PENDAHULUAN HUKUM DAN WARTAWAN Studi Tentang Perlindungan Hukum atas Kebebasan Pers Hukum Dan Wartawan Studi Tentang Perlindungan Hukum Atas Kebebasan Pers Di Tempo.co Dan Kompas.com Dalam Menerbitkan Artikel Berita.

Dalam relasinya antara perusahaan pers dan wartawan, selalu muncul persoalan yang sangat mendasar. Pertanyaan berupa “kepada siapakah wartawan bekerja?” menjadi pertanyaan yang sulit dijawab. Disatu sisi pasal 9 Peraturan Dewan Pers Nomor: 5Peraturan- DPIV2008 tentang Standar Perlindungan Profesi Wartawan menyatakan pemilik atau manajemen perusahaan pers dilarang memaksa wartawan untuk membuat berita yang melanggar Kode Etik Jurnalistik dan atau hukum yang berlaku, namun di sisi lain, manajemen memiliki hak untuk menentukan arah pemberitaan berdasarkan proporsi media terkait. Hal ini yang sering memunculkan dilema di kalangan wartawan pada perusahaan pers yang pemilik modalnya memiliki motif ekonomi atau politik tertentu. Sama dengan persoalan yang terjadi pada relasi tenaga kerja dan majikan. Kedudukan antara majikan dengan tenaga kerja adalah tidak sama. Secara yuridis kedudukan buruh adalah bebas, tapi secara sosial ekonomis keududukan tenaga kerja adalah tidak bebas 6 . Kenyataan yang terjadi, perusahaan pers, terutama yang sebagian atau seluruh pemodalnya politisi menerapkan kebijakan internal perusahaan yang rawan dengan keberpihakan dan intervensi pemodal. Tidak mengherankan jika arah pemberitaan media menjurus pada arah propaganda politis 7 . Mengutip pernyataan wartawan senior Ahmad Zaini dalam kompasiana.com; “.. Pertumbuhan industri media hingga kini belum sejalan dengan peningkatan kesejahteraan dan perlindungan status dan keselamatan kerja bagi jurnalis. Selain fenomena pemilik media yang masih menolak keberadaan serikat pekerja pers, kini fenomena pekerja tenaga ahli daya outsourcing di industri media semakin berkembang.” 8 6 Abdul Khakim. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang no. 13 tahun 2003. Bandung: Citra Aditya Bakti. hlm. 6 7 Redi Panuju. 2005. Nalar Jurnalistik: Dasarnya Dasar Jurnalistik. Malang: Bayumedia Publishing. hlm. 10 8 Ahmad Zaini. 7 Oktober 2012. Jurnalis Menolak Status Kontrak dalam http:media.kompasiana.com mainstream-media20121017jurnalis-menolak-status-kontrak496411. diakses pada Senin, 22 Oktober 2012 pukul 15.06 WIB. Bahkan Aliansi Jurnalis Indonesia AJI menolak sistem kerja kontrak pada wartawan yang belakangan makin menjamur pasca munculnya media online. Dari sisi posisi tawar, jurnalis yang bekerja dalam sistem kontrak atau outsourcing menjadi tidak memiliki daya tawar yang kuat. Hal ini sebagai konsekuensi dari hubungan kerja yang bersifat individual dan sementara. Kondisi tersebut jelas berbeda dengan hubungan kerja yang bersifat permanen dan kolektif. 9 Sementara itu, Bagir Manan dalam pembukaan Hari Pers Nasional HPN tanggal 9 Februari 2011 yang lalu menyebut setidaknya ada 3 faktor yang berpengaruh dalam menghambat kemerdekaan pers. Ketiga hal tersebut antara lain 10 ; Pertama; faktor publik atau masyarakat. Faktor Kedua; kelompok kepentingan ekonomi dan politik dan kelompok mapan establishment yang merasa terganggu oleh pers. Ketiga; politisasi pers. Dalam catatan ini politisasi pers atau pers politik dimaknakan pers partisan partisanship yaitu keberpihakan kepada suatu kekuatan politik yang duduk atau bekerja untuk menduduki kekuasaan negara. Keadaan seperti ini selain menuntut upaya pemerintah juga menimbulkan pertanyaan, sejauh mana perlindungan hukum yang dilakukan perusahaan pers terhadap wartawan? Maka menarik untuk peneliti tertarik untuk menyusun penelitian dengan judul: HUKUM DAN WARTAWAN Studi Tentang Perlindungan Hukum atas Kebebasan Pers di Tempo.co dan Kompas.com dalam Menerbitkan Artikel Berita Penelitian ini bertujuan untuk Mendeskripsikan pengakomodasian kebebasan pers di dalam artikel berita yang diterbitkan oleh media massa. Sekaligus mendsekripsikan perlindungan hukum terhadap kebebasan pers bagi Wartawan. 9 Ibid. 10 M. Bagir Manan. Kemerdekaan Pers dan Industrialisasi Media Massa. http:www.dewanpers.or.idpage opiniopini? id=63. Diunduh pada hari Jum’at, 28 September 2012 pukul 16.45 WIB.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Perlindungan Hukum Bagi Wartawan

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian 11 . Perlindungan hukum terhadap wartawan adalah perlindungan hukum terhadap kebebasan pers. Karena pada dasarnya wartawan adalah pilar utama kemerdekaan pers. Sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Peraturan Dewan Pers Nomor: 5Peraturan- DPIV2008. Pasal 8 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, menyatakan bahwa: Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum. Penjelasan pasal 8 UU Per tersebut disebutkan, yang dimaksud dengan Perlindungan Hukum diatas adalah jaminan perlindungan dari pemerintah dan atau masyarakat kepada wartawan dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dewan Pers dalam Pembukaan Peraturan Dewan Pers Nomor: Nomor: 5Peraturan- DPIV2008 menyatakan Dalam menjalankan tugas profesinya wartawan mutlak mendapat perlindungan hukum dari negara, masyarakat, dan perusahaan pers. Dibanding UU Pers, Dewan Pers menambahkan Perusahaan Pers sebagai salah satu pihak yang wajib memberi perlindungan hukum kepada Wartawan.

2. Wartawan

Menurut pasal 1 angka 4 Undang-undang no. 40 tahun 1999 tentang Pers yang selanjutnya kami sebut UU Pers “Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik ”. Peratuan Dewan Pers juga memberi definisi yang 11 Rahayu, 2009, Pengangkutan Orang, http:etd.eprints.ums.ac.id5064 diakses pada hari Selasa, 11 Juni 2013, Pukul 16.57 WIB. tidak jauh berbeda dari penjabaran UU Pers tersebut, yang menyebut wartawan sebagai “orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik berupa mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik, maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran lainnya ”. Kedua definisi diatas menegaskan bahwa unsur yang terdapat dalam pengertian wartawan adalah; orang, yang melaksanakan kegiatan jurnalistik, dan kegiatan itu dilakukan secara teratur. Pada dasarnya wartawan yang ada pada era modern, memiliki dua status yaitu sebagai pekerja worker dan profesi prefessional 12 . Praktek industrialisasi segala bidang, tidak terkecuali bidang informasi dan media yang berkembang pesat belakangan ini mendorong laju pertumbuhan perusahaan pers dan media. Hal ini memunculkan kelas wartawan sebagai buruh yang bekerja pada perusahaan pers. Wartawan secara profesional lebih mudah dipahami dibanding wartawan sebagai buruh 13 . Indah Suryati dalam teorinya menyebut wartawan adalah seorang profesional, seperti halnya dokter, bidan, guru, dosen, psikolog, atau pengacara 14 . Istilah profesional dalam persepsi kewartawanan memiliki 3 arti yaitu kebalikan dari amatir, sifat pekerjaan menuntut pelatihan khusus dan norma-norma yang mengatur perilaku dititikberatkan pada kepentingan khalayak pembaca 15 . 3. Kebebasan Pers Kebebasan Pers atau sering disebut Kemerdekaan Pers, dalam istilah Bahasa Inggris disebut Freedom of the Press. John C Nerone mendefinisikan Freedom of the Press 12 Bill KovachTom Rosentiel, 2007, The Elements of Journalism: What Newspeople Should Know and The Public Should Expect. hlm. 112 13 The World Bank, 2002, The Right to Tell: The Role of Mass Media in Economic Developments, Washington DC: World Bank Institute Diterjemahkan oleh M. Hamid, hlm. 306 14 Indah Suryawati, 2011, Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik, Bogor: Penerbit Ghalia., hlm. 86 15 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, 2006, Jurnalistik: Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm. 115