Analisis الطباق (Al-tibāq) Pada Surat Al-Baqarah

(1)

ANALISIS

قﺎ ﻄ ا

(

Al-tib

ā

q

) PADA SURAT

AL-BAQARAH

SKRIPSI SARJANA

OLEH :

HASNAH SIAHAAN 060704030

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

MEDAN


(2)

ANALISIS

قﺎ ﻄ ا

(

Al-tib

ā

q

) PADA SURAT AL-BAQARAH

SKRIPSI SARJANA

O L E H

HASNAH SIAHAAN 060704030

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dra. Nursukma Suri, MA.g Drs. Bahrum Saleh, MA.g NIP. 196312251987032001 NIP. 19620919199001003

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Bahasa Arab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB MEDAN


(3)

Disetujui oleh :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB MEDAN

Ketua, Sekretaris,

Dra. Khairawati, M.A., Ph.D Drs. Mahmud Khudri, M.Hum NIP. 196302111989032001 NIP. 19600504198703100


(4)

PENGESAHAN :

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam Ilmu Sastra Arab pada Fakultas Sastra USU Medan

Pada :

Tanggal : 17 Juli 2010 Hari : Kamis

FAKULTAS SASTRA USU Dekan,

Prof. Syaifuddin, M.A.,Ph.D. NIP. 19650909 199403 1 004

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Dra. Khairawati, M.A., Ph.D ( ---)

2. Drs. Mahmud Khudri, M.Hum ( ---) 3. Dra. Nursukma Suri, MA.g ( ---)

4. Drs. Bahrum Saleh, MA.g ( ---)


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Juli 2010


(6)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam skripsi ini adalah Pedoman Transliterasi berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.158 tahun 1987 dan No. 0543b /U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب

Ba B be

ت

Ta T te

ث

Sa Ś es (dengan titik di

atas)

ج

Jim J je

ح

Ha ḥ ha (dengan titik di

bawah)

خ

Kha Kh ka dan ha

د

Dal D de

ذ

Zal Ż zet (dengan titik di

atas)

ر

Ra R er

ز

Zai Z zet

س

Sin S es

ش

Syin Sy es dan ye

ص

Sad ș es (dengan titik di

bawah)

ض

Dad ḍ de (dengan titik di

bawah)

ط

Ta ṭ te (dengan titik di


(7)

ظ

Za ẓ zet (dengan titik di bawah)

ع

‘Ain ‘ koma terbalik (di atas)

غ

Gain G ge

ف

Fa F ef

ق

Qaf Q ki

ك

Kaf K ka

ل

Lam L el

م

Mim M em

ن

Nun N en

و

Waw W we

ه

Ha H ha

ء

Hamzah ` apostrof

ي

Ya Y ye

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap.

Contoh :

ﺔ ﺪ

= muqaddimah

ةرﻮ ا

ﺔ ﺪ ا

= al-Madinah al-munawwarah C. Vokal

1. Vokal Tunggal

--- (fathah) ditulis “a”, contoh :

أﺮ

= qara’a --- (kasrah) ditulis “i”, contoh :

ر

= raima --- (dammah) ditulis “u”, contoh :

آ

= kutubun 2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap

ي

---

(fathah dan ya) ditulis “ai ” Contoh :

ز

= zainab


(8)

آ

= kaifa

Vokal rangkap

و

---

(fathah dan waw) ditulis “au” Contoh :

لﻮ

= ḥaula

لﻮ

= qaulun

D. Vokal Panjang (maddah)

ا

---

dan

ي

---

(fathah) ditulis “a”, contoh :

مﺎ

= qāma

= qaā

ي

---

(kasrah) ditulis “i”, contoh :

ر

= raīmun

و

---

(dammah) ditulis “u”, contoh :

مﻮ

= ‘ulūmun E. Ta Marbutah

a. Ta marbutah yang berharkat sukun ditransliterasikan dengan huruf “h” Contoh :

ﺔ ﺮﻜ ا

ﺔﻜ

= makkah al-mukarramah

ﻹا

ﺔ ﺮ ا

= al-syarī‘ah al-islāmiyyah

b. Ta marbutah yang berharkat hidup ditransliterasikan dengan huruf “t” Contoh :

ﻹا

ﺔ ﻮﻜ ا

= al-ukūmatu al-islāmiyah

ةﺮ اﻮ ا

ﺔ ا

= al-sunnatu al-mutawātirah

F. Hamzah

Huruf hamzah (

ء

) di awal kata dengan vokal tanpa didahului oleh tanda apostrof. Contoh :

نﺎ إ

= imānun

G. Lafzu al-Jalālah

Lafzu al-Jalālah (kata

ﷲا

) yang berbentuk frase nomina ditransliterasi tanpa hamzah.

Contoh :

ﷲا

= ‘Abdullah

ﷲا

= ḥablulla


(9)

H. Kata Sandang “al”

1. Kata sandang “al” tetap ditulis “al”, baik pada kata yang dimulai dengan huruf qamariyah maupun syamsiyah.

Contoh :

ﺔ ﺪ ا

آﺎ ﻷا

= al-amākinu al-muqaddasah

ﺔ ﺮ ا

ﺔ ﺎ ا

= al-siyāsah al-syar‘iyyah

2. Huruf “a” pada kata sandang “al” tetap ditulis dengan huruf kecil meskipun merupakan nama diri.

3. Kata sandang “al” di awal kalimat dan pada kata “Allah SWT, Qur’an” ditulis dengan huruf kapital.

Contoh :

ىدروﺎ ا

= al-Mawardi


(10)

KATA PENGANTAR







Alhamdulillahi Rabbi al-‘ālamīn penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala karunia dan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana yang ada di hadapan pembaca.

Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, seorang tokoh revolusioner dunia yang memiliki akhlak Al-Qur’an sehingga menjadi teladan bagi segenap umat.

Skripsi ini berjudul Analisis قﺎ ا (Al-tibaaq) pada surah Al-Baqarah. Penulis tertarik memilih judul ini karena ingin mendalami ilmu balaghah terutama At-tibaq dan ingin melanjutkan penyempurnaan dari dua tulisan yang terdahulu.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan maupun hambatan. Baik mengenai literature sebagai sumber rujukan, maupun disebabkan masih terbatasnya kemampuan penulis dalam bidang yang sedang dibahas. Namun berkat rahmat Allah SWT serta bantuan berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.


(11)

UCAPAN TERIMA KASIH

Berkat ridha dan rahmat Allah SWT, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua yang tercinta, Ayahanda Sani Siahaan dan Ibunda Rohana Munthe yang telah membesarkan, mendidik, dan selalu mendoakan penulis hingga penulis menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi.

2. Bapak Prof. Drs. Syaifuddin, M.A. ,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Bapak Drs. Aminullah M.A.Ph.D selaku Pembantu Dekan I. Bapak Drs. Samsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II. Bapak Drs. Parlaungan Ritonga M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Khairawati, M.A.,Ph.D selaku Ketua Program Studi Sastra Arab, Bapak Drs. Mahmud Khudri, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Nursukma Suri M,Ag selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. Bahru Saleh M.Ag selaku Dosen Pembimbing II yang dengan ikhlas telah rela meluangkan waktu dan pikirannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

5. Ibu Drs. Aminullah M.A.Ph.D, selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan berbagai nasehat dalam rutinitas penulis menjalani kegiatan perkuliahan di Program Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara ini.

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pengajar di Program Studi Sastra Arab, Fakutas Sastra, Universitas Sumatera Utara yang telah menambah wawasan penulis selama masa perkuliahan serta Sdr.Andika sebagai staf tata usaha di Program Studi Sastra Arab.


(12)

7. Terima kasih khusus untuk kakanda Syahrul Siahaan, Zulpan Siahaan Adinda Syaipul Siahaan dan A. Rafi Ichsan yang telah memberi motivasi, semangat, dan do’a yang tiada henti untukku.

8. Teman-teman Stambuk 0`6 (Arif, Saipul, Surya, Haris, baihaqi, Jarod, Mahmuda, Riki, Rahman, Shaleha, Isna ,Sarah, Sani, Ika, Dwi, Elly, Elit, Rodiah. motivasi, serta teman-teman di Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA).

9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu tetapi telah memberikan bantuan yang tidak terhingga kepada penulis. Terima kasih untuk segalanya.

Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan semoga Allah SWT akan membalas semua kebaikan yang telah dilakukan

Medan, Juli 2010


(13)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

DAFTAR ISI...iii

PEDOMAN TRANSLITERASI... ...iv

DAFTAR SINGKATAN... ... v

ABSTRAKS……….. … .. .vi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Metode Penelitian ... 3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sekilas tentang Al-baqarah 20

3.2 At-tibaq Ijabi 21

3.2.1 At-tibaq yang terdiri dari Ism 21

3.2.2 At-tibaq yang terdiri dari Fi’il 45

3.2.3 At-tibaq yang terdiri dari Hurf 49

3.2.4 At-tibaq yang terdiri dari Ism dan Fi’il 52

3.2.5 At-tibaq yang terdiri dari Fi’il dan Ism 52

3.2.6 At-tibaq dalam ayat tersebut Ism dan Fi’il 54

3.3 At-tibaq Salbi 56

3.4 Iham Al-tidad 59

BAB IV : PENUTUP 4.1 Kesimpulan...62

4.2 Saran...63 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR SINGKATAN

IMBA : Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab

No. : Nomor

SAW : Sallallahu ‘alaihi wasallam SKB : Surat Keputusan Bersama SWT : Subhanahu wa ta’ala QS : Qur’an Surah


(15)

ABSTRAK

Hasnah Siahaan, 2010. Analisis At-tibaq dalam Qur’an pada surah Al-Baqarah. Medan : Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

At-tibaq adalah bagian dari keindahan makna yang dibahas dalam ilmu badi’, at-tibaq adalah mengumpulkan sesutu dengan lawannya dalam sutu kalimat atau bait syair, penulis tertarik menganalisis tentang judul ini karena ingin menyempurnakan penulisan yang terdahulu.

Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui tentang pembagian at-tibaq, serta mengetahui keindahan makna ayat-ayat yang termasuk bentuk at-tibaq pada surah Al-Baqarah. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif , penulis mengambil rujukan dari buku-buku Balaghah, diantaranya buku ilmu Badi’ karangan Abdul Aziz Atiq, Al-Balagatu al-wadihah karangan Ali Jarim dan Musthafa Amin. Untuk mengetahui makna yang terkandung pada surah Al-Baqarah tersebut, penulis menggunakan Tafsir-tafsir Al-Qur’an seperti: Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Misbah dan lainnya .

Hasil penelitian yang diperoleh dari Analisis At-tibaq dalam Al-Qur’an pada surah Al-Baqarah terdapat 68 ayat yang tersusun diantara dua Ism yaitu 47, yang tersusun diantara dua Fi’il yaitu 24, yang tersusun diantara dua Hurf 2, yang tersusun diantara Fi’il dan Ism 6 dan sebaliknya 2.


(16)

ﺔ ﺪ ﺮ

ةرﻮ

ﺎهﺎ

,

ا

ةﺮ ا

ةرﻮ

ﺮﻜ ا

ناﺮ ا

قﺎ ا

.

ناﺪ

:

ﺔ ا

ﺔ ﺮ ا

ﺔ آ

باد ا

ﺔ ﺎ

ﺔ ﺎ ا

ةﺮ ﻮ

.

ﻮهو

ﺪ ا

ﻰ ا

ﺔ ﻮ ا

تﺎ

ا

عاﻮ أ

عﻮ

ﻮه

قﺎ ا

أ

آ

ﺪ و

ء

ا

وأ

ﺪ ا

ا

و

.

ﺚ ا

ﻰ ا

ﺔﺜ ﺎ ا

و

ﺎ ا

ﺚ ا

نأ

تدارأ

ﺎﻬ أ

أ

عﻮ ﻮ ا

اﺬه

.

تﺎ ا

يﻮ ا

ﺎ و

قﺎ ا

مﺎ أ

ﺔ ﺮ

ﻮه

ﺚ ا

اﺬه

ضﺮ او

ةﺮ ا

ةرﻮ

.

ﺔ ﺮ ا

ا

و

ﻮ ا

ﺔ ﺮ

ﺔﺜ ﺎ ا

ا

ﺚ ا

اﺬه

و

ﺰ ﺰ ا

أ

و

مرﺎ ا

و

.

بﺎ آ

ﺎﻬ

ا

ردﺎ

او

ا

ﺰ ﺰ ا

ﺪ ا

,

أ

و

مرﺎ ا

ﻮ ا

ا

بﺎ آ

و

.

ﺔ ﺮ

و

و

ﺮ ﺜآ

ا

ﺮ آ

ناﺮ ا

ﺮ ﺎ

آ

ﺔﺜ ﺎ ا

تﺪ ا

ةﺮ ا

ةرﻮ

تﺎ ا

ﻰ ﺎ

ﺎ هﺮ

و

حﺎ

ا

.

فﺪﻬ

ﺎ ا

اﺬه

ﺚ ا

ﻰ إ

ﺔ ﺮ

ا

تﺎ ا

ﺔ ﺮ ا

و

ﺎ ﻬ

و

قﺎ ا

ةﺮ ا

ةرﻮ

ﺪ ﻮ

ﻰ ا

قﺎ اﺎ

,

ﺔ ﺮ

ﺚ ا

اﺬه

)

1985

(

ﺎ و

ﺔﺜ ﺎ ا

ل

قﺎ ا

ﺚ ﺎ

ﺔ ارﺪ ا

ﺔ ﻜ ا

research)

(

library

ﺔ ارﺪ او

ﻮ ا

.

ﺬه

ت

ﺎ ا

ﺎ ا

ا

قﺎ ا

نأ

ا

ةﺮ ا

ةرﻮ

ﺮﻜ ا

ناﺮ

ﺪ ﻮ

68

تﺎ ا

ه

و

ء اﺎ

قﺎ ا

ﻰ ا

نﻮﻜ

ﻰهو

تﺎ ا

58

ا

ه

و

اﺎ

قﺎ

تﺎ ا

24

تﺎ ا

ه

و

ﺮ اﺎ

قﺎ ا

2

تﺎ ا

ه

و

ء ا

و

اﺎ

قﺎ ا

6


(17)

ABSTRAK

Hasnah Siahaan, 2010. Analisis At-tibaq dalam Qur’an pada surah Al-Baqarah. Medan : Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

At-tibaq adalah bagian dari keindahan makna yang dibahas dalam ilmu badi’, at-tibaq adalah mengumpulkan sesutu dengan lawannya dalam sutu kalimat atau bait syair, penulis tertarik menganalisis tentang judul ini karena ingin menyempurnakan penulisan yang terdahulu.

Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui tentang pembagian at-tibaq, serta mengetahui keindahan makna ayat-ayat yang termasuk bentuk at-tibaq pada surah Al-Baqarah. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif , penulis mengambil rujukan dari buku-buku Balaghah, diantaranya buku ilmu Badi’ karangan Abdul Aziz Atiq, Al-Balagatu al-wadihah karangan Ali Jarim dan Musthafa Amin. Untuk mengetahui makna yang terkandung pada surah Al-Baqarah tersebut, penulis menggunakan Tafsir-tafsir Al-Qur’an seperti: Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Misbah dan lainnya .

Hasil penelitian yang diperoleh dari Analisis At-tibaq dalam Al-Qur’an pada surah Al-Baqarah terdapat 68 ayat yang tersusun diantara dua Ism yaitu 47, yang tersusun diantara dua Fi’il yaitu 24, yang tersusun diantara dua Hurf 2, yang tersusun diantara Fi’il dan Ism 6 dan sebaliknya 2.


(18)

ﺔ ﺪ ﺮ

ةرﻮ

ﺎهﺎ

,

ا

ةﺮ ا

ةرﻮ

ﺮﻜ ا

ناﺮ ا

قﺎ ا

.

ناﺪ

:

ﺔ ا

ﺔ ﺮ ا

ﺔ آ

باد ا

ﺔ ﺎ

ﺔ ﺎ ا

ةﺮ ﻮ

.

ﻮهو

ﺪ ا

ﻰ ا

ﺔ ﻮ ا

تﺎ

ا

عاﻮ أ

عﻮ

ﻮه

قﺎ ا

أ

آ

ﺪ و

ء

ا

وأ

ﺪ ا

ا

و

.

ﺚ ا

ﻰ ا

ﺔﺜ ﺎ ا

و

ﺎ ا

ﺚ ا

نأ

تدارأ

ﺎﻬ أ

أ

عﻮ ﻮ ا

اﺬه

.

تﺎ ا

يﻮ ا

ﺎ و

قﺎ ا

مﺎ أ

ﺔ ﺮ

ﻮه

ﺚ ا

اﺬه

ضﺮ او

ةﺮ ا

ةرﻮ

.

ﺔ ﺮ ا

ا

و

ﻮ ا

ﺔ ﺮ

ﺔﺜ ﺎ ا

ا

ﺚ ا

اﺬه

و

ﺰ ﺰ ا

أ

و

مرﺎ ا

و

.

بﺎ آ

ﺎﻬ

ا

ردﺎ

او

ا

ﺰ ﺰ ا

ﺪ ا

,

أ

و

مرﺎ ا

ﻮ ا

ا

بﺎ آ

و

.

ﺔ ﺮ

و

و

ﺮ ﺜآ

ا

ﺮ آ

ناﺮ ا

ﺮ ﺎ

آ

ﺔﺜ ﺎ ا

تﺪ ا

ةﺮ ا

ةرﻮ

تﺎ ا

ﻰ ﺎ

ﺎ هﺮ

و

حﺎ

ا

.

فﺪﻬ

ﺎ ا

اﺬه

ﺚ ا

ﻰ إ

ﺔ ﺮ

ا

تﺎ ا

ﺔ ﺮ ا

و

ﺎ ﻬ

و

قﺎ ا

ةﺮ ا

ةرﻮ

ﺪ ﻮ

ﻰ ا

قﺎ اﺎ

,

ﺔ ﺮ

ﺚ ا

اﺬه

)

1985

(

ﺎ و

ﺔﺜ ﺎ ا

ل

قﺎ ا

ﺚ ﺎ

ﺔ ارﺪ ا

ﺔ ﻜ ا

research)

(

library

ﺔ ارﺪ او

ﻮ ا

.

ﺬه

ت

ﺎ ا

ﺎ ا

ا

قﺎ ا

نأ

ا

ةﺮ ا

ةرﻮ

ﺮﻜ ا

ناﺮ

ﺪ ﻮ

68

تﺎ ا

ه

و

ء اﺎ

قﺎ ا

ﻰ ا

نﻮﻜ

ﻰهو

تﺎ ا

58

ا

ه

و

اﺎ

قﺎ

تﺎ ا

24

تﺎ ا

ه

و

ﺮ اﺎ

قﺎ ا

2

تﺎ ا

ه

و

ء ا

و

اﺎ

قﺎ ا

6


(19)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang telah dikarunia oleh Allah SWT untuk hidup berbudaya, dan salah satu unsur kebudayaan adalah bahasa. Bahasa pada dasarnya adalah suatu sistem lambang atau syarat yang dipergunakan manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya. Bahasa memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia, hampir seluruh kegiatan memerlukan bahasa.

Menurut (Asrori, 2004:5) bahasa adalah:

ا

ﻬ اﺮ أ

مﻮ

آ

ﺎﻬ

تاﻮ أ

/al-lugatu awātu yu’abbiru bihā kulla qaumin ‘an `agrādihim/

Bahasa adalah bunyi yang digunakan oleh setiap bangsa atau masyarakat untuk mengemukakan ide (Ibnujini dalam Imam Asrari, 2004:5)

Menurut Keraf, (1991: 2): Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Bahasa yang ada di dunia ini sangatlah banyak dan beragam, salah satu bahasa dari bahasa yang ada di dunia adalah bahasa Arab yaitu bahasa yang digunakan dalam Al-Qur’an sesuai dengan firman Allah SWT:









…………



/

wakażālika anzalnāhu hukmān ‘arabiyyān/

“Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab.”(QS. Ar-Ra’du: 37)

Al-Qur’an adalah kitab suci yang tiada tandingan dari seluruh kitab yang ada. Mengungkapkan kandungan Al-Qur’an dengan ribuan bahkan jutaan


(20)

lembaran dan halaman pun tidaklah mengakhiri isi kandungannya. Siapa saja yang membacanya tidak akan pernah merasa bosan untuk mengulang dan mengulanginya lagi, meskipun seumur hidup ini dihabiskan untuk membaca. Mengkaji dan menghayatinya niscaya tidak akan puas dan tak akan selesai, itulah kitab suci Allah yang membuat gunung-gunung, langit dan bumi tunduk gemetar tidak sanggup mengembannya. Al-Qur’an adalah amanat yang dibebankan kepada manusia untuk melestarikan dan mengharmoniskan kehidupan di dunia dan memperoleh kebahagian sejati yang abadi di dua tempat yang masing-masing memiliki dimensi yang berbeda tapi saling kondusif dalam menentukan kedudukan dan posisi setiap individu di sisi Allah SWT dan Nabi-Nya (Abdurrahman, 1997). Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun, 2 bulan, 22 hari dan terbagi surat Makkiyah dan Madaniyyah yang terdiri dari 30 juz dan 114 surat (Bik, 1980: 6)

Ilmu balaghah adalah suatu ilmu yang berlandaskan kepada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar diantara macam ungkapan (uslub).

Ilmu balaghah meliputi ilmu ma’ani, ilmu bayan, ilmu badi’, salah satu ilmu dari ilmu badi’ adalah at-tibaq. at-tibaq ialah berkumpulnya dua kata yang berlawanan dalam suatu kalimat.

Menurut Jarim, Ali dan Musthafa Amin (2007 : 229) :

قﺎ ا

:

م ﻜ ا

و

ء

ا

ا

.

/al-tibāqu : al-jam’u baina al-syai’i wa diddihi fī al-kalāmi/

“At-tibaq : berkumpulnya dua kata yang berlawanan dalam suatu kalimat.”

Contoh:

/fa’ūlā’ika yubaddilu al-lāhu sayyi’ātihim hasanātin/


(21)

Dalam suatu penelitian atau penulisan sebuah karya ilmiah, tentunya peneliti mempunyai alasan mengapa judul tersebut diangkat dalam suatu pembahasan. Adapun alasan yang menjadi dasar penulisan judul ini adalah peneliti ingin mendalami tentang ilmu balaghah terutama tentang at-tibaq. Hal ini disebabkan karena didalam dua peneliti terdahulu tentang at-tibaq kurang mendetail dan kurang lengkap. Hasil penelitian sementara yang penulis teliti terdapat .. bentuk at-tibaq pada surah Al-Baqarah secara umum.

Perumusan Masalah

Penulis perlu memberikan perumusan masalah dalam penelitian ini untuk memfokuskan permasalahan sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan sasaran yang diinginkan dan terhindar dari penyimpangan. Dalam hal ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana jenis /

قﺎ ا

/al-tibāq pada surah Al-Baqarah?

قﺎ ا

/al-tibāq pada surah Al-Baqarah? 2. Bagaimana keindahan makna /

Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis /

قﺎ ا/

al-tibāq pada surah Al-Baqarah.

2. Untuk mengetahui keindahan makna /

قﺎ ا

/al-tibāq pada surah Al-Baqarah?

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Untuk melanjutkan penyempurnaan dari tulisan yang telah ditulis oleh

peneliti terdahulu.

2. Untuk mendalami keindahan Al-Qur’an, khusus surah Al-Baqarah, dari segi at-tibaq.

3. Untuk menambah pembendaharaan karya ilmiah Fakultas Sastra pada umumnya dan Program Studi Sastra Arab pada khususnya.


(22)

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan ( Library Research ) dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif yaitu : prosedur pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengklafikasikan, menganalisis, menginterprestasikan berdasarkan pada fakta-fakta.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Peneliti menggunakan Software Al-Qur’an, Al-Qur’an Al-Karim Departemen Agama, tafsir Fi Zhilalil Qur’an, tafsir Al-misbah, tafsir Ibnu Katsir, buku ilmu badi’dan buku balaghah wadhihah sebagai data primer. Sedangkan data sekunder , peneliti mengumpulkan buku-buku dan referensi lainnya yang berhubungan dengan masalah at-tibaq.

Dalam memindahkan tulisa Arab ke dalam tulisan Latin, peneliti menggunakan system transliterasi Arab latin berdasarkan SKB Menenteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.158/1987 dan. 0543 b/u/1987 tertanggal 22 januari 1988.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Adapun tahap-tahap penelitian ini adalah:

1. Membaca dan memahami konsep-konsep atau teori yang berkaitan dengan analisis at-Tibaq.

2. Mengumpulkan data berdasarkan referensi yang berhubungan dengan bahasan peneliti.

3. Mengklasifikasikan data dan menganalisisnya.

4. Menyusun hasil penelitian secara sistematis yang akan disajikan dalam bentuk skripsi.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian sebelumnya pernah dikaji oleh Nasrul Syakur Chaniago Nim: 960704021 dengan judul “ Analisis Tibaq dalam ilmu Badi’ pada surah Saba’ dan surah Al-Jasiyah. Penelitian yang sama juga telah dilakukan oleh Rini Mardani Nim : 980704017 dengan judul “ Analisis Tibaq dan Muqabalah dalam Al-Qur’an pada surah Al-An’am. Akan tetapi peneliti tidak menemukan analisis at- tibaq yang terdiri dari Hurf dan jenis Tibaq Iham Al-tadad khususnya, oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengkaji at-tibaq dalam Al-Qur’an dalam Surah Al-Baqarah.

Ilmu balaghah terbagi kepada 3 (tiga) yaitu ilmu ma’ani, ilmu bayan dan ilmu badi’. Ilmu badi’ adalah suatu ilmu untuk mengetahui cara menghias dan memperindah susunan suatu kalimat. Ilmu Badi’ dapat dikaji dari segi:

1. Memperindah susunan kalimat dari segi lafaz /

ا

تﺎ

ا

/

al-muhassinātu al-lafziyyatu

2. Memperindah susunan kalimat dari segi makna /

ﺔ ﻮ ا

تﺎ

ا

/

al-muhassinātu al-ma’nawiyatu

Dari kajian tersebut penulis hanya meneliti dari segi keindahan makna saja. Menurut Jarim, Ali dan Musthafa Amin (2007: 294) memperindah susunan kalimat dari segi keindahan makna

ﺔ ﻮ ا

تﺎ

ا

/

al-muhassinātu al-ma’nawiyatu yaitu:

ﺔ رﻮ ا

) 1. Al-tauriyah (

2. Al-tibāq

(

قﺎ ا

)

3. Husnu al-ta’līl (

ا

)

4. Ta’kīdu al-madhi bimā yusyabbihu al-żammi (

حﺪ ا

ﺪ آﺄ

مﺬ ا

) dan lain-lain.

Dari beberapa pembagian di atas maka penulis mengambil at-tibaq sebagai kajian dalam penelitian penulis yang selanjutnya akan penulis uraikan berikutnya.


(24)

A.DEFENISI AT-TIBAQ

Penelitian ini terdapat beberapa referensi yang ada hubungannya dengan at-tibaq. Ada beberapa defenisi at-tibaq yang dirumuskan oleh beberapa ahli yang pada prinsipnya mengacu pada maksud yang sama, hanya saja redaksi yang berbeda.

Menurut Atiq (1985:76) mengatakan bahwa:

وأ

م آ

و

ءﻰ ا

ا

ﻰه

/hiya al-jam’u baina al-syai’i wa diddihi fī kalāmin aw baiti syi’rin/

“Mengumpulkan dua kata yang berlainan atau mengumpulkan sesuatu dengan lawannya dalam perkataan atau bait syair.

Menurut Jarim, Ali dan Musthafa Amin (1960:229) mengatakan bahwa:

قﺎ ا

:

م ﻜ ا

و

ء

ا

ا

.

/al-tibāqu : al-jam’u baina al-syai’i wa diddihi fī al-kalāmi/

“At-tibaq : berkumpulnya dua kata yang berlawanan dalam suatu kalimat.”

Defenisi at-tibaq secara termiologi ialah

ﺔ ﺎ

-

-

قﺎ

/Tabaqa - Yutabiqu -Mutabaqatu/ “ bertentangan”

Contoh:











/ula`ika al-lazina habitat a’maluhum fi al-dunya wa al-akhirati wa ma lahum minannasirina/

“Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong”. ( QS. Al-Imran: 22)

Bila kita perhatikan contoh di atas, maka contoh tersebut mencakup dua kata yang berlawanan yaitu



/ al-dunya / “


(25)

dunia”dan



/ al-akhirat / “akhirat”. Keindahan

at-tibaq adalah makna kata



/ al-dunya / “dunia”dan



/ al-akhirat / “akhirat” tampillah 170 orang Bani

Israil untuk menyuruh para pembunuh kepada kemakrufan dan melarang mereka dari kemungkaran. Namun, ke-170 orang itu pun dibantai pula pada sore harinya, mereka itulah kaum yang dikisahkan Allah Azza wa Jalla dalam ayat di atas, oleh karena itu, Allah membalas mereka dengan kehinaan dan kerendahan di dunia, dan dibalas dengan azab yang hina di akhirat

B. PEMBAGIAN AT-TIBAQ

at-tibaq menurut Atiq, Abdul Aziz mempunyai tiga jenis yaitu:

1. Mutābaqatu al-`ījābi

(

بﺎ ء ا

ﺔ ﺎ

)

ا

ﺔ ﺎ

)

2. Mutābaqatu al-salbi (

ا

دﺎ ا

مﺎﻬ

) 3. Ihām al-tadād (

1. Mutābaqatu al-`ījābi

(

بﺎﺠﻳءﻻا

ﺔﻘ ﺎﻄﻣ

) :

بﺎ

ا

:

ﺎ ا

ناﺪ ا

هوأ

ﺪ ا

رﺎﻬ ﺎ

ﺎﻬ

حﺮ ﺎ

ه

و

.

/ mutābaqatu al-`ījābi :hiya māurriha fihā bi`izhāri al-diddaini aw hiya mā lam yakhtalif fīhi al-diddāni `ījābān wa salbān/.

“Mutabaqah Ijabi ialah Mutabaqah yang di dalammya jelas ditampakkan dua kata yang berlawanan, atau mutabaqah yang dua kata berlawanan di dalamnya berbeda positif dan negatif.”( Atiq 1985:77)

بﺎ ء ا

قﺎ

,

و

ﺎ ﺎ ا

ن

اﺪ ا

ﻮهو

/tibāqu al-`ījābi, wa huwa mā lam yakhtalif fīhi al-diddāni `ījābān wa salbān/ “Tibaq ijabi yaitu tibaq kedua katanya yang berlawanan itu tidak berbeda positif dan negatif” (Jarim, Ali dan Musthafa Amin 2007: 229)

Dari defenisi at-tibaq Ijabi di atas dapat disimpulkan bahwa at-tibaq Ijabi

merupakan berkumpulnya dua kata yang berlawanan yang didalamnya tidak berbeda positif dan negatif atau dua kata yang bertentangan secara alami karena


(26)

tidak ada kata tidak ( Harf nafi) dalam berkumpulnya dua kata yang berlawanan tersebut.

Contoh:

هو

ﺎ ﺎ ْأ

ْ ﻬ ْ و

دﻮ ر

ْ



….

/

Watahsabuhum ‘yqāzān wahum ruqūd/

‘Dan kamu mengira mereka itu bangun, Padahal mereka tidur… (Q.S Al-Kahfi: 18)

Bila kita perhatikan contoh di atas, maka contoh tersebut mencakup dua

kalimat yang berlawanan yaitu

ﺎ ﺎ أ

/ aiqazan / “bangun” dan

دﻮ ر

/ruqūd / “tidur”. Keindahan at-tibaq adalah makna kata

ﺎ ﺎ أ

/aiqazan / “ bangun” dan

دﻮ ر

/ruqūd / “tidur” dimana hal ini berkaitan dengan adanya peristiwa di gua kahfi yaitu ketika katika terjadinya peristiwa tersebut Nabi Muhammad SAW

menerima wahyu dapat melihat mereka kedalam gua dan mereka menyangka

bahwa mereka itu tidak tidur, menurut suatu keterangan dari ibnu Abbas mata

mereka itu tidak terkatub, sehingga dari jauh mereka akan kelihatan seperti terjaga

( bangun), padahal mereka tidur.

ﺴ ا

ﺔﻘ ﺎﻄﻣ

):

2. Mutābaqatu al-salbi (

بﺎ ا

:

ﺎ ﺎ ا

ناﺪ ا

ﺎﻬ

ا

ه

وأ

ﺪ ا

رﺎﻬ ﺎ

ﺎﻬ

حﺮ

ه

و

.

/ mutābaqati al-salbi :hiya mā lam yuarrah fīhā bi`izhāri al--diddaini aw hiya mā `ikhtilafa fīhā al-diddā ni `ījābā wa salbān/

Mutabaqah Salbi ialah mutabaqah yang di dalamnya tidak jelas ditampakkan dua kata yang berlawanan, atau mutabaqah yang dua kata yang berlawanan di dalamnya berbeda positif dan negatif "(Atiq 1985: 80)

ا

قﺎ

,

و

ﺎ ﺎ ا

ناﺪ ا

اﺎ

ﻮه


(27)

Tibaq salab yaitu thibaq yang kedua katanya yang berlawanan itu berbeda positif dan negatif” (Jarim, Ali dan Musthafa Amin 2002:229)

Dari defenisi at-tibaq Salbi di atas dapat disimpulkan bahwa at-tibaq Salbi

merupakan berkumpulnya dua kata yang berlawanan yang didalamnya berbeda positif dan negatif.

Contoh:

ْ

و

سﺎﱠ ا

نﻮ ْ ْ

ﱠ ا

نﻮ ْ



….

/Yastakhfūna mina al-annās walā yastakhfūna mina allah/

“mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah…(Q.S. An- Nisa’ :108)

Bila kita perhatikan contoh di atas , maka at-tibaq dalam ayat ini adalah berkumpulnya lafaz

نﻮ

/ yastakhfūna / “bersembunyi” dan

نﻮ

/ lā yastakhfūna / “tidak bersembunyi”. Dengan adanya perbedaan positif dan negatif nya kedua kata tersebut berlawanan. Keindahan at-tibaq adalah makna kata

نﻮ

/ yastakhfūna / “bersembunyi” dan

نﻮ

/ lā yastakhfūna / “tidak bersembunyi” adanya pernyataan yang positif dari Allah memberi pernyataan bahwa kita (manusia) tidak dapat bersembunyi dari pandangan Allah SWT karena Allah maha melihat.

ا

دﺎﻀﺘ ا

مﺎﻬﻳ

):

3.Ihām al-tadād (

أ

أ

ﺪ ا

هﻮ

نأ

ﻮه

/huwa an yūhima lafza al-diddu annahu diddu ma’a `annahu laisa bididdin/

“Digambarkannya lafaz yang berlawanan seolah-olah ia mengandung makna yang berlawanan yang sebenarnya ia tidak berlawanan”(Atiq 1985: 80)

Contoh:






(28)

/ inna al-lazina kafaru wa zalamu lam yakuni al-allahu liyaqfira lahum wa la liyahdiyahum tariqan/

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka”. ( QS. An-Nisa’)

Pada contoh di atas tersebut ditemui bentuk at-tibaq yaitu kata yang makna berlawanan yang sebenarnya ia tidak berlawanan, dan terdiri dari Ism yaitu kata



/

zalamu/ “ kezaliman” dan



/yaqfira/ “mengampuni”. Makna



/

zalamu/ “ kezaliman”

tidak berlawanan dengan



/yaqfira/ “mengampuni” ”. Namun lafaz pada kata tersebut digambarkan seolah-olah berlawanan. Jenis at-tibaq ini adalah Iham At-tidad. Keindahan at-tibaq adalah makna kata



/

zalamu/ “ kezaliman” dan



/yaqfira/

“mengampuni” diiringi kata sebelumnya yaitu



/ kafaru / “ orang-orang yang kafir” sesungguhnya orang-orang kafir dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah, benar-benar telah sesat sejauh-jauhnya. Yakni, mereka kafir sehingga tidak mengikuti kebenaran, menghalang-halangi manusia dari kebenaran, dan mereka pun tersesat dengan sejauh-jauhnya. Kemudian Allah memberitahukan ketetapannya terhadap orang-orang kafir yang menzalimi dirinya sendiri karena melanggar perbuatan-perbuatan yang diharamkan bahwa dia tidak akan mengampuni mereka dan tidak akan menunjukan jalan kebaikan.

C. TATA- CARA MEMBUAT

SUSUNAN

KALIMAT AT-TIBAQ

Susunan kalimat dalam At-tibaq menurut Atiq (1985: 77)

آﺮ

وأ

م آ

و

ءﻰ ا

ا

ﻰه

ﺎآ

و

دﺎ

ا

ا

دﺎ

ﺎآ

ﻚ ﺬآ

و

دﺎ

ا

hiya al-jam’u baina al-syai’i wa diddihi fī kalāmin aw baiti syi’rin kā al- jam’i baina ismaini al-mutadāddaini wa kā al-jam’i baina fi’laini al-mutadāddaini wa kazalika kā al-jam’i baina harfaini mutadāddaini/


(29)

“Mengumpulkan dua kata yang berlainan atau mengumpulkan sesuatu dengan lawannya dalam perkataan atau bait syair seperti mengumpulkan dua ism yang berlawanan, dan seperti mengumpulkan dua fi’l yang berlawanan, dan juga seperti mengumpulkan dua hurf yang berlawanan.

1. Terdiri dari Ism

Adapun maksud kata yang terdiri dari Ism adalah susunan kata dalam kalimat yang terdiri dari Ism. Untuk lebih mempermudah pengertian di atas penulis akan menjelaskan defenisi Ism.

Defenisi Ism menurut Jarim, Ali dan Musthafa Amin (1996: 15)

ناﻮ

وأ

نﺎ ا

آ

,

تﺎ

وأ

,

دﺎ

وأ

,

ىأوأ

ﺮ ا

/kullu lafzin yusammā bihi insānun aw hayawānun, aw nabātun, aw jamādun, aw ‘ayyu syai`in `akhara/

“Setiap lafaz yang dinamakan dengan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda atau yang lainnya”

Defenisi Ism menurut Nu’mah(t.th: 13)

وأ

وأ

نﺎ ز

وأ

نﺎﻜ

وأ

دﺎ

وأ

تﺎ

وا

ناﻮ

وأ

نﺎ ا

لﺪ

ﺔ آ

آ

ﻮه

نﺎ ﺰ ا

دﺮ

/huwa kullu kalimatin tadullu ‘alā `insānu aw hayawānun aw nabātun aw jamādun aw makānun aw zamānun aw sifatun aw ma’nā mujarradin mina al-zamāni/

‘Setiap kata yang menunjukkan jenis: manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda, tempat, waktu, sifat atau setiap kata yang tidak mengandung masa”

Dari beberapa defenisi Ism tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ism

adalah setiap kata yang menerangkan nama benda, nama tempat, nama tumbuh-tumbuhan dan lain-lain, contoh:

بﺎ آ

/kitābun/ “ buku”

ةﺮهز

/zahratun/ “ bunga”

ةﺮهﺎ ا

/ al-qāhiratu/ “ Kairo”

Sedangkan at-tibaq yang terdiri atas Ism yaitu adanya bentuk Ism yang terdapat dalam sebuah kalimat. Adapun contoh at-tibaq yang terdiri Ism yaitu:


(30)







/ wa lillahi fi al-samawati wa ma fi al-ardi, wa ila al-allahi turja’u al-muru/

“Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan”. ( QS. Al-Imran: 109)

Bila kita perhatikan contoh di atas, maka contoh tersebut mencakup dua kalimat yang berlawanan yaitu



/ al-samawati / “ langit” dan



/ al-ardi / “langit”. Keindahan at-tibaq adalah makna kata



/ al-samawati / “ langit” dan



/ al-ardi / “langit”. Allah yang mengetahui segala sesuatu

dengan demikian, dia tidak perlu berbuat zalim terhadap hamba-Nya, seorang pun. Oleh karena itu, Allah berfirman kepunyaannyalah apa yang ada yang dilangit dan dibumi” yakni semua perkara itu milik Allah dan hamba-nya . “ dan kepada Allah-lah segala perkara dikembalikan” maksudnya, dia-lah yang menghukumi dan mengatur di dunia dan di akhirat.

Contoh lainnya:



















/ al-lazina yunfiquna fi al- sarra`I wa al-darra`I wa al-kazimina al-qaiza al-‘fina ‘ani alnasi, wa al-allahu yuhibbu al-muhsinina/

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)


(31)

orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. ( QS. Al- Imran: 134)

Bila kita perhatikan contoh di atas, maka contoh tersebut mencakup dua kalimat yang berlawanan yaitu



/ al-sarra`i/ “ lapang” dan



/ al-darra`i / “sempit”. Keindahan

at-tibaq adalah makna kata



/ al-sarra`i/ “ lapang” dan



/ al-darra`i / “sempit” diiringi kata sesudahnya

yaitu



/ wa

allahu yuhibbu al-muhsinina/ “ sesungguhny Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. Allah menceritakan sifat ahli surga yaitu orang-orang yang menginfakkan hartanya, baik di waktu lapang dan sempit yakni pada saat sulit dan lapang, saat giat dan malas, saat sehat dan sakitdan disegala hal dan keadaaan .

2.Terdiri dari Fi’l

Adapun maksud kata yang terdiri dari Fi’l adalah susunan kata dalam kalimat yang terdiri dari Fi’l. Untuk lebih mempermudah pengertian di atas penulis akan menjelaskan defenisi Fi’l.

Defenisi Fi’l menurut Jarim, Ali, Musthafa Amin (1966: 15)

ز

لﻮ

لﺪ

آ

صﺎ

/kullu lafzin yadullu ‘alā husūli ‘amali fī zamani khāssi/

‘ Tiap-tiap lafaz yang menunjukan suatu perbuatan pada kurun waktu yang khusus”

Defenisi Fi’l menurur Nu’mah (t.th: 13)

صﺎ

ز

ثوﺪ

لﺪ

ﺔ آ

آ

/kullu kalimatin tadullu ‘alā hudūsin syaī`in fī zamani khāsin/


(32)

Dari defenisi Fi’l di atas dapat disimpulkan bahwa Fi’l adalah kata menjelaskan suatu perbutan yang dilakukan pada waktu yang khusus.

Adapun contoh at-tibaq yang terdiri dari fi’l yaitu:

.











/ wa allahu yuhyi wa yumitu, wa allahu bima ta’lamuna basirun/

“….. Allah menghidupkan dan mematikan. dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Imran : 156)

Pada contoh tersebut ditemui kata yang berlawanan yang terdiri dari Fi’l

yaitu



/ yuhyi/ “ menghidupkan

dan



/ yumitu/ “ mematikan” . Keindahan at-tibaq adalah makna

kata / yuhyi/ “ menghidupkan

dan



/ yumitu/ “ mematikan” diiringi kata sesudahnya yaitu







/ allahu bima ta’maluna basirun/ “ Allah melihat

apa yang kamu kerjakan” tidak seorang pun yang dapat menghidupkan dan mematikan kecuali sesuai dengan kehendaknya dan takdir Allah. Tidak ada seorang pun yang menambah dan mengurangi usia seseorang melainkan ketetapan dan takdir Allah dan Allah maha melihat atas apa yang kamu kerjakan maksudnya, pengetahuan dan penglihatan Allah menembus seluruh makhluk. Contoh lainnya:
























(33)

/ ha`antum ha`ula`I hajajtum fima lakum bihi ‘ilmun falama tuhajjuna fima laisa lakum bihi ‘ilmun, wa allahu ya’lamu wa `antum la ta’lamuna/

“Beginilah kamu, kamu Ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, Maka Kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak Mengetahui”. ( QS. Al-Imran: 66)

Pada contoh tersebut ditemui kata yang berlawanan yang terdiri dari Fi’il

yaitu



/ya’lamu/ “ mengetahui” dan



/

lā ta’lamūna/ “ tidak mengetahui” . Termasuk jenis

at-tibaq Salbi, keindahan at-tibaq adalah makna kata



/ya’lamu/ “ mengetahui” dan

 

/lā ta’lamūna/ “ tidak mengetahui”, diiringi oleh

kata sebelumnya yaitu





/

laisa lakum bihi ‘ilmun/ “ hal yang tidak kamu ketahui” kedua belah pihak berdebat mengenai Ibrahim tanpa Ilmu pengetahuan. Jika kedua belah pihak berdebat mengenai perkara agama keduanya yang mengetahui, niscaya hal itu lebih baik. Oleh karena itu, Allah mengingkari perbuatan kaum yahudi dan nasrani itu. Allah menyuruh mereka mengembalikan pengetahuan kepada Allah, Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui kemudian Allah berfirman Ibrahim bukan seorang yahudi dan nasrani tapi dia adalah seorang yang lurus dan berserah diri.

3.

Terdiri dari Hurf

Adapun maksud kata yang terdiri dari Hurf adalah susunan kata dalam kalimat yang terdiri dari Hurf. Untuk lebih mempermudah pengertian di atas penulis akan menjelaskan defenisi Hurf.

Defenisi Hurf menurut Jarim, Ali dan Musthafa Amin (1966: 15)

ا

ﺎآ

ﺮﻬ

آ

/kullu lafzin lā yazharu ma’nāhu kā milā illa ma’a gairihi /

“Tiap-tiap lafaz yang tidak jelas maknanya yang sempurna kecuali dengan selainnya’


(34)

Defenisi Hurf menurut Nu’mah( t.th: 13)

ﺔ آ

آ

ﻮه

ﺎهﺮ

ا

ﺎﻬ

/huwa kullu kalimatin laisa lahā ma’nā illa ma’a ghairihā/

‘Setiap kata yang tidak memiliki makna kecuali bergabung dengan kata lain’

Dari beberapa defenisi hurf diatas dapat disimpulkan bahwa hurf adalah lafaz yang tidak dimengerti maknanya kecuali bergabung dengan lafaz lainnya. at-tibaq yang terdiri dari hurf merupakan pertentangan makna yang terdiri dari hurf

yang terdapat dalam suatu kalimat sehingga membentuk suatu keindahan makna . Adapun contoh at-tibaq yang terdiri hurf yaitu:

……













..



/ wa ba’ū lahunna `ahaqqu biraddhinna fi zalika inna `arādu wā `islahā, wa lahunna mislu al-lazī ‘alahinna bi al-ma’rūfi /

“…..dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf”(Q.S. Al-Baqarah: 228)

/

Pada contoh tersebut ditemui kata yang berlawanan dan terdiri dari hurf jar yaitu ل /la/ ‘hak’ dan ﻰ /’alā/ ‘kewajiban’ . Termasuk jenis at-tibaq ijabi, keindahan at-tibaq adalah makna kata ل /la/ ‘hak’ dan ﻰ /’alā/ ‘kewajiban’, diiringi oleh kata sebelumnya yaitu





/wa bu’ulahunna `ahaqqu

biraddihim/ “dan suami-suaminya berhak merujukinya” walaupun telah ditalak, tetapi yang menalak masih dinamai suami karena yang bercerai dan dicerai masih


(35)

memiliki ikatan dan kewajiban. Istri yang dicerai berkewajiban menanti, sedangkan suami yang menceraikan berkewajiban memberi nafkah kepada istri, jika seorang suami bermaksud untuk kembali membangun rumah tangga dengan istri yang telah diceraikannya itu, dan yang diceraikannya tidak ingin lagi untuk kembali, ketika itu suami lebih berhak dari yang ditalak itu, selama belum berlalu masa tiga quru’. Sebagaimana pria mempunyai hak untuk rujuk kepada istri yang diceraikannya, sang istripun mempunyai hak untuk diperlakukan secara ma’ruf, yakni sesuai dengan tuntunan agama .

Contoh disurah lain penulis tidak menjumpai dan contoh dari buku Balaghah Wadihah dan buku Ilmu Badi’.

4. Terdiri dari Ism dan Fi’l

Adapun maksud kata yang terdiri dari Ism dan Fi’l adalah susunan kata dalam kalimat yang terdiri dari Ism dan Fi’l.







































/ amana kana maitan fa`ahyainahu wa ja’alna lahu, niran yamsyi bihi fi al-annasi kamanammasaluhu, fi zulumati laisa bikhaiju minha, kazalika zubbina li al-kafirina ma kanu ya’maluna/

“Dan apakah orang yang sudah mati Kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya


(36)

Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang Telah mereka kerjakan” (QS. Al-An’am :122)

Bila kita perhatikan contoh di atas, maka contoh tersebut mencakup dua kalimat yang berlawanan yaitu



/ maitan / “ mati” merupakan Ism

dan



/ fa`ahyainahu / “ kami hidupkan”

merupakan kata kerja. Keindahan at-tibaq adalah makna kata



/

maitan / “ mati” dan



/ fa`ahyainahu / “ kami

hidupkan” diiringi oleh kata sesudahnya yaitu



/ nuran yamsyi / “ cahaya yang terang”

dijelaskan bahwa tidaklah sama para mukmin dengan setan atau penolong (teman setianya), orang mukmin yang mendapat petunjuk dan taufik kepada kebajikan adalah seperti orang yang mati yang dihidupkan oleh Allah dan kepadanya diberi nur Al-qur’an. Dengan nur itu mereka berjalan di tengah masyarakat.

5. Terdiri dari Fi’l dan Ism

Adapun maksud kata yang terdiri dari Fi’l dan Ism adalah susunan kata dalam kalimat yang terdiri dari Fi’l dan Ism.

Contoh:

…..

















……





/…. wa abra`u al-akmaha wa al-abrasa wa uhya al-mauta bi`izni al-allahi, wa unabba`ukum bima ta’kuluna wa ma taddakhuruna fi buyutikum…/

“dan Aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan Aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu”. (QS. Al-Imran: 49)


(37)

Bila kita perhatikan contoh di atas maka didapati bahwa kata



/ uhyi/ “ menghidupkan” merupakan kata kerja dan



/ al-mautā/ “ mati” merupakan Ism adalah kata

yang menjadi lawannya. Keindahan at-tibaq adalah makna kata



/

uhyi/ “ menghidupkan” dan



/

al-mautā/ “ mati” diiringi oleh kata sesudahnya yaitu





/

bi`izni al-allahi/ “dengan izin allah” disebutkan kedua penyakit ini secara khusus karena lukanya tidak dapat disembuhkan, sedang Nabi Isa dibangkitkan di masa majunya ilmu ketabiban, maka alam satu hari beliau berhasil menyembuhkan 50 ribu penderita melalaui doa dengan syarat mereka beriman, dan dengan izin Allah diulang-ulangnya untuk melenyapkan dugaan bahwa Ia mempunyai sifat ketuhanan. Maka dihidupkannyalah Azir seorang sahabatnya, anak seorang wanita tua, kemudian seorang gadis kecil berumur 10 tahun, mereka terus tetap hidup, bahkan sampai mempunyai keturunan.

6. Susunan kalimat tentang At-tibaq dalam satu Ayat yang menggabungkan dalam Ayat tersebut Ism dan Fi’l.













/ tuliju laili fi nahari wa tukhiju hayya mina mayyiti wa tukhriju al-amyyita mina al-hayyi wa tarzuku man tasya`u biqairi hisabin/

“Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang


(1)

57



























































































































259. Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) Telah roboh menutupi atapnya. dia berkata:

"Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri

Ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus

tahun, Kemudian menghidupkannya kembali.

Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu Telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan Lihatlah kepada keledai kamu (yang Telah menjadi tulang belulang); kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan kami bagi manusia; dan Lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, Kemudian kami menyusunnya kembali, Kemudian kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala Telah nyata kepadanya

(bagaimana Allah menghidupkan yang Telah mati)

diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." ( QS. Al-Baqarah: 259)

58





Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan


(2)























terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.( QS. Al-Baqarah: 274)

59



















































































Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama

dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. ( QS. Al-Baqarah: 275)


(3)

60

























Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. ( QS. Al-Baqarah: 276)

61





















































































































Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalahtidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)

keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika

mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan


(4)



























































































































janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. ( QS. Al-Baqarah: 282)


(5)













62























Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

( QS. Al-Baqarah: 284)

63









































































Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." ( QS. Al-Baqarah: 286)


(6)















