1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang kian membaik, menurut Zuraya 2014 berdasarkan hasil survei Bank Indonesia BI terhadap kegiatan dunia usaha
mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2014 akan kembali membaik. Dan industri manufaktur mendorong meningkatnya pertumbuhan
ekonomi. Menurut Basri 2013 industri manufaktur berperan besar dalam penciptaan
nilai tambah, penyerapan tenaga kerja produktif dan pendorong pertumbuhan ekonomi. Di antara sembilan sektor produksi, industri manufaktur penyumbang
terbesar 25 dalam produk domestik bruto PDB, selain itu juga menyerap 13 pekerja. Peningkatan produktivitas industri manufaktur akan berdampak besar pada
perekonomian. Sebagai traded sector, efisiensi sektor industri manufaktur akan meningkatkan daya saing perekonomian di pasar dunia. Selain itu industri
manufaktur juga dapat menarik minat para investor untuk berinvestasi. Seperti yang diakui oleh Azhar 2013, sektor manufaktur masih menjadi primadona investasi, dan
banyak dilirik sampai sekarang ini, lebih dari 50 persen itu di industri manufakturing. Industri manufaktur merupakan industri dengan tingkat persaingan yang
tinggi, karena jumlahnya banyak dan terdapat berbagai jenis industri manufaktur. Hal ini menuntut perusahaan untuk mempunyai keunggulan bersaing competitive
advantage dalam meningkatkan produktivitas usahanya. Menurut Porter 2008
keunggulan bersaing merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk meraih keuntungan ekonomis di atas laba yang mampu diraih oleh pesaing di pasar dalam
industri yang sama. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif senantiasa memiliki kemampuan dalam memahami perubahan struktur pasar dan mampu
memilih strategi pemasaran yang efektif dengan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi perusahaannya. Keunggulan bersaing merupakan modal perusahaan untuk dapat mempertahankan usahanya. Menurut Sampurno 2010 keunggulan bersaing
merupakan kemampuan, skill, asset dan kapabilitas lain untuk dapat bersaing secara efektif dalam industri usaha.
Menurut Handjojo 2005 untuk dapat bersaing dan memperoleh laba juga mencapai tujuan perusahaan agar dapat bertahan dalam jangka panjang, pemimpin
perusahaan perlu memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk dapat menyelesaikan dengan cepat setiap masalah yang timbul yaitu masalah pengendalian. Pengendalian
dilakukan dengan cara mengawasi, mengukur, dan mengarahkan. Beberapa perusahaan mengalami kendala dalam masalah pengendalian sehingga dengan susah
payah mereka mempertahankan usahanya sampai akhirnya tidak sedikit yang menutup usahanya karena tidak mampu bertahan lebih lama.
Aktivitas utama yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur untuk mendapatkan keuntungan adalah melalui penjualan. Penjualan menurut Arens dan
Loebbecke 2003 yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf penjualan merupakan proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang
telah tersedia untuk dijual kepada pelanggan. Penjualan terbagi menjadi penjualan tunai dan penjualan kredit.
PT. X merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur karet, yang beralamat di Cilampeni No. 116 Ketapang
– Soreang. Berdasarkan tabel 1.1 di bawah mengenai anggaran dan realisasi penjualan PT. X penulis melihat
bahwa terjadi penurunan realisasi penjualan di bulan Februari. Jika diamati dari prosedur penjualan pada PT. X terdapat keterlambatan penyelesaian barang sehingga
menghambat penjualan, laporan yang tidak tersampaikan pada pihak yang berwenang dan operasional yang masih kurang baik.
Tabel 1.1
Anggaran dan Realisasi Penjualan PT. X
Januari – Februari 2014
Produk Januari 2014
Februari 2014 Anggaran
Realisasi Selisih
Anggaran Realisasi
Selisih Karet
110.500.000 84.192.200
-26.307.800 105.500.000
63.608.150 -41.891.850
Regulator
125.850.000 121.500.000
-4.350.000 132.450.000
110.951.250 -21.498.750
Bahan TPR
225.000.000 139.270.000
-85.730.000 235.500.000
217.268.000 -18.232.000
Jumlah
461.350.000 344.962.200
-116.387.800 473.450.000
391.827.400 -81.622.600
Berdasarkan gejala-gejala awal yang diamati penulis, maka penulis mengambil dugaan awal yang dimungkinkan kurangnya penerapan audit operasional
pada PT. X sehingga efektifitas dan efisiensi penjualannya kurang maksimal.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, penulis mengambil dugaan awal bahwa PT. X kurang menerapkan audit operasional sehingga mempengaruhi
efektivitas dan efisiensi tingkat penjualan yang berada dibawah anggaran. Hal ini mendorong penulis untuk mengambil
judul, “Pengaruh Audit Operasional Terhadap Efektivitas dan Efisiensi Penjualan Pada PT. X.
“
1.2 Rumusan Masalah