PENGARUH PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN (Studi pada Petani di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN

(Studi pada Petani di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh

NOVA EKO SUSILO

Penyuluhan pertanian merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan aktivitas pendidikan nonformal yang ditujukan kepada petani yang melibatkan diri dalam berbagai aktivitas di sektor produksi pertanian. Salah satu materi penyuluhan yang disampaikan adalah penerapan teknologi pertanian yang bertujuan untuk peningkatan produktivitas usaha tani.

Penelitian ini dilandasi dengan teori Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian yaitu proses keputusan inovasi merupakan proses mental di mana individu melangkah dari pengetahuan awal mengenai inovasi menuju keputusan untuk mengadopsi atau menolak dan untuk mengkonfirmasi atas keputusan yang diambilnya. Teori lain adalah Teori Stimulus–Organisme–Respon, sebagai prinsip belajar yang sederhana, di mana respon merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu

Rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah pelaksanaan penyuluhan pertanian mengenai penerapan teknologi pertanian?(2) Bagaimanakah sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian (3) Seberapa besar pengaruh


(2)

penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui pelaksanaan penyuluhan pertanian mengenai penerapan teknologi pertanian (2) Untuk mengetahui sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian (3) Untuk mengetahui besarnya pengaruh penyuluhan pertanian terhadap sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian survey, dengan mengambil sampel yaitu 69 petani di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner dan dokumentasi. Data selanjutnya dianalisis menggunakan rumus Regresi Linier Sederhana.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Pelaksanaan penyuluhan pertanian masuk dalam kategori cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh data sebanyak 51 petani (73,91%) menyatakan bahwa pelaksanaan penyuluhan pertanian masuk dalam kategori cukup baik. (2) Sikap petani terhadap penerapan teknologi pertanian masuk dalam kategori cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh data sebanyak 42 petani

(

60

,

87

%)

memiliki sikap yang cukup baik terhadap penerapan teknologi pertanian. (3) Besarnya pengaruh penyuluhan pertanian terhadap sikap petani di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah dalam menerapkan teknologi pertanian adalah 69,4%. Pengaruh tersebut bernilai positif, artinya apabila frekuensi dan intensitas penyuluhan pertanian ditingkatkan maka sikap petani dalam menerapkan teknologi pertanian juga mengalami peningkatan. Sisanya sebesar 30.6% dipengaruhi oleh berbagai variabel lain yang tidak diteliti.


(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF AGRICULTURAL EXTENSION TOWARD FARMERS ATTITUDES IN THE APPLICATION

OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY

(Study on Farmers at Poncowarno Village Kalirejo District Central Lampung Regency)

By

NOVA EKO SUSILO

Agricultural extension is a term used to refer to non formal education activities aimed at farmers who engage in various activities in the agricultural production sector. One of the outreach material presented is the application of agricultural technologies that aim to increase farm productivity.

This research is based on the theory of the Adoption of Agricultural Technology Innovation as a decision of mental process in which individuals move from the initial knowledge about the innovation to the decision to adopt or reject and to confirm the decision. Another theory is the theory Stimulus-Organism-Response, a simple principle of learning, in which the response is a reaction to certain stimuli

Formulation of the problem of this research are: (1) How is the implementation of agricultural extension on adoption of agricultural technology? (2) How is the attitude of farmers in the application of agricultural technologies (3) How is the influence of agricultural extension toward farmers attitudes in the application of agricultural technology at Poncowarno Village Kalirejo District Central Lampung


(4)

the attitudes of farmers in the application of agricultural technologies (3) To determine the influence of agricultural extension toward farmers attitudes in the application of agricultural technology at Poncowarno Village Kalirejo District Central Lampung Regency

This study uses a type of survey research, by taking samples of the 69 farmers at Poncowarno Village Kalirejo District Central Lampung Regency. Data was collected through questionnaires and documentation. The data were then analyzed using simple linear regression formula.

The results of this study indicate: (1) The implementation of agricultural extension in the category quite well. This is shown by the data as many as 51 farmers (73.91%) stated that the implementation of agricultural extension in the category quite well. (2) The attitude of farmers towards the application of agricultural technologies fall into that category quite well. This is shown by the data as many as 42 farmers (60.87%) had a good attitude towards the application of agricultural technologies. (3) The influence of agricultural extension toward farmers attitudes in the application of agricultural technology at Poncowarno Village Kalirejo District Central Lampung Regency is 69.4%. The effect is positive, meaning that if the frequency and intensity of agricultural extension improved the attitude of farmers to implement agricultural technology has also increased. The remaining 30.6% influenced by other variables not examined.


(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pertanian di Indonesia adalah untuk: (1) Menjamin berlangsungnya hidup masyarakat baik yang hidup disektor pertanian melalui peningkatan pendapatan riil maupun yang hidup di sektor non pertanian

melalui penyediaan pangan yang cukup dan harga yang terjangkau; (2) Memberikan akses kepada masyarakat terhadap kebutuhan hidup di luar

pangan sejalan perkembangan aspirasi masyarakat; (3) Mengatasi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan serta kesejahteraan; (4) Mengembangkan dan meningkatkan produktivitas, kreativitas dan kewirausahaan masyarakat tani; dan (5) Mendukung serta mempercepat proses tranformasi perekonomian nasional (Kementerian Pertanian, Tahun 2009)

Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus dicanangkan dan terus dikembangkan dari tahun ke tahun. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa di masa mendatang


(6)

sektor ini masih terus harus dikembangkan guna mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia, yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur sejahtera. Salah satu upaya yang dilakukan dalam mencapai tujuan pembangunan pertanian adalah dengan penyuluhan pertanian (Totok Mardikanto, 1991:10).

Penyuluhan pertanian merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan aktivitas pendidikan nonformal yang ditujukan kepada petani yang melibatkan diri dalam berbagai aktivitas di sektor produksi pertanian. Istilah penyuluhan pada dasarnya diturunkan dari kata extention yang telah digunakan secara meluas oleh banyak kalangan. Extention memiliki arti perluasan atau penyebar luasan. Sehingga penyuluhan pertanian bermakna sebagai proses penyebar luasan informasi yang berkaitan erat dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha tani demi tercapainya tingkat produktivitas, pendapatan petani dan perbaikan kesejahteraan keluarga/ masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian (Amri Jahi dalam Totok Mardikanto, 1991:11).

Sebagai suatu sistem pendidikan non formal, penyuluhan pertanian memiliki perbedaaan mendasar dengan sistem pendidikan formal, program-program pendidikan penyuluhan tidak diselenggarakan atas dasar kelas maupun program studi formal. Kurikulumnya dikembangkan atas dasar kebutuhan masyarakat pertanian yang dilayaninya dan warga belajar dalam penyuluhan adalah anggota masyarakat desa. Tujuan penyuluhan pertanian ialah untuk membantu para petani tersebut agar dapat berusaha tani dengan lebih baik, dan


(7)

menikmati kehidupan lebih baik dan memuaskan. Penyuluhan pertanian mendidik warga masyarakat agar dapat membuat sendiri keputusan yang perlu diambil (Totok Mardikanto, 1991:13).

Pada dasarnya penyuluhan pertanian ini sejalan dengan pembangunan pertanian di Indonesia. Pembangunan pertanian merupakan sektor yang terus di canangkan dan terus dikembangkan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, penyuluhan pertanian memegang peranan yang penting dan signifikan, agar petani dapat melaksanakan sistem pertanian yang lebih baik.

Alasan pemilihan kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan pada para kelompok tani ini adalah dengan mengingat bahwa kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan pada kelompok tani tersebut relatif akan lebih terencana dan terarah karena sasaran atau objek penyuluhannya telah terorganisasi atau berada dalam satu komunitas tertentu, sehingga diharapkan tingkat penerimaan pesan atau materi penyuluhan pertanian akan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan kegiatan penyuluhan pertanian tersebut. Berdasarkan hasil observasi di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah maka ditemukan adanya kondisi riil, yaitu cuaca yang tidak kondusif bagi petani untuk melakukan cocok tanam, khususnya menanam padi. Cuaca yang tidak menentu ini menyebabkan para petani menunda masa menanam padi yang seharusnya telah dilakukan pada bulan Desember 2010, namun sampai dengan Februari 2011 para petani pada umumnya belum menanam padi (Sumber: Prariset pada Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, Tahun 2011).


(8)

Apabila ditinjau dari perspektif ilmu komunikasi, penyuluhan pertanian merupakan suatu proses komunikasi, sebab dalam aktivitas ini terdapat berbagai komponen komunikasi sebagaimana dikemukakan Laswell dalam Onong Uchjana Effendi (2000:12), bahwa yang disebut dengan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who say what in which channel to whom with what effect (siapa mengatakan apa dengan saluran kepada siapa dan dengan efek apa).

Berdasarkan konsep komunikasi Laswell di atas, maka dalam penyuluhan pertanian terdapat komponen-komponen komunikasi sebagai berikut: komunikator (who say), yaitu petugas penyuluh pertanian; pesan (what), yaitu materi yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian; media (channel), yaitu sarana yang digunakan dalam penyuluhan pertanian; komunikan (to whom), yaitu sasaran penerima penyuluhan pertanian dan efek (effect) yang terjadi setelah penyuluhan pertanian dilaksanakan.

Sebagai proses komunikasi maka pelakasanaan penyuluhan pertanian ini memiliki tujuan tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Onong Uchjana Effendi (1981:34), bahwa komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain (komunikan) dengan perubahan tersebut akan diperoleh persamaan persepsi dan tujuan. Dengan kata lain, tujuan dilakukan komunikasi adalah untuk perubahan sikap, pandangan dan perilaku (to change attitude, opinion and behavior) dari komunikan.


(9)

Oleh karena itu, agar aktivitas penyuluhan pertanian dapat terlaksana dengan baik dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) harus memperhatikan dan menguasai: (1) Metode atau cara penyampaian materi penyuluhan, (2) Media penyuluhan kepada petani, (3) Materi yang disampaikan kepada sasaran penyuluhan.

Salah satu materi penyuluhan yang disampaikan pada petani adalah mengenai penerapan teknologi pertanian yang bertujuan untuk peningkatan produktivitas usaha tani yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan kata lain, salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan persentase penerimaan dan pendapatan dalam usahatani adalah melalui penerapan teknologi baru, karena dengan penerapan teknologi baru diharapkan produksi dapat meningkat baik dalam jumlah maupun mutunya. Teknologi pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teknik bercocok tanam yang baik oleh petani dengan menggunakan sistem pertanian modern dalam rangka pelaksanaan pembangunan di bidang pertanian.

Pembangunan dalam bidang pertanian tidak akan berkembang tanpa ada perubahan dalam bidang teknologi, karena teknologi merupakan input dalam usahatani untuk meningkatkan produksi dan pendapatan serta taraf hidup petani. Tingkat pendapatan dan produksi yang dicapai petani tergantung sejauhmana tingkat penerapan teknologi yang dianjurkan telah dipraktikkan oleh mereka di lapangan, dengan demikian keberhasilan petani pada akhirnya dapat dilihat dari tingkat penerapan teknologi baru yang telah dicapai petani.


(10)

Sesuai dengan penjelasan di atas maka jelaslah bahwa teknologi pertanian modern sangat bermanfaat dalam upaya peningkatan produktivitas hasil-hasil pertanian. Para petani yang menerapkan teknologi dalam usaha pertaniannya memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil pertanian yang lebih baik dan produktif dibandingan dengan para petani yang masih menggunakan peralatan pertanian yang manual atau tradisional.

Dengan disampaikannya materi mengenai penerapan teknologi pertanian dalam budidaya padi maka para petani diharapkan akan dapat menerapkan teknologi tersebut dalam usaha pertanian dengan varietas tanaman pangan tersebut, sebagaimana disampaikan dalam kegiatan penyuluhan. Dengan demikian maka tujuan penyuluhan pertanian yang ingin dicapai adalah agar para petani memiliki sikap positif dan dapat menerapkan teknologi pertanian dalam usaha tani yang dilakukan. Pada pelaksanaannya aktivitas penyuluhan pertanian ini dilakukan pada para petani yang tergabung dalam komunitas para petani yang lazim disebut dengan kelompok tani. Kelompok tani merupakan kumpulan para petani yang yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian, kebutuhan dan kepentingan bersama dalam bidang pertanian. Artinya penyuluhan pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan pertanian di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud melakukan penelitian untuk menggambarkan hubungan penyuluhan pertanian dengan sikap petani terhadap penerapan teknologi pertanian.


(11)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pelaksanaan penyuluhan pertanian mengenai penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah?

2. Bagaimanakah sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah?

3. Seberapa besar pengaruh penyuluhan pertanian terhadap sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan penyuluhan pertanian mengenai penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah

2. Untuk mengetahui sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penyuluhan pertanian terhadap

sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini meliputi kegunaan secara teoritis dan praktis, yaitu sebagai berikut:


(12)

1. Secara Teoritis

Kegunaan secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan referensi bagi kajian ilmu komunikasi khususnya yang berkaitan dengan kegiatan penyuluhan sebagai bentuk komunikasi dan berguna bagi ilmu-ilmu sosial pada umumnya.

2. Secara Praktis

Kegunaan secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi bagi penelitian di bidang komunikasi pada masa mendatang, khususnya penelitian dengan kajian mengenai penyuluhan pertanian dalam perspektif Ilmu Komunikasi.


(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuan Tentang Penyuluhan Pertanian

1. Pengertian penyuluhan Pertanian

Menurut Samsudin S (2004: 12), penyuluhan merupakan aktivitas pendidikan yang mengandung proses belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar berlangsung efektif dan efesien, diperlukan suasana belajar mengajar yang tepat. Metode penyuluhan tidak lain adalah suasana belajar mengajar yang diciptakan sumber belajar (dengan partisipasi peserta belajar) untuk merangsang dan mengarahkan aktivitas belajar.

Menurut Azwar (2001: 11), penyuluhan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan berbagai hal yang disampaikan dalam aktivitas penyuluhan.

Menurut Notoatmojo (2003: 63), penyuluhan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kepentingan masyarakat luas. Penyuluhan merupakan gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, di mana


(14)

individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang dilakukan, sehingga perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu.

Penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai proses perubahan prilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective) maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh pada masyaraat sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar “tahu”, tetapi sampai dapat melaksanakan atau menerapkan dengan benar dan menghayatinya dalam usaha taninya.

2. Penyuluhan Pertanian Sebagai Proses Penyebar Luasan Informasi

Menurut Totok Mardikanto (2001:12), penyuluhan pertanian sebagai proses penyebar luasan informasi dalam hal ini memiliki arti sebagai proses penyebar luasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara bertani dan berusaha tani demi tercapai peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian.

Penyebaran informasi yang dimaksud sebenarnya mencakup penyebaran beragam informasi. Ditinjau dari isi materinya, informasi mencakup: a. Ilmu dan teknologi yang bermanfaat bagi upaya peningkatan jumlah

dan perbaikan mutu produksi; baik selama proses menghasilkan, pengolahan hasil, penyimpanan dan pengepakan hingga produk diterima konsumen.


(15)

b. Analisis ekonomi yang berkaitan dengan upaya memperoleh pendapatan dan atau keuntungan dari kegiatan berusaha tani

c. Ragam kelembagaan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan produksi dari pendapatan alau keuntungan usaha tani. d. Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk melakukan "rekayasa sosial"

demi tercapainya tujuan peningkatan produksi dan pendapatan atau keuntungan yang diinginkan.

e. Peraturan dan kebijakan yang harus diterapkan dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dengan upaya peningkatan produksi dan pendapatan atau keuntungan usaha tani.

Di lain pihak, menurut sumber dan alur informasinya, Lionberger dan Gwin (1983) membagi informasi dalam:

a. Informasi tentang hasil-basil temuan yang dihasilkan oleh para peneliti (melalui para penyuluh) kepada masyakat penggunanya. b. Umpan-balik (baik berupa laporan keberhasilan maupun masalah yang

dijumpai/dihadapi) dari penerapan hasil penelilian, yang disampaikan masyarakat pengguna (melalui penyuluh) kepada peneliti.

Selain itu, penyebaran informasi dalam penyuluhan pertanian juga mencakup; penyebaran informasi yang berlangsung antar penentu kebijakan, antar peneliti, antar penyuluh, antar petani, maupun antar pihak-pihak yang berkedudukan setingkat dalam proses pembangunan pertanian. Yang dimaksud proses penyebaran informasi di dalam pe-nyuluhan pertanian, sebenarnya tidaklah sekadar penyampaian informasi,


(16)

tetapi terkandung maksud yang lebih jauh, yakni untuk: dipahami, dikaji, dianalisis, dan diterapkan/dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dalam pembangunan pertanian, sampa terwujudnya tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pembangunan pertanian itu sendiri (yang berupa peningkatan produk, pertambahan pendapatan atau keuntungan usaha tani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat).

3. Penyuluhan Pertanian sebagai Proses Penerangan

Istilah penyuluhan berasal dari kata dasar "suluh" yang berarti pemberi terang di tengah kegelapan (Totok Mardikanto, 2001: 39). Dengan demikian, penyuluhan pertanian diartikan sebagai proses untuk memberikan penerangan kepada masyarakat (petani) tentang segala sesuatu yang belum diketahui, untuk dilaksanakan/diterapkan dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan/keuntungan yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian. Namun perlu diingat bahwa, penerangan yang dilakukan tidaklah sekadar "memberikan penerangan", tetapi penerangan yang dilakukan selama penyuluhan pertanian harus terus menerus dilakukan sampai betul-betul diyakini (oleh juru penerang/ penyuluh) bahwa segala sesuatu yang diterangkan tadi benar-benar telah dipahami, dihayati, dan dilaksanakan oleh masyarakat sasarannya.

Hal ini harus benar-benar dipahami oleh semua pihak, terutama penyuluh, bahwa penyuluhan pertanian berbeda dengan sekadar "memberitahu" atau "menerangkan". Artinya, sebelum segala sesuatu yang disuluhkan tadi benar-benar dipahami, dihayati, dan dilaksanakan/diterapkan oleh


(17)

masyarakat sasarannya, penyuluh yang bersangkutan harus terus-menerus memberikan penerangannya. Penyuluh tidak boleh jemu untuk melakukan tugasnya, yaitu melaksanakan penyuluhan tentang hal yang sama.

4. Penyuluhan Pertanian Sebagai Proses Pendidikan

Penyuluhan pertanian sebenarnya merupakan proses perubahan perilaku melalui pendidikan, yakni suatu perubahan perilaku yang didasarkan oleh: a. Pengetahuan/pemahaman tentang segala sesuatu yang dinilainya lebih baik atau bermanfaat (bagi dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat). b. Dengan kemauan sendiri tanpa paksaan dari pihak manapun juga

(keluarga, kerabat, tetangga, sahabat, ataupun penguasa).

c. Kemampuan untuk melakukan sesuatu dan menyediakan sumberdaya (input) yang diperlukan untuk terjadinya suatu perubahan.

Oleh karena itu, penyuluhan pertanian sering diartikan sebagai suatu sistem pendidikan bagi masyarakat (petani) untuk membuat mereka tahu, mau, dan mampu berswadaya melaksanakan upaya peningkatan produksi, pendapatan/keuntungan, dan perbaikan kesejahteraan keluarga masyara-katnya. Memang diakui, bahwa proses perubahan melalui pendidikan sering berlangsung sangat lambat, melelahkan, dan memerlukan kesabaran, biaya, dan waktu yang lebih besar. Hal ini, berbeda dengan perubahan yang diakibatkan oleh pemaksaan yang biasanya perubahan itu berlangsung cepat, namun cepat pula kembali pada perlaku semula jika kemampuan pemaksa menurun. Perubahan yang dibentuk dari proses penyuluhan akan bersifat kekal seumur hidup (Herman Soewardi, 2002).


(18)

5. Penyuluhan Sebagai Agen Perubahan

Penyuluh pertanian merupakan agen perubahan (agent of change) karena aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh tersebut dapat merubah pandangan, sikap dan perilaku para petani yang menjadi sasaran penyuluhan. Setelah mengikuti penyuluhan, petani yang semula tidak mengetahui suatu hal yang berkaitan dengan pertanian modern akan menjadi tahu. Petani yang semula hanya berorintasi pada sistem dan peralatan pertanian tradisional akan bergeser pada sistem dan peralatan pertanian modern. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa penyuluh pertanian merupakan agen perubahan (Totok Mardikanto, 2001: 42).

Menurut MC. Ninik Sri Rejeki dan F. Anita (1999: 21-22), sebagai agen perubahan penyuluh memiliki beberapa peran. Ada dua peran yang berkaitan dengan adopsi inovasi, pertama peran menghubungkan sistem sumber perubahan dengan sistem sasaran perubahan. Dalam menghubungkan kedua sistem tersebut, penyuluhan menyediakan saluran tempat ”diluncurkan” inovasi kepada sasaran. Kedua, sebagai akseleran proses adopsi. Dalam mempengaruhi pengambilan keputusan adopsi inovasi tersirat pula upaya untuk mempercepat proses pengambilan keputusan. Terdapat tiga jenis keputusan adopsi inovasi, yaitu keputusan opsional yang diambil secara individual, keputusan kolektif dan keputusan kekuasaan.

Menurut MC. Ninik Sri Rejeki dan F. Anita (1999: 22), dalam kaitannya dengan hubungan antara penyuluh dengan adopter, maka penyuluh sangat berperan dalam pengambilan keputusan yang diambil secara individual.


(19)

Penyuluh berperan sebagai akseleran pengambilan keputusan opsional yang diambil secara individual. Disadari bahwa keputusan seperti ini dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan rasional individu pengambil keputusan secara mandiri, maka penyuluh dapat menawarkan alternatif-alternatif keputusan sebagai masukan pengambilan keputusan.

Selanjutnya MC. Ninik Sri Rejeki dan F. Anita (1999: 22), menjelaskan bahwa penawaran tersebut dapat dilakukan secara persuasif, sehingga dapat menggiring keputusan ke arah tujuan diadakan perubahan. Menurut Widjaja (2000: 21), komunikasi persuasif adalah salah satu jenis komunikasi, di mana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan dengan menggunakan pendekatan yang bersifat mengajak atau membujuk untuk melakukan apa yang dikehendaki komunikator. Dengan demikian maka diharapkn akan tercipta pengertian, kesamaan makna, dukungan, gagasan dan tindakan yang positif dari pihak-pihak yang berkomunikasi.

Selanjutnya menurut MC. Ninik Sri Rejeki dan F. Anita (1999: 27) adapun langkah-langkah persuasi yang harus ditempuh oleh penyuluh adalah:

a. Presentasi, yaitu dengan menjelaskan sifat-sifat inovasi secara proporsional, yang meliputi:

(1) Keuntungan relatif, merupakan derajat di mana inovasi dirasakan akan menjadi lebih baik daripada ide yang telah ada dan yang akan digantikan.


(20)

(2) Kompatibilitas, merupakan derajat di mana inovasi dirasakan konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan sasaran

(3) Kompleksitas, merupakan derajat di mana inovasi dirasakan sebagai sesuatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan

(4) Triabilitas, merupakan derajat di mana inovasi mungkin dicoba dengan menggunakan dasar keterbatasan

(5) Observabilitas, merupakan derajat di mana hasil-hasil inovasi dapat diamati oleh para adopter

(6) Input komplementer, merupakan tuntutan terhadap fasilitas pendukung inovasi

b. Atensi, yaitu menunjukkan perhatian yang besar dari penyuluh terhadap inovasi secara komprehensif.

c. Komprehensi yaitu adopter memahami inovasi secara komprehensif

d. Penghasilan, yaitu seseorang memperoleh hasil dari sesuatu yang dialaminya

e. Retensi, yaitu membantu adopter mengendapkan pengetahuan yang telah dijelaskan

B. Tinjauan Tentang Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Menurut Mulyana (2001: 41-42), secara etimologis, kata komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communis yang berarti ‘sama’; communico, communicatio, atau communicare yang berarti


(21)

‘membuat sama’ (to make common). Istilah Communis-berasal dari bahasa latin- adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, merujuk pada suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara sama.

Kata lain yang juga dekat dengan komunikasi menurut Ralph Ross dalam Mulyana, 2001: 42), adalah komunitas (community), yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, saling berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas. Dalam komunitas berbagi atau berbagai bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama dan bahasa, yang setiap bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap, perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunitas tersebut.

Selanjutnya menurut Mulyana (2001: 98), komunikasi adalah salah satu kegiatan manusia yang telah dipahami semua orang, tetapi tidak semua dapat memahami maknanya. Komunikasi dapat didefinisikan sebagai saling bicara satu sama lain; penyebaran informasi; bersenda gurau; penggunaan fasilitas internet; gaya berpakaian; gaya rambut yang dipilih; dan daftar definisi tersebut masih dapat diteruskan tanpa ada batasnya. Karena segala aspek kehidupan manusia dapat merupakan bentuk komunikasi. Setiap perilaku manusia mempunyai potensi komunikasi, dan untuk ditafsirkan. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang tidak dapat tidak berkomunikasi (we cannot not communicate).


(22)

Menurut S.M. Siahaan (2002:4), komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan) dari komunikator untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan pemahamannya) ke pola pemahaman yang dikehendaki oleh komunikator. Jadi proses penyampaian informasi itu berdaya guna (berefek) terhadap komunikan atau komunikator

Pengertian lain dikemukakan Usnadibrata (2001: 71-72), bahwa komunikasi adalah pengoperan lambang dan bertujuan partisipasi ataupun motivasi, mempengaruhi komunikan ke arah pemikiran yang diinginkan oleh komunikator. Jadi, dalam hal ini komunikasi diartikan sebagai suatu proses yang berlangsung dalam dua arah yang timbal balik, untuk mempengaruhi dan bereaksi. Dalam hal ini komunikasi adalah proses cerdas, artinya selalu giat dan berubah, komunikasi dapat dibagi dua yaitu kegiatan informatif, agar orang lain mengerti atau tahu dan kegiatan persuasif, agar orang lain bersedia menerima paham dan yakin untuk melakukan perbuatan/kegiatan.

2. Komponen-Komponen Komunikasi

Menurut Effendy (2002:16-19), komponen-komponen komunikasi meliputi: a. Komunikator (source), orang yang membawa/menyampaikan pesan. b. Pesan (message), berita/informasi yang disampaikan oleh komunikator

dalam melalui lambang-lambang, pembicaraan, gerakan dsb.

c. Saluran (channel), sarana penyampaian pesan dalam kegiatan komunikasi. Saluran tersebut meliputi:

1) Pendengaran (lambang berupa suara)

2) Pengelihatan (lambang berupa sinar, pantulan sinar atau gambar) 3) Penciuman (lambang berupa bau-bauan)


(23)

4) Rabaan (lambang-lambang yang berupa rangsangan rabaan)

d. Komunikan (communicant), objek sasaran dari kegiatan komunikasi atau orang yang menerima berita atau lambang.

e. Umpan balik (feedback), arus umpan balik dalam rangka proses berlangsungnya komunikasi. Umpan balik dapat dijadikan tolok ukur untuk mengetahui sejauh mana pencapaian pesan yang telah disampaikan.

3. Hal-hal yang berkaitan dengan proses komunikasi

Menurut Joseph Devito (1997) dalam Onong Uchjana Effendy, hal-hal yang berkaitan dengan proses komunikasi:

a. Komunikasi paling sedikit melibatkan dua orang. Pada hakikatnya setiap manusia suka berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya, karena itu tiap-tiap orang harus berusaha agar mereka lebih dekat antara satu dengan yang lainnya.

Faktor kedekatan atau proximity bisa menyatakan dua orang yang memiliki kedekatan atau hubungan yang erat, kedekatan antarpribadi itulah yang menyebabkan seseorang bisa menyatakan pendapat-pendapatnya dengan bebas dan terbuka. Kebebasan dan keterbukaan akan mempengaruhi berbagai variasi pesan baik verbal atau nonverbal.

b. Pesan. Dalam komunikasi antar pibadi ada pesan (message) yang akan disampaikan dari komunikator pada komunikan, yang dalam proses selanjutnya terjadi pertukaran pesan. Komunikasi ini juga digunakan simbol-simbol untuk menyampaikan dan memperoleh persamaan makna. c. Saluran. Ada dua saluran/medium untuk komunikasi:


(24)

(1) Saluran suara (audio) dalam wujud pendengaran.

(2) Saluran cahaya untuk pengelihatan (visual) dapat dirasa, dipegang dan diraba.

d. Gangguan. Gangguan dapat mengacaukan makna dalam penyampaian pesan dalam komunikasi. Ada tiga macam gangguan:

(1) Eksternal. Faktor fisik biasanya mempengaruhi komunikasi, misalnya deru kendaraan, cahaya yang silau dan suara musik yang keras.

(2) Internal. Faktor internal pada diri komunikator dan komunikan, misalnya, kurang pendengaran atau tidak bisa bicara dengan benar (gagap), gila dsb.

(3) Semantik. Faktor bahasa pada diri peserta komunikasi yang mengalami kesulitan dalam memaknai pesan komunikasi yang dikirimkan, misalnya perbedaan budaya.

e. Umpan Balik. Umpan balik adalah pemberian tanggapan terhadap pesan yang dikirimkan dengan suatu makna tertentu. Umpan balik berarti bahwa pesan yang diterima, didengar atau diketahui maknanya. Umpan balik disampaikan secara verbal atau nonverbal, dan berfungsinya adalah untuk memahami pesan yang dikirimkan apakah diterima, ditolak atau dikoreksi. f. Konteks. Konteks adalah keadaaan atau suasana yang bersifat fisik-historis, dan psikologis tempat terjadinya komunikasi artinya komunikasi tidak terjadi dalam ruang hampa sosial. Dalam hal ini, konteks memiliki empat dimensi:

(1) Fisik ; tempat atau lingkungan fisik dimana komunikasi dilakukan (2) Sosial ; status dan peran para peserta komunikasi


(25)

(3) Psikologis ; dorongan, kebutuhan, motivasi, sikap dan sebagainya yang mempengaruhi komunikasi

(4) Temporal ; kapan komunikasi dilakukan

Berdasarkan komponen-komponen maka komunikasi sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan antara komunikator dengan komunikan akan menghasilkan berbagai efek dan umpan balik sebagai bagian dari proses komunikasi yang dipengaruhi oleh komponen lain di dalamnya.

4. Komunikasi Yang Efektif

Komunikasi dapat dikatakan efektif jika dapat mempengaruhi, merubah sikap dan perilaku. Efek komunikasi yang timbul pada komunikan biasanya adalah: a. Efek kognitif, adalah yang berkaitan dengan pikiran, nalar atau rasio,

misalnya komunikan yang semula tidak tahu, tidak mengerti menjadi mengerti atau tidak sadar menjadi sadar.

b. Efek Afektif, adalah efek yang berkaitan dengan perasaan, misalnya komunikan yang merasa tidak senang menjadi senang, sedih menjadi gembira.

c. Efek konatif, adalah efek yang berkaitan dengan timbulnya keyakinan dalam diri komunikan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh komunikator berdasarkan pesan atau message yang ditransmisikan, sikap dan perilaku pascaproses komunikasi juga tercermin dalam efek konatif (Onong Uchjana Effendy, 2002:22-23).

Ketiga jenis efek tersebut adalah hasil-hasil proses psikologis yang berkaitan satu sama lain secara terpadu, dan tak mungkin dipilah-pilah, misalnya


(26)

seorang komunikator mengharapkan komunikan berperilaku sesuai dengan keinginan dengan harapannya. Harapan itu tidak akan muncul jika komunikator sendiri tidak memberikan informasi atau menciptakan suasana perasaan senang bagi komunikan untuk berperilaku sesuai dengan harapannya. Sebaliknya bila komunikan sudah mengerti dan merasa senang atau puas, maka ia akan berperilaku sesuai yang diharapkan komunikator.

5. Hal-Hal yang Berkaitan dengan Efektivitas Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy (2003:60-64), hal-hal yang berkaitan dengan efektivitas komunikasi adalah:

a. Komunikator harus memahami diri dan berempati

Memahami diri maksudnya adalah memahami nilai pribadi yang baik, yang seharusnya ada dan dimiliki komunikator. Nilai pribadi merupakan perpaduan antara kemampuan, kejujuran dan iktikad baik. Ketiga hal ini tercermin dalam perasaan, akhlak dan watak seseorang. Dengan kemampuan, kejujuran dan iktikad baik, seorang komunikator akan memperoleh kepercayaan.

Kepercayaan yang besar akan mempengaruhi perubahan sikap, sedangkan kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan.Dengan empati seorang komunikator, komunikan akan merasa tertarik karena komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka dalam hubungannya dengan opini secara memuaskan. Komunikator juga dapat dianggap memiliki persamaan dengan komunikan, maka komunikan bersedia menerima pesan tersebut.


(27)

b. Komunikator harus memahami pesan yang disampaikan pada komunikan Pesan yang disampaikan tidak hanya harus dimengerti oleh komunikan tetapi oleh komunikator sendiri harus benar-benar memahami pesannya tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa komunikator ketika mengucapkan sesuatu harus menggunakan pemikiran secara seksama dan memeperhitungan makna pesan bagi komunikan yang dihadapinya. Sehubungan dengan pesan, Wilbur Schram (dalam Onong Uchjana Effendy, 2003:63) menyebutkan bahwa pesan harus:

(1) Dirancang dan disampaikan sedemikian rupa agar menarik komunikan. (2) Menggunakan lambang-lambang yang tertuju pada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga sama-sama mengerti.

(3) Membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

(4) Menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang ia kehendaki oleh komunikator.

c. Komunikator harus memahami komunikan yang dituju

Dalam hal ini komunikator harus benar-benar memahami kondisi dan keadaan komunikan secara menyeluruh. Dengan pengertian yang demikian maka faktor psikologis dan kedekatan akan memberikan peluang lebih besar bagi masuknya muatan-muatan pesan yang ingin disampaikan


(28)

sehingga efek yang ingin dicapai akan lebih telihat secara jelas. Pemahaman ini menjadi penentu keberhasilan tujuan komunikasi yang dilakukan.

C. Tinjuaan Tentang Sikap

1. Pengertian Sikap

Menurut A. W. Masri (1999:176), sikap (attitude) adalah respon yang diarahkan pada penilaian dan penanggapan terhadap sesuatu objek tertentu. Objek yang dimaksud dapat berbentuk person atau situasi. Bagaimana respon yang dapat diberikan pada person atau situasi itu, itulah gambaran dari sikap (attitude) pada objek tersebut. Menurut W.A.Gerungan (2001: 151), sikap adalah tanggapan terhadap objek tertentu. yang merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana yang disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu.

Menurut Abu Ahmadi (2002:53), ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:

a. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tapi harus dipelajari selama perkembangan hidupnya karena itulah sikap selalu berubah-ubah dan dapat dipelajari. Atau sebaliknya, bahwa setiap sikap itu dapat dipelajari apabila ada syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya sikap pada orang itu berbeda dengan insting atau naluri manusia yang dibawanya sejak lahir yang bersifat tetap dan mempunyai motif-motif biogenesis seperti rasa lapar, haus, seksual dan lain sebagainya.


(29)

b. Sikap tidak semata-mata berdiri sendiri melainkan selalu berhubungan dengan suatu objek. Pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan sederetan objek-objek serupa. Misal si A seorang pemberani. Dalam hal ini mungkin bukan si A saja yang pemberani tetapi orang-orang yang sebangsa A juga pemberani.

c. Sikap umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi, sedangkan pada kecakapan dan pengetahuan hal itu tidak ada.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut W.A. Gerungan (2001:155), faktor yang mempengaruhi sikap adalah: a. Faktor Internal, adalah faktor yang tumbuh dari dalam diri individu. Faktor ini memegang peranan dalam perubahan sikap, di mana di dalam diri seseorang terdapat daya pilih (selectivity) antara minatnya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Rangsangan yang datang tidak diterimanya begitu saja, akan tetapi seseorang akan memilih perangsang yang mempunyai nilai bagi dirinya. Berarti ia mengerti secara pasti apa yang harus diperbuat sehubungan dengan rangsangan tersebut, apakah akan menerima atau menolak. Dengan adanya keputusan-keputusan itu menandakan bahwa dalam diri subjek telah ada pengertian tentang objek. b. Faktor Eksternal, sikap seseorang mengalami perubahan disebabkan oleh

pengaruh yang berasal dari luar individu. Faktor yang datang dari luar berasal dari lingkungan baik keluarga, masyarakat, individu, kelompok sosial atau hasil budaya manusia juga televisi. Rangsangan dari luar individu akan menyokong perubahan sikap. Karena itu tidak mengherankan bila lingkungan dapat berpengaruh pada perubahan sikap.


(30)

Dalam hal ini, asosiasi yang benar, pengetahuan dan pengalaman baru dapat mempengaruhi dan mengubah sikap.

3. Aspek-Aspek Sikap

Menurut Abu Ahmadi (2002:52-53), sikap memiliki tiga macam aspek:

a. Aspek kognitif, yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenai pikiran. Ini berarti perwujudan pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek tertentu.

Aspek kognitif dalam sikap petani menunjukkan bahwa petani memiliki pengetahuan mengenai berbagai hal yang disampaikan oleh penyuluh dalam kegiatan penyuluhan pertanian, seperti pengetahuan mengenai adopsi inovasi atau tata cara mengembangkan usaha pertanian secara moden.

b. Aspek afektif, bewujud proses yang menyangkut perasaan, seperti; simpati, antipati, ketakutan dan kedengkian yang ditujukan pada objek-objek tertentu.

Aspek afektif dalam sikap petani menunjukkan bahwa petani memiliki suatu perasaan tertentu terhadap berbagai hal yang disampaikan oleh penyuluh dalam kegiatan penyuluhan pertanian, seperti rasa senang dalam mengikuti kegiatan penyuluhan dan rasa tertarik terhadap materi yang disampaikan penyuluh pertanian.


(31)

c. Aspek konatif, berwujud berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat suatu objek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya.

Aspek konatif dalam sikap petani menunjukkan bahwa petani memiliki kecenderungan atau keyakinan untuk melakukan suatu hal tertentu sebagaimana disampaikan dalam kegiatan penyuluhan pertanian, seperti keyakinan untuk melakukan adopsi inovasi atau kecenderungan untuk mengembangkan usaha pertanian secara moden.

D. Landasan Teori

1. Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian

Menurut Mardikanto (1993), adopsi dalam proses penyuluhan pertanian pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses perubahan prilaku baik yang berupa pengetahuan (cignitive), sikap (affective) maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh kepada masyarakat sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar “tahu”, tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan atau usahataninya.

Mosher, AT (1999: 17) menyatakan bahwa adopsi suatu inovasi adalah suatu proses dimana seorang petani memperhatikan, mempertimbangkan, dan akhirnya menolak atau mempraktekan suatu inovasi. Seorang yang telah menerapkan cara-cara baru dilapangan berarti orang tersebut telah mengadopsi


(32)

cara baru tersebut, selanjutnya inovasi adalah suati ide, penerapan/praktek dari suatu hal yang baru.dalam kegiatan penyuluhan pertanian, inovasi pertanian merupakan perubahan praktek cara-cara berusahatani dari cara yang lama ke cara yang baru.

Proses adopsi adalah suatu proses kejiwaan yang terjadi dalam diri seseorang dari sesuatu yang baru dari mulai ia sadar akan adanya sesuatu yang baru itu sampai pada kegiatan mempraktikkan atau menjadi sebuah kebiasaan. Seseorang yang mempraktikkan atau menjadikan sesuatu cara baru disebut mengadopsi cara itu. Sebelum seseorang mengadopsi cara-cara baru itu ia akan mengalami beberapa tahap proses adopsi yang berbeda pada tiap masyarakat. Pengertian adopsi di bidang pertanian adalah penerimaan ide baru di bidang pertanian oleh petani tentang hal-hal yang baru yang disampaikan kepada petani yang berbentuk ilmu dan teknologi pertanian (Samsuddin, U. 2004: 74).

Menurut Roger dan Shoemaker dalam MC. Ninik Sri Rejeki dan F. Anita (1999: 25), proses keputusan inovasi merupakan proses mental di mana individu melangkah dari pengetahuan awal mengenai inovasi menuju suatu keputusan untuk mengadopsi atau menolak dan untuk mengkonfirmasi atas keputusan yang diambilnya. Adapun tahapan proses adopsi inovasi adalah: 1) Tahapan kesadaran, yaitu individu mulai menyadari bahwa ada suatu ide

baru, namun kurang mengetahui segala sesuatu mengenai ide baru tersebut 2) Tahapan minat, yaitu individu mengembangkan minat terhadap inovasi


(33)

3) Tahapan penilaian, yaitu individu menilai inovasi secara mental 4) Tahapan percobaan, yaitu individu mencoba inovasi dalam skala kecil 5) Tahapan adopsi, yaitu individu menggunakan inovasi secara terus menerus

dab dalam skala besar.

2. Model S-O-R Penyuluhan Pertanian

Menurut Onong Uchjana Effendy (2003: 252), Model Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R Theory) pada dasarnya merupakan prinsip belajar yang sederhana, di mana respon merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Seseorang dapat memperkirakan kaitan erat antara pesan dan reaksi komunikan. Komponen teori ini meliputi; pesan (stimulus) - penerima (organism) - efek (response). Menurut teori S-O-R, pesan dipersiapkan dan didistribusikan oleh komunikator kepada kepada komunikan dengan harapan akan memberikan respon atau pengaruh yang diharapkan dari komunikan

Penerapan Teori Stimulus-Organisme-Respon dengan penelitian mengenai hubungan penyuluhan pertanian dengan sikap petani terhadap penerapan teknologi pertanian adalah proses penyuluhan pertanian berfungsi sebagai stimulus yang memberikan pesan mengenai penerapan teknologi pertanian kepada para petani, selanjutnya pesan tersebut akan diterima para petani dan menimbulkan respon berupa sikap petani terhadap penerapan teknologi pertanian. Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa Stimulus (S) adalah penyuluhan pertanian, Organisme (O) adalah para petani dan Respon (R) adalah adanya sikap petani terhadap penerapan teknologi pertanian.


(34)

E. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui besarnya nilai hubungan penyuluhan pertanian dengan sikap petani terhadap penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Teori yang melandasi penelitian ini adalah Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R Theory). Prinsip Stimulus-Respon pada dasarnya merupakan prinsip belajar yang sederhana, di mana respon merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Seseorang dapat memperkirakan kaitan erat antara pesan dan reaksi komunikan. Komponen teori ini meliputi; pesan (stimulus) - penerima (organism) - efek (response). Menurut teori S-O-R, pesan dipersiapkan dan didistribusikan oleh komunikator kepada kepada komunikan dengan harapan akan memberikan respon atau pengaruh yang diharapkan dari komunikan (Effendy, 2003: 52).

Penerapan Teori Stimulus-Organisme-Respon dengan penelitian mengenai pengaruh penyuluhan pertanian terhadap sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah adalah komunikasi penyuluh pertanian berfungsi sebagai stimulus yang memberikan pesan mengenai teknologi pertanian kepada para petani, selanjutnya pesan tersebut akan diterima para petani dan menimbulkan respon berupa sikap petani terhadap penerapan teknologi pertanian.Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa Stimulus (S) adalah penyuluh pertanian, Organisme (O) adalah para petani dan Respon (R) adalah sikap petani terhadap penerapan teknologi pertanian


(35)

Selain itu teori lain yang melandasi penelitian ini adalah teori adopsi yang dikemukakan oleh Roger dan Shoemaker dalam MC. Ninik Sri Rejeki dan F. Anita (1999: 25), proses keputusan inovasi merupakan proses mental di mana individu melangkah dari pengetahuan awal mengenai inovasi menuju suatu keputusan untuk mengadopsi atau menolak dan untuk mengkonfirmasi atas keputusan yang diambilnya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir sebagai berikut:

Stimulus (S) Organisme (O) Respon (R)

Gambar 1.

Bagan Kerangka Pikir Penelitian Penyuluhan Pertanian

(Variabel X)

a. Presentasi, penyuluh menjelaskan sifat-sifat inovasi secara

proporsional

b. Atensi, yaitu perhatian yang besar dari penyuluh terhadap inovasi c. Komprehensi yaitu adopter

memahami inovasi secara komprehensif

d. Penghasilan, penyuluh membantu petani memperoleh hasil dari sesuatu yang dialaminya

e. Retensi, yaitu membantu adopter mengendapkan pengetahuan yang telah dijelaskan

(MC. Ninik Sri Rejeki dan F. Anita, 1999: 22).

Sikap Petani Terhadap Penerapan Teknologi Pertanian (Variabel Y)

1. Aspek Kognitif

Pemahaman petani pada teknologi pertanian

2. Aspek Afektif

Rasa tertarik petani pada teknologi pertanian

3. Aspek Konatif

Kecenderungan petani pada teknologi pertanian

(Abu Ahmadi, 2002: 52-53), 

Petani di Desa Poncowarno

Kecamatan Kalirejo Kabupaten

Lampung Tengah

Teori Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian


(36)

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian

Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey. Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendy (2002: 5), penelitian survey adalah penelitian yang menggunakan kuisioner atau angket sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Tipe penelitian survey digunakan untuk mengumpulkan data mengenai penyuluhan pertanian dan sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.

B. Definisi Konsep

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendy (2002: 66), definisi konseptual merupakan pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan. Definisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian adalah suatu proses komunikasi di mana terjadi penyampaian pesan berupa informasi mengenai teknologi pertanian dari petugas penyuluh lapangan kepada petani sasaran penyuluhan dengan menggunakan media penyuluhan dan bertujuan untuk mengubah sikap petani terhadap teknologi pertanian dalam usaha pertanian yang dilakukan. Metode penyuluhan yang digunakan adalah dalam bentuk ceramah yang disertai dengan tanya jawab. Dalam metode ceramah penyuluh


(37)

menyampaikan materi tentang teknologi pertanian kepada para petani dan petani mendengarkan atau menyimak penjelasan yang disampaikan penyuluh. Selanjutnya penyuluh memberikan kesempatan kepada para petani untuk mengajukan pertanyaan apabila ada materi yang kurang atau tidak dipahaminya.

2. Sikap Petani terhadap penerapan teknologi pertanian

Sikap petani terhadap penerapan teknologi pertanian adalah suatu keadaan di mana para petani memiliki kecenderungan dan keyakinan petani untuk menerapkan teknologi pertanian dengan model pertanian/bercocok tanam yang modern dalam rangka meningkatkan produksi hasil pertanian yang usahakannya.

C. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun dan Effendi (2002: 68), definisi operasional atau operasionalisasi variabel adalah petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, dengan membaca definisi operasional dalam penelitian maka akan diketahui baik buruknya variabel tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyuluhan Pertanian, indikator-indikatornya mengacu pada pendapat MC. Ninik Sri Rejeki dan F. Anita (1999: 27), yaitu sebagai berikut: a. Presentasi, penyuluh menjelaskan sifat-sifat inovasi secara

proporsional, yang meliputi:

(1) Penyuluh menjelaskan sifat-sifat pertanian modern yang bermanfaat dalam usaha pertanian


(38)

(2) Penyuluh menyampaikan penjelasan secara terperinci

(3) Penyuluh menyampaikan penjelasan disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat petani

b. Atensi, yaitu perhatian yang besar dari penyuluh terhadap inovasi, meliputi:

(1) Perhatian petani pada materi yang disampaikan penyuluh (2) Perhatian petani pada contoh yang disajikan penyuluh

c. Komprehensi yaitu adopter memahami inovasi secara komprehensif, meliputi:

(1) Petani memahami materi yang disampaikan penyuluh

(2) Petani memahami maksud dan tujuan pertanian modern untuk meningkatkan kesejahteraan petani

d. Hasil, yaitu petani memperoleh hasil dari sesuatu yang dialaminya (1) Petani memiliki pemahaman dalam kegiatan penyuluhan (2) Petani memiliki pengalaman dalam kegiatan penyuluhan

e. Retensi, yaitu membantu adopter mengendapkan pengetahuan yang telah dijelaskan, meliputi:

(1) Petani memiliki mempelajari kembali materi yang disampaikan penyuluh

(2) Petani mencoba menerapkan materi yang disampaikan penyuluh dalam kegiatan pertanian

2. Sikap petani Terhadap Penerapan Teknologi Pertanian, dengan indikator-indikatornya sebagai berikut:


(39)

(1) Materi tentang teknologi pertanian yang disampaikan dalam penyuluhan.

(2) Manfaat penerapan teknologi dalam pertanian. b. Aspek Afektif, diukur dari:

(1) Rasa senang petani pada kegiatan penyuluhan pertanian

(2) Rasa tertarik pada materi tentang teknologi pertanian yang disampaikan dalam penyuluhan.

c. Aspek Konatif, diukur dari:

(1) Kesadaran petani untuk dapat menerapkan teknologi pertanian atau teknik bercocok tanam modern

(2) Keyakinan petani untuk dapat menerapkan teknologi pertanian atau teknik bercocok tanam modern

D. Populasi dan Sampel

Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi (2002:108), populasi dalam jumlah keseluruhan dari unit analisa yang cirinya hendak diduga. Berdasarkan definisi di atas maka populasi penelitian ini seluruh anggota kelompok tani Sido Makmur di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah yang berjumlah 218 petani.

(Sumber: Kelompok Tani Sido Makmur Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. April 2011)

Jumlah seluruh Kelompok Tani di Desa Poncowarno adalah tiga kelompok tani, yaitu Sidomakmur, Sumber Jaya dan Sukamaju, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:


(40)

Tabel 1. Kelompok Tani di Desa Poncowarno

No Kelompok Tani Jumlah Anggota

1 Sidomakmur 2 Sumber Jaya 3 Suka Maju

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah kelompok tani paling banyak adalah Kelompok Tani Sidomakmur. Kelompok Tani Sumber Jaya hanya berjumlah 87 petani dan Kelompok Tani Sukamaju hanya berjumlah 74 petani. Atas dasar pertimbangan inilah maka penulis memilih petani dari Kelompok Tani Sidomakmur sebagai sampel penelitian.

Menurut Sugiyono (2002: 121), sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

1 ) d ( N N n 2   Keterangan : n = Sampel N = Populasi

d2 = Sampling Error (10%)

1 = Bilangan Konstant (Sugiyono, 2002: 124)

Berdasarkan rumus di atas, maka perhitungan besarnya sampel dalam penelitian ini adalah:

n = 1 ) 1 , 0 ( 218 218

2  =

1 ) 01 , 0 ( 218 218

 = 2,18 1 218

 = 3,18 218

= 68.55= 69 Dengan demikian maka besarnya sampel penelitian adalah 69 petani.


(41)

Pengambilan sampel ini akan dilakukan dengan cara mendatangi langsung para petani dan menyebarkan kuisioner penelitian. Penentuan sampel penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan beberapa kriteria, yaitu sebagai berkut:

1) Tercatat sebagai anggota kelompok tani yang sudah lebih dari 1 tahun 2) Aktif mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian (tercatat hadir minimal 3

kali berturut-turut dalam kegiatan penyuluhan terakhir).

E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

1) Data Primer, adalah data yang diperoleh langsung dari sumber (lapangan). 2) Data Sekunder, adalah data tambahan dari berbagai sumber, seperti buku

literatur, majalah dan surat kabar yang berhubungan dengan penelitian. F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1) Observasi, dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti sehingga nilai kebenarannya lebih nyata.

2) Kuesioner, dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada responden penelitian dengan memberikan alternatif pilihan jawaban, sehingga responden akan dengan mudah menjawab soal dan menghindari bias jawaban.

3) Dokumentasi, dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dengan mencari referensi dari buku atau literatur yang berhubungan dengan penelitian.


(42)

G. Skala Data dan Penentuan Skor

Skala data yang digunakan dalam penelitian ini skala likert. Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2002: 102), skala likert adalah skala yang digunakan peneliti untuk mengukur persepsi dan sikap seseorang terhadap suatu objek, terdiri dari 5 alternatif jawaban, dengan penentuan skor sebagai berikut:

1. Jawaban A diberi skor 5 (lima) 2. Jawaban B diberi skor 4 (empat) 3. Jawaban C diberi skor 3 (tiga) 4. Jawaban D diberi skor 2 (dua) 5. Jawaban E diberi skor 1 (satu)

H. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui besarnya pengaruh penyuluhan pertanian terhadap sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung digunakan model analisis Regresi Liner Sederhana, sebagai berikut:

y = a+bx Keterangan :

y = nilai variabel terikat (y) yang diprediksi a = intercept constant

b = koefisien regresi yang berhubungan dengan variabel bebas x = skor variabel bebas


(43)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden

Responden penelitian ini adalah para petani di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah yang berjumlah 69 orang. Untuk mendapatkan gambaran secara lebih jelas mengenai responden, berikut dideskripsikan identitas responden menurut kelompok umur, pendidikan terakhir dan lama menjadi anggota dalam kelompok tani.

1. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

Untuk mengetahui Identitas responden menurut kelompok umur, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur Frekuensi Persentase

1 44 tahun atau lebih 14 20.29

2 35 – 44 Tahun 36 52.17

3 25 – 34 Tahun 19 27.54

Jumlah 69 100,00


(44)

Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu , sebanyak 14 (20,29%) responden berusia 45 tahun ke atas. Sebanyak 36 (52,17%) responden berusia antara 35-44 tahun dan sebanyak 19 (27,54%) responden berusia antara 25-34 tahun. Dengan demikian maka sebagian besar responden antara 35-44 tahun. Hal ini berarti bahwa sebagian besar petani berada pada kelompok umur yang produktif dalam membidangi pekerjaan sebagai petani. Kelompok usia produktif menurut Badan Pusat Statistik Tahun 2010 adalah angkatan kerja yang berada rentang usia antara 22 sampai dengan 50 tahun.

2. Identitas Responden Menurut Pendidikan Terakhir

Untuk mengetahui identitas responden menurut pendidikan terakhir, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Identitas Responden Menurut Pendidikan Terakhir

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1 Tidak Lulus SD 9 13.04

2 Lulusan SD 21 30.43

3 Lulusan SMP 14 20.29

4 Lulusan SMA 25 36.23

Jumlah 69 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011

Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu , sebanyak 9 (13,04%) responden tidak lulus SD, sebanyak 21 (30,43%) responden adalah lulusan SD, sebanyak 14 (20,29%) responden adalah lulusan SMP/Sederajat dan 25 (36,23%) responden adalah lulusan SMA/Sederajat. Dengan demikian maka sebagian besar responden mampu menyelesaikan


(45)

jenjang pendidikan tingkat menengah (SMA). Hal ini sesuai dengan ciri masyarakat desa yang pada umumnya memiliki keterbatasan biaya untuk melanjutkan pendidikan sampai jenjang pendidikan perguruan tinggi.

3. Identitas Responden Menurut Lama Menjadi Anggota Kelompok Tani Untuk mengetahui identitas responden menurut lama menjadi anggota dalam kelompok tani, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Identitas Responden Menurut Lama Menjadi Anggota dalam Kelompok Tani

No Lama Menjadi Anggota Frekuensi Persentase

1 5 tahun atau lebih 12 17.39

2 3 – kurang dari 5 tahun 31 44.93

3 1 – kurang dari 3 tahun 17 24.64

4 Kurang dari 1 tahun 9 13.04

Jumlah 69 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011

Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 31 (44,93%) responden telah menjadi anggota kelompok tani selama 3 tahun sampai kurang dari 4 tahun, artinya mereka telah banyak mendapatkan informasi mengenai inovasi teknologi pertanian dari kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan dalam kelompok tani. Selain itu sebanyak 9 (13,04%) responden telah menjadi anggota kelompok tani selama kurang dari 1 tahun, artinya mereka memperoleh informasi mengenai inovasi teknologi pertanian yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang sudah lama menjadi anggota kelompok tani. Hal ini bermakna bahwa semakin lama petani menjadi anggota kelompok tani dan semakin sering mengikuti penyuluhan pertanian maka akan memiliki kecenderungan dalam menumbuhkan sikap petani yang positif dalam penerapan teknologi pertanian.


(46)

B. Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian adalah suatu proses komunikasi di mana terjadi penyampaian pesan berupa informasi mengenai teknologi pertanian dari petugas penyuluh lapangan kepada petani sasaran penyuluhan dengan menggunakan media penyuluhan dan bertujuan untuk mengubah sikap petani terhadap teknologi pertanian dalam usaha pertanian yang dilakukan. Dalam penelitian ini pengukuran penyuluhan pertanian meliputi presentasi, atensi, komprehensi, penghasilan dan retensi.

1. Presentasi

Presentasi maksudnya adalah penyuluh menjelaskan sifat-sifat inovasi secara proporsional, yang meliputi: penyuluh menjelaskan sifat-sifat pertanian modern yang bermanfaat dalam usaha pertanian, penyuluh menyampaikan penjelasan secara terperinci dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat petani. Adapun deskripsinya adalah sebagai berikut:

a. Responden Memahami Penjelasan dari Penyuluh Tentang Alat-Alat Pertanian Modern

Untuk mengetahui pemahaman responden tentang alat-alat pertanian modern yang disampaikan penyuluh, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Pemahaman Responden Tentang Alat-Alat Pertanian Modern yang Disampaikan Penyuluh

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Paham 28 40,58

Paham 35 50,72

Cukup Paham 6 8,70

Tidak Paham 0 0,00

Sangat Tidak Paham 0 0,00

Jumlah 69 100,00


(47)

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa data terbesar yaitu 35 (50.72%) responden paham penjelasan dari penyuluh tentang alat-alat pertanian modern. Data terkecil tidak ada responden (0.00%) responden yang tidak paham dan sangat tidak paham penjelasan dari penyuluh tentang alat-alat pertanian modern. Pemahaman responden ini berkaitan dengan keseriusan mereka dalam mengikuti penyuluhan, mereka juga dapat mengajukan pertanyaan apabila ada hal-hal yang belum atau tidak dipahami tentang alat-alat pertanian modern yang disampaikan penyuluh, seperti penggunaan traktor, mesin pembajak sawah dan penggunaan pestisida secara seimbang. Pemahaman ini berkaitan dengan latar belakang pendidikan responden yang sebagian besar menyelesaikan jenjang pendidikan SMA, sehingga pemahamannya lebih baik dibandingan dengan para petani yang hanya menyelesaikan pendidikan sampai dengan tingkat SD dan SMP. Pemahaman responden ini dapat mengarah pada perilaku untuk menggunakan alat-alat pertanian modern dan penerapan sistem bercocok tanam yang baik.

b. Penyuluh Pertanian Menjelasakan Tentang Pertanian Modern Secara Terperinci/Detail

Untuk mengetahui tanggapan responden bahwa penyuluh pertanian menyampaikan penjelasan mengenai pertanian modern secara terperinci/detail, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 13. Penyuluh Pertanian Menjelaskan Tentang Pertanian Modern Secara Terperinci/Detail

Jawaban Responden Frekuensi Persentase Sangat Terperinci 21 30,43

Terperinci 41 59,42

Cukup Terperinci 7 10,14

Tidak Terperinci 0 0,00

Sangat Tidak Terperinci 0 0,00

Jumlah 69 100,00


(48)

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa data terbesar yaitu 41 (59.42%) responden menyatakan penyuluh pertanian menyampaikan penjelasan mengenai pertanian modern dengan terperinci. Data terkecil menunjukkan tidak ada (0,00%) responden yang tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa penyuluh pertanian menyampaikan penjelasan mengenai pertanian modern secara tidak dan sangat tidak terperinci. Penjelasan tentang pertanian modern secara terperinci sehingga para petani tertarik untuk mengikuti penyuluhan pertanian sampai dengan selesai. Hal ini menunjukkan adanya keseriusan petani dalam mengikuti penyuluhan, sehingga mereka tidak meninggalkan penyuluhan sampai kegiatan selesai. Selain itu menunjukkan pula ketertarikan petani pada materi yang dibahas dalam penyuluhan. Contoh ketertarikan ini adalah petani menyimak dengan baik dan seksama materi mengenai teknologi pertanian yang disampaian oleh petugas penyuluh dan menyampaikan pertanyaan apabila mereka kurang atau tidak mengerti materi yang disampaikan.

c. Penyuluh Menyampaikan Penjelasan dengan Menyesuaikan Tingkat Pendidikan Masyarakat Petani

Untuk mengetahui tanggapan responden bahwa penyuluh menyampaikan penjelasan dengan menyesuaikan tingkat pendidikan masyarakat petani, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14. Penyuluh Menyampaikan Penjelasan dengan Menyesuaikan Tingkat Pendidikan Masyarakat Petani

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Sesuai 15 21,74

Sesuai 45 65,22

Cukup Sesuai 9 13,04

Tidak Sesuai 0 0,00

Sangat Tidak Sesuai 0 0,00

Jumlah 69 100,00


(49)

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa data terbesar yaitu 45 (65.22%) responden menyatakan penyuluh menyampaikan penjelasan disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat petani. Data terkecil menunjukkan tidak ada (0,00%) responden yang tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa penyuluh menyampaikan penjelasan sangat disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat petani. Dengan demikian maka sebagian besar responden menyatakan bahwa penyuluh menyampaikan penjelasan disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat petani.

Kesesuaian penjelasan dengan tingkat pendidikan ini akan sangat membantu pemahaman petani pada materi yang disampaikan. Hal ini berkaitan dengan pengalaman penyuluh sebagai pemateri yang menguasai bidang ilmu pertanian dengan baik. Hal ini dapat dipahami sebab pembicara dalam penyuluhan adalah para petugas penyuluh lapangan pertanian (PPL) yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang pertanian, memiliki kapasitas keilmuan yang memadai di bidang pertanian dan mampu memberikan materi sesuai dengan latar belakang pendidikan para audiensnya.

2. Atensi

Atensi adalah perhatian yang besar dari penyuluh terhadap inovasi, yang meliputi perhatian petani pada materi yang disampaikan penyuluh dan perhatian petani pada contoh yang disajikan penyuluh. Adapun deskripsinya adalah sebagai berikut:


(50)

a. Responden Memperhatikan Penjelasan Materi yang Disampaikan Penyuluh Tentang Cara Bertani yang Baik

Untuk mengetahui tanggapan bahwa responden memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan penyuluh tentang cara bertani yang baik, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15. Responden Memperhatikan Penjelasan Materi yang Disampaikan Penyuluh Tentang Cara Bertani yang Baik

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Memperhatikan 19 27,94

Memperhatikan 42 61,76

Cukup Memperhatikan 7 10,29

Tidak Memperhatikan 0 0,00

Sangat Tidak Memperhatikan 0 0,00

Jumlah 69 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa data terbesar yaitu 42 (61.76%) responden menyatakan memperhatikan penjelasan yang disampaikan penyuluh tentang cara bertani yang baik. Data terkecil menunjukkan tidak ada (0,00%) responden yang tidak memperhatikan dan sangat tidak memperhatikan penjelasan yang disampaikan penyuluh tentang cara bertani yang baik. Dengan demikian maka sebagian besar responden memperhatikan penjelasan yang disampaikan penyuluh tentang cara bertani yang baik. Hal ini berkaitan dengan adanya kemampuan pemateri dalam memaparkan materi penyuluhan, yang meliputi kejelasan materi yang disampaikan, ketuntasan materi yang disampaikan dan kemampuan memberikan penjelasan sampai peserta penyuluhan benar-benar mengerti pesan yang disampaikan oleh pemateri.


(51)

b. Responden Memperhatikan Contoh Penggunaan Teknologi yang Disajikan Penyuluh dalam Kegiatan Penyuluhan

Untuk mengetahui tanggapan responden memperhatikan contoh penggunaan teknologi yang disajikan penyuluh dalam kegiatan penyuluhan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 16. Responden Memperhatikan Contoh Penggunaan Teknologi yang Disajikan Penyuluh dalam Kegiatan Penyuluhan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Memperhatikan 22 31,88

Memperhatikan 39 56,52

Cukup Memperhatikan 8 11,59

Tidak Memperhatikan 0 0,00

Sangat Tidak Memperhatikan 0 0,00

Jumlah 69 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa data terbesar yaitu sebanyak 39 (56.52%) responden menyatakan memperhatikan contoh yang disajikan penyuluh dalam kegiatan penyuluhan. Data terkecil menunjukkan tidak ada (0,00%) responden yang tidak memperhatikan dan sangat tidak memperhatikan contoh yang disajikan penyuluh dalam kegiatan penyuluhan. Dengan demikian maka sebagian besar responden memperhatikan contoh yang disajikan penyuluh dalam kegiatan penyuluhan.

Perhatian para petani ini dapat berkaitan dengan arus pesan komunikasi yang bersifat dua arah. Setelah pemaparan selesai maka pemateri memberikan kesempatan maka peserta penyuluhan yang merasa perlu untuk menyampaikan sesuatu yang belum atau tidak dipahami dalam bidang pertanian akan mengajukan pertanyaan dan dipihak lain pemateri akan


(52)

memberikan penjelasan atas pertanyaan atau pembahasan atas masalah yang disampaikan oleh petani tersebut. Selain itu pemateri mengembangkan komunikasi yang terbuka di mana sumber pengetahuan atau informasi tidak hanya berasal dari dirinya, melainkan juga dari para anggota kelompok tani yang mengikuti penyuluhan.

3. Komprehensi

Komprehensi adalah adopter memahami inovasi secara menyeluruh baik secara teori maupun praktek, yang meliputi petani memahami materi yang disampaikan penyuluh dan petani memahami maksud dan tujuan pertanian modern untuk meningkatkan kesejahteraan petani

a. Penyuluh Selalu Membantu Petani untuk Memahami Teori dan Praktik dalam Kegiatan Penyuluhan

Untuk mengetahui tanggapan responden bahwa penyuluh selalu membantu petani untuk memahami teori dan praktek penjelasan dalam kegiatan penyuluhan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17. Penyuluh Selalu Membantu Petani Untuk Memahami Teori dan Praktek dalam Kegiatan Penyuluhan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Membantu 20 28.99

Membantu 41 59.42

Cukup Membantu 8 11.59

Tidak Membantu 0 0.00

Sangat Tidak Membantu 0 0.00

Jumlah 69 100,00


(53)

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa data terbesar yaitu sebanyak 41 (59.42%) responden menyatakan bahwa penyuluh membantu petani untuk memahami penjelasan dalam kegiatan penyuluhan. Data terkecil menunjukkan tidak ada (0,00%) responden yang menyatakan bahwa penyuluh tidak membantu dan sangat tidak membantu petani untuk memahami penjelasan dalam kegiatan penyuluhan. Dengan demikian maka sebagian besar responden setuju bahwa penyuluh membantu petani untuk memahami penjelasan dalam kegiatan penyuluhan.

Penyuluh dalam kegiatan penyuluhan selalu membawa media. Media yang biasanya dibawa oleh pemateri adalah brosur atau alat peraga dalam pertanian. Media ini sangat penting untuk digunakan dalam proses penyuluhan, sebab dengan menggunakan media maka pemateri akan mudah dalam memberikan penjelasan dan petani akan menjadi lebih tertarik dalam mengikuti penyuluhan. Pemateri pada dasarnya memang menggunakan media yang sesuai dengan materi. Kesesuain antara media dengan materi yang disampaikan ini akan memudahkan pemateri dalam memberikan penjelasan-penjelasan kepada para petani.

b. Penyuluh Membantu Petani untuk Menerapkan Praktik Kegiatan Penyuluhan

Untuk mengetahui tanggapan responden bahwa penyuluh membantu petani untuk menerapkan praktik dalam kegiatan penyuluhan, dapat dilihat pada tabel berikut:


(1)

Lampiran 3 Hasil Perhitungan dengan Program SPSS

Regression

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method 1 penyuluhana . Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: sikap

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .833a .694 .689 1.501 .694 151.687 1 67 .000

a. Predictors: (Constant), penyuluhan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 341.686 1 341.686 151.687 .000a

Residual 150.922 98 2.253

Total 492.609 99

a. Predictors: (Constant), penyuluhan b. Dependent Variable: sikap

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

95% Confidence Interval for B

B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound

1 (Constant) 6.017 2.547 2.362 .021 .933 11.100

penyuluhan .799 .065 .833 12.316 .000 .669 .928


(2)

Lampiran 4

TABEL UJI t PADA TINGKAT KEPERCAYAAN 95% (

σ

= 5%)

df t.100 t.050 t.025 t.010 t.005

1 3.078 6.314 12.706 31.821 63.657

2 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925

3 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841

4 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604

5 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032

6 1.44 1.943 2.447 3.143 3.707

7 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499

8 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355

9 1.383 1.833 2.262 2.821 2.250

10 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169

11 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106

12 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055

13 1.35 1.771 2.160 2.65 3.012

14 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977

15 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947

16 1.337 1.746 2.12 2.583 2.921

17 1.333 1.74 2.11 2.567 2.898

18 1.33 1.734 2.101 2.552 2.878

19 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861

20 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845

21 1.323 1.721 2.08 2.518 2.831

22 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819

23 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807

24 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797

25 1.316 1.708 2.06 2.485 2.787

26 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779

27 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771

28 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763

29 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756

30 1.310 1.697 2.042 2.457 2.75

35 1.306 1.689 2.030 2.438 2.724

40 1.303 1.684 2.021 2.423 2.705

45 1.301 1.679 2.014 2.412 2.690

50 1.299 1.676 2.009 2.403 2.678

60 1.296 1.671 2.000 2.390 2.66

70 1.294 1.667 1.994 2.381 2.648

80 1.292 1.664 1.990 2.374 2.639

90 1.291 1.662 1.987 2.369 2.632

100 1.290 1.660 1.984 2.364 2.626

120 1.289 1.658 1.980 2.358 2.617

140 1.288 1.656 1.977 2.353 2.611

160 1.287 1.654 1.975 2.350 2.607

180 1.286 1.653 1.973 2.347 2.603

200 1.286 1.653 1972 2.345 2.601

1.282 1.645 1.960 2.326 2.576


(3)

No Nama Umur Pendidikan Terakhir lama Menjadi Anggota KELOMPOK TANI

1 MUKHTAR SYAIFUL

46 LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

2 UBAY ASROPIYANDI

28 LULUSAN SMA 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

3 AZIZI MADSURI

43 LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

4 MUNANDAR

42 LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

5 EKO SUMEDI

43 LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

6 EDY KURNIAWAN

30 LULUSAN SMA 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

7 UJANG

45 TIDAK LULUS SD > 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

8 SEPTA ERWIN

30 LULUSAN SMA 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

9 RIZKI RAMADHANI

34 LULUSAN SMA 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

10 NUROHMAN

44 TIDAK LULUS SD > 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

11 EDI SUHAEDI

44 LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

12 GEGER SETIA PUTRA

33 LULUSAN SMA 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

13 DONI ROFIKA

32 LULUSAN SMA 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

14 NUR HASAN

46 TIDAK LULUS SD > 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

15 YUSUP HAERULLAH

47 LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

16 TIMAN

LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

17 TOHIR

45 TIDAK LULUS SD > 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Lampiran 5


(4)

18 PAIJAN

44 TIDAK LULUS SD > 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

19 SUMARYANTO

46 LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

20 ZAINURI

44 LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

21 ZAINUDDIN

47 TIDAK LULUS SD > 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

22 RIANTO

29 LULUSAN SMA < 1 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

23 KAMSURI

46 TIDAK LULUS SD > 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

24 SUTARMA JUWITA

35 LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

25 IMANUDDIN M

45 TIDAK LULUS SD > 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

26 JURIDNO

29 LULUSAN SMA < 1 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

27 MUSSANNIF

46 TIDAK LULUS SD > 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

28 HABIBI

41 LULUSAN SD > 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

29 SAENI

43 LULUSAN SD > 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

30 YAYAH

30 LULUSAN SMA < 1 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

31 WARSITO

40 LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

32 KODIRUN

30 LULUSAN SMA < 1 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

33 GIMAN

30 LULUSAN SMA < 1 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

34 MARYANTO

38 LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

35 WAHYUDIN

31 LULUSAN SMA 1 - 3 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

36 SURYANA


(5)

37 NAWAWI

35 LULUSAN SMA 1 - 3 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

38 SUPRIYANTO

31 LULUSAN SMA 1 - 3 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

39 PRASTIO

42 LULUSAN SD > 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

40 BAMBANG

39 LULUSAN SMA 1 - 3 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

41 YANTO

35 LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

42 MAKMUN

34 LULUSAN SMA 1 - 3 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

43 SUPRIYADI

35 LULUSAN SMA 1 - 3 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

44 DWI APRIYANTO

32 LULUSAN SMA 1 - 3 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo 45 MUSA

31 LULUSAN SMA 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

46 JUBAIDI

38 LULUSAN SMA 1 - 3 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

47 TRI WAHYONO

40 LULUSAN SMP 1 - 3 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

48 ARI WITONO

39 LULUSAN SMP 1 - 3 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

49 WINOTO

40 LULUSAN SD GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

50 ARIKUNCORO

40 LULUSAN SMP 1 - 3 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

51 RAHMAT PRASTIO

28 LULUSAN SMP < 1 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

52 MISDAL

28 LULUSAN SMP < 1 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

53 BAJURI

34 LULUSAN SMA < 1 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

54 TATOK

39 LULUSAN SMP 1 - 3 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

55 TUKIMIN


(6)

56 SISWOYO

36 LULUSAN SMP < 1 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

57 SUMANAR

37 LULUSAN SMP 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

58 WORO ISWANTORO

40 LULUSAN SMP 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

59 SUTIONO

42 LULUSAN SMP GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

60 INDRA KURNIA

37 LULUSAN SMA 1 - 3 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

61 ACENG HANIF

35 LULUSAN SMP 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

62 DARMA WATI

34 LULUSAN SMA 1 - 3 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

63 LIWON

43 LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

64 JEMIKUN

44 LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

65 RUSLAN

41 LULUSAN SMP 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

66 ARJUN

42 LULUSAN SMP 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

67 RAHMAT PRASTIO

37 LULUSAN SD 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

68 GUNAWAN

40 LULUSAN SMA 3 - 5 Tahun GAPOKTAN Dsn 03 Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo

69 KARTONO