Efek Fumigasi Formaldehida dalam Mesin Tetas terhadap Gambaran Histopatologis Saluran Pernapasan Ayam Umur Satu Hari

EFEK FUMIGASI FORMALDEHIDA

DALAM MESIN TETAS
TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS
SALURAN PERNAPASAN AYAM UMUR SATU HARI

-

SKRIPSI

Oleh :
EMY PURNOMOWATI
B01496065

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000

EMY PURNOMOWATI. 2000. Efek Fumigasi Formaldehida Dalam Mesir1 Tetas
Terhadap Gambaran Histopatologis Saluran Penlapasan Ayam Umur Sato
Hari. Di bawah bimbingan Drh. Hernomoadi Huminto, MVS.

Formaldehida adalah suatu gas yang diperdagangkan dalam larutan 38-40%
dalam air dan disebut formalin. Larutan formaldehida merupakan cairan talc
benvarna, berbau karakteristik, menyengat dan perih serta panas jika tercium dan
kaustik jika terkena kulit tubuh.
Fumigasi dengan formaldehida dalam mesin tetas pada periode akhir waktu
penetasan menimbulkan lesio-lesio pada saluran pernapasan ayarn umur satu
hari/DOC (day old chicks) yang diproduksi. Parahnya lesio pada saluran pernapasan
DOC sesuai dengan lamanya hmigasi. Lesio yang terjadi antara lain: pada trakhea,
semalcin menempelnya silia yang satu dengan silia yang lainnya dan kelihatan lebih
pendek, meningkatnya jumlah sel goblet dan terjadi hiperemi. Pada paru-paru, silia
pada bronkhus semakin rnenempel antara silia satu dengan silia yang lainnya dan
terjadi hiperemi, septa atria parabronkhus ada yang menjadi lebih pendek dan ada
yang menjadi langsing sehingga atria semakin luas, lumen ltapiler udara mengalami
dilatasi, emfisema dan kadang terisi eritrosit dan meluasnya jaringan interstitiurn.
Semakin menempelnya silia satu dengan silia yang lainnya dan terlihat lebih
pendek ini karena pengaruh gas yang bersifat iritan (formaldehida) sehingga silia
tersebut tampak tumpul dengan adanya lepuh pada dinding silia yang altibatnya
mudah patah sehingga tampak lebih pendek. Dengan demikian aktifitas silia untuk
membersihkan/menghilangkan benda asing menjadi kurang efisien.
Meningkatnya jumlah sel goblet ini berkaitan dengan meningkatnya produlcsi

mukus dan akumulasi yang berlebihan karena kurangnya aktifitas silia tersebut.
Proses ini dikenal dengan istilah peradangan ltatarrhal yang merupakan respon dari
sisteln mukosiliaris untuk mengencerkan dan membersihltan gas penyebab iritasi.
Sedangkan lliperemi terjadi karena semakin meluasnya kapiler-kapiler yang
merupakan tanda dari stadium awal dari proses peradangan. Meluasnya ltapiler udara
ini dikarenakan dinding kapiler udara mempunyai kemampuan untuk meluas dan
menyempit dengan kuat serta dapat disebabkan karena meningkatnya frelcuensi napas
dan adanya gangguan penarikan napas (Ressang, 1984). Selain itu dapat juga
disebabkan karena rusaknya sel pneumonosit tipe 11. Lumen kapiler udara yang terisi
dengan eritrosit ini karena pecahnya kapiler-kapiler yang meluas tersebut.
Septa atria parabronkhus ada yang lebih pendek dan ada yang menjadi lebih
langsing ini karena pengaruh dari otot licin yang dapat berkontraksi dan relaksasi.
Jika dalam keadaan berkontraksi maka septa atria parabronkhus menjadi pendek dan
saat relaksasi septa atria tetap. Septa atria yang menjadi langsing ini kemungltinan
ltarena relaksasi yang belum sempurna tetapi hewannya sudah mati, akibatnya atria
~nenjadilebih luas karena langsingnya septa tersebut.
Jaringan interstitium yang meluas ini karena dalam jaringan interstitium
terdapat makrofag yang mampu melakukan fagositosis secara terus menenls dan
ben~lang-dangterhadap agen penyebab peradangan.


EFEK FUMIGASI FORMALDEHDA
DALAM MESIN TETAS
TERaADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS
SALURAN PERNAPASAN AYAM UMUR SATU HART

Oleh :
EMY PURNOMOWATI
B01496065

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran Hewan

Fakultas Kedokteran Hewan - Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000

JuduI Skripsi


: Efek Fumigasi Formaldehida Dalam Mesin Tetas Terhadap

Gambaran Histopatologis Saluran Pernapasan Ayam Umur
Satu Hari
Nama

: EMY PURNOMOWATI

Nomor Pokok

: B01496065

Telah Diperiksa dan Disetujui

Drh. ~ e r n o m z dHuminto.
i
~ W S
Dosen Pembimbing

NIP :I31 129 090


Tanggal kelulusan : 24 AGUSTUS 2000

RIWAYAT HlDUP

Penulis dilahirkan di Banyuwangi, Jawa timur pada tanggal 7 Oktoher 1978,
sebagaai anak pertama dari dua bersaudara dari Ayahanda Sukarno dan Ihunda
Rusmi.
Pada tahun 1984 penulis masuk Sekolah Dasar Negeri Tamanagung I1 dan
lulus pada tahun 1990. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri

I Cluring dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun yang sama penulis rnemasuki
Sekolah Menengah Atas Negeri I1 Genteng dan lulus pada tahun 1996.
Pada tahun 1996 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan
Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa
ICedokteran Hewan.

tingkat persiapan bersama Fakultas

tetas (hatchery) menguapkan formaldehida setiap 12 jam pada 3 hari terakhir masa

inkubasi.
Sander and Willson (1996) membuktikan bahwa secara mikroskopis saluran
pernapasan (trakhea) yang mendapat induksi formaldehida setiap 12 jam pada 3 hari
terakhir mas a inkubasi mengalami kerusakan. Kerusakan yang terjadi adalah silia
terlihat tumpul karena adanya lepuh pada dinding silia sehingga silia menjadi mudah
patah dan terlihat lebih pendek, meningkatnya jumlah sel goblet yang mengakibatkan
meningkatnya produksi mukus.

12

EFEK FUMIGASI FORMALDEHIDA

DALAM MESIN TETAS
TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS
SALURAN PERNAPASAN AYAM UMUR SATU HARI

-

SKRIPSI


Oleh :
EMY PURNOMOWATI
B01496065

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000

EMY PURNOMOWATI. 2000. Efek Fumigasi Formaldehida Dalam Mesir1 Tetas
Terhadap Gambaran Histopatologis Saluran Penlapasan Ayam Umur Sato
Hari. Di bawah bimbingan Drh. Hernomoadi Huminto, MVS.
Formaldehida adalah suatu gas yang diperdagangkan dalam larutan 38-40%
dalam air dan disebut formalin. Larutan formaldehida merupakan cairan talc
benvarna, berbau karakteristik, menyengat dan perih serta panas jika tercium dan
kaustik jika terkena kulit tubuh.
Fumigasi dengan formaldehida dalam mesin tetas pada periode akhir waktu
penetasan menimbulkan lesio-lesio pada saluran pernapasan ayarn umur satu
hari/DOC (day old chicks) yang diproduksi. Parahnya lesio pada saluran pernapasan
DOC sesuai dengan lamanya hmigasi. Lesio yang terjadi antara lain: pada trakhea,
semalcin menempelnya silia yang satu dengan silia yang lainnya dan kelihatan lebih

pendek, meningkatnya jumlah sel goblet dan terjadi hiperemi. Pada paru-paru, silia
pada bronkhus semakin rnenempel antara silia satu dengan silia yang lainnya dan
terjadi hiperemi, septa atria parabronkhus ada yang menjadi lebih pendek dan ada
yang menjadi langsing sehingga atria semakin luas, lumen ltapiler udara mengalami
dilatasi, emfisema dan kadang terisi eritrosit dan meluasnya jaringan interstitiurn.
Semakin menempelnya silia satu dengan silia yang lainnya dan terlihat lebih
pendek ini karena pengaruh gas yang bersifat iritan (formaldehida) sehingga silia
tersebut tampak tumpul dengan adanya lepuh pada dinding silia yang altibatnya
mudah patah sehingga tampak lebih pendek. Dengan demikian aktifitas silia untuk
membersihkan/menghilangkan benda asing menjadi kurang efisien.
Meningkatnya jumlah sel goblet ini berkaitan dengan meningkatnya produlcsi
mukus dan akumulasi yang berlebihan karena kurangnya aktifitas silia tersebut.
Proses ini dikenal dengan istilah peradangan ltatarrhal yang merupakan respon dari
sisteln mukosiliaris untuk mengencerkan dan membersihltan gas penyebab iritasi.
Sedangkan lliperemi terjadi karena semakin meluasnya kapiler-kapiler yang
merupakan tanda dari stadium awal dari proses peradangan. Meluasnya ltapiler udara
ini dikarenakan dinding kapiler udara mempunyai kemampuan untuk meluas dan
menyempit dengan kuat serta dapat disebabkan karena meningkatnya frelcuensi napas
dan adanya gangguan penarikan napas (Ressang, 1984). Selain itu dapat juga
disebabkan karena rusaknya sel pneumonosit tipe 11. Lumen kapiler udara yang terisi

dengan eritrosit ini karena pecahnya kapiler-kapiler yang meluas tersebut.
Septa atria parabronkhus ada yang lebih pendek dan ada yang menjadi lebih
langsing ini karena pengaruh dari otot licin yang dapat berkontraksi dan relaksasi.
Jika dalam keadaan berkontraksi maka septa atria parabronkhus menjadi pendek dan
saat relaksasi septa atria tetap. Septa atria yang menjadi langsing ini kemungltinan
ltarena relaksasi yang belum sempurna tetapi hewannya sudah mati, akibatnya atria
~nenjadilebih luas karena langsingnya septa tersebut.
Jaringan interstitium yang meluas ini karena dalam jaringan interstitium
terdapat makrofag yang mampu melakukan fagositosis secara terus menenls dan
ben~lang-dangterhadap agen penyebab peradangan.

EFEK FUMIGASI FORMALDEHDA
DALAM MESIN TETAS
TERaADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS
SALURAN PERNAPASAN AYAM UMUR SATU HART

Oleh :
EMY PURNOMOWATI
B01496065


Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran Hewan

Fakultas Kedokteran Hewan - Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000

JuduI Skripsi

: Efek Fumigasi Formaldehida Dalam Mesin Tetas Terhadap

Gambaran Histopatologis Saluran Pernapasan Ayam Umur
Satu Hari
Nama

: EMY PURNOMOWATI

Nomor Pokok


: B01496065

Telah Diperiksa dan Disetujui

Drh. ~ e r n o m z dHuminto.
i
~ W S
Dosen Pembimbing

NIP :I31 129 090

Tanggal kelulusan : 24 AGUSTUS 2000

RIWAYAT HlDUP

Penulis dilahirkan di Banyuwangi, Jawa timur pada tanggal 7 Oktoher 1978,
sebagaai anak pertama dari dua bersaudara dari Ayahanda Sukarno dan Ihunda
Rusmi.
Pada tahun 1984 penulis masuk Sekolah Dasar Negeri Tamanagung I1 dan
lulus pada tahun 1990. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri

I Cluring dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun yang sama penulis rnemasuki
Sekolah Menengah Atas Negeri I1 Genteng dan lulus pada tahun 1996.
Pada tahun 1996 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan
Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa
ICedokteran Hewan.

tingkat persiapan bersama Fakultas