut :
Kelas : Aves (bangsa burung), Ordo : Galiformes, Sub Ordo : Phasianoidae, Famili
: Phasianidae, Sub Famili : Phasianidae, Genus : Coturnix, Species : Coturnix –
coturnix japonica.
Jenis burung puyuh yang biasa diternakkan adalah

berasal dari jenis

Coturnix – coturnix japonica. Produktivitas telur burung puyuh ini mencapai

250

– 300 butir per tahun dengan berat rata – rata 10 gram per butir. Di samping
telurnya burung puyuh juga dimanfaatkan daging dan kotorannya. Keunggulan lain
4
dari burung puyuh adalah cara pemeliharaannya mudah, dapat diternakkan
bersama hewan lain namun sangat rentan terhadap penyakit (Hartono, 2004).

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

Bobot rata – rata seekor burung puyuh Coturnix – coturnix japonica sekitar
150 gram. Burung puyuh betina akan mulai bertelur pada umur 41 hari. Puncak
produksinya terjadi pada umur lima bulan dengan persentase bertelur

rata – rata

76%. Diatas umur empat belas bulan, produktivitasnya akan menurun dengan
persentase bertelur kurang dari 50%. Kemudian sama sekali berhenti bertelur saat
berumur 2,5 tahun atau 30 bulan (Agromedia, 2002).
Dibanding dengan jenis burung puyuh lainnya, Coturnix – coturnix
japonica dapat menghasilkan telur sebanyak 250 – 300 butir per ekor selama
setahun. Betinanya mulai bertelur pada umur 41 hari. Tak heran apabila orang lebih
memprioritaskan unggas ini untuk diternakkan karena kemampuannya untuk
menghasilkan 3 – 4 generasi per tahun. Telurnya berwarna coklat tua, biru, putih
dengan bintik – bintik hitam, coklat dan biru (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).
Ciri burung puyuh (Coturnix – coturnix japonica) adalah bentuk badannya
relatif lebih besar dari jenis burung puyuh lainnya. Panjang badan 19 cm, badan
bulat, ekor pendek dan kuat, jari kaki empat buah, warna bulu coklat kehitaman,
alis betina agak putih sedangkan panggul dan dada bergaris
(Nugroho dan Mayun, 1986).
Yang menarik perhatian dari burung puyuh tersebut adalah siklus hidupnya
yang pendek dibutuhkan 16 -17 hari untuk pengeraman dan lebih kurang 42 hari
dari saat menetas sampai dewasa kelamin. Apabila

burung puyuh belum

mengalami seleksi genetik terhadap bobot badan, maka burung puyuh jantan
dewasa bobot badannya sekitar 100 – 140 gram, sedangkan yang betina sedikit
lebih berat yaitu antara 120 – 160 gram (Anggorodi, 1995).

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

Anak

burung

puyuh

yang

baru

menetas

dari

telur

disebut

Day old quail. Day old quail ini besarnya seukuran jari dengan berat 8 – 10 g dan
berbulu jarum halus. Day old quail yang sehat berbulu kuning mengembang,
gerakannya lincah, besarnya seragam dan aktif mencari makan atau minum. Dalam
dunia peternakan, periode pembesaran Day old quail disebut dengan periode
starter – grower (stargro) yang dilakukan hingga anak burung puyuh berumur
enam minggu (Sugiharto, 2005).

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh
Protein dan Energi
Bila burung puyuh umur 0 – 5 minggu dianggap grower maka berdasarkan
data pertumbuhan akan meningkat dengan kadar protein dalam ransum sampai
24%. Burung puyuh yang mendapat ransum dengan kadar protein 24% dengan
energi metabolis 2600 Kkal/kg mempunyai konversi ransum yang sama dengan
ransum yang mengandung protein 22% sedangkan energinya 2800 ME Kkal/ kg
(Nugroho dan Mayun,1986).
Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang harus selalu tersedia dalam jumlah
sangat kecil untuk metabolisme jaringan normal. Kekurangan vitamin pada burung
puyuh dapat menimbulkan kerugian. Sebagai misal ternak akan lebih mudah
terserang penyakit,sehingga menurunkan produktivitas bahkan kematian
(Listiyowati dan Roospitasari, 2000).
Lemak

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

Lemak dibutuhkan sebagai sumber asam – asam lemak esensial,sebagai
karier vitamin – vitamin yang larut dalam lemak, sebagai sumber energi karena
kadar energi lemak yang tinggi (Tillman et.al., 1991).
Air
Air dianggap sebagai salah satu zat makanan yang juga penting bagi ternak
unggas . Air digolongkan sebagai unsur anorganik yang merupakan zat yang
terpenting dari seluruh zat kimia yang ada dalam tubuh. Fungsi air sebagai bahan
dasar dalam darah, sel dan cairan antar sel, sebagai alat untuk transpor

zat – zat

makanan, membantu kerja enzim dalam proses metabolisme, pengatur suhu tubuh,
membantu keseimbangan dalam tubuh (Rizal, 2006).
Adapun kelebihan ternak puyuh dibandingkan dengan ternak unggas
lainnya

adalah ternak puyuh sangat mudah pemeliharaannya, tidak banyak

memerlukan tenaga dan biaya yang banyak/besar; tidak banyak menyita tempat,
dapat menampung anak puyuh 100 ekor/m2 berumur 1-10 hari dan 60 ekor/m2
untuk puyuh berumur diatas 10 hari ; cepat berkembangbiaknya, sehingga
kebutuhan daging keluarga cepat terpenuhi ; disamping rasanya yang gurih seperti
daging ayam dan entok, puyuh ini memiliki kadar/nilai gizi yang sangat tinggi ;
dapat diusahakan sebagai usaha sambilan untuk tambahan penghasilan keluarga ;
dapat dijadikan sebagai usaha komersil, apabila pemeliharaannya dalam jumlah
yang banyak serta perawatannya yang baik dan dapat pula dijadikan mata
pencaharian pokok (Sugiharto, 2005).
Kebutuhan zat – zat makanan dalam ransum burung puyuh dapat dilihat
pada Tabel 2 :
Tabel 2. Kebuthan zat – zat makanan dalam ransum burung puyuh
( Coturnix – coturnix japonica) untuk daerah tropis.
Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

Zat- zat makanan % atau jumlah /kg makanan

Protein (%)
Arginine (%)
Glycine + serine (%)
Histidine ( % )
Isoleucine (%)
Leucine (%)
Lysine (%)
Methionine + cystine (%)
Methionine (%)
Phenylalanine + tyrosine (%)
Phenylalanine (%)
Threonine (%)
Tryptophan (%)
Valine ( mg/kg)
Linolele acid (%)
Calcium (%)
Phosporus, available (%)
Potassium (%)
Magnesium (mg/kg)
Sodium (%)
Chlorine (%)
Manganese (mg/kg)
Zinc (mg/kg)
Besi/Fe (mg/kg)
Copper (mg/kg)
Iodine (mg/kg)
Selenium (mg/kg)
Vitamin A (IU)
Vitamin D (ICU)
Vitamin E (IU)
Vitamin K (mg/kg)
Riboflavin (mg/kg)
Pantothenic Acid (mg/kg)
Niacin (mg/kg)
Vitamin B12 (mg/kg)
Choline (mg/kg)
Biotin (mg/kg)
Folacin (mg/kg)
Thiamin (mg/kg)
Pyridoxine (mg/kg)

Grower umur Layer umur
0-5 minggu
6 minggu
keatas
24
20
1,25
1,26
1,20
1,17
0,36
0,42
0,08
0,90
1,69
1,42
1,30
1,15
0,75
0,76
0,50
0,45
1,80
1,40
0,96
0,76
0,22
0,19
40,0
15,0
0,95
0,92
1,0
1,0
0,8
2,5
0,45
0,55
0,4
0,4
300
500
0,15
0,15
0,20
0,15
90
70
25
50
100
60
6
6
0,3
0,3
0,2
0,2
5000
5000
1200
1200
12
25
1
1
4
4
10
15
40
20
0,003
0,003
2000
1500
0,3
0,15
1
1
2
2
3
3

Sumber : NRC (National Research Council ), Nutrient Requirement of Poultry,1977

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

Ransum yang dapat diberikan untuk burung puyuh terdiri dari beberapa
bentuk, yaitu bentuk pellet, remah , dan tepung. Ransum terbaik adalah yang
bentuk tepung , sebab burung puyuh yang mempunyai sifat usil dan sering
mematuk kawannya akan mempunyai kesibukan lain dengan mematuk –matuk
pakannya. Protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan air mutlak harus tersedia
dalam jumlah yang cukup. Kekurangan salah satu nutrien tersebut akan
mengakibatkan kesehatan terganggu dan menurunnya produktivitas
(Listiyowati dan Roospitasari, 2000).
Anak burung puyuh yang baru berumur 0 – 3 minggu membutuhkan protein
25% dan energi metabolis 2900 kkal / kg ransum. Pada umur 3 – 5 minggu kadar
proteinnya dikurangi menjadi 20% dan energi metabolis 2600 kkal / kg ransum.
Burung puyuh dewasa yang berumur lebih dari 5 minggu kebutuhan energinya
sama dengan umur 3 – 5 minggu. Sedangkan burung puyuh untuk pembibitan
(sedang bertelur dan dewasa kelamin) tingkat proteinnya sebesar 18 – 20 %
(Listiyowati dan Roospitasari, 2000).
Jumlah ransum yang diberikan per hari menurut umur burung puyuh dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Kebutuhan ransum burung puyuh
Umur Burung puyuh

Jumlah ransum yang diberikan (gram)

1 hari – 1 minggu
1 minggu – 2 minggu
2 minggu – 4 minggu
4 minggu – 5 minggu
5 minggu- 6 minggu
Diatas 6 minggu
Sumber : Listiyowati dan Roospitasari (2000).

2
4
8
13
15
17 – 19

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

Mineral Essensial
Yang dimaksud dengan mineral yaitu 96 unsur kimia

seperti

yang

tercantum dalam Tabel periodik dan semuanya ada kemungkinan untuk menjadi
mineral yang penting dalam makanan. Hanya 4% dari berat tubuh merupakan unsur
– unsur anorganik. Dalam tubuh sebanyak lebih kurang 31 mineral telah dijumpai
dalam jumlah yang dapat diukur, tetapi hanya 16 yang secara praktis dibutuhkan
dalam makanan (Tillman et al., 1991).
Mineral – mineral terutama kalsium dan fosfor, berperan dalam
pembentukan paruh dan tulang serta dalam konstraksi otot. Fungsi – fungsi yang
lain menyangkut proses – proses biokimia, seperti mempertahankan gradien
osmotik dan pertukaran ion, termasuk peranannya sebagai kofaktor dalam sistem
enzim (Frandson, 1992).
Tambahan vitamin dan mineral sangat dibutuhkan oleh burung puyuh.
Kekurangan konsumsi mineral merupakan salah satu penyebab penyakit yang
diturunkan induk kepada anaknya. Kekurangan kalsium menyebabkan daya tetas
menurun, kaki pendek dan tebal (besar), kedua sayap dan rahang bawah pendek,
paruh dan kaki lunak, kepala depan menonjol, penimbunan cairan yang berlebihan
(edema) pada leher dan abdomen menonjol ke luar. Fosfor berfungsi untuk
mencegah kaki dan paruh lunak, daya tetas menurun, dan kematian yang tinggi
pada hari ke – 14 sampai ke – 18 (Hartono, 2004).
Dari 13 unsur – unsur anorganik esensial, 8 adalah kation. Ini adalah
kalsium (Ca++), Natrium (Na+), Kalium (K+), Magnesium (Mg++), Mangan (Mn++),
Zinc (Zn++), Besi (Fe++), dan Cuprum (Cu++). Lima lainnya adalah anion atau

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

umumnya diketemukan dalam kelompok anion. Ini adalah Klorida (Cl-), Iodida (I-),
3-

2-

Fosfat (PO4 ), Molybdat (MoO4 ) dan Selenit (SeO3) (Wahju, 1988).
Kualitas yang menentukan nilai nutrisi suplemen adalah kandungan kalsium
dan fosfor, kehalusan bagian dan bebas dari kotoran yang merugikan. Analisis
suplemen yang biasa digunakan dalam penyusunan ransum aneka ternak unggas
diperlihatkan dalam Tabel 4 berikut. Komposisi kimiawi suplemen tersebut
bervariasi dengan kemurnian bahan mentahnya dan cara pengolahannya.
Tabel 4 : Analisis suplemen yang biasa digunakan dalam penyusunan ransum
Suplemen
Fosfat yang fluornya dilarutkan
Fosfat, di kalsium
Kalsium karbonat
Kulit kerang
Natrium klorida
Tepung tulang
Sumber : Anggorodi (1995)

Ca

P

Na

F

Se

32
21
38
38
0
29

18
18,5
0
0
0
12,6

5,7
0,6
0,02
0,2
39,3
0,37

0,16
0,14
0
0,29
0
0,05

1,4
0,2
0
0
0
0

Secara umum peranan mineral adalah memelihara kondisi ionik dalam
tubuh. Memelihara keseimbangan asam basa tubuh dalam hal ini tegantung pada
3-

3-

ion Na+, K+, Ca++, Mg++, Cl-, PO4 , dan SO4 . Peranan mineral lain adalah
memelihara tekanan osmotik cairan tubuh, menjaga kepekaan otot dan syaraf yang
berperan pada penghantaran stimuli (Na+ dan K+) pada neuro muskuler (Mg++) dan
pada otot dengan pengaruh kontraksinya (Ca++). Selain itu mineral juga berperan
mengatur transport zat makanan dalam sel. Mengatur permeabilitas membran sel
dan kofaktor enzim serta mengatur metabolisme (Widodo, 2002).
Mineral makro terdiri atas kalsium, fosfor, natrium, kalsium, magnesium,
klorida dan sulfur. Mineral makro selalu diperlukan dalam jumlah banyak oleh
tubuh ternak. Gerakan – gerakan ion mineral makro melintasi membran tidak
Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

pernah dapat dipisahkan dari gerakan proton dan anion. Terdapat hubungan
kompleks antara pH, tekanan listrik lintas membran dan perbedaan kadarnya
(Widodo, 2002).
Fungsi mineral essensial
Menurut Widodo (2002) bahwa bahan makanan unggas sumber mineral
terbesar berasal dari hewan, disamping sebagian kecil dari tumbuh – tumbuhan.
Contoh yang dapat dikemukakan adalah tepung tulang, tepung kerang, dan tepung
ikan. Ternak membutuhkan mineral antara lain untuk :
Memelihara kondisi ionik dalam tubuh, Memelihara keseimbangan
3-

3-

asam basa tubuh ; Na+, K+, Ca++, Mg++, Cl-, PO4 , dan SO4 , Memelihara tekanan
osmotik cairan tubuh, Menjaga kepekaan syaraf dan otot : Na+, K+, Ca++, Mg++,
Mengatur trasport zat makanan dalam

sel, Kofaktor enzim dan mengatur

metabolisme.
Pelarut asam
Mineral dilarutkan dari bahan makanan dalam larutan asam hidroklorat
lambung. Zat – zat mineral tersebut dibebaskan pula dari senyawa – senyawa
organik yang dicerna oleh berbagai enzim (Anggorodi, 1995).
Harus dicatat bahwa penentuan suatu zat termasuk dalam golongan asam
atau basa semata – mata tergantung pada sifat – sifat unik yang dapat diamati dari
zat tersebut. Golongan ini ditekankan oleh Robert Boyle ketika ia mengetahui
bahwa sifat – sifat asam adalah kemampuannya untuk bertindak sebagai pelarut
bagi banyak zat, kemampuannya untuk mengendapkan belerang dari larutan alkali
dan kemampuannya untuk mengubah ubar nabati dari warna biru menjadi merah
(Day and Selbin, 1987).
Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

Penggunaan pelarut asam memiliki beberapa keuntungan dan telah
dipelajari secara lebih luas dan mendalam. Kekuatan nisbi banyak asam telah
ditentukan oleh banyak pelarut asam, dan urutan menurunnya kekuatan asam
mineral yang agak kuat adalah : HClO4 > HBr > H2SO4 > HCl > HNO3
Sebagaimana dapat dilihat dalam liku daya hantar dalam gambar HClO4 jauh lebih
kuat dibandingkan asam – asam lainnya (Day and Selbin, 1987).
Kalsium
Kalsium erat sekali hubungannya dengan pembentukan tulang. Kalsium
juga sangat penting dalam pengaturan sejumlah besar aktivitas sel yang vital,
fungsi syaraf dan otot, kerja hormon, pembekuan darah, motilitas seluler dan
khusus pada ayam petelur berguna untuk pembentukan kerabang telur. Salah satu
sumber kalsium adalah kalsium karbonat dengan kadar kalsium 40%.
Tabel 5. Sumber Kalsium
Sumber kalsium
Tepung tulang
Tepung tulang dikukus
Bone char
Trikalsium pospat
Dikalsium
Monokalsium
Ground limestone
Kalsium karbonat
Sumber : Widodo (2002).

Kadar (%)
26
29
27
13
24
16
26 – 36
40

Mineral utama yang terlibat dalam proses metabolisme embrional yaitu
Kalsium. Sumber mineral ini utamanya adalah Kalsium yang terdapat dalam
kerabang telur. Pada telur infertil tidak terjadi peningkatan kadar Kalsium selama
periode penetasan. Adanya peningkatan kadar Kalsium pada telur fertil yang
dieramkan ini hanya mungkin diperoleh karena adanya transfer dari kerabang telur
Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

melalui

memberan kerabang. Mineral

lainnya

yang

dibutuhkan

selama

perkembangan embrional terdapat dalam telur. Apabila pakan induk defisiensi akan
mineral maka berdampak pada fertilitas dari telur yang ditetaskan hal ini juga
berpengaruh pada pembentukan embrio (Suprijatna dkk.,2005).
Bersamaan dengan unsur gizi yang lain, mineral ini juga sangat penting
untuk kehidupan burung puyuh. Tanpa mineral yang cukup sesuai yang dibutuhkan
maka produksi yang optimal tidak akan diperoleh. Kalsium dan fosfor itu sangat
berperan bagi pembentukan tulang – tulang pada burung puyuh yang sedang
bertumbuh dan berperan pada pembentukan kulit telur burung puyuh yang sedang
berproduksi (Rasyaf,1993).
Kadar Ca yang tinggi dalam ransum dapat mengurangi absorbsi

unsur-

unsur seperti Mg dan Zn. Unsur Zn ini sangat berpengaruh dalam metabolisme
DNA, RNA, protein. Defisiensi Zn pada semua hewan menyebabkan pertumbuhan
terlambat sebagai akibat kurang dapat digunakannya protein dan sulfur. Selain itu
defisiensi Zn dalam ransum mengakibatkan gangguan reproduksi pada hewan
jantan karena Zn mempengaruhi pemasakan gonat. Defisiensi

Zn ini

diperhebat oleh adanya Ca yang tinggi dalam ransum (Tillman et al.,1991).
Natrium
Natrium adalah kation Na+ warna cairan eksternal sebagian besar
berhubungan dengan klorida dan bikarbonat dalam pengaturan keseimbangan asam
basa. Ion natrium juga penting untuk mempertahankan tekanan osmotik cairan
tubuh dan dengan demikian melindungi tubuh terhadap kehilangan cairan yang
berlebihan. Walaupun ion natrium banyak ditemukan dalam bahan makanan,
sumber utama dalam makanan adalah garam dapur (Widodo, 2002).

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

Sodium atau natrium juga sering ditambahkan dalam ransum unggas.
Penambahannya adalah dalam bentuk garam dapur (NaCl). Di samping itu
penambahan sodium juga dalam bentuk Na2CO3 (sodium bikarbonat)
(Rizal, 2006).
Fosfor
Fosfor berfungsi sebagai pembentuk tulang, persenyawaan organik yaitu
yang berfungsi dalam pembentukan senyawa organik dan sebagian besar
metabolisme energi, karbohidrat, asam amino dan lemak, transportasi asam lemak
dan bagian koenzim. Sehingga fosfor sebagai fosfat memegang peranan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel hidup. Beberapa sumber fosfor terdapat dalam
Tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Sumber Fosfor
Sumber Fosfor
Tepung tulang (bone meal)
Fosfat batu (rock phosphat)
Fosfat batu (difluptinated rock phosphat )
Sumber : Widodo (2002).

Kadar (%)
14
14
18

Khlorida
Ion Cl merupakan anion yang utama di ekstra seluler yaitu sekitar

85%

dari keseluruhan Cl dalam tubuh. Klorida terdapat dalam ikatan dengan Na dan
hanya sejumlah kecil yang terikat secara longgar pada protein dan senyawa lain.
Kurang dari 15% Cl dalam tubuh terdapat dalam intramuskuler. Klorida ion dengan
mudah pindah dari cairan tubuh ke eritrosit atau yang disebut dengan

”Chloride

shift ” adalah merupakan mekanisme homeostatik untuk mengatur tekanan osmose
dan pH cairan ekstra seluler. Khlorida ion juga berfungsi untuk aktivator enzime –

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

enzime amilase dan penyusun asam klorida dan getah lambung (Tillman et al.,
1991).

Pengelolaan penetasan
Telur tetas
Agromedia (2002) menyatakan bahwa telur adalah suatu bentuk tempat
penimbunan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, energi, vitamin, mineral
dan air yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio selama pengeraman. Untuk
dapat ditetaskan telur – telur burung puyuh harus diseleksi. Memilih telur burung
puyuh yang akan ditetaskan harus teliti, beberapa tips memilih telur burung puyuh
yang baik untuk ditetaskan sebagai berikut :
Memilih telur yang bersih, halus dan rata, Memilih telur yang warnanya
tidak terlalu pekat, Bintik di kulit telur harus jelas, Kulit telur tidak retak, Memilih
telur yang baru, bukan telur yang sudah disimpan lebih dari 3 hari, Jika mau
dijadikan khusus sebagai telur tetas setelah keluar dari burung puyuh, telur segera
diambil dan dibersihkan.
Pengambilan telur
Sebaiknya telur yang akan ditetaskan berukuran normal yang beratnya

9–

11 gram per butir. Ukuran normal tersebut dapat dicapai setelah induknya berumur
2,5 bulan. Dengan demikian pengambilan telur tetas burung puyuh dilaksanakan
sejak induk berumur 2,5 – 8 bulan (Sugiharto, 2005).
Penyimpanan telur
Lama penyimpanan telur dapat mempengaruhi daya tetas telur burung
puyuh. Abidin (2003) menguatkan pendapat tersebut dengan menyodorkan data

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

hasil penelitian para ahli bahwa daya tetas telur yang disimpan selama 6 hari lebih
tinggi dibandingkan dengan telur tetas disimpan lebih dari 7 hari. Telur yang
disimpan terlalu lama, apalagi dalam kondisi lingkungan yang kurang baik, bisa
menyebabkan penurunan berat telur dan kantung udaranya semakin berkurang
(Andrianto, 2005).
Pemutaran telur
Membalik atau memutar letaknya telur pada hari – hari tertentu selama
periode penetasan perlu sekali dikerjakan. Gunanya adalah supaya telur
mendapatkan panas yang merata. Selain itu juga untuk menjaga agar bibit tidak
menempel pada kulit dalam fase permulaan penetasan dan untuk mencegah zat
kuning telur dengan tenunan selaput pembungkus anak (allanthois) pada fase –
fase berikutnya. Membalik telur dilakukan setiap hari mulai hari ketiga atau
keempat sampai dua hari sebelum telur – telur menetas. Pemutaran telur sebaiknya
dilaksanakan paling sedikit 3 kali atau lebih baik bila diputar sampai 5 atau 6 kali
sehari dengan setengah putaran (Djanah, 1984).
Penetasan dengan mesin tetas
Telur burung puyuh dapat ditetaskan dengan mesin penetas telur ayam.
Selama ditetaskan telur tadi perlu diputar 90o dan paling sedikit sehari diputar

4

– 6 kali. Menetaskan telur burung puyuh tidak berbeda dengan telur ayam. Minggu
pertama : 38,3o C (101oF). Minggu kedua sampai menetas : 39oC

(103oF).

Suhunya diusahakan jangan sampai lebih dari 39,4o C (103oF). Termometer untuk
mengukur suhu mesin tetas diletakkan sejajar dengan ujung telur, dengan maksud
supaya termometer tersebut menunjukkan suhu telur – telur yang ditetaskan.
Kelembabannya tidak boleh kurang dari

60%

(tabung yang basah pada

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

hygrometer) 30,6o C (87o F) sampai hari ke 14 setelah itu dinaikkan 32,2o C (90o F)
sampai proses penetasan selesai (Nugroho dan Mayun, 1986).
Temperatur dalam Mesin Tetas
Dalam prakteknya temperatur dalam mesin tetas sering dibuat stabil sekitar
1030F (39,4oC) untuk semua penetasan telur unggas. Kelembaban dalam mesin
tetas untuk penetasan telur berbagai jenis unggas relatif sama, yaitu sekitar 60 –
79%. Selama persiapan ventilasi atas mesin tetas ditutup sampai hari penetasan ke
tiga (Suprijatna dkk, 2005).
Fertilitas
Fertilitas adalah persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang
digunakan dalam suatu penetasan. Nuryati dkk (2000) menyatakan bahwa agar telur
dapat menetas menjadi anak, telur tersebut harus dalam keadaan fertil atau disebut
dengan telur tetas. Telur tetas merupakan telur yang telah dibuahi sel jantan.
Fertilitas telur burung puyuh dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai
berikut : Sperma, Pakan, Umur pembibit, Musim atau suhu, Sifat kawin pejantan,
Waktu perkawinan, Produksi telur (Redaksi Agromedia, 2002).
Pemeriksaan telur dilakukan 2 x selama penetasan yang pertama dilakukan
pada hari ke ke 7, saat itu sudah jelas terlihat perkembangan embrio berupa sebuah
titik dengan cabang – cabang berwarna merah di dalam kuning telur. Pemeriksaan
telur tahap kedua dilakukan pada hari ke 14 untuk penyeleksian telur fertil yang
mati. Cirinya saat peneropongan tampak sebagai gumpalan gelap yang tidak
bergerak dan harus dikeluarkan dari mesin tetas (Suprijatna dkk, 2005).

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

Daya tetas
Suatu penelitian menunjukkan bahwa telur

yang disimpan terlalu lama

akan menurunkan daya tetasnya. Telur – telur yang disimpan daya tetasnya akan
menurun kira – kira 3 % tiap tambahan sehari. Telur yang disimpan
dalam kantung plastik PVC (Polyvinylidene chloride) dapat tahan lebih lama, kira
– kira 13 sampai 21 hari dibandingkan telur yang tidak disimpan dalam kantung
plastik PVC. Biasanya telur yang disimpan dalam kantung plastik ini daya tetasnya
juga lebih tinggi dari pada telur yang disimpan dalam ruangan terbuka
(Nugroho dan Mayun, 1986).
Mortalitas Embrio
Kematian embrio banyak terjadi dalam keadaan kritis selama waktu
penetasan. Ada dua periode kritis pada masa penetasan : Selama tiga hari pertama
dari masa penetasan, Pada masa burung puyuh akan menetas.
Kematian yang tinggi pada embrio pada umumnya disebabkan karena
embrio tidak mampu berfungsi dengan baik, saat kritis itu antara lain pada
perubahan posisi pada saat akan menetas. Atau saat anak burung puyuh mulai
mematuki kulit kerabang telur untuk menetas, anak burung puyuh tak dapat
memakai albumen yang tersisa, kegagalan absorbsi yolk sack saat – saat peralihan
dari allanthois ke pernafasan dengan paru - paru (Nugroho, 1981).

Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A.
Sofyan No.3 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara Medan, berada pada ketinggian 25 m dari permukaan laut. Penelitian
berlangsung mulai 29 November 2008 – 14 April 2009
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Burung puyuh umur 6 minggu sebanyak 108 ekor ( 81 ekor betina dan 27
ekor pejantan ) ( x BB : 147.32, ±Sd : 37.6 ), Telur burung puyuh sebanyak 270
butir, Air minum, Mineral yang digunakan yaitu : Na2CO3, CaCO3, NH4Cl,
(NH4)3PO4 , Vaksin New Castle Disease (NCD), Obat-obatan yaitu Neomedrill
dan tetraclhor, Vitamin seperti burung puyuh vit dan ciami, Desinfektan seperti
rodalon, Kalium permanganat dan formalin sebagai bahan fumigasi , Ransum
burung puyuh disusun menurut perlakuan, kecuali kontrol dipakai produksi P.T.
Charoen Pokphand Indonesia, Asam hidroklorida (HCl) dengan konsentrasi 3%
sebagai palarut mineral, Aquades sebagai pengencer asam

Alat
Kandang sebanyak 27 plot ukuran panjang x lebar x tinggi 60 x 40 x 20 cm
/ unit setiap plot diisi dengan 4 ekor yang terdiri dari 1 ekor jantan dan 3 ekor
betina , Tempat pakan dan air minum, Lampu 40 watt sebagai penerangan,
Timbangan ”ohaus” kapasitas 2 kg dan timbangan elektrik, Hand Sprayer, Mesin
tetas 4 unit ukuran panjang x lebar x tinggi 106 x 90 x 40 cm dengan kapasitas 500
Josua Roni Sinaga : Pengujian Suplementasi Mineral Esensial ( Ca, P, Na dan Cl ) Dalam Ransum Terhadap
20 Puyuh ( Coturnix – coturnix japonica ), 2009.
Fertilitas, Daya Tetas dan Mortalitas Pada Telur Burung

butir telur tetas serta peralatannya, Kardus , Alat – alat pembersih kandang, Alat
tulis dan kalkulator
Metode Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap (RAL) dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan, dimana setiap ulangan terdiri
dari 4 ekor burung puyuh.
Perlakuan yang diteliti sebagai berikut :
P1 : Kontrol (pakan produksi Charoen Pokphand Indonesia), P2: P1 + 37,5
g CaCO3 + 0.00035 g Na2CO3, P3: P1 + 75 g CaCO3 + 0.00070 g Na2CO3, P4: P1
+ 10 g (NH4)3PO4+ 0,00015 g NH4Cl, P5 : P1 + 20 g (NH4)3PO4 + 0,00030 g