Kebebasan beragama dalam hukum Islam dan hukum positif di Indonesia : studi tentang Ratiolegis Hukum Riddah.

KEBEBASAN BERAGAMA DALAM HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF DI INDONESIA
(Studi Tentang Ratiolegis Hukum Riddah)

SKRIPSI

OLEH
Nur Rofikoh
NIM. C03213048

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam Prodi Hukum pidana Islam
SURABAYA
2017

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian studi pustaka dengan judul “Kebebasan
Beragama Dalam Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia (Studi Tentang
Ratiolegis Hukum Riddah) yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan: 1.

Bagaimana konsepsi hukum Islam tentang kebebasan beragama, 2. Bagaimana
konsepsi hukum positif di Indonesia tentang kebebasan beragama dan 3. Apa
ratiolegis hukum riddah dibalik konsep hukum Islam dan hukum positif di
Indonesia tentang kebebasan beragama.
Data ini dihimpun dengan memahami buku-buku, nash Al-Qur’an,
peraturan perundang-undangan serta karya tulis ilmiah lainnya yang berhubungan
dengan kebebasan beragama studi ratiolegis hukum riddah yang selanjutnya
diolah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif komparatif.
Hasil penelitian ini adalah dasar hukum yang digunakan untuk menjamin
kebebasan beragama yakni tertera jelas dalam nash Al-qur’an surah Al-Baqarah
ayat 256 bahwasanya tidak ada paksaan untuk memasuki agama (Islam),
sedangkan dalam hukum positif Indonesia jaminan atas kebebasan memeluk
agama terdapat dalam pasal 29 ayat (2) UUD 1945 yakni seseorang bebas untuk
memilih dan memeluk agama tertentu, bukan bebas untuk tidak beragama.
Dalam hukum Islam seseorang yang keluar dari agama Islam disebut murtad. Dan
halal darahnya untuk dibunuh. Dalam hukum pidana Islam perbuatan tersebut
masuk dalam kategori jari>mah Riddah yang dapat dijatuhi hukuman h}add yakni
hukuman mati. Yang dalam alasan hukumnya, ketentuan riddah dalam hukum
Pidana Islam adalah bertentangan secara langsung dengan semangat kebebasan
beragama. karena hal itu tidak sesuai dengan prinsip kebebasan beragama yang

secara tegas dijamin dalam surah Al-Baqarah ayat 256. Sedangkan dalam hukum
positif Indonesia, ketentuan riddah dalam hukum Islam tersebut dianggap
bertentangan dengan jiwa pasal 27 (1) UUD 1945. Meski demikian ada beberapa
pendapat bahwa dalam hukum Islam tidak semua orang keluar dari Islam dapat
dihukum bunuh, hanya orang yang keluar dari agamanya yang menimbulkan
pemberontakan, kekacauan dimuka bumilah yang dapat dihukum bunuh.
Sedangkan dalam hukum positif di Indonesia perbuatan seperti ini yakni pindah
agama satu ke agama yang lain tidaklah dikenai hukuman. Kecuali mereka yang
dalam agamanya mencela, menghina atau menista agama lain yang dapat dijatuhi
hukuman. Perbuatan tersebut diatur dalam pasal 156a KUHP tentang larangan
melakukan penyalahgunaan atau penodaan terhadap agama.
Sejalan dengan kesimpulan diatas, maka diharapkan baik aparat hukum
maupun masyarakat harus meningkatkan kinerjanya dalam mencegah dan
menyelesaikan pelanggaran hak kebebasan beragama. pemerintah beserta
masyarakat dapat bekerja sama dalam menciptakan dan menjaga kerukunan antar
umat beragama. masyarakat dapat saling menghargai dan bertoleransi terhadap
masyarakat penganut agama lain.

v


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ...............................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN ..............................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................

iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ..........................................................................

iv

ABSTRAK ............................................................................................................


v

PERSEMBAHAN .................................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

viii

MOTTO ................................................................................................................

x

DAFTAR ISI....................................................................................................... ..

xi

TRANSLITERASI ...............................................................................................


xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................

1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................

6

C. Batasan Masalah ..............................................................................

7

D. Rumusan Masalah ............................................................................

7


E. Kajian Pustaka .................................................................................

7

F. Tujuan Penelitian .............................................................................

10

G. Kegunaan Hasil Penelitian ..............................................................

10

H. Definisi Operasional ........................................................................

12

I. Metode Penelitian ............................................................................

13


J. Sistematika Pembahasan .................................................................

16

BAB II KONSEP KEBEBASAN BERAGAMA DALAM HUKUM PIDANA
ISLAM
A. Kebebasan Beragama Dalam Islam .................................................

18

1. Kebebasan Beragama .................................................................

18

2. Hak Beragama Dalam Islam ......................................................

20

xi


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Konversi (berpindah) Agama dalam Pandangan Hukum Islam ......

22

1. Konversi Agama ........................................................................

22

2. Cara Dakwah Yang Benar Menurut Islam ................................

26

a. Dakwah Adalah Mengajak...................................................

26

b. Dakwah Adalah Menyampaikan..........................................


27

c. Dakwah Adalah Memperingatkan .......................................

28

d. Dakwah Bukan Memaksa dan Menguasai ...........................

29

e. Dakwah Bukan Mencela Agama Lain .................................

30

3. Kebebasan Berpindah Agama ....................................................

32

4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Orang Islam Berpindah Agama
....................................................................................................


35

C. Riddah dalam Konsepsi Hukum Pidana Islam .................................

37

1. Pengertian Hukuman .................................................................

37

2. Jari>mah H}udu>d ...........................................................................

38

3. Macam-macam Jari>mah H}udu>d .................................................

39

4. Macam-macam Jari>mah Ta‘zi>r ..................................................


40

5. Macam-macam Hukuman Ta‘zi>r ...............................................

40

6. Hukuman Riddah .......................................................................

41

D. Ratio Legis Hukum Riddah dalam Hukum Pidana Islam ...............

45

BAB III KONSEP KEBEBASAN BERAGAMA DALAM HUKUM
POSITIF INDONESIA
A. Kebebasan Beragama di Indonesia ..................................................

51

1. Kebebasan di Indonesia .............................................................

51

2. Pluralitas Agama di Indonesia ...................................................

52

B. Problema-problema Keagamaan di Indonesia .................................

54

1. Kerukunan Umat Beragama ......................................................

54

2. Toleransi Beragama di Indonesia ..............................................

56

C. Jaminan Beragama Berdasarkan Hukum Indonesia ........................

60

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

D. Ratio Legis Tidak Adanya Sanksi Hukum Riddah Dalam
Hukum Positif di Indonesia .............................................................

70

BAB IV KOMPARASI KONSEP HUKUM ISLAM DAN HUKUM
POSITIF DI INDONESIA TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA
DALAM STUDI RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH
A. Persamaan Konsep Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia
Tentang Kebebasan Beragama ........................................................

75

B. Perbedaan Konsep Hukum Islam da Hukum Positif di Indonesia
Tentang Kebebasan Beragama ........................................................

78

C. Ratiolegis Hukum Riddah Dibalik Konsep Hukum Islam dan Hukum
Positif di Indonesia tentang Kebebasan Beragama ............................. 80
D. Kekurangan dan Kelebihan Ratiolegis Hukum Riddah dibalik Konsep
Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia Tentang Kebebasan
Beragama ............................................................................................. 84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................

86

B. Saran ................................................................................................

88

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dunia Islam yang saat ini terdiri lebih dari satu milyar jiwa yang
menempati wilayah yang membentang dari samudra Atlantik hingga
Pasifik, dan yang sekarang mulai menanamkan akarnya serta menyebar di
Eropa dan Amerika, merupakan suatu potensi yang sangat besar untuk
menjadikan kalimah Tuhan tegak di dunia. Tetapi sayang, baik bagi
dirinya sendiri maupun bagi dunia, ia masih jauh dari tahap
mengembangkan atau mengerahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya
untuk menegakkan agama Allah.1
Di dalam masyarakat manusia mengadakan hubungan satu sama
lain, mengadakan kerjasama, tolong-menolong, bantu-membantu untuk
memperoleh keperluan hidupnya. Akan tetapi acapkali pula kepentingankepentingan itu berlainan bahkan ada juga yang bertentangan, sehingga
dapat menimbulkan pertikaian yang mengganggu keserasian hidup
bersama. Dalam hal ini orang atau golongan yang kuat menindas orang
atau golongan yang lemah untuk menekankan kehendaknya. Apabila
ketidak seimbangan perhubungan masyarakat yang meningkat menjadi
perselisihan itu dibiarkan, mana mungkin akan timbul perpecahan dalam
masyarakat. Oleh karena itu dalam masyarakat yang teratur, manusia atau
1

Ismail Raji al-Faruqi, tauhid, (Bandung: Balai Pustaka, 1988), 158.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

anggota masyarakat itu harus memperhatikan kaedah-kaedah, normanorma ataupun peraturan-peraturan hidup tertentu yang ada dan hidup
dalam masyarakat di mana ia hidup.2
Kebebasan manusia merupakan salah satu dari berbagai nilai
mulia yang juga merupakan tujuan utama dari maqa>s}id shari>‘ah. Bahkan
bisa jadi secara khusus, yang fungsi paling penting untuk adanya iman
dan tauhid adalah membebaskan manusia dari penghambaan kepada
sesama mahkluk dan membebaskannya dari khurafat-khurafat serta dari
bentuk-bentuk penyembahan berhala (watsaniyayah) lainnya, dan
menyampaikannya kepada Allah, dalam arti tidak ada yang ditakuti selain
Allah, tidak meminta pertolongan kecuali hanya kepada Allah, dan
menyerahkan dirinya secara total kepadanya. Dengan demikian, Allah
menjelaskan bahwa penyembahan dan penghambaan manusia kepadanya
adalah merupakan pembebasan dan kemuliaan, bukan malah merendahkan
derajat kemanusiaan dan menghinakannya. 3
Islam sebagaimana diketahui, merupakan sebuah nama untuk
suatu agama. Nama tersebut berbeda dengan penyebutan agama-agama
lain, seperti Kristen, Hindu dan Konfusianisme yang dialamatkan kepada
pembawa ajaran agamanya. Penamaan Islam adalah langsung dijelaskan
sendiri oleh sumber ajarannya, Al-Qur’an. Sedangkan para penganut

2
C.S.T. kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1989), 33.
3

Thaha Jabir Al-Ilwany, Tidak Ada Paksaan Dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), 108.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Islam disebut sebagai muslim, artinya orang yang mempunyai misi
perdamaian dengan tuhan dan sesama manusia karena kata Islam itu
secara esensial berarti masuk dalam perdamaian. Inilah makna Islam
dilihat dari sudut bahasa, sekaligus mencerminkan maknanya mengenai
hakikat agama tersebut. Karena misi perdamaian yang disebarkan ini,
maka di dalam Al-Qur’an dan uraian tafsir Al-Qur’an sering dinyatakan
bahwa Islam adalah agama yang mengutamakan kelembutan dan anti
kekerasan. 4
Meskipun Islam memberikan kebebasan beragama, namun jika ada
seorang muslim yang ingin keluar dari Islam, maka sejatinya ia sedang
tersesat dari jalan yang benar setelah sebelumnya ia mendapat hidayah.
Orang seperti ini harus diselamatkan, ia harus diingatkan akan kebenaran
Islam dan kesesatan ajaran selain Islam. Jika ia bersedia kembali ke
pelukan Islam, berarti ia telah diterangi cahaya kebenaran, dan dijauhkan
dari suram dan gelapnya kesesatan. Namun jika ia tetap memilih berada
di jalan kesesatan, setelah sebelumnya ia dinaungi hidayah, berarti ia
telah memilih siksa Allah di dunia dan akhirat.5

4

Ahmad Choirul Rafiq, ”Fenomena Murtad Dalam Masyarkat Islam Awal Implikasi Perang
Riddah Terhadap Kebebasan Beragama Dalam Islam”, At-Tahrir Jurnal Pemikiran Islam, No 2
(Juli, 2009), 146.
5

Abu
Furqon
al-Banjary,
“Meniti
Jalan
Para
Ulama”,
dalam
https://abufurqan.wordpress.com/2013/03/02/pandangan-islam-tentang-berpindah-agama.html,
diakses pada 26 Maret 2017.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 217:6

         
          
 
Artinya:
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia
mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya
di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.
Berkaitan dengan ayat tersebut, dalam penerapan ketentuan-

ketentuan mengenai murtad terkesan bertentangan dengan misi Islam
sendiri. Diantara fakta yang terlihat adalah peristiwa perang riddah yang
terjadi pada masa khalifah Abu Bakar.7

Riddah dalam ajaran Islam merupakan bentuk konversi agama dari
agama islam ke agama lain dan termasuk dalam kategori kufur yang
dalam hukum fiqh klasik diancam dengan hudud mati. Ungkapan ini
mengindikasikan bahwa seseorang yang telah melakukan riddah maka

6

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 1, ( Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 318.

7

Ibid., 148.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

akan termasuk kepada golongan kufur dan dalam konteks fiqh klasik ia
akan mendapat konsekuensi sanksi dihukum mati.8
Kebebasan beragama dalam konteks Indonesia diatur dalam
undang-undang sebagai “bebas untuk memilih dan memeluk agama
tertentu”, “bukan bebas untuk tidak beragama”, karena Indonesia adalah
negara Pancasila yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa.
Secara empirik, kebebasan beragama di Indonesia belum berjalan dengan
baik, terbukti masih ada agama yang dilarang karena dianggap “sesat”.
Masih terjadi tindak kekerasan oleh satu agama/ aliran terhadap agama/
aliran yang lain. Kasus pelarangan terhadap aliran agama yang diangap
sesat, seperti Ahmadiyah dan aliran keagamaan yang lain oleh pemerintah
menunjukkan hal ini, demikian pula sekelompok umat yang melakukan
tindak kekerasan dan pengerusakan tempat-tempat ibadah terhadap
agama/ aliran lain juga merupakan bukti empirik akan adanya
pelanggaran HAM tersebut.9
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk
mengangkat masalah ini ke dalam skripsi. Karena seperti diketahui,
banyak kasus pelanggaran prinsip kebebasan beragama yang terus
bermunculan. Di tengah

arus kencang demokratisasi, pemasungan

kebebasan beragama justru makin marak. Aktualisasinya beragama, mulai

8

Rosdiana, “Riddah Dan HAM Dalam Tinjauan Hukum Islam”, Fenomena Jurnal Penelitian

STAIN Jember, No 1 (Maret, 2005), 56.
9

M. Zainuddin, “Kebebasan Beragama Dan Demokratisasi di Indonesia”, El-Harakah, No. 2, Vol.
11 ( Mei-Juli, 2009), 95.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

dari ceramah atau tulisan bernada menghujat kelompok tertentu.
Penutupan rumah ibadah, aksi bersenjata, penyerbuan massal, intimidasi
fisik dan psikologis, serta pemaksaan mengikuti aliran agama utama
hingga terbitnya fatwa-fatwa keagamaan yang justru dianggap intoleran.
Oleh karenanya, diskursus konsep kebebasan beragama di
indonesia perlu diapresiasikan dan didalami, baik itu dalam hal
perkembangan wacana dan praktik kebebasan beragama di Indonesia,
maupun dalam pemikiran tokoh intelektual yang konsern dalam bidang
ini. Maka disini penulis bermaksud mengkaji secara ilmiah mengenai
“KEBEBASAN

BERAGAMA

DALAM

HUKUM

ISLAM

DAN

HUKUM POSITIF DI INDONESIA (STUDI TENTANG RATIOLEGIS
HUKUM RIDDAH”.

B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari uraian pada latar belakang masalah di atas, penulis
mengidentiikasi beberapa masalah yang timbul sebagai berikut:
1. Maraknya penyimpangan terhadap agama
2. Kewajiban melindungi agama
3. Pendapat para ulama tentang pindah agama dan kebebasan beragama
4. Dasar hukum kebebasan beragama
5. Sekilas tentang hak asasi manusia HAM (Kebebasan Beragama)
6. Pandangan hukum Islam dan hukum positif di Indonesia tentang
kebebasan beragama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan juga bertujuan agar
permasalahan ini dikaji dengan baik, maka penulis membatasi penulisan
karya ilmiah dengan batasan:
1. Konsep hukum Islam tentang kebebasan beragama
2. Konsep hukum positif di Indonesia tentang kebebasan beragama
3. Ratiolegis dibalik konsep hukum Islam dan hukum positif di
Indonesia tentang kebebasan beragama.

D. Rumusan Masalah
Dengan memahami serta mempertimbangkan dasar pemikiran
yang tertuang dalam latar belakang masalah tersebut maka diperlukan
adanya rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Konsep hukum Islam tentang kebebasan beragama?
2. Bagaimana konsep hukum positif di Indonesia tentang kebebasan
beragama?
3. Apa ratiolegis dibalik konsep hukum Islam dan hukum positif di
Indonesia tentang kebebasan beragama?

E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pembahasan dan
topik yang akan diteliti dengan penelitian yang sejenis yang mungkin

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya sehingga diharapkan tidak ada
pengulangan materi secara mutlak. Dalam penelusuran awal, sampai saat
ini penulis menemukan penelitian atau tulisan yang sedikit kemiripan
dalam penelitian yang dilakukan penulis, diantaranya yaitu penelitian :
Skripsi

Lilik

Mutamina,

yang

berjudul

“KEBEBASAN

BERAGAMA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PANDANGAN
ISLAM”. Penelitian tersebut fokus membahas tentang jaminan dasar akan
kebebasan beragama dalam konteks islam serta implikasi dari kebebasan
beragama terhadap plurilitas agama yakni sikap saling mempercayai dan
saling menghormati kepada pemeluk agama lain. Yang bisa dilakukan
dengan berbagai metode pendekatan, seperti sikap toleransi, dialog antar
umat beragama, mewujudkan sikap pluralisme agama, kerja sama di
bidang sosial, politik dan lain sebagainya.10
Skripsi Safa’ah, yang berjudul “KEBEBASAN BERAGAMA
DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (SUATU KAJIAN TAFSIR
TEMATIK)”. Penelitian tersebut fokus membahas tentang prinsip
kebebasan beragama dan konsekuensi logis kebebasan beragama bagi tata
interaksi sosial, yang merupakan hak penting, di jaga dan di jamin oleh
Al-Qur’an.11

10

Lilik Mutamima, “Kebebasan Beragama dan Implementasinya Dalam Pandangan Islam”
(Skripsi—IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2005).

11

Safa’ah, “Kebebasan Beragama Dalam Perspektif Al-Qur’an (Suatu Kajian Tafsir Tematik)”
(Skripsi—IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2000).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Skripsi

Syamsul

Mahmud,

yang

berjudul

“WACANA

KEBEBASAN BERAGAMA DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN TAFSIR
MAUDLU’I)”. Penelitian tersebut fokus membahas tentang makna
tafsiran

ayat-ayat

Al-Qur’an

tentang

kebebasan

manusia

untuk

menentukan pilihan terhadap agama dan implikasi kebebasan beragama
terhadap pluralitas agama yang mana penulis hanya memaparkan dua
metode pendekatan yang saat ini sangat penting dan mendesak untuk bisa
diwujudkan ke dalam realitas masyarakat plural. Yakni pendekatan
metode yang bisa ditempuh dalam rangka menciptakan keterbukaan dan
keakraban antar umat beragama.12
Tesis Herfin Fahri, yang berjudul “HADD AL-RIDDAH DALAM
KONTEKS KEBEBASAN BERAGAMA”. Penelitian tersebut fokus
membahas tentang hukuman riddah dalam perspektif ulama Islam dalam
konteks kebebasan beragama. Yang mana menurut kaum konservatif
kebebasan beragama dan hak untuk pindah agama dan kepercayaan
bertentangan dengan tradisi Islam. Apostasi (riddah), dalam pandangan
mereka menghadirkan satu bahaya yang dapat manjauhkan seorang
muslim dari agama Islam. Menurut Yusuf al-Qardawi, orang yang berbuat

riddah harus dibedakan kepada dua hal: orang murtad yang tidak
mengajak orang lain untuk berbuat riddah (diam) dan orang murtad yang
mengajak orang lain untuk berbuat riddah. Jika termasuk pada ke dalam

12

Syamsul Mahmud, “Wacana Kebebasan Beragama Dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Maudlu’i)”
(Skripsi—IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2001).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

golongan pertama, orang murtad tidak berhak dibunuh. Karena masuk ke
dalam kebebasan seseorang untuk memeluk agama yang diyakininya
sebagai kebenaran.13

F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai penulis antara lain:
1. Untuk mengetahui konsep hukum Islam tentang kebebasan beragama
2. Untuk mengetahui konsep hukum positif di Indonesia tentang
kebebasan beragama
3. Untuk mengetahui ratiolegis dibalik konsep hukum Islam dan hukum
positif di Indonesia tentang kebebasan beragama

G. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Secara Teoritis (Keilmuan)
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan
pemikiran bagi mahasiswa fakultas Syariah khususnya prodi Hukum
Pidana Islam dan sebagai bahan informasi pendahuluan yang penting bagi
peneliti yang mungkin mirip di masa mendatang, atau sebagai bahan
informasi pembanding bagi peneliti lama yang serupa namun berbeda
sudut pandang. Serta berfungsi juga sebagai tambahan literatur

13

Herfin Fahri, “Hadd al-Riddah Dalam Konteks Kebebasan Beragama” (Tesis–IAIN Sunan
Ampel, Surabaya, 2011).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya. Serta dapat juga dijadikan
bahan acuan dan landasan pemahaman dalam pengembangan ilmu
pengetahuan pada penelitian berikutnya tentang hal-hal yang berkenaan
dengan kebebasan beragama dalam hukum Islam dan hukum positif di
indonesia (Studi tentang ratiolegis hukum riddah). Baik dalam segi
pengertian, perbandingan serta analisis pembahasan.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai inspirasi dan
alternatif pencegahan bagi masyarakat untuk berhati-hati dalam
melakukan tindakan pelanggaran hak asasi manusia atas kebebasan
beragama. Serta memberikan wawasan dan pengetahuan bagi pembaca
mengenai kebebasan beragama dalam hukum islam dan hukum positif di
indonesia. Dan diharapkan dapat dijadikan landasan bagi para penegak
hukum untuk menjalankan tugasnya agar sesuai dengan prinsip-prinsip
dalam islam dengan memperhatikan bentuk kemaslahatan yang
mengandung lima unsur jaminan dasar yaitu keselamatan agama,
keselamatan jiwa, keselamatan akal, keselamatan keluarga dan keturunan
serta keselamatan harta benda.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

H. Definisi Operasional
Adapun untuk mempermudah pemahaman serta terhindar dari
salah pengertian terhadap istilah dalam penelitian ini, maka perlu
dijelaskan sebagai berikut :
1. Kebebasan

Beragama

mendukung kebebasan individu

adalah
atau

prinsip
masyarakat,

yang
untuk

menerapkan agama atau kepercayaan dalam ruang pribadi atau umum.
Kebebasan beragama termasuk kebebasan untuk mengubah agama dan
tidak menurut setiap agama. Dalam negara yang mengamalkan
kebebasan beragama, agama-agama lain bebas dilakukan dan ia tidak
menghukum atau menindas pengikut kepercayaan lain yang lain dari
agama resmi.14
2. Hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah
dan sunnah Rasul tentang tigkah laku manusia mukallaf yang diakui
dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama
Islam.15
3. Hukum positif di Indonesia adalah kumpulan asas dan kaidah hukum
yang tertulis yang pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara
umum atau khusus dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau
pengadilan dalam negara Indonesia. Hukum dapat diklasifikasi

14

Wikipedia
bahasa
Indonesia,
“ensiklopedia
bebas”,
https://id.wikipedia.org/wiki/Kebebasan_beragama. html, diakses pada 26 Juli 2017.

15

dalam

Fatthurrahman djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 12.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

kedalam berbagai macam pengelompokan, yang antara lain dilihat
dari segi sumbernya, bentuknya, isi materinya dan lain sebagainya.16
4. Ratiolegis adalah pertimbangan hukum berdasarkan alasan hukum.17
Riddah adalah keluar dari islam menjadi kafir (sesudah beriman), baik
dengan niat, ucapan atau perbuatan yang menyebabkan seseorang
dikategorikan kafir.18

I. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah metode yang akan diterapkan dalam
penelitian yang akan dilakukan, memakai metode pendekatan bersifat
yuridis normatif (legal research).

19Agar

penelitian ini berjalan dengan

lancar serta memperoleh hasil yang dapat diperpanjang jawaban, maka
penelitian ini perlu menggunakan suatu metode tertentu, yaitu metode
yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian pustaka (library

research), yaitu penelitian yang menekankan sumber informasinya
dari buku-buku hukum, buku-buku kebebasan beragama, jurnal dan
literatur yang berkaitan atau relevan dengan objek penelitian.
16
I Gde pantja astawa, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundang – undangan di Indonesia,
(Bandung: Alumni, 2008), 49.
17

I.P.M Rauhandoko, Terminologi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), 475.

18

Saleh dan Hasan, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers,2008),
462.
19

Bambang Wahyu, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), 17.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan adalah diskriptif Komparatif,
dimana penulis akan menguraikan secara sistematis mengenai
kebebasan beragama dalam hukum Islam dan hukum positif di
Indonesia melalui studi tentang ratiolegis hukum riddah.
3. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu
penelitian tentang riset yang bersifat deskripstif dan cenderung
menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektf subjek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.20 Mengacu kepada tujuan
penelitian yang dikemukakan, penelitian membutuhkan suatu kajian
yang mendalam untuk memperoleh gambaran yang rinci yang
berkaitan dengan objek yang diteliti. Pendekatan yang paling sesuai
untuk menunjang kebutuhan ini adalah metode komparatif.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah riil yang sangat
dibutuhkan sehubungan dengan referensi yang sesuai dengan objek.
Dalam penyusunan penelitian ini dilakukan langkah-langkah data
sebagai berikut:
a. Sumber Primer
Bahan primer dalam penulisan ini yaitu menggunakan bahan
yang diambil dari hukum positif Indonesia yang diambil dari UUD
20

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 4.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

1945 tentang kebebasan beragama, DUHAM (Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia, UU Penyalahgunaan atau penodaan agama pasal
156a yang termasuk delik agama, dan hukum

Islam tentang

kebebasan beragama.
b. Sumber Sekunder
Adapun bahan sekunder adalah bahan yang diambil dari bukubuku literatur yaitu pengalian bahan-bahan pustaka yang berhubungan
dengan bahasan masalah kebebasan beragama. Bahan-bahan pustaka
yang digunakan di sini adalah buku-buku yang ditulis oleh para pakar
atau ahli hukum terutama dalam bidang hukum positif dan hukum
islam yang berhubungan dengan tema judul yang diangkat penulis,
yaitu buku-buku yang berhubungan tentang kebebasan beragama.
5. Teknik Analisis Data
Dalam rangka mempermudah penulisan penelitian ini, penulis
menggunakan metode komparatif, yaitu melakukan perbandingan
antara konsep hukum kebebasan beragama dalam hukum islam dan
hukum positif di indonesia melalui studi tentang ratiolegis hukum
Riddah. Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.21

21

Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi, Penelitian Hukum (Legal Research), (Jakarta: Sinar
Grafika, 2014), 131.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Study

komparatif

juga

memiliki

kekhasan

yang

membedakannya dengan metode lainnya. Pertama, terdapat isu-isu
yang diangkat memiliki kelayakan untuk dibandingkan, namun hal ini
juga menyesuaikan dengan kemampuan peneliti untuk menjelaskan
argumentnya. Kedua, variabel-variabel yang diangkat memiliki
hubungan sehingga ditemukan perbandingannya. Ketiga, study
komparatif

adalah

studi

anti-contimguty

yang

yaitu

tidak

berkelanjutan. Studi ini hanya mencari perbandingan dari setiap fakta
dan tidak sebagai studi berkelanjutan.

J. Sistematika Pembahasan
Agar memudahkan dalam pembahasan dan mudah dipahami, maka
pembahasannya

dibentuk

dalam

bab-bab

yang

masing-masing

mengandung sub bab, sehingga tergambar keterkaitan yang sistematis.
penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab Kesatu

: Menguraikan alasan dan ketertarikan penulis dalam

meneliti masalah ini, gambaran secara keseluruhan skripsi, seperti yang
terdapat di dalam latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan
hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab Kedua

: Dalam bab ini penulis menguraikan tentang kebebasan

beragama dalam pandangan hukum Islam, meliputi: a) Kebebasan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

beragama dalam Islam, b) Koversi pindah agama, c) Riddah dalam
konsepsi hukum pidana Islam, d) Ratiolegis hukum riddah dalam hukum
pidana Islam.
Bab Ketiga

: Dalam bab ketiga penulis menguraikan tentang kebebasan

beragama di Indonesia, meliputi: a) Kebebasan beragama di Indonesia, b)
Problem keagamaan di Indonesia, c) Jaminan beragama berdasarkan
hukum Indonesia, d) Ratiolegis hukum riddah dalam hukum Indonesia.
Bab Keempat :

Dalam

bab

ini

menjelaskan

mengenai

analisis

pembahasan yang meliputi: a) Analisis persamaan dan perbedaan
mengenai konsep kebebasan beragama dalam hukum Islam dan hukum
positif di Indonesia, b) Analisis ratiolegis dibalik konsep hukum Islam
dan hukum positif di Indonesia tentang kebebasan beragama.
Bab Kelima

: Bab ini merupakan bagian akhir yaitu penutup dari isi

keseluruhan skripsi dan meliputi kesimpulan yang merupakan jawaban
pokok, serta saran yang sesuai dengan topik yang dibahas.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KONSEP KEBEBASAN BERAGAMA
DALAM HUKUM PIDANA ISLAM

A. Kebebasan Beragama Dalam Islam
1. Kebebasan Beragama
Setiap agama memiliki karakter penyebarluasannya masing-masing.
Dimulai dari perseorangan dan berusaha untuk mengajak serta
meyakinkan orang lain tentang kebenaran yang diyakininya serta manfaat
dan keindahan nilai-nilai yang ia kemukakan. Oleh karenanya, harus ada
kebebasan hati nurani, kebebasan agama, kebebasan pendapat dan
menyatakan perasaan, termasuk juga kebebasan untuk berganti agama
dan mewujudkannya didalam pengajaran, pengamalan, persembahan dan
peribadatan, dan juga kebebasan untuk mencari, menerima dan
menyampaikan informasi serta gagasan-gagasan melalui media manapun
tanpa menghiraukan batas-batas.1
Islam tidak memaksa seseorang untuk masuk ke dalamnya, juga
keluar dari agamanya ke dalam agama tertentu. Karena, iman yang benar
adalah yang berdasarkan atas pilihan dan sukarela. Namun, Islam tidak
menerima agama dijadikan mainan di mana orang bisa masuk ke
dalamnya hari ini, kemudian keluar keesokan harinya.2

1

M. Zafrullah Khan, Islam dan HAM, (Jakarta: Arista Brahmatyasa, 1994), 119.

2

Yusuf Qardhawi, Hukum Murtad Tinjauan Al-Qur’an dan As-Sunnah, (Penerjemah Irfan Salim
dan Abdul Hayyie Al-Kattanie) (Jakarta: Gema Insani, 1998), 60.
18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Keimanan adalah masalah hati nurani dan tidak bisa dipaksakan
oleh siapapun. Seseorang bisa saja dipaksa untuk mengatakan bahwa ia
percaya, akan tetapi tidak ada suatu apapun yang bisa memaksakannya
untuk benar-benar percaya. Kebenaran ini dikemukakan oleh Al-Qur’an
dalam surah Al-Baqarah ayat 256 sebagai berikut:3

             
           
 
Artinya:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) Sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu
Barangsiapa yang ingkar kepada t}ag> hut dan beriman kepada Allah,
Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui.
Jika tidak dibolehkannya memaksakan suatu agama ialah karena
manusia dianggap sudah mampu dan harus diberi kebebasan untuk
membedakan dan memilih sendiri mana yang benar dan mana yang salah.
Dengan kata lain, manusia kini dinggap telah dewasa sehingga dapat
menentukan sendiri jalan hidupnya yang benar, dan tidak perlu lagi
dipaksa-paksa seperti seorang yang belum dewasa. Sebagai Rasul
penutup, Nabi Muhammad membawa dasar-dasar pokok ajaran yang terus
menerus dapat dikembangkan untuk segala zaman dan tempat. Maka
sekarang terserah kepada manusia yang telah “dewasa” itu untuk secara
3

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 1, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 380.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

kreatif menangkap pesan dalam pokok ajaran Nabi penutup itu dan
memfungsikannya dalam hidup nyata mereka.
Para ahli mencatat bahwa pelembagaan prinsip kebebasan beragama
itu dalam sejarah umat manusia, yang pertama kali ialah yang dibuat oleh
Rasulullah saw. Sesudah beliau hijrah ke Madinah dan harus menyusun
masyarakat majemuk (plural) karena menyangkut unsur-unsur non
Muslim. Sekarang prinsip kebebasan beragama itu telah dijadikan salah
satu sendi sosial politik modern.4
2. Hak Beragama Dalam Islam
Hak untuk beragama dan berkepercayaan merupakan persoalan
krusial dalam agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan. Masalah ini
terus mengundang perdebatan dikalangan kaum agamawan, tak terkecuali
di kalangan ulama muslim bahkan kaum awam. Fitrah bertuhan adalah
doktrin utama dalam Islam dan hal ini diakui oleh semua muslimin mana
pun. Namun satu hal yang urgen dalam konteks ini ialah bahwa
pembicaraan tentang hak-hak asasi memfokuskan diri pada persoalan
eksistensi manusia setelah dilahirkan ke bumi, berkembang menjadi
dewasa dengan akal pikiran yang dipandang cukup untuk menentukan
pilihan atas tindakannya.
Islam sebagai agama universal diyakini mengandung berbagai
prinsip tentang hak asasi, meskipun hak-hak itu sendiri belum atau tidak
diberi nama HAM, karena pada masa awal Islam ditempatkan
4

Nurcholish Madjid, Pintu Pintu Menuju Tuhan, (Jakarta: Paramadina, 1995), 218.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

kelahirannya, HAM termasuk wilayah “yang tak terpikirkan”. Kendati
demikian, bila merujuk pada Al-Qur’an membawa kesimpulan bahwa

shari>‘ah Islam menempatkan manusia dalam kedudukan yang terhormat.5
Di antara konsep yang relevan dengan HAM adalah rumusan fukaha
tentang maqa>s}id shari>‘ah (tujuan shari>‘ah). Berdasarkan analisis fukaha,
bahwa Allah dan Rasul-Nya (Shari>‘) membuat syariah dengan beberapa
tujuan, yaitu (1) untuk memelihara agama (h}ifz} al-di>n), (2) akal (h}ifz} al-

‘aql), (3) jiwa (h}ifz} al-nafs), (4) keturunan (h}ifz} al-nasl), dan (5)
memelihara harta (h}ifz}-ma>l).
Dilihat dari perspektif HAM, kelima aspek tujuan shari>‘ah tersebut
dapat dimaknai sebagai berikut:

a. H>}ifz} al-di>n berarti hak untuk beragama dan berkepercayaan, serta
mengamalkan ajaran sesuai dengan agama dan kepercayaan itu. Selain
itu, berarti pula bahwa setiap orang berkewajiban memelihara dan
melindungi hak orang lain untuk beragama dan berkepercayaan sesuai
dengan pilihannya.
b. H>}ifz} al-‘aql berarti hak untuk memelihara dan mengembangkan akal
pemikiran. Termasuk dalam pengertian ini adalah hak memperoleh
pendidikan, hak berpendapat dan mengekspresikan hasil pendidikan
serta hak mendapatkan perlindungan atas sebagai hasil karya dan
kreativitas intelektual lainnya.

5

Adang Djumhur Salikin, Reformasi Syariah dan Ham Dalam Islam, (Yogyakarta: Gama Media,
2004), 164.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

c. H}ifz} al-nafs adalah hak mendapatkan perlindungan keselamatan jiwa.
Ini berarti bahwa setiap orang berhak untuk hidup dan memperoleh
kehidupan yang layak, mendapatkan jaminan kesehatan, keamanan,
dan kesejahteraan.
d. H}ifz} al-nasl berarti hak untuk berkelauarga, hak memperoleh
keturunan (reproduksi), hak bertempat tinggal yang layak, serta hak
memperoleh perlindungan kehormatan.
e. H}ifz} al-ma>l adalah hak untuk memperoleh usaha dan upah yang layak,
memperoleh jaminan perlindungan atas seluruh hak miliknya dan
kebebasan mempergunakannya untuk keperluan dan kesejahteraan
hidupnya.

B. Konversi (Berpindah) Agama dalam Pandangan Hukum Islam
1. Konversi agama

Religious Conversion secara umum dapat diartikan dengan merubah
agama maupun masuk agama. Pengertian konversi agama menurut
etimologi Konversi berasal dari kata latin “Conversio” yang berarti:
tobat, pindah, berubah (agama). Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam
kata bahasa Inggris “Conversion” yang mengandung pengertian: berubah
dari suatu keadaan, atau dari suatu agama keagama lain (change from one

state, or from one religion, to another).6

6

Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1989), 53.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Setiap agama memiliki karakter penyebarluasannya masing-masing.
Dimulai dari perseorangan dan berusaha untuk mengajak serta
meyakinkan orang lain tentang kebenaran yang diyakininya serta manfaat
dan keindahan nilai-nilai yang ia kemukakan.
Sisi lain dari keistimewaan dan ciri khas shari>‘at Islam adalah
kedatangannya

yang

bertujuan

menyempurnakan

shari>‘at-shari>‘at

terdahulu. Sekaligus menutup dan mengawasinya. Dikatakan sebagai
pelengkap karena shari>‘at Islam mampu merangkum dakwah-dakwah para
nabi dan rasul terdahulu, serta menambahinya dengan perangkat hukum
yang paripurna dan abadi.7
Dalam hal ini, Al-Qur’an sendiri dalam beberapa ayatnya telah
mengungkapkan bahwa Allah SWT men-shari>‘at-kan agama sebelum
Islam yang pernah diwasiatkan-Nya ke pada nabi dan rasul-rasul sebelum
Rasulullah saw, dan menyuruh umat Islam untuk beriman kepada mereka
dan juga kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka. Berikut ini
ada beberapa ayat yang menerangkan hal itu.
Allah berfirman dalam surah Asy-Syura ayat 13 yang berbunyi:8

            
             

7

Abdullah Nashih Ulwan, Islam Syariat Abadi, (Penerjemah Jamaluddin Saiz) (Jakarta: Gema
Insani Press, 1996), 43.
8

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 9, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 33.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

             

Artinya:
Dia telah men-shari>‘at-kan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya.
Sebagaimana sudah dimaklumi bersama bahwa risalah-risalah
semua nabi sejajar atau sepakat dengan asas-asas berikut ini:
a. Sepakat atas keesaan Allah dan kesucian-Nya dari sekutu atau
keserupaan dengan makhluk.
b. Sepakat atas iman kepada malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul,
dan hari kiamat.
c. Sepakat mendidik jiwa manusia, memperbaiki, dan menghiasinya
dengan perangai-perangai yang luhur.
d. Sepakat beribadah kepada Allah SWT dan membebaskan manusia dari
mengambil makhluk-makhluk sebagai tuhan selain Allah.
e. Sepakat mengeksiskan kedamaian, keamanan, dan cinta kasih serta
beramar ma’ruf dan bernahi munkar di tengah-tengah umat manusia.

Shari>‘at Islam pun dikatakan sebagai pelindung karena cakupannya
meliputi dakwah-dakwah para nabi dan rasul terdahulu, sekaligus
melengkapinya dengan perangkat-perangkat hukum yang paripurna dan
abadi.
Beranjak dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa semua orang
yang kepadanya telah sampai dakwah Islam wajib mengimaninya, dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

juga wajib mengiltizami perintah-perintah Allah tanpa memandang
agama, bangsa, maupun warna kulitnya, khususnya para ahli kitab,
sebagaimana Allah tegaskan dalam firman-Nya Surat Al-Imran ayat 85
yang berbunyi:9

            

Artinya:
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat
Termasuk orang-orang yang rugi.
Setiap agama datang membawa risalah. Para pembawa risalah itu
adalah rasul dan nabi yang mendapatkan tugas khusus melakukan
penyebaran. Pesan-pesan dan ajaran-ajaran itu disampaikan melalui
berbagai cara sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
Inti dari semua upaya itu adalah misi. Penyampaian dan penyebaran
risalah-risalah agama itu dikenal dengan aktivitas dakwah dalam Islam,
atau missionari dalam agama Kristen utamanya. Rentangan sejarah dua
agama ini dipenuhi dengan perluasan atau ekspansi wilayah atas nama
kepentingan ekonomi dan politik, yang pada akhirnya diniatkan atau
tidak, secara langsung atau tidak langsung, secara terang-terangan
maupun tersembunyi.10

9

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 1, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 545.

10

Zakiyuddin Baidhawi, Kredo Kebebasan Beragama, (Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2005),
58.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Para pakar sejarah menyatakan bahwa Islam sendiri bukan agama
pedang, dalam arti proses penyebarannya tidak didukung oleh mekanisme
perang. Perang-perang dalam Islam merupakan bentuk pertahanan diri
dari serangan bangsa lain, dan bukan didorong oleh motif-motif
keagamaan. Proses penyebaran misi dan dakwah agama dalam pandangan
Islam tumbuh dari alusi-alusi Al-Qur’an dan Sunnah Nabi berkenaan
dengan

kewajiban

untuk

“menyampaikan”.

Sebagaimana

Nabi

Muhammad saw. Menganjurkan agar “seseorang yang hadir dalam suatu
majelis ilmiah menyampaikan pengetahuan yang diperolehnya kepada
mereka yang tidak hadir”.
2. Cara dakwah yang benar menurut Islam.
Etika berdakwah dalam konteks menghargai dan menghormati hak
asasi individu untuk

beragama atau berkepercayaan

merupakan

keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Berikut ini beberapa
diktum mengenai etika dakwah dalam perspektif qura’anik.11
a. Dakwah Adalah Mengajak
Perebutan kepentingan dan pengaruh agama-agama missionaris
atas umat dakwah maupun ijabah, kadang mengarah kepada kegiatan
misi atau dakwah yang tidak sehat. Dakwah lebih tampil sebagai
aktivitas menekan daripada membebaskan, propaganda iman daripada
penawar

11

kegundahan

batin

manusia.

Al-Qur’an

secara

jelas

Ibid.,60.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

menunjukkan persoalan ini dalam surah An-Nahl ayat 125 yang
berbunyi:12

          
             

Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
b. Dakwah Adalah Menyampaikan
Sesuai dengan urian di muka, tugas seorang ra