Kajian Pelaksanaan Kemitraan Kelompok Tani dan Koperasi dalam Mengembangkan Usahatani dan Pemasaran Komoditas Hortikultura (Studi Kasus di Kelompok Tani pada Boga, Desa Maleber, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)
KAJIAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KELOMPOK TAN1 DAN
KOPERASI DALAM MENGEMBANGUN USAHATANI DAN
PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA
(Stud1 Kasus dl Kelompok Tan1 Pada Boga, Desa Maleber, Kecarnatan Pacet,
Kabupaten C~anjur,Proplns~Jawa Barat )
Oleh :
Nurdiniayati
A 29.0969
PROGRAM STUD1 AGRlBlSNlS
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
NURDINIAYATI. Kajian Pelaksanaan Pola Kemitraan Kelompok Tani dengan Koperasi
Dalam Mengembangkan Usahatani dan Pemasaran Komoditas Hortikultura. Studi
Kasus di Kelompok Tani Pada Boga, Desa Maleber, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur, Propinsi Jawa Barat. (Dibawah bimbingan E. KUSUMAH, MS)
Pengembangan pola kemitraan agribisnis hortikultura sayuran merupakan salah
satu alternatif dalam mengatasi permasalahn hortikultura sayuran.
Pola kemitraan
antara petani koperasi dan usaha besar perlu diciptakan dan dikembangkan untuk
memajukan pengelolaan usahatani dan meningkatkan kepastian pasar. Sehingga perlu
dikaji pelaksanaan kemitraan kelompok tani dan koperasi dalam mengembangkan
usahatani dan pemasaran sayuran.
Petani yang tergabung dalam kelompok tani
memiliki berbagai alternatif dalam memilih mitra usahanya, di sisi lain Departemen
Koperasi dan Pembina Pengusaha Kecil melakukan uji coba kemitraan agribisnis
hortikultura sayuran melalui koperasi.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi tingkat keberhasilan
pelaksanaan kemitraan yang telah dirintis oleh Departemen Koperasi dan Pembina
Pengusaha Kecil (2) Mengidentifikasi posisi Koperasi Pemasaran Hortikultura iantara
mitra usaha Kelompok Tani Pada Boga yang lain.
Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Pada Boga, Pacet, Cianjur.
Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja. Responden utama adalah petani anggota
KTPB sejumlah 25 orang,
yaitu petani yang aktif dalam melaksanakan usahatani
selama penelitian ini berlangsung.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
komoditas
sayuran
memerlukan
penanganan yang lebih spesifik, mengingat sifatnya yang mudah busuk sehingga
meningkatkan nilai susut komoditas yang tinggi, baik di tingkat petani maupun di tingkat
packing house (rumah pengemasan) KTPB. KTPB sebagai salah satu kelompok tani
packing house (rumah pengemasan) KTPB. KTPB sebagai salah satu kelompok tani
di wilayah Kecamatan Pacet, telah mengalami perkembangan yang cukup pesat baik
dari sisi pengelolaan usahatani petani anggota maupun dari sisi pemasaran yang
dilakukan oleh KTPB melalui packing house KTPB.
Struktur kelembagaan pertanian
yang cukup lengkap di wilayah Kecamatan Pacet, secara tidak langsung turut
mempengaruhi keberhasilan KTPB.
Berdasarkan analisis tingkat keberhasilan usahatani, diperoleh hasil bahwa
petani yang menanam jenis sayuran non lokal memiliki rata-rata nilai R-C Rasio yang
lebih tinggi dari pada petani yang menanam sayuran lokal.
Sayuran lokal dapat
ditingkatkan nilai R-C Rasionya dengan cara melakukan sistem pananaman secara
tumpang sari. Panambahan penanaman sayuran dengan jenis sayuan non lokal ternyat
juga mampu meningkatkan nilai R-C Rasio. Dari sisi analisis biayalhasil, diperoleh hasil
bahwa penanaman komoditas non lokal meningkatkan jumlah modal, sehingga wajar
apabila petani merasa sangat membutuhkan pasokan modal secara kontinu.
Berdasarkan analisis penghitungan marjin pemasaran, untuk keseluruhan marjin
pemasaran KTPB dari keempat mitra usaha reguler, terlihat bahwa petani memiliki
share keuntungan terbesar dibandingkan share yang diperoleh KTPB maupu mitra
usaha. Hal ini merupakan suatu kenyataan bahwa dengan mengusahakan komoditas
hortikultura sayuran dapat rnenjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan
kesejahteraan dan tingkat pendapatan petani.
Terjadi pergeseran pola kemitraan, antara kemitraan yang telah dikembangkan
oleh Departemen Koperasi dan Pembina Pengusaha Kecil yang menunjukkan bahwa
kemitraan yang diujicobakan oleh Depkop belum mencapai tingkat keberhasilan seperti
yang diharapkan.
KUD yang memiliki berbagai macam unit usaha tidak bisa
dipaksakan untuk melaksanakan program yang sifatnya top down (berasal dari
pemerintah). Adanya kemitraan KTPB dengan mitra usaha memberikan rnanfaat utama
dalam ha1 jaminan pasar, mengingat sayuran yang dikelola oleh KTPB memiliki pasar
yang terbatas, sehingga dalam ha1 ini petani anggota baru akan mengusahakan jenis
tanaman tertentu apabila telah terdapat permintaan dari pasar (mitra usaha). Posisi
koperasi (KPH) ternyata dapat rnemberikan berbagai keunggulan dibandingkan mitra
usaha KTPB yang lain, bahwa KPH merupakan satu-satunya mitra usaha yang
memberikan pembinaan kepada KTPB, KPH mampu memberikan share keuntungan
yang lebih besar kepada KTPB dibandingkan mitra usaha yang lain.
Secara keseluruhan, alternatif keberadaan koperasi sebagai salah mitra usaha
dalam pola kemitraan agribisnis hortikultura sayuran dapat terus dikembangkan, dengan
syarat koperasi tersebut tidak hanya beroperasi di tingkat kecamatan (seperti KUD),
tetapi harus mempunyai wilayah pemasaran sampai di luar kecamatan, misal koperasi
sekunder (seperti Koperasi pemasaran Hortikultura). Sehingga diharapkan dapat
rneningkatkan akses terhadap informasi-informasi yang ada, baik dari sisi usahatani
maupun dari sisi pemasaran. Transparansi hak dan kewajiban yang jelas bagi masingmasing pelaku kemitraan sangat diperlukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya
konflik-konflik yang rnuncul selama pelaksanaan kemitraan.
KAJIAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KELOMPOK TAN1 DENGAN
KOPERASI DALAM MENGEMBANGKAN USAHATANI DAN
PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA
(Studi Kasus di Kelompok Tani Pada Boga, Desa Maleber, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)
Oleh :
Nurdiniayati
A 29.0969
SKRlPSl
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor
PROGRAM STUD1 AGRIBISNIS
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
KAJIAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KELOMPOK TAN1 DAN
KOPERASI DALAM MENGEMBANGUN USAHATANI DAN
PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA
(Stud1 Kasus dl Kelompok Tan1 Pada Boga, Desa Maleber, Kecarnatan Pacet,
Kabupaten C~anjur,Proplns~Jawa Barat )
Oleh :
Nurdiniayati
A 29.0969
PROGRAM STUD1 AGRlBlSNlS
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
NURDINIAYATI. Kajian Pelaksanaan Pola Kemitraan Kelompok Tani dengan Koperasi
Dalam Mengembangkan Usahatani dan Pemasaran Komoditas Hortikultura. Studi
Kasus di Kelompok Tani Pada Boga, Desa Maleber, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur, Propinsi Jawa Barat. (Dibawah bimbingan E. KUSUMAH, MS)
Pengembangan pola kemitraan agribisnis hortikultura sayuran merupakan salah
satu alternatif dalam mengatasi permasalahn hortikultura sayuran.
Pola kemitraan
antara petani koperasi dan usaha besar perlu diciptakan dan dikembangkan untuk
memajukan pengelolaan usahatani dan meningkatkan kepastian pasar. Sehingga perlu
dikaji pelaksanaan kemitraan kelompok tani dan koperasi dalam mengembangkan
usahatani dan pemasaran sayuran.
Petani yang tergabung dalam kelompok tani
memiliki berbagai alternatif dalam memilih mitra usahanya, di sisi lain Departemen
Koperasi dan Pembina Pengusaha Kecil melakukan uji coba kemitraan agribisnis
hortikultura sayuran melalui koperasi.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi tingkat keberhasilan
pelaksanaan kemitraan yang telah dirintis oleh Departemen Koperasi dan Pembina
Pengusaha Kecil (2) Mengidentifikasi posisi Koperasi Pemasaran Hortikultura iantara
mitra usaha Kelompok Tani Pada Boga yang lain.
Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Pada Boga, Pacet, Cianjur.
Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja. Responden utama adalah petani anggota
KTPB sejumlah 25 orang,
yaitu petani yang aktif dalam melaksanakan usahatani
selama penelitian ini berlangsung.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
komoditas
sayuran
memerlukan
penanganan yang lebih spesifik, mengingat sifatnya yang mudah busuk sehingga
meningkatkan nilai susut komoditas yang tinggi, baik di tingkat petani maupun di tingkat
packing house (rumah pengemasan) KTPB. KTPB sebagai salah satu kelompok tani
packing house (rumah pengemasan) KTPB. KTPB sebagai salah satu kelompok tani
di wilayah Kecamatan Pacet, telah mengalami perkembangan yang cukup pesat baik
dari sisi pengelolaan usahatani petani anggota maupun dari sisi pemasaran yang
dilakukan oleh KTPB melalui packing house KTPB.
Struktur kelembagaan pertanian
yang cukup lengkap di wilayah Kecamatan Pacet, secara tidak langsung turut
mempengaruhi keberhasilan KTPB.
Berdasarkan analisis tingkat keberhasilan usahatani, diperoleh hasil bahwa
petani yang menanam jenis sayuran non lokal memiliki rata-rata nilai R-C Rasio yang
lebih tinggi dari pada petani yang menanam sayuran lokal.
Sayuran lokal dapat
ditingkatkan nilai R-C Rasionya dengan cara melakukan sistem pananaman secara
tumpang sari. Panambahan penanaman sayuran dengan jenis sayuan non lokal ternyat
juga mampu meningkatkan nilai R-C Rasio. Dari sisi analisis biayalhasil, diperoleh hasil
bahwa penanaman komoditas non lokal meningkatkan jumlah modal, sehingga wajar
apabila petani merasa sangat membutuhkan pasokan modal secara kontinu.
Berdasarkan analisis penghitungan marjin pemasaran, untuk keseluruhan marjin
pemasaran KTPB dari keempat mitra usaha reguler, terlihat bahwa petani memiliki
share keuntungan terbesar dibandingkan share yang diperoleh KTPB maupu mitra
usaha. Hal ini merupakan suatu kenyataan bahwa dengan mengusahakan komoditas
hortikultura sayuran dapat rnenjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan
kesejahteraan dan tingkat pendapatan petani.
Terjadi pergeseran pola kemitraan, antara kemitraan yang telah dikembangkan
oleh Departemen Koperasi dan Pembina Pengusaha Kecil yang menunjukkan bahwa
kemitraan yang diujicobakan oleh Depkop belum mencapai tingkat keberhasilan seperti
yang diharapkan.
KUD yang memiliki berbagai macam unit usaha tidak bisa
dipaksakan untuk melaksanakan program yang sifatnya top down (berasal dari
pemerintah). Adanya kemitraan KTPB dengan mitra usaha memberikan rnanfaat utama
dalam ha1 jaminan pasar, mengingat sayuran yang dikelola oleh KTPB memiliki pasar
yang terbatas, sehingga dalam ha1 ini petani anggota baru akan mengusahakan jenis
tanaman tertentu apabila telah terdapat permintaan dari pasar (mitra usaha). Posisi
koperasi (KPH) ternyata dapat rnemberikan berbagai keunggulan dibandingkan mitra
usaha KTPB yang lain, bahwa KPH merupakan satu-satunya mitra usaha yang
memberikan pembinaan kepada KTPB, KPH mampu memberikan share keuntungan
yang lebih besar kepada KTPB dibandingkan mitra usaha yang lain.
Secara keseluruhan, alternatif keberadaan koperasi sebagai salah mitra usaha
dalam pola kemitraan agribisnis hortikultura sayuran dapat terus dikembangkan, dengan
syarat koperasi tersebut tidak hanya beroperasi di tingkat kecamatan (seperti KUD),
tetapi harus mempunyai wilayah pemasaran sampai di luar kecamatan, misal koperasi
sekunder (seperti Koperasi pemasaran Hortikultura). Sehingga diharapkan dapat
rneningkatkan akses terhadap informasi-informasi yang ada, baik dari sisi usahatani
maupun dari sisi pemasaran. Transparansi hak dan kewajiban yang jelas bagi masingmasing pelaku kemitraan sangat diperlukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya
konflik-konflik yang rnuncul selama pelaksanaan kemitraan.
KAJIAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KELOMPOK TAN1 DENGAN
KOPERASI DALAM MENGEMBANGKAN USAHATANI DAN
PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA
(Studi Kasus di Kelompok Tani Pada Boga, Desa Maleber, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)
Oleh :
Nurdiniayati
A 29.0969
SKRlPSl
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor
PROGRAM STUD1 AGRIBISNIS
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
KOPERASI DALAM MENGEMBANGUN USAHATANI DAN
PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA
(Stud1 Kasus dl Kelompok Tan1 Pada Boga, Desa Maleber, Kecarnatan Pacet,
Kabupaten C~anjur,Proplns~Jawa Barat )
Oleh :
Nurdiniayati
A 29.0969
PROGRAM STUD1 AGRlBlSNlS
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
NURDINIAYATI. Kajian Pelaksanaan Pola Kemitraan Kelompok Tani dengan Koperasi
Dalam Mengembangkan Usahatani dan Pemasaran Komoditas Hortikultura. Studi
Kasus di Kelompok Tani Pada Boga, Desa Maleber, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur, Propinsi Jawa Barat. (Dibawah bimbingan E. KUSUMAH, MS)
Pengembangan pola kemitraan agribisnis hortikultura sayuran merupakan salah
satu alternatif dalam mengatasi permasalahn hortikultura sayuran.
Pola kemitraan
antara petani koperasi dan usaha besar perlu diciptakan dan dikembangkan untuk
memajukan pengelolaan usahatani dan meningkatkan kepastian pasar. Sehingga perlu
dikaji pelaksanaan kemitraan kelompok tani dan koperasi dalam mengembangkan
usahatani dan pemasaran sayuran.
Petani yang tergabung dalam kelompok tani
memiliki berbagai alternatif dalam memilih mitra usahanya, di sisi lain Departemen
Koperasi dan Pembina Pengusaha Kecil melakukan uji coba kemitraan agribisnis
hortikultura sayuran melalui koperasi.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi tingkat keberhasilan
pelaksanaan kemitraan yang telah dirintis oleh Departemen Koperasi dan Pembina
Pengusaha Kecil (2) Mengidentifikasi posisi Koperasi Pemasaran Hortikultura iantara
mitra usaha Kelompok Tani Pada Boga yang lain.
Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Pada Boga, Pacet, Cianjur.
Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja. Responden utama adalah petani anggota
KTPB sejumlah 25 orang,
yaitu petani yang aktif dalam melaksanakan usahatani
selama penelitian ini berlangsung.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
komoditas
sayuran
memerlukan
penanganan yang lebih spesifik, mengingat sifatnya yang mudah busuk sehingga
meningkatkan nilai susut komoditas yang tinggi, baik di tingkat petani maupun di tingkat
packing house (rumah pengemasan) KTPB. KTPB sebagai salah satu kelompok tani
packing house (rumah pengemasan) KTPB. KTPB sebagai salah satu kelompok tani
di wilayah Kecamatan Pacet, telah mengalami perkembangan yang cukup pesat baik
dari sisi pengelolaan usahatani petani anggota maupun dari sisi pemasaran yang
dilakukan oleh KTPB melalui packing house KTPB.
Struktur kelembagaan pertanian
yang cukup lengkap di wilayah Kecamatan Pacet, secara tidak langsung turut
mempengaruhi keberhasilan KTPB.
Berdasarkan analisis tingkat keberhasilan usahatani, diperoleh hasil bahwa
petani yang menanam jenis sayuran non lokal memiliki rata-rata nilai R-C Rasio yang
lebih tinggi dari pada petani yang menanam sayuran lokal.
Sayuran lokal dapat
ditingkatkan nilai R-C Rasionya dengan cara melakukan sistem pananaman secara
tumpang sari. Panambahan penanaman sayuran dengan jenis sayuan non lokal ternyat
juga mampu meningkatkan nilai R-C Rasio. Dari sisi analisis biayalhasil, diperoleh hasil
bahwa penanaman komoditas non lokal meningkatkan jumlah modal, sehingga wajar
apabila petani merasa sangat membutuhkan pasokan modal secara kontinu.
Berdasarkan analisis penghitungan marjin pemasaran, untuk keseluruhan marjin
pemasaran KTPB dari keempat mitra usaha reguler, terlihat bahwa petani memiliki
share keuntungan terbesar dibandingkan share yang diperoleh KTPB maupu mitra
usaha. Hal ini merupakan suatu kenyataan bahwa dengan mengusahakan komoditas
hortikultura sayuran dapat rnenjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan
kesejahteraan dan tingkat pendapatan petani.
Terjadi pergeseran pola kemitraan, antara kemitraan yang telah dikembangkan
oleh Departemen Koperasi dan Pembina Pengusaha Kecil yang menunjukkan bahwa
kemitraan yang diujicobakan oleh Depkop belum mencapai tingkat keberhasilan seperti
yang diharapkan.
KUD yang memiliki berbagai macam unit usaha tidak bisa
dipaksakan untuk melaksanakan program yang sifatnya top down (berasal dari
pemerintah). Adanya kemitraan KTPB dengan mitra usaha memberikan rnanfaat utama
dalam ha1 jaminan pasar, mengingat sayuran yang dikelola oleh KTPB memiliki pasar
yang terbatas, sehingga dalam ha1 ini petani anggota baru akan mengusahakan jenis
tanaman tertentu apabila telah terdapat permintaan dari pasar (mitra usaha). Posisi
koperasi (KPH) ternyata dapat rnemberikan berbagai keunggulan dibandingkan mitra
usaha KTPB yang lain, bahwa KPH merupakan satu-satunya mitra usaha yang
memberikan pembinaan kepada KTPB, KPH mampu memberikan share keuntungan
yang lebih besar kepada KTPB dibandingkan mitra usaha yang lain.
Secara keseluruhan, alternatif keberadaan koperasi sebagai salah mitra usaha
dalam pola kemitraan agribisnis hortikultura sayuran dapat terus dikembangkan, dengan
syarat koperasi tersebut tidak hanya beroperasi di tingkat kecamatan (seperti KUD),
tetapi harus mempunyai wilayah pemasaran sampai di luar kecamatan, misal koperasi
sekunder (seperti Koperasi pemasaran Hortikultura). Sehingga diharapkan dapat
rneningkatkan akses terhadap informasi-informasi yang ada, baik dari sisi usahatani
maupun dari sisi pemasaran. Transparansi hak dan kewajiban yang jelas bagi masingmasing pelaku kemitraan sangat diperlukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya
konflik-konflik yang rnuncul selama pelaksanaan kemitraan.
KAJIAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KELOMPOK TAN1 DENGAN
KOPERASI DALAM MENGEMBANGKAN USAHATANI DAN
PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA
(Studi Kasus di Kelompok Tani Pada Boga, Desa Maleber, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)
Oleh :
Nurdiniayati
A 29.0969
SKRlPSl
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor
PROGRAM STUD1 AGRIBISNIS
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
KAJIAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KELOMPOK TAN1 DAN
KOPERASI DALAM MENGEMBANGUN USAHATANI DAN
PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA
(Stud1 Kasus dl Kelompok Tan1 Pada Boga, Desa Maleber, Kecarnatan Pacet,
Kabupaten C~anjur,Proplns~Jawa Barat )
Oleh :
Nurdiniayati
A 29.0969
PROGRAM STUD1 AGRlBlSNlS
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
NURDINIAYATI. Kajian Pelaksanaan Pola Kemitraan Kelompok Tani dengan Koperasi
Dalam Mengembangkan Usahatani dan Pemasaran Komoditas Hortikultura. Studi
Kasus di Kelompok Tani Pada Boga, Desa Maleber, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur, Propinsi Jawa Barat. (Dibawah bimbingan E. KUSUMAH, MS)
Pengembangan pola kemitraan agribisnis hortikultura sayuran merupakan salah
satu alternatif dalam mengatasi permasalahn hortikultura sayuran.
Pola kemitraan
antara petani koperasi dan usaha besar perlu diciptakan dan dikembangkan untuk
memajukan pengelolaan usahatani dan meningkatkan kepastian pasar. Sehingga perlu
dikaji pelaksanaan kemitraan kelompok tani dan koperasi dalam mengembangkan
usahatani dan pemasaran sayuran.
Petani yang tergabung dalam kelompok tani
memiliki berbagai alternatif dalam memilih mitra usahanya, di sisi lain Departemen
Koperasi dan Pembina Pengusaha Kecil melakukan uji coba kemitraan agribisnis
hortikultura sayuran melalui koperasi.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi tingkat keberhasilan
pelaksanaan kemitraan yang telah dirintis oleh Departemen Koperasi dan Pembina
Pengusaha Kecil (2) Mengidentifikasi posisi Koperasi Pemasaran Hortikultura iantara
mitra usaha Kelompok Tani Pada Boga yang lain.
Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Pada Boga, Pacet, Cianjur.
Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja. Responden utama adalah petani anggota
KTPB sejumlah 25 orang,
yaitu petani yang aktif dalam melaksanakan usahatani
selama penelitian ini berlangsung.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
komoditas
sayuran
memerlukan
penanganan yang lebih spesifik, mengingat sifatnya yang mudah busuk sehingga
meningkatkan nilai susut komoditas yang tinggi, baik di tingkat petani maupun di tingkat
packing house (rumah pengemasan) KTPB. KTPB sebagai salah satu kelompok tani
packing house (rumah pengemasan) KTPB. KTPB sebagai salah satu kelompok tani
di wilayah Kecamatan Pacet, telah mengalami perkembangan yang cukup pesat baik
dari sisi pengelolaan usahatani petani anggota maupun dari sisi pemasaran yang
dilakukan oleh KTPB melalui packing house KTPB.
Struktur kelembagaan pertanian
yang cukup lengkap di wilayah Kecamatan Pacet, secara tidak langsung turut
mempengaruhi keberhasilan KTPB.
Berdasarkan analisis tingkat keberhasilan usahatani, diperoleh hasil bahwa
petani yang menanam jenis sayuran non lokal memiliki rata-rata nilai R-C Rasio yang
lebih tinggi dari pada petani yang menanam sayuran lokal.
Sayuran lokal dapat
ditingkatkan nilai R-C Rasionya dengan cara melakukan sistem pananaman secara
tumpang sari. Panambahan penanaman sayuran dengan jenis sayuan non lokal ternyat
juga mampu meningkatkan nilai R-C Rasio. Dari sisi analisis biayalhasil, diperoleh hasil
bahwa penanaman komoditas non lokal meningkatkan jumlah modal, sehingga wajar
apabila petani merasa sangat membutuhkan pasokan modal secara kontinu.
Berdasarkan analisis penghitungan marjin pemasaran, untuk keseluruhan marjin
pemasaran KTPB dari keempat mitra usaha reguler, terlihat bahwa petani memiliki
share keuntungan terbesar dibandingkan share yang diperoleh KTPB maupu mitra
usaha. Hal ini merupakan suatu kenyataan bahwa dengan mengusahakan komoditas
hortikultura sayuran dapat rnenjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan
kesejahteraan dan tingkat pendapatan petani.
Terjadi pergeseran pola kemitraan, antara kemitraan yang telah dikembangkan
oleh Departemen Koperasi dan Pembina Pengusaha Kecil yang menunjukkan bahwa
kemitraan yang diujicobakan oleh Depkop belum mencapai tingkat keberhasilan seperti
yang diharapkan.
KUD yang memiliki berbagai macam unit usaha tidak bisa
dipaksakan untuk melaksanakan program yang sifatnya top down (berasal dari
pemerintah). Adanya kemitraan KTPB dengan mitra usaha memberikan rnanfaat utama
dalam ha1 jaminan pasar, mengingat sayuran yang dikelola oleh KTPB memiliki pasar
yang terbatas, sehingga dalam ha1 ini petani anggota baru akan mengusahakan jenis
tanaman tertentu apabila telah terdapat permintaan dari pasar (mitra usaha). Posisi
koperasi (KPH) ternyata dapat rnemberikan berbagai keunggulan dibandingkan mitra
usaha KTPB yang lain, bahwa KPH merupakan satu-satunya mitra usaha yang
memberikan pembinaan kepada KTPB, KPH mampu memberikan share keuntungan
yang lebih besar kepada KTPB dibandingkan mitra usaha yang lain.
Secara keseluruhan, alternatif keberadaan koperasi sebagai salah mitra usaha
dalam pola kemitraan agribisnis hortikultura sayuran dapat terus dikembangkan, dengan
syarat koperasi tersebut tidak hanya beroperasi di tingkat kecamatan (seperti KUD),
tetapi harus mempunyai wilayah pemasaran sampai di luar kecamatan, misal koperasi
sekunder (seperti Koperasi pemasaran Hortikultura). Sehingga diharapkan dapat
rneningkatkan akses terhadap informasi-informasi yang ada, baik dari sisi usahatani
maupun dari sisi pemasaran. Transparansi hak dan kewajiban yang jelas bagi masingmasing pelaku kemitraan sangat diperlukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya
konflik-konflik yang rnuncul selama pelaksanaan kemitraan.
KAJIAN PELAKSANAAN KEMITRAAN KELOMPOK TAN1 DENGAN
KOPERASI DALAM MENGEMBANGKAN USAHATANI DAN
PEMASARAN KOMODITAS HORTIKULTURA
(Studi Kasus di Kelompok Tani Pada Boga, Desa Maleber, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)
Oleh :
Nurdiniayati
A 29.0969
SKRlPSl
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor
PROGRAM STUD1 AGRIBISNIS
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997