ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PENGUSAHA KERIPIK SINGKONG PIKSET RENDE CIKALONG WETAN DI DESA RENDE, KECAMATAN CIKALONG WETAN, KABUPATEN BANDUNG BARAT.

(1)

No. Daftar FPIPS : 1415/UN.40.2.5.3/PL/2012

ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PENGUSAHA KERIPIK SINGKONG PIKSET RENDE CIKALONG WETAN DI DESA RENDE, KECAMATAN CIKALONG WETAN,

KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pariwisata

Oleh : Ersan Dwi Putera

NIM. 0800648

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI KATERING

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Analisis Kelayakan Bisnis Pengusaha

Keripik Singkong Pikset Rende Cikalong

Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong

Wetan, Kabupaten Bandung Barat

Oleh Ersan Dwi Putera

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Ersan Dwi Putera 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

ERSAN DWI PUTERA

“ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PENGUSAHA KERIPIK SINGKONG PIKSET RENDE CIKALONG WETAN DI DESA RENDE, KECAMATAN CIKALONG WETAN,

KABUPATEN BANDUNG BARAT” DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING

Pembimbing I

Dr. Hj. Ratih Hurriyati, M.Si. NIP. 19680225 199301 2 001

Pembimbing II

Caria Ningsih, SE.,M.Si. NIP. 19800131 200812 2 002

Mengetahui, Ketua Program Studi Manajemen Industri Katering

Agus Sudono, SE.,MM. NIP. 19820508 200812 1 002


(4)

ABSTRAK

ERSAN DWI PUTERA, Analisis Kelayakan Bisnis Pengusaha Keripik Singkong Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, di bawah bimbingan Dr. Hj. Ratih Huriyati, M.Si. dan Caria Ningsih, SE., M.Si.

Seperti kita ketahui bahwa beberapa tahun terakhir ini camilan berbahan baku singkong khususnya keripik sedang digandrungi oleh sebagian besar masyarakat perkotaan. Pikset Rende Cikalong Wetan merupakan salah satu perusahaan pertama di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan yang memproduksi keripik singkong. Perusahaan ini bertujuan untuk melakukan ekspansi usaha. Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan sebuah industri rumahan bidang pengolahan keripik singkong menyangkut aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek ekonomi dan keuangan, serta metode penilaian investasi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi literatur. Untuk mengolah data menggunakan program

microsoft office excel 2007.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil bahwa dari segi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek ekonomi dan keuangan, usaha keripik singkong yang dijalankan Pikset Rende Cikalong Wetan layak untuk dilaksanakan. Karena tidak ada faktor yang menghambat kegiatan produksi keripik dari tiap aspek. Hasil analisis metode penilaian investasi didapat dari pengujian tiga skenario yang terdiri dari skenario A (tanpa penambahan alat), skenario B (penambahan alat produksi dan bahan baku), skenario C (penambahan varian rasa). Skenario B merupakan skenario yang memberikan keuntungan paling besar dibandingkan dengan skenario A dan skenario C. Berdasarkan hasil analisis finansial, nilai NPV skenario B lebih besar dari skenario A dan C yaitu Rp 555.036.420. Dari segi PI, skenario B mempunyai nilai terbesar yaitu 2,278. Hal ini menunjukkan bahwa pada skenario B perusahaan akan mengalami 2,278 aktivitas keuntungan. Pengembalian biaya (payback period) yang relatif paling cepat terdapat pada skenario B yaitu 7,537 bulan. Sedangkan IRR yang paling tinggi nilainya terdapat pada skenario C yaitu 38,26%. Dengan kata lain, perusahaan akan mendapat persentase keuntungan sebesar 38,26% selama umur ekonomisnya (5 tahun).

Kata kunci:


(5)

ABSTRACT

Ersan DWI PUTERA, Entrepreneur Business Feasibility Analysis Cassava Chips Pikset Rende Cikalong Wetan at Rende Village, District Cikalong Wetan, West Bandung regency, under the guidance of Dr. Hj. Ruth Huriyati, M.Sc. and Caria Ningsih, SE., M.Sc.

As we know that the last few years in particular snack made from raw cassava chips are loved by most of the urban community. Pikset Rende Cikalong Wetan is one of the first companies in the Village Rende, District Cikalong Wetan producing cassava chips. The company aims to expand the business. Under these conditions, the study aims to analyze the feasibility of a cottage industry of cassava chips processing field concerning the market and marketing, technical and technological aspects, economic and financial aspects, and methods of investment appraisal. Method of data collection by observation, interviews, documentation, and literature. To process the data using microsoft office excel 2007 program.

Based on the results of the study, showed that in terms of the market and marketing, technical and technological aspects, economic and financial aspects, business cassava chips that run Pikset Rende Cikalong Wetan feasible. Since there are no factors that inhibit the production of chips from each aspect. The results of the analysis of investment appraisal methods derived from testing three scenarios consisted of scenario A (without additional tools), scenario B (addition of production equipment and raw materials), scenario C (addition of flavors). Scenario B is a scenario that provides the most advantages compared to scenario A and scenario C. Based on the results of the financial analysis, NPV of scenario B greater than scenario A and C that is Rp 555,036,420. In terms of PI, scenario B has the largest value is 2.278. This shows that in scenario B activity 2.278 companies will experience gains. Returns cost (payback period) is relatively most rapidly under scenario B is 7.537 months. While most high IRR values under scenario C is 38.26%. In other words, the company will receive a percentage gain of 38.26% over the economic useful life (5 years).

Keywords:


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 IdentifikasiMasalah ... 5

1.3 TujuanPenelitian ... 6

1.4 ManfaatPenelitian ... 7

1.4.1 ManfaatTeoritis ... 7

1.4.2 ManfaatPraktis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 KajianPustaka ... 8

2.1.1 Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) ... 8

2.1.2 TinjauanUmumStudiKelayakanBisnis ... 9


(7)

2.1.4 TujuanStudiKelayakanBisnis ... 11

2.1.5 Aspek-aspekStudiKelayakanBisnis ... 12

2.1.6 MetodePenilaianInvestasi ... 15

2.1.7 Visi, Misi, danTujuan Perusahaan ... 18

2.1.7.1 Visi Perusahaan ... 18

2.1.7.2 Misi Perusahaan ... 18

2.1.7.3 Tujuan Perusahaan ... 19

2.1.8 KajianEmpirikBeberapaHasilPenelitianTerdahulu .... 20

2.2 KerangkaPemikiran ... 21

2.3 Hipotesis ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek ... 26

3.2 DesainPenelitian ... 26

3.3 MetodePenelitian ... 27

3.4 DefinisidanOperasionalisasiVariabel ... 28

3.4.1 DesainVariabel ... 28

3.4.2 OperasionalVariabel ... 29

3.5 Populasi ... 29

3.6 TeknikPengumpulan Data ... 30

3.7 LokasiPenelitian ... 31

3.8 TeknikAnalisis Data ... 32


(8)

3.8.2 TeknisdanManajemenOperasi ... 33

3.8.3 EkonomidanKeuangan ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HasilPenelitian ... 35

4.1.1 SejarahPiksetRendeCikalongWetan ... 35

4.2 Pembahasan ... 35

4.2.1 AnalisisAspek-aspek Non Finansial ... 35

4.2.2 AspekPasardanPemasaran ... 36

4.2.2.1 DayaSerapPasar ... 36

4.2.2.2 KondisiPemasaran ... 37

4.2.2.3 Persaingan di Masa Akan Datang ... 38

4.2.2.4 H a s i l A n a l i s i s A s p e k P a s a r 3 9 4 . 2 . 3 AspekTeknisdanTeknologi ... 39

4 . 2 . 3 . 1 StrategiProduksidanPerencanaanProduk ... 39

4 . 2 . 3 . 2 Proses PemilihanTeknologiuntuk Produksi ... 40

4 . 2 . 3 . 3 PenentuanKapasitasProduksi yang Optimal ... 41


(9)

4 . 2 . 3 . 4

Letak Usaha danLayoutnya ... 41

4 . 2 . 3 . 5 RencanaOperasionaldalam Hal Jumlah Produksi ... 45

4.2.3.6 RencanaPengendalianPersediaanBahan ... 46

4.2.3.7 PengawasanKualitasProduk ... 46

4.2.3.8 HasilAnalisisAspekTeknisdan Teknologi ... 47

4.2.4 AspekOrganisasidanManajemen ... 47

4.2.5 AspekEkonomidanKeuangan ... 48

4.2.6 MetodePenilaianInvestasi ... 49

4.2.6.1 MetodePenilaianInvestasiSkenario A (TanpaPenambahanAlat) ... 50

4.2.6.2 MetodePenilaianInvestasiSkenario B (PenambahanAlatProduksidanBahan Baku) ... 55

4.2.6.3 MetodePenilaianInvestasiSkenario C (Penambahan Varian Rasa) ... 60

4.2.7 PerbandinganHasilPenilaianInvestasiKetiga Skenario ... 65


(10)

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT PENULIS DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Nama-nama Perusahaan KeripikSingkong di DesaRende ... 2

Tabel 1.2 JumlahProduksiPiksetRendeCikalongWetan per Tahun ... 3

Tabel 2.1 Kriteria Usaha Mikro, Kecil, danMenengah (UMKM) ... 9

Tabel 2.2 HasilPenelitianTerdahulu ... 20

Tabel 3.1 OperasionalVariabelPenelitian ... 29

Tabel 4.1 JumlahProduksidanNilaiPenjualanKeripikSingkong (Skenario A) ... 51

Tabel 4.2 BiayaInvestasiPiksetRendeCikalongWetan (Skenario A) ... 51

Tabel 4.3 BiayaReinvestasiPiksetRendeCikalongWetan (Skenario A) ... 52

Tabel 4.4 BiayaOperasionalPerTahunPiksetRendeCikalongWetan (Skenario A) ... 52

Tabel 4.5 BiayaTetapPerTahunPiksetRendeCikalongWetan (Skenario A) ... 53 Tabel 4.6 JumlahProduksidanNilaiPenjualanKeripikSingkong


(11)

(Skenario B) ... 56 Tabel 4.7 BiayaInvestasiPiksetRendeCikalongWetan (Skenario B) ... 56 Tabel 4.8 BiayaReinvestasiPiksetRendeCikalongWetan (Skenario B) ... 57 Tabel 4.9 BiayaOperasionalPerTahunPiksetRendeCikalongWetan

(Skenario B) ... 57 Tabel 4.10 BiayaTetapPerTahunPiksetRendeCikalongWetan

(Skenario B) ... 58 Tabel 4.11 JumlahProduksidanNilaiPenjualanKeripikSingkong

(Skenario C) ... 61 Tabel 4.12 BiayaInvestasiPiksetRendeCikalongWetan (Skenario C) ... 61 Tabel 4.13 BiayaReinvestasiPiksetRendeCikalongWetan (Skenario C) ... 62 Tabel 4.14 BiayaOperasionalPerTahunPiksetRendeCikalongWetan

(Skenario C) ... 62 Tabel 4.15 BiayaTetapPerTahunPiksetRendeCikalongWetan

(Skenario C) ... 63 Tabel 4.16 PerbandinganHasilPenilaianInvestasiKetigaSkenario ... 65


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 KerangkaPemikiranAnalisisKelayakanBisnisPengusahaPikset RendeCikalongWetan di DesaRende, KecamatanCikalong

Wetan, Kabupaten Bandung Barat ... 24 Gambar 2.2 ParadigmaPenelitian ... 24

G a m b a r 4 . 1

G r a f i k P e n j u a l a n P i k s e t R e n d e C i k a l o n g W e t a n p e r T a h u n ... 36

G a m b a r 4 . 2

S k e m a A l i r a n P e m a s a r a n PiksetRendeCikalo ngWetan 38

G a m b a r 4 . 3

BeberapaPeralatan yang Digunakan


(13)

G a m b a r 4 . 4 PetaKabupaten Bandung Barat ... 41

G a m b a r 4 . 5

ProdukPiksetRendeCikalongWetan ... 43

G a m b a r 4 . 6

Layout p e r u s a h a a nP iksetRendeCikalongWetan ... 45

G a m b a r 4 . 7

B a g a n S O P PiksetRendeCikalongWetan ... 47 Gambar 4.8 BaganGambaranUmumStrukturOrganisasiPiksetRende


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia kepariwisataan dewasa ini sedang mendapat perhatian dan sorotan yang sangat meningkat di berbagai negara. Hal ini terbukti dengan banyaknya yang mendirikan agen-agen perjalanan, hotel, objek wisata, restoran, sentra oleh-oleh dan lain sebagainya. Jadi tidak heran lagi jika banyak negara-negara yang berusaha ingin mengembangkan dunia kepariwisataannya. Pariwisata juga identik dengan istilah wisata kuliner. Sekarang ini tren wisata kuliner sedang bergema di beberapa tempat. Bahkan stasiun televisi pun turut menyajikan program wisata kuliner. Secara sepintas, pengertian wisata kuliner ini sebagai jalan-jalan yang tujuannya untuk makan, karena selama melakukan kegiatan wisata sudah pasti para pesertanya perlu untuk makan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat tahun 2011, wisata kuliner adalah wisata yang dilakukan untuk menikmati aneka ragam masakan dari berbagai daerah. Selain restoran, biasanya para wisatawan mengunjungi sentra oleh-oleh atau tempat lainnya untuk melepas rasa lapar. Maka tidak heran apabila di setiap daerah tujuan wisata selalu terdapat sentra oleh-oleh khas daerah tersebut. Hal ini tentunya dapat menjadi suatu daya tarik tersendiri bagi para pelaku ekonomi industri makanan khususnya industri makanan olahan untuk terus mengembangkan usahanya. Penyebabnya karena sampai saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap bahwa makanan merupakan


(15)

2

suatu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Seperti kita ketahui bahwa beberapa tahun terakhir ini camilan berbahan baku singkong khususnya keripik sedang digandrungi oleh sebagian besar masyarakat perkotaan. Citarasanya yang gurih dan pedas membuat orang yang mengonsumsinya menjadi ketagihan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya produk-produk keripik singkong dengan citarasa pedas yang ditawarkan dengan tingkat kepedasan yang beragam. Merek dari produk keripik singkong tersebut antara lain, Maicih, Karuhun, Kribo, Bukan Si Emak, dan lain-lain.

Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu daerah yang banyak terdapat kegiatan sektor perindustrian dan perdagangannya. Diantaranya, bidang industri makanan, minuman, pengolahan batu, daur ulang sampah, konveksi, dan lain sebagainya. Desa Rende adalah salah satu desa di Kecamatan Cikalong Wetan yang terdapat industri pengolahan singkong menjadi keripik yang berskala rumahan.

Tabel 1.1

Nama-nama Perusahaan Keripik Singkong di Desa Rende

No. Nama Perusahaan Alamat

1 Pikset Rende Cikalong Wetan

Kampung Rende Kidul, Desa Rende, RT. 01/12, Kec. Cikalong Wetan, Kab. Bandung Barat

2 Family

Kampung Rende Kidul, Desa Rende, RT. 02/12, Kec. Cikalong Wetan, Kab. Bandung Barat

3 Perih

Kampung Rende Kidul, Desa Rende, RT. 02/12, Kec. Cikalong Wetan, Kab. Bandung Barat


(16)

3

4 Doa Ibu

Kampung Rende Kidul, Desa Rende, RT. 02/12, Kec. Cikalong Wetan, Kab. Bandung Barat

5 Raja

Kampung Rende Kidul, Desa Rende, RT. 02/12, Kec. Cikalong Wetan, Kab. Bandung Barat Sumber : Data diolah, 2012.

Pikset Rende Cikalong Wetan merupakan salah satu perusahaan pertama di Desa Rende yang memproduksi keripik singkong. Perusahaan ini juga memberikan dampak yang baik bagi masyarakat sekitar. Karena dengan adanya Pikset Rende Cikalong Wetan, masyarakat yang sebelumnya tidak mempunyai pekerjaan bisa merubah nasibnya dengan bekerja di perusahaan tersebut.

Tabel 1.2

Jumlah Produksi Pikset Rende Cikalong Wetan per Tahun

No. Tahun

Jumlah Produksi (bungkus)

Growth (%)

1 2007 600.000 -

2 2008 750.000 25.00%

3 2009 800.500 6.73%

4 2010 1.110.000 38.66%

5 2011 750.000 -32.43%

Sumber : Pikset Rende Cikalong Wetan, 2012.

Berdasarkan tabel 1.2, dapat diketahui bahwa jumlah produksi Pikset Rende Cikalong Wetan mengalami kenaikan. Namun, pada tahun 2011 jumlah produksinya menurun. Hal ini disebabkan oleh bahan baku yang mulai memasuki fase kelangkaan juga bermunculannya usaha sejenis yang menjadi pesaing dari


(17)

4

Pikset Rende Cikalong Wetan. Pihak Pikset Rende Cikalong Wetan bertujuan untuk melakukan ekspansi usaha. Hal ini dikarenakan tingkat kejenuhan dari konsumen akan varian rasa yang itu-itu saja. Sampai saat ini, pihak Pikset Rende Cikalong Wetan baru bisa memproduksi keripik singkong dengan rasa asin dan pedas gurih. Di tengah persaingan yang semakin meluas, studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, terutama masyarakat yang bergerak dalam bidang dunia usaha dan bisnis. Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan dunia usaha, menuntut perlu adanya penilaian tentang seberapa besar kegiatan/kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila diusahakan kepada calon pengusaha.

Menurut Yacob Ibrahim (2009), studi kelayakan juga sering disebut dengan feasibility study yang merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian sebagai suatu studi kelayakan adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti social benefit, tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung segi penilaian yang dilakukan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk mencoba meneliti kelayakan sebuah industri rumahan bidang pengolahan keripik singkong di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat dengan judul penelitian “Analisis Kelayakan Bisnis


(18)

5

Pengusaha Keripik Singkong Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat”.

1.2 Identifikasi Masalah

Suatu penyusunan studi kelayakan bisnis diperlukan penilaian dari berbagai aspek diantaranya :

1. Bagaimana gambaran aspek pasar dan pemasaran pada pengusaha Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat?

2. Bagaimana gambaran aspek teknis dan teknologi pada pengusaha Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat?

3. Bagaimana gambaran aspek organisasi dan manajemen pada pengusaha Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat?

4. Bagaimana gambaran aspek ekonomi dan keuangan pada pengusaha Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat?

5. Bagaimana gambaran produk, hygiene, dan nutrisi pada pengusaha Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat?


(19)

6

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengkaji, dan memperoleh gambaran dan informasi tentang analisis studi kelayakan bisnis pengusaha Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat. Adapun butir-butir kritisnya antara lain :

1. Mengetahui bagaimana gambaran aspek pasar dan pemasaran pada pengusaha Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

2. Mengetahui bagaimana gambaran aspek teknis dan teknologi pada pengusaha Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

3. Mengetahui bagaimana gambaran aspek organisasi dan manajemen pada pengusaha Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

4. Mengetahui bagaimana gambaran aspek ekonomi dan keuangan pada pengusaha Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

5. Mengetahui bagaimana gambaran produk, hygiene, dan nutrisi pada pengusaha Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.


(20)

7

1.4 Manfaat Penelitian

Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dan manfaat sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis dalam melakukan penelitian ini penulis memperoleh manfaat untuk mengembangkan konsep studi kelayakan bisnis dalam bidang manajemen. Diharapkan dapat menjadi bahan pengayaan bagi program studi Manajemen Industri Katering, khususnya mengenai aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek organisasi dan manajemen, serta aspek ekonomi dan keuangan dalam suatu perusahaan pada pengusaha Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tambahan bagi perusahaan, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pemilik perusahaan dalam menganalisa studi kelayakan bisnis yang dilakoni, guna meningkatkan penjualan yang baik. Selain itu juga sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai analisis studi kelayakan bisnis pengusaha Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek

Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Menurut Moh. Nazir, Ph. D (2005:44) suatu penelitian yang dilakukan secara berurutan dengan alat dan prosedur maka itulah yang disebut metode penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2000:29), objek penelitian adalah variabel penelitian yaitu suatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan manajemen operasi, dan aspek ekonomi keuangan dari Pikset Rende Cikalong Wetan. Dengan subjek penelitian seluruh produk, alat produksi dan sumber daya manusia (SDM) yang ada di perusahaan Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

3.2 Desain Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2007:21), “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”

Penelitian ini juga membandingkan hasil analisis tiap objek satu sama lain sehingga pada akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat digunakan


(22)

27

sebagai dasar untuk memberikan saran terbaik. Aktifitas yang dilakukan oleh penulis adalah mempelajari dan menganalisis kriteria investasi pada perusahaan Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat sebagai studi kelayakan bisnis.

Sedangkan kegiatan analisis dilakukan dengan menerapkan rumus-rumus yang telah ditentukan pada data yang ada, dan untuk keperluan pengujian tersebut diperlukan serangkaian langkah-langkah yang akan dimulai dari operasionalisasi variabel hingga teknik pengumpulan data.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif dan analisis, yaitu metode yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya berdasarkan fakta-fakta atau kejadian-kejadian dan data-data yang ada, kemudian data tersebut diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang dipelajari dan dijadikan sebagai bahan pembahasan sehingga pada akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan saran terbaik.

Menurut Sugiyono (2008:53), “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain.”

Pada penelitian ini metode penelitian deskriptif analisis difokuskan kepada analisis pasar dan pemasaran yang meliputi permintaan pada masa lalu dan masa akan datang, target produksi masa akan datang, faktor – faktor permintaan masa


(23)

28

akan datang, strategi market share yang digunakan. Analisis teknis dan manajemen operasi yang meliputi lokasi, peralatan proses produksi, sistem organisasi, sistem pengadaan sumber daya manusia (SDM), dan menganalisis ekonomi keuangan yang akan meliputi investasi dan pendapatan pada masa akan datang.

3.4 Definisi dan Operasionalisasi Variabel 3.4.1 Desain Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang terbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang menpunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. (Hatch dan Farhadi (1981) pada Sugiyono, (2006:31)).

Dinamakan variabel karena ada variasinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.


(24)

29

3.4.2 Operasional Variabel

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian Variabel Konsep

Teoritis

Konsep Empirik

Konsep Analisis Skala

Analisis Studi Kelayakan Bisnis

“ Analisis Studi

Kelayakan Bisnis

adalah studi

kelayakan proyek

adalah penelitian

tentang dapat

tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan investasi)

dilaksanakan dengan

berhasil. Istilah

“proyek” mempunyai

arti suatu pendirian

usaha baru atau

pengenalan sesuatu (barang maupun jasa) yang baru ke dalam

suatu produk mix

yang sudah ada

selama ini.

(Jumingan, 2009)

Kriteria Investasi

Kriteria Investasi: 1. Payback Period (PP)

Layak : PP sekarang < umur investasi (umur ekonomis) Tidak Layak : PP sekarang umur investasi (umur ekonomis) 2. Net Present Value (NPV)

Layak : NPV = Positif Tidak Layak : NPV = Negatif 3. Internal Rate of Return (IRR)

Layak : IRR > Presentase biaya modal (bunga kredit)

Tidak Layak : IRR Presentase biaya modal (bunga kredit)

4. Profitability Index (PI) Layak : PI > 1 Tidak Layak : PI 1

Ratio

3.5 Populasi

Menurut Sugiyono (2009:61) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk diteliti dan kemudian ditarik sampelnya.

Istilah lain dari populasi adalah sumber data. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Furqon (2004 :146) bahwa “Populasi dapat didefinisikan sebagai kumpulan obyek, atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik umum yang sama.”


(25)

30

Adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh produk, peralatan, proses produksi dan sumber daya manusia pada Keripik Singkong Mang Yanto di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Seorang peneliti, pelaku ekonomi atau pimpinan sebuah organisasi selalu

membutuhkan data yang dijadikan sebuah landasan objektif dalam membuat suatu keputusan/menarik kesimpulan dari penelitiannya. Semakin baik data yang diperoleh dan dipakai, maka semakin baik pula keputusan yang diperoleh.

Teknik pengumpulan data merupakan teknik yang digunakan untuk diterapkan seseorang atau kelompok, untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian.

Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi

Penulis terjun langsung di dalam penelitian dengan mengadakan pengamatan, peninjauan langsung, dan pencatatan langsung terhadap objek (perusahaan keripik singkong).

2. Wawancara

Penulis melakukan tanya jawab secara langsung dalam mengumpulkan data kepada pemilik perusahaan Pikset Rende Cikalong Wetan di Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.


(26)

31

3. Studi Dokumentasi

Penulis mengadakan studi atas dokumen-dokumen yang dijadikan sebagai data penelitian.

4. Studi Literatur

Studi atau pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku teori, literatur, majalah, browsing melalui internet dan penelitian-penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas oleh penulis dalam penelitiannya.

3.7 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan di perusahaan Pikset Rende Cikalong Wetan yang berlokasi di Kampung Rende Kidul, RT. 01/12. Desa Rende, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian karena Desa Rende adalah salah satu desa di Kecamatan Cikalong Wetan yang terdapat industri pengolahan singkong menjadi keripik yang berskala rumahan. Pikset Rende Cikalong Wetan merupakan salah satu perusahaan pertama di Desa Rende yang memproduksi keripik singkong. Perusahaan ini juga memberikan dampak yang baik bagi masyarakat sekitar. Karena dengan adanya Pikset Rende Cikalong Wetan, masyarakat yang sebelumnya tidak mempunyai pekerjaan bisa merubah nasibnya dengan bekerja di perusahaan tersebut.


(27)

32

3.8 Teknik Analisis Data

Setiap penelitian, pastinya peneliti akan melewati tahap analisis data setelah data yang dibutuhkan diperoleh. Analisis data tersebut dilakukan dengan teknik yang bermacam-macam tergantung jenis datanya, dan diharapkan analisis ini akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian.

3.8.1 Pasar dan Pemasaran

Pembahasan yang dilakukan dalam aspek pasar dan pemasaran ini bertujuan untuk menguji serta menilai sejauh mana pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat mendukung pengembangan usaha/proyek yang direncanakan.

Menurut Yacob Ibrahim (2009:100) Faktor utama yang perlu dinilai dalam aspek pasar dan pemasaran antara lain :

a. Jumlah permintaan produk di masa lalu dan masa kini serta kecenderungan permintaan di masa akan datang.

b. Berdasarkan pada angka proyeksi (perkiraan), berapa besar kemungkinan

market share (pasar potensial) yang tersedia di masa yang akan datang.

c. Berapa besar market share yang direncanakan berdasarkan pada rencana produksi.

d. Faktor-faktor apa saja yang mungkin mempengaruhi permintaan di masa yang akan datang.

e. Strategi apa saja yang perlu dilakukan dalam meraih market share yang telah direncanakan.


(28)

33

Secara ringkas, baik tidaknya aspek pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat dilihat dari segi daya serap pasar, kondisi pemasaran, dan besarnya persaingan di masa yang akan datang.

3.8.2 Teknis dan Manajemen Operasi

Aspek teknis dan manajemen operasi merupakan lanjutan dari aspek pemasaran. Kegiatan ini timbul apabila sebuah gagasan usaha/proyek yang direncanakan telah menunjukkan peluang yang cukup cerah dilihat dari segi pemasaran. Menurut Yacob Ibrahim (2009:118) Aspek pokok yang perlu dibahas dalam aspek teknis produksi antara lain, masalah lokasi, luas produksi, proses produksi, peralatan yang digunakan, serta lingkungan yang berhubungan dengan proses produksi. Sedangkan dalam manajemen operasi, yang perlu mendapat perhatian adalah masalah perencanaan, pengorganisasian, pengadaan tenaga kerja, pengarahan pekerjaan, dan pengawasan.

3.8.3 Ekonomi dan Keuangan

Jika sebuah gagasan usaha/proyek yang direncanakan telah layak dilihat dari aspek pemasaran dan teknis produksi, langkah selanjutnya adalah mengadakan penilaian dari aspek ekonomi dan keuangan. Hal ini menyangkut dengan biaya investasi, modal kerja, maupun yang berhubungan dengan pengaruh proyek terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan.

Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan proyek, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, biaya pemasangan, biaya


(29)

34

studi kelayakan, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pembangunan proyek. Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah pembangunan proyek siap, terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).

Selain biaya investasi dan modal kerja, yang perlu diperhatikan juga dalam aspek keuangan adalah sumber modal, proses perputaran keuangan, asas pembelanjaan, break even point, dan analisis profit, serta dampak proyek terhadap perokonomian masyarakat secara keseluruhan. Diharapkan dengan adanya pembahasan yang dilakukan dari aspek ini akan menjamin kontinuitas dan kelancaran usaha yang direncanakan.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan oleh penulis, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut:

1. Hasil analisis aspek pasar dan pemasaran menunjukkan bahwa walaupun sedang mengalami kelesuan, tetapi pengusahaan keripik singkong ini layak untuk diusahakan. Karena perusahaan masih bisa mengeksplorasi varian dari produknya. Contohnya, keripik singkong balado, keripik singkong pedas manis, keripik singkong rasa keju. Ketersediaan bahan baku yang melimpah di sekitar wilayah tersebut, maka perusahaan mencoba untuk memanfaatkan dan mengembangkannya sehingga bahan baku singkong itu memiliki nilai ekonomis. Hal ini pun menjadi salah satu faktor bahwa usaha ini layak untuk dijalankan

2. Hasil analisis aspek teknis dan teknologi menunjukkan bahwa usaha pembuatan keripik singkong yang sedang dijalankan oleh Pikset Rende Cikalong Wetan adalah layak dijalankan. Walaupun pihak perusahaan menggunakan teknologi yang sederhana dalam proses produksinya, hal tersebut justru memberikan nilai lebih dalam keuntungan yang didapat. Secara teknis, keberadaan usaha ini pun telah diberi izin oleh pihak berwenang setempat. Adapun teknis perizinan yang dilakukan oleh


(31)

68

perusahaan yaitu dengan cara mengajukan surat kepada pihak Rukun Tetangga (RT) lalu kemudian diteruskan kepada pihak Rukun Warga (RW). Setelah itu, perusahaan juga mengajukan surat ke pihak kantor desa dan dilanjutkan ke pihak kecamatan. Masyarakat sekitar pun sangat terbuka dan mendukung adanya usaha ini. Karena mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat lingkungan sekitar.

3. Hasil analisis aspek organisasi dan manajemen menunjukkan bahwa walaupun perusahaan ini belum memiliki struktur organisasi formal, tetapi perusahaan ini tetap layak untuk dijalankan. Karena setiap orang yang ikut dalam kegiatan produksi tersebut mempunyai pembagian tugas yang jelas. 4. Dari ketiga skenario yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa skenario B

merupakan skenario yang memberikan keuntungan paling besar dibandingkan dengan skenario A dan skenario C. Pengembalian biaya (payback period) pada skenario B pun relatif cepat. Walaupun skenario A dan skenario C mempunyai keuntungan lebih kecil daripada skenario B, skenario C tersebut mempunyai nilai IRR paling besar. Tingkat pengembalian biaya pada skenario C relatif lebih lambat daripada skenario B.

5. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan Pikset rende Cikalong Wetan merupakan keripik pedas dan asin yang dikemas dalam kemasan plastik berukuran 75 g. Produk ini dijual kepada agen penjual makanan ringan per pak isi 20 bungkus kecil dengan harga Rp 7.200. Kemasan dari produk ini sangat sederhana, hanya berupa plastik yang direkatkan dengan staples.


(32)

69

Hal tersebut belum bisa menjamin higienitas dari produk tersebut, karena kemasan seperti itu rentan terhadap kontaminasi bakteri. Dilihat dari aspek gizinya, produk ini tidak begitu istimewa. Karena selain melalui proses penggorengan, produk ini juga dibumbui dengan Monosodium Glutamate (MSG) yang tidak terlalu terkontrol penggunannya. Kadar Vitamin C pada produk ini cukup tinggi. Hal ini bersumber dari pembubuhan bubuk cabe sebagai bumbunya, selebihnya cenderung berdampak negatif yang dapat dilihat dari penggunaan minyak goreng bekas yang berulang kali dan penambahan MSG yang berlebih.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Walaupun hasil penelitian pada aspek-aspek non finansial sudah dinyatakan layak semua, sebaiknya pihak Pikset Rende Cikalong Wetan lebih meningkatkan lagi kinerja perusahaannya. Seperti, peningkatan SOP, melebarkan jangkauan pemasaran, meningkatkan hygiene dan sanitasi pada proses produksinya, dan memperhatikan lingkungan kerja. Hal ini dimaksudkan agar manfaat yang diterima perusahaan maupun lingkungan sekitarnya bisa lebih besar lagi.

2. Pihak Pikset Rende Cikalong Wetan sebaiknya melakukan ekspansi usaha yaitu dengan menambah varian rasa. Salah satunya adalah varian rasa keju (skenario C). Selain lebih menguntungkan, ekspansi tersebut dapat


(33)

70

menghilangkan kejenuhan konsumen terhadap varian rasa produk yang selama ini ditawarkan. Dimana citarasa keju tersebut bisa dikategorikan sebagai citarasa untuk segala usia. Sedangkan citarasa pedas dan asin, hanya disukai sebagian orang saja.

3. Pihak Pikset Rende Cikalong Wetan sebaiknya lebih jeli lagi dalam melihat situasi pasar. Sehingga produk yang dihasilkan tidak monoton dan kejenuhan konsumen pun tidak akan terjadi.

4. Pihak Pikset Rende Cikalong Wetan sebaiknya menetapkan harga yang lebih tinggi untuk produknya karena walaupun usaha yang dijalankan saat ini dapat dikatakan layak tetapi manfaat yang diperoleh masih sangat kecil sehingga dalam pengembalian seluruh biaya investasinya membutuhkan waktu yang relatif lama.

5. Bagi masyarakat yang tertarik pada usaha pembuatan keripik singkong ini, walaupun sudah dikatakan layak untuk diusahakan tetapi tetap harus memperhitungkan dengan matang. Terlebih pada penetapan harga jualnya agar manfaat yang diterima sebanding dengan biaya yang dikeluarkan serta waktu yang dibutuhkan dalam pengembalian investasinya pun tidak terlalu lama.


(34)

DAFTAR PUSTAKA Literatur:

Arikunto, S. (2000). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi

Keempat). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Furqon. (2004). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Husein, U. (2003). Studi Kelayakan dalam Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ibrahim, Y. M. (2009). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.

Jumingan. (2009). Studi Kelayakan Bisnis, Teori dan Pembuatan Kelayakan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Skripsi:

Mochamad Evan Setya Maulana. (2008). “Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan

Bandeng Isi Pada Banisi Di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat”. Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Shinta Ayu Wydiastuti. (2008). “Analisis Kelayakan Bisnis Waralaba pada

Perusahaan Franchise dengan Kriteria Investasi”. Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Website:

NN. (2010). Kriteria UU UMKM Nomor 20 Tahun 2008. Tersedia: http://www.depkop.go.id [5 desember 2012]

Riky Nurdiana. (2010). Geografi. Tersedia: http:// www.bandungbaratkab.go.id [8 Februari 2013]

Sugiarto. (2011). Pengertian Manajemen. Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/4994224/pengertian-manajemen [5 desember 2012]


(1)

34

studi kelayakan, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pembangunan proyek. Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah pembangunan proyek siap, terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).

Selain biaya investasi dan modal kerja, yang perlu diperhatikan juga dalam aspek keuangan adalah sumber modal, proses perputaran keuangan, asas pembelanjaan, break even point, dan analisis profit, serta dampak proyek terhadap perokonomian masyarakat secara keseluruhan. Diharapkan dengan adanya pembahasan yang dilakukan dari aspek ini akan menjamin kontinuitas dan kelancaran usaha yang direncanakan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan oleh penulis, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut:

1. Hasil analisis aspek pasar dan pemasaran menunjukkan bahwa

walaupun sedang mengalami kelesuan, tetapi pengusahaan keripik singkong ini layak untuk diusahakan. Karena perusahaan masih bisa mengeksplorasi varian dari produknya. Contohnya, keripik singkong balado, keripik singkong pedas manis, keripik singkong

rasa keju. Ketersediaan bahan baku yang melimpah di sekitar wilayah

tersebut, maka perusahaan mencoba untuk memanfaatkan dan mengembangkannya sehingga bahan baku singkong itu memiliki nilai ekonomis. Hal ini pun menjadi salah satu faktor bahwa usaha ini layak untuk dijalankan

2. Hasil analisis aspek teknis dan teknologi menunjukkan bahwa

usaha pembuatan keripik singkong yang sedang dijalankan oleh Pikset Rende Cikalong Wetan adalah layak dijalankan. Walaupun pihak perusahaan menggunakan teknologi yang sederhana dalam proses produksinya, hal tersebut justru memberikan nilai lebih dalam keuntungan yang didapat. Secara teknis, keberadaan usaha ini pun telah diberi izin oleh pihak berwenang setempat. Adapun teknis perizinan yang dilakukan oleh


(3)

68

perusahaan yaitu dengan cara mengajukan surat kepada pihak Rukun Tetangga (RT) lalu kemudian diteruskan kepada pihak Rukun Warga (RW). Setelah itu, perusahaan juga mengajukan surat ke pihak kantor desa dan dilanjutkan ke pihak kecamatan. Masyarakat sekitar pun sangat terbuka dan mendukung adanya usaha ini. Karena mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat lingkungan sekitar.

3. Hasil analisis aspek organisasi dan manajemen menunjukkan bahwa walaupun perusahaan ini belum memiliki struktur organisasi formal, tetapi perusahaan ini tetap layak untuk dijalankan. Karena setiap orang yang ikut dalam kegiatan produksi tersebut mempunyai pembagian tugas yang jelas. 4. Dari ketiga skenario yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa skenario B

merupakan skenario yang memberikan keuntungan paling besar dibandingkan dengan skenario A dan skenario C. Pengembalian biaya (payback period) pada skenario B pun relatif cepat. Walaupun skenario A dan skenario C mempunyai keuntungan lebih kecil daripada skenario B, skenario C tersebut mempunyai nilai IRR paling besar. Tingkat pengembalian biaya pada skenario C relatif lebih lambat daripada skenario B.

5. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan Pikset rende Cikalong Wetan merupakan keripik pedas dan asin yang dikemas dalam kemasan plastik berukuran 75 g. Produk ini dijual kepada agen penjual makanan ringan per pak isi 20 bungkus kecil dengan harga Rp 7.200. Kemasan dari produk ini sangat sederhana, hanya berupa plastik yang direkatkan dengan staples.


(4)

Hal tersebut belum bisa menjamin higienitas dari produk tersebut, karena kemasan seperti itu rentan terhadap kontaminasi bakteri. Dilihat dari aspek gizinya, produk ini tidak begitu istimewa. Karena selain melalui proses penggorengan, produk ini juga dibumbui dengan Monosodium Glutamate (MSG) yang tidak terlalu terkontrol penggunannya. Kadar Vitamin C pada produk ini cukup tinggi. Hal ini bersumber dari pembubuhan bubuk cabe sebagai bumbunya, selebihnya cenderung berdampak negatif yang dapat dilihat dari penggunaan minyak goreng bekas yang berulang kali dan penambahan MSG yang berlebih.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Walaupun hasil penelitian pada aspek-aspek non finansial sudah dinyatakan layak semua, sebaiknya pihak Pikset Rende Cikalong Wetan lebih meningkatkan lagi kinerja perusahaannya. Seperti, peningkatan SOP, melebarkan jangkauan pemasaran, meningkatkan hygiene dan sanitasi pada proses produksinya, dan memperhatikan lingkungan kerja. Hal ini dimaksudkan agar manfaat yang diterima perusahaan maupun lingkungan sekitarnya bisa lebih besar lagi.

2. Pihak Pikset Rende Cikalong Wetan sebaiknya melakukan ekspansi usaha yaitu dengan menambah varian rasa. Salah satunya adalah varian rasa keju (skenario C). Selain lebih menguntungkan, ekspansi tersebut dapat


(5)

70

menghilangkan kejenuhan konsumen terhadap varian rasa produk yang selama ini ditawarkan. Dimana citarasa keju tersebut bisa dikategorikan sebagai citarasa untuk segala usia. Sedangkan citarasa pedas dan asin, hanya disukai sebagian orang saja.

3. Pihak Pikset Rende Cikalong Wetan sebaiknya lebih jeli lagi dalam melihat situasi pasar. Sehingga produk yang dihasilkan tidak monoton dan kejenuhan konsumen pun tidak akan terjadi.

4. Pihak Pikset Rende Cikalong Wetan sebaiknya menetapkan harga yang lebih tinggi untuk produknya karena walaupun usaha yang dijalankan saat ini dapat dikatakan layak tetapi manfaat yang diperoleh masih sangat kecil sehingga dalam pengembalian seluruh biaya investasinya membutuhkan waktu yang relatif lama.

5. Bagi masyarakat yang tertarik pada usaha pembuatan keripik singkong ini, walaupun sudah dikatakan layak untuk diusahakan tetapi tetap harus memperhitungkan dengan matang. Terlebih pada penetapan harga jualnya agar manfaat yang diterima sebanding dengan biaya yang dikeluarkan serta waktu yang dibutuhkan dalam pengembalian investasinya pun tidak terlalu lama.


(6)

DAFTAR PUSTAKA Literatur:

Arikunto, S. (2000). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Furqon. (2004). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Husein, U. (2003). Studi Kelayakan dalam Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ibrahim, Y. M. (2009). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.

Jumingan. (2009). Studi Kelayakan Bisnis, Teori dan Pembuatan Kelayakan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Skripsi:

Mochamad Evan Setya Maulana. (2008). “Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Bandeng Isi Pada Banisi Di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung,

Jawa Barat”. Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Shinta Ayu Wydiastuti. (2008). “Analisis Kelayakan Bisnis Waralaba pada

Perusahaan Franchise dengan Kriteria Investasi”. Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Website:

NN. (2010). Kriteria UU UMKM Nomor 20 Tahun 2008. Tersedia: http://www.depkop.go.id [5 desember 2012]

Riky Nurdiana. (2010). Geografi. Tersedia: http:// www.bandungbaratkab.go.id [8 Februari 2013]

Sugiarto. (2011). Pengertian Manajemen. Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/4994224/pengertian-manajemen [5 desember 2012]