36
dan domestikasi hewan tertentu. Bukti kehidupan masa neolitik berupa berbagai jenis  batu  yang  telah  diupam  halus  seperti  beliung  persegi,  kapak  lonjong,  alat
obsidian, mata panah, pemukul kulit kayu, gerabah, serta perhiasan gelang dari batu dan kerang.
Kemahiran  teknik  yang  dicapai  pada  masa  paleometalik  gayut  dengan tersusunnya
masyarakat yang
menjadi semakin
kompleks, dimana
perkampungan  sudah  lebih  besar,  pembagian  kerja  makin  ketat  dengan munculnya  golongan  yang  melakukan  pekerjaan  khusus  undagi.  Kehidupan
spritual  yang  berpusat  kepada  pemujaan  nenek  moyang  berkembang  secara luas. Adapun peningkatan teknologi pada masa ini adalah kemahiran seni tuang
logam. Hasil utama peralatan masa ini berupa nekara perunggu, kapak peruggu, bejana perunggu, patung perunggu, gelang dan cincin perunggu, serta gerabah
dan manik-manik. Disamping  bentuk  kehidupan  tersebut,  di  Indonesia  dijumpai  adanya  tradisi
Pra-Aksara yang masih bertahan hingga kini, antara lain: tradisi bercocok tanam sederhana,  tradisi  pembuatan  kapak  batu,  tradisi  pembuatan  gerabah,  tradisi
pembuatan aat logam, dan tradisi megalitik, serta masih banyak lagi tradisi Pra- Aksara yang tetap berlangsung sampai saat ini di dalam kehidupan masyarakat
Indonesia.
G.  UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Setelah  kegiatan  pembelajaran,Bapak  Ibu  dapat  melakukan  umpan  balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini:
1.  Apa  yang  BapakIbu  pahami  setelah  mempelajari  materi  Manusia  dan Kebudayaan Praaksara Indonesia?
2.  Makna  penting  apa  yang  BapakIbu  peroleh  setelah  mempelajari  materi Manusia dan Kebudayaan Praaksara Indonesia?
3.  Apa  manfaat  materi  Manusia  dan  Kebudayaan  Praaksara  Indonesia terhadap tugas BapakIbu disekolah?
4.  Setelah BapakIbu mempelajari modul diatas, apakah  yang akan  BapakIbu lakukan  terhadap  ketersediaan  sumber  dan  media  yang  berhubungan
dengan  materi  Manusia  dan  Kebudayaan  Praaksara  Indonesia  di sekolahmadrasah ditempat BapakIbu bertugas?
37
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
A.  TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah  mengikuti  pembelajaran  ini,  peserta  diklat  dapat  memahami Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dengan baik.
B.  INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1.  Menerangkan Kerajaan Bercorak Hindu-Buddha di Indonesia 2.  Menganalisis  perkembangan  sosial,  politik  pemerintahan,  seni  budaya
dan ekonomi kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha di Indonesia
C.  URAIAN MATERI
Penemuan  7  buah  prasasti  Yupa  dari  Kutai  di  pinggir  sungai  Mahakam pada  abad  ke  4  Masehi  dipandang  sebagai  tonggak  penting  dalam  penulisan
sejarah  Indonesia  Indonesia  kini.  Hal  ini  dikarenakan  untuk  pertama  kalinya sebuah  wilayah  di  Indonesia  terekam  dalam  sebuah  sumber  sejarah  tertulis
berupa prasasti. Meskipun tidak menyebutkan angka tahun namun berdasarkan perbandingan huruf yang dipakai dalam hal ini pallawa maka dapat ditentukan
secara relatif usia prasasti tersebut, yaitu berkisar pada akhir abad ke IV M1. Penemuan ini sekaligus sebagai bukti bahwa pengaruh Hindu telah masuk
ke Indonesia berdasarkan beberapa bukti terkait, yaitu terdapat beberapa nama raja  yang  menggunakan  gelar  berbau  India  bukan  lagi  nama  lokal,  penyebutan
1Pertanggalan dalam prasasti dapat ditentukan baik secara absolut pasti maupun relatif kisaran. Penentuan  secara  absolut  didapatkan  dari  uraian  pertanggalan  yang  tercantum  secara  eksplisit
dalam  teks  prasasti  tersebut.  Beberapa  prasasti  hanya  menyebutkan  angka  tahunnya  saja,  namun beberapa  prasasti  yang  lain  juga  menyebutkan  pertanggalan  detil  untuk  bulan,  minggu,  hari  dan
bahkan  jam  ketika  prasasti  tersebut  dikeluarkan.  Ahli  epigrafi  memiliki  kemampuan  untuk  dapat mengkonversi  pertanggalan  dari  saka  ke  masehi.  Penentuan  relatif  dilakukan  dengan  dua  cara
setelah  tidak  ditemukannya  teks  pertanggalannya.  Cara  yang  pertama  dengan  melakukan perbandingan  analogi  dengan  prasasti-prasasti  yang  sejaman  dari  segi  bentuk  huruf,  gaya
pemahatan,  formula  prasasti  maupun  nama  pejabat  yang  tertera.  Cara  yang  lain  adalah  dengan melakukan uji kimia terhadap bahan dasar prasasti tersebut, biasanya menggunakan bahan karbon
C14. 7 buah prasasti
yūpa dari Kutai ini diketahui usia relatifnya setelah dilakukan perbandingan dengan  beberapa  prasasti  berhuruf  pallawa  dari  daerah  India  dan  diduga  kuat  sejaman  dengan
akhir abad IV Masehi.