Manajemen pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun Oleh: RISKA NASWILA

NIM: 107053002639

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014 M / 1435 H


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK Riska Naswila

NIM. 107053002639

Manajemen Pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok”.

Drs. Cecep Castrawijaya, M.M., M.A. NIP. 19670818 199803 1 002

Manajemen masjid merupakan bagian manajemen pada umumnya, yang pada prinsipnya tentu tidak terlepas dari ilmu manajemen umum, kemudian diarahkan pada kekhususan sasaran, yakni urusan masjid. Arti manajemen yang mendasar adalah menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai suatu sasaran yang telah ditentukan. Bila mengkiaskan dengan bussines management artinya pemimpin mengarahkan perusahaan untuk mendaptkan keuntungan. Maka dengan sasaran masjid, menjadi pengurus masjid mengarahkan kegiatan untuk mendapatkan manfaat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati, dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan sasaran penelitian menurut apa adanya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Manajemen Pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok dan untuk mengetahui langkah-langkah Manajemen Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa, Manajemen Pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok”, mencakup beberapa langkah dalam fungsi manajemen yakni perencanaan, pemimpin DKM mengadakan musyawarah kepada seluruh anggota DKM untuk merencanakan terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan PHBI, dalam hal tersebut dibahas tentang perencanaan awal seperti membuat panitia kerja, memberikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kepengurusan dan kepanitian, penentuan dan perumusan rencana-rencana kerja yang akan dilaksanakan, menetapkan penggalangan dana serta penetapan dan penjadwalan waktu kegiatan. Pengorganisasian, dengan melibatkan remaja yang berada di lingkungan masing-masing RT sebagai panitia. Penggerakan, panitia dan dewan kepengurusan masjid melakukan koordinasi dengan aparat kepemerintahan melalui ketua RW dan ketua RT agar kegiatan PHBI tersebut dapat tersosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat yang berada di lingkungan masjid. Pengawasan, pengawasan dilakukan oleh Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) Masjid Daarul Mu’minin kepada panitia penyelenggara Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) dan masyarakat yang berada di lingkungan sekitar masjid kepada panitia dan DKM Masjid Daarul Mu’minin.


(6)

ii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya dalam langkah-langkah kehidupan penulis selama ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw. kepada keluarga dan para sahabatnya.

Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Manajemen Pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam ilmu Manajemen Dakwah pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan bantuan banyak pihak yang tidak dapat penulis ungkapkan satu persatu di sini. Namun demikian, patut kiranya penulis ungkapkan terima kasih yang tulus dari kebeningan hati kepada semua pihak yang telah ikhlas membantu yaitu :

1. Dr. Arief Subhan, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi, Dr. H. Sunandar, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Drs. Cecep Castrawijaya, M.M., M.A., Kepala Jurusan Manajemen

Dakwah sekaligus dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing dengan keikhlasan.


(7)

iii

3. H. Mulkanasir, BA,S.Pd, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Semua dosen dan staf di lingkungan fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengantarkan penulis hingga akhir studi.

5. Kedua orang tuaku yang terhormat (Moch. Nawir dan Awi), yang mencurahkan segala perhatiannya mendidik, membimbing dan mengasuh dengan penuh kasih sayang, yang selalu mendoakan dan memberikan harapan kepada penulis agar menjadi anak yang solehah dan sukses disegala bidang.

6. Ust. Saiful Anwar, S.Ag. Ketua Dewan Kesejahteraan Masjid Daarul Mu’minin yang telah mengijinkan dan banyak membantu dalam proses penelitian di Masjid yang beliau Pimpin.

7. Maradona, S.Pd.I Suamiku dan ananda Ahmad Sufyan Atsauri “ASA” yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh untuk di sebut sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran maupun masukan sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.

Depok, 08 Juli 2014


(8)

iv

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka... 9

E. Metodologi Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen ... 14

1) Pengertian Manajemen ... 14

2) Fungsi Manajemen ... .. 15

3) Kegiatan-kegiatan dalam Fungsi Manajemen ... 17

B. Masjid ... 18

1) Pengertian Masjid ... 18

2) Latar Belakang Pendirian Masjid ... 20

3) Sejarah Pendirian Masjid dalam Islam ... 25

4) Peran dan Fungsi Masjid ... 28

C. Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) ... 31

1) Pengertian Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) ... 31

2) Hari-hari Besar Islam ... 32

BAB III GAMBARAN UMUM MASJID DAARUL MU’MININ PARUNG BINGUNG DEPOK A. Tinjauan Historis Berdirinya Masjid Daarul Mu’minin ... 37


(9)

v

D. Pelaksanaan Manajemen Takmir di Masjid Daarul Mu’minin ... 53

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PELAKSANAAN PERAYAAN HARI BESAR ISLAM (PHBI) di MASJID DAARUL MU’MININ PARUNG BINGUNG DEPOK

A. Manajemen Pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid

Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok ... 60 B. Langkah-langkah Dalam Manajemen Perayaan Hari Besar Islam

(PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok ... 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masjid adalah suatu bangunan yang dipergunakan sebagai tempat mengerjakan shalat, baik untuk shalat lima waktu maupun untuk shalat Jumat atau Hari Raya.1 Selain itu juga masjid dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembina masyarakat Islam. Rasulullah SAW dan para sahabatnya merasakan urgensi masjid bagi pembinaan masyarakat karena memang dari masjid itulah para sahabat memilki iman yang kokoh, keikhlasan yang mengagumkan, ilmu yang luas, akhlak yang mulia, harga diri (izzah) yang mahal, ukhuwah islamiyah yang indah, pengorbanan yang tidak terkira, barisan perjuangan yang tersusun rapi dan semangat perjuangan yang tidak bisa diragukan sedikitpun.

Karena pada zaman rasul masjid mempunyai peran dan fungsi sebagai tempat peribadatan, tempat pertemuan, tempat bermusyawarah, tempat kegiatan sosial, tempat pengobatan orang sakit, tempat latihan dan mengatur siasat perang, tempat penerangan dan madrasah ilmu, dan juga tempat untuk berdakwah.

Masjid, di samping fungsi utamanya sebagai tempat ibadah juga merupakan tempat kebanyakan aktifitas keagamaan umat islam diselenggarakan. Di dalam lembaga masjid biasanya terdapat majlis taklim,

1

Ir. H. Nana Rukmana D. W., MA, Masjid dan Dakwah, (Jakarta : AL-MUWARDI PRIMA, 2002) h. 41


(11)

lembaga pengumpul dan pendistribusian zakat, dan tidak jarang kegiatan sosial ekonomi umat.

Adanya kelembagaan Masjid yang memberi wadah bagi kegiatan-kegiatan keagamaan, yang dalam hal ini biasanya lembaga atau organisasinya di sebut dengan Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM), maka hendaknya kita memaksimalkan peran dan fungsi masjid sebagai pusat pembinaan umat. Karena, ada banyak sisi aktivitas yang harus dikembangkan. Apalagi aktivitas masjid itu semestinya tidak melibatkan sekelompok orang dan akitivitasnyapun tidak hanya berupa ibadah tertentu yang bersifat ritual saja. Oleh karena itu, seharusnya aktivitas masjid tidak hanya melibatkan Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM), tetapi juga melibatkan semua kelompok jamaah mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, orang dewasa bahkan sampai orang tua yang sudah lanjut usia sekalipun. Sehingga terjadinya kerjasama antara Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) sebagai lembaga yang memberi wadah bagi kegiatan-kegiatan keagamaan dengan semua lapisan masyarakat (dari anak-anak sampai orang lanjut usia baik itu laki-laki maupaun perempuan) yang ada di sekitar lingkungan masjid.

Sebagaimana telah disingung di atas, kepengurusan masjid tidak mungkin berjalan dengan baik jika hanya diurus oleh satu atau dua orang. Ini berarti, pada masjid-masjid harus ada kepengurusan yang diketuai oleh seorang pemimpin yang baik. Adapun kriteria utama menjadi seorang pemimpin dalam masjid ada tiga. Pertama, kepribadian yang shaleh. Kedua,


(12)

wawasan keislaman dan kemasyarakatan yang luas. Ketiga, memiliki kemampuan manajerial yang baik.2

Manajemen masjid merupakan bagian manajemen pada umumnya, yang pada prinsipnya tentu tidak terlepas dari ilmu manajemen umum, kemudian diarahkan pada kekhususan sasaran, yakni urusan masjid. Arti manajemen yang mendasar adalah menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai suatu sasaran yang telah ditentukan. Bila mengkiaskan dengan bussines management artinya pemimpin mengarahkan perusahaan untuk mendaptkan keuntungan. Maka dengan sasaran masjid, menjadi pengurus masjid mengarahkan kegiatan untuk mendapatkan manfaat.3

Mengembangkan manajemen masjid memiliki dua makna utama. Pertama, mengembalikan masjid sebagai pusat kebudayaan seperti pada masa lalu. Bukan semata-mata secara fisik dimana bangunan menara mesjid merupakan gedung tertinggi di sebuah kota, tetapi lebih secara aktifitas. Kedua, sebagai pusat kebudayaan pada era modern, masjid harus dikelola secara modern. Dan ini mengandung arti harus dikelola dengan manajemen modern. Bagian ini ingin memberikan sebuah wawasan tentang pengembangan manajemen masjid dengan tujuan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat muslim.4

Manajemen masjid meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan dan pengawasan, dalam rangka memenuhi

2

Drs. H. Ahmad Yani, Dr. Achmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, h. 85 3

Prof. Dr. H. Ahmad Sutarnadi, Manajemen Masjid Kontemporer, (Jakarta: Media Bangsa, 2012), h. 12

4

Muhammad M. Basyuni, Manajemen Pembangunan Umat, (Jakarta: FDK Press, 2008) h. 149


(13)

pencapaian tujuan dari keberadaan masjid untuk kepentingan umat. Manajemen masjid yang baik akan memakmurkan umat Islam. Berkaitan dengan hal tersebut yang perlu diperhatikan adalah pertama, aspek perencanaan masjid, yakni perencanaan dan kegiatan yang didasarkan pada proses need assessment pada jamaah masjid. Need assessment diperlukan untuk membangun link and match dengan masyarakat yang terkena impact dari aktifitas masjid tersebut. Dalam aspek perencanaan pula ikut dipertimbangkan aspek material, sumber daya manusia, pendanaan, metode, tantangan serta peluangnya.

Kedua, pengoraganisasian, penggerakan dan pelaksanaan. Aspek lebih menekankan kepada pelaksanaan apa yang sudah direncanakan tersebut. Perencanaan dan pelaksanaan ini harus sejalan agar apa yang merupakan tujuan dari pengelola masjid dan masyarakat tersebut dapat tercapai.

Ketiga, pengawasan. Aspek pengawasan ini untuk menumbuhkan kepercayaan dari masyarakat kepada pengelola masjid. Pengawasan ini dapat dilakukan oleh masyarakat. Pengawasan ini diperlukan untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas dari pengelolaan masjid berkaitan dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang bersifat muamalah tersebut. Masjid milik umat dan sumber utama pendanaan juga datang dari masyarakat. Olehkarena itu, transparansi dalam pengelolaan mutlak adanya. Pengawasan sebagai bagian dari manajemen masjid perlu dilakukan secara rutin, terukur dan amanah.5

5


(14)

Para pengurus masjid adalah sosok yang mandiri, kreatif, visioner dan berani melakukan terobosan-terobosan dalam program dan kegiatan yang tentu saja tetap berdasarkan ketentuan Al-qur’an dan Sunah. Pengurus masjid memang dituntut memiliki kemampuan dan kapasitas serta kwalitas kepemimpinannya cukup tinggi baik dari segi pengetahuan agama, manajerial, maupun organisasonal. Para pengurus masjid adalah juga sosok enterpreuner yang kreatif, inovatif, bersemangat dan selalu terbuka, jujur serta amanah. Para pengurus masjid adalah figur yang tidak berada pada menara gading tetapi membumi bersama masyarakatnya. Figur yang dicintai sekaligus diteladani, figur yang dapat menebarkan pesona kedamaian dari pada konflik. Figur yang amanah, tulus dan iklas bekerja untuk memakmurkan masjid tersebut. Inilah idealnya para pengurus masjid yang dapat membawa kebaikan untuk pengelolaan masjid tersebut.6

Semangat membangun masjid belum diiringi dengan semangat memakmurkannya. Hal ini terlihat tidak sedikit masjid yang sunyi dari kegiatan, masjid di lingkungan kantor misalnya hanya berfungsi seminggu sekali untuk shalat Jumat atau hanya untuk shalat dzuhur dan shalat ashar berjamaah. Juga banyak masjid-masjid di lingkungan perumahan yang sebagian besar hanya berfungsi untuk shalat Jumat, shalat maghrib dan shalat isa berjamaah.7 Pengurus perlu menjadikan mesjid memiliki daya tarik, agar

6

Ibid, h. 159 7


(15)

para remaja dan generasi muda Islam mau ke masjid dan mengikuti kegiatan-kegiatannya.8

Masjid Jami’ Daarul Mu’minin yang terletak di Parung Bingung Depok merupakan masjid yang menghimpun jama’ah lebih dari 13 Rukun Tetangga (RT) atau dibagi dalam 2 Rukun Warga (RW) yaitu RW 03 dan RW 09 merupakan Masjid yang telah cukup lama berdiri dan telah mengalami beberapa kali perombakan kepengurusan Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) yang bertujuan untuk mensejahterakan masjid tersebut juga menjadikan kemaslahatan Ummat/Jamaah sekitar dan umumnya masyarakat Parung Bingung yang notabene adalah pemeluk Agama Islam. Belum lama ini masjid Daarul Mu’minin telah melakukan pergantian kepengurusan Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) Daarul Mu’minin yang secara langsung ditunjuk oleh jamaah yang berada di lingkungan Masjid (13 RT lebih atau 2 RW), dengan harapan kepengurusan yang baru saja terbentuk dapat lebih baik dari kepengurusan yang telah berlalu. Kepengurusan yang baru saja terpilih tentu saja orang-orang yang memiliki kepribadian yang shaleh, wawasan keislaman dan kemasyarakatan yang luas, dan memiliki kemampuan manajerial yang baik. Dengan sifat dan sikap orang-orang tersebut, maka tentu saja kepengurusannya dapat membawa masjid Daarul Mu’minin melalui Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) lebih makmur dan sejahtera. Tentunya kepengurusan Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) terpilih memiliki manajerial yang sangat baik dalam rangka memakmurkan masjid yang

8

Drs. Mohammad E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: GEMA INSANI PRESS, 1996) h. 145


(16)

dikelolanya, diantaranya adalah dalam rangka pelaksanaan perayaan hari-hari besar Islam.

Melihat kenyataan di atas maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “Manajemen Pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Penulis membatasi masalah agar penelitian ini lebih berfokus pada objek yang akan penulis teliti, sehingga diharapkan bisa mendapatkan hasil yang komprehensif yaitu tentang Manajemen Pelaksanaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin masa kepengurusan priode 2010 s/d 2013 Parung Bingung Depok.

2. Perumusan Masalah

Meninjau permasalahan di atas, penulis akan merumuskan permasalahan ke dalam suatu pertanyaan sebagai berikut :

a. Bagaimana Manajemen Pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok ?

b. Apa saja langkah-langkah dalam Manajemen Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok ?


(17)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan proposal ini adalah untuk memperoleh pengetahuan mengenai :

a. Untuk mengetahui Manajemen Pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok. b. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam Manajemen Perayaan Hari

Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Sebagai bahan rujukan, tambahan referensi atau perbandingan penelitian selanjutnya bagi bidang studi dakwah mengenai pengelolaan dan aktivitas sebuah organisasi atau lembaga Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM).

b. Memberikan gambaran Manajemen Pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok. c. Mengetahui Langkah-langkah dalam Manajemen Pelaksanaan

Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) yang dilakukan oleh kepengurusan masjid atau Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) sebagai organisasi yang bertujuan untuk memakmurkan masjid.


(18)

D. Tinjauan Pustaka

Setelah melakukan peninjauan di perpustakaan, penulis memperoleh beberapa judul skripsi sebagai berikut :

1. Peran Unit Sejahtera Mulya (USM) dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan,oleh Kamalia, NIM 104053002053, Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan komunikasi, tahun 1429 H/2008 M, skripsi ini membahas tentang : a. Peran Unit Sejahtera Mulya (USM) dalam upaya meningkatkan

pendapatan Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan.

b. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan Unit sjahtera Mulya (USM) dalam rangka meningkatkan pendapatan Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan.

Sedangkan proposal ini berjudul “Manajemen Pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok”. Adapun masalah yang akan diteliti adalah mengenai Bagaimana Manajemen Pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok dan langkah-langkah Manajemen Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok.


(19)

E. Metodologi Penelitian 1. Metode

Dalam metodologi penelitian penulis akan menggunakan kualitatif deskriptif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang ditulis dari orang atau perilaku yang diamati. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif penulis akan melakukan penelitiannya melalui pengamatan secara langsung di lapangan, dan setelah itu mendeskrpsikannya secara sistematis, faktual dan akurat mengenai masalah yang diteliti serta menganalisanya.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah pengurus Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM), sedangkan objek penelitiannya adalah Peran kepemimpinan Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) pada Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin ParungBingung Depok.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat penelitian ini yaitu di Masjid Daarul Mu’minin, rumah pengurus dan rumah jama’ah Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok.

b. Waktu penelitian ini dimulai pada tanggal 04 April sampai dengan 06 Juni 2014.


(20)

4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung adalah pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala dan objek yang diteliti.9 Observasi juga sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan kuisioner. Kalau wawancara dan kuisioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses pencarian data dengancara tanya jawab secara langsung dan tatap muka antara penanya dengan responden.10Selain itu juga, wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Terkait dengan penelitian ini, peneliti mewawancarai langsung Ketua DKM Masjid Daarul Mu’minin yaitu Ustadz Saiful Anwar, S.Ag dan beberapa responden yang memiliki keterkaitan dan informasi untuk memperkuat hasil penelitian.

9

Surakhmad Winarto, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1980) Cet. Ke-7, h.102

10

Adang Rukhiyat, dkk, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: Dinas Olahraga & Pemuda, 2003) Cet. Ke-3, h. 51


(21)

5. Teknik Analisis Data

Informasi dan keterangan yang ditemukan dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil temuan secara sistematis lalu diklasifikasi untuk kemudian dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Laporan hasil peneltian ini di tuangkan dalam bentuk karya tulisan skripsi/proposal dengan sistematika penulisan seperti berikut :

Bab I : Pendahuluan, Membahas tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metodologi penelitian, Tinjauan pustaka dan Sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori, Membahas tentang Manajemen, Pengertian Manajemen, Fungsi Manajemen, Kegiatan-kegiatan dalam fungsi menajamen, Masjid, Pengertian Masjid, Latar Belakang Pendirian Masjid, Sejarah Pendirian Masjid Pertama dalam Islam, Peran dan Fungsi Masjid, Perayaan Hari Besar Islam (PHBI), Pengertian Perayaan Hari Besar Islam (PHBI), dan Hari-Hari Besar Islam.

Bab III : Gambaran Umum Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok, Tinjaun Historis Berdirinya Masjid Daarul Mu’minin, Visi, Misi dan Tujuan Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok, Struktur Organisasi dan


(22)

Tugas Kerja Pengurus DKM Masjid Daarul Mu’minin, dan Pelaksanakan Manajemen Takmir Di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok.

Bab IV : Analisis Hasil Penelitian, Membahas tentang Manajemen Pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok, dan Langkah-langkah dalam Manajemen Pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen

1) Pengertian Manajemen

Istilah manajemen berasal dari bahasa Inggris management, yang berarti pengurusan atau pengaturan dari kata kerjanya to manage yaknimengatur, membimbing, dan mengawasi. Kata tersebut berasal dari bahasa italic, yakni “maneggio” yang memiliki arti pelaksanaan sesuatu atau pengurusan sesuatu, atau lebih teptnya “penanganan” seseuatu. Dalam bahasa Arab, kata manajemen disebut dengan “Idarah”. Dengan demikian, manajemen dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengaturan, pengorganisasian, pengarahan, atau pembimbingan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.11

Menurut G.R.Terry yang dikutip oleh Zaini Muchtarom manajemen ialah proses yang khas yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan tenaga manusia dan sumber daya lainnya.12

11

Dr. H. Asep Usman Ismail dan Drs. Cecep Castrawijaya, Manajemen Masjid, (Bandung: Angkasa, 2010), h. 21

12

Drs. H. Zaini Muchtarom, MA., Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta : Al-Amin dan IKFA, 1996), h. 37


(24)

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.13

Dari definisi tersebut diatas dapat dipahami bahwa manajemen adalah aktivitas untuk mengatur kegunaan sumber daya bagi tercapainya tujuan organisasi secara efektif . Pencapaian tujuan organisasi ditempuh melalui pemanfaatan sumber daya dan sarana serta kerjasama sejumlah orang seagai pelaksana.14

2) Fungsi Manajemen

Manajemen dibagi atas beberapa fungsi, pembangian fungsi-fungsi manajemen ini tujuannya adalah:

a. Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur

b. Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam c. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi

manajer.15

Pemanfaatan tenaga dan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi melalui serangkaian kegiatan merupakan proses manajemen. Rangkaian kegiatan tersebut terbagi kedalam empat fungsi yaitu :

1. Perencanaan

Menentukan program pekerjaan apasaja yang akan dilaksanakan oleh para anggota organisasi dan bagaimana cara

13

Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 54

14

Drs. H. Zaini Muchtarom, MA., Dasar-dasar Manajemen Dakwah, h. 37 15

Hasibuan, Malayu, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (PT Bumi Aksara: Jakarta, 2005), h. 37


(25)

melaksanakannya serta kapan setiap pekerjaan itu harus diselesaikan. Kegiatan ini juga membuat perhitungan mengenai dana yang digunakan untuk membiayai setiap pekerjaan yang akan dilakukan. 2. Pengorganisasian

Membagi pekerjaan yang telah ditetapkan kepada para anggota organisasi sehingga pekerjaan terbagi habis kedalam unit-unit kerja. Pembagian pekerjaan ini disertai pendelegasian kewenangan agar masing-masing melaksanakan tugasnya secara bertanggung jawab. Untuk mengatur urutan jalannya arus pekerjaan perlu dibuat ketentuan mengenai prosedur dan hubungan kerja antara unit.

3. Penggerakan

Setelah perencanaan disusun dan pekerjaan telah terbagi, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh manajer ialah menggerakan orang-orang untuk melakukan pekerjaan secara efektif dan efesien berdasarkan perencanaan dan pembagian tugas masing-masing. Untuk menggerakan orang tersebut diperlukan tindakan untuk komunikasi, memberikan motivasi, memberikan perintah, memimpin pertemuan dan meminta laporan.

4. Pengawasan

Selama organisasi bergerak menurut perintah dan petunjuk yang telah diberikan, maka selama itu pula menejer melaksanakan pengendalian dan pengawasan agar aktifitas organisasi berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Bila terjadi penyimpangan,


(26)

maka manajer segera memberikan peringatan untuk meluruskan kembali langkah-langkah yang telah dilakukan oleh anggota organisasi agar sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan.

Proses kegiatan manajemen yang mencakup empat fungsi tersebut diharapkan dapat membawa organisasi kearah pencapaian sasaran yang telah ditentukan atau tujuan yang telah ditetapkan.16 3) Kegiatan-kegiatan dalam fungsi menajamen

A. Fungsi Perencanaan (Planning)

1. Menetapkan tujuan dan target bisnis

2. Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut.

3. Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan

4. Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis

B. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

1. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan amenetapkan tugas, dan menetapkan rposedur yang diperlukan

2. Menetapkan struktur ornganisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggung jawab

3. Kegiatna perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan pengembangan sumber daya mansuia/tenaga kerja

16

Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), h. 46-47


(27)

4. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat.

C. Fungsi pengimplementasian (Directing)

1. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan

2. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan menjelaskan kebijakan yagn ditetapkan

D. Fungsi Pengawasan (Controlling)

1. Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan

2. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan

3. Melakukan berbagai alternatif solusi atas bnerbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis.17

B.Masjid

1) Pengertian Masjid

Masjid menurut bahasa Arab berasal dari kata sajada (fi’il madhi) yang berubah menjadi masjidun (Isim Makan) yang mengikuti tasrif tsulasi mujarrod bab dua (Sajada - Yasjidu) yang artinya tempat sujud. Sedangkan menurut istilah adalah bangunan yang didirikan khusus sebagai

17


(28)

tempat ibadah kepada Allah SWT.baik sholat maupun kegiatan sosial lainnya yang tujuannya mengembangkan masyarakat Islam.18

Kata Masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali didalam Al-Quran.Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajada-yasjidu, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.

Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas. Itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang artinya "Tempat Bersujud." Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat kaum muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata. Karena itu Al-Quran Sural Al-Jin (72):18, misalnya, menegaskan bahwa :



Artinya :

“Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, karena itu janganlah menyembah selain Allah sesuatu pun” (Al-Qur,an dan terjemahan 1971: 985).

18

Ahmad Warson Munawir, Al munawir kamus arab indonesia, (Yogyakarta: unitpengadaan buku-buku ilmiah keagamaan pp Almunawir krapyak, 1984), h. 440


(29)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan kepada siapa saja yang membangun masjid di muka bumi ini yang dilandasi dengan niat karena Allah Ta’ala semata, maka Allah Ta’ala akan membangunkan rumah baginya di surga. Sebagaimana dalam hadits „Utsman bin „Affan Radhiyallahu „Anhu berkata, “Aku mendengar Nabi Shallallahu „AlaihiwaSallambersabda:

Artinya:

“Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah, (niscaya)

Allah akan membangunkan baginya yang semacamnya di dalam surga”.

Jika dikaitkan dengan amal ibadah di dunia, masjid bukan hanya sekadar tempat sujud dan sarana penyucian. Di sini kata masjid juga tidak lagi hanya berarti bangunan tempat shalat, atau bahkan bertayamum sebagai cara bersuci pengganti wudhu tetapi kata masjid disini berarti juga tempat melaksanakan segala aktivitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah Swt.

2) Latar Belakang Pendirian Masjid

Sebagaimana telah diketahui, bahwa „masjid’ berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat sujud atau tempat penyembah Tuhan. Seluruh jagad raya yang kita huni ini merupakan masjid-masjid ummat Islam, maka setiap ummat Islam boleh menjalankan shalat di seluruh kawasan mana pun di muka bumi selain kuburan, tempat-tempat yang bernajis, dan


(30)

tempat-tempat yang menurut syariat Islam tidak sesuai dijadikan sebagai tempat menjalankan shalat.19

Dalam pandangan Islam, tempat-tempat tersebut di atas menyalahi aturan agama, sehingga pembangunan masjid di atas tanah-tanah yang disebutkan di atas, merupakan larangan keras. Pelarangan keras ini sejalan dengan pernyataan sabda Nabi Muhammad saw.

Artinya: Semoga Allah Swt. Memerangi orang-orang Yahudi, mereka manjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah.

Dan Sabda Nabi Muhammad saw.:

Artinya: Laknat Allah bagi kaum Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.

Demikian Nabi Muhammad saw. dengan tegas melarang pembangunan masjid di atas tanah kuburan dan melaknat masyarakat Yahudi dan Nasrani yang membangun tempat-tempat ibadah (masjid) mereka di atas tanah kuburan. Dalam tuntunan syariat, kuburan para Nabi, ulama-ulama shaleh, para waliyyullah, dan kuburan-kuburan ummat Islam tidak diperbolehkan membangun masjid di atas tanah-tanah tersebut karena bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad saw.

19


(31)

Keberadaan masjid tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan ummat Islam.Selain merupakan tempat ibadah, masjid juga menjadi manifesto phenomenal yang menandakan eksistensi keberadaan ummat Islam dalam sebuah masyarakat yang ada.Masjid juga dapat menjalankan fungsi sebagai tempat berkumpul dan tempat melaksanakan shalat berjama’ah yang mencerminkan kebersamaan, solidaritas, dan silaturrahmi antarsesama ummat Islam dan masjid merupakan tempat terbaik yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad untuk melaksanakan shalat Jum’at.

Sebagai rumah Allah Swt. yang dibagun guna mengingat, mensyukuri, dan menyembah-Nya dengan baik, masjid merupakan tempat ibadah terpenting, yaitu shalat. Ibadah shalat merupakan taiang Agama Islam dan kewajiban ritual sehari-hari bagi ummat Islam, suatu ritual ibadah yang mempertemukan seorang muslim dengan Tuhannya lima kali dalam sehari semalam, sehingga masjid dapat diumpamakan dengan kolam-kolam sepiritual yang membersihkan segala bentuk dosa, noda, dan berkas-berkas kelengahan seorang hamba.20 Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. yang dinyatakan Allah Swt. pada ayat berikut:

 

Atrtinya:

Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan bagian permulaan dari pada malam.Sesungguhnya perbuatan-perbuatan

20

Ibn Yusuf al-Qordhawi, Tuntutan Membangun Masjid, Al-shirat Al-Syar’iyah li Bina Al-Masajid (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), Cet. Ke-1, h. 7-8


(32)

yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (Q.S. Huud: 114).

Islam telah mendoraong ummat Islam untuk menjalankan shalat secara berjama’ah di masjid. Karena pelaksanaan shalt berjama’ah mempunyai keutamaan pahala, yaitu dua puluh tujuh kali lipat pahalanya disbanding shalat sendirian di rumah sebagaimana ditegaskan oleh beberapa hadits Nabi. Oleh karena itu, sebagian pakar hukum Islam memandang shalat berjama’ah memiliki status hukum “fardhu kifayah bagi “ahli” masjid, dan ada pula yang menganggapnya sebagai fardhu a’in bagi semua laki-laki yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan shalat berjama’ah, khususnya mereka yang tinggal di dekat masjid dan bisa mendenga adzan secara langsung, kecuali mereka yang berhalangan.21Adapun pakar fiqih lain juga ada yang berpendapat, bahwa shalat berjama’ah merupakan sunnah muakkadah (sunnah yang ditekankan).

Selain menjadi tempat shalat berjama’ah, baik berupa shalatJum’at maupun shalat lima waktu sehari semalam, eksistensi masjid memiliki urgensitas amat krusial dalam mencerdaskan ummat dan membekali orientasi keilmuan Islam yang dipresentasikan oleh seorang khatib saat menyampaikan khutbah. Khutbah tersebut biasanya berisikan pesan, pengarahan, peringatan, dan peningkatan taqwa kepada Allah Swt. pada saat khutbah Jum’at.Khutbah tersebut disampaikan menjelang

21


(33)

pelaksanakan shalat Jum’at, yang merupakan syarat keabsahan shalat Jum’at.Khutbah tersebut disampaikan menjelang pelaksanaan shalat Juma’at berlangsung di masjid.Nasihat-nasihat mingguna dalam khutbah bersifat mendidik tentang kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan secara terus-menus oleh kaum muslimin.

Dalam bidang peningkatan sumber daya manusia, masjida dapat menjalankan peran penting bagi improvisasi wawasan keislaman melalui penyelenggaraan pengajian-pengajian dan kuliah-kuliah yang diselenggarakan secara teratur setiap hari atau secara rutin berkenaan dengan acara tertentu, sehingga masjid merupakan pusat cahaya dan pusat petunjuk bagi masyarakat yang berada di sekitarnya. Masjid dapat menjalankan fungsinya sebagai pusat sosial di mana masyarakat bisasaling berjumpa, saling berkenalan satu sama lain, mendekatkan hati, berjabat tangan, memperkuat ikatan persaudaraan, bisasaling bertanya tentang kondisi masing-masing, terutama apabila salah seorang diantara mereka ada yang tidak mengikuti shalat jama’ah. Apabila sakit, ia akan dijenguk, jika ia sibuk diberitahukan, dan apabila ia lupa, bias diingatkan.

Dengan demikian, masjid dapat digunakan sebagai tempat pelaksanaan berbagai kegiatan, seperti menghafal Al-Qur’an, lembaga amil zakat, lembaga penengah sengketa, lembaga solidaritas anak muda dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.Masjid juga dapat digunakan sebagai secretariat lembaga peduli perempuan, pengasuhan anak-anak sesuai dengan norma-norma agama Islam, lembaga pembinaan dan


(34)

pengarahan bagi anak-anak muda untuk mengajak mereka mendalami ajaran-ajaran Islam, dan melindungi mereka dari prilaku yang menyimpang.

Seandainya saja shalat bukan merupakan kewajiban, niscaya tidak ada yang menanyakan masjid di dalam Islam.Shalat memang telah disyariatkan pada awal kelahiran Islam sebanyak empat rakaat, dua pada pagi hari dan dua rakaat pada sore hari. Penetapan shalat menjadi lima waktu seperti sekarang ini baru disyariatkan menjelang Nabi Muhammad saw.hijrah ke Madinah. Sampai saat itu, ibadah salat dilakukan dirumah-rumah. Tiadanya usaha mendirikan masjid karena lemahnya kedudukan Ummat Islam pada saat itu, sedangkan tantangan dari penduduk Mekkah begitu besar sebab penduduk Mekkah tampak belum siap menerima ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw., walupum sudah 13 tahun lamanya, dakwah Islamiyah telah dikumandangkan.22

3) Sejarah Pendirian Masjid Pertama dalam Islam

Dalam sejarah peradaban Islam, populasi madinah terkenal dengan masyarakat yang memiliki karakter atau watak halus dan mempunyai sikap bersahabat dengan para pendatang (Al-Muhajirin) dalam keyakinan yang dianut dan dibawanya. Mayarakat kota tersebut lebih dapat menerima dan merespon secara positif ajaran-ajaran baru yang dideklarasikan Nabi Muhammad saw., sebagai pengemban misi Ilahiyyah yang suci. Dengan antisas masyaakat Madinah mengirim utusan resmi membawa pesan yang

22

Moh. E. Yakub dan Kawan-Kawan, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press. 2001), Cet. 1, h. 2


(35)

berisikan penawaran tulus penduduk kota kepada Nabi Muhammad agar bersedia hijrah/berpindah domisili di Madinah. Sang nabipun menyetujui hasrat tulus masyarakat Madinah setelah adanya dua kali utusan dalam waktu dua tahun secara berturut-turut menemui Nabi Muhammad saw. pada musim haji. Pertemuan antara Nabi Muhammad saw. dan para delegasi masyarakat Madinah ini dikenal dengan pertemuan pertama dan kedua “Bai’at Aqabah” (pertemuan aqabah).

Ketika masyarakat non-muslim (kafir) Mekkah mendengar berita pertemuan antara delegasi Nabi dengan para delegasi dari kalangan mereka, Nabi Muhammad saw. menggunakan momentum pertemuan sebagai waktu yang tepat untuk melaksanakan hijrah ke Madinah. Masyarakat kafir Mekkah segera mengepung rumah kediaman Nabi dalam operasi invansi yang disebt dengan invansi “under siage”. Namun operasi kepungan tidak berhasil sebab Allah Swt. melindungi Nabi Muhammad saw. Nabi keluar rumah dengan meninggalkan Ali bin Abi Thalib yang disuruh Nabi untuk mengisi tempat tidur beliau.23Pada saat itu, para pengepung yang mengintai Nabi ke luar rumah, tidak mampu mengalahkan rasa kantuknya sehingga tertidur lelap tanpa disadari.Pada saat mereka terbangun, sasaran yang menjadi target operasi sudah tidak berada di rumah. Pengejaran serta pendobrakanpun dilakukan meski tidak menghasilkan apa yang dicari alias sia-sia belaka.

23


(36)

Perjalanan Nabi Muhammad saw. menuju Madinah dilakukan dengan menempuh rute jalan yang tidak bias dilalui orang sambil bersembunyi di sebuah goa. Ketika sampai di sebuah desa yang terletak di sebelah barat laut Yatsrib, Nabi Muhammad beristirahat selama empat hari.Desa tempat peristirahatan Nabi Muhammad saat hijrah ke Madinah dikenal dengan desa Quba.Di desa itulah dalam jangka waktu yang amat pendek, Nabi membangun sebuah masjid bersama para sahabatnya kaum Muhajirin dari Mekkah yang sudah menunggu di desa Quba. Ali bin Abi Thalib yang dating menyusul Nabi Muhammad saw. ikut serta mengangkat dan meletakan batu pertama pembangunan masjid yang kemudian dikenal dengan masjid Quba yang sederhana. Meski tampak sekali kelitihan yang tampak pada wajah Nabi Muhammad saw., namun jerih payah beliau bersama para sahabatnya menghasilkan masjid Quba yang merupakan masjid pertama dibangun Nabi Muhammad saw. di tengah-tengah perjalanan hijrah dari Mekkah menuju Madinah.

Masjid Quba yang dibangun Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya adalah masjid sederhana yang dibangun dengan pelepah kurma, berbentuk persegi empat, dengan enam serambi yang bertiang. Masjid pertama dalam Islam ini hanya sekedar tempat bersujud, tempat shalat, dan tempat berteduh dari terik matahari di padang pasir yang tandus. Masjid kuba didirikan pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriyah.Keberadaan masjid Quba ini merupakan menjadi tonggak yang kokoh bagi syiar Agama Islam pada priode-priode awal. Nabi Muhammad


(37)

saw. dan para sahabatnya menjalankan shalat berjama’ah di masjid Quba dan melaksanakan shalat Jum’at yang pertama kali. Selanjutnya, Nabi Muhammad saw. membangun masjid Nabawi di tengah-tengah kota Madinah yang kemudian menajdi pusat aktivitas beliau, pusat pengendali bagi segala permasalahan ummat Islam. Menarik dicatat di sini, bahwa Nabi Muhammad saw. hamper secara teratur mengunjungi masjid Quba dan melakukan shalat berjama’ah dengan warga desa. Kebiasaan ini lalu diikuti oleh banyak sahabat Nabi, seperti Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Muaz bin Jabal, dan sahabat-sahabat lainnya.24

4) Peran dan Fungsi Masjid

Manifestasi pemerintahan terlaksana didalam Masjid, baik pada pribadi-pribadi pemimpin pemerintahan yang menjadi imam atau khatib maupun di dalam ruangan-ruangan masjid yang dijadikan tempat-tempat kegiatan pemerintahan dan syura (musyawarah).

Keadaan itu kini telah berubah, sehingga timbulah lembaga-lembaga baru yang mengambil alih sebagian peranan masjid dimasa lalu, yaitu organisasi-organisasi keagamaan swasta dan lembaga-lembaga pemerintah,sebagai pengarah kehidupan duniawi dan ukhrawi umat beragama. Lembaga-lembaga itu memiliki kemampuan material dan teknis melebihi masjid.

Fungsi dan peranan Masjid besar seperti yang disebutkan pada masa keemasan Islam itu tentunya sulit diwujudkan pada masa kini.

24


(38)

Namun, ini tidak berarti bahwa Masjid tidak dapat berperan didalam hal-hal tersebut.

Masjid, khususnya Masjid besar, harus mampu melakukan kesepuluh peran tadi. Paling tidak melalui uraian para pembinanya guna mengarahkan umat pada kehidupan duniawi dan ukhrawi yang lebih berkualitas.

Apabila Masjid dituntut berfungsi membina umat, tentu sarana yang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik semua umat, baik dewasa, anak - anak, tua, muda, pria, wanita, yang terpelajar maupun tidak, sehat atau sakit, serta kaya danmiskin.25

Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT.tempat shalat, dan tempat beribadah kepada-Nya. Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui azan, qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istigfar, dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca di masjid sebgai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah. Selain itu funsi masjid adalah:

a. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah.

b. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri’tikaf, membersihkan diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman batin/keagamaan sehingga selalu

25


(39)

terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribdian.

c. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat.

d. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.

e. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotong-royongan didalam mewujudkan kesejahteraan bersama.

f. Masjid dengan majlis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin, g. Masjid adalahtempat pembinaan dan pengembangan

kader-kader pimpinan umat;

h. Masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan, dan membagikannya; dan

i. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial.26

Fenomena yang muncul, terutama di ota-kota besar, memperlihatkan banyak masjid telah menunjukan fungsinya sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan, dan kegiatan-kegiatan social lainnya.Dengan demikian, keberadaan masjid memberikan manfaat bagi

26


(40)

jamaahnya dan bagi masyarakat lingkungannya. Fungsi masjid yang semacam itu perlu terus dikembangkan dengan pengelolaan yang baik dan teratur, sehingga dari masjid lahir insan-insan muslim yang berkualitas dan masyarakat yang sejahtera.27

C. Perayaan Hari Besar Islam (PHBI)

1) Pengertian Perayaan Hari Besar Islam (PHBI)

Hari-hari besar Islam termasuk ke dalam hari-hari festival yang banyak dirayakan oleh umat Islam Imdonesia.Bahkan kemudian, di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam, hari-hari tersebut dimasukan sebagai hari libur nasional. Paling tidak hari besar Islam yang termasuk dalam konteks hari libur nasional adalah Tahun baru Hijriyah (1 Muharram), hari Maulid Nabi Muhammad SAW (12 Rabi’ul awal), hari Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad (27 Rajab), Nuzulul Qur’an (21 Ramadhan), „Idul Fitri (1-2 Syawal), dan „Idul Adha (10 Dzulhijah).28

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia “Perayaan” adalah pesta (keramaian dsb) untuk merayakan suatu peristiwa, “Hari Besar” adalah hari raya; hari istirahat dari kerja dan sekolah, “Islam” adalah agama yangdiajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. berpedoman pada kiab suci Al-qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.29

27

Ibid,h. 8 28

K.H. Muhammad Sholikhin, Di Balik 7 Hari Besar Islam, (Jogjakarta : Garudhawaca Digital Book and PoD, 2012), h. 3

29

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (Jakarta : PT Media Pustaka Phoenix, 2010) Cet. Ke-5


(41)

Dari paparan di atas dapat dipaparkan bahwa perayaan hari besar Islam adalah merayakan suatu peristiwa hari raya keagamaan yang di dalamnya mengandung ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. 2) Hari-Hari Besar Islam

a. 1 Muharrom, adalah hari pertama tahun baru hijriyah

1 Muharram adalah hari pertama tahun baru hijriyah.30 Penanggalan atau kalender yang bahasa Arabnya adalah tarikh, yang berarti juga sejarah, adalah sebuah penentuan bagi suatu zaman yang didalamnya telah terjadi berbagai peristiwa penting yang sangat berpengaruh pada kehidupan individu atau suatu umat.

Tahun Hijri sangat patut dan wajib kita pertahankan karena dua hal; pertama, menjaga kepribadian sejarah umat Islam.Semua peristiwa-peristiwa keIslaman, mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar telah tertulis dan dikodifikasikan sesuai dengan tarikh hijriy.Kedua, keterkaitannya yang kuat dengan berbagai masalah diniyyah dan Ahkam Syar’iyyah. Keterkaitan ini tidak hanya sementara dan terbatas pada zaman tertentu, tetapi bersifat abadi dan menyeluruh mulai dari bulan-bulan Haram(Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab), bulan-bulan Haji (Syawwal, Dzulqa’dah, Dzulhijjah), syahr al-Shiyam, masa „iddah bagi wanita dalam fiqih, sumpah, nadzar, kaffarah, haul-nya zakat, dua hari raya, puasa-puasa sunnah (awal-akhir tahun hijri, asyura, dll) dan sebagainya.

30


(42)

b. 10 Muharrom, disebut juga hari Asyuro

Keistimewaan 10 Muharram diterangkan dalam hadits riwayat Abu Huroiroh, bahwa Allah SWT telah mewajibkan Bani Israil berpuasa sehari dalam satu tahun , yakni pada hari Asyuro. „Aisyah menuturkan, “Hari Asyuro adalah hari puasa orang Quraisy di zaman jahiliyah, dan Rasulullah saw mempuasakannya. Ketika itu di Madinah, beliau mempuasakannya dan menyuruh orang banyak

mempuasakannya” (H.R. Muslim).Dengan demikian berpuasa pada

hari Asyuro hukumnya sunah.

10 Muharram dianggap hari besar Islam karena pada hari ini banyak terjadi peristiwa penting, diantaranya sebagai berikut : 1) Allah SWT menjadikan „Arsy.

2) Allah SWT menjadikan malaikat Jibril AS. 3) Allah SWT menjadikan Lauh Mahfuz. 4) Hari pertama Allah SWT menciptakan alam. 5) Hari pertama Allah SWT menurunkan rahmat, dll.31

c. 12 Rabiul Awal, Hari Maulid (kelahiran) Nabi Muhammad SAW. Konon ceritanya, perayaan maulid Nabi bermula dari kekalahan umat Islam dalam perang salib pada abad ke-13. Oleh karena itu, Sultan Turki Utsmani, Shalahudin al-Ayyubi mencari cara bagaimana membangkitkan semangat jihad di kalangan umat Islam. Diperoleh suatu cara, mereka harus diingatkan kembali dengan

31


(43)

tauladan semangat kejuangan Rasulullah menegakkan kalimat Allah. Maka diadakanlah sayembara penulisan kitab (buku) tentang sejarah hidup Rasulullah, mana yang paling bagus dan member pengaruh psikis kuat pada masyarakat itulah yang dianggap sebagai pemenangnya.

Setelah diseleksi sedemikian rupa, ternyata kitab sirah Nabi yang paling memikat hati umat Islam kala itu dan mampu membangkitkan semangat kejuangan umat Islam adalah kitab Maulid Syarif al-Anam, karya Syaikh Idris al-Barzanji. Hasilnya semangat jihad kembali muncul secara mengagumkan, dan umat Islam menang kembali membela hak agamanya, termasuk memasukkan kembali Yerusalem ke dalam pangkuan kaum muslimin.32

d. 27 Rajab, Hari Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW.

Kata Israa’ secara lughawi berasal dari kata “asraa -yusrii”yang berarti berjalan di waktu malam atau membawa berjalan di waktu malam. Adapun Mi’rajberasal dari kata „araja-ya’ruju yang berarti “naik” ke atas tangga. Kata Mi’raj sendiri berarti tangga atau semacam alat yang digunakan untuk naik dari bawah ke atas.33

e. 15 Sya’ban

Kebesaran hari ini diterangkan oleh Nabi Muhammad Rasulullah saw. “Malaikat Jibril mendatangiku pada malam Nisfu

(15) Sya’ban, seraya berkata, malam ini pintu-pintu langit dan

32

K.H. Muhammad Sholikhin, Di Balik 7 Hari Besar Islam, h. 48-49

33


(44)

pintu Rahmat dibuka bangunlah dan Shlatlah, angkat kepalamu dan tadahan kedua tanganmu ke langit, “Rasulullah saw. bertanya

“Malam apa ini Jibril”?

Jibril menjawab, “Malam ini dibukakan 300 pintu Rahmat.

Tuhan mengampuni segala kesalahan orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, kecuali tukang sihir, tukang nujum, orang bermusuhan, orang terus menerus minum khomer (arak atau minuman keras), terus-menerus berzina, memakan riba, durhaka kepada ibu bapak, orang yang suka mengadu domba dan orang yang memutuskan silaturrahim. Tuhan tidak mengampuni mereka sampai mereka tobat dan meninggalkan kejahatan-kejahatan itu.

Nabi Muhammad Rasulullah pun keluar, lantas mengerjakan

shalat (sendirian) dan menangis dalam sujudnya, seraya berdo’a, “Ya

Allah aku berlindung kepada-Mu dari azab dan siksa-Mu serta dari kemurkaan-Mu. Tiada kubatasi pujian-pujian kepada-Mu sebagaimana Engkau telah memuji diri-Mu. Maka bagi-Mu segala pujian-pujian itu hingga Engkau rela.” (Al-Hadist). Oleh karenanya malam tersebut sangat baik untuk beribadah dan memohon ampunan dari Allah swt.

f. 17 Romadhon, Hari Nuzulul Qur’an. Pada malam 17 Romadhon itulah pertama kali diturunkan ayat Al-Qur’an ketika Nabi Muhammad Rasulullah SAW. menyepi di Gua Hiro Jabal Nur, sekitar enam kilometer dari kota Mekah


(45)

g. 1 Syawal, Hari Raya Idul Fitri. Pada hari itu Allah bersihkan segala dosa umat Islam yang telah menunaikan puasa Romadhon sebulan penuh dan membayar zakat fitrah sehingga seperti bayi yang baru lahir h. 10 Dzulhijjah, Hari Raya Idul Adha, disebut juga Idul Qurban. Kata

Dzulhijjah berasal dari bahsa Arab, Dzul (punya) dan Hijjah (haji). Artinya “yang punya haji”34

34


(46)

BAB III

GAMBARAN UMUM MASJID DAARUL MU’MININ PARUNG BINGUNG DEPOK

A. Tinjaun Historis Berdirinya Masjid Daarul Mu’minin

Masjid Daarul Mu’minin yang beralamat di kampung Parung Bingung

Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok berdiri atas prakarsa para tokoh masyarakat kampung Parung Bingung, diantaranya Alm. Bapak Ustadz Marja yang saat itu menjabat sebagai ketua RK (Rukun Kampung) dan Alm. Bapak Ustadz Sainih sebagai RW, mereka merupakan tokoh sekaligus sesepuh masyarakat Parung Bingung. Mereka berkeinginan mendirikan masjid dikarenakan letak masjid yang sudah ada cukup jauh, selain itu merka berkeinginan untuk memili majelis taklim sekaligus bias dijadikan

tempat Shalat Jum’at secara berjamaah. Melalui Forum musyawarah

masyarakat yang dipimpin oleh para sepuh, pada awalnya pembangunan masjid ini berstruktur yang diketuai oleh Bapak Ustadz Abdul Azis, Alm. Bapak Ustadz Abdul Majid sebagai sekretaris, dan bendahara Alm. Bapak Ustadz Salihan.35

Perjalanan pembangunan Masjid Daarul Mu’minin ini memakan waktu yang cukup lama, pada tahun 1982 pendiraian masjid tersebut baru dimulai proses perencanaan dimana letak, ataupun tanah yang akan dibangun masjid sekaligus membentuk panitia pembangunan masjid melalui musyawarah masyarakat dan para sepuh. Kemudian pada tahun 1986 barulah terealisasi

35

Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Azis, Depok, 09 Juni 2014 37


(47)

kepengurusan yang dianggap cukup solid dalam rangka pembangunan masjid tersebut, sekaligus memastikan letak masjid yang akan didirikan. Pada tahun 1986 tepatnya di bulan Rabiul Awwal, mulailah pelaksanaan pembangunan masjid Daarul Muminin di atas tanah yang telah diwakafkan oleh Alm H.

Sa’din yang telah mewariskan tanahnya kepada anaknya yaitu Bapak Romeli

seluas ± 500 m2 untuk segera dilaksanakan pembangunan masjid tersebut yang beralamat di Jl. Raden Sukarma Kampung Parung Bingung Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Oleh karenanya

akte wakaf masjid Daarul Mu’mini sekarang diatasnamakan Bapak Romeli.

Kemudian dengan kepengurusan panita pembangunan sekaligus DKM baru yang diketuai oleh Ustadz H. Mad Hasan, bertahap mulai mengalami tahap penyelesaian pembangunan Masjid Daarul Mu’minin, kemudian pada saat itu pula mulailah digunakan pertama kalinya untuk shalat Jum’at secara berjamaah dan layak digunakan sebagaimana masjid mestinya setelah diresmikan oleh Bapak Wali Kota Depok yaitu Bapak Tamjid pada tahun 1992, dan pada saat itu Depok Masih sebagai kota Administratif. Di dalam proses membangun

masjid Daarul Mu’minin ini panitia pembangunan melalui masa-masa yang

sangat sulit, dikarenakan dana pembangunan ini hanya bersumber dari masyarakat sekitar saja, sehingga Masjid Daarul Mu’minin baru layak dipakai memakan waktu yang cukup lama dalam proses pendiriannya sampai dengan terselenggaranya kegiatan masjid tersebut. Beberapa kali panitia pembangunan ini mengajukan proposal ke pemerintah daerah (Pemkab Bogor) yang pada


(48)

waktu itu Depok masih menginduk kepemerintahannnya di Kabupaten Bogor namun tidak pernah ada jawaban.

Luas tanah masjid Daarul Mu’minin yang awalnya hanya 500 M2 diperluas lagi dengan wakaf dari Bapak H. Sakim kurang lebih 250 m2. Lalu ditambahkan lagi atas usaha pengurus DKM sehingga Masjid memiliki tanah 1000 m2 sampai dengan saat ini. Jama’ah yang menggunakan masjid Daarul

Mu’mini ini adalah menacakup warga RW 003 dan RW 009 khususnya, juga

seluruh masyarakat parung bingung Umumnya.

Selanjutnya masjid ini mengalami renovasi total pertama kalinya pada tahun 2005-2006 yang biayanya langsung ditangani seluruhnya oleh Jendral Safjen Nurdin yang bertempat tinggal persis di depan Masjid Daarul Mu’minin.

Pembangunan Masjid Daarul Mu’minin ini dimulai dari desain, bahan material,

dan seluruh pegawai yang mengerjakan masjid tersebut dibiayai oleh jendral tersebut dengan persentase dari 0% sampai dengan 100% pendiriannya.

Kepengurusan Dewan Kesejahteraan masjid Daarul Mu’mini telah

mengalami perubahan-perubahan struktur, yaitu Ustadz Abdul Azis, kemudian Ustadz H. Mad Hasan, kemudian Ustadz Zaenal Abidin, kemudian Ustadz H.

Sya’roni NA, kemudian dan sampai saat ini diketuai oleh Ustadz Saiful Anwar

yang sudah menjabat dua priode sebagai ketua DKM Masjid Daarul

Mu’minin.36

36


(49)

B. Visi, Misi dan Tujuan Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok

Visi Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) Daarul Mu’minin yaitu :

“Terbinanya lingkungan Umat Islam yang beriman, berakhlaqul Karimah, berilmu dan beramal sholeh dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT untuk mencapai keridhoan-Nya”.

Misi Dewan Kesejahteraan Masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung

Depok adalah sebagai berikut :

a. Tersedianya masjid dan fasilitasnya yang memadai di atas tanah yang telah dimiliki di wilayah Parung Bingung RW 03 dan RW 09

b. Menyiapkan sarana pendidikan dan pengkaderan da’i yang lebih

spesifik untuk menjadi imam masjid.

c. Menyiapkan sarana pembelajaran Al Qur’an melalui Ta’limul Al

Qur’an sebagai wujud meningkatkan kualitas dan kuantitas

keberislaman masyarakat di lingkungan sekitar

d. Menyediakan sarana pelayanan dan pembinaan umat dalam memahami Islam secara kaffah.

e. Mencetak generasi-generasi Islam yang cinta Al Qur’an, suka dan senang membacanya, mentadaburi dan menjadikannya sebagai pedoman dalam kehidupannya.

Tujuan :

a. Memberikan manfaat sebaik mungkin untuk peningkaan keimanan umat Islam.

b. Mewujudkan masyarakat yang melestarikan nilai-nilai keislaman.37

37


(50)

C. Struktur Organisasi dan Tugas Kerja Pengurus DKM Masjid Daarul Mu’minin

Untuk memperlancar mekanisme kerja suatu lembaga, khususnya Masjid Daarul Mu’minin sebagai suatu lembaga maka dibentuklah struktur kepengurusan, melalui pembentukah struktur dan job description (uraian kerja) yang merupakan sesuatu yang sangat penting dan diperlukan supaya masing-masing personil pengurus mengetahui apa tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakannya. Apabila hal ini dipahami dan dilakukan dengan baik, maka akan terhindar dari tumpang tindih dalam melaksanakan tugas antara pengurus yang satu dengan yang lainnya.

1. Struktur Organisasi Masjid Daarul Mu’minin Masa Bakti : 2010 – 2013 M


(51)

Keterangan :

a. Ketua : SYAIFUL ANWAR b. Sekretaris : H. NURHASAN c. Bendahara : SAIPUL ZUPRI Seksi-seksi :

a. Ta’mir dan Dakwah

Moh. Syahri

b. Pemeliharaan dan Pembangunan Abdul Rahman HB

c. Merbot:

Amtarih & Saamin d. Pendidikan

Ust. Mawardih Abdul Aziz

e. Pembinaan Remaja Abdul Hasan

Asmawi

f. Penggalangan Dana & ZIS Abdul Hakim

g. Humas dan Komunikasi Warga Abdul Rahman HS

Ketua RT se-RW 03 dan RW 09

DEWAN KEHORMATAN H. Madhasan

DEWAN PENASIHAT

1. H. Sapzen Noerdin 2. Ust. Ghazali HY 3. Ahmad sanusi 4. H. Krisno

5. Ust. Zainal Abidin 6. Saimin Syam 7. Rihadi BS


(52)

2. Tugas Kerja Pengurus DKM Daarul Mu’minin Periode 2014-2017 M / 1431 – 1434 H

a. Badan Penasihat Tugas Kerja:

 Memberikan masukan, arahan dan saran kepada Pengurus DKM agar roda organisasi dan program kerja bisa berjalan dengan baik sesuai dengan visi dan misi yang dicanangkan.38

b. Ketua

Tugas Kerja:

Pengemban amanah organisasi yang dipilih pada waktu Musyawarah Jama'ah. Bertanggung jawab atas terlaksananya seluruh amanah yang ditetapkan dalam Musyawarah Jama'ah. Melaksanakan kegiatan organisasi antara lain:

1) Memimpin dan mengendalikan kegiatan rutin organisasi secara umum.

2) Memimpin Rapat Umum pengurus.

3) Mengkoordinir, memotivasi, mengevaluasi, mengarahkan dan membimbing seluruh kegiatan bidang/seksi dalam melaksanakan amanah organisasi.

4) Pengambil keputusan atas semua permasalahan yang terjadi pada saat pelaksanaan tugas yang dijalankan Pengurus.

38

Wawancara pribadi dengan Bapak Saiful Anwar, dan Dokumen Pembagian Tugas Kerja Masjid Daarul Mu’minin


(53)

5) Menyelengarakan dan memimpin Musyawarah Kerja untuk membahas dan menjabarkan program kerja sesuai dengan kebutuhan.

6) Mempertanggungjawabkan kepengurusan organisasi dalam Musyawarah Jama'ah.39

c. Sekretaris Tugas Kerja:

Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan program kesekretariatan dan pengelolaan administrasi organisasi. Melaksanakan kegiatan organisasi antara lain:

1) Mengatur dan mengelola tugas kesekretariatan organisasi secara umum.

2) Membuat surat resmi yang dikeluarkan DKM Daarul Mu’minin 3) Bersama Ketua menandatangani setiap surat resmi yang

dikeluarkan DKM.

4) Menerima, mencatat, dan mengarsipkan surat masuk dari berbagai pihak.

5) Memberikan pelayanan administratrif untuk seluruh Bidang/Seksi. 6) Memberikan laporan bidang kesekretariatan kepada Ketua

DKM.

7) Menjadi sekretaris/notulis dalam setiap musyawarah yang dipimpin oleh Ketua DKM.


(54)

8) Mewakili Ketua DKM apabila yang bersangkutan berhalangan hadir atau tidak ada di tempat.

9) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada Ketua DKM.

Usulan Program Kerja:

1) Mengaktifkan dan menata sekretariat Masjid 2) Membuat kops surat dan amplop DKM

3) Membuat standarisasi pembuatan surat DKM dan kepanitiaan 4) Membuat kartu donatur masjid (infaq & shodaqoh) yang bekerja

sama dengan bidang terkait.40 d. Bendahara

Tugas Kerja:

Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaaan program pengelolaan keuangan organisasi. Melaksanakan kegiatan organisasi antara lain :

1) Menyimpan, mengelola dan membukukan keuangan Organisasi. 2) Merencanakan dan mengusahakan pemasukan sumber-sumber

dana ke kas DKM.

3) Mengendalikan dan menertibkan pelaksanaan anggaran belanja masjid sesuai dengan ketentuan.

4) Mengeluarkan uang sesuai keperluan dan kebutuhan berdasarkan persetujuan Ketua DKM.


(55)

5) Menyimpan bukti penerimaan dan pengeluaran keuangan.

6) Membuat laporan keuangan dan mengumumkannya secara rutin 3 bulan/sekali maupun insidentil.

7) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada Ketua DKM.41

e. Bidang Ta’mir/Peribadatan Tugas Kerja :

Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan program dakwah dan pembinaan jama'ah. Melaksanakan kegiatan organisasi antara lain:

1) Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan keimanan, keilmuan dan ketaqwaan Jama'ah.

2) Mengatur penyelenggaraan ibadah Shalat Jum'at, termasuk membuat jadwal imam & khotib.

3) Mengatur pelaksanaan kegiatan pengajian yang diselenggarakan di

Masjid Daarul Mu’minin.

4) Mengatur pelaksanaan ibadah sholat harian termasuk membuat jadwal imam rawatib.

5) Memotivasi jamaah dalam memakmurkan masjid dengan menyelenggarakan kegiatan ibadah khususnya sholat dan kegiatan lainnya..


(56)

6) Bertanggung jawab atas penyelenggaran kegiatan peringatan hari besar Islam seperti tahun baru Hijriyah, Maulid Nabi Muhammad

SAW, Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW, peringatan Nuzulul

Qur’an di bulan Ramdahan, Acara Halal Bihalal, pelaksanaan

qurban Idul Adha, serta peringatan hari besar Islam lainnya seperti tablig akbar.

7) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada Ketua DKM

Usulan Program :

1) Pelatihan imam sholat dan khatib Jumat secara berkala 2) Mendirikan LPTQ.42

f. Bidang Pendidikan Tugas Kerja:

Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan Program Kerja Pendidikan dan Pelatihan. Melaksanakan kegiatan organisasi antara lain:

1) Berkoordinasi dengan Seksi Ta’mir berkaitan dengan kegiatan

yang bersifat dakwah.

2) Merencanakan, mengatur dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan keilmuan dan keterampilan jama'ah, baik anak-anak, remaja maupun orang tua.

3) Membina Majelis Ta'lim ibu-ibu.


(57)

4) Membina dan mengelola Taman Pendidikan Al Quraan (TPA). 5) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas

kepada Ketua DKM. Usulan Program :

1) Menyelenggarakan pengajian ba’da (setelah) subuh pada Sabtu dan Minggu dengan pengajian Tafsir Al Quran dan Hadist

2) Mengatur jadwal kultum malam Minggu dan Senin, serta kultum subuh

3) Mengelola TPA anak-anak dan pengajian remaja yang berkoordinasi dengan Pengajian Akhwat. Usulanya, TPA ini dikelola lebih profesional

4) Membuat kajian-kajian lainnya seperti Bedah Buku yang bekerja sama dengan Bidang Perpustakaan.43

g. Bidang Penggalangan Dana Dan Pengelolaan Zakat, Infaq Dan

Shadaqah (Zis) Tugas Kerja:

Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam Program pemberdayaan Zakat, infaq dan Shodaqah jama'ah. Melaksanakan kegiatan organisasi antara lain:

1) Bertanggung jawab untuk menggerakan perekonomian umat berbasis masjid dengan tujuan mencari pendanaan untuk operasional masjid dan kegiatan syiar Islam. Diharapkan dengan


(58)

adanya bidang ini, perekonomian umat bisa berdaya dan masjid mampu berdiri sendiri dalam hal pendanaan untuk membiayai program-program kerjanya.

2) Merencanakan, mengatur, memotivasi dan menjalankan program pemberdayaan dana ummat melalui zakat, infaq & shodaqoh. 3) Membantu jama'ah dalam proses penghitungan jumlah dan

penyaluran zakat, infaq dan shodaqoh yang akan dikeluarkan. 4) Bertanggung jawab atas pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh

(ZIS) baik rutin maupun tahunan

5) Mencari sumber-sumber ZIS baik di lingkungan maupun dari luar lingkungan.

6) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada Ketua DKM.

Usulan Program:

1) Mengaktifkan kembali penarikan donasi rutin untuk masjid 2) Membuat kartu donatur yang bekerja sama dengan sekretaris

DKM

3) Membantu sumber pendanaan ZIS untuk anak asuh/kaum dhuafa.44


(59)

h. Bidang Humas Dan Komunikasi Warga Tugas Kerja:

1) Bertanggung jawab untuk melakukan sosialisasi dan publikasi atas jalannya organisasi dan program kerja pengusus DKM 2) Membuat dokumentasi dengan mengumpulkan foto/video

kegiatan DKM dan bisa bekerja sama dengan sekretaris.

3) Menjalin relasi dengan berbagai pihak, baik warga dan DKM di sekitar RW 03 dan RW 09, instansi pemerintah, serta instansi lainnya.

Usulan Program:

1) Membuat buletin /leaflet sebulan sekali,

2) Membuat website atau blog yang menginformasikan kegiatan masjid

3) Mengaktifkan mading masjid.45 i. Bidang Pembinaan Anak Dan Remaja

Tugas Kerja:

1) Bertanggung jawab melakukan pembinaan terhadap anak dan remaja di lingkungan RW 03 dan RW 09 dengan melakukan sejumlah kegiatan yang bermanfaat sehingga terdorong untuk memakmurkan masjid.

2) Bidang ini dalam melakukan kegiataanya bisa berkoordinasi dengan bidang lain


(60)

3) Bidang ini juga membawahi RISDA, organisasi remaja Islam

Masjid Daarul Mu’minin yang bersifat otonom (memiliki

kepengurusan sendiri) Usulan Progam:

Membuat program pelatihan seperti pidato, MC, nasyid/kesenian Islam, jurnalistik untuk membantu peliputan Bidang Humas dan Publikasi serta kegiatan lainnya yang bermanfaat sehingga anak dan remaja terdorong untuk memakmurkan masjid

j. Bidang Akomodasi Dan Kebersihan Tugas Kerja:

1) Bertanggung jawab menjamin ketersediaan sarana demi kelancaran peribadatan. Misalnya sound system, sajadah, karpet, mukena, listrik, meja belajar/mengaji, dan podium.

2) Bertanggung jawab mengelola kebesihan masjid dan sarana pendukungnya seperti toilet, kipas angin

3) Bertanggung jawab melakukan pemeliharan sarana masjid yang bersifat ringan seperti menganti kran kamar mandi, kunci kamar mandi, lampu penerangan, rambu-rambu penunjuk di masjid.46 Usulan Program:

1) Membuat jadwal kebersihan Marbot yang berkoordinasi dengan Bidang Ta’mir


(61)

2) Membuat jadwal kerja bakti warga untuk membersihkan masjid dan sekitarnya

k. Bidang Sarana Dan Prasarana Tugas Kerja:

Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam Program Kerja pengelolaan peralatan dan perlengkapan masjid. Melaksanakan kegiatan organisasi antara lain:

1) Merencanakan, mengatur, dan menyelenggarakan pengadan peralatan dan perlengkapan masjid

2) Melakukan inventarisasi dan penambahan inventaris masjid.

3) Menyiapkan pengadaan peralatan dan perlengkapan untuk menunjang kelancaran suatu kegiatan.

4) Bertanggung jawab melakukan pemeliharan sarana masjid yang bersifat ringan seperti menganti kran kamar mandi, kunci kamar mandi, lampu penerangan, rambu-rambu penunjuk di masjid

5) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada Ketua DKM.47

Usulan Program

1) Membuat kantor kesekretariatan prioritas DKM periode sekarang ini

2) Membuat rak dan ruang perpustakaan di bagian masjid 3) Memperbaiki gudang depan masjid


(62)

4) Melakukan pengecetan masjid terutama di bagian luar.48

D. Pelaksanakan Manajemen Takmir Di Masjid Daarul Mu’minin

Sebagai orang yang beriman, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk memakmurkan masjid, khususnya dilingkungan rumah kita masing masing. Krisis tidak boleh dibiarkan berlarut–larut, karena hal itu akan memberikan pengaruh pada masa depan masyakat yang tidak baik, khususnya generasi muda. Mereka semakin tidak memahami bagaimana seharusnya masjid itu di fungsikan dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu seluruh potensi masyarakat muslim harus dipadukan dan dikerahkan bagi upaya memakmurkan masjid. Peran takmir dalam melaksanakan fungsi – fungsi manajemen dalam pengelolaan masjid sangat di perlukan agar fungsi masjid dapat di optimalkan sebagaimana mestinya. Ada beberapa penerapan fungsi manajemen takmir di Masjid Daarul mu’minin antara lain:

1. Planing (Perencanaan)

Dalam proses perencanaan Masjid Daarul Mu’minin para takmir Masjid Daarul Mu’minin selalu melaksanakan proses-proses yang telah disepakati bersama dalam rangka pemakmuran masjid. Para takmir Masjid Daarul Mu’minin juga selalu melakukan perencanaan yang matang, hal tersebut akan membuat aktifitas berjalan dengan baik dan jelas kemana arah dan target yang akan di capai dengan melibatkan jamaah yang lebih banyak. Dalam manajemen takmir masjid,


(63)

perencanaan merupakan perumusan tentang apa yang akan dicapai dan tindakan apa yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan pemakmuran masjid, sesuai dengan tingkat kemakmuran yang dimiliki. Dalam upaya memakmurkan masjid, perencanaan memiliki arti yang sangat penting. Pertama, aktivitas pemakmuran masjid bisa lebih bejalan dengan terarah dan teratur. Kedua, memungkinkan dipilihnya tindakan-tindakan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi pada saat upaya pemakmuran masjid dlaksanakan. Ketiga, dapat dipersiapkan terlebih dahulu tenaga-tenaga pelaksana dalam memakmurkan masjid, begitu juga dengan dana dan sarananya. Dan keempat, perencanaan juga akan memudahkan pimpinan pengurus masjid untuk melaksanakan pengawasan dan penilaian terhadap jalannya aktivitas pemakmuran masjid. Dari pedoman tersebut masjid Daarul Mu’minin menampakkan eksistensinya untuk lebih meningkatkan keimanan masyarakat dengan kegiatan-kegiatan yang ada di dalammnya. Dengan demikian tanpa perencanaan yang baik, tidak hanya membuat kepengurusan dan aktifitas menjadi kacau dan tidak punya arah yang jelas, tetapi kemajuan dan kemunduran juga tidak bisa diukur. Akhirnya, jamaah masjid hanya beraktifitas secara rutin karena memang sudah menjadi kewajiban yang harus digugurkan tanpa ada upaya meningkatkan kuantitas dan kualitasnya.49


(64)

a. Rencana kerja jangka panjang Masjid Daarul Mu’minin

Rencana jangka panjang yang dilakukan Masjid Daarul

Mu’minin , di terapkan dalam melaksanakan programnya pada TPA,

TPA ini di bangun dan dilaksanakan di Masjid Daarul Mu’minin pada awal tahun 2006, program TPA ini ditujukan kepada anak-anak dan remaja. Adapun yang dipelajari di TPA adalah baca tulis Al-Qur’an dan mempelajari Al-Qur’an dengan metode Qiroati.

b. Rencana kerja jangka pendek Masjid Daarul Mu’minin

Rencana kerja jangka pendek Masjid Daarul Mu’minin di terapkan dalam program-program yang melibatkan seluruh jamaah masjid seperti acara pengajian rutin setiap hari Jum’at malam sabtu yaitu pengajian untuk semua kalangan baik orang tua maupun anak-anak. Selain pengajian rutin juga ada pengajian lainnya seperti pengajian anak-anak remaja yang mengaji kitab yang dipimpin oleh Ustadz Setempat yang bergantian dengan ulama lainnya.50

2. Organizing (Pengorganisasian)

Setelah melaksanakan perencanaan kegiatan masjid yang matang yang dilakukan pengurus Masjid Daarul Mu’minin dengan cukup baik, maka perlu pengorganisasian yang solid bagi pengurusnya. Pengorganisasian masjid merupakan penyatuan, pengelompokan dan pengaturan pengurus masjid untuk digerakkan dalam satu kesatuan kerja sebagaimana yang telah direncanakan. Ada beberapa langkah yang


(65)

dilakukan oleh takmir Masjid Daarul Mu’minin dalam rangka memakmurkam masjid, antara lain :

a. Para anggota takmir Masjid Daarul Mu’minin mengelompokkan aktivitas pemakmuran masjid dalam satu kesatuan.

b. Para takmir juga merumuskan dan menentukan tugas serta tanggung jawab struktur kepengurusan masjid dan menempatkan personil pengurusnya sesuai dengan kemampuan, kemauan, pengalaman, kondisi fisik dan mentalnya.

c. Ketua takmir Masjid Daarul Mu’minin memberikan wewenang dan tanggung jawab yang penuh kepada staf-staf dan pelaksananya.

d. Para takmir Masjid Daarul Mu’minin juga memiliki jaringan kerja yang baik sehingga memiliki alur kerja yang solid. Di Masjid

Daarul Mu’minin pengorganisasian di terapkan pada pemilihan

pengurus atau takmir masjid, muadzin, dan susunan kepengurusan TPA Masjid Daarul Mu’minin serta tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh para pengurus masjid.51

Pengorganisasian merupakan pembagian fungsi, peran, tugas dan tanggung jawab semua pengurus yang terlibat di dalamnya. Pengorganisasian di Masjid diadakan bersamaan dengan penyusunan struktur kepengurusan masjid. Dalam rapat ini dibentuklah struktur kepengurusan masjid dan ditetapkan pula bagian-bagian tanggung


(66)

jawabnya selama menjadi pengurus masjid. Selain itu pengorganisasian di masjid juga di tetapkan untuk menyiapkan imam-imam dan khotib sehingga apabila imam atau khotib berhalangan hadir maka tugas imam atau khotib tersebut dapat di gantikan dengan yang lainnya (Dokumen Masjid Daarul Mu’minin).52

3. Actuiting (Penggerakan)

Setelah pengorganisasian maka langkah selanjutnya dalam fungsi manajemen adalah pelaksanaan dalam manajemen masjid pelaksanaan adalah upaya membimbing dan mengarahkan seluruh potensi pengurus untuk beraktifitas sesuai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Pimpinan pengurus masjid harus memberikan motivasi, membimbing dan mengarahkan staf pengurus masjid guna menunaikan amanah kepengurusan dengan baik. Dalam organisasi seperti kepengurusan masjid, kesadaran yang tinggi memang sangat diperlukan. Dengan kesadaran yang tinggi, maka disiplin pengurus dalam mengemban amanah kepengurusan masjid akan berjalan dengan baik. Kesadaran yang tinggi ini akan lahir dari keimanan yang mantap. Oleh karena itu, pengurus masjid harus memiliki kemantapan iman agar dia merasa berdosa kepada Allah Swt. manakala tidak menunaikan tugas kepengurusan dengan baik, bukan merasa senang dalam kelalaiannya mengemban amanah untuk menjadi pengurus masjid. Pemimpin dalam kepengurusan masjid menjadi salah satu penentu bagi suksesnya


(67)

pelaksanaan ini, oleh karena itu pemimpin harus melibatkan seluruh pengurus dalam pelaksanaan tugas, membuka jalur komunikasi yang seluas-luasnya diantara sesama pengurus, baik melalui rapat, briefing, membuat nota, menelepon, dan sebagainya. Disamping itu pemimpin juga harus meningkatkan kemampuan kerja semua staf-stafnya dan memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapainya. 53

4. Controlling (Pengawasan)

Kemudian yang terakhir adalah pengawasan atau kontrol, baik dari pimpinan kepada stafnya maupun dari staf kepada pimpinan dan sesama staf kepengurusan masjid merupakan sesuatu yang penting. Terlaksananya fungsi ini akan membuat pengurus menjadi tau akan adanya kesalahan, kekurangan, kelemahan, rintangan, tantangan dan kegagalan dalam mecapai tujuan pemakmuran masjid. Pengawasan dapat dilakukan dengan mengamati jalannya pelaksanaan kegiatan masjid, mengukur keberhasilan dan kegagalannya dengan standar sebagaimana yang telah di tetapkan dalam perencanaan untuk selanjutnya memperbaiki kesalahan dan kekurangan serta mencegah terjadinya kegagalan. Fungsi pengawasan ini diterapkan oleh Masjid Daarul Mu’minin dalam rangka menghimpun dana dan pengelolaan zakat, infaq dan sodaqoh dari para jamaah masjid. Fungsi pengawasan juga di terapkan pada seni program kegiatan yang dilaksanakan oleh Masjid Daarul Mu’minin seperti di lakukannya evaluasi dan rapat setiap kali telah selesai melakukan


(68)

kegiatan seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang setiap tahunnya dilaksanakan. Dan untuk menjadikan acara ini menjadi lebih baik lagi tiap tahunnya pihak masjid mengadakan pengawasan dan evaluasi sehingga tiap tahunnya acara berjalan dengan baik.54


(69)

BAB IV

ANALISIS MANAJEMEN PELAKSANAAN PERAYAAN HARI BESAR ISLAM (PHBI) DI MASJID DAARUL MU’MININ

PARUNG BINGUNG DEPOK

A. Manajemen Pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di Masjid

Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok.

Dari data yang penulis dapatkan dari lapangan untuk mengetahui Manajemen Pelaksanaan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) di masjid Daarul Mu’minin Parung Bingung Depok adalah dengan cara melaksanakan fungsi manajemen yakni:

a. Perencanaan Kegiatan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI).

Pada perancanaan kegiatan ini kepemimpinan Dewan Kesejahteraan Masjid mengadakan musyawarah kepada seluruh anggota DKM untuk merencanakan terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan PHBI, dalam hal tersebut dibahas tentang perencanaan awal seperti membuat panitia kerja, memberikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kepengurusan dan kepanitian, penentuan dan perumusan rencana-rencana kerja yang akan dilaksanakan, menetapkan penggalangan dana serta penetapan dan penjadwalan waktu kegiatan. Dengan demikian, perencanaan yang dimusyawarahkan disesuaikan dengan acara yang akan diadakan seperti pekan maulid Nabi Muhammad


(70)

saw, Isra’ Mi’raj, Muharrom, Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian yang dilakukan oleh masjid daarul mu’minin dalam hal ini adalah dengan melibatkan remaja yang berada di lingkungan masing-masing RT sebagai panitia. Karena, remaja merupakan aset yang berharga bagi kelangsungan kegiatan keagamaan, selain itu remaja memiliki semangat dan mobilitas yang tinggi, sehingga dengan dilibatkan remaja sebagai panitia, kegiatan PHBI akan terus berlangsung dikarenakan dalam hal ini remaja adalah generasi penerus yang akan melanjutkan semangat dakwah dan syiar Islam.

c. Penggerakan

Dalam hal ini, panitia dan dewan kepengurusan masjid melakukan koordinasi dengan aparat kepemerintahan melalui ketua RW dan ketua RT agar kegiatan PHBI tersebut dapat tersosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat yang berada di lingkungan masjid atas kegiatan yang akan dilaksanakan, dikarenakan kegiatan tersebut tidak terlepas dari penggalangan dana oleh setiap masyarakat.55

d. Pengawasan

Dalam hal ini, pengawasan dilakukan oleh Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) Masjid Daarul Mu’minin kepada panitia penyelenggara Perayaan Hari Besar Islam agar menjalankan tugasnya sesuai dengan job

55


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)