Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu

(1)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

TIMORU TIMURU NO BABURO MURA NO TAISU

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

SRI RAHAYU KARO-KARO NIM 052203074

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG BAHASA JEPANG

MEDAN 2009


(2)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

TIMORU TIMURU NO BABURO MURA NO TAISU

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

SRI RAHAYU KARO-KARO NIM 052203074

Pembimbing, Pembaca,

Adriana Hasibuan, S.S,M.Hum Zulnaidi, S.S,M.Hum

NIP 131662152 NIP 132316223

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI D3 BAHASA JEPANG MEDAN

2009


(3)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

Program Diploma Bahasa Jepang Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi D3 Bahasa Jepang Ketua,

Adriana Hasibuan, S.S., M. Hum. NIP 131662152


(4)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk Melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

Pada :

Tanggal :

Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D. NIP 132098531

Panitia :

No. Nama Tanda Tangan

1.Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum. ( )

2.Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum ( )


(5)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul “TENUN TAIS DI DESA BABULO TIMOR TIMUR”. Meskipun banyak kesulitan dalam menulis kertas karya ini karena pengetahuan penulis masih terbatas, tetapi berkat bimbingan, bantuan, dan pengarahan dari berbagai pihak, terutama dari orang tua penulis, dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini, terutama kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Adriana Hasibuan,S.S, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Bahasa Jepang D3 Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Adriana Hasibuan, S.S, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang dengan ikhlas telah meluangkan waktu unutk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sampai kertas karya ini dapat diselesaikan. 4. Bapak Zulnaidi S.S, M.Hum selaku Dosen Pembaca

5. Seluruh staf Pengajar Jurusan Program Studi Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.

6. Teristimewa kepada Orang Tua tercinta, Bapak saya Sabar karo-karo dan ibu saya Saminah Tarigan. Terima kasih untuk kasih sayang, dorongan dan materi sehingga tugas akhirnya selesai dengan baik.


(6)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

7. Untuk teman-teman saya stambuk 05, khususnya astri yang dengan sabar membantu dan mengajari Ronbunnya ingá selesai. And my best friend, Rima, Maria, Yanti. I love U All.

8. Semua pihak yang terkait dan tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu saya.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2009 Penulis

SRI RAHAYU KARO-KARO


(7)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2Pembatasan Masalah ... 2

1.3Tujuan Penulisan ... 2

1.4Metode Penulisan ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA BABULO ... 3

2.1 Letak Geografis ... 3

2.2 Kepercayan ... 3

2.3 Mata Pencaharian ... 4

2.4 Penduduk ... 4

BAB III TENUN TAIS DI DESA BABULO ... 5

3.1 Tenun Tais ... 5

3.2 Kerajinan Tradisional ... 6

3.3 Pembuatan Tenun Tais ... 7

3.4 Sifat dan Peranan Tenun Tais ... 9

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 12

4.1 Kesimpulan... 12

4.2 Saran... 12 DAFTAR PUSTAKA


(8)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Seni kerajinan tradisional merupakan salah satu bentuk warisan budaya nenek moyang. Kerajinan tradisional dapat kita temui di berbagai daerah. Pada masa lalu, bentuk kerajinan tradisional mungkin jumlahnya sangat banyak dan bervariasi untuk tiap-tiap daerah. Tetapi, seiring dengan kemajuan zaman banyak kerajinan tradisonal yang kedudukannya digantikan oleh hasil teknologi modern. Akibatnya, pada saat ini seni kerajinan tradisional boleh dikatakan sebagai salah satu barang langka yang sulit untuk didapat. Bahkan kadang-kadang harganya menjadi sangat mahal.

Di wilayah Timor Timur ada banyak berbagai bentuk hasil kerajinan tradisional. Contohnya dapat kita temui di Desa Babulo yang merupakan penghasil tenun tais. Tenun tais adalah salah satu bentuk kerajinan yang terbuat dari bahan kapas, nila dan kunyit sebagai bahan pelengkapnya. Selain itu, terdapat juga kerajinan tradisional lainnya, misalnya: pengrajin gerabah dan anyaman. Barang-barang kerajinan tersebut biasanya dijadikan salah satu perlengkapan pakaian adat dan cindera mata. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk membahas tenun tais sebagai kerajinan tradisional yang dapat dikembangkan dan dipertahankan keberadaannya. Sehingga di kemudian hari, mutu dan jumlah produksinya mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.


(9)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

1.2 Pembatasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis hanya membatasi permasalahan tentang bagaimana cara membuat tenun tais di Desa Babulo dimulai dari latar belakang kehidupan masyarakat Desa Babulo dan cara pembuatan tenun tais.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam kertas karya ini adalah:

1. Untuk mengetahui lebih jauh tentang kerajinan tradisional di Desa Babulo Timor timur khususnya tenun tais.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan tenun tais dan langkah-langkahnya.

3. Untuk melengkapi syarat kelulusan Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah metode kepustakaan yaitu metode mengumpulkan data-data atau informasi dengan cara menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan dalam kertas karya ini.


(10)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG DESA BABULO

2.1 Letak Geografis

Desa Babulo terdapat di Kecamatan Same kabupaten Manufahi, bagian dari wilayah Timor Timur yang terletak di bagian selatan. Daerahnya terdiri dari pegunungan dengan beberapa dataran rendah. Gunung yang tertinggi adalah Kablaque dengan ketinggian kurang lebih 2.459 meter. Beberapa sungai mengalir di wilayah ini, tetapi sebagian besar kering di musim kemarau. Salah satunya sungai yang dapat mengalir sepanjang tahun adalah Sungai Belulik.

Luas wilayah Kabupaten Manufahi adalah 1.132 km2. Wilayah ini terdiri dari empat kecamatan dan 29 desa. Empat kecamatan itu adalah Kecamatan Same, Alas, Fatuberliu, dan Turiscais.

Keadaan geografis Kecamatan Same secara umum tidak berbeda dengan Kabupaten Manufahi. Daerahnya secara berselang-seling terdiri dari perbukitan, lembah, dan dataran rendah. Beberapa jenis tanaman tropis tumbuh secara liar misalnya kayu merah, kemiri, jati dan cendana.

2.2 Kepercayaan

Sebagian besar penduduk Desa Babulo adalah pemeluk agama Katolik. Selain itu juga terdapat agama Islam, Protestan, Hindu dan Budha. Bahasa daerah yang berkembang di daerah ini adalah bahasa Galoleng, di samping itu mereka juga menguasai bahasa Tetun.


(11)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

Kerukunan hidup masyarakat di Desa Babulo sangat tinggi,mereka hidup bergotong-royong dalam segala hal. Hubungan manusia yang satu dengan yang lain didasarkan atas status, Raja, Ketua Adat dan masyarakat setempat.

2.3 Mata Pencaharian

Taraf hidup dan pendidikan penduduk Desa Babulo, pada umumnya masih rendah. Mereka sebagian besar menggantungkan hidup dari bertani. Jenis pertanian yang dikembangkan adalah pertanian kering dengan meggunakan cara-cara yang masih tradisional. Musim tanam biasanya dilakukan pada saat menjelang musim hujan. Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan antara lain berupa ubi-ubian, jagung dan sayur-sayuran. Disamping itu, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka juga memelihara berbagai jenis ternak misalnya babi, kuda, ayam, sapi, kerbau, kambing dan itik sedangkan kegiatan berburu hanya sekali-kali dilakukan terutama pada waktu-waktu senggang.

2.4 Penduduk

Kecamatan Same mempunyai wilayah seluas 333 km3, pada tahun 1989/1990 dihuni oleh 19.400 jiwa. Mereka tersebar di dalam delapan buah desa yaitu Letefoho, Babulo, Daisna, Grotu, Holoruan, Tutuluru, Rotutu, dan Betano. Khusus Desa Babulo dihuni oleh 520 kepala keluarga dengan 3.041 jiwa yang terdiri dari 1.541 laki-laki dan 1.500 perempuan. Luas wilayah desa ini adalah 4.322 ha yang terbagi menjadi tanah pertanian, rawa, tanah kosong, dan hutan. Terdapat sebuah sungai yang mengalir sepanjang tahun yaitu Sungai Belulik.


(12)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

BAB III

TENUN TAIS DI DESA BABULO

3.1 Tenun Tais

Desa Babulo terkenal dengan tenun taisnya. Seni kerajinan tersebut sudah dikenal secara turun-temurun dan dikerjakan dengan cara yang masih tradisional. Bahan utama dari proses pembuatan tenun tais adalah berupa kapas sedangkan bahan pelengkapnya adalah kunyit, bakamuruk, tom/nila.

Jenis-jenis tenun tais yang dihasilkan oleh para pengrajin dari Desa Babulo secara umum dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: Tais mane, Tais feto, dan Tais kiik.

1. Tais mane

Tais mane adalah kain tenun yang digunakan bagi kaum pria. Hal ini sesuai dengan istilah mane yang artinya pria. Jenis kain ini berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 100 cm x 200 cm.bahan yang dibutuhkan untuk membuat tais mane adalah 8 rol benang. Cara pemakaiannya dengan dililitkan. 2. Tais feto

Tais feto adalah kain tenun yang digunakan bagi kaum wanita. Kata feto dalam Bahasa Indonesia berarti perempuan. Bentuk kain seperti sarung dengan ukuran garis tengah 70 cm, dan panjang 120 cm. Untuk membuat tais feto dibutuhkan benang sebanyak 6 rol. Cara pemakaiannya seperti orang menggunakan sarung.


(13)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

3. Tais kiik

Tais kiik adalah kain tenun yang berbentuk selendang. Ukuran panjangnya 120 cm dan lebar 50 cm. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat jenis kain ini adalah 5 rol benang. Tais kiik biasa digunakan dalam acara-acara pesta. Cara pemakaiannya dengan meletakkan diatas bahu sebelah kanan.

3.2 Kerajinan Tradisional

Tenun tais merupakan salah satu bentuk hasil kerajinan yang terdapat di wilayah Timor Timur. Bahkan dapat dikatakan seni kerajinan ini yang paling terkenal. Hal tersebut terlihat dari masih banyaknya masyarakat setempat yang menggunakan tenun tais sebagai bahan pakaian maupun untuk keperluan-keperluan lain. Misal pada acara-acara tradisional, atau acara agama. Mereka menggunakan tenun tais. Sehingga tenun tais dapat dijadikan salah satu pakaian adat masyarakat setempat.

Pembuatan tenun tais di Desa Babulo merupakan suatu bentuk usaha keluarga yang besifat sampingan. Kegiatan ini biasa di lakukan pada waktu senggang di sela-sela kegiatan bertani. Pelaku utamanya adalah kaum wanita khususnya ibu rumah tangga dan remaja. Di dalam satu keluarga, kegiatan ini biasa dikerjakan antara satu sampai empat orang. Sistem penggajian atau upah tidak mereka kenal. Pengetahuan tentang teknik-teknik bertenun di peroleh secara turun-temurun dari para leluhurnya.


(14)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

3.3Pembuatan Tenun Tais a.Tahap penyiapan bahan

Tahap awal dari proses pembuatan tenun tais adalah mempersiakan bahan. Secara garis besar, bahan tenun tais dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahan utama dan bahan pelengkap. Bahan utama berupa kapas sedangkan bahan pelengkapnya adalah kunyit, bakamuruk, tom/nila. Bahan-bahan pelengkap berfungsi sebagai bahan pewarna benang. Bahan utama maupun bahan pelengkap, semuanya dapat diperoleh di daerah sekitar pemukiman.

b.Tahap pemintalan dan penenunan

Setelah bahan-bahan tersedia, maka dapat dilanjutkan dengan tahap pemintalan dan penenunan. Untuk itu maka diperlukan berbagai jenis peralatan. Alat-alat tersebut semuanya terbuat dari bambu atau kayu. Adapun alat-alat tersebut adalah:

1. Aidedu : yaitu alat untuk memisahkan kapas dengan bijinya 2. Liur toli : yaitu penahan pinggang yang diikatkan dengan rol kain 3. Atis : yaitu kain untuk rol kain

4. Ai nu : yaitu alat pengumpan benang 5. Ai tolok : yaitu bambu semacam lidi

6. Nur : yaitu sebilah kayu untuk menempatkan benang 7. Nanun : yaitu pengatur jarak benang

8. Dosan : yaitu sepotong bambu untuk memisahkan benang bagian atas dan bawah

9. Kakabaluh : alat untuk membagi benang bagian atas dan bawah secara begantian


(15)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

10. Dosan bot : alat untuk menahan benang pada dinding

Bahan utama untuk membuat benang adalah kapas. Agar diperoleh benang dengan mutu yang baik, maka buah-buah kapas harus dipilih yang sudah tua dan kering. Buah-buah kapas yang dipetik, kemudian dijemur supaya kering. Setelah itu dilakukan pemisahan serat-serat kapas dengan kulitnya. Serat-serat kapas yang sudah terpisah kemudian dijemur kembali sampai betul-betul kering dengan menggunakan aidedu. serat tersebut dipisahkan dengan biji-bijinya. Serat-serat kapas yang sudah bersih selanjutnya dipintal dengan tujuan untuk memisahkan serat yang kasar dengan yang halus, sehingga diperoleh serat yang sama jenisnya. Selanjutnya serat-serat tersebut digulung kecil-kecil dijadikan benang dengan menggunakan kida. Hasilnya kemudian digulung menjadi gulungan besar. Apabila dikehendaki warna, maka gulungan besar tersebut dimasukkan kedalam cairan warna yang telah disediakan.

Proses pewarnaan dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu pewarnaan dengan menggunakan bahan kunyit, bakamuruk, tom/nila. Pewarnaan dengan bahan kunyit dilakukan dengan cara kunyit dicampur air kemudian ditumbuk dan diperas. Hasil perasannya sudah siap untuk merendam benang. Perendaman biasanya dilakukan selama 48 jam dan setelah itu benang dapat diangkat dan dijemur hingga kering. Warna yang diperoleh dari bahan pewarna ini adalah warna kuning. Dan apabila menggunakan bahan bakamuruk maka warna yang dihasilkan adalah warna tanah. Dan bila menggunakan bahan tom/nila warna yang dihasilkan adalah hijau.

Komposisi warna pada tenun tais tradisional sifatnya sangat terbatas yaitu kisaran antara kuning, merah, hijau, biru, hitam, dan putih. Tetapi dengan adanya


(16)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

hasil-hasil teknologi yang beredar di daerah-daerah,maka baik benang maupun bahan pewarna saat ini dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko. Tentu saja keadaan tersebut berpengaruh terhadap karya yang dihasilkan. Pengaruh positifnya pengrajin dapat menghasilkan tais dengan warna yang bervariasi dan dapat meningkatkan hasil produksinya. Namun ada pula pengaruh negatifnya yaitu tenun tais yang dibuat dari bahan yang berasal dari toko mempunyai kualitas yang lebih rendah. Umumnya tenun-tenun tais tersebut warnanya lebih cepat pudar dan benangnya lebih cepat lembek sehingga kainnya cepat kusut dan kurang tahan lama.

Di Desa Babulo tenun tais merupakan hasil kerja sampingan para wanita di waktu senggang. Mereka menenun terutama untuk memenuhi kebutuhan sendiri, disamping beberapa pesanan yang sekali-kali datang. Apabila masih ada yang tersisa maka baru dijual ke beberapa tempat.

Pada mulanya kerajinan tenun tais hanya beredar di kalangan masyarakat Desa Babulo sendiri. Kemudian secara berangsur-angsur daerah persebarannya menjadi semakin luas. Mula-mula meliputi desa-desa disekitarnya, lalu meluas sampai kota kecamatan dan kabupaten. Bahkan ada juga yang sudah mencapai diluar daerah ibukota, misalnya Jakarta.

3.4Sifat dan Peranan Tenun Tais

Tenun tais sampai saat ini masih tetap menjadi kebanggaan masyarakat Desa Babulo, meskipun keberadaannya sudah mulai terancam oleh kehadiran berbagai jenis kain keluaran pabrik yang beredar di pasaran. Selain sebagai


(17)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

warisan nenek moyang yang mempunyai nilai seni tinggi, juga dipengaruhi oleh sifat dan peranannya yang banyak.

Adapun sifat-sifat dari pada tenun tais adalah sebagai berikut:

a. Mudah didapat, untuk memperolehnya tidak harus mengeluarkan uang karena mereka dapat membuatnya sendiri.

b. Bersifat sederhana karena cara pemakaiannya tinggal dililitkan, sehingga tidak dibutuhkan ongkos jahit.

c. Mudah perawatannya karena tenun tais biasa dipergunakan sehari-hari, cara pembersihannya hanya dengan pencucian tanpa sabun kemudian dijemur. Sedangkan untuk tenun tais yang dipergunakan untuk acara-acara tertentu, cara pencuciannya hanya dengan diperciki air kelapa kemudian diangin-anginkan sampai kering.

d. Tahan lama karena tenun tais yang asli mampu bertahan sampai bertahun-tahun lamanya dan tidak kelihatan usang.

e. Dapat dipergunakan sebagai barang dagangan.

Jika dilihat dari segi peranannya tenun tais dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: peranan tenun tais di bidang sosial, dan peranan tenun tais di bidang budaya.

Peranan tenun tais di bidang sosial

a. Sebagai lambang kerukunan hidup berumah tangga yang menjunjung semangat toleransi yang tinggi. Hal ini tercermin dari penggunaan tais mane yang seharusnya diperuntukkan bagi kaum laki-laki, tetapi dalam kenyataannya semua anggota keluarga dapat menggunakannya. Demikian pula halnya dengan jenis tais feto.


(18)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

b. Sebagai sarana untuk menjaga hubungan baik antar anggota masyarakat. Hal ini tercermin dari kebiasaan mereka untuk saling meminjamkan tenun tais pada saat dibutuhkan. Misalnya pada saat upacara pengantin atau kematian, kebetulan keluarga yang bersangkutan tidak mempunyai tenun tais dalam jumlah yang cukup, maka dapat meminjam pada famili atau tetangganya.

c. Sebagai sarana untuk membina hubungan dengan pihak luar. Misalnya menjadikan tenun Tais sebagai barang cendera mata.

d. Sebagai pakaian yang dibanggakan, terutama pada saat menyambut tamu yang datang berkunjung.

e. sebagai lambang status sosial. Hal ini akan terlihat jelas apabila dipakai oleh para raja atau tokoh-tokoh adat pada acara-acara tertentu.

Peranan Tenun Tais di Bidang Budaya

a. Sebagai salah satu warisan budaya nenek moyang yang benilai seni tinggi. b. Sebagai salah satu benda keramat yang disimpan di dalam uma lulik

(rumah adat). Tenun tais ini akan dikeluarkan pada saat upacara-upacara tertentu, misalnya minta hujan, musim tanam dan panen, atau saat membangun rumah adat baru.

c. Dipergunakan dalam upacara pengantin, baik dikenakan atau sebagai dekorasi tempat pengantin bersanding. Disamping itu, tenun tais juga dipakai sebagai salah satu mahar ketika meminang pengantin.

d. Sebagai kain penutup atau pembungkus mayat yang akan dikebumikan. Tenun tais ini biasanya merupakan sumbangan dari para familinya.


(19)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Di dalam bab ini, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Seni pengrajin tenun tais merupakan seni kerajinan tradisional yang

diperoleh secara turun-temurun.

2. Umumnya bahan utama yang dibutuhkan berasal dari bahan-bahan alami yang ada di daerah sekitar.

3. Sebagian besar pekerjaan dilakukan dengan tangan.

4. Para pengrajin adalah kaum wanita, khususnya para ibu rumah tangga dan remaja.

5. Tenun tais dijadikan sarana untuk membina hubungan baik dengan pihak luar contohnya, untuk cidera mata.

6. Cara pemakaiannya sangat sederhana yaitu dengan dililitkan saja 7. Tenun tais dijadikan juga sebagai salah satu perlengkapan pakaian

adat.

8. Tenun tais dapat dipergunakan sebagai barang dagangan

4.2 Saran

Sebagai generasi muda, kita seharusnya mengetahui dan melestarikan budaya bangsa kita. Contohnya kerajinan tradisional, sehingga jenis kerajinan ini bisa di manfaatkan sebagai mata pencaharian penduduk setempat.


(20)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Mario Lopes da Cruss, dkk., 1989. Pengrajin Tradisional Daerah Timor Timur. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Timor Timur.


(1)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

10. Dosan bot : alat untuk menahan benang pada dinding

Bahan utama untuk membuat benang adalah kapas. Agar diperoleh benang dengan mutu yang baik, maka buah-buah kapas harus dipilih yang sudah tua dan kering. Buah-buah kapas yang dipetik, kemudian dijemur supaya kering. Setelah itu dilakukan pemisahan serat-serat kapas dengan kulitnya. Serat-serat kapas yang sudah terpisah kemudian dijemur kembali sampai betul-betul kering dengan menggunakan aidedu. serat tersebut dipisahkan dengan biji-bijinya. Serat-serat kapas yang sudah bersih selanjutnya dipintal dengan tujuan untuk memisahkan serat yang kasar dengan yang halus, sehingga diperoleh serat yang sama jenisnya. Selanjutnya serat-serat tersebut digulung kecil-kecil dijadikan benang dengan menggunakan kida. Hasilnya kemudian digulung menjadi gulungan besar. Apabila dikehendaki warna, maka gulungan besar tersebut dimasukkan kedalam cairan warna yang telah disediakan.

Proses pewarnaan dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu pewarnaan dengan menggunakan bahan kunyit, bakamuruk, tom/nila. Pewarnaan dengan bahan kunyit dilakukan dengan cara kunyit dicampur air kemudian ditumbuk dan diperas. Hasil perasannya sudah siap untuk merendam benang. Perendaman biasanya dilakukan selama 48 jam dan setelah itu benang dapat diangkat dan dijemur hingga kering. Warna yang diperoleh dari bahan pewarna ini adalah warna kuning. Dan apabila menggunakan bahan bakamuruk maka warna yang dihasilkan adalah warna tanah. Dan bila menggunakan bahan tom/nila warna yang dihasilkan adalah hijau.

Komposisi warna pada tenun tais tradisional sifatnya sangat terbatas yaitu kisaran antara kuning, merah, hijau, biru, hitam, dan putih. Tetapi dengan adanya


(2)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

hasil-hasil teknologi yang beredar di daerah-daerah,maka baik benang maupun bahan pewarna saat ini dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko. Tentu saja keadaan tersebut berpengaruh terhadap karya yang dihasilkan. Pengaruh positifnya pengrajin dapat menghasilkan tais dengan warna yang bervariasi dan dapat meningkatkan hasil produksinya. Namun ada pula pengaruh negatifnya yaitu tenun tais yang dibuat dari bahan yang berasal dari toko mempunyai kualitas yang lebih rendah. Umumnya tenun-tenun tais tersebut warnanya lebih cepat pudar dan benangnya lebih cepat lembek sehingga kainnya cepat kusut dan kurang tahan lama.

Di Desa Babulo tenun tais merupakan hasil kerja sampingan para wanita di waktu senggang. Mereka menenun terutama untuk memenuhi kebutuhan sendiri, disamping beberapa pesanan yang sekali-kali datang. Apabila masih ada yang tersisa maka baru dijual ke beberapa tempat.

Pada mulanya kerajinan tenun tais hanya beredar di kalangan masyarakat Desa Babulo sendiri. Kemudian secara berangsur-angsur daerah persebarannya menjadi semakin luas. Mula-mula meliputi desa-desa disekitarnya, lalu meluas sampai kota kecamatan dan kabupaten. Bahkan ada juga yang sudah mencapai diluar daerah ibukota, misalnya Jakarta.

3.4 Sifat dan Peranan Tenun Tais

Tenun tais sampai saat ini masih tetap menjadi kebanggaan masyarakat Desa Babulo, meskipun keberadaannya sudah mulai terancam oleh kehadiran berbagai jenis kain keluaran pabrik yang beredar di pasaran. Selain sebagai


(3)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

warisan nenek moyang yang mempunyai nilai seni tinggi, juga dipengaruhi oleh sifat dan peranannya yang banyak.

Adapun sifat-sifat dari pada tenun tais adalah sebagai berikut:

a. Mudah didapat, untuk memperolehnya tidak harus mengeluarkan uang karena mereka dapat membuatnya sendiri.

b. Bersifat sederhana karena cara pemakaiannya tinggal dililitkan, sehingga tidak dibutuhkan ongkos jahit.

c. Mudah perawatannya karena tenun tais biasa dipergunakan sehari-hari, cara pembersihannya hanya dengan pencucian tanpa sabun kemudian dijemur. Sedangkan untuk tenun tais yang dipergunakan untuk acara-acara tertentu, cara pencuciannya hanya dengan diperciki air kelapa kemudian diangin-anginkan sampai kering.

d. Tahan lama karena tenun tais yang asli mampu bertahan sampai bertahun-tahun lamanya dan tidak kelihatan usang.

e. Dapat dipergunakan sebagai barang dagangan.

Jika dilihat dari segi peranannya tenun tais dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: peranan tenun tais di bidang sosial, dan peranan tenun tais di bidang budaya.

Peranan tenun tais di bidang sosial

a. Sebagai lambang kerukunan hidup berumah tangga yang menjunjung semangat toleransi yang tinggi. Hal ini tercermin dari penggunaan tais mane yang seharusnya diperuntukkan bagi kaum laki-laki, tetapi dalam kenyataannya semua anggota keluarga dapat menggunakannya. Demikian pula halnya dengan jenis tais feto.


(4)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

b. Sebagai sarana untuk menjaga hubungan baik antar anggota masyarakat. Hal ini tercermin dari kebiasaan mereka untuk saling meminjamkan tenun tais pada saat dibutuhkan. Misalnya pada saat upacara pengantin atau kematian, kebetulan keluarga yang bersangkutan tidak mempunyai tenun tais dalam jumlah yang cukup, maka dapat meminjam pada famili atau tetangganya.

c. Sebagai sarana untuk membina hubungan dengan pihak luar. Misalnya menjadikan tenun Tais sebagai barang cendera mata.

d. Sebagai pakaian yang dibanggakan, terutama pada saat menyambut tamu yang datang berkunjung.

e. sebagai lambang status sosial. Hal ini akan terlihat jelas apabila dipakai oleh para raja atau tokoh-tokoh adat pada acara-acara tertentu.

Peranan Tenun Tais di Bidang Budaya

a. Sebagai salah satu warisan budaya nenek moyang yang benilai seni tinggi. b. Sebagai salah satu benda keramat yang disimpan di dalam uma lulik

(rumah adat). Tenun tais ini akan dikeluarkan pada saat upacara-upacara tertentu, misalnya minta hujan, musim tanam dan panen, atau saat membangun rumah adat baru.

c. Dipergunakan dalam upacara pengantin, baik dikenakan atau sebagai dekorasi tempat pengantin bersanding. Disamping itu, tenun tais juga dipakai sebagai salah satu mahar ketika meminang pengantin.

d. Sebagai kain penutup atau pembungkus mayat yang akan dikebumikan. Tenun tais ini biasanya merupakan sumbangan dari para familinya.


(5)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Di dalam bab ini, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Seni pengrajin tenun tais merupakan seni kerajinan tradisional yang

diperoleh secara turun-temurun.

2. Umumnya bahan utama yang dibutuhkan berasal dari bahan-bahan alami yang ada di daerah sekitar.

3. Sebagian besar pekerjaan dilakukan dengan tangan.

4. Para pengrajin adalah kaum wanita, khususnya para ibu rumah tangga dan remaja.

5. Tenun tais dijadikan sarana untuk membina hubungan baik dengan pihak luar contohnya, untuk cidera mata.

6. Cara pemakaiannya sangat sederhana yaitu dengan dililitkan saja 7. Tenun tais dijadikan juga sebagai salah satu perlengkapan pakaian

adat.

8. Tenun tais dapat dipergunakan sebagai barang dagangan

4.2 Saran

Sebagai generasi muda, kita seharusnya mengetahui dan melestarikan budaya bangsa kita. Contohnya kerajinan tradisional, sehingga jenis kerajinan ini bisa di manfaatkan sebagai mata pencaharian penduduk setempat.


(6)

Sri Rahayu Karo-Karo : Timoru Timuru No Baburo Mura No Taisu, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Mario Lopes da Cruss, dkk., 1989. Pengrajin Tradisional Daerah Timor Timur. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Timor Timur.