KAJIAN TRADISI NGANGGUNG PADA MASYARAKAT BANGKA DALAM PERAYAAN HARI BESAR ISLAM DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA DI SMK.

(1)

KAJIAN TRADISI NGANGGUNG PADA MASYARAKAT BANGKA DALAM PERAYAAN HARI BESAR ISLAM

DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA DI SMK

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh: KURNIATI NIM 1103297

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Isah Cahyani, M.Pd.

NIP 196407071989012001

Pembimbing II,

Dr. Dadang Anshori, M.Si.

NIP 197204031999031002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Sumiyadi, M. Hum.

NIP 19660320 199103 004

PERSETUJUAN


(3)

Pembimbing I,

Dr. Isah Cahyani, M.Pd.

NIP 196407071989012001

Pembimbing II,

Dr. Dadang Anshori, M.Si.

NIP 197204031999031002

Penguji I,

Prof. Dr. Yus Rusyana

Penguji II,

Dr. Sumiyadi, M.Hum.

NIP 19660320 199103 004

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Sumiyadi, M. Hum.


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Kajian Tradisi

Nganggung pada Masyarakat Bangka dalam Perayaan Hari Besar Islam dan

Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar Berorientasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran Berbicara di SMK” beserta isinya adalah benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.

Bandung, April 2013 Yang membuat pernyataan


(5)

ABSTRAK

Tesis ini berjudul “Kajian Tradisi Nganggung pada Masyarakat Bangka dalam

Perayaan Hari Besar Islam dan Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar Berorientasi

Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran Berbicara di SMK”. Penelitian ini

dilatarbelakangi adanya upaya untuk menggali keunggulan budaya Bangka

nganggung sebagai bahan pembelajaran dalam pendidikan berbasis budaya yang

mengembangkan kecakapan hidup sebagai isu sentral pendidikan. Wacana kearifan lokal dan kecakapan hidup bertujuan untuk menjamin konsistensi antara tujuan pendidikan dengan pembentukan kepribadian manusia sehingga pendidikan menghasilkan anak-anak yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia (berilmu dan berbudaya). Pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), bertujuan untuk menghadapi tantangan masa depan, kemampuan peserta didik berkomunikasi menjadi salah satu syarat keberhasilan bekerja, melalui sumber belajar dalam suatu komunitas budaya. Akan tetapi hasil pembelajaran berbicara masih belum memuaskan. Pendidikan berbasis kekuatan budaya merupakan upaya bijaksana untuk mengurangi hal negatif perilaku pendidikan. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan tradisi nganggung dan pemanfaatannya sebagai bahan ajar berorientasi kecakapan hidup dalam pembelajaran berbicara. Melalui metode penelitian deskriptif kualitatif, penelitian ini menggunakan strategi etnografi dengan data primer dan data sekunder berupa segala sesuatu yang berkaitan dengan tradisi

nganggung. Data yang ada dianalisis dengan teknik taksonomi, konseptualisasi, dan

kontekstualisasi. Hasil penelitian ini membagi keunggulan nganggung ke dalam konsep nganggung dipadukan sebagai teknik pembelajaran, fungsi budaya berintegrasi dengan tujuan pembelajaran, dan nilai-nilai budaya nganggung berguna sebagai materi pembelajaran. Kekuatan yang ada dijadikan kegiatan pembelajaran. Kepaduan tersebut menyangkut tujuan, materi, proses, budaya, dan keterpaduan lembaga pendidikan, kemudian dianalisis dan dikembangkan menjadi desain bahan ajar.

Aplikasi dalam pembelajaran, penelitian ini menghasilkan desain bahan ajar memuat konsep nganggung dengan teknik pembelajaran yang mengembangkan kecakapan sosial, fungsi nganggung diintegrasikan dengan tujuan berbicara, dapat mengembangkan kecakapan akademik dan kecakapan vokasional, dan nilai-nilai

nganggung sebagai bahan materi dapat mengembangkan kecakapan personal siswa.

Hasil uji coba untuk mengukur keterbacaan desain bahan ajar dilakukan pada siswa kelas XI PM1 SMKN 1 Sungailiat dengan respon penerimaan yang baik.


(6)

ABSTRACT

This thesis is titled “Inquiry of Nganggung Tradition in Bangka Community in Islamic Holiday Celebration and Its Exploitation as Teaching Material Oriented to

Life Skill in Speaking Learning in Vocational Secondary School”. This study is back

grounded by an effort to uncover the strength of Bangka culture namely nganggung as learning material in culture based education which develop life skill as education central issue. Local wisdom discourse and life skill aim to guarantee consistency between education aim and the shaping of human personality in order that education generate smart, creative and have lofty moral (knowledgeable and cultured) children. Indonesian language learning, particularly in Vocational Secondary School, aim to face the future challenge. Students’ ability in communicating become one of prerequisite to be success in working, through learning resource in a culture community. But, the outcome of speaking learning has not yet satisfying. Education based on culture strength is wise effort to reduce negative thing of education behavior. The aim of this study is to describe nganggung tradition and its exploitation as teaching material which is oriented to life skill in speaking learning. Through qualitative descriptive research method, this study use ethnography strategy with primary data and secondary data in the form of everything related with nganggung tradition. The existing data is analyzed by taxonomy technique, conceptualization and contextualization. This result of study divide the strength of nganggung into nganggung concept which is integrated as learning technique, cultural function integrated with learning aim, and cultural values of nganggung is useful as learning material. The existing strength is used to become learning activity. This integration in terms of aim, material, process, culture, and education establishment integrity, then analyzed and developed to become teaching material design.

As for application in learning, this study generate teaching material design which is contain nganggung concept with learning technique which develop social skill, nganggung function is integrated with speaking purpose, capable to develop academic skill and vocational skill, and nganggung values as teaching material

capable to develop students’ personal skill. The trial result to measure the

readability of teaching material design is conducted toward students of class XI PM1 SMKN 1 Sungaliat with good acceptance response.


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian……….

1.2Identifikasi dan Pembatasan Penelitian………

1.3Rumusan Masalah Penelitian………

1.4Tujuan Penelitian………..

1.5Manfaat Penelitian………

1.6Sistematika Tesis………..

1 9 11 11 12 13


(8)

ii

BAB 2 LANDASAN TEORI

TRADISI, BAHAN AJAR, PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP, DAN PEMBELAJARAN BERBICARA

2.1 Kebudayaan dan Tradisi……….

2.1.1 Tradisi Lisan……….………..

2.1.2 Pemanfaatan Tradisi………

2.1.2.1 Tradisi Nganggung………

2.1.2.2 Hari-Hari Besar Agama Islam………... 2.1.3 Konsep Budaya………...

2.1.4 Fungsi Budaya………

2.1.5 Nilai Budaya………..

2.2 Bahan Ajar, Pendidikan Berbasis Budaya, dan Pendidikan Kecakapan Hidup

2.2.1 Bahan Ajar……….

2.2.1.1 Prinsip-prinsip dalam Memilih Bahan Ajar………. 2.2.1.2 Langkah-Langkah dalam Memilih Bahan Ajar………... 2.2.1.3 Menentukan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar………

2.2.1.4 Sumber Bahan Ajar ……….

2.2.1.5 Strategi dalam Memanfaatkan Bahan Ajar……….. 2.2.1.6 Materi Prasyarat, Perbaikan dan Pengayaan……… 2.2.2 Pendidikan Berbasis Budaya……….. 2.2.1.1 Pembelajaran Melalui Budaya………. 2.2.3 Etnografik dan Etnopedagogik...………..………… 2.2.4 Pendidikan Kecakapan Hidup……… 2.2.4.1 Pengembangan dan Prinsip Model Kecakapan Hidup…………. 2.2.4.2 Pola Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup……….

2.3 Keterampilan Berbicara ……….……….

2.3.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK……….. 2.3.2 Tinjauan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMK… 2.3.3 Kompetensi Berbicara………..

15 17 22 24 25 28 28 30 33 33 33 33 35 37 38 41 42 44 47 49 52 54 54 54 55 57


(9)

2.3.3.1 Tujuan Berbicara……….... 2.3.3.2 Ciri Khusus Berbicara……….. 2.3.3.3 Penilaian Keterampilan Berbicara………

2.3.4 Rancangan Bahan Ajar ………...………

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian………

3.2 Lokasi Penelitian………..

3.3 Teknik Pengumpulan Data………..

3.4 Teknik Penelitian……….

3.4.1 Teknik Analisis Data………. 3.4.2 Instrumen Penelitian………..

3.5 Prosedur Penelitian ………....

3.6 Definisi Operasinonal……….

58 59 61 63 66 66 67 68 70 71 73 83 85

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum……….

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian……….

4.1.2 Sejarah Tradisi Nganggung ………..

4.1.2.1 Proses Terjadinya Nganggung………....

4.1.2.2 Sudut Kesejarahan………..

4.1.3 Tradisi Nganggung………

4.1.3.1 Acara Nganggung Memperingati Maulid Nabi Muhammad

Saw………..

4.1.3.2 Acara Nganggung dalam Pembukaan Seleksi Tilawatil Quran

Tingkat Kecamatan………..

4.1.4 Tradisi Nganggung Sebagai Identitas Budaya Bangka……… 4.1.5 Penggunaan Bahasa……….

87 89 90 91 95 97 97 99 101 102

4.2 Analisis Tradisi Nganggung………

4.2.1 Nganggung pada Perayaan Maulid nabi Muhammad Saw 1434


(10)

iv

Hijriah di desa Kemuja Kecamatan Mendobarat….……….

4.2.2 Nganggung pada Pembukaan STQ tahun 2013 Tingkat Kecamatan

4.3 Hasil Analisis………..

4.3.1 Latar Waktu……….

4.3.2 Latar Tempat………

4.3.3 Penggunaan Bahasa………..

4.3.4 Pelaku Kegiatan………

4.3.5 Susunan Kegiatan………..

4.3.6 Peralatan/Makanan………...

4.3.7 Aspek Pesan………..

4.4 Analisis Konsep, Fungsi, dan Nilai Tradisi Nganggung………..

4.4.1 Konsep Tradisi Nganggung………

4.4.1.1 Manusia sebagai Mahkluk Sosial……….

4.4.1.2 Kebersamaan/Gotong Royong……….

4.4.1.3 Persaudaraan/Ikatan………

4.4.1.4 Makan Bersama………

4.4.1.5 Adat-istiadat/tradisi………..

4.4.2 Fungsi Tradisi Nganggung………..

4.4.2.1 Identitas Budaya Bangka……….

4.4.2.2 Warisan Budaya yang Bernilai……… 4.4.2.3 Pembentuk Perilaku Sosial……….. 4.4.2.4 Terapi Psikologis dalam Masyarakat………..

4.4.2.5 Pemersatu Masyarakat……….

4.4.2.6 Manisfestasi Keberadaan Manusia yang Beradap………..

4.4.3 Nilai-Nilai Tradisi Nganggung ………

4.4.3.1 Nilai Religius………..

4.4.3.2 Nilai Solidaritas………

4.4.3.3 Nilai Soliditas………..

4.4.3.4 Nilai Demokrasi………...

4.4.3.5 Nilai Keadilan……….

104 106 107 107 108 109 109 110 111 112 114 114 115 117 120 122 125 128 130 131 132 135 137 138 141 143 145 147 148 149


(11)

4.4.3.6 Nilai Keindahan ………..

BAB 5 PEMANFAATAN TRADISI NGANGGUNG SEBAGAI BAHAN AJAR BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

5.1 Pangantar……….

5.2 Pemanfaatan Tradisi Nganggung ………...

5.2.1 Konsep Nganggung dan Teknik Pembelajaran……….. 5.2.2 Fungsi Nganggung dan Tujuan Berbicara………. 5.2.3 Nilai-Nilai Nganggung dan Materi Pembelajaran………. 5.3 Orientasi Kecakapan Hidup dalam Bahan Ajar Berbasis

Nganggung……….

5.3.1 Kecakapan Personal………... 5.3.2 Kecakapan Sosial…...………

5.3.3 Kecakapan Akademik………

5.3.4 Kecakapan Vokasional/Kejuruan………...

5.4 Desain Bahan Ajar (Modul) ……….. 5.5 Respon Validitas dan Keterbacaan Bahan Ajar………..

5.5.1 Kegiatan Pembelajaran………..

5.5.2 Respon terhadap Bahan Ajar……….

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan……….………..

6.2 Saran……….

DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENULIS LAMPIRAN

150

152 154 159 160 161

162 164 165 167 168 172 194 195 197

200 214


(12)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Prinsip Pembelajaran Kecakapan Hidup 50

Gambar 2.2 Bagan Pengintegrasian Kecakapan Hidup 51

Gambar 2.3 Alur Analisis Penyusunan Bahan Ajar 63

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian 84

Gambar 4.1 Peta Pulau Bangka 88 Gambar 5.1 Pemetaan Bahan Ajar Berbasis Nganggung Berorientasi

Kecakapan Hidup 170


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Buku Bimbingan

2. Fotokopi Surat Keputusan Pembimbing 3. Surat Keterangan dari Kepala Desa Kemuja 4. Surat Keterangan dari SMK Negeri 1 Sungailiat

5. Foto-foto Nganggung

6. Foto-foto Penerapan Keterbacaan Bahan Ajar 7. Bahan Ajar Modul


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Melestarikan tradisi hidup yang baik sebagai bekal bagi peserta didik dan membangun kembali karakter bangsa merupakan salah satu tujuan pendidikan.Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyebutkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Harapan dari tujuan pendidikan yang telah dirumuskan adalah menjadikan peserta didik yang dapat mengembangkan potensinya sebagai manusia secara utuh yang memiliki kompetensi, kepribadian, keimanan, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sehubungan dengan itu, pendidikan merupakan upaya untuk membudayakan seseorang sehingga menjadi anggota masyarakat yang aktif.Seperti dinyatakan Latif (2009:11) bahwa pada hakikatnya tujuan pendidikan tidak terlepas dari pendidikan yang berada di dalam konteks kehidupan masyarakat, dengan kata lain, tujuan atau visi pendidikan adalah kongruen dengan visi masyarakat di mana pendidikan itu berada.Tujuan pendidikan selain meningkatkan pengetahuan siswa; dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, juga dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya.

Secara umum, pendidikan bertujuan membentuk manusia agar dapat menunjukkan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu bersosialisasi dalam masyarakatnya. Hal ini senada dengan definisi pendidikan


(15)

yang diutarakan oleh H.A.R. Tilaar (Latif, 2009:10) bahwa pendidikan merupakan suatu proses menumbuhkembangkan peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global.

Berkaitan dengan hal di atas, sesuai dengan kerangka dasar dan struktur kurikulum, pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, dan berkontribusi dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui penguasaan kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, peserta didik diarahkan, dibimbing, dan dibantu agar mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dilatarbelakangi oleh tujuan untuk menghadapi tantangan masa depan, kemampuan peserta didik berbahasa/berkomunikasi menjadi salah satu syarat keberhasilan bekerja karena pada era global penggunaan bahasa secara baik dan benar merupakan syarat mutlak di dunia kerja.

Sebagaimana Wardhaugh (Chaer, 2009:33) menyatakan fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan.Fungsi bahasa secara umum telah mencakup fungsi ekspresi, fungsi informasi (menyampaikan sesuatu), fungsi eksplorasi (penggunaan), fungsi persuasi (mempengaruhi), dan fungsi

entertainmen (menghibur).Melalui keterampilan berbahasa, siswa dapat

mempelajari berbagai ilmu, bahkan merupakan dasar untuk berkomunikasi atau untuk mempelajari ilmu, di antaranya adalah keterampilan berbicara.

Keterampilan siswa dalam hal berbicara merupakan suatu bentuk kemampuan siswa dalam menuangkan gagasan/pikirannya secara lisan.Oleh karena itu pembelajaran berbicara menjadi aspek yang mendukung bagi siswa untuk meningkatkan eksistensi diri.Tarigan (2008:16) menyatakan, berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak. Ditambahkan pula bahwa keterampilan berbahasa (berbicara) ragam formal tidak akan diperoleh dengan sendirinya, karena kemampuan ini harus melalui proses


(16)

pembelajaran, lewat program yang direncanakan dan latihan-latihan (Purba, 2009:4).Menurut Sidi (2001:122) untuk merespon berbagai kondisi yang diharapkan, salah satu kebutuhan penting yang dapat dilakukan adalah menyediakan sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas setara dengan standar.

Dalam konteks ini, pengajaran berbicara di sekolah sangat berperan.Keterampilan siswa dalam hal berbicara merupakan suatu bentuk kemampuan siswa dalam menuangkan gagasan/pikirannya secara lisan.Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa juga dinyatakan oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.

Selain latihan dan praktik yang berkelanjutan, dalam mempersiapkan pembelajaran berbicara banyak hal yang perlu dinalarkan. Di samping menyusun rencana pembelajaran, guru harus memiliki model yang tepat agar bahan pembelajaran dapat disajikan dan proses belajar mengajar lebih efektif dengan perencanaan yang telah disusun. Seperti dinyatakan Tarigan (2008:22), keterampilan yang turut menunjang, dan perlu disadari dalam keberhasilan seseorang pembicara secara efisien adalah mengembangkan suatu keterampilan dengan cara banyak berlatih secara teratur dan terencana.

Dengan demikian, kemampuan berbahasa terutama kemampuan berbicara sebagai suatu kompetensi atau keterampilan, dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk menanamkan dan meningkatkan kecakapan hidup (life skill) siswa.Kita mengenal konsep pendidikan demikian dengan pendidikan kecakapan hidup.Arah kebijakan dan tujuan pendidikan kecakapan hidup di lingkungan pendidikan adalah untuk mengakrabkan peserta didik dengan kehidupan nyata (Nurseha, 2010).


(17)

Pendidikan kecakapan hidup merupakan isu sentral dalam pelayanan pendidikan.Ditambahkan oleh Nurseha (2010) dalam pelayanan pendidikan, pendidikan kecakapan hidup merupakan jembatan penghubung antara penyiapan peserta didik di lembaga pendidikan dengan masyarakat dan dunia kerja.Pembekalan kecakapan hidup secara khusus menjadi muatan kurikulum dalam bentuk pelajaran keterampilan fungsional dan kepribadian profesional.Pendidikan kecakapan hidup berdasarkan pada konsep bahwa generasi muda harus belajar untuk tahu, belajar untuk bisa, belajar untuk hidup dengan orang lain, dan belajar untuk menjadi (sesuatu).

Akan tetapi, berdasarkan hasil pembelajaran berbicara selama ini, diketahui bahwa pembelajaran berbicara di sekolah masih kurang berhasil.Beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang berhasilnya pembelajaran, seperti rujukan hasil observasi di salah satu sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Bangka, di antaranya adalah dalam penerapan model yang diajarkan pengajar.Pengajar (guru bidang studi) dalam pembelajaran kompetensi berbicara, tidak menggunakan metode yang dapat memancing siswa untuk berbicara.Menurut Mudini dan Purba (2009:41) selain penguasaan lambang dan bunyi yang baik oleh pembicara, diperlukan pula penguasaan masalah dan gagasan.Dalam hal ini, proses pembelajaran memerlukan pola penyampaian yang dapat menggugah keinginan siswa untuk berbicara.Jika guru hanya menggunakan metode ceramah maka pembelajaran menjadi tidak efektif karena guru mendominasi pembicaraan di kelas.

Hal lain yang juga menjadi permasalahan dalam pembelajaran berbicara dan berkaitan dengan proses berbicara adalah masalah durasi pembelajaran. Berkenaan dengan waktu penerapan, durasi pembelajaranbahasa Indonesia di sekolah selama ini dirasakan belum cukup memberikan ruang terjadinya proses berbicara tersebut. Untuk sekolah menengah umum (SMA) selama satu minggu pembelajaran di sekolah terdapat empat jam pelajaran bahasa Indonesia dengan durasi @ 45 menit. Menurut guru pengajar materi pelajaran yang diujikan secara nasional (yaitu matematika, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris), waktu 6 jam


(18)

perminggu saja masih sangat terasa kurang untuk mencapai target materi (Yamin, 2008:62-63).

Sementara itu, pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan bobot pembelajaran yang lebih banyak, justru hanya memberikan porsi pada pembelajaran bahasa Indonesia selama tiga tahun sebanyak 192 jam. Pembelajaran bahasa Indonesia diberikan kepada siswa kelas XI dengan jumlah jam sebanyak 81 jam saja, 2 jam perminggu. Hal ini tentu dapat saja memengaruhi hasil pembelajaran bahasa Indonesia, terutama pada kompetensi berbicara. Oleh karena untuk terampil berbicara, siswa membutuhkan suatu proses, dan proses adalah waktu.

Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa masih banyak siswa SMK yang mengalami kesulitan dalam menuangkan gagasannya dalam berbicara. Salah satu penyebabnya adalah masalah durasi pembelajaran yang tidak mencukupi.Akibatnya, seperti yang dinyatakan Olii (2008:04), ketidakmampuan mengungkapkan (berbicara) akan menghambat komunikasi walau seseorang memiliki otak yang pandai. Akan tetapi, kemampuan berbicara dapat dikembangkan melalui kesempatan yang tersedia dan strategi yang menggugah untuk berbicara.

Untuk mewujudkan hal tersebut, pembelajaran harus berlangsung secara konstruktivis (membangun) yang didasari oleh pemikiran bahwa setiap individu peserta didik merupakan bibit potensial yang mampu berkembang secara mandiri (Anas, 2011).Guna mencapai tujuan itu diperlukan pola dan strategi penyelenggaraan dalam pelaksanaan pendidikan, melalui mata pelajaran yang diperoleh siswa.Strategi pembelajaran yang pada saat ini sedang berkembang dan marak dibicarakan adalah pembelajaran berbasis budaya.Pola dan strategi dalam penyelenggaraan pembelajaran berbasis budaya mengintegrasikan prinsip interaksi aktif antara siswa dan guru dengan sumber belajar dalam suatu komunitas budaya, secara kontinyu dan konsisten serta memfasihkan peserta didik terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Terkait dengan pembentukan karakter dan kepribadian, pendidikan diarahkan pada pendidikan berbasis kearifan lokal yang mengembangkan serta


(19)

memberdayakan potensi daerah dalam upaya memenuhi tuntutan kebutuhan sosial ekonomi (Anas, 2011:3). Pendidikan berbasis (keunggulan) kearifan lokal menurut Ahmadi dkk (2012:9) adalah pendidikan yang memanfaatkan (keunggulan) lokal dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, dan lain-lain yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.

Pidarta (Alwasilah dkk, 2009:55) menyatakan, beragam etnik, budaya, serta beragam kearifan lokal merupakan kekuatan yang masih perlu digali sama halnya dengan aspek sosial, aspek budaya juga sangat berperan dalam proses pendidikan. Bahkan dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Hal ini dipertegas oleh Alwasilah dkk (2009:18) bahwa variabel budaya memiliki pengaruh yang substansial terhadap pendidikan, mengingat perspektif budaya yang relevan dengan studi pendidikan berdasar pada fakta pandangan dunia tentang nilai-nilai, gaya komunikasi, pola bahasa dan penerapan teknologi dan lain-lain, saling berhubungan dan melekat dengan budaya. Oleh karena fakta bahwa pendidikan adalah proses sosio-kultural, pengujian kritis peran budaya dalam kehidupan manusia sangat diperlukan untuk memahami dan mengontrol proses edukatif.

Negara Indonesia dalam hal ini, merupakan negara yang kaya dengan kebudayaan. Adapun secara keseluruhan corak budaya Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga bentuk: kebudayaan Melayu, kebudayaan Jawa dan kebudayaan nonmelayu dan nonjawa. Dari pembagian budaya tersebut, budaya Bangka termasuk dalam rumpun budaya Melayu.Salah satu budaya melayu daerah Bangka dan termasuk tradisi yang menjadi jati diri budaya yaitu tradisi

nganggung.Nganggung adalah budaya masyarakat Melayu Bangka yang sudah

mentradisi, dapat dikatakan sebagai salah satu identitas masyarakat Bangka, sesuai dengan slogan Sepintu Sedulang yang mencerminkan sifat kegotong-royongan.Nganggung merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setiap bubung rumah membawa makanan di dalam dulang atau talam ke tempat (hajatan) tertentu untuk dimakan bersama setelah pelaksanaan ritual agama.Tradisi ini mencerminkan betapa masyarakat Bangka menjunjung rasa persatuan kesatuan


(20)

serta gotong-royong, dan selalu menjaga tali persaudaraan.Kegiatan ini dilaksanakan penduduk setempat dalam rangka memperingati hari-hari besar agama Islam.

Terkait dengan pembentukan karakter dan kepribadian, budaya atau tradisi

nganggung sebagai warisan bangsa yang dimiliki daerah dapat diposisikan

sebagai keunggulan lokal yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus bagi pemerintah dan menjadi bagian integral dalam proses pelaksanaan pendidikan. Kearifan lokal budaya nganggung merupakan kekuatan yang masih perlu digali mengingat budaya ini erat dengan aspek sosial, dan menjadi aspek budaya yang berperan dalam masyarakat. Sebagaimana dikatakan Alwasilah (2009:18) tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya, dan bahwa variabel budaya memiliki pengaruh yang substansial terhadap pendidikan, mengingat perspektif budaya yang relevan dengan studi pendidikan berdasar pada fakta bahwa budaya memuat tentang nilai-nilai, gaya komunikasi, dan pola bahasa.

Menyadari bahwa pendidikan berbasis budaya menjadi alternatif yang layak digunakan untuk memperbaiki proses pendidikan, tradisi nganggung pun dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran. Alwasilah dkk (2009:41) menyatakan, agar pendidikan mampu merealisasikan cita-citanya, maka diperlukan sebuah konsep atau kerangka pendidikan yang mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki manusia bersama budaya.Konsep ini yang disebut dengan etnopedagogi. Dengan kata lain etnopedagogik menurut Alwasilah dkk (2009;41) berusaha mengetahui kekuatan-kekuatan budaya yang ada, merupakan upaya bijaksana untuk mengurangi hal negatif perilaku pendidikan seperti kehilangan jati diri, tidak peka sosial dan tumpulnya kecerdasan sosial.

Demikian dengan penelitian terhadap budaya nganggung, penelitian tentang penerapan budaya ini terhadap pembelajaran di sekolah khususnya belum banyak ditemukan.Kegiatan menganalisis budaya lokal yang ada dipadukan dengan kecakapan hidup siswa, sesuai dengan isu sentral pendidikan kejuruan misalnya, juga belum banyak dilakukan.Mengingat telah diketahui bahwa kekuatan budaya yang ada (termasuk budaya nganggung), merupakan upaya


(21)

bijaksana untuk mengurangi hal negatif perilaku pendidikan seperti siswa kurang memahami identitas daerahnya, dan kurang berjiwa sosial. Konsep ini sebagaimana dinyatakan Alwasilah (2009:41) diharapkan dapat menggali berbagai unikum kearifan lokal (local genius) beserta nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Latar belakang ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan budaya (tradisi nganggung) sebagai desain bahan ajar/pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan kompetensi berbicara. Suatu metode atau bahan yang mudah dan tersedia untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa yang berorientasi kecakapan hidup sesuai dengan ranah kejuruan yang dipilih siswa. Penulis termotivasi untuk memanfaatkan budaya/tradisi nganggung sebagai bahan ajar dalam pembelajaran berbicara karena tradisi ini memuat konsep bermusyawarah, bekerja sama, yang dapat dikaitkan dengan teknik pembelajaran berbicara. Penulis ingin memberikan strategi baru berkaitan dengan pembelajaran berbicara, dan pencapaian standar dalam waktu yang efektif sesuai dengan tuntutan kurikulum di SMK melalui pembelajaran berbasis budaya nganggung.

Sementara itu, hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa strategi pengajaran dengan pembelajaran berbasis budaya telah menunjukkan peningkatan kemampuan siswa, di antaranya penerapan pembelajaran berbasis budaya (Sunda) dalam mata pelajaran MIPA (Ikhsan, 2006) menunjukkan pencapaian dalam keterampilan siswa memahami dan memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis budaya (Sunda) yang dilakukan oleh Hernawan (2009) yang mengkaji tingkat keterlibatan/aktivitas siswa dalam proses belajar menulis dan menunjukkan keefektivan model pembelajaran tersebut. Demikian juga pembelajaran berbasis budaya (cerita rakyat Sunda) yang menggali sastra daerah sebagai bahan ajar apresiasi sastra oleh Merdiyatna (2012) menyatakan bahwa cerita rakyat efektif sebagai bahan kajian sastra bagi peserta didik.

Bidang budaya yang diterapkan dalam penelitian di atas merupakan budaya sastra lisan yang memiliki wacana tulis dan dijadikan bahan bagi pengajaran bahasa di sekolah.Penelitian tersebut hanya menyentuh ranah budaya


(22)

sastra lisan dan dijadikan materi pembelajaran bagi siswa untuk menuliskan kembali pengalaman mereka terhadap budaya yang ada.Penelitian tentang penerapan pendidikan berbasis budaya berupa adat-istiadat masyarakat belum banyak diteliti.Misalnya bagaimana suatu konsep budaya, nilai budaya dipandang sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan untuk meningkatkan kompetensi sesuai dengan tingkatan keilmuan siswa.Hal inilah yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang penulis lakukan.

Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini penulis menerapkan konsep pembelajaran berbasis budaya Bangka, tradisi nganggung. Penelitian ini memanfaatkan budaya nganggung sebagai desain bahan ajardalam proses pembelajaran berbicara untuk siswa SMK. Pembelajaran ini diharapkan dapat menguatkan aspek-aspek dengan berorientasi pada kecakapan hidup siswa. Kecapakan hidup tersebut mencakup: kecakapan hidup akademis, kecakapan hidup vokasional, kecakapan hidup sosial, dan kecakapan hidup personal.

Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana budaya atau tradisi nganggung, dan pemanfaatannya sebagai bahan ajar berorientasi kecakapan hidup dalam pembelajaran berbicara siswa di SMK.Penelitian lapangan mengenai tradisi

nganggung secara umum dilakukan di kabupaten Bangka, dan penelitian secara

khusus dilakukan di Desa Kemuja Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka.Uji coba keterbacaan bahan ajar dilakukan di SMK Negeri 1 Sungailiat Kabupaten Bangka.Kegiatan ini penulis laksanakan melalui penelitian deskriptifkualitatif dengan judul “Kajian Tradisi Nganggung pada Masyarakat

Bangka dalam Perayaan Hari Besar Islam dan Pemanfaatannya sebagai Bahan

Ajar Berorientasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran Berbicara di SMK.” 1.2 Identifikasi dan Pembatasan Penelitian

Identifikasi masalah dalam penelitian ini berkaitan dengan kajian tradisi

nganggung, dan pemanfaatan tradisi nganggung bagipembelajaran bahasa


(23)

Penelitian ini berkenaan dengan budaya nganggung dan pembelajaran yang meliputi:

1. Konsep, fungsi, dan nilai tradisi nganggung di Kabupaten Bangka.

2. Hal yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam pembelajaran berbicara. Masalah-masalah yang terkait dengan kemarnpuan berbicara siswa dan waktu pembelajaran.

3. Masalah yang terkait dengan kemampuan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan berbicara dan harnbatan-hambatan apa yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

4. Penerapan kecakapan hidup dalam pembelajaran di kelas.

5. Bagaimana guru dalam mendesain pembelajaran berbahan ajar budaya

nganggung berorientasi pada kecakapan hidup yang meliputi:

a. kecakapan hidup akademis (menguasai pengetahuan, bersikap ilmiah); b. kecakapan hidup vokasional (kecakapan dalam bidang kejuruan); c. kecakapan hidup sosial (cakap bekerja sama dan berkomunikasi); dan d. kecakapan hidup personal (kesadaran diri dan kecakapan berpikir

menggunakan rasio atau pikiran).

6. Mengatasi masalah durasi pembelajaran yang telah ditentukan kurikulum sekolah dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Adapun kemampuan berbicara sesuai kompetensi dasar bahasa Indonesia SMK pada tingkat XI, mencakup: berdiskusi yang bermakna dalam konteks bekerja; bernegosiasi yang menghasilkan dalam konteks bekerja; dan menyampaikan laporan atau presentasi lisan dalam konteks bekerja.

Sementara itu situasi pembelajaran yang dihadapi di lapangan:

1) rendahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran berbicara;

2) kurangnya variasi guru dalam strategi kegiatan belajar mengajar di kelas; 3) kurangnya kemampuan berbicara siswa sesuai dengan tujuan berbicara; 4) kurangnya kemauan siswa dalam berbicara sesuai dengan tujuan


(24)

5) sedikitnya durasi pembelajaran mata diklat bahasa Indonesia dalam seminggu, mengakibatkan terbatasnya waktu untuk berlatih.

Berdasarkan uraian di atas, pembatasan penelitian ini difokuskan pada menganalisis budaya nganggung meliputi konsep, fungsi, dan nilai nganggung, dan bagaimana desain pemanfaatannya, dengan berorientasi pada kecakapan hidup sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran berbicara. Peristiwa budaya yang dijadikan bahan pembelajaran adalah peristiwa nganggung, yaitu tradisi masyarakat Melayu mengantarkan makanan dengan menggunakan dulang (baki besar) sebagai wujud sifat kebersamaan dan kegotong-royongan dalam merayakan suatu acara.

Pembelajaran berbicara dengan pendekatan berbasis budaya bertujuan mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa yang diharapkan mampu mendorong siswa menghasilkan, menyimpan, menerapkan, dan mengelola kompetensi dirinya.

1.3Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dikemukakan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah konsep nganggung? 2. Bagaimanakah fungsi tradisi nganggung ?

3. Nilai-nilai budaya apakah yang terdapat dalam tradisi nganggung?

4. Bagaimanakah orientasi kecakapan hidup yang diintegrasikan dalam penerapan tradisi nganggung dalam pembelajaran berbicara di SMK? 5. Bagaimanakah desain bahan ajar penerapan tradisi nganggung berorientasi

kecakapan hidup dalam pembelajaran berbicara di SMK?

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tradisi nganggung dan pemanfaatannya sebagai bahan ajar berorientasi kecakapan hidup meningkatkan kemampuan berbicara siswa SMK.


(25)

1. Mendeskripsikan konsep nganggung. 2. Mendeskripsikan fungsi tradisi nganggung.

3. Mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam tradisi nganggung. 4. Mendeskripsikan orientasi kecakapan hidup yang diintegrasikan dalam

penerapan tradisi nganggung sebagai bahan ajardalam pembelajaran berbicara di SMK.

5. Menyusun dan mengembangkan desain bahan ajar dengan penerapan tradisi nganggung berorientasi kecakapan hidup dalam pembelajaran berbicara di SMK.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. 1) Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu budaya, khususnya yang berkaitan dengan tradisi adat istiadat nusantara, dan gambaran yang jelas tentang penerapan pembelajaran berbasis budaya berorientasi kecakapan hidup dalam proses pembelajaran (khususnya di SMK).

2) Manfaat Praktis (1) Bagi siswa

a. Mengenal budaya yang ada dengan baik serta bersosialisasi dalam budayanya.

b. Memberikan informasi untuk meningkatkan kemampuan awal siswa sehingga kompetensi berbicara menuju pada keterampilan berbahasa meningkat.

c. Memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran berbicara dalam menyatakan pendapat secara bersama dengan pembelajaran melalui budaya sendiri (budaya nganggung).

d. Mengantarkan siswa akan kesadaran yang dilandasi kebijakan (wisdom) pada kondisi dengan berbagai produk kearifan (budaya


(26)

(2) Bagi guru

Berguna sebagai informasi dan sumbangan pengetahuan/pemikiran bagi pengajar bahasa Indonesia dan pengelola di SMK, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)-khususnya, yang menyiapkan lulusan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.

(3) Bagi peneliti

Berguna sebagai ilmu pengetahuan tentang kebermanfaatan tradisi

nganggung sebagai bahan ajar berorientasi kecakapan hidup dalam

pembelajaran berbicara, dan dapat meminimalisir kelemahan dalam penerapan metode untuk meningkatkan kembali rancangan dan aplikasi pembelajaran di kelas.

(4) Bagi pemerintah dan instansi terkait

Berguna sebagai referensi untuk mengadakan penelitian, pengarsipan, pembinaan, sekaligus pelestarian budaya Bangka.

(5) Bagi budaya daerah

Sebagai wadah pembinaan dan pengeksplorasian budaya dalam kepentingan sosialisasi dan revitalisasi.

1.6 Sistematika Penulisan Tesis

Perincian penulisan pada karya ini terdiri atas enam bab. Bab Pendahuluan, Bab Landasan Teori, Bab Metode Penelitian, Bab Hasil dan Pembahasan, Bab Desain Bahan Ajar, dan bab keenam; Bab Simpulan dan Saran.

BAB PENDAHULUAN berisi uraian tentang latar belakang diadakannya penelitian ini. Pada bab ini terdiri atas subbab Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Pembatasan Penelitian, Rumusan Masalah Penelitian, dan Manfaat Penelitian.


(27)

BAB LANDASAN TEORI. Pada bab 2 ini berisi teori-teori dan referensi lain yang digunakan selama penelitian. Teori dan referensi yang digunakan merupakan bekal bagi peneliti untuk memahami situasi budaya/sosial yang diteliti.Memahami situasi nganggung dari referensi yang ada dapat memerkaya wawasan peneliti sehingga peneliti mampu bertanya dan menganalisis bagian-bagian budaya atau jawaban responden. Teori dan referensi pada bab kedua ini, berupa materi yang berkaitan dengan nganggung, bahan ajar, identifikasi kecapakan hidup, pendidikan berbasis budaya, kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia di SMK, dan pembelajaran berbicara.

BAB METODE PENELITIAN. Bab ketiga ini menjelaskan alasan pemilihan metode yang digunakan, tempat penelitian, data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data serta prosedur penelitian.

BAB TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini terbagi atas dua bab yaitu Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan Bab V Pemanfaatan Tradisi

Nganggung yang berisipenerapan hasil kajian budaya sebagai desain bahan ajar.

Bab empat berisi deskripsi tradisi nganggung dan kajiannya melingkupi konsep, penggunaan bahasa, fungsi, dan nilai yang terkandung di dalamnya. Temuan yang dihasilkan selanjutnya dibahas, dan pada bab lima berisi implikasi budaya

nganggung (diintegrasikan) menjadi sebuah desain bahan ajar dalam

pembelajaran bahasa Indonesia yang berbentuk modul.

BAB SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab keenam ini mendeskripsikan ringkasan konsep dan fungsi tradisi nganggung serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Hasil kajian budaya itu dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar berorientasi kecakapan hidup, yang mengutamakan bentuk kegiatan gotong-royong dan kebersamaan dalam kegiatan pembelajaran berbicara di Sekolah Menengah Kejuruan.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bagian metode penelitian ini akan dijelaskan tentang metode penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, instrumenpenelitian, dan prosedur penelitian.

3.1Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Metode ini dipilih dengan alasan karena permasalahan dalam penelitian ini belum jelas, holistik, dinamis, dan kompleks, sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring secara kuantitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan keadaan objek yang diteliti dengan menguraikan hal-hal yang menjadi perhatian dan mendukung objek penelitian. Sukmadinata (2009:60) juga menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mendeskripsikan dan menjabarkan fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, dan sikap, pemikiran orang secara individual maupun kelompok dengan menggunakan kata atau kalimat.

Pada penelitian ini data yang terkumpul berwujud kata-kata dan tidak mengadakan perhitungan. Seperti dinyatakan Miles dan Huberman (1992:15) pada penelitian kualitatif data yang muncul berwujud kata-kata dan penelitian kualitatif tidak mengadakan perhitungan. Selain itu, peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola dan teori, bahkan situasinya (Sugiyono, 2011:381).

Pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif, dalam konteks ini strategi penelitian yang digunakan adalah etnografi. Tujuan penelitian dengan menggunakan metode ini untuk memperoleh gambaran umum mengenai subjek penelitian (Creswell, 2010: 294). Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Peneliti mengkaji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, dan kebiasaan tradisi yang digunakan oleh masyarakat setempat. Etnografi digunakan untuk memahami karakteristik


(29)

kehidupan sosial budaya suatu masyarakat (Maryaeni, 2005:59). Dengan pengertian lain kegiatan melalui metode ini adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian yang berusaha memperoleh gambaran menyeluruh untuk dapat menyingkap bagaimana manusia mendeskripsikan dan menstrukturkan dunia (Fraenkel dan Wallen dalam Creswell, 2010:294).

Danandjaya (1997:193) menyatakan bahwa penelitian dengan tujuan pengarsipan atau pendokumentasian bersifat penelitian di tempat. Dengan penelitian seperti ini, menurutnya, ada tiga tahap yang harus dilalui oleh peneliti agar penelitiannya berhasil, yaitu (1) tahap penelitian di tempat; (2) tahap penelitian di tempat sesungguhnya; dan (3) cara pembuatan naskah bagian pengarsipan. Berdasarkan langkah di atas, pengumpulan data dilakukan dengan persiapan sebagai berikut:

1) Menetapkan daerah yang dijadikan tempat (lokasi) penelitian;

2) Mempersiapkan instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data;

3) Menentukan informan;

4) Merekam pertunjukan tradisi; dan

5) Melakukan wawancara terhadap penutur dan informan.

3.2Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Kemuja, Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka. Lokasi ini dipilih karena desa ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Bangka yang tetap mempertahankan tradisi nganggung hingga lestari dan dilaksanakan sebagai agenda pariwisata kabupaten. Guna memperoleh data tambahan, data penelitian ini juga diambil dari beberapa desa lain yang juga melaksanakan nganggung seperti Desa Kretak, Desa Zed, Desa Tuatunu, Desa Jelutung, Desa Bakam, dan Desa Kayu Besi.

3.2.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tradisi masyarakat yaitu budaya nganggung. Data yang diperoleh terbagi


(30)

atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari informan dan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen dan artikel yang bersumber dari berbagai media dan institusi.

3.2.1.2Data Primer

Peneliti melakukan wawancara dan pengamatan langsung di lokasi penelitian, dengan menyiapkan pedoman wawancara agar dapat menggali informasi sebanyak mungkin. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan budayawan, tokoh masyarakat, dan masyarakat setempat. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari informan yang dianggap memiliki power dan otoritas pada situasi sosial atau objek penelitian sehingga dapat “membuka jalan” ke mana tujuan penelitian didapat.

3.2.1.2Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data yang telah ada yang telah diolah dalam bentuk artikel, buku, situs internet dan dokumen lainnya yang mengetengahkan perihal nganggung.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan metode yang digunakan, data penelitian ini diperoleh dari data di lapangan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik survey, dokumentasi, observasi, angket, wawancara, dan triangulasi. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut.

1) Teknik Survei

Teknik ini lazim digunakan untuk memahami pendapat dan sikap sekelompok masyarakat tertentu untuk memperoleh kedalaman dan kelengkapan informasi dengan menggunakan interviu (Maryaeni, 2005:67-68). Pengayaan informasi dilakukan juga melalui kegiatan observasi.

2) Observasi

Observasi lapangan dilaksanakan pada tahap penelitian pendahuluan dengan cara mengamati secara langsung kegiatan budaya. Observasi lapangan dan


(31)

pustaka juga dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai budaya. Edwards dan Talbott (Maryaeni, 2005:68) menyatakan “All good practitioner research studies start with observations”. Bentuk observasi yang dilakukan untuk merumuskan masalah, memahami detail permasalahan guna menemukan detail pertanyaan yang akan dituangkan dalam pertanyaan juga untuk menentukan strategi pengambilan data yang tepat. Hasil observasi pada penelitian ini berupa catatan, rekaman dan dokumen peristiwa.

3) Teknik Angket

Angket diberikan kepada tokoh masyarakat untuk mengetahui budaya

nganggung. Angket juga diberikan kepada siswa untuk mendapatkan

informasi tentang proses pembelajaran berbicara. 4) Teknik Wawancara

Teknik ini digunakan untuk menggali informasi tentang budaya nganggung dari tokoh masyarakat/budaya setempat, dan informasi tambahan yang bersumber dari siswa tentang aplikasi metode pembelajaran dalam penelitian. Maryaeni (2005:70) dan Estenberg dalam Sugiyono (2010: 233) menyatakan, pengumpulan data dalam penelitian kebudayaan dengan teknik interviu (wawancara) dapat dilakukan dalam bentuk terstruktur, semi terstruktur, dan tak terstruktur.

Wawancara terstruktur (structured interview) digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara pewawancara telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, peneliti dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Tentunya, pengumpul data tersebut harus diberi training agar mempunyai kemampuan yang sama.

Wawancara semiterstruktur (semistructure interview) sudah termasuk dalam kategori in-depth interview yang pelaksanaanya lebih bebas bila


(32)

dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan pihak yang diajak wawancara diminta pendapatnya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

Wawancara tidak berstruktur (unstructured interview) merupakan wawancara yang bebas dan peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan variasi interviu secara bergantian untuk berbagai kesempatan.

Alat pengumpul data menggunakan: 1)tape redorder

Tape recorder digunakan untuk merekam pembicaraan pada saat peneliti mengadakan wawancara dengan para informan mengenai tuturan-tuturan yang berkaitan dengan tradisi nganggung.

2) kamera atau camecoder

Kamera atau camecoder diperlukan untuk mengambil gambar atau video pada saat penelitian dilaksanakan baik pada saat ritualnya maupun pada saat wawancara sebagai bukti yang paling akurat.

3) catatan lapangan

catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dan perlu dalam mendukung penelitian tersebut.

3.4Teknik Penelitian

Penelitian ini menggunakan survei, observasi, angket, dan wawancara. Teknik ini akan dijelaskan sebagai berikut.

 Teknik survei digunakan untuk memahami pendapat dan sikap sekelompok masyarakat tertentu untuk memperoleh kedalaman dan kelengkapan informasi dengan menggunakan pertanyaan.

 Teknik observasi, digunakan untuk mendapatkan informasi tentang budaya nganggung, kualitas pembelajaran siswa pada tahap awal, juga


(33)

mendeskripsikan model nganggung dan kualitas pembelajaran dengan metode yang digunakan.

 Teknik angket, digunakan untuk mendapatkan informasi atau tanggapan siswa tentang proses pembelajaran dalam penelitian.

 Teknik wawancara digunakan untuk menggali informasi tambahan yang bersumber dari siswa dan tentang penerapan metode pembelajaran dalam penelitian.

3.4.1 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif ada yang diperoleh saat peneliti memasuki lapangan. Teknik analisis data adalah cara cepat yang operasional, yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berpegang pada proses sistematis yang terdapat dalam metode (Iskandarwassid dan Sunendar, 2009:43). Kegiatan analisis data meliputi kegiatan: (1) pengurutan data sesuai dengan rentang permasalahan atau urutan pemahaman yang ingin diperoleh; (2) pengorganisasian data dalam formasi, kategori, ataupun unit perian tertentu sesuai dengan antisipasi peneliti; (3) interpretasi peneliti berkenaan dengan signifikansi butir-butir atau pun satuan data yang sejalan dengan pemahaman yang ingin diperoleh; (4) penilaian atas butir ataupun satuan data sehingga membuahkan simpulan: baik atau buruk, tepat atau tidak tepat,

signifikan atau tidak signifikan (Maryaeni, 2005:75). Dengan demikian teknik

analisis data bertujuan untuk mengungkapkan proses pengorganisasian dan pengurutan data tentang konsep, fungsi, dan nilai budaya yang terdapat pada tradisi yang diteliti, sehingga pada akhirnya dapat ditarik simpulan tentang kajiannya dan pemanfaatan sebagai bahan ajar.

Analisis dilakukan terhadap data yang akan digunakan untuk menentukan hasil yang sifatnya sementara karena data akan berkembang setelah di lapangan (Sugiyono, 2010:336). Analisis data dilakukan dengan memperhatikan (1) masalah, definisi konsep-konsep pokok, dan dasar penandaan berkenaan dengan pemilahan dan penghubungan data penelitian yang lazimnya dihubungkan dengan kerangka teori; (2) pemeringkatan, pemilahan, dan ciri pengurutan; dan (3)


(34)

interpretasi dan sistemisasi hasil interpretasi (Becker dan Geer dalam Maryaeni, 2005:27). Miles dan Huberman (Sugiono, 2011:334) menyatakan, dalam analisis data, ada tiga langkah yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:

1) Reduksi, yaitu memilih data mengenai mana yang penting, dan membuang yang tidak digunakan.

2) Data display, yaitu menjadikan data ke dalam pola; dan

3) Conclusion/verification, yaitu membuat simpulan berupa teori yang

selanjutnya dikonstruksi.

Demikian dalam penelitian ini, memperhatikan relevansinya dengan masalah, interpretasi dan sistemisasi hasil interpretasi, teknik analisis data dilakukan dengan teknik taksonomi, konseptualisasi, dan kontekstualisasi. Teknik taksonomi merupakan suatu pencarian bagian-bagian dari suatu kebudayaan dan hubungan dari berbagai bagian tersebut dengan keseluruhannya. Teknik konseptualisasi merupakan kegiatan membentuk dan menyusun ide-ide dasar dalam penelitian berdasarkan ciri-ciri umum dan khusus data yang diperoleh di lapangan. Sementara itu teknik kontekstualisasi merupakan kegiatan keterhubungan antara satu hal dengan yang lain dalam satu situasi tertentu. Kejadian atau informasi yang erat dengan informasi sebelumnya. Studi kontekstual merupakan telaah aspek kebudayaan yang bergantung pada situasi dan kondisi sekitarnya (Patton dalam Maryaeni, 2005:27).

Adapun kegiatan analisis dilakukan sebagai berikut. 1. Data dianalisis sejak awal penelitian;

2. Data yang terkumpul dianalisis secara induktif, artinya didasarkan pada kenyataan di lapangan;

3. Untuk menganalis data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu menentukan konsep (aspek-aspek struktur), fungsi, dan nilai-nilai tradisi

nganggung, menggunakan teknik taksonomi, konseptualisasi,

dankontekstualisasi;

4. Mengelompokkan data tersebut berdasarkan ke dalam kategori fungsi, konsep, dan nilai budaya tradisi nganggung;


(35)

6. Menganalisis desain pembelajaran yang akan disusun; 7. Menyusun perencanaan desain pembelajaran;

8. Menarik simpulan; dan 10.Membuat laporan.

3.4.2 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini disesuaikan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data/mendapatkan data (Sudaryanto, 1988:9). Instrumen penelitian ini berupa pedoman wawancara/observasi, pedoman penilaian bahan ajar dan pedoman penilaian kemampuan berbicara. Dalam hal ini peneliti sendiri menjadi kunci, seperti dinyatakan Nasution (Satori dan Komariah, 2009:16) bahwa peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap stimulus yang ada di lingkungan yang harus diperkirakan bemakna atau tidak.

Kedua, peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek lingkungan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. Ketiga, peneliti sebagai instrumen dapat mengambil simpulan dan menafsirkannya, melahirkan hipotesis yang timbul seketika. Keempat, hanya menusia yang dapat mengambil simpulan dari data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakna untuk memperoleh penegasan dan perubahan.

Pedoman observasi

Observasi dilakukan secara mendalam untuk mengetahui konsep, nilai budaya, dan fungsi tradisinganggung. Bentuk tradisi akan dilihat pada kegiatan yang berlangsung yang dinyatakan dalam setiap bentuk ekspresi, sikap, dan tindakan berdasarkan syarat-syarat dan rukun perbuatan atau tindakan tertentu yang diselenggarkan dalam prosesi atau upacara. Bentuk pedoman observasi yang akan digunakan dalarn penelitian ini adalah sebagai berikut.


(36)

KISI-KISI INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR PEMANFAATAN TRADISI NGANGGUNG, BAHAN AJAR BERBASIS BUDAYA

BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP DAN KEMAMPUAN BERBICARA

Variabel

Penelitian Indikator

No. Item instrumen

ketera ngan

1 2 3 4

I. Pemanfaatan tradisi

nganggung

1. Analisis konsep yang memuat: manusia sebagai mahluk sosial budaya, kebersamaan, persaudaraan, makan bersama, adat/tradisi. 2. Fungsi nganggung: identitas

budaya, warisan budaya yang berharga, pembentuk perilaku sosial, terapi psikologis dalam masyarakat, pemersatu, manifestasi keberadaan manusia yang beradap 3. Nilai-nilai nganggung:

Religius, solidaritas, soliditas, demokrasi, keadilan, dan nilai keindahan.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,8 9

10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,17, 18

19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27

II.Desain bahan ajar berbasis budaya nganggung berorientasi kecakapan hidup

1. Kelayakan Isi

2. Komponen Kebahasaan 3. Kelayakan Penyajian 4. Aspek budaya nganggung

yang terkandung di dalamnya

5. Aspek kecakapan hidup 6. Kegiatan Evaluasi 7. Karakteristik bahan ajar

(modul)

1, 2, 3, 4, 5, 6,7,8,9,10,11,12 13,14,15,16,17,18 19, 20, 21, 22, 23 24, 25, 26, 27 28,29,30 31,32,33 III.Kemampuan berbicara 1. Isi a. kebahasaan

b. teknik penyampaian c. Performansi


(37)

Pedoman Wawancara/observasi

Instrumen ini diperlukan untuk mendapatkan data berupa informasi tentang pesan, fungsi, dan nilai budaya yang terkandung dalam tradisi nganggung. Jawaban Anda akan menjadi bahan yang sangat membantu memperdalam kajian ini.

Identitas Inforrnan

1. Nama lengkap :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pekerjaan :

5. Tempat Tinggal :

1. Bagaimanakah proses terbentuknya budaya nganggung? Atau mengapa budaya

nganggung ada?

2. Bagaimanakah perkembangan pelaksanaan nganggung pada masyarakat? Bagaimana pelaksanaannya?

3. Apakah tujuan diadakan nganggung?

4. Apakah ada waktu khusus untuk melaksanakan kegiatan nganggung tersebut? 5. Berupa kegiatan apakah nganggung itu?

6. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan tersebut? Dan bagaimana penyebarannya?

7. Tradisi yang dilakukan, apakah dalam bentuk acara pesta atau acara khusus yang sangat sakral untuk suatu keperluan?

8. Bagaimanakah makanan dan minuman dikemas? Apakah ada menu khusus yang disiapkan dalam tradisi tersebut, dan apa saja jenis makanan pada umumnya?

9. Apakah ada ucapan (bahasa)/doa khusus/percakapan khusus yang dipakai dalam proses pelaksanaannya? Bagaimana bahasanya?

10.Bahasa apakah yang digunakan dalam pelaksanaan nganggung? ( jelaskan bahasa daerah ataukah bahasa Indonesia yang digunakan)


(38)

11.Bagaimanakah peran nganggung bagi masyarakat sendiri? Apakah nganggung wajib dan mengikat masyarakat?

12.Tradisi nganggung selalu berkenaan dengan perayaan apa saja? Dan bagaimana pelaksanaannya di daerah ini?

13.Bagaimana jika masyarakat setempat tidak mengikuti/melaksanakan

nganggung?

14.Pelaksanaan nganggung dapat dijadikan ciri/sifat warga mayarakatat di suatu daerah, bagaiamana pendapat Saudara?

15.Siapa sajakah yang diperbolehkan makan bersama dalam tradisi nganggung? 16.Bagaimanakah pengaturan: makanan, tata letak duduk dan tradisi nganggung?

17.Bagaimana perasaan Saudara dan handai taulan bila mengikuti nganggung? 18.Selain sebagai pemersatu, apakah fungsi nganggung yang lain?

19.Apakah ada unsur nilai budaya yang terkandung dalam kegiatan itu: hubungan manusia dengan Tuhan;

20.Bagaimana hubungan manusia dengan karyanya? 21.Bagaimana hubungan manusia dengan sesamanya? 22.Bagaimana hubungan manusia dengan ruang waktu?

23.Nganggung biasanya menggunakan dulang, bagaimana konsep dulang dalam

tradisi nganggung?

24.Kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat dilaksanakan dalam tradisi nganggung? 25.Bagaimana bentuk pelestarian budaya nganggung?

26.Bagaimana peran pemerintah dalam melestarikan dan membudayakan tradisi

nganggung?

27.Dikaitkan dengan pendidikan, bagaimanakah tradisi nganggung dapat dibudayakan di sekolah, atau di kelas?


(39)

2. Instrumen untuk Bahan Ajar Berbasis Nganggung Berorientasi Kecakapan Hidup

1. Pengantar

Bahan ajar berbasis tradisi nganggung yaitu bahan ajar yang mengadopsi budaya nganggung ke dalam materi pembelajaran. Siswa diajak dalam kegiatan belajar mengajar melalui budaya nganggung. Desain bahan ini dalam bentuk bahan ajar cetak berupa modul pembelajaran. Dengan desain ini diharapkan akan muncul pengembangan kecakapan hidup siswa, yaitu kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan kejuruan siswa.

2. Petunjuk

Mohon dijawab item-item instrument bahan ajar berbasis budaya berorientasi kecakapan hidup yang diterapkan oleh guru di kelas. Jawaban diberikan dengan memberi tanda (√) cek list pada kolom ya atau tidak sesuai temuan yang terdapat dalam desain bahan ajar. Jawaban yang diberikan sangat membantu dalam menentukan kebermanfaatan bahan ajar ini.

3. Instrumen

No.

item Pertanyaan tentang bahan ajar Pernyataan

1 2 3 4

Ya Tidak

1 Cakupan materi bahan ajar sesuai dengan kompetensi dasar (KD) siswa

2 Materi disajikan secara prosedural, sesuai fakta, konsep dan paparan menarik

3 Materi disajikan sesuai dengan informasi yang sedang berkembang 4 Bahan materi disertai contoh-contoh yang

sesuai dengan kekinian, fakta, realita

5 Penyajian materi dengan menggunakan kalimat yang membangkitkan rasa ingin tahu siswa


(40)

6 Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

7 Bahan ajar yang disajikan menggunakan bahasa yang komunikatif

8 Bahan pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kompetensi berbicara siswa 9

Bahasan dalam materi bahan ajar disampaikan secara teratur dan utuh. Misalnya kegiatan dimulai dari kegiatan Belajar 1, Kegiatan Belajar 2, dan seterusnya (pola pikir teratur) 10 Penyajian bahan menggunakan kaidah bahasa

Indonesia yang benar

11

Penyajian materi disisipi dengan penggunaan istilah sesuai dengan kompetensi kejuruan dan digunakan secara konsisten

12

Bahan ajar menyajikan peta konsep yang memperlihatkan adanya hubungan kompetensi dengan materi bahan ajar

13 Bahan ajar yang disajikan didukung dengan ilustrasi dan contoh yang menarik

14

Penyajian materi terbagi dalam tiga bagian yang berkesinambungan: pembukaan, isi dan penutup

15

Bahan ajar menyajikan kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi

16 Kegiatan pembelajaran berpusat kepada siswa 17 Materi bahan ajar sesuai dengan kompetensi pembelajaran yang dituju

18

Materi yang disajikan dalam kegiatan pembelajaran memuat konsep tradisi

nganggung yaitu: materi manusia sebagai

makhluk sosial, kebersamaan, persaudaraan dan tradisi

19

Kegiatan pembelajaran memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengangkat dan mengeksplorasi budaya nganggung dengan menunjukkan fungsi


(41)

nganggung,identitas budaya Bangka

20

Kegiatan pembelajaran memuat materi budaya

nganggung dengan langkah-langkah kegiatan

seperti struktur nganggung, dari siswa untuk siswa

21 Kegiatan pembelajaran memuat nilai-nilai budaya nganggung; toleransi, kebersamaan, dan gotong-royong

22 Ilustrasi atau gambar yang disajikan memuat gambar-gambar budaya/tradisi nganggung

23

Kegiatan pembelajaran menggunakan konsep nganggung; mulai dari „rembugan sampai dengan makan bersama‟ kegiatan diskusi kecil sampai dengan penilaian secara bersama

24

Materi dalam bahan ajar yang disajikan memunculkan/mengembangkan kecakapan personal

a) Siswa beriman kepada Tuhan YME; b) Siswa dapat berpikir secara rasional,

berpikir logis;

c) Siswa terus menggali informasi dalam belajar;

d) Siswa dapat mengambil keputusan dengan cepat;

e) Siswa dapat bekerja sama dalam kelompok dengan prinsip kebersamaan.

25

Materi dalam bahan ajar yang disajikan menuntut siswa mengembangkan kecakapan sosial; di antaranya

a)Siswa dapat bekerja sama dalam kelompok tanpa menunggu perintah karena telah memahami tugas masing-masing; b)Siswa bertanggung jawab terhadap

tugasnya;

c)Siswa berinteraksi dengan baik;

d)Siswa bersikap disiplin dalam kegiatan belajar; dan

e)Siswa dapat mengemukakan pendapat di depan umum dengan lancer dan baik. 26 Materi dalam bahan ajar yang disajikan


(42)

memuat dan mengembangkan kecakapan akademik siswa, di antaranya:

a)Siswa mengenal lingkungannya dan menggunakan bahasa sesuai dengan kebutuhan;

b)Siswa dapat mengeluarkan solusi terhadap permasalahan yang muncul;

c)Siswa dapat menggunakan teknologi; d)Siswa dapat merumuskan masalah dengan

baik; dan

e)Siswa berpikir sesuai dengan keilmuan yang ia peroleh

27

Materi dalam bahan ajar yang disajikan memuat dan mengembangkan kecakapan vokasional/kejuruan siswa, di antaranya; a)Siswa terampil melakukan persiapan dan

pelaksanaan presentasi;

b)Siswa mampu melakukan negosiasi dengan baik; dan

c)Siswa dapat menyampaikan/berkomunikasi dengan baik kepada

publik/konsumen/pelanggan

28 Bahan ajar memuat proses evaluasi yang sesuai materi

29 Evaluasi mencakup uji kognitif, keterampilan, dan sikap

30 Evaluasi dapat mengukur keterampilan berbicara siswa

31 Bahan ajar memuat judul dan kompetensi yang dituju

32 Bahan ajar yang disajikan mencantumkan petunjuk umum sesuai dengan langkah-langkah sebuah modul

33 Materi yang disajikan utuh, sesuai dengan tingkatan siswa pada kompetensi dasar

*Dikutip dari instrumen penilaian pusat perbukuan dengan beberapa perubahan


(43)

Jawaban diberikan dengan memberikan tanda ceklis ( √ ) pada salah satu aspek yang sesuai, dan memberikan nilai pada kolom penilaian yang disediakan sesuai dengan tolok ukur kemampuan siswa.

Nama Siswa :

Topik Pembicaraan : Tanggal :

Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa Kelas XI

Keterangan penilaian: 1. Isi Pembicaraan 4 3 2 1

jika isi pembicaraan memuat topik dan isi yang terjalin dengan baik, gagasannya menarik, menyajikan unsur budaya setempat, isi seuai dengan tema;

jika isi pembicaraan hanya menyajikan tiga dari keempat unsur di atas;

jika isi pembicaraan hanya memuat 2 dari keempat unsur;

jika isi pembicaraan hanya memuat 1 dari empat unsur pada point 4

2.Penggunaan bahasa 4 3 2 1

Jika isi pembicaraan menyajikan struktur bahasa yang baik, pilihan kata, lafal, serta intonasi yang baik;

Jika isi pembicaraan hanya menyajikan tiga dari keempat hal di atas;

Jika isi pembicaraan hanya menyajikan dua dari keempat unsur;

Jika isi pembicaraan hanya menyajikan satu dari keempat unsur.

3. Teknik 4 Jika isi pembicaraan disampaikan dengan penguasaan

No Aspek yang Dinilai Bobot skor Nilai

4 3 2 1 1.

2 3 4

Isi Pembicaraan

Bahasa yang digunakan Teknik penyampaian Performansi 35 30 20 15 Bobot x skor


(44)

penyampaian

3 2 1

materi yang baik, organisasi penyampaian teratur (pendahuluan, isi, penutup), memuat unsur budaya, dengan volume suara jelas;

Jika isi pembicaraan disampaikan dengan memenuhi 3 dari keempat hal di atas;

Jika isi pembicaraan disampaikan dengan memenuhi 2 dari keempat hal pada point 4;

Jika isi pembicaraan disampaikan hanya memenuhi satu dari empat hal.

4. Performasi 4

3 2 1

Jika penyampaian dilakukan dengan lancar, pandangan kepada audien menyebar, gerak-gerik (mimik) yang wajar, dan penampilan sesuai dengan tema;

Jika penyampaian yang diperlihatkan memenuhi tiga hal dari empat hal di atas;

Jika penyampaian memperlihatkan dua dari keempat hal pada point 4;

Jika penyampaian hanya memenuhi satu dari keempat hal di atas.

Sungailiat, Maret 2013 Pengamat


(45)

Kurniati, 2013

Kajian Tradisi Nganggung Masyarakat Bangka Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar Berorientasi Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran Berbicara Di SMK

Penelitian ini diawali oleh studi mengkaji potensi budaya nganggung yang ada di daerah Bangka. Selanjutnya dilakukan kajian teori yang mendeskripsikan budaya/tradisi nganggung berkenaan dengan studi sastra lisan dan kebudayaan dengan konsep-konsep. Hasil kajian tardisi ini dijadikan bahan dalam desain bahan ajar pembelajaran berbicara. Selanjutnya penemuan ini diujicobakan di kelas terbatas (membaca keterbacaan) untuk melihat kelemahan dan keunggulan penerapan budaya tersebut. Kegiatan ini untuk mendapatkan bahan masukan sebagai bahan refleksi dan revisi. Diharapkan, untuk mengetahui dan memastikan keefektivan penerapan bahan ajar (hasil penelitian), dapat dilakukan penelitian tahap selanjutnya pada penelitian yang lain.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan melalui tahapan berikut.

1. Melakukan penelitian deskriptif tentang tradisi nganggung;

2. Melakukan kajian pustaka dan observasi lapangan mengenai budaya

nganggung yang ada di daerah Bangka, tepatnya di desa Kemuja kecamatan

Mendo Barat;

3. Melakukan kajian tentang konsep, nilai-nilai dan fungsi budaya yang terkandung dalam tradisi nganggung;

4. Mengintegrasikan pembelajaran dengan kecakapan hidup siswa;

5. Mengkaji hasil yang diperoleh untuk menyusun/merancang sebuah desain bahan ajar berorientasi kecakapan hidup dalam pembelajaran berbicara.

6. Melakukan penelitian pengembangan dengan mengujicobakan desain bahan ajar pada kelas terbatas;

7. Menyimpulkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analisis deskripsi kualitatif tradisi nganggung dan orientasinya terlihat pada kecakapan hidup siswa; dan

8. Melaporkan hasil penelitian.

Berikut bagan alur dalam penelitian ini.


(46)

modul

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian


(47)

1) Kajian tradisi nganggung dan pemanfaatannya sebagai bahan ajar dalam penelitian ini adalah hasil mengkaji tradisi nganggung yang memuat konsep, fungsi dan nilai-nilai budaya nganggung, dan menerapkan atau mendesain konsep, fungsi dan nilai budaya tersebut ke dalam bahan ajar pembelajaran. Strategi ini dimaksudkan untuk mengreasikan lingkungan belajar antarguru dan siswa berpatisipasi aktif dalam proses berpikir, mencari, menemukan, dan menciptakan makna berdasarkan pengalaman dan pengetahuan dalam suatu komunitas budaya nganggung untuk mencapai pemahaman terpadu.

Adapun secara teknis pelaksanaan nganggung yang dimaksud dalam pembelajaran, yaitu:

a. Rembugan/kesepakatan sesepuh desa (siswa membentuk kelompok atau sendiri);

b. Membawa makanan/hantaran (menyiapkan tema, bahan dan tujuan pembicaraan);

c. Acara pengajian/ceramah agama/siraman rohani (tahap menyusun pikiran; dapat juga diskusi kelompok);

d. Berdoa bersama (siswa melakukan pemahaman bersama, diskusi kelompok);

e. Bukak dulang/makan bersama (tahap publikasi, presentasi, tahap

berbicara); dan

f. Musyawarah saling bersilaturahim (penilaian sesuai tujuan pembicaraan).

2) Bahan ajar berorientasi kecakapan hidup berbasis budaya nganggung dalam penelitian ini adalah muatan materi pelajaran dalam bahan ajar dikaitkan dengan unsur budaya nganggung. Unsur budaya yang dijadikan bahan yaitu konsep, fungsi dan nilai nganggung. Hal ini sebagai upaya mengembangkan potensi siswa dari segi keterampilan, memiliki pemahaman, dan penghargaan siswa terhadap budaya nganggung yang kaya akan nilai-nilai yang positif dan dikaitkan dengan kompetensi kejuruan siswa. Pembelajaran ini akan menanamkan nilai-nilai kecakapan


(48)

hidup (dengan sadar, sistematis, dan terencana) sebagai sikap yang akan muncul, yaitu;

a. kecakapan hidup akademis (menguasai pengetahuan budaya, pengetahuan berbahasa, bersikap ilmiah dalam berbicara);

b. kecakapan hidup vokasional/kejuruan siswa (kecakapan dalam bidang kejuruan, terampil melakukan presentasi);

c. kecakapan hidup sosial (cakap bekerja sama dan berkomunikasi); dan

d. kecakapan hidup personal (kesadaran diri dan kecakapan berpikir menggunakan rasio atau pikiran secara benar).

3) Kemampuan berbicara

Kemampuan berbicara dalam penelitian ini diarahkan pada kemampuan berbicara, meliputi mampu berdiskusi yang bermakna dalam konteks bekerja; bernegosiasi yang menghasilkan dalam konteks bekerja; dan menyampaikan laporan atau presentasi lisan dalam konteks bekerja dengan hasil yang baik sesuai kriteria yang diharapkan.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah Idi danSafarina.(2011). SosiologiPendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindopersada. Agustin, M. (2011). Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran.Bandung:Refika

Aditama.

Ahmadi, IifKhoirudkk.(2012).

MengembangkanPendidikanBerbasisKeunggulanLokaldalam KTSP. Jakarta: PrestasiPustaka.

Alwasilah, Chaedardkk.(2009). Etnopedagogi. Bandung: PT KiblatUtama.

Ammya, Z. (jakamayaka@yahoo.com). (2012, 25 September). NganggungBudaya Bangka.E-mail kepadaKurniati (kurnia_inka@yahoo.com).

Anas, Z. (2011).MembangunKarakterdan “Go Internasional” melaluiPembelajaran yang BerbasisKearifan.MakalahSeminar Nasional Tradisi Lisan dalam Pengembangan

Kurikulum.Program Studi Pendidikan Bahasa dan Budaya Sunda UPI Bandung,

Bandung 23 September 2011.

Aqib, Z. Dan Sujak. (2011). Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya.

Bachtiar, Andi. (2008) “Budaya” [Online] Tersedia: http://andi-bachtiar.web.ugm.ac.id/wordpress/?p=7 [31Maret 2011]

Bintang, I. (2002). Kepulauan Bangka Belitung Menuju Hakikat Sebuah Provinsi. Yogyakarta: Philosopy Press.

Broad Base Education (draf) (2010). Jakarta: DepartemenPendidikanNasional.

Bungin, Burhan. (2003). Analisis data PenelitianKualitatif: PemahamanFilosofisdanMetodologiskeArahPenguasan Model Aplikasi. Jakarta:

Raja GrafindoPersada.

Chaer, Abdul danLeoniAgustina.(2010). Sosiolonguistik. Jakarta: RinekaCipta. Chaer, A.(2007). KajianBahasa. Jakarta: RinekaCipta.

Creswell, John W. (2010). Research Design.PendekatanKualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed. Penerjemah: AchmadFawaid

Danandjaya, James. (2002). Folklor Indonesia. Jakarta: Grafiti.


(2)

Daryanto.(2012). PerubahanPendidikandalamMasyarakatSosialBudaya. Bandung: CV YramaWidya.

Depdiknas.(2002). PendidikanBerorientasiKecakapanHidup (Life Skill) melaluiPendekatan. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas.(2006). PedomanMemilihdanMenyusunBahan Ajar. Jakarta.

Daulay, Zainul. (2011). PengetahuanTradisional; Konsep, Dasar, HukumdanPraktiknya. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.

Djiwandono, M. Soenardi. (2008). TesBahasa: PeganganbagiPengajarBahasa. Jakarta: PT. Indeks.

Djojosuroto, K. dan MLA Sumaryati.(2010).

Prinsip-PrinsipDasarPenelitianBahasadanSastra. Bandung: Nuansa.

Endaswara, Suwardi. (2006). MetodologiPenelitianKebudayaan.Yogyakarta.Gajah Mada University Press.

Fathurrohman, P. dan Sobry Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama.

Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E., (1993). How to Design and Evaluate Research in

Education. New York: McGraw-Hill.

Gunawan, A. (2012). PembelajaranBerbasisBudaya. [Online].Tersedia: http:/www.scrib.com.doc [18 September 2012]

Hammersley, Martyn. (1990). EtnografiRuangKelas.Penerjemah: Warsono. Inggris: St. Edmundsbury Press Ltd.

Hermawan R. danRukandi K. (2006).PerspektifSosialBudaya. Bandung: UPI Press.

Hernawan, W. (2009).“PeningkatanKompetensiMenulisMelalui Model

PembelajaranMenulisBerbasisBudaya.”Tesispada Program StudiPendidikanbahasa Indonesia SekolahPascasarjanaUniversitasPendidikan Indonesia, tidakditerbitkan.

Ibrahim.(2011). “NilaidalamTradisiNganggung di Pulau Bangka” dalamSepotongTradisi, SeuntaiMakna, Sebuah Usaha MenggaliFilsafat Nusantara.Jogyakarta: Khomsa.

Ihromi,T.O. (1999). Pokok-pokokAntropologiBudaya.Jakarta: YayasanObor Indonesia. Imron, Ali. (2008). KebijaksanaanPendidikan di Indonesia. Jakarta: BumiAksara.

Ikhsan, M. (2006).Pembelajaran MIPA BerbasisBudaya. [Online] Tersedia:


(3)

hhtp://teknologipendidikan.wordpress.com/2006/19/12/pembelajaraan-mipa-IskandarwassiddanDadangSunendar.(2009). StrategiPembelajaranBahasa. Bandung: RosdaKarya.

Joyce, B. dan Marsha Weil.(2011). Models of Teaching.Penerjemah:

AchmadFawaiddanAteillaMirza. Jogjakarta: PustakaPelajar.

Karim, Zulkarnaindkk.1996. KapitaSelektaBudaya Bangka (Buku 1). Bangka: PembinaanKesenian Daerah.

Kartini, Tien. (1985). KeterampilanBerbicaraBahanPerkuliahan. Bandung: FPBS IKIP Bandung.

Kesuma, D. dkk. (2011). Pendidikan Karakter. Bandung: Rosda Karya. Konsep Pendidikan Karakter. Artikel, diakses pada tanggal 26 Mei 2011.

Koentjaraningrat.(1998).PengantarAntropologi: pokok-pokokEtnografi. Jakarta: RinekaCipta.

Kuntjara, Esther. (2006). PenelitianKebudayaan: SebuahPanduanPraktis. Yogyakarta: GrahaIlmu.

KurniatidanZalfikaAmmya.(2012). MengenalSastraMelayu Bangka. Bangka: Bangka Publishing.

Kusherdyana.(2011). PemahamanLintasBudaya. Bandung: Alfabeta.

Kosasih, E. Dkk. (2002). Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Latif, Abdul. (2009). Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: PT Refika Aditama.

Latief, Juraid Abdul. (2006). Manusia, Filsafat dan Sejarah. Jakarta: Bumi Aksara. Maryaeni. (2005). Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara.

Miles, Mattheuw B dan A. Michael Huberman. (2009). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Musanna, Al. (2012). ”Artikulasi Pendidikan Guru Berbasis Kearifan Lokal untuk

Mempersiapkan Guru yang Memiliki Kompetensi Budaya”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 18, (3), 328-341.

Muslich, M. dan I Gusti Ngurah Oka. (2010). Perencanaan Bahasa. Jakarta:Bumi Aksara.


(4)

Nurhadi. (1995). Tata Bahasa Pendidikan: Landasan Penyusun Buku Pelajaran Bahasa. Semarang: IKIP Semarang Press.

Nurseha, R. (2010). Pendidikan Vokasional Memacu Kreativitas. [Online]. Tersedia:

http://www.win2pdf.com. [18 September 2012] Olii, Helena. (2008). Public Speaking. Jakarta: Indeks.

Parmono, R. (1982). Unsur-Unsur Filsafat Indonesia. Proyek PPPT UGM Sub Bagian Proyek Pengadaan Diklat (01.8.3), Yogyakarta.

Peursen, C.A. van. (1988). Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Poerwanto, Hari. (2000). Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Poespowardojo, Soerjanto. (1989) Filsafat Pancasila Sebuah Pendekatan Sosio-Budaya. Jakarta: Gramedia.

Purba, Salamat Mudini. (2009). Pembelajaran Berbicara. [Online] Tersedia: wywld.wordpress.com/tag/model pembelajaran berbicara/ [20 November 2012]. Pusat Kurikulum. (2012). PengembanganModel Pendidikan Kecakapan Hidup. [Online].

Tersedia:www.puskur.net [18 September 2012]

Pudentia, MPSS. (2008). Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: ATL.

Ranjabar, J. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Riesky. (2009). Pemahaman Budaya dalam Pembelajaran Bahasa. [Online] Tersedia: anaksastra.blogspot.com/2009/05 [20 November 2012]

Rosidi, A. (2011). Kearifan Lokal. Bandung: Kiblat.

Rooijakkers, Ad .(2005). Mengajar dengan Sukses. Jakarta : Gramedia. Rusyana, Yus. (1998). Perihal Kedwibahasaan. Jakarta: Depdikbud.

Rusyana,Yus.(1984). Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV Diponegoro.

Samani, M. dan Hariyanto. 2011. Model dan Konsep Pendidikan Karakter. Bandung: Rosda Karya.

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.


(5)

Sibarani, R. (2012). Kearifan Lokal. Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan. Jakarta: ATL.

Sidi, Indra Djati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar; Menggagas Paradigma Baru

Pendidikan. Jakarta: Paramadina.

Slamet PH. (2002). Pendidikan Kecakapan Hidup di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama:

Konsep dan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama.

Spradley, James P. (2007). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sudarmono, Nono. (2009). Struktur dan Fungsi Seni Tradisi Gaok Serta Model

Pelestariannya Melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA. Tesis pada SPs

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sudikan, S.Y. (2001). Metode Penelitian Kebudayaan.Surabaya: Citra Wacana.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumantri. (2008). «Implementasi KTSP dalam Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran bagi Pembangunan Karakter Bangsa: Suplemen dasar Konsep Pendidikan Nilai Moral.» Makalah disampaikan kepada Komunitas Pendidik dan Stakeholder Pendidikan dalam Seminar. Maret 2008.

Suparyanta, A. Dkk. (2007). Bahasa Indonesia Kelas X. Klaten: Saka Mitra Kompetensi. Supriyadi, dkk. (2005). Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.

Sutrisno, Mudji dan Hendar Purtanto. (2005). Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Syamsuddin AR dan Vismaia S. Damaianti. (2006). Metode Penelitian Pendidikan

Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Taum, YosephYapi. (2011). StudiSastraLisan. Yogyakarta: Lamalera.

Tarigan, H. Guntur. (2009). Metodologi Pengajaran Bahasa 1. Bandung: Angkasa. Tarigan, H. Guntur. (2008). Berbicara. Bandung: Angkasa.

Tim. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Tatap Muka. Jakarta:Depdiknas. Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


(6)

Vabiola, Dewinta. (2010). ”Pergeseran Nilai Tradisi Nganggung di Desa Kemuja

Kecamatan Mendo Barat.” Skripsi pada Program Studi Sosiologi Fakultas

Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Bangka Belitung, tidak diterbitkan.

Wahid, Abdurrahman. (1985). Persepsi Gerakan Islam tentang Kebudayaan: Sebuah

Tinjauan Dini tentang Perkembangannya di Indonesia dalam Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan. Editor: Alfian. Jakarta: PT Gramedia.

Widyastono, Herry. (2012). ”Implikasi RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan terhadap

Manajemen Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah.” Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan. 18, (3), 342-351.

Yamin, H. Martinis. (2008). Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Pers.