Latar Belakang Penelitian T PEKO 1302895 Chapter 1

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dunia pendidikan di Indonesia menghadapi permasalahan yang sampai sekarang belum dapat terpecahkan. Mudahnya akses untuk mendapatkan pendidikan tidak selalu diiringi dengan mudahnya output atau lulusan pendidikan dalam mendapatkan tempatpekerjaan guna mengamalkan ilmu yang diperolehnya. Pendidikan yang ditempuh selama bertahun-tahun di sekolah ternyata harus dihadapkan pada kenyataan bahwa lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah lulusan yang ada. Hal ini terlihat pada data Biro Pusat Statistik dari tahun 2013-2015 mengenai angkatan kerja di Provinsi Jawa Barat BPS, 2015: 3, sebagaimana di jelaskan Tabel 1.1. Menurut Tabel 1.1, pada usia 15 tahun ke atas, jumlah angkatan kerja Provinsi Jawa Barat pada Agustus 2013 mencapai 20,620 juta orang, naik menjadi 21,006 juta orang pada bulan Agustus 2014 atau bertambah 0,38 juta orang dibanding Agustus 2013, kemudian pada Agustus 2015 turun menjadi 20,586 juta orang atau turun sebesar 0,42 juta orang dibanding tahun sebelumnya. Penduduk yang bekerja pada Agustus 2013 sebanyak 18,731 juta orang, naik menjadi 19,230 juta orang pada Agustus 2014 atau bertambah 0,49 juta orang dibanding tahun sebelumnya, kemudian pada Agustus 2015 turun menjadi 18,791 juta orang atau menurun sebesar 0,43 dibanding tahun 2014. Sedangkan, jumlah penggangguran selalu mengalami fluktuasi dari Agustus 2013 hingga Agustus 2015, terakhir terjadi peningkatan jumlah penggangguran yaitu dari 1.775.196 orang menjadi 1.794.874 orang. Jumlah pengangguran bertambah sebanyak 19.678 orang pada tahun 2015. Untuk Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Agustus 2013 sebesar 9,16 persen menurun dibanding TPT Agustus 2014 8,45 persen, namun pada Agustus 2015 mengalami kenaikan menjadi 8,72 persen BPS, 2015. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa masalah pengangguran tidak pernah lepas dari permasalahan utama yang melanda negara kita. 1 2 Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sedangkan, setiap tahun satuan pendidikan selalu meluluskan alumni yang jumlahnya tidak sedikit baik di tingkat sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Hal ini tidak dapat dipandang remeh oleh pemerintah karena jumlah pengangguran yang tinggi akan menyebabkan turunnya tingkat perekenomian negara serta tingginya angka kriminalitas secara tidak langsung. Tabel 1.1 Penduduk Provinsi Jawa Barat Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, Agustus 2013-Agustus 2015 Jenis Kegiatan Utama 2013 2014 2015 Agustus Agustus Agustus 1 2 3 4 Penduduk 15 Tahun ke Atas Angkatan Kerja Bekerja Penganggur Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka 32.825.037 20.620.610 18.731.943 1.888.667 12.204.427 2.690.091 7.895.573 1.618.763 62,82 9,16 33.465.346 21.006.139 19.230.943 1.775.196 12.459.207 2.953.139 7.828.307 1.667.761 62,77 8,45 34.117.483 20.586.356 18.791.482 1.794.874 13.531.127 3.090.504 8.555.422 1.885.201 60,34 8,72 Sumber: bps.go.id Selain itu, isu mengenai akan diberlakukan Asean-China Free Trade Agreement ACFTA pada tahun 2015 di seluruh wilayah Asean dan China termasuk di dalamnya negara Indonesia menjadikan pemerintah perlu melakukan inovasi dalam pengembangan segala sumber daya yang ada termasuk sumber daya manusia. ACFTA adalah kesepakatan antara negara-negara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif maupun nontarif, peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak ACFTA dalam rangka meningkatkan 3 Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kerjasama masyarakat ASEAN-China Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, 2010. ACFTA akan membuka peluang bagi negara anggota untuk memasarkan komoditinya secara mudah sehingga masing-masing anggota akan meningkatkan keunggulan masing-masing komoditinya. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi wirausahawan dalam negeri untuk meningkatkan daya saing produknya di dunia internasional atau bertahan menghadapi persaingan produk-produk impor yang akan membanjiri pasar dalam negeri dengan harga yang murah dan berkualitas. Namun, permasalahan yang dihadapi pemerintah sangatlah kompleks selain masalah pengangguran, minimnya jumlah wirausahawan dalam negeri turut mewarnai tugas pemerintah untuk mengatasinya. Adapun data Biro Pusat Statistik mengenai Angkatan Kerja Nasional Tahun 2014 BPS, 2014:3, dijelaskan dalam Tabel 1.2. Tabel 1.2 tersebut menunjukkan bahwa dari jumlah penduduk yang bekerja pada bulan Agustus 2015, pekerjaan utama yang dominan yaitu bekerja dengan diberi upah atau gaji dengan jumlah 12.775.991 atau sebesar 66,18 persen terdiri dari buruhkaryawan, pekerja bebas, dan pekerja keluarga. Sedangkan pekerjaan sebagai wirausahawan dengan jumlah 6.015.491 orang atau sebesar 33,83 persen terdiri dari berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, dan berusaha dibantu buruh tetap menempati posisi berikutnya. Artinya bahwa pekerjaan dengan diberi gaji atau upah merupakan pekerjaan yang sampai saat ini masih diminati oleh masyarakat. Sekolah Menengah Kejuruan SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan menengah yang menyiapkan lulusannya untuk siap bekerja tentunya memiliki peranan penting dalam mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia serta dalam upaya menghadapi era ACFTA yang semakin dekat. Perubahan mind set pola pikir dalam pembelajaran di kelas terhadap siswa harus segera dilakukan oleh guru yaitu dari job seeker menjadi job creator. Dengan perubahan pola pikir tersebut maka pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan lebih kreatif. Selama ini, sebagian SMK di Indonesia lebih banyak menyiapkan siswanya untuk bekerja pada bidang keahlian tertentu sebagai 4 Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pekerjakaryawanpegawai dan hanya sebagian kecil SMK yang menyiapkan siswanya untuk menjadi seorang wirausahawan Slamet, 2013: 15. Tabel 1.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, Agustus 2013-Agustus 2015 Status Pekerjaan Utama 2013 2014 2015 Agustus Agustus Agustus 1 2 3 4 Berusaha sendiri 3.201.725 17,09 3.469.999 18,04 3.411.074 18,15 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 2.496.670 13,33 2.631.805 13,69 1.971.380 10,49 Berusaha dibantu buruh tetap 638.134 3,41 680.679 3,54 633.037 3,37 Buruhkaryawan 8.018.396 42,81 8.163.001 42,45 8.689.172 46,24 Pekerja bebas 2.788.641 14,89 2.727.615 14,18 2.750.912 14,16 Pekerja keluarga 1.588.377 8,48 1.557.844 8,10 1.335.907 7,11 Jumlah 18.731.943 100,00 19.230.943 100,00 18.791.482 100,00 Sumber: bps.go.id Hal tersebut terbukti pada beberapa jurusan yang ditawarkan di SMK seperti jurusan Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Farmasi, Teknik Mesin, Teknik Otomotif dan masih banyak lainnya yang kurang diarahkan pada upaya menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi dalam dunia pendidikan SMK yaitu pembelajaran yang lebih diarahkan pada menumbuhkan jiwa berwirausaha siswa serta perubahan pola pikir bahwa keahlian yang mereka miliki akan lebih mendatangkan kemanfaatan yang luas jika menjadi wirausaha dan mampu membuka lapangan pekerjaan baik dengan usaha 5 Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sendiri maupun bekerja sama dengan orang lain. Selain dapat menumbuhkan kreativitas diri, menjadi wirausaha juga dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya lulusan SMK dengan memasukkan pendidikan kewirausahaan ke dalam kurikulum sekolah Hakim, 2010: 2. Dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP disebutkan bahwa pendidikan kewirausahaan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami dunia usaha dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakat. 2. Berwirausaha dalam bidangnya. 3. Menerapkan perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya. 4. Mengaktualisasikan sikap dan perilaku. Salah satu prinsip pokok penataan ulang birokrasi oleh Osborne dan Gaebler 1992: 12 dalam Yoyon Bahtiar I Tanpa Tahun menyatakan: “Pemerintah wirausaha yaitu pemerintahan yang menghasilkan ketimbang membelanjaran. Maksud dari prinsip ini, bahwa organisasi harus dijalankan dalam perspektif “investasi” secara luas maksudnya aktivitas- aktivitas yang berkenaan dengan “menyimpan”. Membelanjakan anggaran untuk organisasi, harus dalam kerangka investasi, kendati tidak menghasilkan uang. Pemimpin organisasi harus mampu menjadikan setiap bawahannya “sadar pendapatan”. Gaji atau insentif yang diberikan pimpinan organisasi harus mampu mendorong bawahannya untuk menghasil kan uang sebagaimana mereka mengeluarkannya.” Berkaitan dengan prinsip tersebut, setiap organisasi sekolah dalam hal ini SMK dapat melaksanakan pendidikan yang berwawasan kewirausahaan. Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan mengajak kepada setiap anggota sekolah tidak hanya menjalankan tugas utama untuk memenuhi kewajiban tetapi sekaligus melakukan aktivitas lain yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Menurut Hakim 2010: 2, pendidikan yang berwawasan kewirausahaan adalah pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup life skill pada peserta didiknya melalui kurikulum yang terintegrasi yang dikembangkan di sekolah. Namun, dalam 6 Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pelaksanaan pendidikan di SMK masih ditemukan beberapa masalah. Hal ini terbukti dari tingginya tingkat pengangguran pada lulusan dari jenjang SMK. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Tahun 2015, jumlah angkatan kerja yang berasal dari SMK yaitu sebesar 2.372.840 orang, terdiri dari angkatan kerja yang bekerja sebesar 1.974.158 orang, dan yang tidak bekerja sebesar 398.682 orang. Sedangkan, Tingkat Pengangguran Terbuka TPT pada angkatan kerja dari SMK yaitu sebesar 16,80 dan merupakan yang tertinggi dibandingkan TPT angkatan kerja dari pendidikan lainnya BPS, 2015: 8. Adapun secara lengkap mengenai angkatan kerja berdasarkan pendidikan pada Provinsi Jawa Barat diuraikan dalam Tabel 1.3. Tabel 1.3 Penduduk Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Menurut Pendidikan, Agustus 2015 Pendidikan Bekerja Pengangguran Total TPT 1 2 3 4 5 = SD SMP SMA Umum SMA Kejuruan Diploma IIIIII Universitas 8.276.632 44,04 3.322.370 17,68 3.062.758 16,30 1.974.158 10,58 589.604 3,14 1.565.960 8,33 427.631 25,01 405.268 25,34 425.879 26,24 398.682 18,58 48.456 1,86 88.958 2,97 8.704.263 47,19 3.727.638 17,73 3.488.637 16,19 2.372.840 10,34 638.066 2,54 1.654.918 6,01 4,91 10,87 12,21 16,80 7,59 5,38 Total 18.791.482 100,00 1.794.874 100,00 20.586.356 100,00 8,45 Sumber: Sakernas 2015 bps.go.id 7 Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Selanjutnya, berdasarkan hasil survey di lapangan terhadap siswa SMK di Kabupaten Bandung ditemukan bahwa terdapat sebagian siswa yang memilih berkarir sebagai wirausahawan dan sebagian lainnya memilih berkarir di luar wirausaha. Fakta dan data di lapangan mengenai pengangguran terutama berasal dari lulusan SMK, lalu pekerjaan yang diminati masyarakat lebih didominasi oleh bekerja dengan diberi gaji atau upah dibanding memilih berwirausaha serta terdapat sebagian siswa SMK yang tidak tertarik memilih karir wirausaha mengindikasikan bahwa ada masalah rendahnya intensi kewirausahaan. Intensi berasal dari Bahasa Inggris “intention” yang memiliki arti niat, maksud, tujuan, atau motif. Azjen 1991: 181-182 menyatakan bahwa intensi sebagai faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku dan menjadi indikasi seberapa keras individu untuk mencoba, berapa banyak upaya individu untuk mengerahkan dalam mewujudkan sebuah perilaku. Kemudian, Ajzen menambahkan bahwa secara umum, semakin kuat niat untuk terlibat dalam perilaku maka semakin besar kinerja yang mungkin dilakukan, namun niat untuk mewujudkan perilaku tertentu hanya jika perilaku yang dimaksud di bawah kontrol kehendak, yaitu individu dapat memutuskan pada kemauan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tersebut. Almeida 2013: 120 dalam Luiz, et.al 2015: 760 mengungkapkan bahwa, the intentions are the best predictors of planned behavior, especially when this behavior is rare, hard to observe and occurs in a space of time called continuous. Artinya, intensi merupakan prediktor terbaik dari perilaku yang direncanakan, terutama saat perilaku tersebut jarang dilakukan, sulit diamati dan terjadi dalam ruang waktu yang kontinyu. Intensi secara umum merupakan niat, maksud, tujuan atau motif dari perilaku yang akan dilakukan individu. Intensi dapat juga berupa kesiapan individu dalam mencapai tujuan dari perilaku tertentu. Berkaitan dengan kewirausahaan, Krueger dan Carsrud 1993 dalam Indarti dan Rostiani 2008:4 menyatakan bahwa intensi kewirausaahaan merupakan predictor terbaik bagi perilaku kewirausahaan, seseorang dengan intensi yang kuat untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha. Senada dengan 8 Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pernyataan di atas , Riccardo, et.al. 2009: 4 mengungkapkan bahwa, “intensi kewirausahaan merupakan representasi kognitif dari tindakan yang akan dilaksanakan oleh individu baik dalam membangun usaha mandiri baru atau menciptakan nilai baru dalam perusahaan yang ada”. Intensi kewirausahaan dalam diri individu tidak tumbuh dengan sendirinya tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi intensi, teori yang digunakan yaitu teori Planned Behavior Perilaku Terencana oleh Icek Ajzen. Menurut teori Planned Behavior Ajzen, 1991, intensi dipengaruhi oleh tiga domain faktor yaitu, sikap personal, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku. 1. Sikap personal: mengacu pada sejauh mana seseorang mengevaluasi hal yang menguntungkan atau merugikan atau penilaian terhadap perilaku yang bersangkutan. Pickens 2005: 44, menambahkan definisi sikap, “are a complex combination of things we tend to call personality, beliefs, values, behaviors, and motivations.” Artinya bahwa sikap merupakan kombinasi kompleks dari hal-hal yang sering kita sebut dengan personal, yaitu kepercayaan, nilai, sikap, dan motivasi. 2. Norma subyektif: mengacu pada tekanan social yang dirasakan dalam melakukan atau tidak melakukan perilaku. Linan dan Chen 2009: 596 merujuk pada Ajzen 2001 menyatakan bahwa norma subyektif dapat mengukur tekanan social yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku wirausaha. Selain itu, norma subyektif sebagai proses mental yang dapat mempengaruhi sikap terhadap perilaku dan persepsi kontrol perilaku. Artinya, sebelum sikap dan persepsi kontrol perilaku terbentuk, terlebih dahulu individu dipengaruhi oleh norma-norma dalam dirinya. 3. Persepsi kontrol perilaku: mengacu pada persepsi tentang mudah atau sulitnya melakukan perilaku dan diasumsikan sebagai refleksi pengalaman masa lalu serta hambatan dan rintangan yang harus diantisipasi. Sedangkan, Contento 2011 menyatakan bahwa persepsi kontrol perilaku yaitu gagasan atau kemampuan mengatasi hambatan atau dapat melakukan suatu perilaku. 9 Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Teori mengenai intensi didukung oleh penelitian seperti yang dilakukan oleh Alain Fayolle dan Benoit Gailly 2004 yang menunjukkan bahwa ada korelasi yang kuat antara intensi kewirausahaan dan anteseden intensi berdasarkan teori Ajzen Planned Behavior. Didukung pula oleh penelitian Linan dan Chen 2009, hasilnya yaitu model pengukuran intensi kewirausahaan yang ditemukan yaitu EIQ Entrepreneurial Intentions Questionare dengan merujuk teori Planned Behavior dari Ajzen dapat mengukur intensi kewirausahaan pada mahasiswa Taiwan dan Spanyol. Menurut penelitian Linan dan Chen 2009 menunjukkan bahwa norma subyektif berpengaruh terhadap sikap personal dan persepsi kontrol perilaku yang pada akhirnya berpengaruh terhadap intensi, tetapi tidak berpengaruh secara langsung terhadap intensi. Selain mengukur intensi kewirausahaan, penelitian ini juga membuka wawasan tentang bagaimana nilai-nilai budaya mengubah cara individu dalam setiap masyarakat memandang kewirausahaan. Kemudian penelitian dari Ferreira et.al 2012 menunjukkan bahwa kebutuhan untuk berprestasi, kepercayaan diri, dan sikap pribadi berpengaruh positif terhadap intensi kewirausahaan, lalu norma subyektif dan sikap pribadi mempengaruhi persepsi kontrol perilaku. Penelitian-penelitian lain seperti yang dilakukan Z.X. Peng et.al 2012 menunjukkan bahwa norma subyektif yang dirasakan mahasiswa berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap kewirausahaan mereka dan kepercayaan diri self-efficacy berwirausaha, kemudian kedua faktor ini berpengaruh secara signifikan terhadap intensi kewirausahaan mereka. Kontradiksi dengan penelitian di atas, penelitian Rijal Assidiq Mulyana 2013 dengan menggunakan instrument Entrepreneurial Intentions Questionare EIQ yang dikembangkan oleh Linan dan Chen 2009 menunjukkan bahwa: 1 norma subyektif berpengaruh positif terhadap persepsi kontrol perilaku dan sikap wirausaha siswa SMK; 2 Norma subyektif, persepsi kontrol perilaku, dan sikap wirausaha siswa SMK Muhammadiyah 1 Kadungora tidak berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha baik secara individual maupun simultan, sementara norma subyektif, persepsi kontrol perilaku, dan sikap wirausaha yang dimiliki siswa SMKN 12 Garut tidak berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha secara 10 Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu simultan, tetapi secara individual yang berpengaruh positif hanya persepsi kontrol perilaku dan norma subyektif. Dalam penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Couto, Mariano dan Mayer 2013 juga menggunakan instrument EIQ dalam mengukur intensi kewirausahaan mahasiswa Brazil, hasilnya menunjukkan bahwa instrument EIQ tidak efektif dalam mengukur intensi kewirausahaan mahasiswa Brazil. Hal ini karena pembentukan intensi kewirausahaan dalam budaya Brazil dipengaruhi oleh faktor yang tidak dapat diramalkan oleh model intensi kewirausahaan. Namun, menurut Couto, Mariano, dan Mayer 2013, instrument EIQ efektif dalam mengidentifikasi kesan para mahasiswa mengenai kewirausahaan. Berkaitan dengan upaya peningkatan intensi kewirausahaan siswa SMK harus dilakukan dengan melibatkan komponen-komponen dalam proses pembelajaran mulai dari input, proses dan outputnya. Abin Syamsuddin 2009: 165 mengungkapkan empat komponen utama yang terlibat dalam proses pembelajaran, yaitu: 1. Karakteristik siswa raw input; menunjukkan bahwa factor-faktor dalam diri individu yang mungkin akan memberikan fasilitas facilitative atau pembatas limitation sebagai factor organismic O, selain itu akan menjadi motivating dan stimulating factors misal; n-Ach. Karakteristik siswa yang dimaksud, meliputi: kapasitas IQ, bakat khusus, motivasi n-Ach, minat, kematangankesiapan, sikapkebiasaan, dan lain-lain, 2. Instrumental input sarana; menunjukkan pada kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan untuk berlangsungnya proses belajar mengajar, meliputi: guru, metode, teknik, median, bahan sumber, dan program tugas. 3. Environmental input lingkungan; menunjukkan situasi dan keadaan fisik kampus, sekolah, iklim, letak sekolah atau school site, dan sebagainya, hubungan antarinsasi human relationships baik dengan teman classmate; peers maupun dengan guru dan orang-orang lainnya; hal-hal tersebut dapat juga menjadi penunjang atau penghambat S factors. 4. The expected output hasil belajar yang diharapkan, menunjukkan bahwa tingkat kualifikasi ukuran baku standard norms akan menjadi daya penarik insentif dan motivasi motivating factors, selain itu merupakan stimulating 11 Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu factors S yang akan memunculkan response R. The expected output meliputi: perilaku kognitif, perilaku afektif dan perilaku psikomotor. Dalam aliran konvergensi atau interaksionisme, hasil pendidikan merupakan interaksi dari faktor pembawaan individu dan lingkungan yang membentuknya Sagala, 2014: 98-99. Sedangkan, salah satu hasil pendidikan yang diharapkan terbentuk dalam diri siswa melalui pembelajaran kewirausahaan yaitu intensi kewirausahaan. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, penulis menduga bahwa rendahnya intensi kewirausahaan siswa SMK dipengaruhi oleh faktor sikap personal, norma subyektif, persepsi kontrol perilaku wirausaha yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh sikap personal, norma subyektif, persepsi kontrol perilaku terhadap intensi kewirausahaan siswa SMK. Hal ini karena, apabila intensi kewirausahaan siswa tidak dikaji dan diteliti maka efektivitas proses pembelajaran kewirausahaan tidak dapat diukur serta evaluasi terhadap pembelajaran kewirausahaan tidak dapat dilakukan secara maksimal. Adapun hasil penelitian penulis akan dituangkan dalam bentuk tesis yang berjudul, “Pengaruh Sikap Personal, Norma Subyektif, dan Persepsi Kontrol Perilaku terhadap Intensi Kewirausahaan Siswa SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung ”.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah