Analisis pendapatan dan tingkat pengembangan investasi pada usahatani kakao (Studi kasus: desa Kasimbari, kecamatan Ampibabo, kabupaten Donggala, propinsi Sulawesi Tengah)
RINGKASAN
Moh. Rivan Burase. Analisis Pendapatan dan Tingkat Pengembalian Investasi Pada
Usahatani Kakao. (Studi Kasus di Desa Kasimbar, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten
Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah).
Dibawah bimbingan Sutara
Hendrakusumaatmadja.
Melihat potensi sumberdaya yang ada serta perilaku pasar yang ada,
komoditas perkebunan khususnya komoditi kakao diharapkan dapat menjadi salah
satu sumber pertumbuhan baru di sektor pertanian, untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat, sumber lapangan kerja, perbaikan gizi masyarakat dan peningkatan
devisa negara.
Perkembangan kakao di Indonesia berjalan cukup pesat sejalan
dengan laju pertumbuhan luas tanaman, produksi yang tinggi serta penyebaran areal
produksi yang lebih terpencar.
Sejalan dengan meningkatnya
permintaan terhadap
komoditi
kakao
diharapkan dapat merangsang petani untuk lebih meningkatkan produksinya, namun
budidaya kakao pada perkebunan rakyat saat ini masih terhambat pada beherapa
kendala, antara lain rendahnya mutu biji kakao, tingkat produktivitas serta efisiensi
produksi yang masih rendah. Hal ini disebabkan kurangnya tingkat pengetahuan dan
sarana produksi yang dimiliki oleh petani serta penggunaan teknologi yang masih
sederhana. Berdasarkan ha1 tersebut maka penelitian ini bertujuan : (1) mengetahui
kelayakan investasi serta jangka waktu pengembalian investsi pad usahatani kakao.
(2) Membandingkan keuntungan yang diperoleh usahatani antara pemakai teknologi
sederhana dengan usahatani yang telah menggunakan teknologi modern.
Penelitian dilakukan di Desa Kasimbar, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah yang merupakan desa penghasil kakao terbesar di
kecamatan Ampibabo.
Data yang digunakan merupakan data primer dan data
sekunder yang diperoleh dari pengamatan dan pencatatan langsung, wawancara dan
pembagian dafiar pertanyaan kepada petani kakao.
Sedangkan data sekunder
diperoleh dari lembaga-lembaga maupun instansi yang terkait.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditunjukkan bahwa usahatani kakao
di Desa Kasimbar baik yang dilakukan secara tradisional maupun dengan
menggunakan teknologi maju pada tingkat diskonto 18 persen masih menguntungkan
dan layak untuk diusahakan. Hal ini dilihat dari perhitungan kriteria investasi yang
diperoleh dimana NPV yang masih bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat
diskonto yang digunakan serta Net B/C yang lebih besar dari 1.
Hasil analisis sensitivitas pada kegiatan usahatani kakao yang dilakukan
secara modern maupun tradisional menunjukkan bahwa usahatani kakao menjadi
tidak layak diusahakan apabila terjadi penurunan tingkat produksi sebesar 36 persen,
walaupun harga output naik sebesar 12 persen dan harga pupuk tetap. Hail ini dilihat
dari hasil perhitungan kriteria investasi dimana NPV yang bernilai negatif, IRR lebih
kecil dari tingkat diskonto yang digunakan dan Net B/C yang lebih kecil dari 1.
Tingkat pengembalian investasi secara finansial dari usahatani kakao dengan
menggunakan teknologi modern pada tingkat diskonto 18 persen terjadi pada tahun
ke-7 dan untuk usahatani tradisional terjadi pada tahun ke-6.
Moh. Rivan Burase. Analisis Pendapatan dan Tingkat Pengembalian Investasi Pada
Usahatani Kakao. (Studi Kasus di Desa Kasimbar, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten
Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah).
Dibawah bimbingan Sutara
Hendrakusumaatmadja.
Melihat potensi sumberdaya yang ada serta perilaku pasar yang ada,
komoditas perkebunan khususnya komoditi kakao diharapkan dapat menjadi salah
satu sumber pertumbuhan baru di sektor pertanian, untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat, sumber lapangan kerja, perbaikan gizi masyarakat dan peningkatan
devisa negara.
Perkembangan kakao di Indonesia berjalan cukup pesat sejalan
dengan laju pertumbuhan luas tanaman, produksi yang tinggi serta penyebaran areal
produksi yang lebih terpencar.
Sejalan dengan meningkatnya
permintaan terhadap
komoditi
kakao
diharapkan dapat merangsang petani untuk lebih meningkatkan produksinya, namun
budidaya kakao pada perkebunan rakyat saat ini masih terhambat pada beherapa
kendala, antara lain rendahnya mutu biji kakao, tingkat produktivitas serta efisiensi
produksi yang masih rendah. Hal ini disebabkan kurangnya tingkat pengetahuan dan
sarana produksi yang dimiliki oleh petani serta penggunaan teknologi yang masih
sederhana. Berdasarkan ha1 tersebut maka penelitian ini bertujuan : (1) mengetahui
kelayakan investasi serta jangka waktu pengembalian investsi pad usahatani kakao.
(2) Membandingkan keuntungan yang diperoleh usahatani antara pemakai teknologi
sederhana dengan usahatani yang telah menggunakan teknologi modern.
Penelitian dilakukan di Desa Kasimbar, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah yang merupakan desa penghasil kakao terbesar di
kecamatan Ampibabo.
Data yang digunakan merupakan data primer dan data
sekunder yang diperoleh dari pengamatan dan pencatatan langsung, wawancara dan
pembagian dafiar pertanyaan kepada petani kakao.
Sedangkan data sekunder
diperoleh dari lembaga-lembaga maupun instansi yang terkait.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditunjukkan bahwa usahatani kakao
di Desa Kasimbar baik yang dilakukan secara tradisional maupun dengan
menggunakan teknologi maju pada tingkat diskonto 18 persen masih menguntungkan
dan layak untuk diusahakan. Hal ini dilihat dari perhitungan kriteria investasi yang
diperoleh dimana NPV yang masih bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat
diskonto yang digunakan serta Net B/C yang lebih besar dari 1.
Hasil analisis sensitivitas pada kegiatan usahatani kakao yang dilakukan
secara modern maupun tradisional menunjukkan bahwa usahatani kakao menjadi
tidak layak diusahakan apabila terjadi penurunan tingkat produksi sebesar 36 persen,
walaupun harga output naik sebesar 12 persen dan harga pupuk tetap. Hail ini dilihat
dari hasil perhitungan kriteria investasi dimana NPV yang bernilai negatif, IRR lebih
kecil dari tingkat diskonto yang digunakan dan Net B/C yang lebih kecil dari 1.
Tingkat pengembalian investasi secara finansial dari usahatani kakao dengan
menggunakan teknologi modern pada tingkat diskonto 18 persen terjadi pada tahun
ke-7 dan untuk usahatani tradisional terjadi pada tahun ke-6.