Pemberian Glutamin, Dextrin Dan Kombinasinya secara in Ovo Terhadap Daya Tetas, Berat Tetas, Performa Dan Pemanfaatan Energi Ayam Broiler Jantan Umur 15 Hari

(1)

PEMBERIAN GLUTAMIN, DEXTRIN DAN KOMBINASINYA

SECARA

IN OVO

TERHADAP DAYA TETAS, BERAT TETAS,

PERFORMA DAN PEMANFAATAN ENERGI AYAM

BROILER JANTAN UMUR 15 HARI

LELY DELIMA SAKIYO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

B O G O R

2007


(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: Pemberian Glutamin, Dextrin dan Kombinasinya secara In Ovo terhadap Daya Tetas, Performa dan Pemanfaatan Energi Ayam Broiler Jantan Umur 15 Hari, merupakan hasil karya saya sendiri atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Semua sumber data dan informasi atau pustaka yang digunakan dalam tesis ini telah dinyatakan dengan jelas dan lengkap dan dapat diperiksa kebenarannya. Tesis ini belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun atau untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Bogor, Desember 2007 Lely Delima Sakiyo NIM D051050051


(3)

ABSTRACT

LELY DELIMA SAKIYO. Insertion of Glutamine, Dextrin and Its Combination Through In Ovo Feeding on Hatchability, Hatchling Weight, Performances and Energy Utilization of Broiler. Under the supervisions of WIRANDA G. PILIANG, DEWI APRI ASTUTI, and DESIANTO BUDI UTOMO.

Early development of the digestive tract is crucial for achieving maximal growth and development of chickens. Since the late-term embryos naturally consume the amniotic fluid, insertion of nutrient solution into the embryonic amniotic fluid [in ovo feeding, IOF] would enhance digestive tract development and provide more energy for embryos to pip. This research was conducted to study the effects of glutamine, dextrin, and its combination through IOF in chicken eggs on the 18th day of incubation. The parameters observed were hatchability, hatchling weight, performances and energy utilization of male broiler chicks up to 15 days of age. The data was analyzed by a Completely Randomized Design (CRD). The two controls were intact eggs and eggs with NaCl 0.5% insertion. The results showed that IOF of glutamine, dextrin and its combination decreased the hatchability and did not increase hatchling weight. All treatments neither affect significantly the chick performances nor the energy utilization. The control group (intact eggs) showed higher hatchability as compared to that of the other treatment groups. The control group treated with NaCl 0.5% insertion, gave the highest hatchability as compared to that of the other groups but did not affect other parameters.


(4)

RINGKASAN

LELY DELIMA SAKIYO. Pemberian Glutamin, Dextrin dan Kombinasinya secara in Ovo terhadap Daya Tetas, Berat Tetas, Performa dan Pemanfaatan Energi Ayam Broiler Jantan Umur 15 Hari. WIRANDA G. PILIANG, DEWI APRI ASTUTI dan DESIANTO BUDI UTOMO.

Pertumbuhan saluran pencernaan yang lebih awal merupakan kunci untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan ayam yang maksimal. Secara alamiah embrio stadium lanjut akan mengkonsumsi cairan amnion, oleh karena itu penyuntikan larutan nutrien ke dalam cairan amnion (in ovo feeding, IOF) dapat meningkatkan perkembangan saluran pencernaan dan menyediakan lebih banyak energi bagi embrio untuk melakukan aktivitas menetas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek IOF glutamin, dextrin serta kombinasi glutamin dan dextrin terhadap daya tetas, berat tetas, perkembangan usus halus, performa dan pemanfaatan energi ayam broiler jantan hingga umur 15 hari pasca menetas. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Sebagai kontrol adalah telur yang tidak menerima IOF dan telur yang menerima IOF NaCl 0.5%. In ovo feeding glutamin, dextrin serta kombinasi glutamin dan dextrin tidak memberikan keuntungan apapun karena menurunkan daya tetas dan tidak memberikan pengaruh yang positif terhadap berat tetas. In ovo feeding glutamin, dextrin serta kombinasinya tidak meningkatkan perkembangan saluran pencernaan anak ayam hingga umur 14 hari, hal ini menyebabkan performa dan penggunaan energi anak ayam jantan di umur 15 hari tidak berbeda nyata. In ovo feeding NaCl 0.5% meningkatkan persentase daya tetas tanpa memberikan suatu pengaruh yang positif pada berat tetas, performa dan perkembangan saluran pencernaan embrio hingga umur 14 hari serta penggunaan energi anak ayam jantan di umur 15 hari. Aplikasi pemberian glutamin, dextrin serta kombinasinya secara in ovo dilakukan dengan tehnik micro tracer agar distribusi nutrien yang diberikan dapat dirunut. Kata kunci: in ovo feeding, glutamin, dextrin, daya tetas, usus halus


(5)

@ Hak cipta milik IPB, tahun 2007

Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(6)

PEMBERIAN GLUTAMIN, DEXTRIN DAN KOMBINASINYA SECARA IN OVO TERHADAP DAYA TETAS, BERAT TETAS, PERFORMA

DAN PEMANFAATAN ENERGI AYAM BROILER JANTAN UMUR 15 HARI

LELY DELIMA SAKIYO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Depertemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

B O G O R 2007


(7)

Judul Tesis : Pemberian Glutamin, Dextrin dan Kombinasinya secara in Ovo terhadap Daya Tetas, Berat Tetas, Performa dan Pemanfaatan Energi Ayam Broiler Jantan Umur 15 Hari

Nama : Lely Delima Sakiyo

NIM : D051050051

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Ir. Wiranda G. Piliang, Ph.D., M. Sc Ketua

Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, M. S drh. Desianto Budi Utomo, Ph.D., M.Sc Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Dr. Ir. Idat Galih Permana, M. Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M. S


(8)

(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Prof. Ir. Wiranda G. Piliang, Ph.D., M.Sc., Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, M.S., dan drh. Desianto Budi Utomo, M.Sc, Ph.D., selaku komisi pembimbing atas bimbingan, arahan, saran dan kesabaran selama proses penyusunan tesis ini. Thank you very much to Dr. Kenny Ray Hazen for your supports, literatures and long discussions. Kepada Ika, Diah dan Bang Anto, terima kasih atas dorongan semangat, persahabatan, kasih sayang dan bantuannya. Kepada Mas Supri, Bagus NH, Ipep, Erma, Andi, Ina, serta semua rekan-rekan di research farm yang telah banyak membantu, penulis menyampaikan terima kasih. Ungkapan terima kasih terutama disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala cinta, doa, dorongan semangat dan kasih sayangnya. This thesis is for you Mom.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2007 Lely Delima Sakiyo


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 19 Februari 1976, putri tunggal dari ayah Sakijo dan ibu Almh.Indhang Dharadjatin.

Tahun 1993 penulis lulus dari SMUN IV Surabaya, pada tahun yang sama masuk Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya dan lulus pada tahun 2000.

Penulis bekerja pada PT. Charoen Pokphand Indonesia. Pada tahun 2005, penulis masuk Sekolah Pascasarjana IPB. Penulis memilih Program Studi Ilmu Nutrisi Fakultas Peternakan IPB. Hingga kini penulis masih tercatat sebagai karyawan di Feed Technology Division, PT. Charoen Pokphand Indonesia.


(11)

PEMBERIAN GLUTAMIN, DEXTRIN DAN KOMBINASINYA

SECARA

IN OVO

TERHADAP DAYA TETAS, BERAT TETAS,

PERFORMA DAN PEMANFAATAN ENERGI AYAM

BROILER JANTAN UMUR 15 HARI

LELY DELIMA SAKIYO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

B O G O R

2007


(12)

PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: Pemberian Glutamin, Dextrin dan Kombinasinya secara In Ovo terhadap Daya Tetas, Performa dan Pemanfaatan Energi Ayam Broiler Jantan Umur 15 Hari, merupakan hasil karya saya sendiri atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Semua sumber data dan informasi atau pustaka yang digunakan dalam tesis ini telah dinyatakan dengan jelas dan lengkap dan dapat diperiksa kebenarannya. Tesis ini belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun atau untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Bogor, Desember 2007 Lely Delima Sakiyo NIM D051050051


(13)

ABSTRACT

LELY DELIMA SAKIYO. Insertion of Glutamine, Dextrin and Its Combination Through In Ovo Feeding on Hatchability, Hatchling Weight, Performances and Energy Utilization of Broiler. Under the supervisions of WIRANDA G. PILIANG, DEWI APRI ASTUTI, and DESIANTO BUDI UTOMO.

Early development of the digestive tract is crucial for achieving maximal growth and development of chickens. Since the late-term embryos naturally consume the amniotic fluid, insertion of nutrient solution into the embryonic amniotic fluid [in ovo feeding, IOF] would enhance digestive tract development and provide more energy for embryos to pip. This research was conducted to study the effects of glutamine, dextrin, and its combination through IOF in chicken eggs on the 18th day of incubation. The parameters observed were hatchability, hatchling weight, performances and energy utilization of male broiler chicks up to 15 days of age. The data was analyzed by a Completely Randomized Design (CRD). The two controls were intact eggs and eggs with NaCl 0.5% insertion. The results showed that IOF of glutamine, dextrin and its combination decreased the hatchability and did not increase hatchling weight. All treatments neither affect significantly the chick performances nor the energy utilization. The control group (intact eggs) showed higher hatchability as compared to that of the other treatment groups. The control group treated with NaCl 0.5% insertion, gave the highest hatchability as compared to that of the other groups but did not affect other parameters.


(14)

RINGKASAN

LELY DELIMA SAKIYO. Pemberian Glutamin, Dextrin dan Kombinasinya secara in Ovo terhadap Daya Tetas, Berat Tetas, Performa dan Pemanfaatan Energi Ayam Broiler Jantan Umur 15 Hari. WIRANDA G. PILIANG, DEWI APRI ASTUTI dan DESIANTO BUDI UTOMO.

Pertumbuhan saluran pencernaan yang lebih awal merupakan kunci untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan ayam yang maksimal. Secara alamiah embrio stadium lanjut akan mengkonsumsi cairan amnion, oleh karena itu penyuntikan larutan nutrien ke dalam cairan amnion (in ovo feeding, IOF) dapat meningkatkan perkembangan saluran pencernaan dan menyediakan lebih banyak energi bagi embrio untuk melakukan aktivitas menetas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek IOF glutamin, dextrin serta kombinasi glutamin dan dextrin terhadap daya tetas, berat tetas, perkembangan usus halus, performa dan pemanfaatan energi ayam broiler jantan hingga umur 15 hari pasca menetas. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Sebagai kontrol adalah telur yang tidak menerima IOF dan telur yang menerima IOF NaCl 0.5%. In ovo feeding glutamin, dextrin serta kombinasi glutamin dan dextrin tidak memberikan keuntungan apapun karena menurunkan daya tetas dan tidak memberikan pengaruh yang positif terhadap berat tetas. In ovo feeding glutamin, dextrin serta kombinasinya tidak meningkatkan perkembangan saluran pencernaan anak ayam hingga umur 14 hari, hal ini menyebabkan performa dan penggunaan energi anak ayam jantan di umur 15 hari tidak berbeda nyata. In ovo feeding NaCl 0.5% meningkatkan persentase daya tetas tanpa memberikan suatu pengaruh yang positif pada berat tetas, performa dan perkembangan saluran pencernaan embrio hingga umur 14 hari serta penggunaan energi anak ayam jantan di umur 15 hari. Aplikasi pemberian glutamin, dextrin serta kombinasinya secara in ovo dilakukan dengan tehnik micro tracer agar distribusi nutrien yang diberikan dapat dirunut. Kata kunci: in ovo feeding, glutamin, dextrin, daya tetas, usus halus


(15)

@ Hak cipta milik IPB, tahun 2007

Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(16)

PEMBERIAN GLUTAMIN, DEXTRIN DAN KOMBINASINYA SECARA IN OVO TERHADAP DAYA TETAS, BERAT TETAS, PERFORMA

DAN PEMANFAATAN ENERGI AYAM BROILER JANTAN UMUR 15 HARI

LELY DELIMA SAKIYO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Depertemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

B O G O R 2007


(17)

Judul Tesis : Pemberian Glutamin, Dextrin dan Kombinasinya secara in Ovo terhadap Daya Tetas, Berat Tetas, Performa dan Pemanfaatan Energi Ayam Broiler Jantan Umur 15 Hari

Nama : Lely Delima Sakiyo

NIM : D051050051

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Ir. Wiranda G. Piliang, Ph.D., M. Sc Ketua

Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, M. S drh. Desianto Budi Utomo, Ph.D., M.Sc Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Dr. Ir. Idat Galih Permana, M. Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M. S


(18)

(19)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Prof. Ir. Wiranda G. Piliang, Ph.D., M.Sc., Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, M.S., dan drh. Desianto Budi Utomo, M.Sc, Ph.D., selaku komisi pembimbing atas bimbingan, arahan, saran dan kesabaran selama proses penyusunan tesis ini. Thank you very much to Dr. Kenny Ray Hazen for your supports, literatures and long discussions. Kepada Ika, Diah dan Bang Anto, terima kasih atas dorongan semangat, persahabatan, kasih sayang dan bantuannya. Kepada Mas Supri, Bagus NH, Ipep, Erma, Andi, Ina, serta semua rekan-rekan di research farm yang telah banyak membantu, penulis menyampaikan terima kasih. Ungkapan terima kasih terutama disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala cinta, doa, dorongan semangat dan kasih sayangnya. This thesis is for you Mom.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2007 Lely Delima Sakiyo


(20)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 19 Februari 1976, putri tunggal dari ayah Sakijo dan ibu Almh.Indhang Dharadjatin.

Tahun 1993 penulis lulus dari SMUN IV Surabaya, pada tahun yang sama masuk Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya dan lulus pada tahun 2000.

Penulis bekerja pada PT. Charoen Pokphand Indonesia. Pada tahun 2005, penulis masuk Sekolah Pascasarjana IPB. Penulis memilih Program Studi Ilmu Nutrisi Fakultas Peternakan IPB. Hingga kini penulis masih tercatat sebagai karyawan di Feed Technology Division, PT. Charoen Pokphand Indonesia.


(21)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang Masalah ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Manfaat Hasil Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Pengaruh Early Feeding terhadap Pertumbuhan Saluran Pencernaan Anak Ayam ... 6

In Ovo Feeding ... 7

Pengaruh in Ovo Feeding terhadap Daya Tetas ... 12

Pengaruh in Ovo Feeding terhadap Saluran Pencernaan Embrio dan Berat Tetas ... 12

Pemanfaatan Energi ... 13

Penggunaan Karbohidrat sebagai in Ovo Feeding ... 16

Glutamin dan Saluran Pencernaan ... 17

Usus Halus ... 20

MATERI DAN METODE ... 22

Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

Rancangan Penelitian ... 22

Perlakuan Penelitian ... 24

Parameter yang Diamati... 25

Materi Penelitian ... 26

Kandang ... 26

Telur Tetas ... 26

Pakan ... 27

Larutan Nutrien ... 27

Metode Penelitian ... 27

Prosedur in Ovo Feeding pada Telur Tetas ... 27

Perhitungan Persentase Data Tetas ... 28

Persiapan Day Old Chick (DOC) ... 28

Perkembangan Usus Halus ... 29

Pengukuran Pemanfaatan Energi ... 31

Performa Mingguan Anak Ayam ... 37

Analisa Data ... 38

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

Daya Tetas dan Berat Tetas... 40

Usus Halus Neonatal Jantan ... 43


(22)

Halaman Usus Halus Anak Ayam Broiler Jantan Umur 14 Hari ... 52 Vili Ileum Anak Ayam Broiler Jantan Umur 14 Hari ... 54 Performa Anak Ayam ... 57 Energi Metabolisme Semu ... 60 Energi Bruto Anak Ayam ... 61 KESIMPULAN DAN SARAN ... 64 DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN ... 70


(23)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Sejarah penelitian in ovo feeding ... 8 2 Perlakuan dan nutrien yang digunakan dalam penelitian ... 25 3 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap persentase daya tetas dan

berat tetas jantan ... 40 4 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap usus halus neonatal jantan ... 43 5 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap deskripsi vili duodenum

neonatal jantan ... 46 6 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap deskripsi vili mikroskopi

jejunum neonatal jantan ... 48 7 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap deskripsi vili ileum neonatal jantan ... 49 8 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap usus halus anak ayam

broiler jantan umur 14 hari ... 52 9 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap gambaran histologi ileum

ayam broiler jantan umur 14 hari ... 55 10 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap performa minggu pertama

dan kedua anak ayam broiler jantan ... 58 11 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap AME ayam broiler jantan

umur 15 hari ... 60 12 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap energi bruto (GE) embrio,


(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kerangka pemikiran ... 5 2 Definisi dan hubungan dari neraca energi pada unggas ... 15 3 Sintesa dan interconversion glutamin dan glutamat ... 19 4 Sintesa proline dari glutamat ... 19 5 Alur penelitian ... 23 6 Pengukuran luas permukaan duodenum, jejunum dan ileum neonatal jantan ... 30 7 Pengukuran vili usus halus ... 31 8 Pengukuran dan perhitungan penggunaan energi pakan ... 32 9 Pengukuran energi ekskreta dalam kandang metabolik individual ... 33 10 Pengukuran energi bruto (GE) embrio ... 34 11 Pengukuran energi bruto (GE) neonatal jantan ... 36 12 Pengukuran energi bruto (GE) anak ayam umur 15 hari ... 37 13 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap persentase daya tetas dan

berat tetas jantan ... 41 14 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap berat usus halus neonatal

jantan ... 44 15 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap panjang usus halus

neonatal jantan ... 45 16 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap deskripsi vili duodenum

neonatal jantan ... 47 17 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap deskripsi vili duodenum

neonatal jantan ... 48 18 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap deskripsi vili duodenum


(25)

v

Halaman

19 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap luas permukaan vili

usus halus neonatal jantan ... 50 20 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap gambaran mikroskopi

duodenum, jejunum dan ileum neonatal jantan ... 51 21 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap berat usus halus anak

ayam broiler jantan umur 14 hari ... 53 22 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap panjang usus halus

anak ayam broiler jantan umur 14 hari ... 53 23 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap deskripsi vili ileum

ayam broiler jantan umur 14 hari ... 56 24 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap luas permukaan vili

ileum ayam broiler jantan umur 14 hari ... 56 25 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap berat badan minggu

pertama dan kedua anak ayam broiler jantan ... 58 26 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap konsumsi pakan

minggu pertama dan kedua anak ayam broiler jantan ... 59 27 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap konversi pakan minggu

pertama dan kedua anak ayam broiler jantan ... 59 28 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara

in ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap AME ayam broiler

jantan umur 15 hari ... 61 29 Pengaruh pemberian glutamin, dextrin dan kombinasinya secara in

ovo pada umur 18 hari inkubasi terhadap energi bruto (GE) embrio,


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Analisa statistika berat tetas ... 71 2 Analisa statistika performa anak ayam ... 72 3 Analisa statistika usus halus neonatal jantan ... 75 4 Analisa statistika vili duodenum neonatal jantan ... 80 5 Analisa statistika vili jejunum neonatal jantan ... 83 6 Analisa statistika vili ileum neonatal jantan ... 86 7 Analisa statistika usus halus anak ayam jantan umur 14 hari ... 89 8 Analisa statistika vili ileum anak ayam jantan umur 14 hari ... 93 9 Analisa statistika AME umur 15 hari ... 96 10 Analisa statistika energi bruto anak ayam ... 99


(27)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Suatu perkembangan genetik yang dramatis telah dilakukan selama lebih dari 40 tahun terakhir untuk mendapatkan ayam broiler dengan kecepatan pertumbuhan badan yang tinggi. Seleksi genetik yang dilakukan pada ayam broiler menghasilkan perubahan performa dan kecepatan deposisi lemak dan protein pada karkas. Perubahan pola pertumbuhan pada broiler ini memerlukan suatu modifikasi nutrien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi agar mereka dapat

tumbuh maksimal sesuai dengan potensi genetiknya (Sakomura et al. 2005).

Saluran pencernaan adalah organ penyuplai nutrisi bagi tubuh. Setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh diubah menjadi energi yang akan digunakan tubuh untuk bertahan hidup, tumbuh-kembang dan berproduksi. Semakin cepat saluran pencernaan dapat berfungsi dengan baik pada seekor anak ayam, maka semakin cepat pula anak ayam tersebut dapat mencerna dan menggunakan nutrien yang terdapat dalam makanan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi genetiknya (Uni & Ferket 2004).

Waktu pemberian dan bentuk pakan yang pertama kali diberikan pada anak ayam yang baru menetas memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak ayam (Noy & Sklan 1998b). Pemberian pakan sedini mungkin pada anak

ayam yang baru menetas (early feeding) akan menstimulasi penggunaan yolk

(Noy & Sklan 1998a; Speake et al. 1998), akan tetapi yang paling penting adalah

early feeding sangat penting dalam pertumbuhan sistem saluran pencernaan anak ayam. Saluran pencernaan yang tumbuh lebih cepat akan menghasilkan berat badan yang lebih tinggi dan memperpendek waktu yang diperlukan untuk mencapai berat panen.

Tentu saja para peneliti tidak berpuas diri dan berhenti pada early feeding

saja. Embrio unggas memiliki rentang waktu menetas yang lebar, hal ini

menyebabkan hatchery komersial menahan anak ayam dalam inkubator hingga

semua telur menetas sempurna. Konsekuensinya adalah banyak anak ayam yang harus menunggu lama (sampai dua hari atau lebih) di hatchery (sexing, vaksinasi,


(28)

dan lain-lain), transportasi (apalagi jika harus dikirim keluar kota atau pulau),

poultry shop dan farm (bila brooder belum siap) sebelum mereka dapat

ditempatkan di brooder dan mendapatkan makanan dan minuman untuk pertama

kali (Batal & Parson 2002).

Karena akses yang cepat terhadap pakan segera setelah menetas adalah suatu hal yang penting bagi pertumbuhan saluran pencernaan, maka suplai nutrien selama periode prehatch (17-18 hari inkubasi dengan cara in ovo feeding) diharapkan dapat meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan usus halus. Nutrien cair yang disuntikkan ke dalam cairan amnion embrio ayam akan dikonsumsi oleh embrio secara oral sebelum dia menetas. Hal ini akan menstimulasi saluran pencernaan embrio untuk mulai tumbuh lebih awal dibandingkan bila harus menunggu embrio tersebut menetas dulu dan mulai makan.

Selama sepuluh tahun terakhir banyak dilakukan penelitian tentang in ovo

feeding. Berbagai respon muncul akibat pemberian in ovo feeding, beberapa penelitian menunjukkan respon yang positif. Akan tetapi tidak sedikit pula yang tidak menunjukkan respon apa pun atau justru menunjukkan respon yang negatif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Uni dan Ferket selama tiga tahun di Hebrew University of Jerussalem dan North Carolina State University menunjukkan respon yang positif. Pemberian nutrien cair (karbohidrat, asam amino, protein dan lain-lain) pada cairan amnion embrio ayam, beberapa hari sebelum menetas, mampu meningkatkan efisiensi produksi broiler dengan meningkatkan daya tetas dan berat tetas serta memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk mencapai berat panen (Uni & Ferket 2004).

Pada penelitian yang menunjukkan respon postif, diketahui bahwa

pemberian nutrien cair secara in ovo feeding pada periode kritis pertumbuhan

embrio akan meningkatkan status nutrisi embrio ayam. Perbaikan status nutrisi ini diharapkan akan memberikan beberapa keuntungan di lapangan, antara lain: peningkatan efisiensi penggunaan pakan, peningkatan respon imun terhadap

enteric antigen, menurunnya mortalitas dan morbiditas pasca menetas, meningkatkan perkembangan otot terutama otot dada dan menurunkan kasus


(29)

3 kelainan pertumbuhan. Keuntungan-keuntungan ini akan menekan biaya produksi per kilogram broiler (Uni & Ferket 2004).

Banyak nutrien yang dapat digunakan sebagai cairan in ovofeeding, antara

lain karbohidrat (Moran 1985), asam amino (Ohta et al. 1999; Pedroso et al.

2006), sodium (Gal-Gerber et al. 2000; Currid et al. 2004) serta mineral, vitamin dan enteric modulator juga merupakan kandidat yang baik sebagai cairan in ovo feeding (Uni & Ferket 2004). Glutamin adalah suatu asam amino non essensial yang memiliki fungsi sebagai bahan bakar utama sel-sel saluran pencernaan untuk berproliferasi dengan cepat. Dextrin adalah suatu oligosakarida yang mengandung minimal tiga gugus glukosa dalam satu rantainya. `

Setelah mengetahui hasil beberapa penelitian in ovo feeding yang telah

dilakukan, maka timbul suatu pertanyaan apakah pemberian glutamin, dextrin

serta kombinasinya secara in ovo pada umur 18 hari inkubasi akan memberikan

pengaruh yang positif terhadap daya tetas, berat tetas, perkembangan usus halus, penggunaan energi dan performa ayam broiler jantan hingga umur 15 hari pasca menetas. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 di halaman 5.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian glutamin,

dextrin dan kombinasinya secara in ovo pada cairan amnion embrio ayam umur 18

hari inkubasi terhadap daya tetas dan berat tetas, performa dan pemanfaatan energi ayam broiler jantan hingga umur 15 hari pasca menetas.

Hipotesa Penelitian

Hipotesa penelitian ini adalah:

H0= pemberian glutamin, dextrin serta kombinasinya secara in ovo tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap daya tetas, berat tetas, performa dan pemanfaatan energi broiler jantan umur 15 hari.


(30)

H1= pemberian glutamin, dextrin serta kombinasinya secara in ovo memberikan pengaruh yang nyata terhadap daya tetas, berat tetas, performa dan pemanfaatan energi broiler jantan umur 15 hari.

Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk membantu

mempertahankan kualitas day old chick (DOC) yang akan mengalami perjalanan


(31)

5

18 hari inkubasi:

Injeksi larutan nutrien ke cairan amnion

Day Old Chick:

- Daya Tetas - Berat Tetas

- Energi Bruto (GE)DOC

- Berat dan Panjang Usus Halus DOC - Luas Permukaan Vili Usus Halus DOC

Umur 9 – 13 hari:

- Energi Ekskreta

- Energi Metabolisme Semu (AME)

Umur 15 hari:

- Energi Bruto Ayam

Umur 18 hari inkubasi:

- Energi Bruto (GE) Embrio

Umur 7 hari:

- Berat Badan - Konsumsi Pakan

- Feed Conversion Ratio

Umur 14 hari: - Berat Badan - Konsumsi Pakan

- Feed Conversion Rasio

- Berat dan Panjang Usus Halus - Luas Permukaan Vili Ileum Telur Tetas Broiler Inkubasi selama 18 hari


(32)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Early Feeding terhadap Pertumbuhan Saluran Pencernaan Anak Ayam

Menjelang akhir inkubasi, yolk masuk ke dalam rongga abdominal. Pada

saat menetas, berat yolk mencapai 20% dari berat badan DOC. Yolk menyediakan

energi dan protein untuk bertahan hidup dan tumbuh bagi anak ayam (Romanoff

1960; Noy & Sklan 2000). Yolk digunakan oleh anak melalui dua jalur, pertama

melalui transfer langsung ke dalam pembuluh darah dan kedua melalui yolk stalk

ke dalam usus halus (Noy & Sklan 2002).

Pada ayam, hari pertama pasca menetas adalah periode kritis perkembangan karena terjadi suatu perubahan besar dalam penggunaan sumber

nutrisi dimana penggunaan yolk atau kuning telur akan digantikan oleh makanan

dari luar (Noble & Ogunyemi 1989; Noy & Sklan 1998a). Hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa masuknya makanan dalam saluran pencernaan anak ayam yang baru menetas akan

menstimulasi sekresi yolk ke dalam usus halus dan merangsang aktivitas absorbsi

bahan-bahan hydrophilic (Noy & Sklan 2001).

Perkembangan saluran pencernaan embrio terjadi selama proses inkubasi (Romanoff 1960). Pankreas embrio mengembangkan kapasitas produksi enzim proteolitik sebelum menetas, aktivitas spesifik dari karboksipeptidase A dan chymotripsin sejak umur 16 hari inkubasi (Marchaim & Kulka 1967).

Pancreatic-α-amilase terdeteksi sejak umur 18 hari inkubasi tetapi aktivitas spesifik yang

maksimum dicapai saat umur empat hari setelah menetas. Tripsin teraktifkan saat umur 18 hari inkubasi dan lipase muncul menjelang menetas (Moran 1985).

Day Old Chick yang mencerna makanan menunjukkan peningkatan

aktivitas total tripsin, amilase dan lipase yang berkorelasi dengan berat saluran pencernaan dan berat badan. Dengan kata lain sekresi tripsin dan amilase ke dalam saluran pencernaan DOC dirangsang oleh adanya makanan di dalam


(33)

7 lebih tinggi termasuk di dalamnya luas permukaan vili yang lebih luas dan meningkatnya jumlah sel pada vili – vili usus (Noy et al. 2001; Gonzales et al. 2003).

Pertumbuhan secara keseluruhan pada anak ayam yang dipuasakan hingga dua hari setelah menetas tertunda hingga anak ayam tersebut mendapat pakan pertama dan berat badan pada umur enam hari 25% lebih rendah dari berat badan anak ayam yang mendapat pakan segera setelah menetas. Ketersediaan pakan setelah periode puasa tidak mencukupi kompensasi retardasi dari pertambahan berat badan, berat saluran pencernaan dan berat otot dada (Bigot et al. 2003).

In Ovo Feeding

In ovo feeding adalah suatu metode pemberian nutrien cair ke dalam telur

tetas. Nutrien disuntikkan ke dalam cairan amnion dan harus dilakukan pada saat embrio mulai mengkonsumsi cairan amnion. Pada embrio ayam hal ini terjadi saat umur 17-18 hari inkubasi dan pada kalkun saat umur 22-25 hari inkubasi. Tekanan

osmotik larutan nutrien yang akan digunakan sebagai in ovo feeding tidak boleh

melebihi tekanan osmotik cairan amnion sebesar 300 mOsm (Ferket & Uni 2006). Penelitian tentang in ovo feeding telah dimulai sejak akhir tahun 1990-an, dimana para peneliti memulai dengan penelitian-penelitian tentang lokasi dan umur penyuntikan. Tidak semua penelitian-penelitian tersebut menunjukkan

respon yang positif. Beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai in ovo feeding


(34)

Tabel 1 Sejarah Penelitian in Ovo Feeding

Tahun Peneliti Judul dan Hasil

1999

2001

2001

2003

Ohta et al.

Ohta et al.

Ohta et al.

Uni Z, Ferket PR

Effect of Amino Acid Injection in Broiler BreederEggs on Embrionic Growth and Hatchability of Chicks.

Lokasi penyuntikan: yolk

Umur penyuntikan: tujuh (7) hari inkubasi

Hasil: Pemberian asam amino secara in ovo

mungkin merupakan suatu metode yang efektif untuk meningkatkan berat badan anak ayam saat menetas.

Optimum Site for In ovo Amino Acid Injection in Broiler Breeder Eggs.

Lokasi penyuntikan: chorioallantoic

membrane, extra-embrionic coelom, amniotic cavity dan yolk sac.

Umur penyuntikan: 7 hari inkubasi

Hasil: Kemungkinan lokasi terbaik untuk menyuntikkan asam amino ke dalam telur

adalah ke dalam yolk dan extra-embrionic

coelom.

Embrio Growth and Amino Acid Concentration Profiles of Broiler Breeder Eggs, Embrios, and Chicks After In Ovo Administration of Amino Acids.

Lokasi penyuntikan: yolk

Umur penyuntikan: 7 hari inkubasi

Hasil: Pemberian asam amino secara in ovo

dapat meningkatkan konsentrasi asam amino embrio ayam dan konsentrasi asam amino isi telur lainnya.

Enhancement of Development of Oviparous Species by In Ovo Feeding. US Patent No. 6,592,878


(35)

9

Tahun Peneliti Judul dan Hasil

2004

2004

2005

2005

Uni Z, Ferket PR

Tako E, Ferket PR, Uni Z

Uni Z, Ferket PR, Tako E, Kedar O

Foye OT

Methods For Early Nutrition and Their Potential.

Lokasi penyuntikan: cairan amnion embrio ayam

Umur penyuntikan: 18 hari inkubasi

Hasil: Pemberian karbohidrat secara in ovo

meningkatkan berat badan DOC, berat badan ayam hingga umur 35 hari, meningkatkan tinggi vili dan level glikogen hati. Kombinasi

karbohidrat dan protein sebagai in ovo feeding

meningkatkan berat DOC, berat ayam hingga umur 14 hari dan berat otot DOC.

Effects of In Ovo Feeding of Carbohydrate and

β-Hydroxy-β-Methylbutyrate on The

Development of Chicken Intestine. Lokasi penyuntikan: cairan amnion Umur penyuntikan : 17.5 hari inkubasi

Hasil: In ovo feeding meningkatkan

perkembangan intestine dengan meningkatkan ukuran vili (HMB lebih baik) dan kapasitas cerna disakarida (CHO + HMB lebih baik) In Ovo Feeding Improves Energy Status of Late – Term Chicken Embrios.

Lokasi penyuntikan: cairan amnion Umur penyuntikan: 17.5 hari inkubasi

Hasil: Pemberian CHO + HMB secara in ovo

meningkatkan berat badan DOC, level glikogen hati dan ukuran otot dada.

The Effects of In Ovo Feeding of β

-hydroxybeta- methylbutyrate (HMB) and Arginine on Jejunal Expression and Function in Turkeys" coauthored by P. R. Ferket (advisor) and Z. Uni.


(36)

Tahun Peneliti Judul dan Hasil

2005

2006

2006

2006

Tako E, Ferket PR, Uni Z

Smirnov A, Tako E, Ferket PR, Uni Z

Foye OT, Uni Z, Ferket PR

Pedroso et al.

Changes in Chicken Intestinal Zinc Exporter mRNA expression and Small Intestine Functionality Following Intra-Amniotic Zinc- Methionine Administration.

Lokasi penyuntikan: cairan amnion

Umur penyuntikan : 17 hari masa inkubasi

Hasil: Pemberian Zinc-Methionine

meningkatkan ekspresi enzim-enzim brush

border dan nutrient transporter dari neonatal. Mucin Gene Expression and Mucin Content in The Chicken Intestinal Goblet Cells Are Affected by In Ovo Feeding of Carbohydrates. Lokasi penyuntikan: cairan amnion

Umur penyuntikan : 17.5 hari masa inkubasi

Hasil: Pemberian CHO secara in ovo memiliki

efek thropic terhadap usus halus,

meningkatkan mucin mRNA expression dan

meningkatkan perkembangan sel goblet usus. Effect of In Ovo Feeding Egg White Protein, β

-Hydroxy-β-Methylbutyrate, and

Carbohydrates on Glycogen Status and Neonatal Growth of Turkeys.

Lokasi penyuntikan: cairan amnion Umur penyuntikan: 23 hari

Hasil: in ovo feeding meningkatkan berat tetas, status glikogen hati dan otot dada kalkun Nutrient Inoculation in Eggs from Heavy Breeders

Lokasi penyuntikan: cairan amnion Umur penyuntikan: 16 hari masa inkubasi Hasil: Pemberian glukosa, glutamin dan asam linoleat dengan konsentrasi yang berbeda-beda

secara in ovo tidak memberikan efek yang

nyata terhadap daya tetas, berat tetas dan performa anak ayam hingga umur 10 hari.


(37)

11

Tahun Peneliti Judul dan Hasil

2006

2006

2007

2007

Pedroso et al.

Zhar W, Neuman SL, Hester PY

Bhanja SK et al.

Bhattacharyya A et

al.

High Glucose Levels in Ovo Causes Damage to Embrios

Lokasi penyuntikan: cairan amnion Umur penyuntikan: 15 hari masa inkubasi Hasil: Pemberian glukosa dengan dosis 100, 200 dan 300 mg menyebabkan kerusakan dan kematian embrio pada fase lanjut (umur 15-20 hari inkubasi) serta tidak berpengaruh pada rasio telur:anak ayam dan berat tetas.

The Effect of in Ovo Injection of L-carnitine on Hatch Rate of White Leghorn Eggs.

Lokasi penyuntikan: cairan amnion Umur penyuntikan: 18 hari inkubasi

Hasil: Pemberian L-carnitin secara in ovo tidak memberikan pengaruh yang nyata pada daya tetas.

Effect of in Ovo Injection of Vitamins on The Chick Weight and Post-Hatch Growth Performance in Broiler Chickens Lokasi penyuntikan:

Umur penyuntikan: 14 hari inkubasi

Hasil: penyuntikan vitamin A, E, C, B1 dan B6 menurunkan persentase daya tetas. Vitamin A dan C mempengaruhi perkembangan masa embrio sedangkan vitamin E dan B1

dibutuhkan saat untuk perkembangan early

posthatch.

Effect of in Ovo Injection of Glucose on

Growth, Immunocompetence and Development of Digestive Organs in Turkey Poults

Lokasi penyuntikan: yolk sac, cairan amnion,

cairan alantois

Umur penyuntikan: 21 dan 25 hari inkubasi Hasil: penyuntikan glukosa menurunkan pesentase daya tetas tetapi meningkatkan respon kekebalan humoral.


(38)

Pengaruh In Ovo Feeding terhadap Daya Tetas

Keberadaan status glukosa yang stabil dan cukup pada periode akhir pertumbuhan embrio sangat penting di dalam proses menetas dan pertumbuhan pasca menetas hingga anak ayam menerima makanan dari luar untuk pertama kalinya. Menjelang akhir inkubasi, embrio mengubah energi yang mereka simpan untuk memenuhi kebutuhan glukosa yang tinggi sebagai bahan bakar aktivitas

menetas (Freeman 1965; John et al. 1987; Christensen et al. 2001). Walaupun

glukosa dapat disintesa dari lemak dan protein, glukosa terutama dihasilkan oleh protein albumin dan otot melalui glukoneogenesis atau melalui glikolisis dari cadangan glikogen karena ketersediaan oksigen pada periode akhir inkubasi sangat terbatas (Bjonnes et al. 1987; John et al. 1987). Pada unggas, cadangan

glikogen terbesar adalah di hati dan otot (John et al. 1988). Cadangan glikogen

ini akan digunakan saat embrio melewati proses menetas (Christensen et al.

2001).

Kurangnya jumlah glikogen dan albumin akan memaksa embrio untuk menggunakan protein otot dalam jumlah besar, hal ini akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan embrio pada periode akhir inkubasi dan anak ayam

yang baru menetas (Uni et al. 2005). Cadangan glikogen mulai disimpan kembali

saat anak ayam yang baru menetas mendapatkan makanan dan oksigen serta dapat

menggunakan lemak yang tersimpan dalam yolk sac secara maksimal

(Rosebrough et al. 1978a, 1978b). Pemberian karbohidrat secara in ovo feeding

pada cairan amnion embrio broiler meningkatkan jumlah cadangan glikogen pada hati embrio dan anak ayam yang baru menetas (Uni & Ferket 2004).

Pengaruh Pemberian In Ovo Feeding terhadap Saluran Pencernaan Embrio dan Berat Tetas

Embrio ayam memiliki kemampuan mencerna dan absorbsi nutrisi menjelang menetas yang terbatas, yang ditunjukkan oleh rendahnya level mRNA

dari sucrase-isomaltase (SI), l-aminopeptidase, ATPase dan sodium glucose


(39)

13

peptides, dan sebagian besar transporter (sodium-glucose transporter dan

ATPase) ditemukan saat 15 hari inkubasi, dan mulai meningkat saat 19 hari

inkubasi dan meningkat lebih jauh saat menetas (Uni et al. 1999; Sklan 2001; Uni

et al. 2003b). Tinggi dan besar vili usus meningkat 200 – 300% sejak umur 17

hari inkubasi hingga menetas.

Penyuntikan cairan karbohidrat (CHO) dan β-Hydroxy-β-Methybutyrate

(HMB) pada cairan amnion embrio ayam umur 17.5 hari mengindikasikan bahwa

usus halus embrio yang baru menetas yang menerima in ovo feeding (CHO +

HMB) berfungsi sama seperti usus halus anak ayam umur dua hari yang diberi

makan secara konvensional. In ovo feeding meningkatkan pertumbuhan saluran

pencernaan embrio dengan meningkatkan ukuran vili dan meningkatkan kapasitas

cerna disakarida usus (meningkatkan aktivitas enzim brush border). Hal ini

menyebabkan DOC yang menerima in ovo feeding memiliki berat badan yang

lebih berat (Tako et al. 2004). Hasil penelitian Uni et al. (2005) menunjukkan

bahwa pemberian karbohidrat dan HMB pada embrio broiler berumur 17.5 hari inkubasi dapat meningkatkan status energi pada fase lanjut embrio broiler serta meningkatkan pertumbuhan awal embrio fase lanjut dan anak ayam yang baru menetas.

Pemanfaatan Energi

Leeson dan Summers (2001) membagi energi yang diterima seekor ayam menjadi bermacam-macam energi seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Energi Bruto (Gross Energy, GE)adalah total energi yang berasal dari pakan yang

dikonsumsi, energi ini diukur dengan menggunakan bomb kalorimeter (tipe adiabatic atau ballistic).

Energi Tercerna (Digestible Energy, DE) adalah energi asal pakan yang

dapat dicerna oleh seekor hewan. Energi ini dihitung dengan mengurangkan

energi bruto pakan yang dikonsumsi dengan Energi Feses (Fecal Energy, FE).

Energi ini sering disebut sebagai Energi Tercerna Semu (Apparent Digestible

Energy, ADE) karena tidak semua energi yang terdapat dalam feses berasal dari


(40)

Energi Metabolisme (Metabolizable Energy, ME) adalah estimasi dari energi pakan yang tersedia untuk metabolisme tubuh seekor hewan. Energi ini dihitung dengan mengurangkan energi bruto pakan yang dikonsumsi dengan

energi yang hilang ke dalam feses, urin dan combustile gas. Energi ini sering

disebut sebagai Energi Metabolisme Semu (Apparent Metabolizable Energy,

AME) karena sulit untuk mengukur endogenous energy losses (tidak semua energi

yang terdapat dalam feses dan urin berasal dari residu makanan). Untuk unggas, AME dihitung dengan mengurangkan energi bruto pakan yang dikonsumsi dengan

energi yang hilang ke dalam feses dan urin, karena gaseos energy sangat kecil

pada unggas sehingga diabaikan (AME = GE – FE – UE). Saluran pengeluaran feses dan urine pada seekor unggas adalah satu saluran sehingga sulit untuk memisahkan antara feses dan urine unggas, sehingga AME dikatakan memiliki

nilai yang sama dengan ADE. True Metabolizable Energy (TME) adalah AME

dikurangi dengan metabolic andendogenous energy losses.

Energi Netto(Net Energy, NE) adalah bagian dari energi bruto pakan yang

dikonsumsi yang digunakan oleh seekor hewan untuk bertahan hidup

(maintenance) dan berproduksi. Energi ini dihitung dengan mengurangkan AME

dengan Produksi Panas (Heat Increament, HI). Heat increament adalah total

panas yang timbul saat suatu bahan pakan dicerna, oleh karena itu HI menggambarkan total energi yang digunakan tubuh untuk proses metabolisme suatu bahan pakan. Energi ini merupakan jumlah dari energi yang digunakan untuk mencerna, absorbsi dan metabolisme (Leeson & Summers 2001; Anonimus

1981). Energi Netto dibagi menjadi Energi Netto untuk Maintenance (NEm) dan

Energi Netto untuk Produksi (NEp). NEm digunakan untuk metabolisme basal,

aktivitas sehari-hari, pengaturan suhu tubuh, endogenous fecal energy dan

endogenous urinary energy. NEp digunakan untuk pertumbuhan jaringan,

pertambahan lemak tubuh, penyimpanan karbohidrat dan produksi telur (MacLeod 2002; Leeson & Summers 2001).

Fraps (1946) menyatakan bahwa productive energy adalah suatu bentuk

energi netto. Pada unggas yang sedang tumbuh atau digemukkan energi ini didapat dengan mengukur energi yang disimpan tubuh dalam bentuk lemak dan


(41)

15

tubuh dengan metode comparative slaughter dan pengukuran berat badan untuk

estimasi kebutuhan energi maintenance.

Gambar 2 Definisi dan hubungan dari neraca energi pada unggas (Leeson &

Summers 2001)

ENERGY BRUTO (Gross Energy, GE)

ENERGI METABOLISME SEMU (Apparent Metabolizable Energy,

AME)

ENERGI NETTO (Net Energy, NE)

TRUE METABOLIZABLE ENERGY (TME)

Metabolic & Endogenous Energy

Losses

Produksi Panas (Heat Increament, HI)

NE untuk Maintenance (NEm): - Basal Metabolic Rate (BMR) - Aktivitas

- Termoregulator

NE untuk Produksi (NEp): - Pertumbuhan - Bulu

- Telur ENERGI

EKSKRETA (Excreta Energy)


(42)

Penggunaan Karbohidrat sebagai in Ovo Feeding

Telah banyak dilakukan penelitian tentang nutrien yang dapat digunakan

sebagai larutan nutrien in ovo feeding dan bagaimana pengaruhnya terhadap

performa, daya tetas dan perkembangan saluran pencernaan anak ayam. Salah

satunya adalah penggunaaan β-Hydroxy-β-Methybutyrate (HMB), karbohidrat dan

kombinasinya terhadap performa dan perkembangan saluran perncernaan ayam.

Karbohidrat adalah komponen penting sebagai larutan in ovo feeding

karena berperan penting dalam perkembangan embrio stadium akhir, untuk keluar dari cangkang telur dan level karbohidrat yang terdapat dalam telur sebelum

menetas sangatlah sedikit (Christensen et al. 1993). Hasil penelitian yang

dilakukan Tako et al (2004) menyatakan bahwa pemberian karbohidrat

(disakarida) dan HMB secara bersama-sama sebagai in ovo feeding meningkatkan

aktivitas enzim maltase dan sukrase (brush border enzymes) sebelum dan setelah

menetas, meningkatkan ukuran vili usus dan meningkatkan berat badan DOC. Glukosa adalah suatu karbohidrat sederhana dan merupakan sumber energi

yang baik. Penelitian yang dilakukan oleh Pedroso et al. (2006) menyatakan

bahwa glukosa tidak dapat digunakan sebagai larutan in ovo feeding karena osmolaritasnya yang besar. Osmolaritas yang besar ini mengganggu osmolaritas cairan di dalam telur dan membunuh embrio di dalamnya. Dextrin adalah suatu oligosakarida yang merupakan produk antara pada hidrolisa pati menjadi maltosa dan akhirnya menjadi glukosa. Dextrin didapat dengan cara pemanasan, penambahan asam ataupun enzim. Dextrin terdiri dari minimal tiga unit D-glukosa

yang saling berkaitan secara linear dengan ikatan α(1-4). Semakin panjang rantai

dextrin, maka osmolaritas dextrin akan semakin besar.

Dextrin dihidrolisa di dalam saluran pencernaan oleh α-amilase, yang

disekresikan ke dalam saluran pencernaan oleh pankreas. Alpha-amilase

menghidrolisa ikatan α(1-4) menghasilkan D-glukosa. Glukosa hasil hidrolisa

pati siap diabsorbsi dinding usus halus sebagai sumber energi (Lehninger 1982). Aktivitas terbesar dari amilase dan enzim pencernaan karbohidrat lainnya terdapat

di jejunum, diikuti oleh ileum dan duodenum. Sistem transpor Na+ dependent


(43)

17 efisiensinya meningkat selama 20-30 hari pertama setelah menetas (Lesson & Summers 2001).

Glutamin dan Saluran Pencernaan

Jaringan dari saluran pencernaan berperan penting dalam metabolisme protein dan asam amino seekor hewan yang sedang tumbuh. Jaringan ini memiliki laju metabolisme protein tinggi yang berkaitan langsung dengan tingginya laju proliferasi, sekresi protein, cell death dan deskuamasi dari beberapa epithelial dan sel limfoid di dalam mukosa. Usus halus adalah jaringan pertama yang terpapar

oleh makanan, oleh karena itu usus halus berperan sebagai key regulatory role

dalam proses digesti, absorbsi, metabolisme dan ketersediaan (availability)

protein dan asam amino asal makanan untuk proses pertumbuhan. Bahan bakar oksidasi utama usus adalah glutamin, glutamat, aspartat dan glukosa, walaupun dalam proses oksidasi tersebut terdapat beberapa asam amino esensial yang ikut dioksidasi seperti lysine, leucine dan phenylalanine (Burrin 2002)

Kegunaan utama glutamin dan glutamat adalah sebagai bahan bakar dalam proses proliferasi sel - sel yang sangat cepat, seperti sel enterosit dan limfosit. Disamping itu, glutamin dan glutamat juga merupakan prekursor penting dari

sintesa asam nukleat, nukleotida, amino sugar, asam amino dan glutathione

(Souba 1993). Selain dari makanan, kebutuhan tubuh akan glutamin juga dipenuhi dari hasil sintesa di berbagai jaringan tubuh. Walaupun banyak jaringan tubuh dapat mensintesa glutamin, tetapi hanya beberapa organ tertentu saja yang dapat melepaskan sejumlah besar glutamin ke dalam darah. Organ-organ tersebut adalah paru-paru, otak, otot rangka, dan kemungkinan jaringan adiposa. Tubuh terdiri dari banyak jaringan otot rangka, oleh karena itu otot rangka merupakan jaringan penghasil glutamin penting dalam tubuh (Calder & Newsholme 2002). Selain dari otot rangka, glutamin juga diproduksi oleh sel epithelial saluran pencernaan secara simultan (Burrin & Reeds 2001).

Sel epithelial saluran pencernaan mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan melalui dua sumber, yaitu dari makanan melalui lumen saluran pencernaan (luminal) dan dari hasil sintesa di otot rangka melalui darah dan


(44)

membran basolateral (arterial). Sedikitnya 50% glutamin dan glutamat yang diabsorbsi usus dari makanan teroksidasi menjadi karbondioksida. Beberapa penelitian terakhir mengenai glutamin dan glutamat pada anak babi, bayi dan

manusia dewasa menunjukkan bahwa sekitar 50%-95% dietary glutamin dan

glutamat diserap oleh jaringan visceral, sebagian besar diantaranya dioksidasi menjadi karbondioksida (Burrin 2002). Sebagian besar glutamin yang dicerna

akan diekstraksi pada first pass di saluran pencernaan, ekstraksi glutamin lebih

tinggi pada saat proses mencerna asam amino bersama glukosa dibandingkan saat proses mencerna asam amino saja (Mittendorfer, Volpi & Wolfe 2001). Untuk

dapat ditransport ke dalam sel epithelial melalui brush border, glutamin

memerlukan bantuan sodium (Groff & Gropper 2000).

Di dalam sel usus hanya sedikit dari glutamin yang dikatabolis menjadi amonia dan glutamat. Amonia masuk ke dalam darah portal dan diabsorbsi oleh hati. Glutamat dapat digunakan untuk memproduksi gluthatione atau mengalami

transaminasi di mana gugus amino nya dipisahkan dan berubah menjadi α

-ketoglutarat (Gambar 3). Gugus amino kemudian ditransfer kepada pyruvat (berasal dari metabolisme glukosa dalam sel usus) untuk membentuk asam amino alanine (Burrin 2002).

Begitu terbentuk, alanine meninggalkan sel usus dan memasuki darah

portal, selanjutnya diabsorbsi bersama amonia oleh periportal hepatocyte untuk

sintesa urea. Glutamat yang tidak digunakan untuk sintesa alanine, kemungkinan akan digunakan untuk sintesa proline di sel usus, seperti terlihat pada Gambar 4 (Groff dan Gropper 2000). Pemberian 1% suplemetasi glutamin segera setelah

anak ayam broiler ditempatkan pada brooder sangat membantu dalam

meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi kematian (Yi et al. 2005).

Glutamin adalah salah satu asam amino non essensial yang penting untuk tubuh. Selain suplai dari makanan, glutamin juga disuplai dari dalam tubuh sendiri. Prekursor utama glutamin adalah glutamat. Glutamin di sintesa dari glutamat dengan bantuan enzim glutamin synthetase. Sintesa glutamin terjadi di hati dan otot.


(45)

19

NADH + H+ NAD H2O

NH3 H2O

α

-ketoglutarat

Glutamat

NH4+

Glutamin

amino acid keto-acid ATP ADP+Pi

Gambar 3 Sintesa dan interconversion glutamin dan glutamat (Burrin 2002).

(1) glutamat dehydrogenase; (2) alanine aminotransferase, aspartate

aminotransferase atau branched-chain aminotransferase; (3) glutaminase; (4) glutamin synthetase

Glutamat Glutamat semialdehyde Proline5-carboxylate

Proline

Gambar 4 Sintesa proline dari glutamat (Groff & Gropper 2000)

Sintesa glutamin tidak saja terjadi di kedua jaringan tersebut karena beberapa penelitian menyatakan bahwa jaringan intestine tidak saja mengambil glutamin dari sirkulasi arteri akan tetapi sel mukosa kripta dan vili juga memproduksi glutamin secara simultan (Burrin & Reeds 2001; Neu 2000). Efek

thropic glutamin dilakukan melalui beberapa mekanisme, antara lain:

1. Glutamin memberikan efek nutrisi sederhana yaitu menyediakan energi

untuk mukosa saluran pencernaan.

2. Glutamin meningkatkan sintesa DNA. Glutamin merupakan donor

nitrogen untuk sintesa purine dan pirimidine yang merupakan building

blocks dari asam nukleat yang diperlukan dalam jumlah besar selama

proses replikasi sel.

3. Glutamin meningkatkan sistem imunitas saluran pencernaan. Glutamin

berperan sebagai sumber bahan bakar utama limfosit dan makrofag.

1

2 4


(46)

4. Glutamin meningkatkan aliran darah saluran pencernaan.

5. Glutamin meningkatkan sintesa glutathion, karena glutathion memegang

peranan penting dalam melindungi mukosa saluran pencernaan dari stres oksidatif (Marchini et al. 1999)

Usus Halus

Usus halus adalah tempat utama proses pencernaan dan absorbsi nutrien, terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum

adalah bagian pertama dari usus halus, dimana berhubungan dengan gizzard pada

bagian atas dan berhubungan dengan jejunum pada bagian bawah. Setelah makanan bercampur dengan asam lambung (HCl dan pepsin), makanan masuk ke dalam duodenum tempat dimana cairan empedu dan enzim-enzim pankreas akan

membantu proses pencernaan. Absorbsi nutrien dimulai dari duodenum.

Jejunum adalah bagian tengah dari usus halus. Proses absorbsi nutrien terus berlanjut di jejunum. Ileum sebagai bagian paling akhir adalah tempat absorbsi final dari nutrien. Yolk stalk (diverticulum vitellinum; biasa disebut

Meckel’s diverticulum) sering digunakan sebagai tanda batas antara jejunum dan

ileum (Denbow 2000). Ileum dipisahkan dengan sekum oleh katup ileosekal. Secara umum, dinding usus halus terbagi atas tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika serosa. Vili merupakan penjuluran mukosa dan menjadi ciri khas usus halus, tinggi vili bervariasi tergantung dari daerah, jenis hewan dan aktivitas fisiologis (Stinson & Calhoun 1992). Ileum dapat dibedakan dengan duodenum dan jejunum oleh jumlah sel goblet yang lebih

banyak pada mukosa dan keberadaan daun Peyer (Peyer’s patches), yaitu jaringan

limfoid submukosa yang berfungsi seperti limfonodus. Daun Peyer merupakan struktur permanen dan ciri konstan dari ileum mamalia serta sebagian besar vertebrata lainnya. Tidak seperti pada duodenum, kelenjar submukosa tidak terdapat pada jejunum dan ileum (Wilson 2005).

Pertumbuhan usus halus yang optimum berlangsung pada hari kedua hingga ke-12 pasca menetas sedangkan panjang dan ukuran diameter berkembang


(47)

21 hingga hari ke-14 pasca menetas. Vili jejunum dan ileum berkembang hingga hari kesepuluh, kedalaman dan jumlah kripta berkembang hingga hari ke-12.


(48)

MATERI DAN METODE

WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian dilakukan di sebuah peternakan broiler di daerah Cikupa-Tangerang pada bulan Maret 2007 hingga Juli 2007. Penyuntikan larutan nutrisi

dilakukan di sebuah hatchery di daerah Subang. Pembuatan dan analisa

histopathologi usus halus dilakukan di Animal Health Laboratorium (AHL)

Charoen Pokphand Indonesia-Jakarta. Pengukuran energi bruto dilakukan di laboratorium pakan Charoen Pokphand Indonesia-Jakarta.

RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari lima perlakuan. Masing–masing perlakuan dilakukan lima ulangan sehingga penelitian ini memiliki 25 satuan percobaan. Setiap ulangan terdiri atas 12 ekor ayam, sehingga total ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah 300 ekor. Dari 12 ekor ayam per ulangan tersebut satu ekor digunakan untuk mengukur perkembangan usus halus neonatal jantan, satu ekor untuk mengukur energi bruto (GE) neonatal jantan, satu ekor digunakan untuk mengukur energi bruto (GE) saat umur 15 hari dan satu ekor digunakan untuk mengukur perkembangan usus halus ayam umur 14 hari. Secara keseluruhan dari satu ulangan digunakan empat ekor ayam. Delapan ekor ayam lainnya digunakan untuk penelitian lanjutan sampai umur 35 hari. Berikut adalah alur penelitian ini.


(49)

23

4 100 butir telur tetas Ross 308

820 butir 820 butir 820 butir 820 butir 820 butir (P1) (P2) (P3) (P4) (P5)

Inkubasi selama 18 hari

Seleksi telur-telur fertil (3839 butir)

10 embrio untuk pengukuran GE embrio

692 butir 772 butir 794 butir 766 butir 805 butir (P1) (P2) (P3) (P4) (P5)

Injeksi Injeksi Injeksi Injeksi Tanpa Injeksi Glutamin Dextrin Glutamin + Dextrin NaCl 0.5%

Hatchery selama 3 hari

369 Ekor 216 ekor 169 ekor 706 ekor 692 ekor (P1) (P2) (P3) (P4) (P5)

Seleksi neonatal jantan

187 ekor 103 ekor 66 ekor 333 ekor 271 ekor (P1) (P2) (P3) (P4) (P5)


(50)

187 ekor 103 ekor 66 ekor 333 ekor 271 ekor (P1) (P2) (P3) (P4) (P5)

60 ekor: 60 ekor: 60 ekor: 60 ekor: 60 ekor: 5 ulangan 5 ulangan 5 ulangan 5 ulangan 5 ulangan @ 12 ekor @ 12 ekor @ 12 ekor @ 12 ekor @ 12 ekor

@ 5 ekor per perlakukan untuk pengukuran GE

@ 5 ekor per perlakuan untuk pengukuran usus halus

5 ulangan 5 ulangan 5 ulangan 5 ulangan 5 ulangan @ 10 ekor @ 10 ekor @ 10 ekor @ 10 ekor @ 10 ekor

Umur 7 hari:

@ 5 ekor per perlakuan untuk pengukuran AME s/d GE ayam di umur 15 hari

5 ulangan 5 ulangan 5 ulangan 5 ulangan 5 ulangan @ 9 ekor @ 9 ekor @ 9 ekor @ 9 ekor @ 9 ekor

Umur 14 hari:

@ 5 ekor untuk pengukuran usus halus

5 ulangan 5 ulangan 5 ulangan 5 ulangan 5 ulangan @ 8 ekor @ 8 ekor @ 8 ekor @ 8 ekor @ 8 ekor

Gambar 5 Alur penelitian

Perlakuan Penelitian

Penelitian ini memiliki lima perlakuan, antara lain (Tabel 2):

P1 = embrio ayam yang menerima larutan glutamin sebagai in ovo feeding

P2 = embrio ayam yang menerima larutan dextrin sebagai inovo feeding


(51)

25

P4 = embrio ayam yang menerima larutan NaCl 0.5% sebagai in ovo feeding

P5 = anak ayam jantan yang tidak menerima perlakuan in ovo feeding

Tabel 2 Perlakuan dan nutrien yang digunakan dalam penelitian

Pada penelitian pertama untuk mengetahui pengaruh in ovo feeding

terhadap daya tetas dan berat tetas, maka dibandingkan daya tetas dan berat tetas kontrol A (tanpa injeksi, P5) dengan daya tetas dari kontrol B (NaCl 0.5%, P4) glutamin (P1), dextrin (P2) serta kombinasi glutamin dan dextrin (P3). Untuk

mengetahui pengaruh in ovo feeding terhadap perkembangan usus halus neonatal

jantan dan performa anak ayam hingga umur 14 hari serta energi metabolisme semu dan energi bruto di umur 15 hari dibandingkan hasil kontrol B (NaCl 0.5%, P4) dengan hasil dari kelompok perlakuan.

Parameter yang Diamati

Pada penelitian ini, parameter yang diamati antara lain :

1. Daya tetas

2. Berat tetas

3. Berat dan panjang usus halus (duodenum, jejunum dan ileum) neonatal

jantan dan anak ayam jantan umur 14 hari

Nutrien Perlakuan Ulangan

Jumlah Ayam

per Ulangan

(ekor)

Glutamin (16 g/l)

Dextrin (200 g/l)

NaCl (5 g/l)

Keterangan

P1 5 12 V - V Glutamin

P2 5 12 - V V Dextrin

P3 5 12 V V V Dextrin +

Glutamin

P4 5 12 - - V Kontrol B

(placebo)


(52)

4. Luas permukaan vili usus halus neonatal jantan dan anak ayam jantan umur 14 hari

5. Energi metabolisme semu (Apparent Metabolizable Energy, AME)

6. Energi bruto embrio, neonatal jantan dan anak ayam jantan umur 15 hari

MATERI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan 4 100 butir telur tetas Ross 308, larutan NaCl, larutan glutamin, larutan dextrin serta kombinasi larutan dextrin dan glutamin yang disuntikkan ke dalam telur ber-embrio umur 18 hari inkubasi, pakan broiler starter (1-21 hari) produksi Charoen Pokphand Indonesia (CP 511). Alat-alat lain yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat bedah (gunting dan pinset),

cawan petri, candling telur, pensil, selotip, timbangan, bomb kalorimeter tipe

adiabatic merk Parr, kandang postal lengkap dengan peralatan, kertas aluminium (aluminium foil), oven, blender dan autoclave.

Kandang

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang postal berukuran 50 x 8 meter. Kandang dibagi menjadi 64 pen dengan ukuran 2.25 x 1.75 meter yang menampung 10 ekor neonatal jantan per pen nya. Alas kandang

dilapisi sekam setebal 5 cm, menggunakan seng sebagai batas brooder, infra red

heater sebagai pemanas, tempat minum otomatis, tempat pakan dari plastik dan lampu berdaya 60 watt sebagai penerangan.

Telur Tetas

Empat ribu seratus (4 100) butir telur tetas ayam broiler didapatkan dari

sebuah breeding farm komersial dengan strain Ross 308 yang berasal dari induk

dengan flock dan umur yang sama (minggu), sehingga memiliki berat yang relatif


(53)

27

Pakan

Pakan broiler starter yang digunakan dalam penelitian ini adalah CP 511

yang diproduksi oleh Charoen Pokphand Indonesia, berbentuk crumble. Pakan

dan air minum diberikan secara ad libitum. Pakan starter ini memiliki spesifikasi

kandungan nutrisi sebagai berikut: energi metabolisme 3 020 - 3 120 Kkal/kg, protein kasar 22.16 %, lemak kasar 6.30%, serat kasar 2.50%, abu 6.75%, kalsium minimal 0.9% dan phospor minimal 0.6%.

Larutan Nutrien

Larutan nutrien yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Larutan Glutamin

Terdiri dari glutamin 16 gram/l dalam NaCl 5 gram/l (Ohta 1999). 2. Larutan Dextrin

Terdiri dari dextrin 200 gram/l dalam NaCl 5 gram/l (Tako et al.

2004).

3. Larutan Glutamin + Dextrin

Terdiri dari glutamin 16 gram/l dan dextrin 200 gram/l dalam NaCl 5 gram/l.

4. Larutan NaCl

Terdiri dari NaCl 5 gram/l (Tako et al 2004).

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Prosedur In Ovo Feeding Pada Telur Tetas

Empat ribu seratus (4 100) butir telur tetas dibagi menjadi lima kelompok yang masing-masing terdiri dari 820 butir, kelompok pertama (P1) menerima 0.8 ml larutan glutamin 1.6% dalam NaCl 0.5%. Kelompok kedua (P2) menerima 0.8 ml larutan dextrin 20% dalam NaCl 0.5%. Kelompok ketiga (P3) menerima 0.8 ml larutan glutamin 1.6% dan larutan dextrin 20% dalam NaCl 0.5%. Kelompok


(54)

Kelompok kelima (P5) sebagai kontrol A tidak menerima perlakuan apa pun. Telur-telur tersebut diinkubasikan dalam inkubator dengan temperatur 98-99°F (37-38ºC) dan kelembaban 86-88 % selama 18 hari. Pada hari ke-18 inkubasi, dilakukan seleksi untuk mengeluarkan telur yang tidak ber-embrio dan

telur-telur yang mengandung embrio mati (death in shell). Didapatkan sebanyak 3 839

butir telur yang siap untuk disuntik.

Penyuntikan larutan nutrien dilakukan dengan menggunakan metode dari Foye (2005). Larutan NaCl 0.5% dan nutrien disuntikkan ke dalam cairan amnion setiap telur secara manual dengan menggunakan jarum suntik 23 G sepanjang 19 mm dari ujung tumpul telur. Setelah itu lubang suntikan ditutup dengan menggunakan isolasi kertas. Telur yang sudah menerima larutan nutrien kemudian

dimasukkan ke dalam mesin hatchery dengan temperatur 98-99°F (37-38ºC) dan

kelembaban 86-88 % hingga telur menetas. Telur dari kelompok kontrol A

dimasukkan ke dalam mesin hatchery pada saat yang bersamaan dengan

dimasukkannya telur dari kelompok perlakuan.

Perhitungan Persentase Daya Tetas

Untuk menghitung persentase daya tetas digunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah anak ayam yang menetas x 100%

Jumlah telur yang diinjeksi

Persiapan Day Old Chick (DOC)

Pada hari ke-21 saat seluruh telur menetas, dilakukan sexing untuk

memisahkan jantan dan betina. Selanjutnya penelitian dilakukan pada anak ayam jantan saja. Seluruh DOC jantan ditimbang berat badannya untuk mengetahui rataan berat badan dari masing-masing perlakuan. Sejumlah 300 ekor DOC jantan dipilih secara acak. Selanjutnya DOC dipelihara dalam kandang postal. Pakan dan


(55)

29

Perkembangan Usus Halus

A. Pengukuran Berat dan Panjang Usus Halus

Pengukuran berat dan panjang usus halus dilakukan pada neonatal jantan dan anak ayam umur 14 hari. Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum dan ileum. Usus halus dibersihkan dari sisa pakan, kemudian diukur panjang dan berat dari masing-masing segment usus halus. Batas antara duodenum dengan jejunum ditentukan sesuai dengan panjang lengkungan

duodenum. Batas antara jejunum dan ileum adalah Meckel’s diverticulum.

Batas antara ileum dan kolon adalah percabangan sekum di mana ileo caecal

tonsil berada.

B. Pengukuran Luas Permukaan Vili Usus Halus

Pengukuran ini dilakukan pada neonatal jantan dan anak ayam umur 14 hari. Pada neonatal jantan pengukuran luas permukaan vili dilakukan pada duodenum, jejunum dan ileum sedangkan saat umur 14 hari pengukuran hanya dilakukan pada ileum saja. Pengambilan sampel dilakukan dua sentimeter dari ujung proksimal masing-masing segmen usus halus, sepanjang satu sentimeter untuk setiap segmennya. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang berisi larutan formalin 10% untuk kemudian di buat preparat histologi. Hal ini berlaku untuk setiap ulangan dan perlakuan sehingga dapat dibandingkan luas permukaan vili duodenum, jejunum dan ileum dari masing-masing perlakuan (Gambar 6).

Sediaan difiksasi dengan larutan Buffer Neutral Formalin 10%,

kemudian dilakukan trimming dan organ dimasukkan ke dalam kaset. Proses

dehidrasi organ dilakukan dengan menggunakan alkohol bertingkat, mulai dari konsentrasi 70%, 80%, 90%, 95% hingga 100%. Tahap selanjutnya adalah

penjernihan (clearing) dengan menggunakan xylol, kemudian dilanjutkan

dengan penanaman (embedding) pada paraffin. Sediaan dalam blok paraffin

diiris menggunakan rotary microtom dengan ketebalan 4 µm. Hasil irisan

yang berebentuk seperti pita direntangkan di permukaan air hangat untuk mencegah pengeriputan jaringan. Kemudiaan sediaan diangkat dan diletakkan di atas gelas obyek.


(56)

Broiler neonatal jantan

Potong duodenum, jejunum dan ileum masing-masing sepanjang 1 sentimeter

Formalin 10%

Preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin-eosin

Pengamatan mikroskop dengan pembesaran 40 kali

Gambar 6 Pengukuran luas permukaan duodenum, jejunum dan ileum

neonatal jantan

Tahap selanjutnya adalah pewarnaan umum hematoksilin eosin (HE). Proses pewarnaan dimulai dengan deparafinasi menggunakan xylol I dan II, masing-masing selama dua menit. Kemudian dilanjutkan dengan proses rehidrasi menggunakan alkohol 100%, 95% dan 80% secara berurutan masing-masing selama dua menit lalu sediaan dicuci dengan air mengalir. Sediaan diwarnai dengan pewarna hematoksilin selama delapan menit, dibilas dengan air mengalir, dicuci dengan litium karbonat selama 15-30 detik, kemudian dibilas dengan air mengalir. Tahap selanjutnya adalah pewarnaan eosin selama 2-3 menit. Setelah itu sediaan dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan warna eosin yang berlebihan.

Setelah pewarnaan selesai, dilakukan proses dehidrasi. Sediaan dimasukkan ke dalam alkohol 95% dan alkohol absolut I masing-masing sebanyak 10 celupan, alkohol absolut II selama dua menit, xylol I selama satu menit dan xylol II selama dua menit kemudian dikeringkan di udara. Setelah


(57)

31 kedalaman kripta, tinggi vili, lebar basal dan lebar apikal dengan menggunakan mikroskop cahaya yang dihubungkan dengan video mikrometer (Gambar 7). Pemotongan jaringan usus halus dilakukan setebal 4 µm. Pengukuran struktur usus halus di satu penampang irisan dilakukan pada 10 buah vili yang dipilih secara acak. Perhitungan luas permukaan vili dilakukan

dengan menggunakan metode Iji et al. (2001):

(b + c)

Luas Permukaan Vili= X a

b

Keterangan:

a = tinggi vili b = lebar apikal vili c = lebar basal vili d = kedalaman kripta

Gambar 7 Pengukuran vili usus halus (pembesaran 100 x)

Pengukuran Pemanfaatan Energi A. Pengukuran Energi Bruto Pakan

Dilakukan dengan bomb kalorimeter berdasarkan berat keringnya. a

b

c


(58)

B. Perhitungan Konsumsi Energi

Energi bruto pakan dikalikan dengan konsumsi pakan per ekor anak ayam selama berada di dalam kandang metabolik (Gambar 8).

Konsumsi Energi (Kal/ekor) = GEPakan x Jumlah Konsumsi BK Pakan

Anak ayam umur 7 hari Pakan

Kandang metabolik individu Bomb kalorimeter

Puasa 36 jam GE pakan

Pakan dan air minum ad libitum

Konsumsi pakan aktual

Ekskreta ditampung dan dikeringkan GE konsumsi

Bomb kalorimeter

Energi ekskreta

AME = GE konsumsiEnergi ekskreta

Gambar 8 Pengukuran dan perhitungan penggunaan energi pakan

C. Pengukuran Energi Ekskreta

Pada umur tujuh hari dipilih secara acak satu ekor anak ayam dari tiap ulangan dan perlakuan untuk dipindahkan ke dalam kandang metabolik individual (timbang berat badannya). Anak-anak ayam tersebut diadaptasikan

selama satu hari untuk kemudian dipuasakan selama 36 jam (Farrel et al.


(59)

33 Pada umur sembilan hingga 13 hari, anak-anak ayam pada kandang

metabolik diberi pakan dan air minum ad libitum, kemudian anak ayam

dipuasakan kembali selama 36 jam (Gambar 9). Ekskreta dari masing-masing anak ayam dikumpulkan per individu setiap 24 jam. Sisa pakan ditimbang setelah 24 jam konsumsi untuk mengetahui jumlah konsumsi aktual per ekor anak ayam. Ekskreta dari setiap anak ayam yang terkumpul dibungkus dalam

kertas aluminium (aluminium foil) dan dikeringkan dalam oven setiap hari.

Setelah lima setengah hari perlakuan, sampel ekskreta per ekor anak ayam dicampur menjadi satu kesatuan yang homogen, sehingga didapatkan 35 sampel ekskreta. Diambil satu gram ekskreta dari masing-masing sampel untuk kemudian dibakar pada bomb kalorimeter guna mendapatkan energi ekskreta (Gambar 8).

koleksi feses

adaptasi makan dan minum

puasa puasa

. . .

7 8 9 10 11 12 13 14 15 (umur/hari)

Gambar 9 Pengukuran energi ekskreta dalam kandang metabolik individual

Pada unggas, energi ekskreta harus dihitung dengan koreksi nitrogen (MacLeod 2002).

Rumus yang digunakan adalah:

(Energi Ekskreta) N = (Energi Ekskreta) + 34.4 (N Konsumsi – N Ekskreta)

keterangan: N = nitrogen


(60)

D. Pengukuran Energi Metabolisme Semu (Apparent Metabolizable Energy)

Energi Metabolisme Semu (Apparent Metabolizable Energy, AME)

merupakan energi asal pakan yang tersedia untuk proses metabolisme tubuh

seekor hewan. Energi ini dihitung dengan mengurangkan energi bruto (Gross

Energy, GE) pakan yang dikonsumsi dengan energi ekskreta. Rumus AME adalah:

AME = GE Konsumsi – (Energi Ekskreta)N

E. Pengukuran Energi Bruto (GE)Embrio

Sebelum dilakukan in ovo feeding, dipilih secara acak dua butir telur

berembrio dari masing-masing kelompok perlakuan. Dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat telur. Telur dipecah kemudian embrio diambil dan

dipisahkan dari yolk. Dilakukan penimbangan pada embrio dan yolk.

Embrio (timbang berat badan)

Yolk

Timbang dan pisahkan

Dimasak dalam autoclave selama 3 jam (15 psi)

Oven selama 96 jam (55°C)

Giling dan campur rata

Bomb kalorimeter (1 gram)

Energi bruto (GE) embrio


(61)

35 Embrio kemudian dibungkus dengan kertas aluminium dan dimasak

dengan menggunakan autoclave selama tiga jam dengan tekanan 15 psi (Fraps

1944) kemudian didinginkan pada suhu kamar selama dua jam dan ditimbang kembali. Embrio yang telah matang tersebut dikeringkan dalam oven bersuhu

55°C selama 96 jam (Sakomura et al. 2005). Berat embrio ditimbang kembali

setelah didinginkan dua jam dalam suhu ruangan kemudian dilakukan penggilingan untuk mendapatkan sampel yang homogen. Untuk keperluan pengukuran energi bruto diambil satu gram untuk dibakar pada bomb

kalorimeter(Gambar 10).

Rumus Energi Bruto (GE) Embrio =

GE Embrio (Kal/g) = GE 1 g embrio (Kal) x berat kering embrio (g)

F. Pengukuran EnergiBruto(GE) Neonatal Jantan

Dipilih secara acak satu ekor neonatal jantan dari masing-masing ulangan dan perlakuan, timbang berat badannya kemudian dibunuh dengan

metode dislocation tulang leher. Kulit abdominal anak ayam diinsisi,

kemudian yolk dipisahkan dan ditimbang. Dilakukan penimbangan terhadap

anak ayam kembali. Anak ayam (tanpa yolk) kemudian dibungkus dengan

kertas aluminium dan dimasak dengan menggunakan autoclave selama tiga

jam dengan tekanan 15 psi (Fraps 1944) kemudian didinginkan pada suhu

kamar selama dua jam dan ditimbang kembali.

Anak ayam yang telah matang tersebut dikeringkan dalam oven

bersuhu 55°C selama 96 jam (Sakomura et al. 2005). Berat anak ayam

tersebut ditimbang kembali setelah didinginkan dua jam dalam suhu ruangan kemudian dilakukan penggilingan untuk mendapatkan sampel yang homogen. Untuk keperluan pengukuran energi bruto diambil satu gram untuk dibakar

pada bomb kalorimeter(Gambar 11).

Rumus energi bruto (GE) neonatal jantan =

GE Neonatal Jantan (Kal/g) = GE 1 g neonatal jantan (Kal) x berat kering neonatal jantan (g)


(62)

Neonatal jantan (timbang berat badan)

Yolk

Timbang dan pisahkan

Dimasak dalam autoclave selama 3 jam (15 psi)

Oven selama 96 jam (55°C)

Giling dan campur rata

Bomb kalorimeter (1 gram)

Energi bruto (GE) neonatal jantan

Gambar 11 Pengukuran energi bruto (GE) neonatal jantan

G. Pengukuran Energi Bruto (GE) Umur 15 Hari

Anak-anak ayam yang berada dalam kandang metabolik digunakan untuk mengukur energi bruto umur 15 hari. Anak-anak ayam tersebut

dipuasakan selama 36 jam kemudian dibunuh dengan metode dislocation

tulang leher. Secara individu anak-anak ayam tersebut dibungkus dengan

kertas aluminium dan dimasak dengan menggunakan autoclave selama tiga

jam dengan tekanan 15 psi (Fraps 1944) kemudian didinginkan pada suhu

kamar selama dua jam dan ditimbang kembali. Anak ayam yang telah matang

tersebut dikeringkan dalam oven bersuhu 55°C selama 96 jam (Sakomura et

al. 2005). Berat anak ayam ditimbang kembali setelah didinginkan dua jam

dalam suhu ruangan kemudian dilakukan penggilingan untuk mendapatkan sampel yang homogen. Untuk keperluan pengukuran energi bruto diambil satu gram untuk dibakar pada bomb kalorimeter (Gambar 12).

Rumus energi bruto (GE) anak ayam umur 15 hari (Kal/kg) =


(63)

37 Anak ayam umur 15 hari (timbang berat badan)

Dimasak dalam autoclave selama 3 jam (15 psi)

Oven selama 96 jam (55°C)

Giling dan campur rata

Bomb kalorimeter (1 gram)

Energi bruto (GE)

Gambar 12 Pengukuran energi bruto (GE) anak ayam umur 15 hari

Performa Mingguan Anak Ayam A. Performa Minggu Pertama

Pada akhir minggu pertama, semua anak ayam yang hidup ditimbang berat badannya kemudian dihitung rataan berat badan dari masing-masing perlakuan. Rataan konsumsi pakan minggu pertama dihitung dengan rumus: Rataan konsumsi pakan (g/ekor) =

Jumlah konsumsi pakan total minggu pertama

Jumlah anak ayam pada akhir minggu pertama

Efisiensi pakan (FCR) minggu pertama dihitung dengan rumus: Rataan konsumsi pakan minggu pertama


(1)

Lampiran 9 Analisa Statistika AME Umur 15 Hari

Tabel 9.1 Anova energi bruto konsumsi umur 15 hari

Derajat

Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung P

Perlakuan 5 15900.024 3180.005 0.940 0.465

Galat 54 183507.404 3398.285

Total 59 199407.428

Derajat

Bebas Type I SS Kuadrat Tengah F Hitung P

Perlakuan 3 15856.001 5285.333 1.560 0.211

Replikasi 2 44.023 22.012 0.010 0.994

Derajat

Bebas Type III SS Kuadrat Tengah F Hitung P

Perlakuan 3 15856.001 5285.333 1.560 0.211

Replikasi 2 44.023 22.012 0.010 0.994

Uji tukey energi bruto konsumsi umur 15 hari

Rata-Rata Standar Deviasi Notasi

Glutamin (Kal/g) 709.285 81.125 A

NaCl (Kal/g) 688.397 56.803 A

Dextrin (Kal/g) 684.821 36.244 A

Glutamin + Dextrin (Kal/g) 663.446 44.598 A

Tabel 9.2 Anova energi ekskreta umur 15 hari

Derajat

Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung P

Perlakuan 5 14571.962 2914.392 4.550 0.002

Galat 54 34558.907 639.980


(2)

Derajat

Bebas Type I SS Kuadrat Tengah F Hitung P

Perlakuan 3 14570.818 4856.939 7.590 0.000

Replikasi 2 1.144 0.572 0.000 0.999

Derajat

Bebas Type III SS Kuadrat Tengah F Hitung P

Perlakuan 3 14570.818 4856.939 7.590 0.000

Replikasi 2 1.144 0.572 0.000 0.999

Uji tukey energi ekskreta umur 15 hari

Rata-Rata Standar Deviasi Notasi

Dextrin (Kal/g) 186.486 29.592 A

Glutamin (Kal/g) 180.720 30.489 A

NaCl (Kal/g) 163.914 22.795 AB

Glutamin + Dextrin (Kal/g) 146.569 11.986 B

Tabel 9.3 Anova AME umur 15 hari

Derajat

Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung P

Perlakuan 5 8102.816 1620.563 0.590 0.704

Galat 54 147101.780 2724.107

Total 59 155204.616

Derajat

Bebas Type I SS Kuadrat Tengah F Hitung P

Perlakuan 3 8071.775 2690.592 0.990 0.406


(3)

Uji tukey AME umur 15 hari

Rata-Rata Standar Deviasi Notasi

Glutamin (Kal/g) 528.570 56.017 A

NaCl (Kal/g) 524.480 52.014 A

Glutamin + Dextrin (Kal/g) 516.880 51.688 A


(4)

Lampiran 10 Analisa Statistika Energi Bruto Anak Ayam

Tabel 10.1 Anova energi bruto neonatal jantan

Derajat

Bebas Jumlah Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung P

Perlakuan 3 48.792 16.264 1.403 0.278

Galat 16 185.516 11.595

Total 19 234.309

Uji tukey energi bruto neonatal jantan

Rata-Rata Standar Deviasi Notasi

Dextrin (Kal/g) 41.982 1.209 A

Glutamin (Kal/g) 40.412 3.334 A

NaCl (Kal/g) 39.113 3.105 A

Glutamin + Dextrin (Kal/g) 37.762 4.915 A

Tabel 10.2 Anova energi bruto ayam jantan umur 15 hari

Derajat

Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung P

Perlakuan 5 4707446883.574 941489376.715 1.129 0.356

Galat 54 45021568198.205 833732744.411

Total 59 49729015081.778

Derajat

Bebas Type I SS Kuadrat Tengah F Hitung P


(5)

Uji tukey energi bruto ayam jantan umur 15 hari

Rata-Rata Standar Deviasi Notasi

Glutamin + Dextrin (Kal/g) 324256.091 22289.88 A

Glutamin (Kal/g) 324003.985 32396.22 A

NaCl (Kal/g) 310716.151 310716.15 A


(6)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:

Pemberian glutamin, dextrin maupun kombinasinya secara

in ovo feeding

tidak memberikan pengaruh yang positif terhadap daya tetas, berat tetas,

performa dan pemanfaatan energi sejak akhir masa embrional hingga umur 15

hari pasca menetas.

Saran:

Aplikasi pemberian glutamin, dextrin serta kombinasinya secara

in ovo

dilakukan dengan tehnik

micro tracer

agar distribusi nutrien yang diberikan

dapat dirunut.