Prediksi Erosi dengan Menggunakan Metode USLE (Universal Sil Loss Equation) pada Beberapa Kecamatan di Kabupaten Sukabuni serta Menentukan Pola Pertanaman dan Tindakan Konservasi yang Tepat

PREDlKSl EROSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE UShE
(UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) PADA BEBERAPA KECAMATAM

Dl KABUPATEN SUKABUMI SERTA MENENTUKAH PQLA
PERTANAMAN DAN TINDAKAN KONSERVASI YAMG TEPAT

OIeh

D l A N TRESNAWATI

JURUSAN TANAH, F A K U L T A S PERTANIAN
I N S T I T U T P E R T A N I A N BOGOR
1991

RINGKASAN
DIAN TRESNAWATI.

Prediksi Erosi dengan Menggunnknn Metode

USLE (Universal Loss Soil Equation) pada Beberapa Kecamatan di Kabupaten Sukabumi serta Menggunakan Pola Pertanaman dan Tindakan Konservasi yang Tepat (di bawah bimbingan
OTENG HARIDJAJA).

Penelitian ini bertujunn untuk menduga besarnyn erosi
yang terjadi dan tindakan konservasi tanah yang tepat agar
erosi yang terjadi masih dalam batas-batas dapnt ditoleransi .
Penelitian ini merupnkan lanjutnn dari survey yang
dilnksnnnkan oleh Staf Departemen Umum Nusn Tenggarn Timur
yang bekerja sama dengnn Jurusan Tannh, Institut Pertanian
Bogor.

Survey dilaksnnakan padn tnnggal 6 sampai 16 Juni

1989 dengan skala survey tingknt tinjau.

Untuk penelitian

ini disamping diambil contoh tnnah terganggu juga dilnkukan pengambilan contoh tanah utuh.

Pengambilnn contoh

tanah dilakukan pada kedalaman 0-30 cm dun 30-60 cm.
Sifat tanah yang dianalisa berupa permeabilitas. tekstur

tanah yang terdiri dari 4 fraksi (pasir kasar, pasir
sangat halus, debu dan liat) dun bahan organik.

Disamping

itu dikumpulkan data berupa curah hujan dari tahun 1959
sampai 1984.
Metode yang dipakai dalam menghitung prediksi erosi
adalah metode

(Universal Soil Loss Equation).

Menu-

rut metode tersebut, erosi merupnknn hasil perkalian nilai

faktor erosi, yaitu indeks erosivitas hujan ( R ) , erodibilitas tanah (K), panjang dan kemiringan lereng (LS),
tanaman dan pengelolaannya (C), dan tindakan pengawetan
tanah ( P I .
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai faktor R di

lokasi penelitian adalah sebesar 2676.54 ton m/ha/cm hujan
menurut Bols ( 1 9 7 8 ) dan 1445.81 ton m/ha/cm hujan menurut
persahaan Utomo (1989).

Nilai faktor K antar titik penga-

matan bervariasi sesuai sifat tanahnya, yaitu antara 0.02
(sangat rendah) sampai 0.15 (rendah).

Nilai faktor LS

juga bervariasi cukup tinggi akibat kemiringan lereng antara 4 persen sampai 50 persen.

Nilai faktor CP bervaria-

si sesuai pola penggunaan lahannya, berkisar antara 0.0005
sampai 0.4.
Tingginya nilai faktor erosi di atas menyebabkan nilai prediksi erosi yang terjadi pada titik pengamatan bervariasi (0.02 ton/ha/tahun sampai 2506.16 ton/ha/tahunf.
Besarnya nilai prediksi bervariasi tersebut akibat perbedaan nilai faktor K, LS, C, dan P.
,Untuk merekomendasikan penggunaan lahan yang sesuai

dengan teknik konservasi dan keadaan lahan lokasi penelitian, diketahui dengan membandingkan erosi yang terjadi
dengan erosi yang diperbolehkan.

Apabila erosi yang

terjadi lebih besar dari erosi yang diperbolehkan maka
daerah tersebut perlu merubah penggunaan lahannya atau
tindakan konservasi tanah agar erosi yang terjadi dapat

dikurangi.

Besarnya laju erosi yang dapat diperbolehkan

menggunakan metode Thomson (1957) dan metode Hammer
(1981).

Dari kedua metode tersebut, metode Hammer lebih

sesuai dengan keadaan wilayah penelitian.
Akibat tlngginya laju prediksi erosi yang terjadi.

maka faktor C dan P dapat dipilih untuk mengurangi erosi
terbatas.

Ketepatan faktor C dan P yang dipilih berpedo-

man pada nilai CP-maksimum.
Lahan semak belukar (CL1) disarankan dijadikan hutan
secara bertahap. Sedang lahan semak belukar yang lainnya

(CL5 dan UW6) dijadikan kebun campuran yang ditanami
dengan tanaman tahunan jenis buah-buahan dan ditanami pula
tanaman penutup tanah rendah.

Untuk lahan hutan pinus

(UW4) sebaiknya lahan yang masih kosong juga ditanami
pinus.

Untuk lahan kebun teh, dilakukan penanaman menurut


kontur dan diberi tanaman penutup tanah rendah yang berkerapatan tinggi .

Sedang pada lahan kebun campuran,

ditumpangsarikan dengan tanaman kacang tanah ( A r u c h i s
hypogea) .

PREDIKSI EROSI DENGAN MENGOUNAKAN METODE
(YNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) PADA BEBERAPA KECAMATAN
DI KABUPATEN SUKABUMI SERTA MENENTUKAN POLA PERTANAMAN
DAN TINDAKAN KONSERVASI YANG TEPAT

Oleh

:

DIAN TRESNAWATI

Laporan Masalah Khusus
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

JURUSAN TANAH, FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1991

:

PREDIKSI EROSI DENGAN MENGGUNAKAN
METODE

TION)

(UNIVERSAL SOIL LOSS EQUAPADA BEBERAPA KECAMATAN

DI KABUPATEN SUKABUMI SERTA MENENTUKAN
POLA PERTANAMAN DAN TINDAKAN KONSERVASI
TANAH YANG TEPAT

Nama Mahasiswa

:

DIAN TRESNAWATI

Nomor Pokok

:

A 23 1704

Menyetujui

(Dr Ir 0 t e Hari
~
jaja, MSc)

a Jurusan


no Hardjowigeno)

Tanggal lulus

:

!--*
y ;: ;(7 Qd
J ; h #,.I ! :, ,.?

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan dun puluh empat tahun yang lalu,
tepatnya pada tanggal 18 Juni 1967.

Penulis adalah anak

pertama dari empat bersaudara dari Ibu Darmini dan Bapak

J. Surjana.
Tahun 1974 adalah awn1 pertama penulis menginjakkan

kaki pada jenjang pendidikan, tepatnya di Sekolah Dasar
Angkasa 9 Jakarta.

Enam tahun berikutnya setelah tepat

waktu menyelesaikan pendidikan dasar, melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 di Jakarta.

Pada tahun

1983 penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri
14 Jakarta.
Setelah lulus Sekolah Menengah Atas tahun 1986,
penulis mendapat kesempatan belajar di Institut Pertanian
Bogor melalui jalur PMDK.

Pada tahun 1987 penulis memilih

jurusan Ilmu Tanah sebagai tempat memperdalam ilmu dan
pengetahuan.


KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.

Segala puja. dan puji syukur kepada Robbal Izzati.
Hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan masalah khusus ini. yang diberi judul Prediksi Erosi dengan Menggunakan Metode USLE
padn Beberapn Kecamatan di Kabupaten Sukabumi serta Menentukan Poln Pertnnamnn dan Tindakan Konservasi Tanah yang
Tepat.
Tulisan ini merupakan rangkaian tugas akhir yang
harus diselesaikan untuk melengkapi persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dnlam kesempatan ini, penulis tak lupn menghaturkan
terimakasih yang tulus kepada Dr Ir Oteng Haridjaja, MSc
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis melaksanakan penelitian dan penulisan masalah khusus
ini.

Terimakasih pula kepada Ibunda, Ayahanda dun sunmi

serta saudarn-saudarnku atns doa dan dukungan semangat selama ini, juga kepada rekan-rekan, dan semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan di sini yang telnh memberikan bantuan.

Semuga Allah memberikan pahala atas semua

budi baiknya.
Akhirnya penulis mengharnpkan semogn tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, September 1991
Penul is

DAFTAR IS1
Halaman

....................................

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR TABEL

..................................

DAFTAR GAMBAR

.................................

PENDAHULUAN

i

vi

vii
X

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .... . . . . . . .

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

..............................

TINJAUAN PUSTAKA
Erosi Air

................

................................

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi

....

Iklim

................................

Tanah

...............................

11

............................
............................

15

Manusia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

22

Topografi
Vegetasi

19

...................

24

Erosi yang Diperbolehkan (Permissible
Erosion) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

26

.............

27

Metode Pendugaan Erosi

Usaha Mengurangi-Erosi Tanah
METODE PENELITIAN

.............................

29

..........................

29

Tahap Pelaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

30

Tahap Persiapan

HASIL DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

35

Faktor Erosivitas Hujan ( R ) . . . . . . . . . . . . . .

35

Faktor Erodibilitas Tanah (K) . . . . . . . . . . . .

37

Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng
(LS) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Faktor Tanaman dan Pengelolaannya.
serta Tindakan Pengawetan Tanah (CP)
Prediksi Erosi yang Terjadi

.....

..............

42
45

........

47

~ s u h aMengurangi Erosi yang Terjadi . . . . . .

50

Besarnya Erosi yang Diperbolehkan

KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

...............................
....................................

54

Kesimpulan

54

Saran

55

DAFTAR PUSTAKA

................................

LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

56

59

DAFTAR TABEL
Ha. l;j.u~an

Nomor

K l a s i f i k a s i Nilai Kepekaan E r o s i Tanah (K)
( D a n g l e r dan El-Swafy, 1976) . . . . . . . . . . . . . .

14

N i l a i F a k t o r C u n t u k P a d a n g Rumput d a n S e mak B e l u k a r ( W i s c h m e i e r d a n S m i t h , 1 9 7 8 ) . .

21

Nilai F a k t o r C Hutan yang T i d s k Terganggu
(Wischmeier dan Smith, 1978) . . . . . . . . . . . . . .

22

Nilai F a k t o r dan Batasan Panjang Lereng
u n t u k Pembuatan Kontur (W i s c h m e i e r dan
Smith, 1978) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

22

Besarnya E r o s i yang Diperbolehkan Menurut
K r i t e r i a Thompson ( 1 9 5 7 ) . . . . . . . . . . . . . . . . . .

28

Data P e n g a m a t a n C u r a h H u j a n , Hari H u j a n
d a n C u r a h H u j a n Maksimum s e l a m a 24 jam
s e r t a I n d e k s E r o s i v i t a s H u j a n d e n g a n met o d e B o l s ( 1 9 7 8 ) d a n Utomo ( 1 9 8 9 ) p a d a
S t a s i u n Sukabumi (Tahun 1959-1984) . . . . . . . .

36

U j i Beda Nilai Tengah A n t a r a Metode B o l s
d a n Utomo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

37

T e k s t u r , S t r h k t u r , P e r m e a b i l i t a s , Bahan
Organik, dan Nilai E r o d i b i l i t a s . . . . . . . . . . .

39

Nilai F a k t o r Panjang d a n Kemiringan Lereng
(LS) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

41

F a k t o r J e n i s Tanaman d a n P e n g e l o l a a n n y a
s e r t a T i n d a k a n K o n s e r v a s i T a n a h (CP) d i
Daerah P e n e l i t i a n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

43

P r e d i k s i E r o s i (A) d i Daerah P e n e l i t i a n . . .

45

E r o s i y a n g D i p e r b o l e h k a n ( T S L j , d a n CPMaksimum d i D a e r a h P e n e l i t i a n . . . . . . . . . . . . .

47

U j i B e d a a Nilai T e n g a h A n t a r a Metode
Hammer d a n Thompson . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

49

U s a h a K o n s e r v a s i T a n a h d a n P e n g g u n a a n Lahan
yang Disarankan d i Daerah P e n e l i t i a n . . . . . .

52

1.

N i l a i F a k t o r C ( P e n g e l o l a a n Tanaman)

......

59

2.

Nilai F a k t o r T i n d a k a n K o n s e r v a s i Tanah ( P )
(Hammer, 1 9 8 0 ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

60

K e d d l a m a n E k u i v a l e r t T a n a h (DE) (Hammer,
1981) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

61

K e d a l a m a n Minimum (DM) B e r b a g a i K o m o d i t i
Pertanian .................................

62

D e s k r i p s i P r o f i l Tanah (Wailanduw,

63

.

3.
4.

5.

. -.

1969)..

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Hal aman

Teks

1.

Lokasi Peneiitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

6

2.

Nomograf Erodihilltas Taanah . . . . . . . . . .

15

3.

Faktor Topografi .LS (Wischmeler dan
Smith. 1 9 7 8 ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

18

4.

Lokasi Pengambilan Contoh Tanah

.......

32

5.

Peta Topografi Dae-rah Penelitian . . . . . .

35

PENDAHULUAN
Kabupaten Sukabumi berkarakter agraris yang ditandai
oleh komposisi penggunaan lahannya dimana bagian terbesar
digunakan untuk pertanian.

Hal ini dapat diketahui pula

dari data statistik Sukabumi Dalam Angka (1989) mengenai
komposisi penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi, yaitu
persawahan 15%, tegal/kebun/ladang 22%. hutan negara 22%.
perkebunan 18%. hutan rakyat 12%. lain-lain 11%.

Oleh

karena itu usaha produksi di bidang pertanian dilakukan
terus-menerus.
Usaha peningkatan produksi ini tidak akan berhasil
tanpa menerapkan tindakan konservasi tanah dan air.
Bahkan dapat menyebabkan turunnya produktivitas lahan
akibat kerusakan tanah oleh erosi.
Erosi adalah peristiwa hilangnya atau terkikisnya
lapisan permukaan tanah dari suatu tempat yang diangkut
oleh air atau angin.

Di daerah tropika basah seperti

Indonesia, erosi oleh airlah yang sangat berperanan.
Ada lima faktor yang mempengaruhi erosi, yaitu iklim,
tanah, topografi. vegetasi dan manusia.
sangat berperan penting adalah hujan.

Faktor iklim yang
Topografi berperan

dalam menentukan laju aliran permukaan yang membawa butirbutir tanah.

Peranan vegetasi adalah melindungi tanah

dari pukulan langsung butir-butir hujan serta memperbaiki
struktur tanah.

Manusia merupakan faktor yan,g paling

besar peranannya sebab dapat memperlakukan faktor-faktor
erosi lainnya kecuali iklim yang masih sulit untuk diubah.
Wischmeier dan Smith (1978) mengemukakan metode pendugaan besarnya erosi yang terjadi, yang ddikenal dengan
metode

(Universal Soil Loss Eauation).

Menurut me-

tode tersebut erosi yang terjadi dinyatakan sebagai hasil
kali faktor indeks erosivitas hujan (R), faktor erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan kemiringan lereng (LS).
tanaman dan pengelolaannya ( C ) ,
tanah ( P I .

serta tindakan konservasi

Selanjutnya usaha mengurangi erosi yang terja-

di dapat dilakukan melalui pemilihan jenis tanaman dan
pengelolaannya serta tindakan pengelolaan tanah yang
tepat, sehingga erosi yang terjadi lebih kecil atau sama
dengan erosi yang diperbolehkan.
Masalah erosi di Indonesia bukan merupakan masalah
yang baru.

LIPI-NAS Workshop (1968) menaksir bahwa di

Pulau Jawa terdapat antara satu setengah juta tanah yang
menderita rusak berat oleh erosi.

Harris Suranggadjiwa

dalam Arsyad (1983) melaporkan perkiraan luas tanah-tanah
kritis di Indonesia. yaitu

tanah-tanah yang dikategorikan

telah mengalami kerusakan dan kehilangan fungsi hidrologi
dan ekonomi, meliputi 25 sampai 30 juta hektar, dan diperkirnkan meluas sampai dun persen per tahun.

Untuk Kabupa-

ten Sukabumi terdapat 40 276 hektar lahan kritis di luar
kawasan hutan (Direktorat Jendral Reboisasi
litasi Lahan, 1989).

dan Rehabi-

Dengan adanya beberapa permasalahan tersebut, maka
tujuan dari penelitian ini adalah menduga besarnya erosi
y a n g terjadi di Kecamatan Sukabumi, Cikembar, Cibadak dan
Cisaat di Kabupaten Sukabumi dan menentukan pola pertanam a n dan tindakan konservasi tanah yang tepat agar erosi
y a n g terjadi masih dalam batas-batas dapat ditoleransi.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Daerah penelitian ini terletak di dalam wilayah
Kabupaten Sukabumi yang meliputi 4 kecamatan, yaitu kecamatan Cibadak, Cikembar, Cisaat dan sebagian Kecamatan
Sukabumi.

Secara geografis lokasi penelitian terletak

pada 1 0 6 ~ 4 5 * 2 1 "Bujur Timur sampai 1 0 6 ~ 5 5 ~ 7Bujur
"
Timur
dan 6°53*29" Lintang Selatan sampai 6°50,57" Lintang
Selatan (Gambar 1).
hektar.

Luas lokasi penelitian sekitar 21 600

Lokasi ini dapat dicapai dengan mudah menggunakan

kendaraan mobil atau motor.
Menurut klasifikasi Oldeman, daerah penelitian termasuk k e dalam tipe iklim B1, tipe iklim ini mempunyai
periode basah 7-9 bulan dan periode kering kurang dari 2
bulan, dan B2, yaitu periode bulan basah 7-9 bulan dan
bulan kering 2-4 bulan.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Staf
Departemen Pekerjaan Umum Nusa Tenggara Timur bekerjasama
dengan Jurusan Tanah, Institut Pertanian Bogor pada tahun
1989, jenis tanah di daerah penelitian diklasifikasikan kedalam 3 order tanah, yaitu Alfisol, Inceptisol dan Ultisol, dengan bahan induk batuan volkanik yang berumur
kwarter.

Susunan batuannya adalah batuan basalt andesi-

tik, batuan andesit basaltik, batuan kapur dan batuan
pasir.
Fisiografi daerah penelitian terdiri dari daerah
aluvial (jalur aliran sungai) dengan bentuk wilayah datar;

dnernh volkanik dengan bentuk wilayah dntar; berombak,
bergelombang dan berbukit; dan dnernh lipatan dengan
bentuk wilayah berombnk. bergelombang dan berbukit.
Penggunaan lahnn daernh penelitinn terdiri dari sawah, kebun campuran, semak belukar dan perkebunan karet.
Sedang jenis vegetasi lain yang mendominasi daerah penelitian. yaitu jenis pinus (Pinus merkusii), Dnmar (Agathis
larantifolia), jeunjing (Albazia falcata) , dan teh (Camel1 in sinensis) .

s en is

vegetasi lain yang tumbuh 1 iar

adalah alang-alang (terdiri dari rumput Paspalum comersonii dan Imperata cylindrica), harendong (Melastoma
polyantum) dan pnkis.

U

Gambar 1.

Lokasi Penelitian

T,OK>SI DAERAF SURVEY

TINJAUAN PUSTAKA
Erosl Alr

Di daerah tropika basah seperti Indonesia, erosi
terutama disebabkan oleh air.

Menurut Arsyad (1983)

proses erosi oleh air merupakan kombinasi dun subproses,
yaitu

:

(1) penghancuran struktur tanah menjadi butir-

butir primer oleh energi tumbuk butir-butir hujan yang
jatuh menimpa tanah dan perendaman oleh air yang tergenang
(proses dispersi), (2) pengangkutan butir-butir primer
tanah yang mengalir di permukaan tanah.
Sedangakan menurut Troeh, Hobbs, dan Donahue (1980)
erosi tanah oleh kekuatan air merupakan proses yang terdiri dari tiga tahap, yaitu terlepasnya partikel tanah
dari massa tanah (soil destachment), pengangkutan partikel
tanah tersebut dan pengendapannya di tempat yang baru.
Lebih lanjut Troeh et a1 (1980) dan Baver (1959)
menyatakan bahwa pengendapan dan pengangkutan material
tanah hasil erosi dapat terjadi pada semua bagian lereng.
Pelepasan partikel-partikel tanah dan pengangkutannya
terutama terjadi pada lereng atas, sedangkan pengendapannya terutama pada lokasi yang rendah atau pada sungai.
Kohnke dan Bertrand (1959) mengatakan bahwa dalam proses
pengendapan air. partikel yang lebih besnr dan kasar
mengendap lebih dahulu, sedangkan partikel yang halus
mengendap pada jarak yang lebih jauh.

Erosi oleh kekuatan air dapat menimbulkan berbagai
macam kerusakan,'yaitu kehilangan tanah, unsur hara,
berubahnya tekstur, struktur tanah semakin memburuk, kapasitas produksi menurun, dan terjadi polusi pada danau atau
sungai (Kohnke dan Bertrand. 1959: Troeh et al, 1980).
Faktor-faktor yanq Mem~enqaruhi Erosi
Menurut Arsyad (1983) pada dasarnya erosi dipengaruhi
oleh
-. iklim (C), tanah (S), topografi (T),vegetasi ( V ) ,
dan manusia (HI dalam hubungannya dengan pemakaian tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dapat dinyatakan
dalam suatu persamaan sebagai berikut:
E = f (C, 3 , T, V, H)

Iklim
Faktor iklim yang berpengaruh antara lain

:

hujan,

temperatur, angin, kelembaban dan radiasi matahari.

Dari

kelima faktor iklim tersebut hujan merupakan faktor yang
terpenting.

Hasil penelitian Utomo (1988 dnlam Utomo,

1989) menunjukkan bahwa sifat hujan yang terpenting adalah
curah hujan, intensitas dan distribusi.

Ketiga sifat

hujan itu secara bersama-sama akan menentukan kemampuan
hujan yang menghancurkan butir-butir tanah serta jumlah
dan aliran permukaan.
Curah hujan tinggi dalam suatu waktu mungkin tidak
menyebabkan erosi bila intensitasnya rendah.

Demikian

pula bila hujan dengan intensitas tinggi tetapi terjadi
dalam,waktu singkat.

Hujan akan menimbulkan erosi bila

intensitasnya cukup tinggi dan jatuhnya dalam waktu relatif lama.
Evan (1980 dalam Utomo, 1989) berpendapat bahwa
interaksi antara butir-butir hujan, kecepatan hujan,
bentuk butir, lamanya hujan dan kecepatan angin secara
kolektif mempengaruhi kekuatan hujan untuk menimbulkan
erosi.

Makin besar ukuran butir hujan, momentum akibat

jatuhnya butir-butir hujan semakin meningkat khususnya
pada saat energi kinetik mencapai maksimum, yaitu pada
intensitas antara 50

-

100 mm/jam dan di atas 250 mm/jam.

Dengan demikian kekuatan untuk merusak agregat tanah
semakin meningkat.
Kemampuan hujan untuk menyebabkan erosi disebut
erosivitas hujan (E130).

Dari penelitian Weischmeier

(1959) didapatkan suatu parameter erosivitas hujan yang
merupakan gabungan energi kinetik dan intensitas hujan
maksimum selama 30 menit.
persamaan

Nilai E130 diperoleh melalui

:

E = 210.3 + 89 log I

E

I

=~E

~

+ 10-2)

..............
. . ...... . . . . ... .

(1)
(2)

dimana E adalah energi kinetik hujan (ton/m/ha tiap cm
hujan); E130 adalah indeks erosi hujan, I adalah intensitas hujan dan 130 adalah intensitas hujan maksimum selama
30 menit masing-masing dalam cm/jam.

Untuk mengetahui

indeks erosivitas dengan cara ini diperlukan penakar hujan
yang mencatat sendiri (automatic recordins rainsaqe).

dapat pula diduga dengan cara lain.

Bols (1978)

mengajukan suatu rumus untuk menduga E130 dengan menggunakan data hujan yang diukur dengan penakar hujan biasa
(tipe observatorium).
sebagai berikut
E130

Rumus yang disajikannya adalah

:

= 6.119 R1.21

D-0.47

.....

M0.53

(3)

dimana E130 adalah indeks erosivitas hujan bulanan, R
adalah curah hujan bulanan, M adalah maksimum hujan (cm)
selama 24 jam padd bulan yang bersangkutan.

Persamaan

Bols ini digunakan untuk menghitung indeks erosivitas
hujan per bulan dan indeks erosivitas tahunan didapat
dengan menjumlahkan nilai indeks erosivitas hujan tiap
bulannya

.

Menurut Arsyad (1986) dari penelitian di daerah Jawa
Barat (Dermaga, Citayam, Citaman), Jawa Tengah (Putat),
Jawa Timur (Pamenan) menunjukkan bahwa sifat hujan EIS0
mempunyai nilai korelasi yang paling tinggi dibandingkan
dengan sifat hujan yang lain.
Hasil penelitian Suwardjo (1981) tentang hubungan
sifat-sifat hujan dengan erosi yang dilakukan di daerah
Pekalongan dan Citayam ternyata indeks erosi hujan E130
mempunyai koefisien korelasi paling tinggi dengan erosi
atau aliran permukaan.
Utomo dan Mahmud (1984) dalam Utomo, 1989) menghitung
indeks erosivitas hujan berdaearkan curah hujan bulanan
Hbul (cm) dengan persamaan sebagai berikut

:

-.

R = 10.80

+

4.15 Hbul

. . . . . . . . . . . . . . . . (4)

Selanjutnya Utomo (1989) melaporkan bahwa pada curah hujan
rendah, penggunaan ketiga metode tersebut memberikan hasil
yang tidak banyak berbeda, tetapi pada curah hujan tinggi
penggunaan persamaan Bols (1978) memberikan hasil indeks
erosivitas hujan ( R ) yang jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan persamaan Wischmeier, sedangkan pada persamaan
Utomo memberikan hasil R yang jauh lebih rendah.
Tanah
Laju erosi sangat tergantung pada ketahanan terhadap
daya rusak dari luar, baik dari pukulan air hujan maupun
aliran permukaan dan kemampuan tanah untuk menyerap air
hujan.

Yang terakhir akan menentukan volume aliran permu-

kaan yang mengikis dan mengangkut hancuran tanah (Utomo.
1989).
Utomo (1989) melakukan pengamatan yang menunjukkan
bahwa sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah
tekstur, struktur, bahan organik, sifat lapisanbawah dan
tingkat kesuburan tanah.

Tanah bertekstur kasar mempunyai

kapasitas infiltrasi tinggi, sedangkan tanah bertekstur
halus mempunyai kapasitas infiltrasi kecil, sehingga dengan curah hujan yang cukup rendah pun dapat menimbulkan
aliran permukaan.

Struktur tanah yang mantap tahan terha-

dap pemecahan agregat, dimana tanah yang demikian akan tetap porus dan mempunyai kecepatan infiltrasi yang tinggi.

Menurut Kohnke dan Bertrand (1959) bahwa kemampuan
liat dan bahan organik adalah untuk pembentukan agregat
tanah yang stabil.

Hal ini disebabkan liat dan bahan

organik merupakan penyemen utama partikel-partikel tanah,
disamping itu liat merupakan partikel halus yang dapat
masuk ke dalam celah debu dan pasir.

Kenyataan tersebut

ditunjang oleh penelitian Wischmeier dan Mannering (1969)
yang menunjukkan bahwa tanah mudah tererosi jika kandungan
liat dan bahan organiknya rendah, sedangkan kandungan
debunya tinggi.
Faktor kepekaan erosi tanah (erodibilitas) didefinisikan sebagai laju erosi per satuan indeks erosi suatu
tanah dalam keadaan standar (Arsyad. 1983).

Tanah dalam

keadaan standar adalah tanah yang terbuka, tidak ada
vegetasi sama sekali pada lereng 9% dengan bentuk lereng
yang rata ban panjang lerengnya 22 m.

Nilai faktor kepe-

kaan erosi tanah dinyatakan dengan persamaan berikut
K = A/R

:

.............................( 5 )

dimana K adalah nilai faktor kepekaan erosi tanah, A
adalah besarnya erosi yang terjadi dari tanah dalam keadaan standar, dan R adalah indeks erosivitas hujan.

Makin

kecil nilai K, maka makin tidak peka tanah tersebut terhadap erosi.
Metode dengan pengukuran di lapang tersebut merupakan
cara yang mudah dan dapat dipercaya, tetapi memerlukan
biaya yang mahal dan waktu lama.

Oleh karena itu beberapa

peneliti Indonesia menggunakan salah satu metode penentuan
erodibilitas tanah (K) dengan nomograf penduga erodibilitas tanah yang dikemukakan oleh Wischmeier, Johnson dan
Cross (1971).

Munthe (1982) melaporkan dari hasil peneli-

tiannya bahwa metode tersebut cukup baik, terbukti pada
dua jenis tanah Podsolik dan Kambisol di Riau menunjukkan
hasil K yang tidak jauh berbeda dari hasil penelitian Dent
(1976 d a l a ~Hamer 1980) yang juga menggunakan metode
tersebut.
Untuk menduga indeks erodibilitas dengan nomograf
dilakukan analisa beberapa eifat tanah yang diduga paling
dominan pengaruhnya terhadap erodibilitas tanah, yaitu
struktur, tekstur, bahan organik, dan permeabilitas tanah.
Selanjutnya masing-masing parameter diberi angka kemudian
memasukkan data tersebut pada nomograf penduga erodibilitas (Gambar 2).

Nomograf ini tidak berlaku untuk tekstur

tanah dengan debu ditambah pasir sangat halusnya lebih
besar dari 70%.
Cara lain menurut Wischmeier dan Mannering (1969)
indeks erodibilitas dihitung dengan persamaan
lOOK = ~ . I M ~ . ~ ~ ( (12-a)
Io-~)
+ 3.25(b-2)
dimana M adalah

(%

:

+ 2.5(c-3) . . . (6)

debu + % pasir sangat halus)(100-%list)

a adalah kandungan bahan organik tanah, b adalah kode
struktur tanah (Gambar 2). dan c adalah kode kelas permeabilitas tanah (Gambar 2).

Morgan (1979) juga mengatakan bahwa kepekaan tanah
terhadap erosi dipengaruhi oleh topografi, kecuraman
lereng, serta pengolahan tanah yang berlebihan.
Penelitian Olson dan Wischmeier (1963) pada beberapa
tipe tannh d i Amerika Serikat mendapatkan besarnya nilai
kepeknan erosi tanah antara 0.03 sampai 0.69. Sedangkan
penelitian yeng dilakukan oleh Lembaga Penelitian Tanah
dan Institut Pertanian Bogor selama tahun 1974-1977

('w

Arsyad, 1983) menunjukkan besarnya nilai K beberapa jenis
tanah di Jawa berkisar antara 0.02-0.24.
Dangler dan El-Swaify (1976) mengelompokkan nilai K,
seperti tertera pada Tabel 1.

Suatu tanah yang mempunyai

erosi tanah tinggi mungkin memperlihatkan gejala erosi
yang ringan bila terdapat pada lereng landai. dengan penutup tanah baik dan intensitas kecil.

Sebaliknya tanah

yang mempunyai kepekaan erosi yang rendah mungkin mengalami erosi yang tinggi jika tanah tersebut terletak pada
lereng yang curam dengan curah hujan yang tinggi (Arsyad,

Tabel 1.

Klasifikasi Nilai Kepekaan Erosi Tanah (K)
(Dangler dan El-Swaify, 1976)

Klas

Nilai K

Klas Kepekaan Erosi Tanah (K)

1
2
3
4
5
6

0.00-1.10
0.11-0.20
0.21-0.32
0.33-0.43
0.44-0.55
0.56-0.64

sangat rendah
rendah
sedang
agak tinggi
tinggi
sangat tinggi

. P r o s e d u r : Masukkan d a t a gang ada
kedalam kurva s e b e l s h k i r i l a n j u t kan k e s e h e l a h kanan s e s u a i dengan
a r a h panah t e l a d a n d i a t a s . Tanah
m e m i l i k i %debu + p a s i r s a n g a t h a l u s :
45%. p a s i r 5%, bahan o r g a n i k 2%.
struktur 3 den permeabilitas 4 .
Nilai K : 0.26.
Gnmbr

2,

Nomogruph E r o d l b i l l t a s l'anah ( K )
(Wlschmeiur, Johnoon, dan C r o s s , 1 9 7 1 )

Suwardjo (1981) melaporkan bahwa Latosol (Oxisol) di
Citayam mempunyai nilai kepekaan erosi tanah ( K ) 0.08 yang
termasuk golongan tanah tidak peka erosi. Tanah Podsolik
di Pekalongan dan Lampung bernilai kepekaan erosi tanah
sedang .
Topoqraf i
Topografi berperan dalam menentukan kecepatan dan
volume aliran permuknan.

Dun unsur topografi yang berpen-

garuh terhadap erosi adalah panjang lereng dun kemiringan
lereng (Arsyad, 1983. Unsur lain yang mungkin berpengaruh
adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng.
Erosi tanah akan meningkat akibat kemiringan lereng.
Bertambahnya kemiringan lereng menyebabkan kecepatan
aliran permukaan meningkat. sehingga kekuatan mengerosi
juga meningkat (Troeh, &
Bennet, 1955)

a.,
1980; Morgan

1989; dan

.

Erosi akan meningkat dengan bertambahnya panjang
lereng pada intensitas hujan yang tinggi, tetapi erosi
akan turun dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan yang rendah (Musgrave

Q&JQ

Baver, 1959).

Pengaruh panjang lereng berkaitan dengan pertambahan
potensial erosi, karena lereng yang panjang menyebabkan
akumulasi aliran semakin besar pula (Wischmeier dun Smith,
1978) .
Utomo (1989) mengatakan bahwa dari pengamatan di
lapang menunjukkan bahwa kemiringan lereng lebih penting

dari pada panjang lereng. karena pergerakan air serta
kemampuan memecahkan dan membawa partikel tanah akan
bertambah dengan bertambahnya sudut ketajaman lereng.
Meningkatnya,kecuraman lereng akan memperbesar jumlah dan
kecepatan aliran permukaan, sehingga energi perusak yang
dihasilkandan kemampuan mengangkut butir-butir tanah juga
meningkat (Bennet. 1955; Baver, 1959; Hudson, 1976; dan
Arsyad, 1983).
Topografi merupakan suatu faktor yang diperlukan
dalam menghitung prediksi erosi dengan metode LQL&.
Wischmeier dan Smith (1978) mengembangkan grafik faktor
topografi untuk memudahkan penilaian terhadap faktor LS,
yang disajikan dalam gambar 3.

Sedangkan Arnoldus (1977)

dalam penelitiannnya untuk menduga besarnya erosi parit
dan lembar menggunakan persaman berikut untuk menentukan
nilai faktor LS dimana lereng antara 20
LS = (L/22.1)o.6 X (S/9)1.4
S adalah kemiringan lereng dalam
panjang lereng dalam meter.
ringan kurang dari

%

sampai 100

% :

. . . . . . . . . . . (7)
persen. dan L adalah

Jika lereng mempunyai kemi-

20 % digunakan persamaan berikut

LS = 4 1 (0.0138 + 0.00965 S + 0.00138 )'5

:

. . (8)

Laju erosi tanah setiap satuan lahan akan bertambah
dengan semakin jauhnya jarak dari puncak lereng.

Sehingga

distribusi jumlah tanah yang tererosi pada seluruh bagian
lereng tidak sama (Foster dan Wischmeier, 1974 dnlam
Wischmeier dan Smith, 1978).

Garnbar 3 .

Faktor Topografi

-

LS (Wischmeier dan Smith, 1978)

Veqetasl
Vegetasi mempengaruhi erosi karena vegetasi melindungi tanah terhadap kerusakan tanah oleh butir-butir
hujan (Utomo, 1989).

Selanjutnya dikatakan pula bahwa

pada dasarnya tanaman mapu mempengaruhi erosi karena
adanya

:

(1) intersepsi air hujan oleh tajuk dan absorpsi

melalui energi air hujan. sehingga memperkecil erosi; ( 2 )
pengaruh terhadap struktur tanah melalui penyebaran akarakarnya; (3) pengaruh terhadap aliran permukaan; (4)
peningkatan kecepatan kehilangan air karena transpirasi;
(5) peningkatan aktivitas biologi tanah.

Kohnke dan Bertrand (1959) mengatakan bahwa rotasi
tanaman memperkecil jumlah erosi yang terjadi.

Lahan yang

ditanami olehn satu jenis tanaman secara terus-menerus
ternyata menimbulkan erosi yang lebih besar.
Arsyad (1983) mengemukakan bahwa dengan adanya vegetasi penutup tanah yang baik. seperti rumput yang tebal
dan hutan yang lebat dapat menghilangkan pengaruh topografi terhadap erosi.

Tanaman permukaan tanah secara rapat

tidak saja memperlambat aliran permukaan, tetapi juga
menghambat pengangkutan partikel tanah.
Perakaran tanaman dapat berperan sebagai pemantap
agregat dan memperbesar porositas tanah (Utomo, 1989).
Dengan demikian tanah dengan perakaran banyak akan mampu
menyerap jumlah air yang masuk ke dalam tanah, sehingga
merupakan faktor penunjang yang penting dalam hubungannya
dengan pengendalian erosi.

Faktor tanaman dan pengelolaannya ( C ) merupakan salah
satu faktor dalam menghitung besarnya erosi yang terjadi
dalam metode

w.

Menurut Schmeier (1960) nilai faktor C

dari suatu tanaman adalah ratio antara besarnya erosi yang
terjadi pada tanah yang ditanami tanaman tersebut dengan
besarnya erosi pada tanah yang ditanami.

Penilaian faktor

ini merupakan kombinasi dari sistem tanaman, pengelolaan
dan pola hujan (Wischmeier dan Smith, 1978).
Nilai faktor C untuk berbagai tanaman yang umum di
Indonesia didekati dari hasil Data Pusat Penelitian Tanah
(1973-1981) dsajikan dalam Tabel Lampiran 1.

Sedangkan

untuk padang rumput permanen dan semak belukar didekati
dari hasil penelitian Wischmeier dan Schmidt (1978) yang
disajikan pada Tabel 2.
Untuk hutan yang tidak terganggu dengan perbedaan
persentase penutupan oleh tajuk dan bahan organik, nilai
faktor C disajikan pada Tabel 3.
Faktor yang mempengaruhi perhitungan prediksi erosi
dengan metode

adalah faktor pengawetan tanah (PI.

Menurut Wischmeier dan Smith (1978) nilai faktor P merupakan ratio hilangnya tanah akibat erosi dari tanah yang
diolah tanpa tindakan pengawetan tanah di bawah kondisi
identik.

Tindakan pengawetan tanah disini berupa pengola-

han menurut kontur, penanaman dalam trip pada kontur
(contour strip croppinq) dan terras.

Tabel 2.

N i l a i f a k t o r C u n t u k Padang Rumput d a n
Semak-belukar ( W i s c h m e i e r d a n S m i t h ,
1978)

Tajuk Vegetatif

P e n u t u p a n tanaman y a n g
menyentuh t a n a h

Jenis
J e n i s dan
Tinggi

Persen
Penutupan

P e r s e n P e n u t u p a n Tanah
0

Tanpa T a j u k
yang B e r a r t i

-

Tanaman Pendek
a t a u Semak bel u k a r dengan
tinggi ratarata 0.5 m

Semak b e 1u k a r
dengan T i n g g i
Rata-rata 2 m

Pepohonan t a n p a
semak b e l u k a r
yang b e r a r t i ,
dengan t i n g g i
rata-rata 4 m

Keterangan

:

20

40

60

80

95

G
W

0.45 0.20 0.10 0.042 0,013 0.003
0.45 0.24 0.15 0.091 0.043 0.011

25

G
W

0.36 0.17 0.09 0.038 0.013 0.003
0.36 0.20 0.13 0.083 0.041 0.011

50

G
W

0.26 0.13 0.07 0.035 0.012 0.003
0.26 0.16 0 . 1 1 0.076 0.039 0.011

75

G
W

0 . 1 7 0 . 1 0 0 . 0 6 0 . 0 3 2 0 . 0 1 1 0.003
0.17 0.12 0.09 0.068 0.038 0.011

25

G
W

0.40 0.18 0.09 0.040 0.013 0.003
0.40 0.22 0 . 1 4 0.087 0.042 0.011

25

G
W

0 . 4 2 0.19 0.10 0 . 0 4 1 0.013 0.003
0.42 0.23 0.18 0.089 0.042 0.011

50

G
W

0.39 0.18 0.09 0.040 0.013 0.003
0.39 0 . 2 1 0.18 0.087 0.042 0.011

G:

tanaman p e n u t u p t a n a h a d a l a h r u m p u t , t a naman semacam r u m p u t , bahan o r g a n i k y a n g
membusuk d a n mampat, a t a u s e r a s a h d e n g a n
t e b a l s e d i k i t n y a 5 cm.

W:

tanaman p e n u t u p t a n a h s e b a g i a n b e s a r o l e h
tanaman b e r d a u n l e b a r (tanaman semak
dengan s e d i k i t j a r i n g a n a k a r l a t e r a l d i
d e k a t permukaan t a n a h ) a t a u s i s a tanaman
y a n g belum membusuk.

Tabel 3 .

Nilai Faktor C Hutan yang Tidak Terganggu
(Wischmeier dan Smith, 1 9 7 8 )

Persentaae Area
yang Tertutup Tajuk
dnn Tanaman Bawah
100 - 75
70 - 45
40 - 20

Keterangan

:

*

Tabel 4 .

:

Persentase Area
yang Tertutup
Bahan Organik
kurang dari 5 cm

Nilai Faktor C*

100 - 90
85 - 7 5
70 - 40

0.0001 - 0.001
0.002 - 0.004
0.003 - 0.009

kisaran nilai faktor C disebabkan kisaran
jumlah serasah dan penutupan tajuk, dan
variasi dalam tinggi tajuk efektif.

Nilai Faktor P dan Batasan Panjang Lereng
untuk Pembuatan Kontur (Wischmeier dan
Smith, 1 9 7 8 ) .

Kemiringan Lereng ( % I

Nilai P

Panjang ~ a k s i m u m *

-

Keterangan

:

*

:

Panjang lereng dapnt ditambah 25 persen
bila sisa-sisa tanaman dapat menutup
permukaan lebih dari 50 persen setelah
tanam.

Nilai faktor P dan batasan panjang lereng untuk
pembuatan kontur disajikan pada Tabel 4 .

Sedangkan nilai

faktor P yang lainnya disajikan pada Tabel Lampiran 2
Manusia
Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah tanah
yang diusahakan akan rusak atau tidak berproduksi atau

justru menjadi baik (Arsyad, 1983).

Perbuatan manusia

yang mengelola tanahnya dengan cara yang salah telah
menyebabkan intensitas erosi makin meningkat,
Menurut Baver (1959) pengolahan tanah yang sangat
intensif dapat meningkatkan proses terlepasnya partikel
tanah dan meningkatkan proses oksidasi bahan organik
tanah.

Kohnke dan Bertrand (1959) mengatakan pengaruh

cara penanaman terhadap erosi tanah bergantung pada jenis
tanamannya, kerapatan tanaman, jarak antar baris tanaman,
dan arah baris tanaman terhadap lereng.
Selanjutnya hasil penelitian Wischmeier (1966) menunjukkan adanya penurunan aliran permukaan pada lahan yang
diolah melintang lereng.

Juga dikatakan bahwa penanaman

searah kontur dikombinasikan dengan penambahan sisa-sisa
tanaman ternyata mengurangi jumlah total aliran permukaaan
sebanyak 55% dibandingkan pada lahan yang menggunakan
pupuk modern dan penanaman searah lereng.
Menurut Arsyad (1983) tindakan manusia dalam usaha
pengawetan tanah dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu
(1) metode vegetatif, ( 2 ) metode mekanik, dan (3) metode
kimia. Metode vegetatif diantaranya adalah penghutahan
atau penghijauan, penanaman dengan rumput makanan ternak
(permanen uasture). penanaman dengan penutup tanah (permanen cover), penanaman tanaman dalam strip (strip crou-1,

pergiliran tanaman,. penggunaan sisa-sisa tanaman,

penanaman pada saluran pembuangan dengan rumput (veaetated

atau qrass waterways).

Termasuk dalam cara mekanik adalah

pengolahan tanah, pengolahan tanah menurut kontur (contour
ridqes and furrows), teras, perbaikan drainase dan pembangunan irigasi, waduk, dam penghambat (check d a ~ ) .
balong (farm ponds), rorak dun tanggul.

Sedangkan metode

kimia adalah pemberian soil conditioner.
Metode Penduqaan Erosi Tanah
Wischmeier dun Smith (1978) mengembangkan suatu metode pendugaan besarnya erosi tanah yang dikenal dengan nama
USLE (Yniversal Soil Loss Eauation).

Menurut metode ini

erosi tanah yang terjadi merupakan hasil kali faktorfaktor indeks erosi hujan (R), erodibilitas tanah (K).
panjang dun kemiringan lereng (LS), tanaman dun pengelolaannya (C), dan tindakan pengawetan tanah (P).
yang terjadi dirumuskan dalam pereamaan
A = R X

dimana
A

:

K X L X S X C X P

Erosi

:

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(9)

:

adalah kehilangan tanah setiap unit area
(ton/ha/tahun)

R

:

adalah faktor erosivitas hujan dun aliran permukaan.
yaitu suatu indeks erosi hujan yang menyatakan potensial curah hujan untuk mengerosi tanah.

K

:

adalah faktor kepekaan tanah, dinyatakan dalam nilai
relatif besarnya erosi yang terjadi dalam ton per acre
per satuan indeks erosi hujan yang terletak pada

lereng 9 persen dan panjang lereng 22 meter, tanpa
tindakan

L

:

pengawetan tanah lainnya.

adalah faktor panjang lereng, merupakan ratio kehilangan tanah dari suatu lereng dengan panjang tertentu
terhadap hilangnya tanah dari lereng yang dipakai
untuk menentukan erodibilitas tanah (K).

C

:

adalah faktor tanaman dan sistem pengelolannya, merupakan ratio kehilangan tanah dari suatu lahan dengan
tanarnan dan pengelolaan yang spesifik terhadap kehilangan tanah dari suatu lahan yang identik tanpa tanaman dan diolah terus-menerus.

P

:

adalah faktor tindakan pengawetan tanah, merupakan
ratio kehilangan tanah dari suatu lahan yang diberi
tindakan pengawetan terhadap kehilangan tanah dari
lahan yang identik tetapi tanpa tindakan pengawetan
tanah.
Persamaan USLE merupakan cara yang praktis dan seder-

hana untuk menghitung atau memprediksi erosi yang terjadi.
Namun Wischmeier dan Smith (1978) menyatakan bahwa pendugaan besarnya erosi dengan metode ini tidak mutlak merupakan pendugaan yang terbaik.

Ketelitian metode ini tergan-

tung pada ketelitian dalam menyatakan kondisi fisik dan
pengelolan lahan setempat ke dalam parameter-parameter
persamaan metode ini.
Menurut Arnoldus (1977) dan Morgan (1986) persamaan
ini digunakan untuk memprediksi rata-rata erosi jangka

panjang dari erosi lembar atau erosi di bawah keadaan
tertentu.
Erosi Diperbolehkan (Permission Erosion)
Menurut Utomo (1989) erosi diperbolehkan diartikan
sebagai usaha konservasi tanah untuk mengendalikan laju
erosi ke suatu nulai tertentu yang tidak merugikan.
Wischmeier dan Smith (1978) mengemukakan bahwa dalam
penentuan nilai erosi diperbolehkan harus mempertimbangkan
(1) ketebalan lapisan tanah, ( 2 ) sifat fisik tanah. (3)
pencegahan terjadinya selokan (gully), (4) penurunan bahan
organik, dan (5) kehilangan zat hara tanaman. Tanah-tanah
dengan solum tebal, tekstur sedang dan permeabilitas
sedang akan mempunyai nilai batas erosi diperbolehkan
(permissible erosion) lebih besar dibandingkan dengan
tanah yang solumnya tipis.
Thompson (1957, dalam Utomo, 1989) secara kwantitatif
menilai tingkat erosi diperbolehkan berdasarkan pada
kedalaman solum tanah, permeabilitae tanah, serta adanya
lapisan terkonsolidasi tanah dari suatu profil tanah.
Menurut kriteria tersebut. tanah-tanah yang bersolum dangkal di atas batuan keras akan mempunyai tingkat erosi yang
diperbolehkan sangat kecil dibandingkan tanah-tanah bersolum dalam dan permeabel, diatas substrata tidak keras.
Pada Tabel 5 disajikan besarnya erosi diperbolehkan menurut Thompson (1957)

.

Hammer (1980) seorang ahli konservasi tanah dari
Australia yang bekerja di Pusat Penelitian Tanah Bogor
mengusulkan agar menghitung nilai erosi yang diperbolehkan, berdasarkan kedalaman ekuivalen tanah, kedalaman
tanah minimum yang diperlukantanaman, laju pembentukan
tanah dan umur guna tanah. Metode penghitungan yang
digunakan tersebut adalah sebagai berikut
TSL =

DE

-

DM

T

+

:

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (10)

SF

dimana TSL adalah erosi yang diperbolehkan (ton/ha/tahun).

DE adalah kedalaman tanah ekuivalen (mm), DM adalah kedalaman tanah minimum yang diperlukan tanaman (Tabel Lampiran 4 1 , SF adalah laju pembentukan tanah (rnm/tahun), dan T
adalah umur guna tanah (tahun). Kedalaman tanah ekuivalen
(mm) didapat dari persamaan
DE = D x DF

:

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(11)

dimana D adalah kedalaman solum tanah (rnm), dan DF adalah
faktor kedalaman tanah yang berbeda untuk setiap suborder, seperti tercantum pada Tabel Lampiran 3.
Usaha Menquranai Erosi Tanah
Usaha untuk mengurangi erosi yang terjadi dapat
dilakukan dengan mengendalikan faktor-faktornya.

Usaha

tersebut ditujukan untuk daerah-daerah yang mempunyai laju
erosi lebih besar dari erosi yang diperbolehkan (TSL)
(Thompson, 1 9 5 7 ) .

Menurut Wischmeier dan Smith (1978) usaha mengendalikan erosi tanah dapat dilakukan dengan pengaturan tanaman
dan pengelolannya (C), serta tindakan konservasi tanah
yang tepat (PI. Ketepatan faktor C dan P yang dipilih
berpedoman pada nilai CP-maksimumnya.

Nilai CP-maksimum

menunjukkan nilai CP terbesar yang menjamin nilai prediksi
erosi sama dengan erosi yang diperbolehkan (TSL)
(ton/ha/tahun).

Nilai CP-maksimum dapat ditentukan dengan

persamaan sebagai berikut

:

TSL

CP-maksimum =

- . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (12)
RKLS

dimana CP-maksimum adalah nilai CP terbesar yang dapat
digunakan untuk mengurangi erosi sehingga erosinya lebih
kecil atau sama dengan erosi yang diperbolehkan (TSL)
Tabel 5. Besarnya Erosi yang Diperbolehkan, menurut
Kriteria Thompson (1957)
Uraian Tanah

Besarnya Erosi
yang Diperbolehkan (ton/ha)

Tanah dangkal di atas batuan kerns

1.13

Tanah Dalam di atas batuan keras

2.44

Tanah yang subsoilnya padat di atas
substrata tak terkonsolidasikan

4.48

Tanah yang subsoilnya mempunyai permeabilitas lambat di atas substrata
tak terkonsolidasikan

11.21

Tanah yang subsoilnya permeabel di
atas substrata tak terkonsolidasi

13.45

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan lanjutan dari survey yang
dilaksanakan oleh Staf Departemen Pekerjaan Umum Nusa
Tenggara Timur

yang bekerja sama dengan Jurusan Tanah,

nstitut Pertanian Bogor dalam rangka Training Survey Tanah
dan Evaluasi Lahan pada tahun 1989.
Survey dilakukan pada skala tingkat tinjau dengan
intensitas pengamatan 1-10 buah tiap 10 000 hektar.

Ada

tiga tahap dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, yaitu
(1) tahap persiapan, ( 2 ) tahap

pelaksanaan, dan (3) tahap

akhir.

Kegiatan pada tahap ini meliputi pengadaan peta-peta
daerah survey, telaah pustaka, dan persiapan kegiatan
selama di lapang.
Berdasarkan telaah pustaka yang dipelajari keadaan
tanah, geologi, iklim, topografi, dan penggunaan tanah di
daerah survey.
Peralatan teknis yang diperlukan untuk kegiatan
lapang antara lain bor tanah, buku munsell soil color
chart, meteran, kompas, abney level, pisau lapang, kartu
deskripsi, kantong plastik, label, cangkul, ring sampel,
dan alat tulis.

T a h a ~Pelaksanaan
Survey dilaksanakan pada tanggal 6-16 Juni 1989.
Wilayah survey meliputi daerah-daerah yang terletak di
Kecamatan Cibadak, Cikembar, Cisaat. dan Sukabumi di
Kabupaten Sukabumi.
Pembuatan profil tanah dilakukan pada tempat-tempat
yang mewakili satuan peta tanah dengan kedalaman 150-180
cm atau sampai lapisan bahan induk.

Dari setiap horison

diambil contoh tanah terganggu sebanyak kurang lebih satu
kilogram. Ada 14 profil yang diamati dan dideskripsi oleh
Staf Departemen Pekerjaan Umum. tetapi yang digunakan
dalam penelitian ini hanya 8 buah profil (Gambar 4).
Disamping contoh tanah terganggu yang diambil juga
contoh tanah utuh, yaitu di Desa Cimanggu (Typic Dystropept). Desa Sindang Laut (Typic Humitropepts), Desa Cipanengah (Typic Humitropepts), Deea Liunggunung (Typic
Haplohumults), Desa Sindang (Typic Humitropepts). Desa
Kebonsera (Lythic Dystropepts), Gunung Walat (Aquic Dystropepts). dan Desa Selagombang (Typic Hapludalf).
Pengambilan contoh tanah utuh dilakukan dengan menggunakan
ring sampel pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm, masingmasing tiga contoh.
Analisa sifat-sifat tanah dilakukan di Laboratorium
Fisika. Laboratorium Rutin dan Laboratorium Mineral.ogi, d i
Jurusan Tanah. Institut Pertanian Bogor.

Analisa labora-

torium meliputi penetapan-penetapan sebagai berikut

:

1.

Penetapan kandungan bahan organik dengan menggunakan
metode Walkley dan Blake (1934).

2.

Penetapan tekstur tanah dengan menggunakan metode
pipet dimana fraksi yang ditentukan adalah fraksi
pasir kasar (diameter 0.1-2.0 mm), fraksi pasir sangat
halus (diameter 2-50 p) dan fraksi liat (diameter 0.52 p).

3.

Penetapan permeabilitas tanah dengan metode de Boodt
berdasarkan hukum Darcy.
Selain data diatas juga diperlukan data iklim, yaitu

curah hujan bulanan, jumlah hari hujan dan curah hujan
maksimum selam 24 jam.

Data iklim tersebut diambil dari

stasiun pengamat hujan Sukabumi (terletak d i Kecamatan
Sukabumi) dengan periode 31 tahun (1959-1984).
Tahap Akhir
Pada tahap ini dilakukan pengolahan data dan pembuatan laporan. Perhitungan erosivitas hujan (E130) menggunakan persamaan (3) yang dilakukan oleh Bols (1978) dan
persamaan (4) yang dilakukan oleh Mahmud dan Utomo

(1984.

dalnm Utomo, 1989). Erosivitas hujan tahunan diperoleh
dari E130 bulanan.
Faktor erodibilitas tanah (K) dihitung berdasarkan
persamaan ( 6 ) . Perhitungan nilai faktor K dengan memasukkan data tekstur tanah, permeabilitas profil, bahan organik tanah dan struktur tanah. Analisa tekstur dan bahan

S k a l a 1 : 100 000
Keterangan :

UW,

: T i p i c Haplohumults

UW4

: Aquic C y s t r o p e p t s

UWg

: T i p i c Humitropepts

UW6

: T i p i c Hapludalf s

UW7

: T i p i c Humitropepts

CL,

: Lythic Dystropepts

-

CL4

CL5

: T i p i c Humitropepts
: T i p i c Dystropepts
: Sungai

- - - : Batas
Gambar 4 .

satuan p e t a tanah

L o k a s i Pengarnbilan Contoh Tanah

organik tanah menggunakan contoh tanah terganggu, permeabilitas tanah menggunakan contoh tanah utuh sedangkan
struktur tanah dilihat dari deskripsi profil.
Nilai faktor panjang dan kemiringan lereng diperoleh
dengan menggunakan persamaan (7)untuk lereng dengan
kemiringan antara 20% sampai loo%, sedang untuk kemiringan
lereng kurang dari 20% menggunakan persamaan (8).

Panjang

dan kemiringan lereng diukur berdasarkan peta topografi,
yang sebelumnya dilakukan pembatasan areal yang mempunyai
garis kontur relatif sama, untuk mendapatkan kelas lereng
yang relatif sama.

Peta topografi disajikan pada Gambar

5.

Jenis tanaman dan pengelolaannya (C) serta jenis tindakan konservasi tanah (P) diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lapang waktu pengambilan contoh tanah.
Penulisan nama-nama latin tanaman dengan melihat buku
Flora Indonesia oleh Steenis, Hoed, dan Eyma (1987). Penentuan nilai faktor C menggunakan data Pusat Penelitian
Tanah (1973-19811, sedang nilai faktor P menggunakan hasil
penelitian Hammer (1980) (Tabel Lampiran 1 dan 2).
Besarnya erosi yang diperbolehkan ditentukan dengan
menggunakan persamaan (lo), dengan memasukkan data kedalaman solum tanah. kedalaman minimum tanah yang masih dapat
digunakan oleh perakaran tanaman, kerapatan isi dan faktor
kedalaman tanah (Tabel Lampiran 3 dan 4 ) . laju pembentukan
tanah dan umur guna tanah.

Umur guna tanah yang digunakan

sebesar 200 tahun (Hammer, 1980).

Sedang laju pembentukan

tanah diperkirakan sebesar 0.55 mm/tahun (Wood and Dent,
Marwan. 1985) .

1983

Pendugaan besarnya erosi dilakukan dengan menggunakan
metode

(Universal Soil Loss Equation).

Rekomendasi

tata guna lahan dan teknik konservasi tanah dilakukan jika
erosi hasil pendugaan lebih besar dari laju erosi yang
diperbolehkan, dengan cara memilih nilai C dan/atau P yang
tepat, sehingga erosi hasil pendugaan lebih kecil atau
sama dengan erosi yang diperbolehkan.

..
'

..

..

..

,

Skala 1 : 5 0 000

..

.

.
.

- ..

,.i

.

,

:.,

. -

, . .

>.

',

..

-

' #

. .

.

... .

:

.

.- .

. .-

HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor Erosivitas Hujan
Curah hujan merupakan faktor yang sangat berhubungan
dengan erosi yang terjadi pada suatu daerah.

Penelitian

Bols (1978) dan Suwardjo (1981) menunjukkan bahwa indeks
erosi hujan yang sesuai untuk Pulau Jawa adalah E130
(energi hujan)

.

Data hujan untuk penelitian E130 (R) diambil dari'
hasil pengumpulan data selama 31 tahun.

Waktu yang lama

bertujuan untuk menghasilkan E130 yang teliti.

Hal ini

sesuai dengan penelitian