Analisis Halun Pada Surat Al-Baqarah
ANALISIS
/
H LUN
/
PADA SURAT AL-BAQARAH
SKRIPSI SARJANA
OLEH :
U
Z U L F A N
040704019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
MEDAN
(2)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan serta menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam peneliti hadiyahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah yang benar sebagai petunjuk dan pedoman bagi manusia dalam menjalankan kehidupan dan penghidupan untuk keselamatan di dunia dan akhirat. Salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara adalah membuat suatu karya ilmiah yang berupa skripsi. Oleh karena itu untuk memenuhi syarat tersebut peneliti menyusun sebuah skripsi yang berjudul: Analisis /H LUN/ Pada Surat Al-Baqarah.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan yang disebabkan kurangnya pengalaman peneliti dalam memahami dan menyampaikan sesuatu. Oleh karena itu peneliti dengan sepenuh hati memohon saran dan kritik yang membangun dari semua pihak atas tulisan ini.
Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca maupun masyarakat pada umumnya yang ingin mendalami ilmu bahasa Arab.
Medan,
(3)
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada peneliti, sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan dengan sepenuhnya. Salawat dan salam peneliti hadiahkan pada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk bagi manusia menuju jalan yang dirahmati Allah SWT. Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih yang ta terhingga kepada kedua orang tua peneliti yang tercinta Ayahanda Burhanuddin dan Ibunda Siti Rana Pulungan yang telah mendidik dan membimbing peneliti dari kecil hingga sekarang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang serta memberikan ketulusan doa dan ridanya kepada peneliti dalam menjalankan studi di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada beliau “Allahumma igfirl un b wa li w lidayya wa
irhamhum kam rabbay ni sag ran”.
Dalam kesempatan ini pula peneliti ingin mengucakan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Syafuddin M.A, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Serta pembantu Dekan I, II, dan III.
2. Ibu Dra. Khairawati, M.A, Ph.D selaku Ketua Jurusan Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
3. Pabak Drs. Mahmud Kudri, M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Drs. Syauri Syam, Lc selaku Dosen Pembimbing I dan ibu Dra. Rahlina Muskar Nasution, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang banyak meluangkan waktu dan kesempatannya untuk membimbing peneliti serta memberikan inspirasi dan masukan yang sangat bermanfaat bagi peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sepenuhnya.
5. Seluruh Staf Pengajar di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Khususnya di Program Studi Bahasa Arab yang telah memberikan banyak
(4)
wawasan yang sangat bermanfaat, semoga dengan ilmu yang diberikan tersebut peneliti dapat menerapkan dalam lingkungan masyarakat.
6. Saudara Andika yang telah banyak membantu peneliti dalam bidang administrasi dan penelitian skripsi.
7. Terima kasih kepada adikku tercinta Dahlia yang telah memberikan semangat dan kasih sayang serta do‘anya selama ini.
8. Seluruh keluarga besar peneliti yang telah memberikan dukungan dan do‘anya.
9. Seluruh guru peneliti yang telah mendidik dan memberikan ilmunya. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada mereka.
10.Teman-teman angkatan ’04 (Amek Bogel, Ust.Subhan, Mawadi, Mael Ritonga, Darwin Sati, Fadil, Haris, Devi, Ade’, Ilyani, Rahmah, Qi2kali, Dian, Vega, Sri, Risa , Odi Saleh, Atid, Eka, Hotma, Minah, Hanum, dan Syam). Kalian adalah teman-teman terbaik yang pernah peneliti miliki. 11.Saudara-saudaraku di Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fak-Sastra
(Rahmatsyah Putra (Ketua HMI Kom’s FS USU 08-09), abangda Eko Maulijar, abangda Budi Alimuddin, abangda Farid Jauhari, abangda Ivan Ramadhan, abangda Daru Irawadi, abangda Ansor Harahap, saudaraku Amril Hiadayat Hararap serta seluruh teman nongkrong di kantin Mem. Juga yang tidak terlupakan mantan pengurus HMI Kom’s Sastra USU periode 07-08 (Izala, Benkbeng, Ape, Yaya, Euis, Siti, Yunita, Pai, Isro, Ebda, Dayat, adinda Cimaw, Adrian Pai, Juara, Tesen, Rani, Depo, Ripa, Benk2kali, Haris Muda, Riki Uwek, Dera, Saktie, Syarif Ariga, Awin, Gullit dan seluruh pengurus HMI Kom’s FS USU). Yakin Usaha Sampai. 12.Teman-teman seperjuangan pengurus HMI Cab. Medan 07-08 ( abangda
Ranu Putra Armidin (Ketua Umum HMI Cab. Medan 07-08), Syamsir Pohan, Firdaus, Zulfan Efendi Rambe, Adlin. Bima, Andre, Mitra, Hazarul Aswad,
13.Seluruh kakanda Alumni (Elvin Syahrin , A.A. Dhani, Brugmant, Diles, Berta, Popo, Yazer, dan lain-lain). Teristimewa buat adik-adik di keluarga besar Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA).
(5)
14.Teman-teman di kost (Bams, Sari, Mas Qoy).
15.Teman-teman alumni PASTIBEDA (Eza, Alim, dan Irfan Syahputra). 16.Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada
peneliti yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang kalian berikan kepada peneliti dibalas oleh Allah SWT. Amin ya rabba al-‘alamin.
Medan, Maret 2009
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
DAFTAR ISI ... v
ABSTRAK ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... . 1
1.1Latar Belakang... .. 1
1.2Batasan Masalah ... 4
1.3Tujuan Penelitian ... ... 4
1.4Manfaat Penelitian ... 4
1.5Metode Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 6
2.1 Penelitian Sebelumnya.. ... ... 6
2.2 Pengertian H lun ... 6
2.3 Pengertian ‘ milu al-H li dan S hibu al-h li ... ... 7
2.4 Penanda Harkat Nasab ... ... . 9
2.5 Struktur H lun ... ... 11
2.6 Penggolongan /h lun/……....………... 18
2.7
/wawu al-
h li/ ... 222.8
/ta’addudi al-h
li/ ... 22BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
3.1Struktur dan Penggolongan H lun pada surat Al-Baqarah ... 23
3.1.1 Struktur /h lun/ yang baku ... 23
3.1.1.1 Struktur /h lun/ yang mengakhirkan /h lun/ dari sahibnya ... 23
3.1.1.2 Mengakhirkan /h lun/ dari
/‘ milu al-h li/ ... 30
3.1.2 Struktur /h lun/ yang tidak baku ... 42
3.1.2.1 Mendahulukan H lun dari sahibnya ... 42
(7)
3.1.2.3 Membuang /h lun/ dari ‘amil dan sahibnya ... 47
3.1.2.4 Membuang /s hibu al-h li/ ... 56
3.1.2.5 Membuang /‘ milu al-h li/ ... 57
BAB IV PENUTUP ... ... 59
4.1 Kesimpulan... ... 59
4.2 Saran ... ... 61 DAFTAR PUSTAKA
(8)
ABSTRAK
Zulfan, 2009. Analisis /h lun/ Pada Surat Al-Baqarah.
Kajian ini membahas tentang h lun pada surat Al-Baqarah. Adapun masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana struktur dan penggolongan h lun pada surat Al-Baqarah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur h lun dan penggolongan h lun pada surat Al-Baqarah dengan menggunakan pendapat yang dikemukakan oleh Al-Gulayaini dalam bukunya J mi’u Al-Dur si Al-‘Arabiyyati.
Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research) dengan mengambil data dari surat Al-Baqarah, dan menggunakan metode analisis deskriptif.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh dari surat Al-Baqarah adalah sebagai berikut:
Struktur h lun
1. Struktur h lun yang baku yaitu struktur yang wajib mengakhirkan h lun dari
s hibu al-h li terdapat 12 ayat, dan struktur yang mengakhirkan h lun dari ‘ milu al-h li terdapat 24 ayat. 2. Struktur h lun yang tidak baku yaitu wajib mendahulukan h lun dari s hibu al-h li terdapat 2 ayat, dan yang boleh mendahulukan h lun dari s hibu al-h li terdapat 2 ayat, struktur yang wajib mendahulukan h lun dari ‘ milu al-h li terdapat 3 ayat, struktur yang membuang
h lun dari ‘ milu al-h li dan s hibu al-h li terdapat 19 ayat, struktur yang membuang s hibu al-h li terdapat 2 ayat, struktur yang membuang ‘ milu al-h li terdapat 1 ayat.
Penggolongan h lun
1. /h lu al-muassisati/ terdapat 24 ayat, 2. /al-h lu
al-muakkadatu/ terdapat 9 ayat, 3. /al-h lu al-muwattiatu/ terdapat
1 ayat, 4. /al-h lu al-jumlatu/ terdapat 2 ayat, 5.
/al-h lu syibhu al-jumlati/ terdapat 20 ayat.
(9)
•
(10)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
Di dunia ini terdapat banyak bahasa yang dipergunakan oleh manusia dari setiap suku dan bangsa, salah satu di antaranya adalah bahasa Arab yang digunakan oleh bangsa Arab untuk menyampaikan tujuan-tujuan mereka kepada orang lain dalam berinteraksi dan berkomunikasi.
Ghazzawi (dalam Arsyad 2004: 6) mengungkapkan bahwa bahasa Arab merupakan salah satu bahasa mayor di dunia yang dituturkan oleh lebih dari 200.000.000 ummat manusia. Bahasa Arab juga merupakan bahasa kitab suci (Al-qur’an) dan tuntunan agama umat Islam sedunia, ini dinyatakan dalam Al-qur’an pada surat Taha ayat 113 :
/wa kaz lika anzaln hu qur nan ‘arabiyyan/ “Demikianlah telah kami turunkan Al-qur’an itu berbahasa Arab”. Maka tentu saja bahasa Arab merupakan bahasa yang paling besar signifikansinya bagi ratusan juta muslim sedunia.
Sebagai alat komunikasi manusia bahasa adalah suatu sistem yang bersifat sistematis dan sekaligus sistemis, yang dimaksud dengan sistemis adalah bahwa bahasa itu bukan suatu sistem tunggal, melainkan terdiri pula dari beberapa subsistem, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik (Chaer, 1994: 4).
Menurut Chaer (1994: 206) sintaksis adalah membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain atau unsur-unsur lain sebagai suatu ujaran. Hal ini sesuai dengan asal usul kata sintaksis itu sendiri yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan kata tattein yang berarti ‘menempatkan’. Jadi, secara etimologi istilah itu berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok atau kalimat.
Istilah sintaksis dalam bahasa Arab dikenal juga dengan ilmu nahwu. Menurut Dayyab (1990: 13) menyatakan bahwa ilmu nahwu adalah :
/al-nahwu qaw ’idun yu’rafu biha siyagu al-kalim ti al-‘arabiyati wa
(11)
untuk mengenal bentuk kata-kata dalam bahasa Arab serta kaidah-kaidahnya ketika kata itu berdiri sendiri dan kata itu tersusun dalam kalimat”.
Al-Gulayaini (2007: 8) menambahkan bahwa /al-nahwu/ adalah:
/’ilmun bius lin tu‘rafu bih ahw lu al-kalim ti al-‘arabiyati min haisu al-i‘r bu wa al-bin u, ai min haisu m yu‘radu lah f h lin tark bih /. “Ilmu untuk mengetahui keadaan kata-kata dalam bahasa Arab dari segi I‘rab dan binanya atau dari keadaaan susunannya”.
I‘ rab menurut Al-Gulayaini (2007: 14) ialah:
.
/I’r bun : “asarun yuhdisuhu al-‘ milu f khiri al-kalimati fa yak nu
khiruh marf ‘an au mans ban au majr ran au majz man hasba m yaqtad hi
z lika al-‘ milu/. “I‘rab adalah pengaruh yang disebabkan oleh ‘amil atau faktor-faktor yang mendahului sebuah kata dalam susunan kata dan mempengaruhi akhir dari kata tersebut sehingga harkat kata tersebut berubah menjadi marfu‘, mansub, majrur, majzum”.
Harkat marfu‘ ditandai dengan /al-dammatu/, mansub ditandai
dengan /al-fathatu/, majrur ditandai dengan /al-kasratu/, dan majzum ditandai dengan /al-suk nu/ (Al-Gulayaini, 2007: 17).
Sedangkan yang dimaksud dengan bina’ adalah :
/al-bin ’u : luz mun khiri al-kalimati h latan w hidatan, wa in ikhtalafat al-‘aw milu al-lat tusbiquh fal tu’siru f ha al-‘aw milu al-mukhtalifatu/. “al-bina’ adalah satu kata yang tidak berubah harkat akhirnya walaupun kata itu didahului dan dipengaruhi oleh berbagai faktor (‘amil) (Al-Gulayaini, 2007: 14).
Pembahasan tentang /h lun/ dalam kajian ini berhubungan dengan i‘rab seperti yang telah dijelaskan di atas, yakni untuk melihat keadaan hal yang berharkat mansub. Di dalam kajian sintaksis bahasa Arab ada empat belas macam ism yang mansub (Al-Gulayaini, 2007: 363). Salah satu di antaranya adalah
(12)
Susunan /h lun/ di dalam bahasa Arab terdiri dari
/‘ milu al-h li/, /s hibu al-h li/, dan /h lun/. Selaras dengan yang dikemukakan oleh Al-Gulayaini ( 2007 : 413 dan 415) :
/al-aslu f al-h li an tata’akhkhara ‘an‘ milih wa s hibih / “pada dasarnya hal diletakkan setelah ‘amil dan sahibnya. Sebagaimana contoh berikut ini :
- /syaribtu al-m ’a s fiyan/ “saya telah meminum air yang
jernih”. Susunan kata /syaribtu/ adalah terdiri dari fi‘l madi /syariba/ yang menjadi /‘ milu al-h li/ dan damir muttasil “ “ /ta/ sebagai fa‘il, kata /al-m ’a/ adalah /maf‘ lun bihi/ yang menjadi /s hibu al-h li/, dan kata /s fiyan/ adalah kata sifat yang menerangkan keadaan air yang diminum yang jabatannya dalam kalimat ini menjadi /h lun/, kata /s fiyan/ menjadi mansub karena didahului oleh ‘amilnya yaitu fi‘l /syariba/.
Dalam penelitian sementara penulis melihat struktur /h lun/ yang urutannya berbeda dari struktur /h lun/ yang ada, seperti contoh surat Al-Baqarah ayat 22 :
/faakhraja bihi min al-samar ti rizqan lakum/ “ dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu”.Pada contoh ayat ini fi‘l mudari‘ /akhraja/ adalah
/‘ milu al-h li/ dan jar majrur /min al-sam rati/ adalah /h lun/ yang mendahului sahibnya yaitu kata /rizqan/ yang menjadi
/s hibu al-h li/. Dengan demikian peneliti ingin melihat lebih dalam struktur
/h lun/ dan /aqs mu al-h li/ Penggolongan hal dalam surat
Al-Baqarah.
Adapun kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah /h lun/ dengan objek penelitian surat Al-Baqarah dalam Al-qur’an. Peneliti memilih surat ini karena pada surat ini banyak terdapat /h lun/. Dalam penelitian ini penulis
(13)
mengacu dan berpedoman pada buku J mi’u Al-Dur si Al-‘Arabiyyati yang ditulis oleh Al-Gulayaini. Buku tersebut penulis jadikan sebagai rujukan utama dalam penelitian ini karena diantara para ahli khususnya yang membahas
/h lun/ diantaranya Fuad Ni’mah dalam bukunya Qaw ’idu Al-Lugatu
Al-‘Arabiyatu, Al-Sayyid Ahmad Al-Hasyimi dalam bukunya Al-Qaw ’idu Al
-As siyatu Al-Lugatu Al-‘Arabiyatu, tulisan Al-Gulayaini yang jelas dan lebih lengkap dalam mengemukakan /h lun/.
1. 2. Batasan Masalah
Agar penyajian suatu karya tulis ilmiah tidak menyimpang dari pokok pembahasan yang dikehendaki maka perlu adanya batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana struktur /h lun/ pada surat Baqarah dalam Al-qur’an.
2.
/
aqs mu al-h li/ penggologan hal apa saja yang terdapat pada surat Al-Baqarah dalam Al-qur’an.1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui struktur /h lun/ pada surat Baqarah dalam Al-qur’an.
2. Untuk mengetahui
/
aqs mu al-h li/ Penggolongan hal apa saja yang terdapat pada surat Al-Baqarah dalam Al-qur’an.1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan pemahaman dan menambah wawasan peminat bahasa dan sastra Arab dalam kajian sintaksis khususnya tentang /h lun/.
2. Untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman penulis tentang
/h lun/ dan /aqs mu al-h li/ ‘penggolongan hal’ khususnya
(14)
3. Untuk menambah referensi bagi jurusan bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dan para peminat bahasa Arab yang lain.
1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang mengambil bahan-bahan penelitian dari beberapa referensi yang ada yang dapat membantu penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis deskriptif yaitu memaparkan atau menjelaskan fakta-fakta dengan kata-kata secara jelas dan terperinci yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2004: 53).
Adapun data yang menjadi bahan penelitian bersumber dari surat Al-Baqarah yang berjumlah 286 ayat dalam Al-quran dan terjemahnya yang dicetak dan diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia tahun 1984.
Untuk memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan Latin, peneliti memakai sistem transliterasi Arab Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P dan K RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
Adapun tahapan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Mengumpulkan referensi atau buku yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Membaca surat Al-Baqarah secara berulang-ulang untuk memperoleh data. 3. Mengklasifikasikan data-data yang telah diperoleh.
4. Menganalisis data.
(15)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai /h lun/ di Program Studi Bahasa Arab FS USU sudah pernah diteliti sebelumnya oleh saudara Nur El Fuadi (NIM: 810711839)
dengan judul “Suatu Analisis Tentang H lun Dalam Bahasa Arab”, dalam
penelitian ini beliau hanya mendeskripsikan atau menjelaskan hal seperti: pembagian hal, syarat-syarat hal, /‘ milu al-h li/, dan
/s hibu al-h li/.
Adapun yang peneliti bahas adalah mengenai /h lun/ yang ada di dalam surah Al-Baqarah dengan melihat stuktur /h lun/ dan
/aqs mu al-h li/ ‘penggolongan hal’ pada surat Al-Baqarah dalam Al-Qur’an. 2.2. Pengertian H lun.
Al-Hasyimi (t.t.: 223 ) dalam bukunya ‘Al-qaw ’idu Al-asasiyatu li Al-lugati Al-‘arabiyati’ bahwa yang dimaksud dengan /h lun/ adalah sebagai berikut:
/al-h lu: wasfun fadlatun yubayyinu haiata s hibihi ‘inda sud ri al-fi’li/. “Hal adalah sifat yang menjelaskan keadaan ism yang ketika terjadinya pekerjaan”.
Sedangkan Al-Gulayaini (2007: 407) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan /h lun/ adalah:
/al-h lu : wasfun fadlatun yuzkaru libay ni haiati al-ismi allaz yak nu al-wasfu lahu/. “Sifat yang disebutkan untuk menjelaskan keadaan ism yang disifatinya”.
(16)
/al-h lu huwa al-wasfu al-mans bu al-mufassiru lima inbahama min
al-hayyi ti/. “Hal adalah sifat yang mansub yang menerangkan segala sesuatu keadaan yang belum jelas”.
Contoh: /j `a Zaidun f rihan/. “Zaid datang dengan senang”. Kata /f rihan/ merupakan kata sifat yang menjadi /h lun/ yang menjelaskan isim sebelumnya ( /s hibu al-h li/) yaitu kata /zaidun/ yang merupakan /f ’il/, sedangakan kata /j a/ yang menjadi
/‘ milu al-h li/ atau faktor yang menyebabkan /h lun/ tersebut menjadi mansub.
2.3. Pengertian ‘ milu al-H li dan S hibu al-h li
Menurut Al-Gulayaini (2007: 412) yang dimaksud ‘ milu al-H li adalah: / milu al-h li: m taqaddama ‘alaiha min fi’lin, aw syibhihi, aw ma’n hu/. Amilu al-hali adalah f’il (kata kerja), Syibhu f’il (sifat yang dibentuk dari kata kerja), dan ma’na al-f’il (mengandung pengertian kata kerja) yang mendahului h lun.
/al-fi’lu/ ‘Kata kerja’, contoh: /j a muhammadunf rihan/ ‘Muhammad telah datang dengan senang’. Pada contoh ini yang menjadi / milu al-h li/ adalah fi‘l madi “ ” /j a/.
/syibhu al-fi’li/ ‘Sifat yang dibentuk dari kata kerja’, contoh:
/m mus firun khal lun m syiyan/ ‘Tidaklah musafir itu si Khalil yang berjalan’. Pada contoh ini yang menjadi
/‘ milu al-h li/ kata “ ” /mus firun/ yang terbentuk dari /syibhu al-fi’li/.
/ma’na al-fi’li/ ‘Mengandung pengertian kata kerja’, terdiri
dari :
1. /ismu al-fi’li/ ‘Ism f‘il ’.
Contoh: /naz li musri‘an/ ‘ turunlah dengan segera ‘. 2. /ismu al-isy rah/ ‘Ism isyarah (kata tunjuk)’
Contoh: /h a rajulun mu’minan/ ‘ Laki-laki ini seorang mukmin’.
3. /adaw tu al-tasyb hi/ ‘Kata yang menyatakan persamaan’ Contoh: /kaanna kh lidan asadan/ ‘Khalid seperti singa’.
(17)
4. /adaw tu al-tamann wa al-taraj / ‘ kata yang mengandung suatu harapan’.
Contoh: /laita al-sur ra d iman ‘indan / ‘Semoga kami selalu dalam keadaan senang’.
5. /adaw tu al-istifh mu/ ’Kata Tanya’.
Contoh: /kaifa anta q iman ?/ ‘Bagaimana kamu berdiri?’
6. /harfu al-tanb hi/ ‘Huruf yang menyatakan peringatan’
Contoh: /h huwa al-badru t li’an/ ‘Inilah dia bulan purnama’.
7. /al-j ru wa al-majr ru/ ‘jarun majrurin’.
Contoh: /al-farasu laka wahdaka/ ‘Kuda itu milikmu sendiri’
8. /al-zarfu/ ‘ kata yang menunjukkan keterangan tempat dan waktu’. Contoh: /ladain al-tull bu muhsinan/’ Kami
memiliki siswa-siswa yang baik’.
9. /harfu al-nid ’/ ‘Kata Seruan’.
Contoh: /y ayyuha al-tull bu mujtahid na/ ‘Wahai murid-murid yang bersungguh-sungguh’.
Al-Gulayaini (2007: 412-413) menambahkan bahwa yang dimaksud dengan S hibu al-h li adalah:
/s hibu al-h li : m k nat al-h lu wasfan lahu f al-ma’n / ‘Sahibu al-hali adalah kata yang disifati h lun dari segi makna’.
Contoh: /raja’a muhammadun b kiyan/ ‘Muhammad pulang dengan menangis’.
Pada dasarnya s hibu al-h li berupa ism ma‘rifah, namun adakalanya
s hibu al-h li berupa ism nakirah, dengan syarat :
1. Apabila /s hibu al-h li/ didahului oleh /h lun/.
Contoh: /j an mujtahidan waladun/ ‘Telah datang kepadaku anak laki-laki yang rajin’. Pada contoh ini yang menjadi
(18)
/s hibu al-h li/ adalah kata “ ” /waladun/ yang didahului oleh /h lun/ yaitu kata “ ” /mujtahidan/.
2. Apabila /s hibu al-h li/ didahului oleh huruf nafyi, nahyi dan istifham.
Contoh :
/m j an ahadun illa r kiban/ ‘Tidak seorang pun yang datang kepadaku kecuali seseorang yang berkendaraan’. Pada contoh ini yang menjadi /s hibu al-h li/ adalah kata “ ” /ahadun/, yang didahului oleh huruf nafyi “ ” /m /.
3. Apabila /s hibu al-h li/ dikhususkan kepada sifat dan idafah.
Contoh : /saalan rajulun m hirun h zinan/ ‘seorang lelaki yang pintar bertanya kepadaku dengan bersedih’. Pada contoh ini /s hibu al-h li/ adalah kata “ ” /rajulun/ yang dikhususkan kepada kata sifat “ ” /m hirun/.
4. Apabila setelah /h lun/ terdapat kalimat yang disertai oleh huruf “ ” /waw/.
Contoh : /nazartu rajulan
muhsinan wa huwa j lisun f al-fasli/ ‘Saya melihat seorang lelaki yang baik dan dia sedang duduk di dalam kelas’. Pada contoh ini
/s hibu al-h li/ adalah kata “ ” /rajulan/ dan /h lun/ yang setelahnya terdapat kalimat yang disertai oleh huruf “ ” /waw/ adalah kata “ ” /muhsinan/.
2.4. Penanda Harkat Nasab
Dalam kajian sintaksis bahasa Arab terdapat beberapa tanda nasab yaitu: fathah ( - ), huruf alif ( ) huruf ya ( ), kasrah ( - ) dan di tandai dengan menghapus huruf nun ( ) . Seperti yang dipaparkan oleh Al-Gulayaini (2007: 15) bahwa tanda nasab sebagai berikut :
/‘al m tu al-nasbi : li al-nasbi khamsu ‘al m tin : al-fathatu, wa al-alifu, wa al-y u, wa al- kasratu, wa ha fu al-n ni. Wa al-fathatu hiya al-aslu/ “ tanda-tanda nasab : nasab memiliki lima tanda-tanda : fathah ( ), huruf alif ( ) huruf ya
(19)
( ), kasrah ( ) dan di tandai dengan menghapus huruf nun ( ). Namun fathah adalah tanda asli. Dari pemaparan di atas diketahui bahwa tanda nasab ada yang asli dan pengganti tanda nasab.
1. Tanda nasab yang asli adalah fathah ( )contoh :
/lan aqra’a al-kit ba/ “saya belum membaca buku”.
Pada contoh di atas tanda nasab terdapat pada kata aqra’a dan al-kit ba, yang di tandai dengan fathah pada akhir setiap kata tersebut..
2. Pengganti tanda nasab
• /alif/, yang diletakkan pada /asm ’u al-khamsati/. Contoh : /akramtu ab ka/ “ saya telah menghormati ayahmu”. Pada contoh ini tanda nasab terletak pada pada kata /ab ka/ yang ditandai dengan huruf alif.
• /ya/, yang diletakkan pada /al-musanna/ dan
/jam‘u al-mu akkari al-s limi/. Contoh : /isytaraytu
al-kit bayni/ “ saya telah membeli dua buku/. Pada contoh ini huruf ( ) pada kata /al-kit bayni/ adalah pengganti tanda nasab untuk musanna. Serta contoh berikut untuk jamak muzakkar salim. Contoh: /ihtaramtu al-mudarris na/ “ saya telah menghormati para bapak guru”. Pada contoh ini pengganti tanda nasab terletak pada kata /al-mudarris na/ yang di tandai dengan huruf ( ).
• /al-kasratu/, yang diletakkan pada /jam‘u
al-muannasi al-s limi/.Contoh: /akrama all hu al
-mu’min ti/ “ Allah telah memuliakan wanita-wanita yang beriman”. Pada contoh ini pengganti tanda nasab terletak pada kata
/al-mu’min ti/ yang di tandai dengan tanda kasrah ( - ) di akhir kata tersebut. •Pengganti tanda nasab yang terakhir adalah dengan menghapus huruf ( )
pada setiap /af‘ lu al-khamsati/. Contoh: /lan
yal‘ab al-walad ni/ “ kedua anak laki-laki itu belum bermain”. Pada contoh ini pengganti tanda nasab terletak pada kata /yal‘ab / di tandai dengan menghapus huruf ( ) karena kata tersebut salah satu dari
(20)
2.5. Struktur H lun
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa /h lun/ adalah sifat yang menjelaskan ism yang disifatinya yang masih belum jelas yang disebut dengan
/s hibu al-h li/ dan faktor yang menyebabkan /h lun/ tersebut menjadi mansub disebut dengan /‘ milu al-h li/. Dari contoh tersebut juga dapat dilihat bahwa /h lun/ disebutkan setelah ‘amil dan sahibnya, ini merupakan struktur asli dari /h lun/ (Al-Gulayaini 2007 : 413 dan 415).
1. Mengakhirkan /h lun/ dari
/s hibu al
-h li/.Meletakkan h lun setelah sahibnya adalah wajib hukumnya dalam ilmu Nahwu, yaitu pada tiga tempat (Al-Gulayaini, 2007: 414).
• Apabila /s hibu al-h li/ dibatasai oleh /h lun/. Contoh surat Al-Baqarah ayat 114:
……
………./ l ika m k na lahum an yadkul h illa kh ’if na/ “ mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah).
Pada ayat di atas /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l mud ri‘ yaitu “ ” /yadkhulu/, dan sahibul hal pada ayat di atas adalah damir muttasil “ “ /h / yang dibatasi oleh hal yaitu kata /kh ’if na/.
• Apabila /s hibu al-h li/ dijarkan dengan
/
id fatun/. Contoh : /yasurrun qud muka mubakkiran/ “ sayasenang kamu datang lebih cepat”. Damir muttasil “ “/ka/ pada kata /qud muka/ adalah / s hibu al-h li/ yang diidafahkan kepadanya kata /qud mun/ oleh karena itu hal wajib diletakkan setelah sahibnya.
• Apabila /h lun/ berupa kalimat yang disertai oleh huruf “ ” /wawu al-h liyati/.
Contoh surat Al-Baqarah ayat 132 :
(21)
/fal tam tunna illa wa antum muslim na/ “ Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
Pada contoh ayat di atas yang menjadi ‘amil hal adalah fi‘l mudari‘ /tam t na/ yang disertai dengan ( ) sebagai tanda taukid, dan sahibnya adalah damir munfasil /antum/, dan yang menjadi hal adalah susunan kata /wa antum muslim na/, karena huruf “ “/waw/ yang mengikuti susunan kata /antum muslim na/ adalah “ “ /wawu al-h liyati/.
2. Mengakhirkan /h lun/ dari /‘ milu al-h li/. Wajib mengakhirkan hal dari ‘amilnya (Al-Gulayaini, 2007: 418). • Apabila ‘amilnya berupa fi‘l jamid.
Contoh : /ni’ma al-waladu sad qan/ “ sebaik-baiknya anak laki-laki itu adalah benar”. Pada contoh di atas yang menjadi ‘amil hal adalah kata /ni‘ma/ yang merupakan fi‘l jamid, dan
/s hibu al-h li/ adalah “ ” /al-waladu/ sedangkan kata /sad qan/ adalah halnya.
• Apabila ‘amilnya berupa ism fi‘l.
Contoh : /naz li musri’an/ “ turunlah dengan cepat”. Kata /musri’an/ adalah hal dari amilnya yang berupa ism fi‘l yaitu /naz li/.
• Apabila ‘amilnya dihubungkan dengan “ “ atau alif lam ma‘rifah.
Contoh : /kh lidun huwa al-‘ milu mujtahidan/ “ Khalid adalah seorang pekerja yang rajin”. Pada contoh ini kata
/mujtahidan/ adalah hal dari ‘amilnya yaitu /‘ milun/ yang dihubungkan dengan “ “, oleh karena itu hal diakhirkan dari ‘amilnya. • Apabila ‘amilnya berupa fi‘l yang dihubungkan dengan huruf masdar. Contoh
:
/yu‘jibun an taqraa al-darsamusri‘an/ “ saya terkejut kamu membaca pelajaran dengan cepat”. Kata /musri‘an/ adalah hal yang di akhirkan dari ‘amilnya, karena amilnya yaitu kata /taqraa/, dihubungkan dengan huruf masdar “ “ /an/.
(22)
Contoh : /laa habu musri‘an/ “ saya pergi dengan cepat”. Kata /musri‘an/ adalah hal yang diakhirkan dari halnya yaitu /a habu/ yang disertai dengan “ “ /lam/ ibtida’.
• Apabila ‘amilnya berupa ism tafdil.
Contoh : /’aliyyun afsahu al-rajuli kh tban/ “ Ali adalah sefasih-fasihnya seorang khatib”. Kata /afsahu/ adalah ism tafdil yang menjadi ‘amil bagi kata /khat ban/ yang merupakan hal yang diakhirkan.
• Apabila hal menjadi penguat bagi ‘amilnya. Contoh Surat Al-Baqarah ayat: 60:
………
/wal ta’saw f al-ardi mufsid na/. “dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan”.
Kata
/mufsidina/ merupakan Hal yang
menjadi penguat bagi ‘amilnya yaitu kata
/ ta‘saw/
• Apabila ‘amilnya disertai dengan “ “ lam qasam.Contoh : /la’akramanna mu’minan/ “ sungguh akan mulia orang yang beriman”. Kata /mu’minan/ adalah hal yang diakhirkan dari ‘amilnya yaitu /akramanna/ yang disertai dengan “ “ /lamqasam/.
• Apabila ‘amilnya berupa masdar yang dapat ditakdirkan dengan fi‘l dan dapat dihubungkan dengan huruf masdar.
Contoh : /sarran ijtih duka t liban li al-‘ilmi/ “ saya senang karena kesungguhan kamu menuntut ilmu”. Kata /t liban/ adalah hal dari ‘amilnya yang berupa masdar /sarran/, dan jika ‘amilnya ditakdirkan dengan fi‘l menjadi
/yasurrun an tajtahida t liban li al-‘ilmi/ dan dapat dihubungkan dengan huruf masdar yaitu /an/.
(23)
Contoh : /ha muhammadun muqbilan/ “ Muhammad datang”. Kata /muqbilan/ adalah hal yang bermakna fi‘l.
Namun ada kalanya juga /h lun/ tersebut mendahului sahib dan ‘amilnya, selain itu juga ada /h lun/ yang di buang dan ada pula sahibnya yang dibuang, serta ‘amilnya yang dibuang, sebagai berikut:
1. Mendahulukan /h lun/ dari
/s hibu al
-h li/.Untuk mendahulukan h lun dari sahibnya hukumnya ada yang boleh dan ada yang wajib (Al-Gulayaini, 2007: 414).
Wajib mendahulukan h lun dari sahibnya apabila terdiri dari : • Apabila /s hibu al-h li/ berupa ism nakirah. Contoh surat Al-Baqarah ayat 107 :
………..
/wa m lakum min d ni all himin waliyyin wal nas rin/ “ dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong”.
Pada contoh ayat di atas yang menjadi hal adalah jarun majrurin
/min d ni/ yang diletakkan sebelum s hibu al-h li yaitu kata /waliyyin/ karena s hibu al-h li berupa ism nakirah.
• Apabila /h lun/ dibatasi oleh /s hibu al-h li/.
Contoh : /m j a n jihan illa kh lidun/ “ tidaklah datang seorang yang berhasil kecuali khalid”. Kata /n jihan/ adalah hal yang dibatasi oleh sahibnya yaitu kata /kh lidun/.
Boleh mendahulukan h lun dari sahibnya apabila /s hibu al-h li/ berupa ism ma‘rifah.
Contoh : /’ da r kiban sa’ dun/ “Said datang dengan berkendara”. Kata /r kiban/ adalah hal yang menjelaskan sahibnya yang berupa ism ma‘rifah yaitu kata / sa‘dun/.
2. Mendahulukan /h lun/ dari /‘ milu al-h li/.
Sebagaimana lazimnya bahwa /h lun/ terletak setelah ‘amilnya, namun adakalanya wajib mendahulukan h lun dari ‘amilnya dan adakalanya boleh mendahulukan h lun dari ‘amilnya (Al-Gulayaini, 2007: 416).
(24)
1.Wajib mendahulukan h lun dari ‘amilnya dengan memperhatikan tiga bentuk yaitu :
• Apabila h lun terletak di awal kalimat, dan h lun tersebut berupa kata tanya.
Contoh surat Al-Baqarah ayat 259 :
...
…………../q la ann yuhyi h zihi al-lahu ba‘da mawtih / “Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?. Pada contoh ayat di atas kata /ann / adalah h lun yang mendahului ‘amilnya yaitu kata /yuhyi/ karena h lun pada contoh ini merupakan kata tanya yang terletak di awal kalimat.
• Apabila ‘amilnya berupa ism tafdil sebagai ‘amil dari dua h lun, tetapi salah satu dari s hibu al-h linya diutamakan dari yang lainnya.
Contoh : /kh lidun faq ran akramu min khallin ganiyyan/ “ Khalid yang fakir lebih mulia daripada Khalil yang kaya”. Kata /akramu/ adalah ‘amil hal yang berupa ism tafdil yang menjelaskan dua hal yaitu kata /faq ran/ dan /ganiyyan/ yang juga menjelaskan keutamaan dari salah satu sahibnya yaitu /kh lidun/.
• Apabila ‘amilnya mengandung pengertian tasybih yang menjadi ‘amil bagi dua keadaan s hibu al-h li yang pertama dan yang kedua.
Contoh : /an faq ran kakhal lin ganiyyan/ “ saya yang fakir, sama seperti Khalil yang kaya”. Huruf “ “ /ka/ pada kata /kakhal lin/ adalah huruf tasybih yang menjadi ‘amil bagi dua
/s hibu al-h li/ yaitu kata /an / dan /khal l/. 2. Al-Gulayaini (2007: 414) dalam bukunya J mi’u Al-Dur si Al -‘Arabiyyati, berpendapat bahwa boleh mendahulukan h lun dari ‘amilnya dengan memperhatikan dua bentuk yaitu :
• Apabila h lun itu berupa fi‘l mutasarrif atau kata kerja yang bisa mengalami perubahan.
Contoh : /r kiban j a ‘aliyyun/ “ dengan berkendara Ali datang”. Kata /r kiban/ adalah hal yang berupa fi‘l mutasarrif
(25)
yang menjelaskan atau sahibnya yaitu kata /‘aliyyun/. Oleh karena itu hal boleh mendahului ‘amilnya yaitu fi‘l madi /j a/.
• Apabila h lun itu berupa sifat yang menyerupai fi‘l mutasarrif.
Contoh : /musri‘an ‘aliyyun muntaliqun/ “ Ali berangkat dengan cepat”. Kata /musri’an/ adalah hal yang berupa sifat yang menyerupai fi‘l mutasarrif, yang mendahului ‘amilnya yaitu /muntaliqun/.
3. Membuang /h lun/ dari ‘amil dan sahibnya
Pada dasarnya h lun boleh disebutkan ataupun tidak, karena ia merupakan keterangan tambahan. Pada umumnya membuang /h lun/ dari ‘amil dan sahibnya dilakukan apabila adanya /qar natun/ (Al-Gulayaini, 2007: 418). Qarinah adalah kalimat yang dapat mencukupi atau menggantikan tempat /h lun/. Ini terjadi apabila /h lun/ berupa ucapan atau perkataan yang apabila tidak disebutkan sudah dicukupi kejelasannya dengan qarinah.
Contoh surat Al-Baqarah ayat 222 :
…….
………
/fa‘tazil al-nis a f al-mah di/.“ oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh ”.
Pada ayat di atas /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l amr “ ” /i‘tazil /, dan /s hibu al-h li/ adalah “ ” /al-nis ’a/, dan
/h lun/ dari ayat di atas adalah jarun majrurin “ ” /fi al-mah di/, yang disebut dengan qarinah, karena sebagai pengganti /h lun/ yang dibuang dari ‘amil dan sahibnya.
4.Membuang /s hibu al-h li/.
Membuang /s hibu al-h li/ dapat dilakukan apabila adanya qarinah (Al-Gulayaini, 2007: 418), namun kali ini qarinah adalah kata yang dapat mencukupi atau menggantikan tempat /s hibu al-h li/.
(26)
………..
/aha al-la ba’asa all hu ras lan/. “Inikah orangnya yang di utus Allah sebagai Rasul?.
Pada contoh ayat di atas terdapat kata
/ba’asa/
sebenarnya setelah kata ini terdapat kata ganti atau damir muttasil “ ”/hu/ yang menjadi/s hibu al-h li/, namun dibuang atau dihapus karena adanya qarinah yaitu kata
/
ras lan/ yang juga merupakan/h lun/ pada contoh di atas.
5. Membuang /‘ milu al-h li/.
Pada bagian ini untuk membuang /‘ milu al-h li/ terdapat dua hukum untuk membuangnya yaitu wajib dan boleh (Al-Gulayaini, 2007: 418).
1. Wajib membuang /‘ milu al-h li/ apabila :
•Apabila /h lun/ tersebut menerangkan pertambahan dan pengurangan sesuatu dengan cara berangsur-angsur, dengan syarat hal tersebut harus disertai huruf “ “/fa/.
Contoh : /asytari al-sawba bid narin
fan zilan/. “ saya membeli pakaian dengan harga kurang dari satu dinar”. Kata /n zilan/adalah hal yang disambungkan dengan huruf “ “/fa/, sebelum hal ini sebenarnya terdapat /‘ milu al-h li/ yang dibuang yaitu kata /zahaba al-‘adadu/. Yang dimaksud dengan /zahaba al-‘adadu/ adalah harga yang mengalami pengurangan atau penurunan.
• Apabila /h lun/ tersebut dipergunakan untuk menegur.
Contoh : /aq ’idan ‘an al-’amali, wa qad
q ma al-n su/. “ apakah engkau masih duduk, sedangkan orang sudah pergi bekerja”. Kata /q ’idan/ adalah hal yang dipergunakan untuk menegur, sebenarnya sebelum kata ini ada ‘amil hal yang dibuang yaitu kata /y jadu/ yang berupa fi‘l mud ri‘.
•Apabila /h lun/ sebagai penguat kalimat.
Contoh : /huwa akh am nan/. “ dia adalah saudaraku yang jujur”. Pada contoh ini kata /am nan/ adalah /h lun/ sebagai penguat kalimat /huwa akh/, sebenarnya sebelum kata
(27)
/am nan/ ada ‘amil hal yang dibuang yaitu kata /u’arrifuhu/ “ saya mengenalnya”.
•Apabila /h lun/ menutupi khabar.
Contoh : /ta’d b al-gul ma muhsinan/ “ asuhanku terhadap anak itu baik”. Kata /muhsinan/ merupakan hal yang menutupi lowongan khabar. Sebenarnya sebelum kata ini terdapat ‘amil hal yang dibuang yaitu kata /yuq lu/ “ dikatakan”.
•Apabila hal tersebut berupa ucapan yang sering didengar.
Contoh : /marhaban laka/ “ selamat datang untukmu”. Kata /marhaban/ adalah hal yang sering diucapkan, sedangkan ‘amilnya yang dibuang adalah kata /qultu/ “ saya berkata”.
2. Boleh membuang /‘ milu al-h li/.
Boleh membuang ‘amil hal apabila ‘amil hal tidak termasuk pada bagian yang wajib. Contoh : /r kiban/ “ berkendara”. Diucapakan seperti itu jika ada yang bertanya /kaifa ji’ta/ “ dengan bagaimana engkau datang?”.
2.6. Penggolongan
/h lun/
.Al-Gulayayni (2007: 419) berpendapat bahwa /aqs mu al
-h li/ ‘penggolongan hal terbagi menjadi sembilan, yaitu:
/al-h lu al-muassisatu: h lun tuzkaru littabyini wa al-taud hi, allat l
tustaf du ma’n h bid nih /. ‘Hal yang memberikan keterangan dan penjelasan kepada keadaan ism sebelumnya ( /s hibu al-h li/), karena tanpa
/h lu al-muassasati/ keadaan /s hibu al-h li/ belum jelas. Contoh Surat Al-Baqarah ayat: 213:
/k na al-n su ummatan w hidatan faba‘asa all hu al-nabiyy na mubasysyr na wa mun ir na/ ”Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan”.
(28)
Kata
/
mubasyir na wamun ir na/ adalah /h lun/ yang menjelaskan ism sebelumnya yaitu kata
/al-
nabiyy na/ yang disebut (/s hibu al-h li/), tanpa kata
/ mubasysyi
r na wa mun ir na/ maka kalimat di atas belum jelas./al-h lu al-muakkadatu: hiya allat yustaf du ma’n h bid nih , wa
innam yu`t bih li al-tauk di/. “Hal Muakkadah adalah /h lun/ sebagai keterangan untuk menguatkan keadaan /s hibu al-h li/, tanpa hal muakkadah pengertian kalimat sudah jelas untuk dapat dimengerti”.
/al-h lu al-muakkadatu/ terbagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
•
/m yu’t bih litauk di ‘ milih , wa hiya allat tuwafiquhu ma’n faqa, aw ma’n n wa lafzan/. “ /h lun/ sebagai tauk d bagi ‘ milu al-h li yang mengandung pengertian dari sudut makna saja, ataupun pengertian makna serta lafaznya”. Contoh Surat Al-Baqarah ayat: 60:
/wa l ta‘saw fi al-ardi mufsid na/. “dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan”.
Kata
/mufsidina/ merupakan Hal Muakkadah
yang hanya mengandung pengertian makna saja dari ‘amilnya yaitu kata
/ta‘saw/.
•
/m yu`t bih litauk di s hibuh /. “ /h lun/ yang menguatkan keterangan keadaan /s hibu al-h li”. Contoh Surat Al-Baqarah ayat: 29:
(29)
/huwa allaz khalaqa lakum m fi al-ardi jam ‘an/. “ Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”.
Kata
/jam‘an/ merupakan Hal Muakkadah yang menjelaskan /s hibu al-h li/ yaitu kata
/
m / yang berupa ism mawsul.•
/m yu`t bih litauk di madm ni jumlatun ma‘q datun min ismaini ma‘rifataini j midaini/. “ /h lun/ yang menguatkan keterangan keadaan kalimat yang terdiri dari dua ism j mid yang ma‘rifah”. Seperti contoh berikut:
/nahnu al-ikhwatu muta‘ win na/. “Kami adalah saudara yang saling membantu”.
Kata /nahnu/ dan /al-ikhwatu/ merupakan 2 (dua) ism jamid
yang ma‘rifah yang ditekankan kejelasannya oleh /h lun/ yaitu kata
/muta‘ win na/.
.
/al-h lu al-maqs datu liz tih /. “Hal yang menjelaskan keadaan zat
/s hibu al-h li/ yang berupa damir. Contoh:
/safarn munfarid na/ “Kami berjalan sendiri-sendiri”.
Kata /munfarid na/ merupakan hal maqsudah lizatiha yang menjelaskan keadaan zat /s hibu al-h li/ yang berupa damir munfasil “ “/n /.
/al-h lu al-m wattiatu wa hiya al-j midatu al-mausufatu, fatuzkaru
tuwattiatan lim ba‘dah /. “ Hal muwatti’ah adalah hal yang menjelaskan
/s hibu al-h li/ yang berupa ism jamid yang disifati”. Contoh Surat Al-Baqarah ayat: 133:
/wa il ha ab ika ibr hima wa ism ’ la wa ish qa il han w hidan/. “Dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".(30)
Kata
/il ha/ merupakan /s hibu al-h li/ yang berupa ism jamid yang disifati oleh /h lun/ yaitu kata
/il han/./al-h lu al-haq qiyyatu : hiya allat tubayyinu haiata s hibuh /. “H l
haq qiyyah adalah hal yang menjelaskan keadaan s hibul h l”. Contoh: /ji’tu f rihan/ “saya datang dengan senang”.
Kata /f rihan/ adalah hal yang menjelaskan keadaan sahibnya yaitu damir muttasil “ “ /ta/.
/al-h lu al-sababiyyatu: wa hiya m tubayyinu haiata m yahmilu
dam ran ta’ du il s hibuh /. ”Hal sababiyyah adalah hal yang menjelaskan keadaan damir yang kembali pada sahibul hal”. Sebagaimana contoh berikut
: /rakibtu al-farasa g `iban s hibuhu/. “ Saya
mengendarai kuda yang tidak ada pemiliknya”.
Kata /g `iban/ merupakan /halu al-sababiyyati/ yang menjelaskan damir muttasil hu ( ) yaitu pada kata /s hibuhu/, yang kembali pada /s hibu al-h li/ yaitu kata /al-farasa/.
/al-h lu al-jumlatu: huwa an taqa‘a al-jumlatu al-fi‘liyatu, aw al-jumlatu al-ismiyatu, maw qi‘u al-h li, wa h naizin tak nu mu`awwalatun bimufradin/. ”Hal jumlah adalah hal yang berupa jumlah, baik jumlah fi’liyah maupun jumlah ismiyah, dan dapat dita’wilkan dengan mufrad”. Contoh Surat Al-Baqarah aya 2 :
/ lika al-kit bu l rayba f hi/. “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya”. Contoh ayat di atas merupakan jumlah ismiyah, jika jumlah ismiyah
dita’wilkan dengan kata /haqqan/ yang berbentuk mufrad maka akan menjadi hal jumlah. Karena kata /haqqan/ pengertiannya sama dengan makna kata
/lrayba f hi/.
(31)
•
/an tak na jumlatan khabariyatan, l talabiyatan wa la ta’ajjubiyatan/. ”Harus berupa kalimat berita, tidak berupa kalimat permintaan dan kalimat yang menunjukkan keterkejutan”.
•
/an tak na gaira musaddaratin bi’al matin istiqb lin/.” Tidak berupa kalimat yang menunjukkan pekerjaan yang akan datang”.
•
/an tasytamila ‘al r bitin yarbutuh bi s hibi al-h li/. “Harus mengandung makna yang menghubungkannya pada sahibul hal”.
/al-h lu syibhu al-jumlati: huwa an taqa’a al-zarfu aw al-j ru wa al
-majr ru f mawqi’I al-h li/. “H l syibhu jumlah adalah hal yang terbentuk dari zaraf atau jar majrur”. Contoh Surat Al-Baqarah ayat: 61:
/wa yaqtul na al-nabiyy na bigairi al-haqqi/. “ Dan membunuh Para Nabi yang memang tidak dibenarkan ”.
Pada ayat di atas /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l mudari‘ “ ” /yaqtul na/, dan /s hibu al-h li/ adalah damir munfasil “ ” /hum/ pada fi‘l mudari‘ “ ” /yaqtul na/, /h lun/ dari ayat di atas adalah
jarun majrurin “ ” /bigairi al-haqqi/.
/al-h lu al-mufradatu: m laisat jumlatan wa l syibhuh /. “Hal mufradah adalah hal yang tidak berupa kalimat dan yang tidak menyerupai kalimat”. Contoh: /ji`tu m syiyan/ “Saya datang dengan berjalan kaki”.
Kata /masyiyan/ merupakan /h lun mufradatun/ dari bentuk /ism f ’il/ yang menjelaskan /s hibu al-h li/ yaitu damir ( ) /ta/ pada kata /ji`tu/.
2.7. /wawu al-h li/.
Al-Gulayaini (2007: 422) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wawu al-h li adalah:
(32)
/w wu al-h li: m yasihhu wuq ’u (i ) azzarfiyyati mauqi’aha/ ‘wawu al-hali adalah huruf waw yang dapat menempati posisi ( ) zarfiah (yang bermakna sedangkan, padahal, atau suatu keadaan).
Contoh: Al-Baqarah ayat 216
………
……
/wa ‘as an takrah syaian wa huwa khairun lakum/. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu ”.Pada contoh ini /w wu al-h li/ adalah huruf “ ”yang melekat pada jumlah ismiyah “ ” /huwa khairun lakum/, yang bermakana ‘padahal’.
2.8. /ta’addudi al-h li/
Al-Gulayayni (2007: 427) menjelaskan bahwa boleh melebihkan
/h lun/ lebih dari satu (1), walaupun sahibnya satu (1) ataupun lebih dalam struktur halun. Contoh surat Taha ayat 86:
/faraja’a m sa il qaumihi gadb na asifan/ ‘Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati/. Pada contoh ini ditemukan dua (2)
/h lun/ yaitu kata “ ” /gudb na/ dan kata “ ” /asifan/ sedangkan /s hibu al-h li/ hanya satu (1) yaitu kata “ ” /m sa/.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
(33)
Berdasarkan data yang diperoleh dari surat Al-Baqarah, maka peneliti menemukan dua struktur /h lun/ yaitu struktur /h lun/ yang baku dan struktur /h lun/ yang tidak baku.
Struktur /h lun/ yang baku.
Struktur /h lun/ yang baku ini di dalam surat Al-Baqarah memiliki dua bentuk yaitu:
a. Struktur /h lun/ yang mengakhirkan /h lun/ dari sahibnya. b. Struktur /h lun/ yang mengakhirkan /h lun/ dari
/‘ milu al-h li/.
Agar pemaparan ini lebih jelas maka peneliti menguraikannya seperti berikut :
3.1.1.1. Struktur /h lun/ yang mengakhirkan /h lun/ dari sahibnya. Di dalam struktur ini ada dua ( 2 ) ketentuan tentang /h lun/ yang diakhirkan dari sahibnya dalam surat Al-Baqarah sebagaimana berikut ini :
1. Apabila
/s hibu al
-h li/ dibatasi oleh /h lun/. Pada surat Al-Baqarah hanya tedapat satu (1) ayat, yaitu ayat 114 :
……..
…….. / l ika m k na lahum an yadkul h illa kh ’if na/. “ Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah).
Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l mud ri‘ yaitu “ ” /yadkhulu/, dan sahibul hal pada ayat di atas adalah damir muttasil “ “ /h / yang dibatasi oleh hal yaitu kata /kh ’if na/. Kata
/kh ’if na/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan pengganti tanda nasab yaitu huruf ( ). Struktur /h lun/ di atas merupakan stuktur baku karena /h lun/ terletak setelah ‘amil dan sahibnya.. Dan /h lun/ tersebut tergolong pada “ ” /h lu al-muassisati/, karena tanpa
/h lun/ tersebut maka keadaan /s hibu al-h li/ belumlah jelas. Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang mengakhirkan hal apabila sahibnya dibatasi oleh hal dan tergolong kepada “ ” /h lu al-muassisati/.
(34)
2. Apabila /h lun/ berupa kalimat yang disertai oleh huruf “ ”/wawu al-h liyati/.
Dalam struktur /h lun/ yang diakhirkan dari sahibnya ini adalah jika
/h lun/ berupa kalimat yang disertai oleh huruf “ ” /wawu
al-h liyati/. Struktur ini dapat ditemukan dalam beberapa ayat pada surat Al-Baqaraal-h
sebagaimana berikut : 1) Al-Baqarah ayat 22 :
…….
/fa l taj ‘al li al-l hi and dan wa antum ta‘lam na/.“Janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui ”.Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l
mud ri‘ “ ” /taj‘alu/, dan /s hibu al-h li/ adalah kata
“ ”/and dan/, sedangkan susunan kalimat /antum ta‘lam na/ menempati posisi /h lun/ sebagai ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang mengikuti susunan kalimat “ ” adalah “ “ /wawu
al-h liyati/. Dan /h lun/ pada ayat ini tergolong pada “ ” /h lu al-muassisati/, karena tanpa /h lun/ tersebut maka keadaan
/s hibu al-h li/ belumlah jelas.
Dengan demkian dalam ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf “ ” /wawu al-h liyati/ dan tergolong kepada “ ” /h lu
al-muassisati/.
2) Al-Baqarah ayat 42
/wa l talbis al-haqqa bi al-b tili wa taktum al-haqqa wa antum ta‘lam na/.“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui ”.
(35)
Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l mud ri‘ “ ” /talbisu/, dan /s hibu al-h li/ pada ayat tersebut adalah kata “ ” /al-haqqa/, sedangkan susunan kalimat ” /antum
ta‘lam na/ menempati posisi /h lun/ karena huruf “ “/waw/ yang mengikuti susunan kalimat “ ” adalah “ “ /wawu al-h liyati/. Dan /h lun/ pada ayat ini tergolong pada “ ” /h lu al-muassisati/, karena tanpa /h lun/ tersebut maka keadaan
/s hibu al-h li/ belumlah jelas. Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf “ ” /wawu al-h liyati/ dan tergolong kepada “ ” /h lu al-muassisati/.
3) Al-Baqarah ayat 50
……..
/wa agraqn la fir ‘awna wa antum tanzur na/.“Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan ”.Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l
madi “ ”/agraqa/, dan /s hibu al-h li/ adalah damir munfasil
“ ” /kum/, sedangkan susunan kalimat “ ” /antum tanzur na/ menempati posisi /h lun/ sebagai ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang mengikuti susunan kata “ ” /antum tanzur na/ adalah “ “
/wawu al-h liyati/. Dan /h lun/ pada ayat ini tergolong pada
/h lu al-muassisati/, karena tanpa /h lun/ tersebut maka keadaan
/s hibu al-h li/ belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf “ ” /wawu al-h liyati/ dan tergolong kepada “ ” /h lu
al-muassisati/.
(36)
………
/summa yuharrif nahu min ba‘di m ‘aqal hu wa hum ya ‘lam na/. “Lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l madi “ ” /‘aqala/, dan /s hibu al-h li/ adalah damir muttasil “ ” /hu/, yang melekat pada fi‘l madi “ ”/‘aqal /, sedangkan susunan kalimat “ ” /hum ya‘lam na/ menempati posisi /h lun/ sebagai
ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang mengikuti susunan kalimat
/hum ya‘lam na/ adalah “ “ /wawu al-h liyati/. Dan /h lun/ pada ayat ini tergolong pada “ ” /h lu al-muassisati/, karena tanpa
/h lun/ tersebut maka keadaan /s hibu al-h li/ belumlah jelas. Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf
/wawu al-h liyati/ dan tergolong kepada “ ” /h lu al-muassisati/. 5) Al-Baqarah ayat 55
………..
/fa akhazatkumu al-s ‘iqatu wa antum tanzur na/. “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum Kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l
madi “ ” /akhaza/, dan /s hibu al-h li/ adalah damir munfasil
“ ” /kum/ yang melekat pada fi‘l madi “ ” /akhazat/, sedangkan susunan kalimat “ ”/antum tanzur na/ menempati posisi /h lun/ sebagai
ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang mengikuti susunan kalimat “ ” /antum tanzur na/ adalah “ “ /wawu al-h liyati/. Dan
/h lun/ pada ayat ini tergolong pada “ ” /h lu al-muassisati/, karena tanpa /h lun/ tersebut maka keadaan
/s hibu al-h li/ belumlah jelas.
(37)
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf “ ” /wawu al-h liyati/ dan tergolong kepada “ ” /h lu
al-muassisati/.
6) Al-Baqarah ayat 92
……
/summa ittakhaztum al-‘ijla min ba‘dihi wa antum z lim na/. “Kemudian kamu jadikan anak sapi (sebagai sembahan) sesudah (kepergian)nya, dan sebenarnya kamu adalah orang-orang yang zalim ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l
madi “ ” /ittakhaza/, dan
/s hibu al-h li/ adalah kata
/al-‘ijla/, sedangkan susunan kalimat “ ”/antum z lim na/ menempati posisi /h lun/ sebagai ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang mengikut i susunan kata “ ” /antum z lim na/ adalah “ “ /wawu
al-h liyati/. Dan /h lun/ pada ayat ini tergolong pada “ ”/h lu al-muassisati/, karena tanpa /h lun/ tersebut maka keadaan
/s hibu al-h li/ belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf “ ” /wawu al-h liyati/ dan tergolong kepada “ ” /h lu
al-muassisati/.
7) Al-Baqarah ayat 113
/wa q lati al-nas r laisati al-yah du ‘al syai’in wa hum yatl na al-kit ba/. “Dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan, padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l
madi “ ” /q la/, dan /s hibu al-h li/ adalah kata “ ”
(38)
menempati posisi /h lun/ sebagai ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang mengikuti susunan kata “ ”/hum yatl na al-kit ba/ adalah “ “ /wawu al-h liyati/. Dan /h lun/ pada ayat ini tergolong pada “ ” /h lu al-muassisati/, karena tanpa /h lun/ tersebut maka keadaan /s hibu al-h li/ belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf “ ” /wawu al-h liyati/ dan tergolong kepada “ ” /h lu
al-muassisati/.
8) Al-Baqarah ayat 132
…….
/y baniyya inna al-l ha istaf lakum al-d na fa l tam tunna illa wa antum
muslim na/. “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l
mudari‘ “ ” /tam tu/, dan /s hibu al-h li/ adalah damir
munfasil “ ” /antum/ yang melekat pada fi‘l mudari‘ “ ” /tam t na/, sedangkan susunan kalimat “ ” /antum muslim na/ menempati posisi
/h lun/ sebagai ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang mengikuti susunan kalimat “ ”/antum muslim na/ adalah “ “/wawu
al-h liyati/. Dan /h lun/ pada ayat ini tergolong pada “ ” /h lu al-muassisati/, karena tanpa /h lun/ tersebut maka keadaan
/s hibu al-h li/ belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf “ ”/wawu al-h liyati/ dan tergolong kepada “ ” /h lu al
-muassisati/.
9) Al-Baqarah ayat 188
……..
(39)
/li ta’kul far qan min amw li al-n si bi al-ismi wa antum ta ‘lam na/.
“Supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l
mudari‘ “ ” /ta’kulu/, dan /s hibu al-h li/ adalah kata
/amw li/, sedangkan susunan kalimat “ ” /antum ta‘lam na/ menempati posisi /h lun/ sebagai ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang mengikuti susunan kalimat “ ” adalah “ “ /wawu
al-h liyati/. Dan /h lun/ pada ayat ini tergolong pada “ ” /h lu al-muassisati/, karena tanpa /h lun/ tersebut maka keadaan
/s hibu al-h li/ belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf “ ”/wawu al-h liyati/ dan tergolong kepada “ ” /h lu al
-muassisati/.
10)Al-Baqarah ayat 216
………..
/wa ‘as an takrah syai’an wa huwa khairun lakum/. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu ”.Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l
mudari‘ “ ” /takrahu/, dan /s hibu al-h li/ adalah kata “ ”
/syaian/, sedangkan susunan kalimat “ ” /huwa khairun lakum/ menempati posisi /h lun/ sebagai ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang mengikuti susunan kalimat “ ” /huwa khairun lakum/ adalah “ “ /wawu al-h liyati/. Dan /h lun/ pada ayat ini tergolong pada “ ” /h lu al-muassisati/, karena tanpa /h lun/ tersebut maka keadaan /s hibu al-h li/ belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf “ ”/wawu al-h liyati/ dan tergolong kepada “ ” /h lu al
(40)
11)Al-Baqarah ayat 44
…….
/wa tansawna anfusakum wa antum tatl na al-kit ba afal ta‘qil na/. “Sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l
mudari‘ “ ” /tansawna/, dan /s hibu al-h li/ adalah kata
“ ” /anfusun/, sedangkan susunan kalimat “ ” /antum tatl na al-kit ba/ menempati posisi /h lun/ sebagai ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang mengikuti susunan kalimat “ ” /antum tatl na al-kit ba/ adalah “ “ /wawu al-h liyati/. Dan /h lun/ pada ayat ini tergolong pada “ ”/h lu al-muassisati/, karena tanpa /h lun/ tersebut maka keadaan
/s hibu al-h li/ belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf “ ” /wawu al-h liyati/ dan tergolong kepada “ ” /h lu
al-muassisati/.
3.1.1.2.Mengakhirkan /h lun/ dari /‘ milu al-h li/.
Ada tiga (3) bentuk /h lun/ yang diakhirkan dari /‘ milu al-h li/ dalam surat Al-Baqarah seperti berikut ini :
1. Apabila hal menjadi penguat bagi ‘amilnya.
Pada surat Al-Baqarah terdapat 21 ayat yang di dalamnya terdapat
/h lun/ sebagai penguat ‘amilnya. Yaitu pada ayat : 1) Al-Baqarah ayat 58
…….
…….
/wa udkhul al-b ba sujjadan/. “Dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud”.
(41)
Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l amr “ ” /udkhul/. Dan /s hibu al-h li/ adalah kata “ ”
/al-b /al-ba/, sedangkan /h lun/ adalah kata “ ” /sujjadan/ sebagai penguat bagi /‘ milu al-h li/, dan ini merupakan stuktur asli dari /h lun/.
Kata “ ” /sujjadan/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan
penanda harkat nasab yaitu fathah. Dan /h lun/ tersebut tergolong kepada “ ” /h lu al-muassasati/, karena tanpa kata“ ”/sujjadan/
sebagai /h lun/ maka keadaan /s hibu al-h li/ belumlah jelas. Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya.
2) Al-Baqarah ayat 213
…..
……
/faba‘asa al-lahu al-nabiy na mubasysyir na wa munzir na/. “Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan ”.Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l
madi “ ”/ba‘asa/, dan sahibul halnya adalah kata “ ”, sedangkan
/h lun/ adalah kata “ ” /mubasysyir na/ dan kata “ ” / munzir na/ yang diakhirkan sebagai penguat bagi /‘ milu al-h li/. Dan
/h lun/ tersebut tergolong pada “ ” /h lu al-muassisati/, karena tanpa kata “ ” /mubasysyir na/ dan kata “ ” / munzir na/ sebagai
/h lun/ maka keadaan /s hibu al-h li/ belum jelas. Kata “ ” /mubasysyir na/ dan kata “ ” /munzir na/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan pengganti tanda nasab yaitu huruf ( ) karena terdiri dari /jam‘u al-mu akkari al-s limi/.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan tergolong kepada “ ” /h lu al-muassisati/.
3) Al-Baqarah ayat 231
…..
……..
(42)
/wa l tumsik hunna dir ran/. “ Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l
mud ri‘ “ ” /tumsiku/ dan /s hibu al-h li/ adalah damir
munfasil “ ” /hunna/, sedangkan /h lun/ adalah kata “ ” /dir ran/ yang di akhirkan sebagai penguat bagi ‘amilnya, dan /h lun/ tersebut
tergolong pada “ ”/h lu al-muassisati/, karena tanpa kata “ ” /dir ran/ sebagai /h lun/ maka keadaan /s hibu
al-h li/ belumlah jelas. Kata “ ” /dir ran/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan tanda nasab yang asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan tergolong kepada “ ” /h lu al-muassisati/.
4) Al-Baqarah ayat 235
……….
……..
/l tuw ‘id hunna sirran/ “Janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia ”.Pada ayat di atas yang menjadi /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l
mud ri‘ “ ” /tuwa‘idu/, dan /s hibu al-h li/ adalah damir
munfasil “ ” /hunna/, sedangkan /h lun/ adalah kata “ ” /sirran/ yang di akhirkan sebagai penguat bagi ‘amilnya, /h lun/ tersebut tergolong pada“ ” /h lu al-muassisati/, karena tanpa kata “ ” /sirran/ sebagai /h lun/ maka keadaan /s hibu al-h li/ belumlah jelas. Kata “ ” /sirran/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan tanda nasab yang asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan tergolong kepada “ ” /h lu al-muassisati/.
5) Al-Baqarah ayat 245
………
……….(43)
/fayud ‘ifahu lahu ad‘ fan/. “ Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak ”.
Pada ayat di atas /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l mud ri‘ “ ” /yud ‘ifu/, dan /s hibu al-h li/ adalah damir muttasil
( ) /hu/ pada kata
/
yud ‘ifahu/, sedangkan /h lun/ yang diakhirkan dari /‘ milu al-h li/ adalah kata “ ” /ad‘afan/ sebagai penguat bagi /‘ milu al-h li/. Dan /h lun/ tersebut tergolong pada “ ” /h lu al-muassisati/, karena tanpa kata “ ” /ad‘afan/ sebagai /h lun/ maka keadaan /s hibual-h li/ belumlah jelas. kata “ ” /ad‘afan/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan tanda nasab yang asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan tergolong kepada “ ” /h lu al-muassisati/.
6) Al-Baqarah ayat 247
…..
………
/inna al-laha qad ba‘asa lakum t l ta malikan/. "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”.
Pada ayat di atas /‘ milu al-h li/ adalah fi‘l madi “ ” /ba‘asa/, dan /s hibu al-h li/ adalah kata “ ” /t l ta/, sedangkan /h lun/ pada ayat ini yang di akahirkan dari /‘ milu al-h li/ adalah kata “ ” /malikan/ sebagai penguat bagi /‘ milu al
-h li/, /h lun/ tersebut tergolong pada “ ” /h lu al-muassisati/, karena tanpa kata “ ” /malikan/ maka keadaan /s hibu al-h li/ belumlah jelas. Kata “ ” /malikan/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan tanda nasab yang asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /h lun/ yang mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan tergolong kepada “ ” /h lu al-muassisati/.
7) Al-Baqarah ayat 274
(1)
21 180
22 282
damir muttasil ( )
pada ,
dibuang karena ada Qarinah
23 177
4. Membuang /s hibu al-h li/.
No No Ayat Ayat Golongan
1 174
damir muttasil ( )
pada ,
dibuang karena ada Qarinah
(2)
pada ,
dibuang karena ada Qarinah
5. Membuang /‘ milu al-h li/.
No No Ayat Ayat Golongan
1 239
(3)
(4)
LAMPIRAN II
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P & K RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
alif - tidak dilambangkan
b ` b -
t ` t -
` s (dengan titik di atasnya)
j m j -
h ` h h (dengan titik di bawahnya)
kh ` kh -
dal d -
al z (dengan titik di atasnya)
r ` r -
zai z -
s n s -
sy n sy -
ş d ş s (dengan titik di bawahnya)
d d d d (dengan titik di bawahnya)
` t t (dengan titik di bawahnya)(5)
‘ain ‘ koma terbalik (di atas)
gain g -
f ` f -
q f q -
k f k -
l m l -
m m m -
n n n -
w wu w -
h ` h -
hamzah `apostrof, tetapi lambang ini tidak dipergunakan untuk hamzah di awal kata
y ` y -II. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap. Contoh:
ditulis Ahmadiyyah
III. T ` marb tah di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.
Contoh:
ditulis jam ‘ah 2. Bila dihidupkan ditulis t
Contoh: ditulis kar matul-`auliy `
IV. Vokal Pendek
(6)
V. Vokal Panjang
A panjang ditulis , i panjang ditulis , dan u panjang ditulis , masing - masing
dengan tanda hubung ( - ) di atasnya.
VI. Vokal Rangkap
Fathah + y ` tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan fathah + w wu
mati ditulis au.
VII. Vokal-Vokal Pendek yang Berurutan dalam satu kata
Dipisahkan dengan apostrof ( ` ) Contoh:
ditulis a`antum
ditulis mu`anna
VIII. Kata Sandang Alif + L m
1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- Contoh:
ditulis Al-Qur` n
2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf 1 diganti dengan huruf syamsiyah yang mengikutinya.
Contoh: ditulis asy-Sy ‘ah
IX. Huruf Besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD. X. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat
1. Ditulis kata per kata, atau
2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut. Contoh: