Pengujian Perangkat Hardware PERANCANGAN SISTEM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

4.1 Pengujian Perangkat Hardware

Pengujian perangkat keras meliputi pengujian perangkat Sensor, Power supply, Mikrokontroler, dan rangkaian kabel RS232. 4.1.1 Pengujian Mikrokontroler AT89S51 Pengujian pada rangkaian mikrokontroler AT89S51 ini dilakukan dengan menghubungkan rangkaian minimum mikrokontroler AT89S51 dengan power suplay sebagai sumber tegangan. Kaki 40 dihubungkan dengan sumber tegangan +5 Volt, sedangkan kaki 20 dihubungkan dengan negatif ground. Adapun pengujian rangkaian mikrokontroler AT89S51 dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 pengujian rangkaian mikrokontroller AT89S51 Kemudian tegangan pada pin 40 diukur menggunakan Voltmeter. Dari hasil pengujian didapatkan tegangan pada pin 40 sebesar +4,9 Volt. selanjutnya langkah pengujian dengan cara menghubungkan pin17 P3.7 dengan sebuah transistor C945 yang dihubungkan dengan sebuah LED indikator. Langkah ini bertujuan apakah rangkaian minimum sistem mikrokontroller ini dapat bekerja apabila diberikan program. Transistor C945 berfungsi sebagai saklar untuk mengendalikan hidupmati LED. Dengan demikian LED akan menyala jika transistor aktif dan sebaliknya LED akan mati jika transistor tidak aktif. Tipe transistor yang digunakan adalah NPN C945, dimana transistor ini akan aktif saturasi jika pada basis diberi tegangan 5 volt logika hight dan transistor ini akan tidak aktif jika pada basis diberi tegangan 0 volt logika low. Basis transistor ini dihubungkan ke resistor 4,7 Kohm. resistor ini berfungsi Universitas Sumatera Utara agar arus yang dikeluarkan oleh pin17 P3.7 cukup besar untuk men-trigger transistor C945. Selanjutnya program sederhana diisikan pada mikrokontroler AT89S51. Program yang diisikan adalah sebagai berikut : Loop: Setb p1.7 Call delay Clr p1.7 Call delay Jmp loop Delay: Mov r7,255 Dly: Mov r6,255 Djnz r6, Djnz r7,dly Ret End Pada program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P3.7 beberapa saat dan kemudian mematikannya. Perintah Setb P3.7 akan menjadikan P3.7 berlogika hight yang menyebabkan transistor C945 aktif dan LED akan menyala. Call delay akan menyebabkan LED ini hidup selama beberapa saat. Perintah Clr P3.7 akan menjadikan P3.7 berlogika low kembali sehingga menyebabkan transistor tidak aktif dan LED akan mati. Perintah jmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED tersebut berkedip. Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroller AT89S51, kemudian mikrokontroler dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan baik. Universitas Sumatera Utara 4.1.2 Pengujian sensor ultrasonic Pengujian sensor ultrasonik dilakukan dengan merancang program yang dapat menjadikan mikrokontroler sebagai pembacaan bit data output sensor dengan menyambungkan LED pada port 0.0 hingga port 0.7 . Fungsi LED merupakan karakteristik indikator pada setiap varian pengukkuran. Berikut gambar rangkaian pengujian sensor ultra sonik pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Rangkaian pengujian sensor ultrasonic Rangkaian di atas dapat berjalan dengan memprogram mikrokontroler untuk memberikan set-intruksi ke sensor agar dapat bekerja mengukur pada bidang pantul. Hasil pengukuran berupa pulsa berupa varian frekwensi data level bit hight 1 dan low 0 yang mewakili dari setiap varian jarak yang terdeteksi dari sensor. Program pengujian sensor ultrasonic yaitu: Universitas Sumatera Utara transmitter bit p1.0 trigger bit p 1.1 receiver bit p1.2 Start: Setb transmitter ; Aktifkan logika hight 1 pada port 1.0 Nop ; jeda 1µs Clr transmitter ; Clear pengiriman data port 1.0 logika low 0 kembali. Jnb tringer, start ; lompat ke rutin printah selanjutnya jika data = 1, dan kembali start jika data bernilai 0 pada port 1.1 Jb receiver, ; Terima data sampai selesai Jarak: Mov a,0h ; isi nilai 0 ke register A. Inc a ; Tambahi 1 nilai pada register A. Mov p0,a ; isi data pada register A ke port p0. Call delay ; Panggil rutin delay jeda waktu. Jnb receiver, jarak ; Data masih diterima ? jika ya ulangi tampil data. Jmp start ; jika tidak lompat ke rutin Start. delay: Mov r110 ; Isi nilai 10 ke register 1. Djnz r1, ; kurangi 1 nilai pada register 1R1 sampai bernilai 0 Ret Program di atas bekerja untuk mengatur kerja dari sensor untuk mengukur jarak dimana port 1.0 diberi logika hight 1 dan port 1.0 kembali ke logika low 0. Selanjutnya diberikan 3 siklus untuk mendeteksi pantulannya. Intruksi Jb receiver, mengcounter data hasil pantulan pada port 1.1 receiver data dan menampilkan data tersebut pada led-led pada port 0.0 sampai port 0.7 sebagai level bit data untuk pembacaan hasil data pengukuran. Sebagai contoh pada pengukuran jarak 1 cm dari aktual data sensor didapat data 254 dimana led pada port 0.1 hingga port 0.7 berlogika hight led menyala, dan led pada port 0.0 berlogika low let tidak menyala. Dari pengujian didapat beberapa data dari varian jarak dari 200 cm hingga 50 cm dan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Table 4.1 Data sensor dengan varian jarak 200 cm hingga 50 cm NO JARAK TEORI DATA NILAI PENGUJIAN SENSOR NILAI RATA-RATA HEXADESIMAL I II III IV V 1 180 180 180 180 180 180 180 0B4 2 179 177 178 179 179 179 178 0B3 3 179 179 179 179 179 179 179 0B3 4 178 178 178 178 178 178 178 0B2 5 177 177 177 177 177 177 177 0B1 6 176 176 176 176 176 176 176 0B0 7 175 175 175 175 175 175 175 0AF 8 174 174 174 174 174 174 174 0AE 9 173 172 171 173 173 173 172 0AD 10 173 173 173 173 173 173 173 0AD 11 172 172 172 172 172 172 172 0AC 12 171 171 171 171 171 171 171 0AB 13 170 170 170 170 170 170 170 0AA 14 169 169 169 169 169 169 169 0A9 15 168 169 169 169 168 168 168 0A8 16 167 167 167 166 165 167 166 0A7 17 167 167 167 167 167 167 167 0A7 18 166 166 166 166 166 166 166 0A6 19 165 165 165 165 165 165 165 0A5 20 164 164 164 164 164 164 164 0A4 21 163 163 163 163 163 163 163 0A3 22 162 162 162 162 162 162 162 0A2 23 162 162 162 162 162 162 162 0A2 24 161 161 161 161 161 161 161 0A1 25 160 160 160 160 160 160 160 0A0 26 159 159 159 159 159 159 159 09F 27 158 158 158 158 158 158 158 09E 28 157 158 158 158 157 157 157 09D 29 156 156 156 156 155 154 155 09C 30 156 156 156 156 156 156 156 09C 31 155 155 155 155 155 155 155 09B 32 154 154 154 154 154 154 154 09A 33 153 153 153 153 153 153 153 099 34 152 152 152 152 152 152 152 098 35 151 151 151 151 151 151 151 097 36 150 150 150 150 150 150 150 096 37 150 149 150 149 150 150 149 095 Universitas Sumatera Utara Dari lima kali percobaan dapat dilihat hasil karakteristik sensor berupa grafik rata-rata ketelitian data sensor yang didapat dari data aktual dengan jarak dan data secara teori dengan jarak. Gambar 4.3 Grafik Data Teori Vs Jarak Jika dilihat dari grafik di atas maka didapat bahwa data yang dihasilkan konstan dari mulai jarak 2 Cm hingga 300 Cm. Jika mengacu pada data rata-rata aktual maka terdapat beberapa pergeseran data diakibatkan persen ralat yang mempengaruhi kinerja sensor. Hal tersebut dapat di lihat pada grafik berikut. 50 100 150 200 250 300 50 100 150 200 250 300 350 DATA SE CARA T E O RI JARAK Cm Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 Grafik Praktek Vs Jarak 4.1.2.1 Analisa ketelitian alat Untuk mengetahui tingkat ketelitian alat ini, maka dilakukan percobaan pertama pada alat sebanyak 300 kali, dari percobaan tersebut dihitung berapa kali kesalahan yang terjadi pada alat tersebut. Kemudian dilakukan percobaan kedua sebanyak 300 kali, lalu dihitung kembali kesalahan yang terjadi pada alat tersebut. Demikian dengan percobaan berikutnya dilakukan hingga 5 kali, kemudian dihitung deviasi standar untuk mengetahui persentase kesalahan pada alat yang ditunjukkan pada table 4.2 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Table 4.2 Hasil Ketelitian Alat NO JARAK TEORI DATA NILAI PENGUJIAN SENSOR NILAI RATA-RATA Kesalahan σ I II III IV V 1 180 180 180 180 180 180 180 2 179 177 178 179 179 179 178 3 179 179 179 179 179 179 179 4 178 178 178 178 178 178 178 5 177 177 177 177 177 177 177 6 176 176 176 176 176 176 176 7 175 175 175 175 175 175 175 8 174 174 174 174 174 174 174 9 173 172 171 173 173 173 172 1 10 173 173 173 173 173 173 173 11 172 172 172 172 172 172 172 12 171 171 171 171 171 171 171 13 170 170 170 170 170 170 170 14 169 169 168 169 169 168 168 1 15 168 169 169 169 168 168 168 16 167 167 167 166 165 167 166 1 17 167 167 167 167 167 167 167 18 166 166 166 166 166 166 166 19 165 165 165 165 165 165 165 20 164 164 164 164 164 164 164 21 163 163 163 163 163 163 163 22 162 161 162 162 161 162 161 1 23 162 162 162 162 162 162 162 24 161 161 161 161 161 161 161 25 160 160 160 160 160 160 160 26 159 159 159 159 159 159 159 27 158 158 158 158 158 158 158 28 157 158 158 158 157 157 157 29 156 156 156 156 155 154 155 1 30 156 156 156 156 156 156 156 31 155 155 155 155 155 155 155 32 154 154 154 154 154 154 154 33 153 153 153 153 153 153 153 34 152 152 152 152 152 152 152 35 151 151 151 151 151 151 151 36 150 150 150 150 150 150 150 37 150 149 150 149 150 150 149 1 Universitas Sumatera Utara Dengan demikian dapat dihitung deviasi standar sebagai berikut : 1 2 1          n d d d n  ……………………………….. 4.1 1 37 1 1 1 1 1 1                                        36 6   16 ,   4 ,   ; Perhitungan di atas menunjukkan bahwa standar deviasi  dari alat rancangan adalah sebesar 0,4 . 4.1.3 Pengujian power supply Pada pengujian power supply, tegangan keluaran diukur menggunakan Volt meter dari hasil keluaran tegangan dari trafo CT step down yaitu sebesar +15 Volt, sebelum dan sesudah regulator 7805 dan 7812 untuk masing – masing keluaran tegangan +5 Volt dan +12 Volt. Dari hasil yang didapat diperoleh menunjukkan tegangan yang didapat pada keluaran tegangan setelah dioda bridge menghasilkan tegangan 13,8 Volt. Hal ini dikarenakan dioda bridge membutuhkan tegangan sebesar 0,6 Volt untuk dapat bekerja. Tegangan keluaran pada power supply ini digunakan untuk memberikan tegangan keseluruh rangkaian, keluaran tegangan +5 V digunakan untuk supply tegangan pada mikrokontroler. Mikrokontroler dapat bekerja pada tegangan 4,0 Volt sampai dengan 5,0 Volt, sehingga keluaran untuk tegangan +5 Volt ini cukup untuk supply tegangan ke Mirokontroler AT89S51. Sedangkan keluaran tegangan +12 V digunakan untuk supply tegangan pada penerima infra merah yang memerlukan tegangan + 9 Volt sehingga keluaran +12 Volt cukup untuk supply tegangan pada ranngkaian penerima infra merah. Universitas Sumatera Utara

4.2 Pengujian Perangkat Lunak