Kurniati, 2013 Kajian Tradisi Nganggung Masyarakat Bangka Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar
Berorientasi Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran Berbicara Di SMK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
1.2 Pemanfaatan Tradisi Nganggung
Sesuai dengan tujuan penelitian ini untuk memanfaatkan tradisibudaya sebagai bahan pembelajaran, analisis kebudayaan dilakukan dengan terlebih
dahulu memperhatikan kaitan dan relevansinya terhadap pembelajaran. Untuk penerapannya disusun pola dan strategi penyelenggaraan dalam pelaksanaan
pendidikan melalui mata pelajaran yang diperoleh siswa dipadukan dengan budaya. Strategi pembelajaran ini sedang berkembang dan marak dibicarakan.
Dengan pola dan strategi dalam penyelenggaraan pembelajaran berbasis budaya, dapat mengintegrasikan prinsip interaksi aktif antara siswa dan guru
dengan sumber belajar dalam suatu komunitas budaya. Jika kegiatan ini secara kontinyu dan konsisten dilaksanakan dapat memfasihkan peserta didik terhadap
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Budaya dikaitkan pula dengan pembentukan karakter dan kepribadian,
pendidikan diarahkan pada pendidikan berbasis kearifan lokal yang mengembangkan serta memberdayakan potensi daerah dalam upaya memenuhi
tuntutan kebutuhan sosial ekonomi. Pendidikan berbasis keunggulan kearifan lokal menurut Ahmadi dkk 2012:9 adalah pendidikan yang memanfaatkan
keunggulan lokal dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, dan lain-lain yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan
kompetensi peserta didik. Perkembangan kebudayaan yang tumbuh di Bangka khususnya, erat
kaitannya dengan dominasi Islam yang diterima dalam masyarakat. Sistem kearifan lokal sehari-hari yang dipatuhi masyarakat, diimplementasikan dengan
sederhana dan mudah untuk diterapkan, misalnya berkaitan dengan pantangan dan larangan. Hubungan antarmasyarakat dengan adat istiadat melahirkan budaya, di
antaranya budaya kebersamaan adat sepintu sedulangselawang sedulang Kurniati dan Zalfika, 2012:5.
Salah satu budaya daerah Bangka dan termasuk dalam kebudayaan melayu adalah budaya nganggung. Nganggung adalah budaya masyarakat Bangka yang
sudah membudaya, tetap dilaksanakan oleh masyarakat di Bangka secara turun- temurun. Hal ini dapat dilihat dalam aktivitas masyarakat baik pada momen hari-
Kurniati, 2013 Kajian Tradisi Nganggung Masyarakat Bangka Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar
Berorientasi Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran Berbicara Di SMK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
hari besar Islam maupun pada momen –momen tertentu lainya, seperti pada saat
anggota masyarakat ada yang meninggal, maka masyarakat sekitarnya akan menganggung secara bergiliran dalam rangka membantu meringankan beban
keluarga yang ditinggalkan. Selain itu ketika masyarakat mendapat kunjungan tamu agung seperti
gubernur atau bupati atau lainnya, masyarakat juga akan bergotong-royong nganggung untuk menghidangkan makanan bagi pejabat tersebut. Hal ini sudah
menjadi tradisi turun-temurun dalam masyarakat Bangka. Budaya nganggung ini tetap dilestarikan oleh masyarakat Bangka karena telah menjadi sebuah identitas
bagi Kabupaten Bangka khususnya. Fenomena budaya ini merupakan sebuah kebiasaan yang mendidik, baik bagi masyarakatnya maupun bagi orang lain yang
melihatnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap aktivitas budaya pada masyarakat itu adalah menjadi cerminan atau identitas daerah.
Oleh karena itu, menjadi tugas dan kewajiban untuk melestarikan kebudayaan yang telah menjadi identitas tersebut. Sebagai putra daerah, wajib
menjaga agar budaya-budaya yang ada tetap terlestarikan karena dalam setiap bentuk budaya mengandung pelajaran yang sangat berarti dalam menghadapi
kehidupan ini. Apresiasi dari budaya nganggung tercermin dalam motto Kabupaten
Bangka yang bersemboyan Selawang Sedulang. Ini merupakan sebuah bukti kongkrit bahwa budaya nganggung telah menjadi identitas pada masyarakat
Bangka. Semboyan tersebut bukan sebagai hiasan untuk memperindah atau menarik orang lain karena keunikannya saja tetapi dibalik itu mengandung makna
yang mengajarkan dan mendidik masyarakatnya. Budaya nganggung yang dilaksanakan masyarakat saat ini merupakan cerminan kerukunan dan
kebersamaan dalam suatu komunitas masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan apabila kebersamaan terus dilakukan dalam sebuah kehidupan maka
komunitas tersebut telah terdidik untuk tetap saling mengayomi dalam hal apapun. Hal ini seperti yang dipraktikkan oleh masyarakat Bangka.
Demikian tradisi nganggung, beragam fenomena budaya, serta beragam kearifan lokal merupakan kekuatan yang masih perlu digali. Sama halnya dengan
Kurniati, 2013 Kajian Tradisi Nganggung Masyarakat Bangka Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar
Berorientasi Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran Berbicara Di SMK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
aspek sosial, aspek budaya juga sangat berperan dalam proses pendidikan. Hal ini dikarenakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Budaya
nganggung sesungguhnya memiliki pengaruh yang substansial terhadap pendidikan, mengingat perspektif budaya yang relevan dengan studi pendidikan
berdasar pada fakta pandangan tentang nilai-nilai, gaya komunikasi, pola bahasa, dan lain-lain, saling berhubungan dan terlekat dengan budaya. Fakta yang ada
bahwa pendidikan adalah proses sosio-kultural, pengujian kritis peran budaya dalam kehidupan manusia sangat diperlukan untuk memahami dan mengontrol
proses edukatif. Dalam usaha pelestarian budaya Ngangung, yang harus dilakukan adalah
tetap menjaga keberadaannya dalam masyarakat, dan usaha untuk melestarikan tersebut harus didukung oleh seluruh masyarakat dari berbagai unsur, baik itu para
budayawan, seniman, pemerintah selaku penguasa dalam wilayah tersebut, dan tak terkecuali juga para pendidik. Hal ini karena para pendidik merupakan ujung
tombak dalam terjaganya kelestarian budaya. Melalui para pendidik, kebermaknaan budaya itu tersampaikan
kepada generasi muda sehingga di masa selanjutnya mereka akan tetap melaksanakan ritual budaya nganggung tersebut sebagaimana yang dilakukan
para orang tuanya. Hal ini akan tetap dilakukan apabila mereka memahami nilai yang terkandung dalam budaya tersebut. Oleh karena itulah kebersamaan dalam
mempertahankan budaya nganggung dengan tetap melaksanakannya dalam kehidupan bermasyarakat menjadi hal yang bermakna. Pelaksanaan tradisi seperti
dalam momen-momen penting di kehidupan sosial masyarakat akan menjadi budaya. Mudah-mudahan di masa selanjutnya juga akan tetap lestari.
Berdasarkan hal di atas, pendidikan berbasis budaya dalam hal ini budaya nganggung dijadikan alternatif yang layak digunakan untuk memperbaiki proses
pendidikan di SMK. Dengan konsep atau kerangka pendidikan yang mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki manusia bersama budaya ini.
Konsep ini disebut dengan etnopedagogi. Melalui etnopedagogik diketahui kekuatan-kekuatan budaya nganggung, beserta nilai-nilai budaya nganggung.
Kurniati, 2013 Kajian Tradisi Nganggung Masyarakat Bangka Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar
Berorientasi Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran Berbicara Di SMK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Kekuatan dan
nilai-nilai budaya
nganggung dipolakan
dalam pembelajaran. Misalnya kegiatan berbicara dapat dilatih dengan menerapkan
konsep-konsep budaya yang ada. Tradisi masyarakat yang berbentuk adat-istiadat dapat didudukkan porsinya pada silabus. Saat ini bentuk adat-istiadat dimasukkan
dalam silabus pembelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013. Tradisi nganggung sebagai salah satu warisan budaya yang berbentuk adat
kebiasaan masyarakat Bangka perlu didekatkan dengan siswa. Pada awalnya memang siswa sebagian besar telah mengenal dengan baik tradisi nganggung,
dengan demikian tradisi nganggung dapat dimasukkandiintegrasikan ke dalam pembelajaran. Oleh karena itu bentuk bahan ajar dengan memasukkan unsur
budaya dalam pembelajaran perlu dirancang sesuai dengan silabus yang ada. Tradisi nganggung merupakan tradisi kebersamaanbekerja bergotong-
royong. Dalam tradisi ini, memuat unsur bekerja sama, memecahkan masalah atau berdiskusi, juga menyampaikan informasi adanya ceramah atau pidato yang
disampaikan melalui tahapan-tahapan tertentu. Masyarakat memiliki cara tersendiri untuk berkomunikasi melalui kegiatan nganggung. Dengan demikian
mencari relevansinya dalam pembelajaran, tradisi nganggung dapat digunakan sebagai bahan ajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia misalnya untuk
pembelajaran berbicara. Hal ini dapat dikaitkan dengan teknik berbicara, metode atau konsep pembelajaran berkelompok untuk meningkatkan hasil pembelajaran
siswa. Model yang sekarang sedang digaungkan adalah metode pembelajaran partisipatif. Sama halnya dengan metode pembelajaran partisipatif, tradisi
nganggung juga mengedepankan unsur kebersamaan dan saling berbagi, sharing antara anggota kelompok dalam pembelajaran dengan menggunakan diskusi.
Akan tetapi pembelajaran berbasis tradisi nganggung akan lebih mendekatkan siswa kepada lingkungannya, karena siswa telah mengenal budayanya dalam
kehidupan sehari-hari. Hasil kajian tradisi nganggung ditindaklanjuti dengan memanfaatkan nilai-
nilai dan konsep tradisi nganggung ke dalam bahan ajar. Pemanfaatan sebagai bahan ajar ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dengan
kompetensi berbicara. Hal ini tentu sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Kurniati, 2013 Kajian Tradisi Nganggung Masyarakat Bangka Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar
Berorientasi Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran Berbicara Di SMK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Pendidikan KTSP SMK yang mencantumkan materi pembelajaran berdiskusi sebagai bahan pembelajaran untuk siswa. Pada prinsipnya, kemampuan yang akan
diusung adalah kompetensi berbicara siswa berkenaan dengan kejuruan sesuai dengan program keahlian yang dipilih siswa.
Bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan materi berdiskusi, budaya nganggung dapat dijadikan sebagai pengalaman langsung kepada siswa.
Kegiatan ini memberikan kesempatan dan pengetahuan agar siswa dapat melakukan kegiatan bersama dengan anggota secara baik, melalui materi bahan
ajar berbasis budaya berorientasi pada kecakapan hidup. Berdasarkan hasil kajian atau
hasil analisis
yang sudah
dilakukan, nganggung
dapat dimanfaatkandiintegrasikan, dan didesain sebagai bahan ajar dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, dalam hal ini pembelajaran berbicara. Alasan selengkapnya sebagai berikut.
Pertama, pembelajaran berbasis budaya nganggung yang didesain, sesuai dengan acuan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 157 ayat 2. Pasal tersebut menyatakan satuan pendidikan dasar dan menengah yang dikembangkan menjadi berbasis
keunggulan lokal harus diperkaya dengan muatan pendidikan kejuruan yang terkait dengan potensi ekonomi, sosial, danatau budaya setempat yang
merupakan keunggulan kompetitif danatau komparatif daerah. Kedua, perkembangan dunia industri yang akan dimasuki siswa adalah
dunia penuh dengan aktivitas orang-orang dan kegiatan berbicara, berargumentasi sebagai buah pemikiran dan tindakan kerja yang baik. Tradisi nganggung juga
memuat unsur berbicara karena nganggung pada dasarnya termobilisasi dari percakapan-percakapan masyarakat yang mendukungnya. Untuk itu, dengan
mendesain pembelajaran yang dekat dengan lingkungan siswa diharapkan tujuan berbicara berorientasi kecakapan hidup dapat tercapai dalam durasi pembelajaran
yang sesuai pada silabus. Ketiga. budaya daerah nganggung merupakan salah satu tradisi, adalah
kearifan lokal yang harus dilestarikan. Pembelajaran berbicara dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kaidah masyarakat dan siswa juga ikut didekatkan
Kurniati, 2013 Kajian Tradisi Nganggung Masyarakat Bangka Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar
Berorientasi Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran Berbicara Di SMK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
dengan adat tradisi budaya mereka. Dengan mengetahui tradisi daerahnya dalam bentuk berdiskusi, diharapkan siswa akan bertambah pengetahuannya tentang
cara-cara bersosialisasi, bernegosiasi dalam masyarakat di lingkungan mereka ataupun di tempat kerja. Dengan demikian akan tumbuh rasa bangga memiliki
budaya sehingga sebuah tradisi hasil cipta, karya para leluhur dapat lestari, terjaga dan terpelihara sebagai sebuah kearifan lokal.
Keempat, tradisi nganggung dapat menciptakan suasana belajar yang adil dan saling memberi. Seiring dengan bergesernya pola kehidupan masyarakat
sekaligus pola asuh orang tua yang mulai meninggalkan konsep kebersamaan, budaya nganggung dapat mengangkat kembali rasa kekeluargaan, yang menuntut
siswa untuk peka terhadap kehidupan dan keadaaan lingkungan di sekitarnya. Kegiatan ini sekaligus dapat menuntut para pendidik untuk jeli melihat kondisi
siswa agar guru dapat memilih bahan ajar yang tepat, sesuai dengan kemampuan dan tingkat penguasaan bahan oleh siswa.
Sementara itu tradisi nganggung dapat dijabarkan dalam tiga bentuk; dapat dilihat dari konsep nganggung, fungsi nganggung, dan nilai-nilai yang terdapat
dalam nganggung.
1.2.1 Konsep Nganggung dan Teknik Pembelajaran
Dilihat dari pandangan konsep, tradisi nganggung adalah perwujudan manusia sebagai makhluk sosial, nganggung adalah kebersamaangotong-royong,
nganggung adalah ikatan persaudaraan, nganggung merupakan kegiatan makan bersama, dan terakhir nganggung adalah adat-istiadat tradisi. Konsep ialah kata
atau istilah ilmiah yang menyatakan suatu ide atau pikiran umum tentang sifat- sifat suatu hubungan antara suatu gejala dengan gejala lainnya.
Dihubungkan dengan pembelajaran, konsep nganggung dapat dijadikan sebagai
teknik pembelajaran
dalam berbicara.
Misalnya konsep
kebersamaangotong-royong, makan bersama, dan adat tradisi dapat dijadikan sebagai teknik pembelajaran. Teknik yang selaras dengan kegiatan kebersamaan
adalah diskusi. Kegiatan nganggung juga memuat unsur saling berbagi pengalaman atau pendapat, dan teknik pembelajaran yang dapat dikaitkan dengan
Kurniati, 2013 Kajian Tradisi Nganggung Masyarakat Bangka Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar
Berorientasi Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran Berbicara Di SMK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
kegiatan ini adalah bernegosiasi. Konsep makan bersama dalam kegiatan pembelajaran dapat dikaitkan dengan kegiatan melakukan presentasi, dalam
pembelajaran berbicara presentasi merupakan kegiatan yang berusaha menyajikan dan menginformasikan sesuatu kepada orang lain dengan maksud untuk
memberitahukan atau meyakinkan orang lain. Selain itu dalam nganggung juga memunculkan kegiatan berbicara menyampaikan informasi, dalam pembelajaran
dapat menarik tema nganggung untuk kegiatan berpidato atau berbicara lainnya.
1.2.2 Fungsi Nganggung dan Tujuan Berbicara
Memandang budaya dari segi fungsi, dapat dijadikan sebagai manfaat yang dapat diambil dari kegiatan budaya tersebut. Fungsi sebuah budaya dapat
dilihat dari definisi bahwa budaya berfungsi: 1 sebagai profil unik kehidupan sosial suatu masyarakat; 2 sebagai warisan yang berharga yang selalu
dilestarikan; 3 sebagai pedoman hidup dalam bermasyarakat; 4 sebagai terapi psikologis dalam masyarakat; 5 budaya sebagai aspek pemersatu dalam
masyarakat; dan, 6 sebagai manifestasi keberadaan manusia yang ditransmisikan dari generasi ke generasi.
Berdasarkan definisi budaya nganggung, diketahui fungsinya sebagai 1 identitas budaya; 2 warisan budaya yang bernilai; 3 pembentuk perilaku sosial;
4 sebagai terapi psikologis dalam bermasyarakat; 5 pemersatu dalam masyarakat; dan 6 manifestasi keberadaan manusia yang beradap. Penerapan
fungsi tradisi ini dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran berbicara. Terutama pada fungsi nganggung sebagai identitas budaya, pembentuk perilaku sosial,
pemersatu dalam masyarakat, dan manifestasi keberadaan manusia yang beradap. Fungsi ini searah dengan pencapaian tujuan kegiatan berbicara pada siswa yaitu
tujuan untuk melaporkan, menginformasikan dan mempresentasikan, selain itu dari fungsi nganggung pembentuk perilaku dan manisfestasi manusia, dapat
dikaitkan dengan tujuan berbicara agar siswa mampu bernegosiasi, berdiskusi dan melakukan presentasi.
Melalui pembelajaran dengan materi budaya diharapkan siswa memiliki identitas sebagai siswa yang berpotensi, memahami ilmu dan tidak mengabaikan
Kurniati, 2013 Kajian Tradisi Nganggung Masyarakat Bangka Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar
Berorientasi Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran Berbicara Di SMK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
budaya. Menjadikan siswa yang memiliki kemampuan pengetahuan berpikir luas dengan cara berperilaku santun dan menjunjung agamanya. Menjadikan siswa
yang memiliki pola berpikir global dan bertindak lokal.
1.2.3 Nilai-Nilai Nganggung dan Materi Pembelajaran
Nilai adalah seperangkat cita-cita dan norma. Menyangkut cita-cita karena nilai menjadi orientasi tujuan diadakannya kegiatan. Sedangkan menyangkut
norma, karena nilai menyangkut orientasi tindakan. Pembelajaran dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang terkandung dalam nganggung yaitu: nilai
religius, nilai solidaritas, nilai soliditas, nilai demokrasi, nilai keadilan, dan nilai keindahan, merupakan nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai bahan materi
pembelajaran berbicara. Sebagai materi dalam hal ini dapat dijadikan wacana, tema, atau bahan diskusi yang memuat nilai-nilai nganggung untuk digunakan
siswa dalam berlatihbelajar. Adapun secara teknis kegiatan pembelajaran dikaitkan dengan nganggung
yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: a.
Rembugankesepakatan sesepuh desa. Kegiatan musyawarah awal dilakukan untuk menentukan dalam menyajikan makanan apa apakah nganggung nasi
atau nganggung kue. Kegiatan belajar mengajar di kelas dikaitkan dengan kegiatan siswa membentuk kelompok atau sendiri secara individu dengan
menentukan tema atau topik pembicaraan. b.
Membawa makananhantaran. Kegiatan membawa makanan dikaitkan dalam pembelajaran merupakan kegiatan menyiapkan tema, bahan dan tujuan
pembicaraan secara akurat. c.
Acara pengajianceramah agamasiraman rohani, dalam kegiatan pembelajaran di kelas merupakan kegiatan tahap menyusun pikiran; dapat juga diskusi
kelompok, diskusi kelompok kecil di kelas, membangun ranah berpikir siswa secara mandiri;
d. Berdoa bersama. Kegiatan ini menuntut siswa dapat menemukan solusi secara
terbuka. Siswa melakukan pemahaman bersama, diskusi kelompok dalam kelas
Kurniati, 2013 Kajian Tradisi Nganggung Masyarakat Bangka Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar
Berorientasi Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran Berbicara Di SMK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
besar. Kegiatan ini akan merangsang siswa untuk berani tampil dan mengemukakan buah pikirannya di depan orang banyak;
e. Bukak dulangmakan bersama. Kegiatan inti ini dalam kegiatan pembelajaran
dikaitkan dengan tahap publikasi, presentasi. Dalam tahap berbicara, teknik presentasi merupakan teknik yang menuntut berbagai jenis keterampilan, di
antaranya adalah keterampilan berbicara dan penyajian. f.
Musyawarah saling bersilaturahmi. Setelah acara mukak dulang yaitu kegiatan masyarakat makan bersama biasanya dilanjutkan dengan kegiatan diskusi kecil.
Kegiatan ini dalam proses pembelajaran di kelas dikaitkan dengan kegiatan penilaian atau kegiatan evaluasi sesuai tujuan pembicaraan.
5.3 Orientasi Kecakapan Hidup dalam Bahan Ajar Berbasis Nganggung