ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PRODUKTIVITAS USAHATANI KAKAO (Studi Kasus di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat)
ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PRODUKTIVITAS USAHATANI KAKAO
(Studi Kasus di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo
Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat) OLEH :
M. FADLAN S. FATTAH
G 311 06 022
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2010
ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PRODUKTIVITAS USAHATANI KAKAO
(Studi Kasus di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo
Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat)
Oleh :
M. FADLAN S. FATTAH
G 311 06 022
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian dan Kehutanan
Universitas Hasanuddin Makassar 2009
Disetujui Oleh,
Prof. Dr. Ir. Farida Nurland, M.S. Rusli M. Rukka, S.P., M.Si Dosen Pembimbing
Dosen Pembimbing
Mengetahui, Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Ir. Muslim Salam, M.Ec NIP. 19680616-199203-1-002
Tanggal Pengesahan : 17 Mei 2009
ii
PANITIA UJIAN SARJANA JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
JUDUL : ANALISIS
KEUNTUNGAN DAN PRODUKTIVITAS USAHATANI KAKAO
(Studi Kasus di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat)
NAMA
: M. FADLAN S. FATTAH
STAMBUK :
G 311 06 022
SUSUNAN TIM PENGUJI
Rusli M. Rukka, S.P., M.Si.
Ketua Sidang
Prof. Dr. Ir. Farida Nurland, M.S.
Anggota
Ir. Darwis Ali, M.S.
Panitia Ujian
Prof. Dr. Ir. Muslim Salam, M.Ec.
Anggota
Dr. Ir. Saadah, M.Si.
Anggota
Tanggal Ujian : Mei 2010
iii
RINGKASAN
M. FADLAN S. FATTAH (G311 06 022). Analisis Keuntungan dan Produktivitas Usahatani Kakao (Studi Kasus di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat), di bawah bimbingan Farida Nurland dan Rusli M. Rukka.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat dari Januari sampai Februari 2009. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah produksi, jumlah pohon, dan umur pohon terhadap produktivitas kakao di daerah penelitian, dan Menganalisis pendapatan usahatani kakao di daerah penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Pengaruh luas lahan, jumlah
produksi, jumlah pohon, dan umur pohon terhadap produktivitas kakao dianalisis dengan regresi linear berganda, sedangkan pendapatan usahatani kakao dianalisis dengan analisis keuntungan usahatani.
Jumlah responden yang diambil sebanyak 45 orang dengan menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling) berdasarkan variasi umur tanaman kakao.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu variabel indepenpent (produksi, luas lahan, jumlah tanaman, dan umur tanaman) secara bersama-sama memberikan pengaruh nyata terhadap variabel dependent (produktivitas) usahatani kakao. Nilai R squarenya adalah 83,1%. Secara parsial, variabel luas lahan, jumlah tanaman, dan umur tanaman tidak memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas lahan kakao, sedangkan jumlah produksi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap produktivitas lahan kakao. Usahatani kakao yang diusahakan berada dalam posisi menguntungkan, dimana keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.13.016.822,19 per hektar. Selain itu, nilai R/C ratio diperoleh sebesar 5,96.
iv
RIWAYAT HIDUP
M. FADLAN S. FATTAH, lahir di Ujung Pandang pada tanggal 24 Desember 1988. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Drs. H. M. Subky Fattah dan Dra. Hj. Rosma.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal pada SD Inpres Perumnas II Makassar pada tahun 2000. Pendidikan lanjutan tingkat pertama pada MTs Negeri Model Makassar pada tahun 2003. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada MA Negeri Model Makassar pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin melalui jalur SPMB dan memilih sub program studi Agribisnis.
Selama menempuh pendidikan di UNHAS, penulis memiliki pengalaman organisasi yaitu menjadi bagian Badan Pengurus Harian (BPH) MISEKTA periode 2008-2009. Selain itu, terlibat dalam berbagai kepanitiaan yang dilaksanakan oleh MISEKTA dan BEM Fakultas Pertanian. Penulis juga tercatat sebagai anggota KOPMA UNHAS dan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Makassar Timur.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan rasa syukur ke hadirat Allah SWT., Rabb yang Maha Kuasa yang berkat rahmat dan inayahNya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Skripsi ini berjudul “Analisis Keuntungan dan Produktivitas Usahatani Kakao”, di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Farida Nurland, M.S., dan Rusli M. Rukka, S.P., M.Si. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah produksi, jumlah pohon, dan umur pohon terhadap produktivitas kakao serta menganalisis pendapatan usahatani kakao yang dicapai petani di daerah penelitian.
Disadari sepenuhnya bahwa meskipun tulisan ini telah disusun dengan usaha semaksimal mungkin, namun bukan mustahil bila dalamnya terdapat berbagai kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan fatwanya dan tegur sapanya atau saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini dan untuk pembelajaran dimasa yang akan datang.
Akhirnya, semoga skripsi dengan judul “Analisis Keuntungan dan
Produktivitas Usahatani Kakao” ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta dalam penyusunan skripsi selanjutnya.
Makassar, Mei 2010
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
mengucapkan rasa syukur dan penghormatan tertinggi kepada Allah SWT. Semoga penulis senantiasa berada dalam ridho-Nya dan selalu dlimpahkan rahmat-Nya
Pertama-tama
penulis
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, habiballah. Beliau penyejuk hati bagi ummatnya. Assalamu alaika yaa Rasulullah SAW.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Farida Nurland, M.S., dan Bapak Rusli M. Rukka, S.P., M.Si. sebagai Dosen Pembimbing dengan ketulusan dan kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dorongan, nasehat dan arahan mulai pra penelitian sampai terwujudnya skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Muslim Salam, M.Ec. selaku Ketua Jurusan dan sebagai Dosen Penguji beserta Dr. Ir. Saadah, M.Si. yang menyempatkan waktu menyimak dan memberikan kritik dan saran guna penyempurnaan skripsi ini.
Penghargaan dan ucapan terima kasih juga yang setinggi-tingginya kepada :
vii
1. Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi, Sp.BO., dan jajarannya serta Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Dr. Ir. Yunus Musa, M.Sc., dan jajarannya.
2. Bapak dan Ibu Dosen Sosial Ekonomi Pertanian, atas nasehat, bimbingan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis. Serta staf adminisrasi, atas kerjasamanya selama ini.
3. Ibu Rasyidah Bakri, S.P., selaku Penasehat Akademik yang telah menyempatkan waktu mendengar dan memberi saran selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Hasanuddin.
4. Bapak Ir. Darwis Ali, M.S., selaku panitia ujian atas semua saran dan kritiknya dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Pamanda, Faisal Ambaly, B.Sc., atas bantuannya pada penulis dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabatku, atas kebersamaan dan rasa persaudaraan selama ini. Senantiasa memberikan dorongan semangat selama penulis menempuh pendidikan, mendengar keluh kesah penulis dan memberikan saran kearah yang lebih baik. Semoga rasa persaudaraan kita tetap terjalin.
7. Teman-teman mahasiswa Sosek Pertanian Unhas angkatan 2006, atas bantuan, support, dan doanya. Sungguh penulis merasa bahagia dan bangga menjadi bagian dari kalian.
viii
8. Segenap mahasiswa jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dari generasi ke generasi, kanda senior, kakak-kakak angkatan 2004 dan 2005 serta adik-adik angkatan 2007 dan 2008.
9. Teman-teman KKN Gelombang Khusus 2009 Posko Awota dan teman- teman KKN se-Kecamatan Keera, Kabupaten Wajo.
Penghargaan yang tulus dan teramat sangat istimewa penulis haturkan kepada, Ayahanda Drs. H. M. Subky Fattah dan Ibunda Dra. Hj. Rosma, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, atas keikhlasan dalam membimbing, mendidik dengan cinta kasih sayangnya dan atas doa dan pengorbanannya yang diberikan kepada penulis. Saudara- saudaraku ”Mufa brother”, M. Fahman S. Fattah, ST., M. Fathan S. Fattah, S.Pi., dan M. Fahran S. Fattah, atas support dan doanya.
Akhir kata, terima kasih atas semuanya. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengembangan diri. Melalui kesempatan ini pula, penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan yang pernah diperbuat. Mohon maaf lahir dan bathin.
ix
5.1.3 Pengalaman Berusahatani ........................................ 45
5.1.4 Luas lahan ................................................................ 46
5.2 Analisis Usahatani Kakao ................................................. 47
5.3 Keuntungan Usahatani Kakao .......................................... 49
5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Lahan Petani Kakao ..................................................................... 50
BAB. VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ....................................................................... 56
6.2 Saran ................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
1. Luas Areal dan Produksi Kakao di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat Tahun 2004-2008. ........................................ 5
2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten
Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2009. ................................ 32
3. Tingkat Pendidikan di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi
Sulawesi Barat, 2009 ............................................................ 33
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten
Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2009 ................................. 35
5. Pola Penggunaan Lahan di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi
Sulawesi Barat, 2009 ............................................................ 36
6. Sarana dan Prasarana Transportasi di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene,
Propinsi Sulawesi Barat, 2009 .............................................. 37
7. Sarana Pendidikan di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi
Sulawesi Barat, 2009 ............................................................ 38
8. Keadaan Sarana Perekonomian
Desa
Seppong,
Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2009 .............................................. 39
9. Sarana Keagamaan dan Kesehatan di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene,
Propinsi Sulawesi Barat, 2009 .............................................. 40
10. Identitas Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana,
Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2010 .............. 42
xiii
11. Identitas Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo
Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2010 ...................................................................................... 44
12. Identitas Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo
Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2010 ...................................................................................... 45
13. Identitas Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana,
Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2010 .............. 46
14. Produksi, Nilai Produksi, Total Biaya, Pendapatan Petani Responden di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo
Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2010 ...................................................................................... 48
15. Analisis R/C Ratio, Penerimaan, dan Total Biaya Rata-rata per hektar Petani Responden di Desa Seppong,
Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2010 .............................................. 49
16. Hasil Analisis Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Lahan Petani Kakao di Desa
Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2010 ................................. 51
xiv
DAFTAR GAMBAR
1. Skema Kerangka Pikir Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Usahatani Kakao. ............................................ 21
2. Skema Kerangka Pikir Analisis Keuntungan Usahatani Kakao. ................................................................................... 22
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Identitas Petani Responden di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi
Sulawesi Barat, 2010. ........................................................... 59
2. Faktor Produksi Luas Lahan, Jumlah Tanaman, dan Umur Tanaman Usahatani Kakao Petani Responden di Desa
Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2010 ................................. 60
3. Faktor Produksi Luas Lahan, Jumlah Tanaman, dan Umur Tanaman Usahatani Kakao Petani Responden di Desa
Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2010 ................................. 61
4. Faktor Produksi Pupuk Usahatani Kakao di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene,
Propinsi Sulawesi Barat, 2010 .............................................. 62
5. Faktor Produksi Pestisida Usahatani Kakao di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten
Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2010 ................................. 65
6. Faktor Produksi Tenaga Kerja Usahatani Kakao di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten
Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2010 ................................. 68
7. Nilai Penyusutan Alat Usahatani Kakao di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene,
Propinsi Sulawesi Barat, 2010 .............................................. 71
8. Biaya Produksi Usahatani Kakao di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene,
Propinsi Sulawesi Barat, 2010 .............................................. 72
9. Analisis Pendapatan Usahatani Kakao di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene,
Propinsi Sulawesi Barat, 2010 .............................................. 74
xvi
10. Analisis R/C Ratio dan Analisis Titik Impas Usahatani Kakao di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo
Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2010 ...................................................................................... 76
11. Data Dasar Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Usahatani Kakao di Desa Seppong, Kecamatan
Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2010 ............................................................ 77
12. Data Output Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktifitas Petani Kakao Desa
Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat, 2010 ................................. 78
xvii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan banyaknya penduduk yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Oleh karena itu pembangunan bangsa dititikberatkan pada sektor pertanian (BPTP Sulawesi Selatan, 2008).
Pembangunan pertanian di masa yang akan datang berfokus pada pengembangan agribisnis yang berorientasi global dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan, kesejahteran masyarakat petani, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha di pedesaan. Namun saat ini pembangunan pertanian di Indonesia dihadapkan pada beberapa tantangan antara lain persaingan pasar global, pemenuhan ketahanan pangan, alternatif sumber pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan, serta penyediaan lapangan kerja (Anonim, 2008).
Sektor pertanian memiliki prospek yang baik. Salah satu komoditas pertanian dari sub sektor perkebunan yang diharapkan dapat membantu devisa negara adalah komoditas Kakao (Theobroma cacao), sebab permintaan dalam negeri dan ekspor terus meningkat dengan semakin berkembangnya sektor industri yang memanfaatkan biji kakao sebagai bahan baku. Apalagi didukung Sektor pertanian memiliki prospek yang baik. Salah satu komoditas pertanian dari sub sektor perkebunan yang diharapkan dapat membantu devisa negara adalah komoditas Kakao (Theobroma cacao), sebab permintaan dalam negeri dan ekspor terus meningkat dengan semakin berkembangnya sektor industri yang memanfaatkan biji kakao sebagai bahan baku. Apalagi didukung
Keseimbangan produksi dan konsumsi kakao dunia diperkirakan terus berlanjut, bahkan lebih cenderung mengalami defisit karena beberapa negara produsen utama menghadapi berbagai kendala dalam upaya meningkatkan produksinya untuk mengimbangi kenaikan konsumsi. Pantai Gading, Ghana dan Kamerun menghadapi masalah karena ada keharusan untuk mengurangi subsidi dan insentif harga pemerintah serta kestabilan politik dalam negeri. Sedangkan Malaysia menghadapi masalah ganasnya serangan hama PBK dan adanya kebijakan untuk berkonsentrasi ke kelapa sawit. Kondisi tersebut sangat menguntungkan Indonesia. Hal ini karena animo masyarakat Indonesia untuk mengembangkan perkebunan kakao beberapa tahun terakhir sangat besar, sumberdaya lahan masih tersedia dan keinginan masyarakat tersebut dapat terwujud dengan mengandalkan pendanaan sendiri (Goenadi, dkk, 2005).
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta (Goenadi, dkk, 2005).
Kakao merupakan komoditas ekspor yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan harga dipasar dunia. Gejolak harga di pasar dunia akan berpengaruh pada penawaran dan permintaan di pasar dalam negeri dan ekspor, dan akan mempengaruhi prilaku petani dalam berusahatani. Sementara itu, pada umumnya petani kakao khususnya di Sulawesi, menghadapi berbagai masalah antara lain skala pemilikan lahan yang relatif sempit, lokasi usahatani yang terpencar, dan kurang didukung sarana/prasarana yang baik, serta modal, pengetahuan dan keterampilan yang terbatas. Akibatnya produktivitas kakao kurang optimal dan mutu produk di bawah baku mutu. Masalah yang tidak kalah pentingnya adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) termasuk hama Penggerek Buah Kakao (PBK) yang dapat menurunkan produksi dan kualitas kakao yang dihasilkan dan belum berkembangnya kelembagaan petani serta pola kemitraan.
Rencana untuk merevitalisasi tanaman kakao telah dilakukan di Sulawesi Barat tahun 2008 yang diharapkan untuk kembali mendobrak angka ekspor tanaman tersebut ke luar negeri. Apalagi telah dicanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Kualitas (Gernas) Kakao 2009 di Sulawesi. Diperkirakan Gernas Kakao akan meningkatkan produktivitas 300 persen per hektar, yaitu dari 560 ton per hektar akan naik menjadi 1.500 ton per hektar. Hingga bulan Oktober 2009, Gernas baru meng-cover sekitar 20% dari total areal kakao di Sulawesi dan kawasan timur lainnya (Anonim B, 2009).
Produksi kakao di Sulawesi Barat tahun 2008 berhasil menyumbang hampir 20% dari total produksi nasional melalui program Gerakan Pembaharuan Kakao (GPK) yang dijalankan sejak 2007 dengan jumlah Produksi kakao di Sulawesi Barat tahun 2008 berhasil menyumbang hampir 20% dari total produksi nasional melalui program Gerakan Pembaharuan Kakao (GPK) yang dijalankan sejak 2007 dengan jumlah
Komoditi kakao telah berhasil memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Barat, khususnya petani kakao yang sedikitnya mencapai 65% dari penduduk Sulawesi Barat. Adapun nilai nominal pemasukan dari komoditi kakao pada tahun 2005, misalnya, tercatat Rp1,25 triliun, dan diestimasi pada tahun 2011 mencapai Rp7 triliun (Ari, 2009).
Salah satu daerah penghasil kakao di Sulawesi Barat yaitu di Kabupaten Majene. Hal ini dapat dilihat dari potensi yang dimiliki oleh wilayah ini, seperti luas areal pertanaman dan produksi, sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Kakao di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat Tahun 2004-2008.
Tahun
Luas Areal (Ha)
Produksi (Ton)
5.717 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene, 2009
11.094
Tabel 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal (ha) dan produksi dari tahun ke tahun, namun produksi yang dihasilkan tidak sebanding dengan penambahan luas areal atau dengan kata lain produktivitas semakin menurun . Produksi terendah yaitu 4.709 ton terjadi pada tahun 2004 dengan
luas areal 8.484 ha atau dengan kata lain produktivitas 0.56 ton/ha. Pada Tahun 2005 hingga 2007 produktivitas masing-masing 0,55 ton/ha, 0,55 ton/ha, dan 0,53 ton/ha. Sedangkan produksi tertinggi yaitu 5.717 ton terjadi pada tahun 2008 dengan luas areal 11.094 ha atau dengan kata lain produktivitas 0,52 ton/ha. Rendahnya produktivitas ini disebabkan karena dalam mengelola usahatani kakao, petani di daerah tersebut terutama dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor eksternal tersebut merupakan faktor yang berada di luar lingkup diri petani itu sendiri seperti luas lahan, produksi, dan lain-lain.
Peningkatan produksi kakao Kabupaten Majene, Sulawesi Barat dapat diperoleh dengan mengalokasikan input produksi secara tepat, berimbang serta penerapan teknologi. Pengalokasian input produksi yang berlebihan maka akan meningkatkan biaya produksi sehingga pendapatan akan berkurang. Tersedianya faktor produksi belum berarti produktivitas yang diperoleh akan tinggi sehingga petani harus melakukan usahataninya dengan efisien, dimana petani secara rasional melakukan usahatani dengan tujuan meningkatkan produksi untuk memaksimalkan keuntungan.
Besarnya kontribusi perkebunan kakao terhadap pendapatan petani merupakan masalah penting bagi pengembangan skala usahatani. Pendapatan yang diperoleh dari suatu usahatani berkaitan erat dengan produksi dan alokasi faktor produksi. Sebagian besar produksi kakao ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan pasar ekspor sehingga perolehan pendapatan dari kakao cukup berarti baik bagi petani maupun bagi peningkatan pendapatan asli daerah.
Melihat pentingnya kakao dan permintaan pasar ekspor yang cukup cerah, seiring semakin meningkatnya produksi namun tidak diikuti dengan Melihat pentingnya kakao dan permintaan pasar ekspor yang cukup cerah, seiring semakin meningkatnya produksi namun tidak diikuti dengan
suatu penelitian dengan Judul “Analisis Keuntungan dan Produktivitas Usahatani Kakao (Studi Kasus di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo
Sendana, Kabupaten Majene, Propinsi Sulawesi Barat) ”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah pokok yang dapat diidentifikasikan adalah :
1. Bagaimana pengaruh luas lahan, jumlah produksi, jumlah pohon, dan umur pohon terhadap produktivitas kakao?
2. Apakah usahatani kakao yang dikelola menguntungkan petani?
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Sesuai pokok masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitan ini adalah untuk :
1. Menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah produksi, jumlah pohon, dan umur pohon terhadap produktivitas kakao di daerah penelitian.
2. Menganalisis pendapatan usahatani kakao di daerah penelitian. Adapun kegunaan yang dharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian dapat dijadikan dasar atau sebagai bahan perbandingan dan informasi bagi penelitian lebih lanjut serta sebagai bahan acuan dalam upaya peningkatan produksi sekaligus pendapatan petani kakao.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para perencana dalam menentukan prioritas sektor ekonomi khususnya sektor pertanian dalam rangka pembangunan daerah Sulawesi Barat.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Tanaman Kakao
Tanaman kakao bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman tersebut diperkirakan berasal dari lembah hulu sungai Amazon, Amerika Selatan yang dibawa masuk ke Indonesia melalui Sulawesi Utara oleh Bangsa Spanyol sekitar tahun 1560 (Goenadi, dkk, 2005).
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah (Anonim, 2007).
Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam
Buah kakao terdiri dari dua kelompok besar yang terdapat di Indonesia antara lain kakao mulia atau biasa disebut kakao Criollo dan kakao lindak (curah) atau biasa disebut kakao Forastero. Perbedaan kedua jenis buah tersebut menjadikan mutunya pun berbeda. Perkembangan penelitian terhadap kakao telah membawa perubahan didalam penggolongan kakao menurut jenisnya. Oleh Chessman, Criollo dan Forastero dan Trinitarios dibedakan lagi atas central American Criollos dan South Criollos serta Amazone Forastero. Saat ini bahan tanam kakao yang banyak digunakan adalah Upper Amazone Hibrid, karena produksinya tinggi dan cepat sekali mengalami fase generatif. Perbedaan diantara ketiga jenis ini terletak pada bentuk, warna buah, dan biji. Trinitario mempunyai sifat yang dimiliki antara Forastero dan Criollo karena jenis ini merupakan hibrida dari Forastero dan Criollo. Jenis Criollo menghasilkan biji kakao yang mempunyai aroma khas, yang disebut juga edel kakao. Jenis Forastero mempunyai aroma yang biasa tetapi tanamannya lebih kuat dan lebih banyak menghasilkan buah yang disebut juga bulk cacao (Siregar, 2003).
Syarat tumbuh tanaman kakao dipengaruhi oleh beberapa komponen penting, yakni curah hujan, temperatur, dan keadaan fisik atau kimia tanah. Dengan memenuhi syarat penanaman, maka tanaman kakao dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik (Siregar, 2003).
Pengaruh temperatur terhadap kakao erat kaitannya dengan ketersediaan air, sinar matahari, dan kelembaban. Faktor-faktor tersebut dapat dikelolah melalui pemangkasan, penataan tanaman pelindung dan irigasi. Pada
umumnya tanaman kakao tumbuh baik di daerah yang suhu udaranya 27-30 0 C, curah hujan 3000-4000 mm dengan penyebaran hujan
yang merata sepanjang tahun dan tanahnya berdrainase baik. Daerah yang demikian biasanya mempunyai ketinggian tidak lebih dari 500 m di atas permukaan laut (Sadjad, 1983).
Iklim dan kontur tanah Indonesia (terutama di Sulawesi) sangat sesuai untuk pengembangan tanaman kakao. Hal ini dibuktikan dengan luas lahan yang terus meningkat dan produktivitas yang terus membaik. Harga komoditas ini juga terus meningkat dan berada pada level yang tinggi yang menyebabkan banyak petani beralih ke komoditas ini (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007).
2.1.2. Petani dan Usahatani
Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan di atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak (Mubyarto, 1989).
Menurut corak dan sifat, usahatani dibagi menjadi dua, yakni komersial dan subsistence. Usahatani komersial telah memperhatikan kualitas serta kuantitas produk sedangkan usahatani subsistence hanya memenuhi kebutuhan sendiri (Suratiyah, 2006).
Petani merupakan setiap orang yang melakukan usaha di bidang pertanian (terlibat langsung dalam proses pertumbuhan tanaman atau hewan) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam menjalankan usahatani, petani berperan sebagai manager atau penggerak yang menggerakkan setiap elemen yang akan menghasilkan sesuatu produksi (Soeharjo, 1978).
Berdasarkan status kepemilikan tanahnya, maka petani dapat dibedakan yaitu (1) petani pemilik adalah petani yang memiliki tanah dan secara langsung mengusahakan dan mengelola usahataninya, petani bebas menentukan kebijaksanaan usahataninya tanpa ada pengaruh dari orang lain sehingga segala pengambilan keputusan ada di tangan petani. (2) Petani penyakap adalah petani yang mengelola usahatani dari tanah milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil ini ditentukan oleh pemilik bersama-sama dengan petani penyakap. (3) Petani penyewa adalah petani yang mengelola usahatani melalui tanah milik orang lain yang disewa atau dikontrak dengan jangka waktu tertentu. (4) Petani pemilik penyakap adalah petani yang mengelola usahatani dengan lahan milik sendiri ditambah dengan milik orang lain dengan sistem bagi hasil (Soeharjo, 1978).
2.1.3. Faktor Produksi
Faktor produksi merupakan semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input, production factor atau korbanan produksi. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi berupa lahan, tenaga Faktor produksi merupakan semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input, production factor atau korbanan produksi. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi berupa lahan, tenaga
A. Lahan Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang penting. Hal ini karena
lahan merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak, dan usahatani keseluruhan. Luas lahan usahatani akan mempengaruhi jumlah produksi tanaman yang dikelola. Menurut Soekartawi (2003), luas lahan mempunyai hubungan yang positif dengan produksi, artinya bila lahan diperluas maka produksi meningkat. Hal ini berarti dengan meningkatnya produksi maka produktivitas meningkat, penerimaan petani bertambah sehingga keuntungan yang diperoleh akan meningkat.
Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per kesatuan luasnya. Pengukuran luas usahatani dapat diukur dengan berdasarkan hal-hal sebagai berikut (Suratiyah, 2006) :
a) Luas total lahan adalah jumlah seluruh tanah yang ada dalam usahatani termasuk sawah, tegal, pekarangan, jalan saluran, dan sebagainya.
b) Luas lahan pertanaman adalah jumlah seluruh tanah yang dapat ditanami/diusahakan.
c) Luas tanaman adalah jumlah luas tanaman yang ada pada suatu saat.
B. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang sangat bergantung musim. Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan tenaga kerja dalam usaha bidang lain yang bukan pertanian. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga (family farms), khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan kualitas produk (Suratiyah, 2006).
Menurut Soeharjo (1978), tenaga kerja dibagi dua berdasarkan sumbernya yaitu tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga dan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. Berdasarkan jenisnya, tenaga kerja dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Tenaga kerja manusia yang dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasar tingkat kemampuannya. Kerja manusia dipengaruhi oleh : umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kecukupan, tingkat kesehatan, dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan usahatani.
b. Tenaga kerja ternak yang digunakan untuk pengolahan tanah dan angkutan.
c. Tenaga kerja mekanik yaitu digunakan untuk pengolahan lahan, pemupukan, pengobatan, penanaman serta panen. Tenaga kerja mekanik bersifat substitusi, pengganti tenaga kerja ternak atau manusia.
Satuan ukuran yang umum untuk mengatur tenaga kerja yaitu : Satuan ukuran yang umum untuk mengatur tenaga kerja yaitu :
b. jumlah setara pria (Men Equivalen) jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses produksi diukur dengan ukuran hari kerja pria. Ini berarti harus menggunakan konvensi berdasar upah, untuk pria dinilai 1 HK pria, wanita 0,7 HKP, ternak 2 HKP dan anak-anak 0,5 HKP (Hernanto, 1996).
C. Modal Modal umumnya diartikan sebagai barang-barang bernilai ekonomi yang
digunakan untuk menghasilkan tambahan kekayaan atau untuk meningkatkan produksi. Dengan demikian barang-barang atau kekayaaan yang digunakan untuk kepuasan saja tidak disebut modal. Modal digunakan untuk menghasilkan barang-barang konsumsi atau jasa, atau untuk menghasilkan modal baru yang dapat digunakan dalam proses produksi berikutnya (Soeharjo, 1978).
Dalam kegiatan proses produksi pertanian, modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap (modal variabel). Modal tetap didefenisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi. Sedangkan modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli pupuk, obat-obatan atau yang dibayarkan untuk tenaga kerja (Soekartawi, 2003).
Pemupukan merupakan salah satu hal penting dalam peningkatan produksi. Pemupukan dimaksudkan untuk menambah unsur yang kurang dalam tanah. Jika dilihat dari laboratorium, maka tanah Indonesia ini pada umumnya Pemupukan merupakan salah satu hal penting dalam peningkatan produksi. Pemupukan dimaksudkan untuk menambah unsur yang kurang dalam tanah. Jika dilihat dari laboratorium, maka tanah Indonesia ini pada umumnya
Penggunaan pupuk atau input lainnya diupayakan agar mempunyai efisien tinggi. Artinya pemberian pupuk tidak boleh lebih atau ketidaktepatan pemberian yang merupakan pemborosan yang berarti mempertinggi input. Keefiesienan pupuk merupakan jumlah kenaikan hasil panen atau parameter pertumbuhan lainnya yang diukur sebagai akibat pemberian satu satuan pupuk/hara.
Faktor lain yang dapat menentukan nilai produksi yang diperoleh adalah pengendalian hama dan penyakit tanaman yang ditempuh dengan jalan penggunaan obat-obatan (pestisida). Pengendalian hama dan penyakit terutama dengan kimiawi orientasinya bukan meningkatkan produksi tanaman, tetapi hanya mempertahankan hasil pada tanaman agar tetap maksimum. Dengan demikian pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan sesuai selera petani, tetapi harus berpegang teguh pada prinsip pengendalian hama dan penyakit secara terpadu.
2.1.4. Produktivitas Kakao
Produktivitas pertanian suatu daerah adalah penting karena berbagai alasan. Selain menyediakan makanan lebih, meningkatkan produktivitas pertanian daerah mempengaruhi prospek pertumbuhan dan daya saing di pasar pertanian, distribusi pendapatan dan tabungan, dan migrasi tenaga kerja. Peningkatan produktivitas pertanian daerah menyiratkan lebih efisien distribusi sumber daya langka. Sebagai petani mengadopsi teknik baru dan perbedaan dalam produktivitas muncul, para petani lebih produktif manfaat dari Produktivitas pertanian suatu daerah adalah penting karena berbagai alasan. Selain menyediakan makanan lebih, meningkatkan produktivitas pertanian daerah mempengaruhi prospek pertumbuhan dan daya saing di pasar pertanian, distribusi pendapatan dan tabungan, dan migrasi tenaga kerja. Peningkatan produktivitas pertanian daerah menyiratkan lebih efisien distribusi sumber daya langka. Sebagai petani mengadopsi teknik baru dan perbedaan dalam produktivitas muncul, para petani lebih produktif manfaat dari
Produktivitas lahan adalah kemampuan atau daya dukung lahan tersebut untuk didapatkan nilai bobot hasil tertinggi per satuan luas dalam satuan waktu tertentu. Daya dukung lahan adalah kemampuan tanah, iklim, organisme, tanaman (genetik), waktu dan manusia sebagai pengelola atau tenaga kerja (Anonim, 2005).
Dalam penentuan produktivitas lahan sangatlah dipengaruhi oleh manusia sebagai “manager”. Manusia sebagai manajer akan menentukan sistem pertanian yang akan dilaksanakan dari kegiatan usahataninya. Berdasarkan hal tersebut di atas maka produktivitas usaha (lahan pertanian) adalah kemampuan manusia untuk mengelola semua sumberdaya yang ada
agar didapatkan nilai tukar uang optimal dari satuan luas lahan pertanian yang diusahakannya dalam suatu sistem pertanian (Anonim, 2005).
Produksi merupakan kegiatan pengubahan input menjadi output. Dalam ekonomi, proses kegiatan tersebut biasanya dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi merupakan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu. Makin tinggi kuantitas output, maka akan semakin mempengaruhi produktivitas.
Jumlah tanaman merupakan kuantitas pohon yang ditanam dalam suatu areal lahan pertanian. Dalam Banyaknya pohon yang ditanam tersebut tentunya Jumlah tanaman merupakan kuantitas pohon yang ditanam dalam suatu areal lahan pertanian. Dalam Banyaknya pohon yang ditanam tersebut tentunya
Faktor yang cenderung mempengaruhi produktivitas yaitu umur tanaman. Pada umumnya tanaman perkebunan termasuk kakao produktivitas akan meningkat seiring pertambahan usia hingga batas umur maksimum dan makin tua umur tanaman maka produktivitas cenderung menurun.
2.1.5. Pendapatan Usahatani
Kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai produksi di bidang pertanian. Pada akhirnya akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari biaya yang telah dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya inilah yang disebut pendapatan dari kegiatan usahatani. Karena dalam kegiatan usahatani bertindak seorang petani yang berperan sebagai pengelola, sebagai pekerja, dan sebagai penanam modal pada usahanya, maka pendapatan itu dapat digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi (Soeharjo, 1978).
Biaya produksi merupakan pengeluaran yang dilakukan selama proses produksi, meliputi seluruh dana yag dikeluarkan untuk membeli input-input dan jasa yang dipakai dalam suatu proses produksi. Di dalam jangka panjang, satu kali proses produksi kita dapat membedakan biaya tetap dan biaya berubah (biaya variabel). Tetapi dalam jangka pendek ceritanya menjadi lain, semuanya akan merupakan biaya berubah karena semua faktor menjadi variabel. Apa yang diuraikan tersebut termasuk upaya kita membuat klasifikasi biaya produksi (Hernanto, 1996).
Menurut Soeharjo (1978), biaya produksi dalam usahatani biasanya diklasifikasikan, yaitu :
a) Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi, contoh: pajak, nilai penyusutan alat.
b) Biaya tidak tetap (variable cost) yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contoh: biaya pembelian saprodi.
c) Biaya marjinal (marginal cost) yaitu tambahan biaya yang diperlukan untuk menaikkan satu satuan produk.
d) Biaya rata-rata (average cost) adalah keseluruhan jumlah biaya (tetap atau variabel) dibagi dengan jumlah produksi yang dihasilkan.
e) Biaya total (total cost) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Soekartawi (2003) mengemukakan bahwa keuntungan atau pendapatan didefenisikan sebagai selisih antara penerimaan total dan biaya-biaya, dimana penerimaan total adalah banyaknya output dikalikan dengan harganya. Rumusnya adalah :
TR = Y x Py Pd = TR – TC
Keterangan : TR = Total Penerimaan Y
= Produksi yang diperoleh dalam satuan usahatani Py = Harga Y Pd = Pendapatan Usahatani TC = Total pengeluaran
Usahatani yang akan dijalankan dikatakan mengalami keuntungan apabila memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya Usahatani yang akan dijalankan dikatakan mengalami keuntungan apabila memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya
Suatu proyek usahatani disebut layak apabila manfaat yang dihasilkan lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan selama proyek tersebut dilaksanakan. Karenanya berbagai faktor penunjang yang mendukung proyek tersebut secara pasti harus diketahui sebelum proyek itu dilaksanakan (Siregar, 2003).
Seorang petani dalam melakukan usahataninya selalu berpikir bagaimana ia mengalokasikan sarana produksi (input) seefisien mungkin untuk memperoleh produksi yang maksimal. Untuk memaksimumkan keuntungan petani, maka ada dua pendekatan yang harus ditempuh, yaitu: 1). Maksimalisasi keuntungan yakni mengalokasikan input seefisien mungkin untuk memperoleh produksi yang maksimal dan 2). Minimalisasi biaya yakni memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menekan biaya produksi sekecil-kecilnya (Soekartawi, 2003).
2.2. Kerangka Berpikir
Potensi kakao memiliki prospek yang baik dalam pengembangannya yang mampu mengisi peluang pasar. Semakin melonjaknya harga komoditi pertanian yang berorientasi ekspor khususnya kakao, maka petani terdorong untuk meningkatkan produksi yang akhirnya mendapatkan pendapatan atau keuntungan yang lebih tinggi.
Petani dalam kaitannya dengan produksi yang dihasilkan, merupakan proses yang terkait dengan kegiatan di on farm. Dimana kegiatan tersebut tidak terlepas dari faktor produksi seperti luas lahan, tenaga kerja, pupuk, dan Petani dalam kaitannya dengan produksi yang dihasilkan, merupakan proses yang terkait dengan kegiatan di on farm. Dimana kegiatan tersebut tidak terlepas dari faktor produksi seperti luas lahan, tenaga kerja, pupuk, dan
Produksi merupakan hasil (output) yang diperoleh. Produktivitas adalah suatu konsep yang menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang diproduksi dengan sumber (jumlah tanaman, luas lahan, dan umur tanaman) yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut.
Produksi kakao yang dihasilkan petani akan memberikan keuntungan yang diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Usaha meningkatkan produksi tidak menguntungkan apabila penggunaan input produksi tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh dan modal yang dikeluarkan oleh petani.
Lebih lanjut, untuk melengkapi uraian di atas maka kerangka berfikir penelitian ini dapat ditunjukkan dalam skema berikut :
Produksi
Luas Lahan
Produktivitas
Jumlah Tanaman
Umur Tanaman
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Usahatani Kakao
Faktor Produksi :
- Lahan - Tenaga Kerja - Pupuk - Pestisida
Jumlah Produksi
Biaya Usahatani
Pendapatan
Gambar 2. Skema Kerangka Pikir Penelitian Analisis Keuntungan
2.3. Hipotesis
Berdasarkan uraian latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Luas lahan, jumlah produksi, jumlah tanaman, dan umur tanaman berpengaruh nyata terhadap produktivitas usahatani kakao.
2. Usahatani kakao menguntungkan petani.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini penduduknya mayoritas mata pencahariannya adalah berusahatani kakao serta cukup potensial untuk pengembangan usahatani kakao. Waktu yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dalam melakukan penelitian ini adalah kurang lebih dua bulan dari Januari 2009 hingga Februari 2010.
3.2. Metode Penelitian dan Penentuan Sampel
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan bantuan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Metode survey dilakukan pada petani kakao di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.
Metode pengambilan sampel atau penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) yaitu pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Jumlah petani kakao di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana adalah 318 orang. Jumlah sampel yang diteliti dari populasi adalah Jumlah petani kakao di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana adalah 318 orang. Jumlah sampel yang diteliti dari populasi adalah
3.3. Jenis dan Sumber Data
Teknis pengumpulan data melalui observasi dan wawancara langsung untuk memperoleh data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari petani kakao yang berkaitan dengan bidang penelitian dengan menggunakan kuisioner. Data sekunder diperoleh dari Dinas Perkebunan Kabupaten Majene, Kantor Desa Seppong, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene.
3.4. Analisis Data
Penilitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian ditabulasi dan diolah dengan menggunakan analisis sebagai berikut :