Status Sosial dan Perilaku Petani dalam Penyuluhan Pertanian (Studi Kasus di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung)

STATUS SOSlAl DAN PERILAKU PETANI
DALAM PENYULUHAN PERTANIAN
(Studi Kasus di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan,
Kabupaten Bandung)

OIeh

EDY PRIYONO

A 22 1054

-

JURUSAN ILMU ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1990

RINGKASAN
EDY PRIYONO?


S t a t u s S o s i a l dan P e r i l a k u P e t a n i Dalam

Penyuluhan P e r t a n i a n .

S t u d i Kasus d i Desa Rende,

camatan C i k a l o n g Wetan,

Kabupaten Bandung.

Ke-

( D i bawah

b i m b i n g a n GUNCIRDI).
Penelitian
determinan

i n i


b e r t u j u a n untuk

status sosial d i

m e l i h a t hubungan a n t a r a

k u petani,
nian

lokasi

:

(1)

melihat

penelitian,


s t a t u s s o s i a l dengan p e r i l a -

( 3 ) m e l i h a t p e l a k s a n a a n penyuluhan

sehubungan

(2)

dengan p e r a n e l i t e

desa,

pertaddn

(4)

mencari u s u l a n kebijaksanaan b a g i peningkatan e f e k t i fitas

penyuluhan p e r t a n i a n .


Untuk

mencapai

tujuan

t e r s e b u t d i g u n a k a n gabungan a n t a r a metode k u a n t i t a t i f
dengan metode k u a l i t a t i f .
Determinan
dari

s t a t u s s o s i a l d i desa Rende

faktor-faktor

material

terdiri

m a t e r i a l dan i m m a t e r i a l .


terdiri dari

: pendapatan rumah tangga,

penguasaan l a h a n dan keadaan rumah sedangkan
faktor

immaterial t e r d i r i d a r i :

s e s u a t u kepada o r a n g l a i n ,
t o h nyata,

Faktor

kemampuan

luas

faktor-


memberikan

kemampuan memberikan

con-

kemampuan b e r k o m u n i k a s i s e r t a kekuatan-ke-

kuatan

dalam

d i r i pribadi.

faktor

achieved

I n i


l e b i h dominan

menunjukkan

bahwa

dibandingkan

faktor

S t a t u s s o s i a l cenderung berbanding l u r u s

dengan

yang a s c r i b e d .

perilaku
Penyebaran


petani

dengan

beberapa

i n o v a s i d i pedesaan

catatan

ternyata

pada

sifat inovasi (kecocokan bagi elite)

pengambilan
keputusan

keputusan

inovasi

inovasi.

secara

Jika

individu

dan

tipe

pengambilan

lebih

dominan


hubungan positif antara status sosial dengan perilaku
dapat diterima, tetapi jika tipe

petani

keputusan
inovasi
elite

secara kolektif lebih
tergantung

desa.

kehendak

kepada

pengambilan


dominan

kecocokan

Jika inovasi yang datang

penyebaran

inovasi

bagi

cocok

dengan

elite inovasi akan menyebar merata,

tetapi

jika inovasi itu tidak berkenan bagi elite yang

akan

terjadi adalah kesamaan dalam tidak mengadopsi.
Pelaksanaan
ternyata
(pemimpin

telah

penyuluhan pertanian di desa
didasarkan

informal).

pada

peran

elite

Jika terdapat desa yang

liki kondisi yang relatif sama dengan Rende

Rende
desa
memi-

(khusus-

nya tipe pelapisan sosialnya) model penyuluhan pertanian

yang dapat dipergunakan adalah yang

kerangkanya pada peran pemimpin informal.

meletakkan

STATUS SOSIAL DAN PERILAKU PETANI
DALAM PENYULUHAN PERTANIAN
(Studi Kasus di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan,
Kabupaten Bandung)

oleh :
EDY PRIYONO

A 22 1054

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Meraih Gelar Sarjana Pertanian
pada

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1 9 9 0

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN ILMU-ILMU

Dengan

ini

SOSIAL EKDNDMI PERTANIAN

rnenyatakan

bahwa

Laporan

Praktek

Lapang yang d i s u s u n o l e h :
Narna Mahasiswa

: EDY PRIYONO

Nornor Pokok

: A 22 1054

Judul Laporan

: STATUS SOSIAL DAN

PETANI

DALAM

PERTANIAN

PERILAKU

PENYULUHAN

( S t u d i Kasus

d i

Desa Rende,

Kecarnatan C i k a -

l o n g Wetan,

Kabupaten

Ban-

dung)
dapat

d i t e r i m a sebagai persyaratan untuk

rnernperoleh

gelar

Sarjana

Pertanian,

Pertanian

pada

Fakultas

I n s t i t u t P e r t a n i a n Bogor.

Dosen Pernbirnbing

/

I r . Gunardi,

MA

---------------N I P 130 352 567

T a n g g a l L u l u s : 28 M e i 1990

KATA PENGANTAR
Setelah melewati masa yang cukup panjang

akhir-

nya penelitian yang penulis lakukan berhasi 1 memasuki
babak

akhir dari sekian banyak proses, yaitu

sunan laporan.

penyu-

Untuk itu tidak ada yang lebih pantas

diucapkan pertama kali selain puji syukur k e

hadirat

Allah subhanallahu wata'ala.
Tulisan ini berawal dari minat penulis untuk mengadakan

penelitian tentang berbagai

yang ada di pedesaan.

gejala

sosial

Ide semula berjudul : Hubungan

Status Sosial Dengan Keinovatifan Petani.

Akan teta-

pi, ternyata konsep keinovatifan (innovativeness) hanya berpijak pada penerapan (kecepatan adopsi) inovasi,

tanpa melihat dua aspek perilaku

pengetahuan dan sikap.

lainnya

yakni

Melalui konsultasi dengan do-

sen pembimbing akhirnya judul diubah menjadi : Status
Sosial dan Perilaku Petani Dalam Penyuluhan
an.

Beberapa

rekan mengusulkan judul

Pertani-

lain

(tanpa

mengubah esensi penelitian) yaitu : Peranan Elite Dalam Pembangunan Pertanian di Pedesaan.

Rasanya

usul

ini cukup baik, tetapi untuk memberi dimensi yang lebih luas biarlah judul laporan ini tetap seperti yang
sekarang tercantum di halaman judul.
Laporan ini disajikan dalam bentuk tulisan
cukup panjang, sembilan bab.

yang

Bab I sampai dengan Bab

IV merupakan pendahuluan, kerangka pemikiran, metodologi penelitian dan gambaran umum lokasi
Bab V

khusus menyoroti

penelitian.

pelaksanaan

penyuluhan

pertanian di desa Rende, yang akan digunakan

sebagai

kerangka dasar bagi penyusunan model penyuluhan
tanian

di

pedesaan.

sosial

di

lokasi

status

sosial di lokasi tersebut

pergeseran

Bab VI

membahas

penelitian,

stratifikasi

terutama

determinan

serta

di masa yang akan datang.

per-

kemungkinan

Bab ini

dapat

dikatakan sebagai pengantar untuk memasuki pembahasan
utama tentang hubungan status sosial dengan
petani ya"g

perilaku

terdapat dalam Bab VII.

Selanjutnya

setelah melihat praktek

penyuluhan

pertanian serta membahas hubungan antara status sosia1

dengan

suatu
Bab
bab

perilku petani penulis

mencoba

model penyuluhan pertanian yang

VIII.

dimuat

Dan seperti biasa, Bab I X yang

terakhir

berisi

kesimpulan

menyusun

dan

dalam

merupakan

saran

dari

penulis.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan
kepada :
1.

Bapak, Ibu dan kakak serta semua sanak
dara

yang tak pernah lupa berdoa untuk

sauke-

berhasilan saya.
2.

Bapak Ir. Gunardi, M 4 yang telah
saya;dan

membimbing

yanq telah memberi kebebasan untuk

mengernbangkan ide.

Bapak Ir. Sumardjo, MS yang bersedia menjadi
moderator
masukan

sekaligus

memberikan

beberapa

yang sangat berharga pada saat

la-

poran ini diseminarkan.
Bapak

dosen

penguji (Ir. Bambang S

MDS) dan Komisi Pendidikan (Ir. E.
MS)

Utomo,

Kusumah,

yang telah meluangkan waktunya untuk me-

nguji saya.
Kingking Sodikin dan Ibu Kepala

Bapak
Rende

Desa

.

Bapak PMP (Lesmana Minar) dan PLP

(Triyono)

d i lokasi penelitian saya.
Saudara Ajat Jatnika atas pembahasannya yang
'luar

biasa' pada saat seminar,

juga

atas

kritik dan sarannya.
Rianti Setyawasih yang selalu memberi
ngat

kepada saya, dan juga atas

sema-

bantuannya

dalam menyelesaikan laporan.
Keluarga Bobadesasa (Puni, Rion, Yani,

Joko

dan kawan-kawan) yang telah memberikan

sua-

sand gembira di hati saya.
Rekan-rekan Kelompok Diskusi Ciheuleut
ry, Yudis, Ucok, Teddy, Dede dan

(Ha-

lain-lain)

yang banyak memberi masukan.
Otto

yang telah membantu

pengolahan

data

kuantitatif.
Pihak-pihak

lain yang tidak dapat saya

butkan satu persatu.

se-

Penulis

berharap t u l i s a n ini

bagi

yang ingin memanfaatkan.

jika

a d a pihak yang

Saya

dapat

bermanfaat

sangat

'melanjutkan' studi

gembira

ini

dengan

berbagai penyempurnaan.

K o t a H u j a n , M e i 1990

Penulis

DAFTAR IS1

RINGKASAN
DAFTAR I S 1
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB

I.

PENDAHULUAN
A
B.
C.

BAB

BAB

BAB

11.

111.

IV.

................
Permasalahan ...................
Tujuan Penelitian .........;....

Latar Belakang

KERANGXA PEMIKIRAN
A.

Stratifikasi Sosial dan Status
Sosial .........................

B.

Perilaku Petani dan Status Sosial ...........................

METODOLOGI

...............
Pengambilan Sarnpel ......

A.

Jenis Penelitian

B.

Metode

C.

Variabel dan Indikator Variabel

D.

Konsep Pengukuran Variabel

E.

Metode

F.

Metode

G.

Lokasi

.....
Pengumpulan Data ........
Analisis ................
Penelitian ..............

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

.......
............

A.

Letak dan Tataguna Lahan

B.

Iklim dan Topografi

C.

Penduduk dan Mata Pencaharian

..

STATUS SOSlAl DAN PERILAKU PETANI
DALAM PENYULUHAN PERTANIAN
(Studi Kasus di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan,
Kabupaten Bandung)

OIeh

EDY PRIYONO

A 22 1054

-

JURUSAN ILMU ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1990

RINGKASAN
EDY PRIYONO?

S t a t u s S o s i a l dan P e r i l a k u P e t a n i Dalam

Penyuluhan P e r t a n i a n .

S t u d i Kasus d i Desa Rende,

camatan C i k a l o n g Wetan,

Kabupaten Bandung.

Ke-

( D i bawah

b i m b i n g a n GUNCIRDI).
Penelitian
determinan

i n i

b e r t u j u a n untuk

status sosial d i

m e l i h a t hubungan a n t a r a

k u petani,
nian

lokasi

:

(1)

melihat

penelitian,

s t a t u s s o s i a l dengan p e r i l a -

( 3 ) m e l i h a t p e l a k s a n a a n penyuluhan

sehubungan

(2)

dengan p e r a n e l i t e

desa,

pertaddn

(4)

mencari u s u l a n kebijaksanaan b a g i peningkatan e f e k t i fitas

penyuluhan p e r t a n i a n .

Untuk

mencapai

tujuan

t e r s e b u t d i g u n a k a n gabungan a n t a r a metode k u a n t i t a t i f
dengan metode k u a l i t a t i f .
Determinan
dari

s t a t u s s o s i a l d i desa Rende

faktor-faktor

material

terdiri

m a t e r i a l dan i m m a t e r i a l .

terdiri dari

: pendapatan rumah tangga,

penguasaan l a h a n dan keadaan rumah sedangkan
faktor

immaterial t e r d i r i d a r i :

s e s u a t u kepada o r a n g l a i n ,
t o h nyata,

Faktor

kemampuan

luas

faktor-

memberikan

kemampuan memberikan

con-

kemampuan b e r k o m u n i k a s i s e r t a kekuatan-ke-

kuatan

dalam

d i r i pribadi.

faktor

achieved

I n i

l e b i h dominan

menunjukkan

bahwa

dibandingkan

faktor

S t a t u s s o s i a l cenderung berbanding l u r u s

dengan

yang a s c r i b e d .

perilaku
Penyebaran

petani

dengan

beberapa

i n o v a s i d i pedesaan

catatan

ternyata

pada

sifat inovasi (kecocokan bagi elite)

pengambilan
keputusan

keputusan
inovasi

inovasi.

secara

Jika

individu

dan

tipe

pengambilan

lebih

dominan

hubungan positif antara status sosial dengan perilaku
dapat diterima, tetapi jika tipe

petani

keputusan
inovasi
elite

secara kolektif lebih
tergantung

desa.

kehendak

kepada

pengambilan

dominan

kecocokan

Jika inovasi yang datang

penyebaran

inovasi

bagi

cocok

dengan

elite inovasi akan menyebar merata,

tetapi

jika inovasi itu tidak berkenan bagi elite yang

akan

terjadi adalah kesamaan dalam tidak mengadopsi.
Pelaksanaan
ternyata
(pemimpin

telah

penyuluhan pertanian di desa
didasarkan

informal).

pada

peran

elite

Jika terdapat desa yang

liki kondisi yang relatif sama dengan Rende

Rende
desa
memi-

(khusus-

nya tipe pelapisan sosialnya) model penyuluhan pertanian

yang dapat dipergunakan adalah yang

kerangkanya pada peran pemimpin informal.

meletakkan

STATUS SOSIAL DAN PERILAKU PETANI
DALAM PENYULUHAN PERTANIAN
(Studi Kasus di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan,
Kabupaten Bandung)

oleh :
EDY PRIYONO

A 22 1054

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Meraih Gelar Sarjana Pertanian
pada

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1 9 9 0

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN ILMU-ILMU

Dengan

ini

SOSIAL EKDNDMI PERTANIAN

rnenyatakan

bahwa

Laporan

Praktek

Lapang yang d i s u s u n o l e h :
Narna Mahasiswa

: EDY PRIYONO

Nornor Pokok

: A 22 1054

Judul Laporan

: STATUS SOSIAL DAN

PETANI

DALAM

PERTANIAN

PERILAKU

PENYULUHAN

( S t u d i Kasus

d i

Desa Rende,

Kecarnatan C i k a -

l o n g Wetan,

Kabupaten

Ban-

dung)
dapat

d i t e r i m a sebagai persyaratan untuk

rnernperoleh

gelar

Sarjana

Pertanian,

Pertanian

pada

Fakultas

I n s t i t u t P e r t a n i a n Bogor.

Dosen Pernbirnbing

/

I r . Gunardi,

MA

---------------N I P 130 352 567

T a n g g a l L u l u s : 28 M e i 1990

KATA PENGANTAR
Setelah melewati masa yang cukup panjang

akhir-

nya penelitian yang penulis lakukan berhasi 1 memasuki
babak

akhir dari sekian banyak proses, yaitu

sunan laporan.

penyu-

Untuk itu tidak ada yang lebih pantas

diucapkan pertama kali selain puji syukur k e

hadirat

Allah subhanallahu wata'ala.
Tulisan ini berawal dari minat penulis untuk mengadakan

penelitian tentang berbagai

yang ada di pedesaan.

gejala

sosial

Ide semula berjudul : Hubungan

Status Sosial Dengan Keinovatifan Petani.

Akan teta-

pi, ternyata konsep keinovatifan (innovativeness) hanya berpijak pada penerapan (kecepatan adopsi) inovasi,

tanpa melihat dua aspek perilaku

pengetahuan dan sikap.

lainnya

yakni

Melalui konsultasi dengan do-

sen pembimbing akhirnya judul diubah menjadi : Status
Sosial dan Perilaku Petani Dalam Penyuluhan
an.

Beberapa

rekan mengusulkan judul

Pertani-

lain

(tanpa

mengubah esensi penelitian) yaitu : Peranan Elite Dalam Pembangunan Pertanian di Pedesaan.

Rasanya

usul

ini cukup baik, tetapi untuk memberi dimensi yang lebih luas biarlah judul laporan ini tetap seperti yang
sekarang tercantum di halaman judul.
Laporan ini disajikan dalam bentuk tulisan
cukup panjang, sembilan bab.

yang

Bab I sampai dengan Bab

IV merupakan pendahuluan, kerangka pemikiran, metodologi penelitian dan gambaran umum lokasi
Bab V

khusus menyoroti

penelitian.

pelaksanaan

penyuluhan

pertanian di desa Rende, yang akan digunakan

sebagai

kerangka dasar bagi penyusunan model penyuluhan
tanian

di

pedesaan.

sosial

di

lokasi

status

sosial di lokasi tersebut

pergeseran

Bab VI

membahas

penelitian,

stratifikasi

terutama

determinan

serta

di masa yang akan datang.

per-

kemungkinan

Bab ini

dapat

dikatakan sebagai pengantar untuk memasuki pembahasan
utama tentang hubungan status sosial dengan
petani ya"g

perilaku

terdapat dalam Bab VII.

Selanjutnya

setelah melihat praktek

penyuluhan

pertanian serta membahas hubungan antara status sosia1

dengan

suatu
Bab
bab

perilku petani penulis

mencoba

model penyuluhan pertanian yang

VIII.

dimuat

Dan seperti biasa, Bab I X yang

terakhir

berisi

kesimpulan

menyusun

dan

dalam

merupakan

saran

dari

penulis.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan
kepada :
1.

Bapak, Ibu dan kakak serta semua sanak
dara

yang tak pernah lupa berdoa untuk

sauke-

berhasilan saya.
2.

Bapak Ir. Gunardi, M 4 yang telah
saya;dan

membimbing

yanq telah memberi kebebasan untuk

mengernbangkan ide.

Bapak Ir. Sumardjo, MS yang bersedia menjadi
moderator
masukan

sekaligus

memberikan

beberapa

yang sangat berharga pada saat

la-

poran ini diseminarkan.
Bapak

dosen

penguji (Ir. Bambang S

MDS) dan Komisi Pendidikan (Ir. E.
MS)

Utomo,

Kusumah,

yang telah meluangkan waktunya untuk me-

nguji saya.
Kingking Sodikin dan Ibu Kepala

Bapak
Rende

Desa

.

Bapak PMP (Lesmana Minar) dan PLP

(Triyono)

d i lokasi penelitian saya.
Saudara Ajat Jatnika atas pembahasannya yang
'luar

biasa' pada saat seminar,

juga

atas

kritik dan sarannya.
Rianti Setyawasih yang selalu memberi
ngat

kepada saya, dan juga atas

sema-

bantuannya

dalam menyelesaikan laporan.
Keluarga Bobadesasa (Puni, Rion, Yani,

Joko

dan kawan-kawan) yang telah memberikan

sua-

sand gembira di hati saya.
Rekan-rekan Kelompok Diskusi Ciheuleut
ry, Yudis, Ucok, Teddy, Dede dan

(Ha-

lain-lain)

yang banyak memberi masukan.
Otto

yang telah membantu

pengolahan

data

kuantitatif.
Pihak-pihak

lain yang tidak dapat saya

butkan satu persatu.

se-

Penulis

berharap t u l i s a n ini

bagi

yang ingin memanfaatkan.

jika

a d a pihak yang

Saya

dapat

bermanfaat

sangat

'melanjutkan' studi

gembira

ini

dengan

berbagai penyempurnaan.

K o t a H u j a n , M e i 1990

Penulis

DAFTAR IS1

RINGKASAN
DAFTAR I S 1
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB

I.

PENDAHULUAN
A
B.
C.

BAB

BAB

BAB

11.

111.

IV.

................
Permasalahan ...................
Tujuan Penelitian .........;....

Latar Belakang

KERANGXA PEMIKIRAN
A.

Stratifikasi Sosial dan Status
Sosial .........................

B.

Perilaku Petani dan Status Sosial ...........................

METODOLOGI

...............
Pengambilan Sarnpel ......

A.

Jenis Penelitian

B.

Metode

C.

Variabel dan Indikator Variabel

D.

Konsep Pengukuran Variabel

E.

Metode

F.

Metode

G.

Lokasi

.....
Pengumpulan Data ........
Analisis ................
Penelitian ..............

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

.......
............

A.

Letak dan Tataguna Lahan

B.

Iklim dan Topografi

C.

Penduduk dan Mata Pencaharian

..

BAB

V.

- .

34

37
43

47

.........

61

B.

Pendekatan K u a n t i t a t i f

C.

A n a l i s i s Pendekatan K u a l i t a t i f
dan Kuantitatif

................

62

HUBUNGAN S T A T U S S O S I A L DENGAN P E R I L A K U
PETANI
S t a t u s S o s i a l dan Pengetahuan
Petani

64

B.

Status

70

C.

S t a t u s S o s i a l dan P e n e r a p a n
Inovasi

.........................
S o s i a l dan S i k a p P e t a n i .
........................

75

S t a t u s S o s i a l dan P e r i l a k u P e t a n i 78

MODEL P E N Y U L U H A N P E R T A N I A N D I P E D E S A A N
(Sebuah Rekomendasi)

B.
C.

IX.

30

..........

Pendekatan K u a l i t a t i f

A.

BAB

yang T e r l i b a t

A.

D.
V I I I .

......
M e k a n i s m e K e r j a ................
H a s i l P e n y u l u h a n ...............
P e r k e m b a n g a n S e l a n j u t n y a .......

Unsur-Unsur

S T R A T I F I K A S I S O S I A L D I DESA RENDE

A.

BAB

29

PELAKSANAAN PENYULUHAN P E R T A N I A N
D I DESA R E N D E

D.

VII.

...............

Kelembagaan Desa

C.

BAB

29

E.

B.

VI.

......

Dukungan Sarana P e r t a n i a n

A.

BAB

-

D.

U n s u r y a n g T e r l i b a t dan K u a l i f i kasinya

........................
B e b e r a p a F a k t o r P e m b a t a s .......
M o d e l Penyuluhan D e n g a n B e b e r a p a
F a k t o r Pembatas

................

81
84

85

K E S I M P U L A N DAN SARAN

.....................
..........................

A.

Kesimpulan

89

B.

Saran

90

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTaR TABEL
H a l aman

No.

Teks
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

S t a t u s , P e m i l i k a n d a n T a t a g u n a Lahan d i
Desa Rende, Tahun 1 9 8 9

27

J u m l a h Penduduk M e n u r u t G o l o n g a n Umur d i
Desa Rende, Tahun 1 9 8 9

28

J u m l a h Penduduk M e n u r u t M a t a P e n c a h a r i a n
d i Desa Rende, Tahun 1 9 8 9

28

J u m l a h S a r a n a P e r t a n i a n d i Desa Rende,
Tahun 1 9 8 9

29

Pengembangan Dampak UPS& d i Desa Rende,
Tahun 1 9 8 6

39

P r e s t a s i y a n g D i c a p a i Desa Rende Dalam
Lomba P e n g h i j a u a n , Tahun 1983-1985

43

perbedean K o n d i s i dan S t a t u s S o s i a l
G o l o n g a n E l i t e Dengan G o l o n g a n Massa d i
Rende, Tahum 1989

61

....................
....................

.................

................................
................................
........

.........................

P e r b a n d i n g a n P e m i l i k a n M e d i a Massa G o l o n g a n
E l i t e d a n Massa d i Desa Rende, Tahun 1 9 8 9

67

T i n g k a t Pengetahuan P e t a n i Tentang K r e d i t
U n t u k S e k t o r P e r t a n i a n d i Desa Rende,
Tahun 1 9 8 9

68

Hubungan A n t a r a S t a t u s S o s i a l Dengan
P e n g e t a h u a n P e t a n i d i Desa Rende, Tahun
1989

69

P e r b a n d i n g a n S i k a p P e t a n i Golongan E l i t e
Dengan Massa Pada B e r b a g a i Obyek S i k a p
d i Desa Rende, Tahun 1 9 8 9

71

Gambaran S i k a p P e t a n i T e r h a d a p Kelompok
T a n i d i Desa Rende, Tahun 1 9 8 9

72

Hubungan A n t a r a S t a t u s S o s i a l Dengan S i k a p
P e t a n i d i Desa Rende, Tahun 1 9 8 9

..........

74

Perbedaan Penerapan I n o v a s i P e t a n i . G o l o n g a n
E l i t e Dengan G o l o n g a n Massa pada B e r b a g a i
M a t e r i d i Desa Rende, Tahun 1989

75

Hubungan A n t a r a P e n e r a p a n I n o v a s i Dengan
P e n g e t a h u a n dan S i k a p P e t a n i d i Desa Rende,
Tahun 1 9 8 9

77

.

................................

......................................

.................

............

..........

................................

No.

I&.

H u b u n g a n A n t a r a S t a t u s S o s i a l Dengan
P e n e r a p a n I n o v a s i d i D e s a Rende, Tahun
1989

78

P e r b a n d i n g a n P e r i l a k u P e t a n i Golongan
E l i t e D e n g a n G o l o n g a n Massa d i D e s a R e n d e ,
T a h u n 1989

79

.......................................

17.

................................

18.

Hubunqan A n t a r a S t a t u s S o s i a l Dengan
P e r i l a k u P e t a n i d i D e s a R e n d e , T a h u n 1989

.

80

D A F T A R GAMBAR

H a 1 aman

No.
*T

.............

1.

Sistem Stratifikasi Sederhana

2.

Paradigma Penerimaan &tau Penolakan
Oleh Elite Penguasa

3.

4.
5.

6.

11

Inovasi

.......................

17

Teknik Snow Ball Dalam Sampling Untuk
Golongan Elite

19

Mekanisme Kerja P e t u g a s Teknis, Tokoh
Informal d a n K e p a l a D e s a d i R e n d e

37

Sosiogram 'Siapa Menunjuk Siapa' Dalam
Sampling Untuk Golongan Elite

47

Model P e n y u l u h a n P e r t a n i a n d i

86

............................
.........

.............
P e d e s a a n ....

BAB I .

A.

PENDAHULUAN

L a t a r Belakang
p e r t a n i a n memegang

Penyuluhan
dalam

p r o s e s pembangunan n a s i o n a l ,

ngunan p e r t a n i a n .

penting
pemba-

khususnya

Penyuluhan p e r t a n i a n dan

d i a n g g a p s e b a g a i u j u n g tombak

pertanian
informasi

peranan

penyuluh

penyampaian

t e n t a n g p e r t a n i a n kepada p e t a n i u n t u k

men-

c a p a i k e h i d u p a n yang l e b i h b a i k m e l a l u i p e r b a i k a n c a r a bertani.
Unsur-unsur

yang t e r d a p a t dalam penyu.luhan

t a n i a n a d a l a h : (1) p e n y u l u h ,

( 3 ) metdde penyuluhan,
t.eri/isi,

nya

merupakan

( 4 ) media penyuluhan,

(5)

ada

ma-

M e l i h a t ha1 i n i ,

(1982) penyuluhan p e r t a n i a n sebenarproses komunikasi

dimana

ada

pihak

s e b a g a i sumber i n f o r m a s i a t a u penyampai

kesatu
dan

( 2 ) sasaran p e n y u l u h a n ,

( 6 ) waktu dan ( 7 ) tempat.

menurut Samsudin

per-

p i h a k kedua s e b a g a i

penerima

ide,

ide,
dengan

m e l a l u i beberapa tahapan dan j a n g k a waktu.
T u j u a n penyuluhan p e r t a n i a n dibedakan a n t a r a t u j u a n jangka
juan

pendek dengan t u j u a n jangka p a n j a n g .

penyuluhan p e r t a n i a n j a n g k a pendek y a i t u

menumbuhkan

perubahan-perubahan

yang

dalam k e g i a t a n u s a h a t a n i d i pedesaan.

lebih

Tuuntuk

terarah

Perubahan-per-

ubahan yang dimaksud a d a l a h dalam bentuk pengetahuan,
kecakapan,

s i k a p dan m o t i f

tindakan petani.

Tujuan

jangka

p a n j a n g penyuluhan p e r t a n i a n a d a l a h u n t u k

ningkatkan

taraf

kesejahteraan

h i d u p masyarakat t a n i ,

hidup

me-

atau

p e t a n i d i pedesaan

agar

dapat l e b i h

terjamin.
Secara
dan

umum perubahan dalam pengetahuan,

kecakapan p e t a n i d i r a n g k u m dalam

y a i t u perubahan p e r i l a k u .
penyuluhan
kognitif
pek

yaitu

istilah,

Dalam ha1 i n i k e b e r h a s i l a n

akan d i l i h a t d a r i t i g a aspek y a i t u

( p e n g e t a h u a n ) , aspek a f e k t i f

Menurut

( 1 9 7 3 ) perubahan p e r i l a k u m e l i p u t i
:

.(1) tambahan pengetahuan

aspek

( s i k a p ) dan as-

(kecakapan/ketrampilan).

psikomotorik

Rogers

satu

sikap

tiga

(knowledqe),

pembentukan dan perubahan s i k a p ( a t t i t u d e ) s e r t a

ha1

(2)
(3)

perubahan p e r i l a k u yang k e l i h a t a n ( p r a c t i c e ) .
Dalam kenyataannya s e t i a p i n d i v i d u dalam

sistem

s o s i a l mempunyai kemunqkinan perbedaan r e s p o n ( b e r u p a
perubahan

p e r i l a k u ) t e r h a d a p suau i n o v a s i .

Diduga,

s a l a h s a t u penyebabnya a d a l a h perbedaan s t a t u s s o s i a l
i n d i v i d u dalam s i s t e m s o s i a l .

S t a t u s s o s i a l dianggap

berhubungan langsung dengan kesempatan memperoleh i n formasi,

k e b e r a n i a n menanggung r e s i k o ,

serta

hal-ha1

l a i n yang a k h i r n y a mengarah pada perbedaan p e r i l a k u .
beberapa h a s i l p e n e l i t i a n

Dari

e m p i r i s t e r d a p a t hubungan p o s i t i f
terminan

status

p e m i l i k a n lahan,
si.

Namun

sosial

(misalnya

dan

pengamatan

a n t a r a beberapa dependapatan,

luas

p e n d i d i k a n ) dengan penerimaan i n o v a -

masih

menjadi

a n a l i s i s d i l a k u k a n dengan

pertanyaan,

apakah

memperhitungkan

jika

interaksi

antar determinan status sosial, d a n jika respon
hadap inovasi dirinci lagi menjadi
( p e n g e t a h u a n , sikap
konsisten.

Selain

tiga

dan penerapan)
diakibatkan

komponennya

hasilnya

oleh

ter-

tetap

masing-masing

determinan yang berbeda, pertanyaan ini muncul karena
perbedaan

penilaian masyarakat

terhadap

determinan

s t a t u s sosial, yang mengarah kepada perbedaan

sistem

stratifikasi sosial d i berbagai lokasi.
Seringkali kondisi masyarakat pedesaan dicirikan
oleh

adanya jaringan komunikasi

pemimpin

informal

leader).

atau

tradisiona.1 melalui

pemuka

Dalam situasi yang

pendapat

demikian

(opinion

stratifikasi

sosial dilandaskan pada pengaruh elite d e s a dalarn pengambilan keputusan individu petani.
Adanya

jaringan komunikasi tradisional ini

me-

nyebabkan timbulnya pola-pola khusus dalam komunikasi
pertanian d i pedesaan.

Bahkan a d a kemungkinan penyu-

luhan pertanian memang t e l a h dilaksanakan dengan
rangka

stratifikasi d a n jaringan komunikasi

ke-

seperti

yang disebutkan d i atas.
Hal tersebut d i atas mendorong minat penulis untuk

melakukan studi tentang status sosial dalam

bungannya dengan perilaku petani.
d i ini akan

melihat

gejala

penyuluhan

pertanian, d i sisi

bagaimana sebaiknya penyuluhan

hu-

D i satu s i s i , stu-

perilaku
lain

petani
akan

pertanian

sehubungan dengan adanya gejala ini.

dalam
melihat

dilakukan,

B.

Permasalahan
Secara rinci permasalahan-permasalahan yang

di-

teliti dalam studi ini meliputi beberapa hal, yaitu:
( 1 ) Bagaimana hubungan antara status sosial

de-

ngan perilaku petani, baik dengan memisahkan
masing-masing komponen kedua variabel,
pun

dengan

memperhatikan

mau-

interaksi

antar

komponen/determinan dalam masing-masing

va-

riabel.
( 2 ) Faktor-faktor apa saja yang secara

obyektif

.dan subyektif dapat dianggap sebagai
minan

status sosial seorang individu

deterdalam

sistem sosialnya.
( 3 ) Sejauh

mana strategi

penyuluhan

pertanian

telah diletakkan dalam kerangka status sosia1 dan perilaku petani.
( 4 ) Bagaimana strategi penyuluhan pertanian yang

seharusnya

diterapkan jika

melihat kondisi

obyektif hubungan status sosial dengan perilaku petani.
C.

Tujuan Penelitian
Secara

mempelajari
masyarakat

umum tujuan penelitian ini adalah

untuk

gejala-gejala

dalam

petani,

penyuluhan pertanian.
adalah untuk

sosial

sehubungan
Tujuan

yang

dengan

ada

pelaksanaan

khusus .penelitian ini

menjawab permasalahan-permasalahan yang

telah dikemukakan, yaitu :

( 1 ) Melihat hubungan antara status sosial dengan

perilaku petani dalam penyuluhan pertanian.
(2) Melihat determinan-determinan

status

sosial

dl lokasi penelitian.
(3) Melihat sejauh mana penyuluhan pertanian te-

lah memanfaatkan potensi-potensi lokal

yang

berupa status sosial seseorang untuk meningkatkan

efektifitas

penyampaian

informasi

tentang pertanian.
(4)Mencari dasar usulan alternatif kebijaksana-

an guna meningkatkan efektifitas penyuluhan.

B A B 11.

A.

Stratifikasi Dan Status Sosial
Selama

dihargai,

dalam suatu masyarakat ada sesua.tu
dapat dipastikan akan timbul suatu

berlapis-lapis
d

KERANGKA P E M I K I R A N

m

dalam

Soekanto

masyarakat.

(1980)

sistem

Sorokin

mendefinisikan

yang

(1959)

stratifikasi

sosial sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat
dalam
Ini

kelas-kelas
sejajar

secara

bertingkat

dengan definisi Taneko

ke

(hierarkhis).
(1984)

tentang

stratifikasi sosial, yaitu pembagian atau penggolongan secara vertikal dari anggota masyarakat yang didasarkan pada perbedaan tingkat status sosi,al.

Horton

dan Hunt (1989) berpendapat bahwa kelas sosial
didefinisikan

sebagai suatu strata (lapisan)

dapat
orang-

orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan
(kontinum) status sosial.
Menurut Susanto (1977) stratifikasi sosial merupakan hasil kebiasaan hubungan yang teratur dan
susun

antar manusia.

setiap

saat

bungannya

ter-

Dengan demikian, setiap

mempunyai situasi yang

dengan orang lain secara

orang

menentukan
vertikal

hu-

maupun

mendatar dalam masyarakatnya.
Terdapat beberapa ha1 yang menjadi dasar (determinan) bagi pelapisan sosial.

Soekanto (1980) menya-

takan ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai
tuk menggolong-golongkan anggota masyarakat k e
lapisan-lapisan

adalah

:

ukuran

kekayaan,

undalam

ukuran

kekuasaan, ukuran kehormatan dan ukuran ilmu pengetahuan.

Ini

Hunt

hampir sama dengan pendapat

Horton

(1989) yang mengemukakan tiga determinan

sosial,

yaitu

:

kekayaan dan penghasilan,

dan
kelas

pekerjaan

dan pendidikan.
Pada beberapa masyarakat tradisional di

Indone-

golongan pembuka tanahlah yang dianggap

sia,

mendu-

duki lapisan tertinggi, kemudian menyusul para

pemi-

lik tanah (kuli kenceng), menyusul mereka yang

hanya

memiliki
dan

pekarangan atau rumah saja

(kuli

akhirnya mereka yang hanya menumpang

tanah mi?ik orang lain (Soekanto, 1980).
jukkan

bahwa,

Indonesia,
pisan

sosial.

saja
Ini

paling tidak di beberapa

status pemilikan lahan

gundul),
pada

menun-

tempat

pela-

menentukan

Perbedaan pada determinan utama

menentukan pelapisan sosial ini mengakibatkan

di

yang
adanya

perbedaan penilaian pada individu di berbagai tempat.
Tiap sistem stratifikasi melahirkan mitos atau rasionalitasnya

sendiri

untu

menerangkan

apa

sebabnya

orang-orang tertentu harus dianggap lebih tinggi
dudukannya

dari yang lain.

Mitos-mitos ini

ke-

mungkin

bersifat preskriptif (Scott, 1981).
Anderson dan Parker d
takan

bahwa

subyektif

beberapa

m Susanto (1977)

indikator

seseorang mengenai

tentang

lapisan

menya-

penilaian

masyarakatnya

adalah bentuk rumah, wilayah tempat tinggal, pekerjaan

dan sumber pendapatan.

pendapatan

Sehubungan dengan

ini perlu dijelaskan bahwa

bukan

sumber
jumlah

uangnya

yang menentukan, melainkan status

yang

di-

nikmati oleh sumbernya sendiri.
Ukuran-ukuran d i atas tidak bersifat
arti

dalam
lain

ada kemungkinan

terdapat

limitatif,

ukuran-ukuran

yanq dapat dipergunakan, sesuai dengan

dan

budaya masyarakat setempat.

Dalam

kondisi

prakteknya,

dasar bagi pelapisan sosial bersifat kumulatif.
ini mengingat hubungan sangat erat antar
sendiri, misalnya : mereka yang

itu

Hal

unsur-unsur

mempunyai

uang

banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan
dan mungkin kehormatan.
Soemardjan

dan Soemardi (1964)

dalam

(1980)

melihat ada d u a unsur dalam sistem

lapis,

yaitu

(1984)

menganggap

status

dan

peranan

kekuasaan

dan

satunya
d

unsur

m

wewenang

bukanlah

dalam stratifikasi.

Taneko

(pawer)

mensi

dan

(1984)

menyatakan

berlapis-

(role).
wewenang

unsur khusus dalam sistem stratifikasi.
kekuasaan

Soekanto

Taneko
sebagai

Akan tetapi,

merupakan
Kurt
bahwa

B.

satuMeyer

kekuasaan

hanyalah merupakan salah satu dari tiga

stratifikasi

sosial.

Dimensi yang

di-

lain

itu

Dari bahasan para ahli, terlihat bahwa pada

da-

adalah status dan ekonomi.

sarnya

terdapat

dengan

yang lain, dan yang menjadi titik

adalah

status atau kedudukan.

pendapat

bahwa

hubungan antara dimensi

status atau

yang

sentralnya

Oleh karena itu,
kedudukan

satu

inilah

ada
yang

merupakan

u n s u r baku dalam t e o r i s o s i o l o g i

status sosial
Status

(Taneko,
sosial,

daripada status,
tian

sebagai

mengenai

1984).

yang mempunyai a r t i

lebih

seseorang

secara

umum

masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang
lam

arti

lingkungan pergaulannya,
s e r t a kewajibannya.

hak-hak

semata-mata

kumpulan s t a t u s

kelompok

yang

tersebut

mempengaruhi

berbeda,

akan

dalam

lain,

prestisenya

Status sosial

kedudukan

dalam

status

orang

dan

tidaklah

(kedudukan) o r a n g
tetapi

da-

dalam

Secara

abs-

s t a t u s s o s i a l dipandang s e b a g a i k o m b i n a s i

dari

s o s i a l yang berbeda.

.~

sosial

tadi

kelompok-kelompok
trak,

penger-

o l e h Soekanto ( 1 9 8 0 ) d i b e r i

tempat

luas

segenap kedudukan.
macam

Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua
status,

(1)

yaitu :

ascribed status,

yaitu

kedudukan seseorang

lam

tanpa

memperhatikan

masyarakat

r o h a n i a h dan kemampuan.
karena

kelahiran,

misalnya

kedudukan

s e b a g a i k a s t a brahmana d i

b a g a i anak

laki-laki
status,

seseorang dengan
Kedudukan

perbedaan

Kedudukan i n i d i p e r o l e h

bangsawan,

( 2 ) achieved

sebagai

India,

se-

dan sebagainya.

a d a l a h kedudukan yang
usaha-usaha

i n i tidak

da-

yang

dicapai

disengaja.

d i p e r o l e h a t a s dasar

kela,
.

hiran,
said,
Polak

akan t e t a p i b e r s i f a t t e r b u k a b a g i
tergantung

( 1 9 6 6 ) -d

siapa

pada kemampuannya.

Soekanto ( 1 9 8 0 )

membedakan

satu

macam

lagi

kedudukan, yaitu assipned

merupakan kedudukan yang diberikan.
ini

Assiqned

sering mempunyai hubungan erat

status,

dalam

memberikan

arti

suatu

status,

yang

status

dengan

achieved

atau

golongan

kelompok

kedudukan yang lebih tinggi kepada

sese-

orang yang berjasa, yang telah memperjuangkan sesuatu
untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Unsur

kedua dalam stratifikasi,

peranan

yaitu

merupakan aspek dinamis dari status.

(&)

seseorang
dengan

melaksanakan hak dan

kedudukannya,

peranan.

maka

dia

kewajibannya

sesuai

menjalankan

suatu

Pembedaan status dengan peranan semata-mata

hanyalah untuk ilmu pengetahuan.
duanya

Apabila

tak

Secara praktis, ke-

dapat dibedakan karena

k e t e r g a n t ~ n g ~diantara
n
keduanya.

terdapat

Tidak ada

salinq
peranan

tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peranan
(Soekanto, 1980).
Berdasarkan hal-ha1 d i atas dapat disusun
pola

pelapisan masarakat untuk kegunaan

Hoffsteede

(1970)-d

penelitiannya

Susanto

penelitian.

(1977)

berdasarkan

di empat desa di Jawa Barat

menemukan

penyederhanaan stratif ikasi menjadi dud, yaitu
-d

suatu

dan massa. Selanjutnya ha1 ini dapat

elite

digambar-

kan dalam Gambar 1.
Redfield ( 1 9 6 3 ) juga melihat bahwa dalam
rakat

dimana

bersifat

orang-orang desa

petani,

terdapat

secara

indikasi

jelas

masyamasih

terbentuknya

Gambar 1.

Sistem Stratifikasi Sederhana

masyarakat terbelah (part societies).
terdiri

dari

personal

orang-orang

yang

berhubungan

dan tradisional satu sama lain,

lain

adalah orang-orang yang berada

yang

lebih impersonal dan formal.

field

Bagian pertama

dalam

secara

di

bagian
hubungan

Selanjutnya

Red-

menyebut kedua golongan ini sebagai kaum

tani

dan elite yang lebih urban.
Menurut

Keller

(1984) arti

paling

umum

dari

istilah elite adalah sekelompok orang-orang yang

me-

megang

dan

posiai terkemuka dalam suatu rnasyarakat,

biasanya berjumlah kecil 1

.

Selanjutnya

dinyatakan

bahwa terdapat dua perspektif dalam isilah ini, yaitu
yang

bersifat

moral

dan

fungsional.

Yang pertama

1)
Istilah "elite" berasal dari kata Latin "eligere"
yang berarti "memilih". Dalam pemakaian biasa kata
ini berarti "bagian yang menjadi pilihan" atau "bunga" suatu bangsa, budaya, kelompok sosial dan juga
orang-orang yang berposisi sosial tinggi.

menitikberatkan pada keutamaan moral pribadi-pribadi,
yang kedua pada peranan fungsional dalam lapisan.
TidaC
karena

banyak

dianggap

ahli yang
sudah

mendefinisikan

jelas.

Neskipun

massa,
demikian

Simatupang (1987) mendefinisikannya sebagai

kelompok

yang secara politis tidak berkuasa dan secara

ekono-

mis mempunyai pendapatan rendah.
Dalam ilmu sosial, orang-orang dengan
rendah

sering dipandang sebagai

terbatas

sosialnya (Horton dan Hunt, 1989).
jelas.

kedudukan
kehidupan

Penyebabnya tidak

Kemungkinan disebabkan oleh keletihan,

beban

mengurus lebih banyak anak, biaya, kurangnya perhatian, lebih rendahnya pendidikan dan kemampuan bercakap
dan lain sebagainya.

Orang-orang kelas sosial rendah

juga dilihat lebih sedikit berpartisipasi dalam jenis
organisasi

apapun.

Stratifikasi sosial

bersifat dinamis, ditandai oleh perubahan
status
melihat

sosial dari waktu k e waktu.

ternyata
determinan

Wertheim

adanya perqeseran sistem pelapisan

r a s k e arah suatu sistem nilai baru yang

(1959)

berdasar

berdasarkan

kemakmuran individu dan kemampuan intelektual.
Dalam

proses perubahan ini senantiasa

antagonisme
mepertahankan

antara
diri

kekuatan

sosial

(konservatif)

yang

terdapat
berusaha

dengan

kekuatan

sosial yang mendorong perubahan (proqresif).
khusus

Wertheim ( 1 9 5 9 ) menyatakan

sistem

pelapisan

bahwa

d i Indonesia masih

Secara

pergeseran

ditahan,

oleh sisa-sisa struktur feodal maupun kolonial.

baik

B.

P e r i l a k u P e t a n i dan S t a t u s S o s i a l
Tujuan

dua,

penyuluhan p e r t a n i a n

yaitu

pan j a n q .

t u j u a n jangka

dibedakan

pendek dan

tujuan

jangka

Tujuan jangka panjang t e r s e b u t adalah

ningkatkan

taraf

h i d u p masyarakat t a n i ,

kesejahteraan hidup p e t a n i terjamin.
an j a n q k a

menjadi

atau

meagar

Sedangkan t u j u -

pendek m e n u r u t Samsudin ( 1 9 8 2 ) a d a l a h u n t u k

menumbuhkan

perubahan-perubahan

yang

lebih

terarah
Peruba-

dalam k e g i a t a n u s a h a t a n i p e t a n i d i pedesaan.
han-perubahan
pengetahuan,

yang

dimaksud

kecakapan,

adalah

sikap

dan

dalam
motif

bentuk
tindakan

petani.
Perubahan

pengetahuan

perubahan d a r i apa yang

perubahan-

mencakup

t e l a h d i k e t a h ~ i ~ e t a n i ,yang

s i f a t n y a k u r a n g menguntungkan m e n j a d i yang l e b i h b a i k
dan l e b i h menguntungkan.

Perubahan kecakapan

kup

dalam

perubahan-perubahan

fikir
apa

dan kecakapan t a n g a n ,
yang

ha1

kecakapan

keterampilan

dapat d i k e r j a k a n o l e h

menca-

petani

dalam

s i k a p mencakup

perubahan-perubahan

pemikiran

dan

sedangkan

mencakup

perubahan-perubahan

ha1

sebelumnya.

Perubahan

perasaan,

ber-

motif

dalam

tindakan

dalam ha1 apa yang

se-

sungguhnya mereka k e r i a k a n dan apa yang d i l a k u k a n dalam g e r a k - g e r i k
Dalam
implisit

kehidupannya.

prakteknya,

dimasukkan

senada dengan Samsudin
an

perilaku,

aspek m o t i v a s i s e r i n g

k e dalam aspek

sikap.

secara
Hampir

(1982),dalam m e l i h a t perubah-

bukti-bukti

yang

harus

dikumpulkan

meliputi

tiga aspek, yaitu coqnitive domain,

affec-

tive domain, psvchomotoric domain.

Coqnitive

domain

merupakan

berkenaan

dengan

perubahan perilaku yang

aspek intelektual dan pengetahuan seseorang.

Offec-

tive

dengan

domain

masalah

merupakan

kebiasaan,

psychomotoric

domain

perubahan

perasaan

perilaku

dan

merupakan

sedangkan

emosi,
perubahan

yang berkenaan dengan masalah ketrampilan
Rogers (1973) lebih cenderung

melihat

perilaku
seseorang.

aspek

ketiga

sebagai penerapan, yang mempunyai arti lebih luas.
Dari

ketiga aspek inilah

petani.

diduqa

berhubungan

Taneko.

(1984) menduga bahwa

(perubahan)

dengan

status

status

tinggi

tingkat

selektif.

Hal

ini mengandung makna,

kristalisasi

akan

mempengaruhi

diantara anggota sistem sosial.

stratum

bahwa

akan mempengaruhi pola komunikasi,

gilirannya

akan

Selanjutnya

makin kuat pergaulan yang bersifat

stratum,

sosial

makin

sosial.

tertentu

membentuk pola-pola interaksi tertentu.
dikemukakan,

perilaku

distribusi

strata

dan

pada

informasi

Dahlan (1980 melihat

adanya kecenderungan terbentuknya elite informasi
pedesaan

yang mengarah pada lahirnya elite

informasi dan selanjutnya terjadi ketimpangan

di

oenauasa
infor-

masi antara elite dengan golongan miskin (massa).
Soekartawi (1988) menyebut status sosial sebagai
salah satu variabel yang mempengaruhi difusi inovasi.
Status
dalam

sosial

sering membentuk pola

komunikasi

sistem sosial dan biasanya komunikasi

di

seperti

i n i

lebih

efektif

persamaan

status

pada orang-oranq
sosial.

Dengan

yanq

mempunyai

demikian

dapat

d i k a t a k a n bahwa s t a t u s s o s i a l akan mempenqaruhi kecepatan d i f u s i
Salah

i n o v a s i dalam masyarakat.
satu

c i r i

penentu

(determinan)

sosial

adalah pendidikan,

tinggi

s a l a h satunya d i t e n t u k a n o l e h t i n q k a t

dikan

yanq

(1988)

pendidikan

merupakan

lanjutnya
sikap

dimana s t a t u s s o s i a l

tinggi'(meski

Soekartawi

tidak

sarana
akan

belajar,

pendi-

demikian).

p e r t a n i a n yang l e b i h modern.

bahwa

dimana

menanamkan

yanq menquntungkan menuju

bahwa

selalu

yanq

mengemukakan s u a t u asumsi

diperkirakan

terlihat

status

pengertian

pengqunaan

D i sini,

praktek

paling

s t a t u s s o s i a l juga diduga

se-

tidak,

merupakan

s a l a h s a t u penentu b a g i s i k a p i n d i v i d u ,
Dilihat

dari

determinan

y a i t u s t a t u s p e m i l i k a n tanah,

status

sosial

status sosial

lain,

dianggap

berhubungan dengan a d o p s i i n o v a s i (baca : p e n e r a p a n ) .
Telah

dikenal

baik,

bahwa p e m i l i k

tanah

mempunyai

pengawasan

yanq l e b i h l e n g k a p a t a s p e l a k s a n a a n

hataninya,

b i l a d i b a n d i n g k a n dengan

nya.

Dengan d e m i k i a n ,

memiliki

penyewa

diduga para p e m i l i k

t i n g k a t a d o p s i yang l e b i h

misal-

usahatani

tinggi

(Soekar-

tawi,

1988).

para

p e m i l i k mungkin s a n g a t b e r v a r i a s i s e c a r a

ataupun

Akan t e t a p i perbedaan-perbedaan

regional

pengaturan

karena

perbedaan-perbedaan

penyewaan dan kebebaean

yang

p a r a penyewa dalam pengambilan keputusan.

usa-

antara
lokal
dalam

rnenyetujui

Meskipun demikian, peranan kelompok elite
penyuluhan

menyaring
ganggu
akan

Menurut

selalu mengundang pertentangan.

Rogers dan Shoemaker ( 1 9 8 6 ) kelompok elite

dalam

cenderung

inovasi-inovasi yang mengancam atau

status

quo, karena pengrusakan

menyebabkan para elite itu

meng-

semacam

kehilangan

itu

posisi.

Elite penguasa di dalam suatu sistem sosial menyaring
inovasi-inovasi yang mempunyai kemungkinan merestruktur

dan

mengijinkan pengenalan inovasi

mempengaruhi fungsi sistem.

yang

hanya

Secara skematis ha1

dapat dilihat pada Gambar 2. Selanjutnya

itu

disimpulkan

juga bahwa elite penguasa dalam sistem sosial terutama

mendorong pengintroduksian .inovasi-inovasi

konsekuensinya tidak hanya meningkatkan
rata-rata,

yang

'keuntungan'

tetapi juga yang membawa pada suatu

dis-

tribusi keuntungan yang kurang merata.
Melalui
Soewardi

d i dua desa d i

( 1 9 7 2 ) melihat bahwa lapisan

innovator
petani

penelitian

tidak

suka menyuluh

secara

lapisan bawah umumnya tidak

petani lapisan atas.

Jawa
atas

sebagai

sengaja

bertanya

Hal ini seringkali

Barat

dan

kepada

menimbulkan

perbedaan tingkat adopsi inovasi antara kedua

lapis-

an, terutama dalam ha1 kelengkapan dan hasilnya.

\

i tidak
.=-+

i n d v a s i yang
cocok dengan
p l i t e penguasa

\

e l i t e penguabi

e l i t e penguasa

i

e l i t e penentang

I

menghendaki
i n o v a s i yang
merestruktur

I

Gambar 2 .

P a r a d i g m a penerimaan a t a u P e n o l a k a n
Inovasi
o l e h E l i t e Penguasa
(Rogers
dan Shoemaker, 1986)

BOB 111.
A.

METODOLOGI

J e n i s Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus.

Dengan de-

mikian kesimpulan-kesimpulan yang ditarik hanya

ber-

laku bagi lokasi-lokasi yang mempunyai kesamaan

kon-

disi dengan lokasi penelitian, serta bagi

penelitian

yang menggunakan asumsi-asumsi yang sama pula.

B.

Metode Pengambilan Sampel
Sampel

berupa individu-ind.ividu petani

diambil

setelah terlebih dahulu memisahkan secara sengaja
dalam

dua

B.1.

golongan status sosial, yaitu

ke

elite dan

Untuk Sampel Golongan Elite
Sampel golongan elite diambil dengan teknik

snow

ball yang biasanya diqunakan untuk mencari pola kepemimpinan

d i suatu daerah. Teknik ini

digunakan

de-

nqan pertgrnbangan, hasil survey pendahuluan di lokasi
penelitian menunjukkan bahwa jumlah elite desa
terlalu

tidak

besar, serta adanya gejala kepemimpinan yang

memusat pada diri Kepala Desa dan Kontak Tani (pemimpin informal).
Snow-ballinq
pertanyaan

dilakukan dengan mulai

mengajukan

kepada Kepala Desa dan Kontak Tani

'kebetulan' merupakan suami istri).

(yang

Pertanyaan

yang

diajukan adalah : Siapa orang-orang di desa ini

yang

cukup

terpandang dan merupakan

tokoh

masyarakat

?

Jika

responden mengalami kesulitan menjawab,

nyaan

yang

diajukan adalah : Siapa

perta-

orang-orang

desa ini yang pendapatnya banyak diikuti oleh
rakat sekitarnya ?

di

masya-

Secara teoritis teknik itu

dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.

Teknik Snow-Ball Dalam Sampling
Untuk Golongan Elite

Hasil sampling golongan elite yang telah dilakukan berhasil mendapatkan sembilan elite desa

sebagai

Teknik snow ball jenuh ltidak ada

responden.

orang

baru lagi yang disebut) setelah mencapai tiga putaran
dengan

masing-masing

(selain menyebut
sampling

untuk

responden

orang lain).

saling

menyebut

Secara lengkap

golongan elite dapat

dilihat

hasil
dalam

lampiran.

B.2.

Untuk Sampel Golongan Massa
Sampel golongan massa diambil dengan metode

gu-

g u s sederhana (simple cluster samplinq), dikombinasikan

dengan

pemilikan

pengacakan
lahan

dengan

bertingkat
alasan

atas

dasar luas

penguasaan

(pertanian) sering diduga merupakan determinan

lahan
utama

status sosial serta mudah pengukurannya. Stratifikasi

pemilikan
pemilik

lahan yang dimaksud adalah : pemilik luas,
sempit, penggarap luas, penggarap sempit dan

buruh tani.

Nasinq-masing dari kelima qolonqan

sebut diambil satu orang di setiap dusun.
Dusun

yang ada d i desa Rende sampel

ter-

Dari empat

golongan

massa

yang diperoleh adalah sebanyak 20 orang.

C.

Variabel dan Indikator Variabel
Dua variabel yang akan dicari hubungannya adalah

status sosial (sebagai independent variable) dan

pe-

rilaku petani (sebagai dependent variable).
Status Sosial

C.1.

Variabel

status sosial dilihat melalui

indika-

tor-indikator sebagai berikut :
x

:

pendapatan rumah tangga; berupa jumlah

pe-

ngeluaran

per

1

rumah tangga (dalam rupiah)

tahun.
: luas penguasaan lahan;

x

berupa

luas

lahan

2

(dalam hektar) yang dikuasai responden, baik yang berupa tanah milik
dengan card

sendiri

menyewa/menyakap

atau

maupun
dengan

card lain.
: keadaan rumah; berupa

x

kondisi fisik tempat

3

tinggal
rumah

responden meliputi
(atap, dinding dan

bahan
lantai),

pembuat
ukuran

rumah, sarana penerangan, sumber air bersih
serta pemilikan kamar mandi dan WC

: kekayaan;

x

berupa n i l a i

barang-barang

ber-

4

h a r g a b e r u p a hewan t e r n a k ,
h i b u r a n dan a l a t
responden
Keempat

indikator

faktor

a l a t komunikasi/

t r a n s p o r t a s i yang d i m i l i k i

(dalam r u p i a h ) .
variabel

itu

merupakan

faktor-

berlaku

sebagai

yang secara t e o r i t i s diduga

determinan s t a t u s s o s i a l .

C.2.

Perilaku Petani
Indikator-indikator

yang d i g u n a k a n u n t u k

meli-

h a t p e r i l a k u p e t a n i ( y a n g t e r d i r i d a r i aspek

pengeta-

huan,

berdasar

s i k a p dan k e t r a m p i l a n ) d i k e l o m p o k k a n

subject matter,
(a) y

yaitu

: teknologi

:

pertanian

1

y

: pengetahuan t e n t a n g t e k n o l o g i p e r t a n i a n

11
y

: s i k a p terhadap tekonologi

pertanian

12
: penerapan t e k n o l o g i p e r t a n i a n
13
M a t e r i t e k n o l o g i p e r t a n i a n i n i digunakan
Y

ukuran,

mengingat

i n i l a h yang

merupakan

yang

penggunaan

dimaksud a d a l a h
bibit/benih

pengolahan

unggul,

pemupukan

p e m b e r a n t a s a n hama dan p e n y a k i t .
: kelompok

(b) y

tani

2
y

: p e n g e t a h u a n t e n t a n g kelompok

tani

21
: s i k a p t e r h a d a p kelompok t a n i

Y

22
: k e a n g g o t a a n d a l a m kelompok

Y

23

paket

Teknologi per-

utama d a l a m p e n y u l u h a n p e r t a n i a n .
tanian

sebagai

tani

tanah,
serta

Kelompok t a n i merupakan s a l a h s a t u
l u h a n yang d i a n g g a p

sebagai

pembangunan p e r t a n i a n d i

m a t e r i penyu-

t i t i k

tolak

dalam

lokasi penelitian (hasil

wawancara dengan Kontak T a n i d i desa Rende).

(c) y

: kredit

3
: pengetahuan t e n t a n g k r e d i t

Y

31
: s i k a p terhadap k r e d i t

Y

32
: penerapan k r e d i t
33
K r e d i t merupakan s a l a h s a t u p a k e t t e k n o l o g i

Y

yang

m u l a i mendapat tanggapan d a r i s e b a g i a n m a s y a r a k a t
Rende.

Alasan

l a i n dipakainya

indikator

i n i

a d a l a h adanya rencana pembukaan kesempatan mendapatkan k r e d i t untuk usahatani lahan k e r i n g
(dl y

: R e h a b i l i t a s i Lahan dan K o n s e r v a s i Tanah

4
y

: pengetahuan t e n t a n g RLKT

41
: s i k a p t e r h a d a p RLKT

y
42

: pelaksanaan RLKT

Y

43
Paket
RLKT

teknologi

yang masuk k e Rende

a d a l a h p r o y e k Usaha P e l e s t a r i a n

Alam (UPSA) dengan dana I n p r e s .
puti

tatacara

yang

t e r d i r i d a r i penterasan,

: K e l u a r g a Berencana (KB)

(e) y

5
: pengetahuan t e n t a n g KB

Y

51
: s i k a p t e r h a d a p KB

y

52
: penerapan KB

y

53

ha1

Sumberdaya

Proyek i n i m e l i -

pemanfaatan l a h a n

tahunan dan sebagainya.

dalam

kering

penanaman

miring
tanaman