T PEKO 1302895 Chapter 3

(1)

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis pengaruh sikap personal, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku terhadap intensi kewirausahaan siswa SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung. Adapun yang menjadi variable eksogen (X2) adalah norma subyektif, sedangkan variabel endogen (X1, X3, dan Y) adalah sikap personal, persepsi kontrol perilaku dan intensi kewirausahaan siswa SMK. Penelitian dilaksanakan pada SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung dengan unit analisis siswa kelas XII.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Explanatory Survey Method. Explanatory Survey Method adalah metode yang dilakukan dengan penggunaan angket sebagai alat pengambilan data di lapangan dengan tujuan memperoleh gambaran atau deskripsi tentang sikap personal, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku terhadap intensi kewirausahaan dan untuk mengetahui hubungan antar variable melalui suatu pengujian hipotesis. Kerlinger (1990: 660) menyatakan bahwa:

“ Penelitian survey adalah penelitian yang mengkaji populasi (atau universe) yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu, untuk menemukan insidensi, distribusi, dan interelasi relative dari hubungan variabel-variabel sosiologis maupun psikologis”.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan tipe penelitian yang digunakan adalah verifikatif.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Pengertian populasi menurut Cooper dan Emory (1997: 214) dalam Lili Adi W (2011: 82) yaitu, “seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk


(2)

dilakukan. Itu adalah unit penelitian”. Kemudian, Sugiyono (2013:8) mengungkapkan bahwa populasi terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Lili Adi W. (2011:214) menyatakan bahwa

populasi tidak hanya berkenaan dengan “SIAPA”, tetapi juga berkenaan dengan “APA”. Kata “SIAPA berkenaan dengan unit di mana pengukuran dan inferensi

akan dilakukan (individu, kelompok, atau organisasi, sedangkan penggunaan kata

“APA” berkenaan dengan data apa yang akan diteliti serta cakupan (scope) dan waktu.

Berdasarkan sifatnya, populasi dapat digolongkan menjadi populasi homogen dan populasi heterogen. Populasi homogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama sehingga tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Sedangkan populasi heterogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan yaitu homogen karna data yang diambil dari siswa XII yang sudah mempelajari kewirausahaan pada kelas X dan XII sehingga dianggap memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kewirausahaan dan sudah tumbuh keinginan berkarir di bidang yang mereka minati. Adapun populasi siswa kelas XII SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung disajikan pada Tabel 3.1.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013: 81). Sedangkan menurut Lili Adi W. (2011: 84) sampel adalah himpunan bagian (subset) atau sebagian dari elemen populasi yang diteliti, yang ditarik menurut teknik tertentu. Penentuan ukuran sampel jika populasi sudah diketahui, peneliti menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut: n = �

� +

dimana:


(3)

N = jumlah populasi

d2 = presisi yang ditetapkan = 0,05

� = , +

� = , + � = , � = ,9

Dari hasil di atas dibulatkan menjadi 345 siswa

Dalam penelitian ini, teknik penentuan sampel dilakukan melalui metode

stratified random sampling. Stratified random sampling yaitu teknik sampling digunakan untuk memperoleh suatu derajat keterwakilan yang lebih besar dengan cara mengurangi kesalahan sampel probabilitas (Morissan, 2014: 126). Sampel ditentukan berdasarkan prinsip menarik sampel dari bagian populasi yang homogen, dan bukan memilihnya dari total populasi yang heterogen. Adapun tahapan penarikan sampel dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Sampel Kelas, disajikan dalam Tabel 3.2. 2. Sampel Siswa

Dalam penarikan sampel siswa dilakukan secara proporsional, dimana setiap siswa diambil sampel secara random. Adapun rumus untuk menentukan ukuran sampel adalah sebagai berikut:

ni = �

� x n

Dimana:

ni = ukuran sampel

n = ukuran sampel keseluruhan Ni = ukuran populasi stratum ke-1 N = ukuran populasi


(4)

Tabel 3.1

Populasi Siswa Kelas XII SMK di UPTD SMA SMK Wilayah 1 Kabupaten Bandung

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

1 SMK NEGERI 1 KATAPANG 419

2 SMKN 1 SOREANG 231

3 SMK ANGKASA 1 MARGAHAYU 305

4 SMK ANGKASA 2 MARGAHAYU 118

5 SMK BUDI - BAKTI CIWIDEY

219 6 SMK FARMASI BHAKTI KENCANA

SOREANG 167

7 SMK FARMASI THIBBUN NABAWI 18

8 SMK KARYA PEMBANGUNAN

MARGAHAYU 32

9 SMK KP PASIRJAMBU 54

10 SMK MARHAS MARGAHAYU 192

11 SMK MATHLA'UL ANWAR 48

12 SMK MERDEKA SOREANG 194

13 SMK MEKARRAHAYU 27

14 SMK PENIDA 1 KATAPANG 137

15 SMK PENIDA 2 KATAPANG 138

16 SMK PIB PASIR JAMBU

25

17 SMK MASHALLIHUL MURSHALAT 15

18 SMK AL WAFA 103

19 SMK BROSSA 21

20 SMK GENIUS BANDUNG 25

21 SMK YPAI RAHAYU

18

Jumlah 2506


(5)

Tabel 3.2

Sampel Kelas XII SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung

No Nama Sekolah Jumlah

Siswa

Jumlah Ruang Kelas XII

1 SMK NEGERI 1 KATAPANG 419 11

2 SMKN 1 SOREANG 231 6

3 SMK ANGKASA 1 MARGAHAYU 305 8

4 SMK ANGKASA 2 MARGAHAYU 118 3

5 SMK BUDI - BAKTI CIWIDEY

219 6

6 SMK FARMASI BHAKTI

KENCANA SOREANG 167 4

7 SMK FARMASI THIBBUN

NABAWI 18 1

8 SMK KARYA PEMBANGUNAN

MARGAHAYU 32 1

9 SMK KP PASIRJAMBU 54 2

10 SMK MARHAS MARGAHAYU 192 5

11 SMK MATHLA'UL ANWAR 48 2

12 SMK MERDEKA SOREANG 194 5

13 SMK MEKARRAHAYU 27 1

14 SMK PENIDA 1 KATAPANG 137 4

15 SMK PENIDA 2 KATAPANG 138 4

16 SMK PIB PASIR JAMBU

25 1

17 SMK MASHALLIHUL MURSHALAT

15 1

18 SMK AL WAFA 103 3

19 SMK BROSSA 21 1

20 SMK GENIUS BANDUNG 25 1

21 SMK YPAI RAHAYU

18 1

Jumlah 2506 71


(6)

Tabel 3.3

Sampel Siswa Kelas XII

No Nama Sekolah Jumlah

Siswa

Sampel Siswa

1 SMK NEGERI 1 KATAPANG 419 �� = =56

2 SMKN 1 SOREANG 231 �� = =32

3 SMK ANGKASA 1 MARGAHAYU 305 �� = =42

4 SMK ANGKASA 2 MARGAHAYU 118 �� = =16

5 SMK BUDI - BAKTI CIWIDEY

219 �� = � =30

6 SMK FARMASI BHAKTI

KENCANA SOREANG 167

�� = � =23

7 SMK FARMASI THIBBUN

NABAWI 18 �� = �

=3

8 SMK KARYA PEMBANGUNAN

MARGAHAYU 32 �� = �

=4

9 SMK KP PASIRJAMBU 54 �� = =7

10 SMK MARHAS MARGAHAYU 192 �� = =26

11 SMK MATHLA'UL ANWAR 48 �� = =7

12 SMK MERDEKA SOREANG 194 �� = =27

13 SMK MEKARRAHAYU 27 �� = =4

14 SMK PENIDA 1 KATAPANG 137 �� = =19

15 SMK PENIDA 2 KATAPANG 138 �� = =19

16 SMK PIB PASIR JAMBU

25 �� = � =4

17 SMK MASHALLIHUL MURSHALAT

15 �� = =2

18 SMK AL WAFA 103 �� = =14

19 SMK BROSSA 21 �� = =3

20 SMK GENIUS BANDUNG 25 �� = =4

21 SMK YPAI RAHAYU

18 �� = � =3

Jumlah 2506 345


(7)

Dari 2506 siswa akan diambil sampel sebanyak 345 orang dengan cara random proporsional yang terbagi beberapa siswa SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung yang dijadikan unit analisis penelitian.

3.4 Operasionalisasi Variabel

Variabel eksogen dalam penelitian ini yaitu: Norma Subyektif (X2), sedangkan variabel endogen yaitu Sikap Personal (X1), Persepsi Kontrol Perilaku (X3) dan yaitu Intensi Kewirausahaan Siswa (Y). Adapun operasionalisasi variabel disajikan dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Operasionalisasi Variabel

No Variabel Definisi

Operasional

Indikator Sumber

Data

Skala Data

1 Sikap Personal (X1)

1. Mengacu pada sejauh mana seseorang memiliki penilaian akan hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dari perilaku tertentu (Ajzen, 1991).

2. Sikap, “are a

complex combination of things we tend to call

1. Penilaian positif tentang konsep kewirausahaan.

Siswa SMK

Ordinal

2. Penilaian positif terhadap karir wirausaha.

3. Penilaian positif terhadap

kemampuan melihat peluang

usaha dan

mengelola modal. 4. Penilaian positif

terhadap

kepuasan menjadi seorang


(8)

personality, beliefs, values, behaviors, and motivations” Pickens (2005: 44). 5. Kecenderungan memilih berkarir sebagai

wirausaha

dibanding karir lainnya.

2 Norma

Subyektif (X2)

1. Faktor social yang mengacu pada tekanan social yang dirasakan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku (Ajzen, 1991: 188). 2. Persepsi subyek

yang berasal dari pendapat orang lain tentang perilaku tertentu (Ajzen, 1991; Fayolle dan Gailly, 2014:3). 3. Norma subyektif dapat mengukur tekanan social yang dirasakan 1. Persetujuan keluarga terdekat terhadap pilihan karir wirausaha.

Siswa SMK

Ordinal

2. Persetujuan teman terdekat terhadap pilihan karir wirausaha. 3. Persetujuan

teman sejawat terhadap pilihan karir wirausaha. 4. Dukungan

pengetahuan kewirausahaan yang dimiliki.


(9)

untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku wirausaha Linan dan Chen (2009: 596) 3 Persepsi

Kontrol Perilaku (X3)

1. Mengacu pada persepsi kemudahan atau kesulitan melakukan perilaku dan diasumsikan untuk mencerminkan pengalaman masa lalu serta hambatan dan rintangan yang perlu

diantisipasi (Ajzen, 1991). 2. Gagasan atau

kemampuan mengatasi hambatan atau dapat melakukan suatu perilaku 1. Keyakinan terhadap kemampuan memulai sebuah usaha baru. Siswa SMK Ordinal 2. Keyakinan terhadap kemampuan mendirikan usaha yang layak. 3. Keyakinan terhadap kemampuan mengontrol proses penciptaan sebuah usaha baru. 4. Mengetahui dengan yakin berkaitan dengan hal-hal yang dibutuhkan untuk


(10)

(Contento (2011). memulai usaha baru. 5. Keyakinan terhadap keberhasilan usaha yang didirikan.

4 Intensi

Kewirausahaan (Y)

1. Intensi sebagai faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku dan menjadi indikasi seberapa keras individu untuk mencoba, berapa banyak upaya individu untuk mengerahkan dalam mewujudkan sebuah perilaku (Azjen, 1991: 181).

2. The intentions are the best predictors of

1. Kesiapan yang tinggi untuk menjadi

wirausahawan.

Siswa SMK

Ordinal

2. Memiliki cita-cita sebagai wirausahawan. 3. Kesiapan menghadapi setiap rintangan untuk memulai dan menjalankan usaha.

4. Memiliki tekad kuat untuk menciptakan sebuah usaha di masa depan. 5. Keseriusan

terhadap upaya memulai usaha baru.


(11)

planned behavior, especially when this behavior is rare, hard to observe and occurs in a space of time called

continuous

(Almeida,2013: 120; Luiz, et.al., 2015: 760). 3. Intensi

kewirausahaan merupakan representasi kognitif dari tindakan yang akan

dilaksanakan oleh individu baik yang akan membangun usaha mandiri baru atau menciptakan nilai baru dalam perusahaan

6. Memiliki niat yang kuat untuk memulai sebuah usaha suatu hari nanti.


(12)

yang ada (Fini, et.al., 2009:4)

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data tidak langsung. Teknik pengumpulan data tidak langsung dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan subyek penelitian melalui perantara instrument. Adapuan instrument atau alat yang digunakan yaitu berupa kuesioner (angket) yang berisi pertanyaan tentang masalah yang diteliti untuk diisi responden. Instrument kuesioner (angket) yang digunakan oleh penulis yaitu Entrepreneurial Intentions Questionare (EIQ) yang dikembangkan oleh Linan dan Chen (2009) serta dimodifikasi oleh Rijal Assidiq Mulyana (2013) berdasarkan teori Planned Behavior dari Ajzen (1991). Instrument terdiri dari 20 butir pertanyaan yang terbagi ke dalam empat variabel: sikap personal, norma subyektif, persepsi kontrol perilaku dan intensi kewirausahaan. Sebelum melakukan pengambilan data, instrument EIQ diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam Bahasa Indonesia serta disesuaikan dengan kalimat yang mudah dimengerti oleh responden yang masih duduk di bangku SMK. Namun, terjemahan yang dilakukan tidak keluar dari konteks aslinya guna menjaga keaslian instrument EIQ sehingga data yang diperoleh sesuai dengan harapan penulis.

Pertanyaan dalam instrument EIQ bersifat ordinal dan tertutup, yang diberikan kepada siswa kelas XII SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pada setiap pertanyaan sudah disediakan alternatif jawaban, sehingga responden harus memilih salah satu alternatif jawaban yang dianggap sesuai dengan kenyataan yang berkaitan dengan pengaruh sikap personal, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku terhadap intensi kewirausahaan.

Alternative jawaban menggunakan Skala Likert tujuh point yang diberikan kepada responden. Untuk itu, setiap jawaban responden harus dikuantitatifkan dengan memberikan skor menggunakan skala likert dengan bobot nilai mempunyai interval 1 sampai 7 seperti pada Tabel 3.5.


(13)

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai sikap personal, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku terhadap intensi kewirausahaan dengan menyebarkan kuesioner sebagai instrument penelitian. Instrument diuji cobakan pada responden yang tidak termasuk pada sampel penelitian. Jumlah responden sebanyak 34 orang siswa SMK. Dimana jumlah 34 ini telah memenuhi syarat untuk dilakukan uji coba instrument. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan, kesungguhan responden sangat penting untuk diperhatikan. Kesahihan suatu hasil penelitian social sangat ditentukan oleh alat ukur yang digunakan, apabila alat ukur yang dipakai tidak valid atau tidak dapat dipercaya maka hasil penelitian yang diperoleh tidak akan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

Tabel 3.5

Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban

No Jawaban Responden Skor

Positif Negatif

1 Sangat tidak setuju 1 7

2 Tidak setuju 2 6

3 Agak tidak setuju 3 5

4 Netral 4 4

5 Agak setuju 5 3

6 Setuju 6 2

7 Sangat setuju 7 1

Ukuran memadai tidaknya instrument penelitian, diperlukan pengujian terhadap alat ukur. Pengujian yang dilakukan terhadap alat tes dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas serta untuk membantu peneliti dalam menguji validitas dan reliabilitas, software statistic yang digunakan yaitu SPSS versi 21.


(14)

Validitas menunjukkan kemampuan instrument penelitian mengukur dengan tepat atau benar apa yang hendak diukur. Pengujian validitas dapat dilakukan dengan korelasi item-total dan korelasi item-total dikoreksi.

1. Korelasi item-total

Korelasi item-total digunakan untuk menguji validitas internal setiap item pertanyaan kuesioner penelitian yang disusun dalam bentuk skala (Kusnendi, 2008: 94). Validitas instrument dapat diketahui melalui perhitungan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment terhadap nilai-nilai variabel X1, X2, X3 dan Y.

�Σ − Σ Σ

√[ �Σ − Σ ][ �Σ − Σ ]

Keterangan:

n = jumlah responden uji coba X = skor setiap item

Y = skor total

Item pertanyaan atau pernyataan diindikasi memiliki validitas apabila skor item tersebut berkorelasi secara positif dan signifikan (nilai P-hitung ≤ 0,05) dengan skor totalnya. Jika koefisien korelasi antara skor item dengan skor total tidak signifikan (nilai P-hitung > 0,05) atau bernilai negative, hal tersebut menunjukkan item yang bersangkutan tidak valid.

Apabila jumlah item yang valid, maka perlu dilakukan koreksi terhadap item pertanyaan dengan rumus korelasi item-total dikoreksi. Koefisien korelasi item-total dikoreksi digunakan jika jumlah item yang diuji relative kecil, yaitu kurang dari 30 dengan alasan jumlah item yang kurang dari 30 dan uji validitas yang digunakan koefisien korelasi item-total, maka hasilnya akan diperoleh besaran korelasi yang cenderung over-estimate. Hal tersebut dimungkinkan karena terjadi pengaruh spurious overlap yang menyebabkan pengaruh antar item menjadi tumpang tindih atau pengaruh kontribusi masing-masing skor item terhadap jumlah skor total (Guilford, 1956; Saifuddin Azwar, 2003; Kusnendi, 2008).


(15)

2. Korelasi item-total dikoreksi

Untuk menghilangkan efek spurious overlap maka koefisien korelasi item-total perlu dikoreksi dengan nilai simpangan baku (standard deviation) skor item dan skor total. Adapun rumusnya sebagai berikut:

�� �� −��

√[ �� + � − �� � ��

Di mana:

riX = koefisien korelasi item-total

Si = simpangan baku skor setiap item pertanyaan

SX = simpangan baku skor total

Patokan besaran koefisien korelasi item-total dikoreksi sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai validitas minimal valid tidaknya sebuah item . Hal ini berarti, semua item pertanyaan atau pernyataan yang memiliki koefisien korelasi item-total dikoreksi sama atau lebih besar dari 0,25 (> 0,25) atau 0,30 (> 0,30) diindikasikan memiliki validitas internal yang memadai, dan kurang dari 0,25 (< 0,25) atau 0,30 (< 0,30) diindikasikan item tersebut tidak valid (Kusnendi, 2008: 96). Item yang dinyatakan tidak valid, akan dikeluarkan dari kuesioner penelitian dan tidak diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya. Adapun hasil pengujian validitas instrument disajikan pada Tabel 3.6.

Berdasarkan Tabel 3.6 menunjukkan bahwa instrument setelah diuji cobakan pada 34 siswa SMK yang bukan merupakan bagian dari sampel penelitian, hasilnya instrument tersebut valid, artinya instrument yang digunakan penulis dapat mengukur dengan tepat atau benar variabel-variabel dalam penelitian ini.

3.6.2 Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrument (test of reliability) digunakan untuk mengetahui keajegan, kemantapan atau kekonsistenan suatu instrument penelitian dalam mengukur apa yang diukur (Kusnendi, 2008: 94). Pengujian reliabilitas menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Suatu instrument penelitian


(16)

diindikasikan memiliki reliabilitas yang memadai jika koefisien Alpha Cronbach

lebih besar atau sama dengan 0,70 (≥ 0,70) (Kusnendi, 2008: 96).

Tabel 3.6

Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Penelitian

Item Variabel Penelitian

Intensi Kewirausahaan Sikap Personal Norma Subyektif Persepsi Kontrol Perilaku X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 0,607 0,817 0,603 0,824 0,852 0,790 0,266 0,650 0,461 0,635 0,588 0,612 0,533 0,689 0,340 0,659 0,622 0,601 0,573 0,527


(17)

Rumus Alpha Cronbach yang digunakan dalam pengujian reliabilitas, sebagai berikut:

C

α=

[

] [ −

Σ�

��

]

Di mana: k = jumlah item

� = jumlah variansi setiap item � = variansi skor total

Pengujian dapat dilakukan dengan bantuan program SPSS dan akan diperoleh hasil komputasi yang sama yaitu dilihat dari tabel Reliability Statistic,

jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar atau sama dengan 0,70 (≥ 0,70), maka konstruk dikatakan reliabel. Adapun hasil uji reliabilitas masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Masing-Masing Variabel Penelitian Variabel Penelitian Koefisien Alpha

Cronbach

Reliabilitas

Sikap personal 0,745 Reliabel

Norma subyektif 0,719 Reliabel

Persepsi kontrol perilaku 0,813 Reliabel Intensi kewirausahaan 0,907 Reliabel

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Deskriptif Variabel

Statistik deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013: 147). Analisis deskriptif dimaksudkan untuk melihat kecenderungan distribusi frekuensi variabel dan menentukan tingkat ketercapaian responden pada masing-masing variabel. Berdasarkan acuan distribusi normal, maka interpretasi skor terhadap semua variabel dalam penelitian ini


(18)

dikategorisasikan ke dalam 5 level yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, rendah, dan sangat rendah. Sebelum menghitung skor, terlebih dahulu ditentukan range intervalnya, dengan rumus sebagai berikut:

Range = � � �� − � �ℎ

�ℎ �

Sesuai dengan skor alternative jawaban kuesioner yang terentang dari 1 sampai dengan 7, banyak kelas interval ditentukan sebanyak 3 kelas, sehingga diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:

Panjang kelas interval = − = 1,2

Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, disajikan dalam Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Kriteria/Kategori Skor Tanggapan Responden

3.7.2 Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis/CFA)

Analisis faktor konfirmatory merupakan alat analisis yang sangat ampuh menguji “theoretical or hypothetical construct which are not directly measurable or observable “ (Joreskog dan Sorbom, 1993:15; Kusnendi, 2008:25). Analisis ini didesain untuk menguji multidimensionalitas dari suatu konstruk teoritis atau menguji validitas suatu konstruk teoritis. Indikator-indikator dalam variabel laten diuji untuk mengetahui apakah indikator tersebut valid sebagai pengukur variabel laten (Ghozali, 2014:123). Sebelum menguji hipotesis, model pengukuran yang digunakan harus diuji terlebih dahulu dengan tujuan untuk memperoleh overall measurement model dengan kriteria congeric measurement model, yaitu model

Rentang Penafsiran

5,84 – 7,00 Sangat Tinggi 4,63 – 5,83 Tinggi

3,42 – 4,62 Cukup Tinggi 2,21 – 3,41 Rendah


(19)

pengukuran dengan karakteristik: 1) Unidimensional, artinya secara empiris overall measurement model sesuai, cocok atau fit dengan data, indikator-indikator yang ada dalam model hanya mengukur sebuah konstruk, serta kesalahan pengukuran antara indikator tidak saling berkorelasi atau error covariance-nya sama dengan nol; 2) Valid, artinya secara empiris masing-masing indikator tepat mengukur variabel yang diukur; 3) Reliabel, artinya secara komposit indikator-indikator yang digunakan konsisten dalam mengukur variabel yang diukur (Kusnendi, 2008: 25). Namun, dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis dengan model persamaan structural harus memenuhi asumsi-asumsi, sebagai berikut: 1) Ukuran sampel yang harus dipenuhi adalah minimal berjumlah 100 dan selanjutnya menggunakan perbandingan 5 observasi untuk setiap estimated parameter; 2) Normalitas dan Linearitas, artinya sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk pemodelan SEM; 3) Outliers, yaitu observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariate maupun multivariate; 4) Multikolinearitas, dideteksi dari determinan matriks kovarians, apabila matriks kovarians sangat kecil mengindikasikan bahwa adanya problem multikoliniearitas atau singularitas (Ferdinand, 2002: 52-54; Kusnendi, 2008: 46).

Setelah asumsi-asumsi terpenuhi, maka pengujian model pengukuran dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

1. Uji Kesesuaian Model (Overall Model Fit): Uji Unidimensional Dalam pengujian overall model fit bertujuan untuk:

a. Mengevaluasi apakah model pengukuran dikatakan fit dengan data apabila

model dapat mengestimasi matriks kovariansi populasi (∑) yang tidak

berbeda dengan matriks kovariansi data sampel (S). Ukuran yang digunakan yaitu Goodness-of-fit-test (GFT) yang terdiri dari beberapa jenis ukuran, disajikan dalam Tabel 3.9.

b. Mengevaluasi apakah model pengukuran yang diusulkan bersifat unidimensional atau tidak. Model pengukuran dikatakan unidimensional apabila modelnya fit dengan data serta indikator-indikatornya hanya


(20)

mengukur satu variabel laten atau secara empiric modelnya merupakan

congeneric dan bukan congeneric model (Kusnendi, 2008: 109-110).

Tabel 3.9

Beberapa Ukuran Goodness of Fit Test (GFT) Model-Model Persamaan Struktural Ukuran GFT Kriteria

Kesesuaian Model

Kriteria Uji Hasil Uji

Chi-Square (x2)

0,00 (Model fit sempurna)

Nilai (x2) tabel Model fit

P-value 1,00 (model fit sempurna)

≥ 0,05 Model fit

RMSEA 0,00 (model fit sempurna)

≤ 0,08 Model fit

GFI, AGFI, CFI, NFI, dan NNFI

0,00 (tidak fit) –

1,00 (fit

sempurna)

≥ 0,90 Model fit

Sumber: Kusnendi (2008: 15)

2. Uji Kebermaknaan (test of significance) Koefisien Bobot Faktor: Uji Validitas dan Reliabilitas Indikator

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan validitas dan reliabilitas masing-masing indikator dalam mengukur variabel latennya. Suatu indikator dikatakan valid dan reliabel mengukur variabel latennya apabila:

a. Secara statistik koefisien bobot faktor signifikan dan mampu menghasilkan nilai P-hitung yang lebih kecil atau sama dengan cut-off-value tingkat kesalahan sebesar 0,05 (5%).

b. Besarnya estimasi koefisien bobot faktor yang distandarkan untuk masing-masing indikator tidak kurang dari 0,40 atau 0,50 (Kusnendi, 2008: 111). 3. Evaluasi reliabilitas konstruk


(21)

Setelah model pengukuran diuji, perlu dilakukan evaluasi reliabilitas konstruk atau reliabilitas komposit masing-masing model pengukuran. Berdasarkan koefisien bobot faktor yang distandarkan dapat ditentukan koefisien reliabilitas konstruk dan atau koefisien variance extracted. Apabila koefisien reliabilitas konstruk dan atau koefisien variance extracted tidak kurang dari 0,70 dan atau 0,50 diindikasikan model pengukuran variabel laten reliabel atau dapat mengukur variabel laten atau konstruk yang diteliti. Dari estimasi koefisien bobot faktor yang distandarkan juga dapat ditentukan estimasi R2 dan kesalahan pengukuran (error measurement) masing-masing indikator. Adapun tujuan menentukan estimasi R2 dan atau error measurement yaitu untuk menentukan dominan atau tidaknya suatu indikator dalam mengukur atau membentuk variabel latennya (Kusnendi (2008: 111).

Gambar 3.1 Model Intensi Kewirausahaan Siswa SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung

Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas konstruk masing-masing indikator terhadap variabelnya, yaitu:


(22)

CRk = (∑ �� � �= ) (∑��=) + (∑��=)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu indikator dominan sebagai pembentuk variabel laten apabila estimasi koefisien R2 indikator tersebut tidak kurang dari 0,70 atau tingkat kesalahan pengukuran (error measurement) kurang dari 0,50 atau 51% (Kusnendi, 2008: 112).

3.7.3 Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis jalur (Path analysis) adalah metode analisis data multivariate dependensi yang digunakan untuk menguji hipotesis hubungan asimetris yang dibangun atas dasar kajian teori tertentu, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel penyebab terhadap variabel akibat yang dapat diobservasi secara langsung (Kusnendi, 2008: 147). Dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini, penulis menggunakan aplikasi AMOS Versi 22. Sebelum dilakukan pengujian, maka kerangka pemikiran diterjemahkan ke dalam format analisis jalur dan disajikan dalam Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Diagram Jalur Hipotesis Penelitian

Keterangan Gambar 3.2 : SP = Sikap Personal

ρ

ρ

ρ ρ


(23)

NS = Norma Subyektif

PKP = Persepsi Kontrol Perilaku IK = Intensi Kewirausahaan

Berdasarkan Gambar 3.2, terdapat 3 model yang akan diuji seperti dijelaskan dalam Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Model Persamaan Struktural

Model Model Struktural Persamaan

Struktural

Sikap Personal (SP) SP = F (NS) SP = ρ1 NS + z1 Persepsi Kontrol Perilaku (PKP) PKP = F (NS) PKP = ρ2 NS + z2 Intensi Kewirausahaan (IK) IK = F (SP, NS, PKP) IK = ρ3 SP + ρ4 NS

+ ρ5 PKP + z3

Adapun rincian indikator dari masing-masing variabel, sebagai berikut: a) Variabel Endogen Sikap Personal (SP)

X1 = �1 NS + d1 X2 = �2 NS + d2 X3 = �3 NS + d3 X4 = �4 NS + d4 X5 = �5 NS + d5

b) Variabel Eksogen Norma Subyektif (NS) X6 = �6 NS + d6

X7 = �7 NS + d7 X8 = �8 NS + d8 X9 = �9 NS + d9

c) Variabel Endogen Persepsi Kontrol Perilaku (PKP) X10 = �10 NS + d10

X11 = �11 NS + d11 X12 = �12 NS + d12 X13 = �13 NS + d13


(24)

X14 = �14 NS + d14

d) Variabel Endogen Intensi Kewirausahaan (IK) Y1 = �15 NS + e1

Y2 = �16 NS + e2 Y3 = �17 NS + e3 Y4 = �18 NS + e4 Y5 = �19 NS + e5 Y6 = �20 NS + e6

Setelah model analisis jalur dibuat, maka langkah selanjutnya yaitu menguji model analisis jalur dengan:

1. Uji Kesesuaian Model

Uji kesesuaian model dalam analisis jalur bertujuan menguji model apakah model tersebut fit dengan data. Dikatakan fit apabila terdapat kesesuaian antara matriks kovariansi atau matriks korelasi sampel (S) dengan

matriks kovariansi/korelasi populasi (∑) yang diestimasi (Kusnendi, 2008: 158). Adapun bentuk hipotesis statistic analisis jalur dirumuskan sebagai berikut:

H0 : S = ∑ : Matriks kovariansi/korelasi data sampel tidak berbeda dengan

matriks kovariansi/korelasi populasi yang diestimasi

H1 : S ≠ ∑ : Matriks kovariansi/korelasi data sampel berbeda dengan matriks

kovariansi/korelasi populasi yang diestimasi 2. Pengujian Individual

Secara individual, pengajuan koefisien jalur melalui uji t dengan kriteria uji adalah Ho ditolak jika nilai t hitung > t tabel. Tingkat kesalahan

yang digunakan adalah α = 0,05. Adapun hipotesis statistikanya dirumuskan,

sebagai berikut:

H0 : � = 0 : Secara individual variabel endogen tidak dipengaruhi oleh

variabel eksogen

H1 : � > 0 : Secara individual variabel endogen dipengaruhi variabel eksogen

Berdasarkan penjelasan di atas, maka skema pengujian hipotesis penelitian disajikan dalam Tabel 3.11.


(25)

Tabel 3.11

Skema Pengujian Hipotesis Penelitian

Model Hipotesis Statistik Uji Kriteria Uji Overall

(Keseluruhan)

H0: S = ∑ :

Matriks

kovariansi/korelasi data sampel tidak berbeda dengan matriks

kovariansi/korelasi populasi yang diestimasi H1: S ≠ ∑ :

Matriks

kovariansi/korelasi data sampel

berbeda dengan matriks

kovariansi/korelasi populasi yang diestimasi

Nilai P, RMSEA, GFI, AGFI, CFI, NFI, dan NNFI

Diharapkan H0

diterima, jika: P

≥0,05, RMSEA

< 0,08, dan GFI, AGFI, CFI, NFI, dan NNFI > 0,90

Sikap Personal H-1 : H0 :

ρ

ij = 0

Secara individual variabel Sikap Personal tidak dipengaruhi

Nilai t Diharapkan H0

ditolak, jika nilai t-hitung ≥ 1,96


(26)

variabel Norma Subyektif H1 :

ρ

ij > 0

Secara individual variabel Sikap Personal

dipengaruhi oleh variabel Norma Subyektif Persepsi Kontrol

Perilaku

H-2 : H0 :

ρ

ij = 0

Secara individual variabel Persepsi Kontrol Perilaku tidak dipengaruhi variabel Norma Subyektif H1 :

ρ

ij > 0

Secara individual variabel Persepsi Kontrol Perilaku dipengaruhi oleh variabel Norma Subyektif

Nilai t Diharapkan H0

ditolak, jika nilai t-hitung ≥ 1,96

Intensi

Kewirausahaan

H-3 : H0 :

ρ

ij = 0

Secara individual variabel Intensi Kewirausahaan tidak dipengaruhi

Nilai t Diharapkan H0

ditolak, jika nilai t-hitung ≥ 1,96


(27)

variabel Sikap Personal H1 :

ρ

ij > 0

Secara individual variabel Intensi Kewirausahaan dipengaruhi variabel Sikap Personal H-4 : H0 :

ρ

ij = 0

Secara individual variabel Intensi Kewirausahaan tidak dipengaruhi variabel Norma Subyektif H1 :

ρ

ij > 0

Secara individual variabel Intensi Kewirausahaan dipengaruhi variabel Norma Subyektif

Nilai t Diharapkan H0

ditolak, jika nilai t-hitung ≥ 1,96

H-5 : H0 :

ρ

ij = 0

Secara individual variabel Intensi Kewirausahaan tidak dipengaruhi

Nilai t Diharapkan H0

ditolak, jika nilai t-hitung ≥ 1,96


(28)

variabel Persepsi Kontrol Perilaku H1 :

ρ

ij > 0

Secara individual variabel Intensi Kewirausahaan dipengaruhi variabel Persepsi Kontrol Perilaku

Dalam model analisis jalur, pengaruh antar variabel tidak hanya secara langsung (direct effect), tetapi terdapat pula pengaruh tidak langsung (indirect effect) dan pengaruh total (total effect). Pengaruh langsung berkaitan dengan adanya hubungan pengaruh antara variabel penyebab terhadap variabel akibat secara langsung tanpa melalui perantara, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu adanya hubungan pengaruh antara variabel penyebab terhadap variabel akibat yang dimediasi oleh variabel perantara. Lalu, pengaruh total yaitu total pengaruh langsung ditambah dengan pengaruh tidak langsung antara variabel penyebab terhadap variabel akibat. Melalui dekomposisi pengaruh antar variabel pada analisis jalur, dapat diketahui dengan jelas yaitu pengaruh langsung (direct effect), pengaruh tidak langsung (indirect effect) dan pengaruh total (total effect).


(1)

NS = Norma Subyektif

PKP = Persepsi Kontrol Perilaku IK = Intensi Kewirausahaan

Berdasarkan Gambar 3.2, terdapat 3 model yang akan diuji seperti dijelaskan dalam Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Model Persamaan Struktural

Model Model Struktural Persamaan

Struktural Sikap Personal (SP) SP = F (NS) SP = ρ1 NS + z1 Persepsi Kontrol Perilaku (PKP) PKP = F (NS) PKP = ρ2 NS + z2 Intensi Kewirausahaan (IK) IK = F (SP, NS, PKP) IK = ρ3 SP + ρ4 NS

+ ρ5 PKP + z3

Adapun rincian indikator dari masing-masing variabel, sebagai berikut: a) Variabel Endogen Sikap Personal (SP)

X1 = �1 NS + d1 X2 = �2 NS + d2 X3 = �3 NS + d3 X4 = �4 NS + d4 X5 = �5 NS + d5

b) Variabel Eksogen Norma Subyektif (NS) X6 = �6 NS + d6

X7 = �7 NS + d7 X8 = �8 NS + d8 X9 = �9 NS + d9

c) Variabel Endogen Persepsi Kontrol Perilaku (PKP) X10 = �10 NS + d10

X11 = �11 NS + d11 X12 = �12 NS + d12 X13 = �13 NS + d13


(2)

X14 = �14 NS + d14

d) Variabel Endogen Intensi Kewirausahaan (IK) Y1 = �15 NS + e1

Y2 = �16 NS + e2 Y3 = �17 NS + e3 Y4 = �18 NS + e4 Y5 = �19 NS + e5 Y6 = �20 NS + e6

Setelah model analisis jalur dibuat, maka langkah selanjutnya yaitu menguji model analisis jalur dengan:

1. Uji Kesesuaian Model

Uji kesesuaian model dalam analisis jalur bertujuan menguji model apakah model tersebut fit dengan data. Dikatakan fit apabila terdapat kesesuaian antara matriks kovariansi atau matriks korelasi sampel (S) dengan

matriks kovariansi/korelasi populasi (∑) yang diestimasi (Kusnendi, 2008: 158). Adapun bentuk hipotesis statistic analisis jalur dirumuskan sebagai berikut:

H0 : S = ∑ : Matriks kovariansi/korelasi data sampel tidak berbeda dengan

matriks kovariansi/korelasi populasi yang diestimasi

H1 : S ≠ ∑ : Matriks kovariansi/korelasi data sampel berbeda dengan matriks

kovariansi/korelasi populasi yang diestimasi 2. Pengujian Individual

Secara individual, pengajuan koefisien jalur melalui uji t dengan kriteria uji adalah Ho ditolak jika nilai t hitung > t tabel. Tingkat kesalahan

yang digunakan adalah α = 0,05. Adapun hipotesis statistikanya dirumuskan,

sebagai berikut:

H0 : � = 0 : Secara individual variabel endogen tidak dipengaruhi oleh

variabel eksogen

H1 : � > 0 : Secara individual variabel endogen dipengaruhi variabel eksogen


(3)

Tabel 3.11

Skema Pengujian Hipotesis Penelitian

Model Hipotesis Statistik Uji Kriteria Uji

Overall (Keseluruhan)

H0: S = ∑ :

Matriks

kovariansi/korelasi data sampel tidak berbeda dengan matriks

kovariansi/korelasi populasi yang diestimasi H1: S ≠ ∑ :

Matriks

kovariansi/korelasi data sampel

berbeda dengan matriks

kovariansi/korelasi populasi yang diestimasi

Nilai P, RMSEA, GFI, AGFI, CFI, NFI, dan NNFI

Diharapkan H0

diterima, jika: P

≥0,05, RMSEA

< 0,08, dan GFI, AGFI, CFI, NFI, dan NNFI > 0,90

Sikap Personal H-1 : H0 :

ρ

ij = 0

Secara individual variabel Sikap Personal tidak dipengaruhi

Nilai t Diharapkan H0

ditolak, jika nilai t-hitung ≥ 1,96


(4)

variabel Norma Subyektif H1 :

ρ

ij > 0

Secara individual variabel Sikap Personal

dipengaruhi oleh variabel Norma Subyektif Persepsi Kontrol

Perilaku

H-2 : H0 :

ρ

ij = 0

Secara individual variabel Persepsi Kontrol Perilaku tidak dipengaruhi variabel Norma Subyektif H1 :

ρ

ij > 0

Secara individual variabel Persepsi Kontrol Perilaku dipengaruhi oleh variabel Norma Subyektif

Nilai t Diharapkan H0

ditolak, jika nilai t-hitung ≥ 1,96

Intensi

Kewirausahaan

H-3 : H0 :

ρ

ij = 0

Secara individual variabel Intensi Kewirausahaan tidak dipengaruhi

Nilai t Diharapkan H0

ditolak, jika nilai t-hitung ≥ 1,96


(5)

variabel Sikap Personal H1 :

ρ

ij > 0

Secara individual variabel Intensi Kewirausahaan dipengaruhi variabel Sikap Personal H-4 : H0 :

ρ

ij = 0

Secara individual variabel Intensi Kewirausahaan tidak dipengaruhi variabel Norma Subyektif H1 :

ρ

ij > 0

Secara individual variabel Intensi Kewirausahaan dipengaruhi variabel Norma Subyektif

Nilai t Diharapkan H0

ditolak, jika nilai t-hitung ≥ 1,96

H-5 : H0 :

ρ

ij = 0

Secara individual variabel Intensi Kewirausahaan tidak dipengaruhi

Nilai t Diharapkan H0

ditolak, jika nilai t-hitung ≥ 1,96


(6)

variabel Persepsi Kontrol Perilaku H1 :

ρ

ij > 0

Secara individual variabel Intensi Kewirausahaan dipengaruhi variabel Persepsi Kontrol Perilaku

Dalam model analisis jalur, pengaruh antar variabel tidak hanya secara langsung (direct effect), tetapi terdapat pula pengaruh tidak langsung (indirect effect) dan pengaruh total (total effect). Pengaruh langsung berkaitan dengan adanya hubungan pengaruh antara variabel penyebab terhadap variabel akibat secara langsung tanpa melalui perantara, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu adanya hubungan pengaruh antara variabel penyebab terhadap variabel akibat yang dimediasi oleh variabel perantara. Lalu, pengaruh total yaitu total pengaruh langsung ditambah dengan pengaruh tidak langsung antara variabel penyebab terhadap variabel akibat. Melalui dekomposisi pengaruh antar variabel pada analisis jalur, dapat diketahui dengan jelas yaitu pengaruh langsung (direct effect), pengaruh tidak langsung (indirect effect) dan pengaruh total (total effect).