Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat di Sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi

1

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI
SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT
SUKABUMI

MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan

Tumbuhan Oleh Masyarakat di Sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat,
Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Muhammad Irkham Nazmurakhman
NIM E34080111

4

ABSTRAK
MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN. Pemanfaatan tumbuhan oleh
Masyarakat di Sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. Dibimbing
oleh ERVIZAL AM ZUHUD dan AGUS HIKMAT
Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, masih memiliki interaksi
terhadap hutan, seperti masyarakat Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan,

Sukabumi. Adanya perubahan pola hidup pada masyarakat dapat mengancam
keberadaan kearifan tradisional mereka terkait pemanfaatan tumbuhan. Penelitian
ini penting dilakukan untuk mengidentifikasi keanekaragaman tumbuhan oleh
masyarakat di sekitar HPGW. Data keanekaragaman tumbuhan yang
dimanfaatkan diperoleh melalui wawancara semi terstruktur. Tumbuhan
diklasifikasikan menjadi 8 kegunaan, yaitu tumbuhan obat, pangan, tumbuhan
hias, bahan bakar, bahan bangunan, pakan ternak, tumbuhan aromatik, dan
kegunaan lain. Tumbuhan obat adalah kelompok yang paling banyak
dimanfaatkan, sebanyak 145 spesies dari 54 famili. Tumbuhan berhabitus herba
paling banyak dimanfaatkan, sebesar 36,56%, dibandingkan dengan habitus
lainnya karena kemudahan mendapatkannya. Bagian tumbuhan yang paling
banyak dimanfaatkan adalah daun, sebesar 51,61%. penggunaan daun paling
banyak karena kemudahan mendapatkan dan mengolahnya.
Kata kunci: Hutan Pendidikan Gunung Walat, masyarakat desa Hegarmanah,
pemanfaatan tumbuhan

ABSTRACT
MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN. Plant Use by Forest Margin
Society of Surrounding Gunung Walat University Forest Sukabumi. Supervized
by ERVIZAL AM ZUHUD and AGUS HIKMAT

Society, which lives in forest margin area such as one in Hegarmnah
Village, Cicantayan, Sukabumi, has interaction with forest. The changing lifestyle
of the society threaten the existence of their traditional knowledge. This research
needed to identified the diversity of plants used by forest margin society of
GWUF. Data of used plant diversity were collected through semi-structured
interview. Plant species was classified into 8 group of purpose, that is for
medicinal purpose, food, aesthetics, fire-wood, building materials, cattle feeding,
aromatic, and other purpose. Medicinal purpose plant is the most group used
plants, amount of 145 species of 54 family. Herb habitus is the most used plants
by a value of 36,56%. Plant’s part that mostly used by the people was the leaves
with the amount of 51,61% since leaves were easy to obtain and process.
Keywords: Gunung Walat University Forest, Hegarmanah village society, plant
use

5

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI
SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT
SUKABUMI


MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

6

8

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
dilaksanakan sejak bulan Februari - Maret 2014, dengan judul Pemanfaatan
Tumbuhan oleh Masyarakat di Sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat
Sukabumi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Ervizal AM
Zuhud, MS dan Bapak Dr Ir Agus Hikmat, MSc F selaku pembimbing, Bapak Dr
Ir Nandi Koesmaryadi, MS serta para staf Hutan Pendidikan Gunung Walat. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Lasti Fardilla, Hardian
Akbar dan Dafid Kurniawan yang telah membantu proses pengambilan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
Muhammad Irkham Nazmurakhman

9

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan


1

Manfaat

2

METODE

2

Lokasi dan Waktu

2

Jenis Data

2

Alat


3

Metode Pengumpulan Data

3

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

5

Karakteristik Responden


6

Keanekaragaman Tumbuhan Berdasarkan Habitus dan Bagian yang
Digunakan

8

Keanekaragaman Tumbuhan Berdasarkan Kegunaaan

9

Keanekaragaman Tumbuhan Berdasarkan Lokasi Pengambilan

11

Perbandingan Hasil Penelitian Pemanfaatan Tumbuhan di HPGW

18

SIMPULAN DAN SARAN


19

Simpulan

19

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

20

LAMPIRAN

22

10


DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Tahapan kegiatan dan aspek yang dikaji
Pola penggunaan lahan
Mata pencaharian dan jenis kelamin responden
Tingkat pendidikan dan kelas umur responden
Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan habitusnya
Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan bagian yang digunakan
Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan kegunaannya
Multipurpose species yang dimanfaatkan masyarakat
Beberapa spesies tumbuhan dimanfaatkan sebagai obat
Spesies tumbuhan hias
Beberapa spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai kayu bakar
Beberapa spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan
Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan aromatik
Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak
Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan untuk kegunaan lain
Perbandingan hasil penelitian pemanfaatan tumbuhan di HPGW

3
6
7
7
8
9
9
10
12
15
15
16
17
17
18
18

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Peta citra Hutan Pendidikan Gunung Walat
Pemanfaatan tumbuhan berdasarkan lokasi pengambilan
Tumbuhan berguna di pekarangan masyarakat
Habitus tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan
Batang tusam yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar

2
11
12
13
14
16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Nama desa yang berbatasan dengan Desa Hegarmanah
Komposisi jenis kelamin dan jumlah penduduk per dusun
Kelompok umur penduduk Desa Hegarmanah
Mata pencaharian penduduk Desa Hegarmanah
Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Hegarmanah
Spesies tumbuhan yang digunakan masyarakat beserta lokasi pengambilan
Tumbuhan obat dan kegunaannya di masyarakat Desa Hegarmanah

22
22
22
23
24
29
38

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) terletak di Kecamatan
Cicantayan dan Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Hutan
Pendidikan Gunung Walat tersebut merupakan salah satu hasil kerjasama antara
Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan Pemerintah Daerah Jawa Barat. Usaha
kerjasama tersebut dimulai sejak tahun 1961 oleh Fakultas Pertanian Universitas
Indonesia, sekarang bernama Institut Pertanian Bogor. Selanjutnya, kawasan
hutan Gunung Walat seluas ±359 ha melalui SK Menhut No 188/ Menhut II/ 2005
ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus yang pengelolaannya
dilakukan oleh Fakultas Kehutanan IPB (Badan Eksekutif HPGW 2010).
Hutan Pendidikan Gunung Walat memberikan banyak manfaat tidak hanya
untuk kepentingan pendidikan bagi perguruan tinggi tetapi juga untuk menopang
masyarakat sekitar HPGW. Kelompok masyarakat yang tinggal di sekitar HPGW
adalah masyarakat Desa Hegarmanah dan Desa Batununggal. Masyarakat di
kedua desa tersebut masih memiliki interaksi dengan HPGW (Damayanti 2003).
Interaksi tersebut diantaranya berupa pemanfaatan tumbuhan.
Kegiatan pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar HPGW
berdasarkan Roslinda (2002) di antaranya adalah pengambilan kayu bakar,
penghasil pangan, penghasil pakan ternak dan pemanfaatan tumbuhan obat.
Sampai kini, kajian tentang pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar
HPGW secara keseluruhan belum pernah dilakukan. Namun, kajian
etnofitomedika (pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat) yang merupakan
salah satu bagian etnobotani sudah pernah dilakukan. HPGW memiliki potensi
tumbuhan obat mencapai 60 spesies (Fatmasari 2003). Tumbuhan obat yang
digunakan oleh masyarakat sekitar HPGW berjumlah 177 spesies dari 58 famili
dan tiga spesies di antaranya diambil dari HPGW karena tidak tersedia di pasar
atau di sekitar rumah mereka (Damayanti 2003).
Praktek pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di Indonesia sudah
banyak dilakukan tetapi penelitian terkait hal tersebut, belum banyak dilakukan.
Pengetahuan lokal tentang pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat tersebut
penting untuk didokumentasikan sehingga dapat menjadi data awal untuk
pengembangan sumberdaya alam yang berkelanjutan. Penelitian ini perlu
dilakukan untuk melengkapi data yang terkumpul sebelumnya.

Tujuan
Mengidentifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan yang dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar HPGW. Keanekaragaman tersebut meliputi
keanekaragaman kegunaan, famili, habitus dan lokasi pengambilan.

2

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan
masukan bagi kebijakan pengelolaan HPGW terkait pengelolaan pemanfaatan
tumbuhan secara berkelanjutan bersama masyarakat.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan,
yang berbatasan langsung dengan HPGW, Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.
Pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan Februari - Maret 2014.

Sumber : Badan Eksekutif HPGW

Gambar 1 Peta Citra Hutan Pendidikan Gunung Walat

Jenis Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi data karakteristik responden dan spesies tumbuhan berguna yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar HPGW. Data sekunder terdiri dari data
kondisi umum HPGW dan sosial budaya masyarakat. Data tersebut diperoleh dari
pihak pengelola HPGW.

3

Alat
Alat yang digunakan di antaranya sasak, label gantung, kertas koran, oven,
alat penyemprot, kamera, alat tulis, field guide tumbuhan, laptop dan kuesioner.

Metode Pengumpulan Data
Tahapan Kegiatan
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahapan (Tabel 1). Data
yang diambil meliputi kondisi umum HPGW, karakteristik responden,dan
keanekaragaman tumbuhan berguna. Kemudian masing-masing data tersebut
dianalisis secara deskriptif.

No
1

Tabel 1 Tahapan kegiatan dan aspek yang dikaji
Jenis data
Aspek yang dikaji
Cara pengambilan
Kajian kondisi 1. Sejarah
Studi pustaka
umum HPGW 2. Letak dan luas
3. Kondisi sosial
masyrakat sekitar

2

Karakteristik
responden

3

Kajian
tumbuhan
berguna

1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

4

Pengolahan
dan analisis
data

7.
8.
1.
2.

Karakteristik umur
Jenis kelamin
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Spesies tumbuhan
Famili
Habitus
Lokasi
Pengambilan
Kegunaan
Bagian yang
dimanfaatkan
Cara pengolahan
Cara pemakaian
Pengolahan data
Analisis data

Sumber data
Pihak
pengelola
HPGW,
Pemerintah
Desa
Hegarmanah

Wawancara

Masyarakat
sekitar
HPGW

Wawancara dan
survey langsung
(observasi
partisipatif)

Pengamatan
di lapangan

Pengamatan
langsung dan
identifikasi

Observasi Partisipatif
Observasi partisipatif dilakukan dengan cara mencatat aktivitas yang
dilakukan secara sistematis. Peneliti terlibat dalam beberapa kegiatan informan,
seperti berkebun, namun tidak mengikuti seluruh kegiatan penduduk seharian
(Sugiyono 2007). Data yang dikumpulkan adalah mengenai pemanfaatan
keanekaragaman tumbuhan, bagian yang digunakan, lokasi pengambilan, habitus,
dan cara penggunaan.

4

Wawancara
Wawancara dilakukan kepada 30 responden dengan menggunakan
kuesioner. Pemilihan responden menggunakan metode Purposive sampling.
Sasaran responden adalah masyarakat Desa Hegarmanah yang masih
memanfaatkan tumbuhan. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data
keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan, bagian tumbuhan yang
digunakan, lokasi pengambilan tumbuhan, habitus tumbuhan, dan cara
penggunaan tumbuhan.
Identifikasi Tumbuhan
Setiap tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar HPGW
diidentifikasi dengan cek silang menggunakan literatur tentang tumbuhan yang
ada. Literatur yang digunakan antara lain, van Steenis (1997), Zuhud dan Hikmat
(2010), dan Arisandi dan Andriani (2005).

Analisis Data
Karakteristik Responden
Data karakteristik responden disusun berdasarkan tingkat pendidikan,
pekerjaan, jenis kelamin, dan karakteristik umur. Masing-masing data tersebut
dihitung persentasenya dan dianalisis kaitannya dengan tingkat pemanfaatan
tumbuhan secara deskriptif.
Klasifikasi Pemanfaatan Tumbuhan
Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan diklasifikasikan menjadi 8 kategori:
tumbuhan obat, pangan, minuman, pakan, bahan bangunan, bahan bakar,
aromatik, hias,dan kegunaan lainnya. Data tersebut dianalisis secara deskriptif.
Persentase Habitus dan Bagian yang Digunakan
Tumbuhan yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi partisipatif
disusun berdasarkan spesies dan familinya untuk diketahui jumlah total spesies
yang dimanfaatkan. Seluruh spesies yang dimanfaatkan dikelompokkan
berdasarkan habitus, bagian yang digunakan dan lokasi pengambilan, lalu
dihitung persentasenya. Perhitungan masing masing persentase menggunakan
rumus:

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Hutan Pendidikan Gunung Walat
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan area hutan yang
diperuntukkan sebagai hutan pendidikan berdasarkan surat Menhut
No.008/Kpts/DJ/I/73. Pengelolaan HPGW seluas 359 ha diberikan kepada
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor hingga waktu tidak terbatas sesuai
dengan surat ketetapan Menteri Kehutanan No.SK.702/Menhut-II/2009 (Badan
Eksekutif HPGW 2010). Kawasan HPGW terletak di Desa Hegarmanah
Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi. Secara astronomis HPGW terletak
di koordinat 6˚54’23’’- 6˚55’35’’ LS dan 106˚48’27’’- 106˚50’29’’ BT (Kaban
2013). HPGW merupakan bagian dari pegunungan dan hampir seluruh
kawasannya berada di ketinggian 500 mdpl. Tingkat kemiringan lereng dari
Curam (15 – 25%) hingga sangat curam (>40%) (Badan Eksekutif HPGW 2010).
Iklim HPGW berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson adalah bertipe B
(basah) (Kaban 2013). Beberapa aliran air kecil mengalir sepanjang tahun ke arah
selatan (Badan Eksekutif HPGW 2010).
Saat ini penutupan lahan di HPGW telah mencapai 95% dari seluruh area.
HPGW memiliki tegakan sejenis seperti agathis (Agathis loranthifolia), Pinus
(Pinus merkusii), dan Puspa (Schima walichii) dan tegakan campuran terdiri dari
mahoni (Swietenia mahagony), sengon (Paraseranthes falcataria), kayu afrika
(Maesopsis eminii), rasamala (Altingia excelsa), meranti (Shorea sp), akasia
(Acacia mangium), dan randu (Ceiba pentandra). Sebagian besar tumbuhan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, yaitu untuk tumbuhan obat dan
agroforestri. Tumbuhan obat HPGW mencapai 68 jenis yang telah dilaporkan dan
spesies tumbuhan untuk agroforestri antara lain kapol (Amomum cardamomum),
kopi (Coffea arabica), dan pisang (Musa sp.) (Badan Eksekutif HPGW 2010).
HPGW memiliki beberapa mamalia yang dapat ditemukan antara lain
kelelawar (Hipposideros larvatus, Rhinolophusaccumilatus, Rhinolophus affinis)
(Himakova 2012) monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), bajing
(Callosciurus sp), babi hutan (Sus scrofa), trenggiling (Manis javanica), dan
musang (Paradoxurus hermahermaphroditic). Jenis burung mencapai 52 spesies
dari 22 famili yang telah dilaporkan. Selain itu juga ada banyak dari spesies
serangga dan herpetofauna (Badan Eksekutif HPGW 2010).
Desa Hegarmanah
Menurut Amallia (2010) pada tahun 1980 Desa Hegarmanah merupakan
pemekaran dari Desa Cantayan, dengan pertimbangan letak desa terlalu jauh dari
pusat desa, areal desa yang terlalu luas, jumlah penduduk yang sudah
memungkinkan untuk pemekaran. Desa Hegarmanah awalnya terdiri dari 9
kampung yaitu Hegarmanah, Longkewang, Nangerang, Ciabad, Persil, Manggis,
Cilubang, Pangkalan, Ciparay dan Citalahab. Saat ini Desa Hegarmanah terdiri
atas 6 kampung yang sudah dipadatkan yaitu Hegarmanah, Longkewang,
Nangerang, Cilubang, Ciparay dan Citalahab. Desa Hegarmanah secara
administratif termasuk dalam Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi,

6

sedangkan secara geografis terletak di koordinat 6,57˚ LS dan 106,41˚ BT. Desa
Hegarmanah berbatas dengan 6 desa (Lampiran 1). Desa Hegarmanah memiliki
luas 1488,33 Ha yang terdiri atas hutan HPGW, perkebunan, persawahan, dan
perkampungan masyarakat (Tabel 2). Penggunaan lahan terbesar untuk
perkebunan yaitu seluas 1007,8 ha (67,71 %) dan terkecil untuk perkampungan
seluas 49,5 ha (3,32%).

No
1
2
3
4

Tabel 2 Pola penggunaan lahan
Penggunaan lahan
Luas (ha)
Perkebunan
1007,8
Hutan HPGW
350
Persawahan
81
Perkampungan
49,5
Total
1488,3

Persentase (%)
67,71
23,51
5,44
3,32
100

Sumber: Potensi Desa Hegarmanah 2014

Data kependudukan yang dikeluarkan oleh balai desa tahun 2014
(Lampiran 2), penduduk Desa Hegarmanah berjumlah 6071 jiwa. Jumlah laki-laki
(3058 jiwa) dan perempuan (3013 jiwa) hampir sebanding. Penduduk terbanyak
berada di Dusun Cilubang yang mencapai 1374 jiwa dan jumlah penduduk
terendah di Dusun Ciaparay sebanyak 666 jiwa. Usia produktif (15 – 64 tahun)
memiliki jumlah terbanyak, yaitu 4073 jiwa atau 67,4% dari total penduduk
(Lampiran 3). Penduduk yang bermata pencaharian buruh dan pelajar memiliki
persentase tertinggi, yaitu 1234 jiwa (32,35%) dan 1458 jiwa (38,22%) sedangkan
ustadz, supir, dan pensiunan hanya berjumlah 4 jiwa (0,1%) hingga 6 jiwa
(0,16%) (Lampiran 4).

Karakteristik Responden
Jumlah responden adalah sebanyak 30 orang dengan persentase laki-laki
dan perempuan sebanyak 60% dan 40%. Mayoritas kegiatan sampingan laki-laki
adalah menggarap lahan, mencari kayu bakar, dan mencari pakan ternak.
Pencarian rumput untuk pakan ternak dilakukan bergantian, bapak- bapak saat
sore hari dan ibu-ibu di pagi hari (Roslinda 2002). Pencarian kayu biasanya
dilakukan saat reponden akan pulang dari aktifitas di hutan maupun di kebun.
Masyarakat Desa Hegarmanah yang banyak mengambil tumbuhan adalah
ibu rumah tangga (26,67%). Hal tersebut karena ibu rumah tangga memiliki
keterikatan yang kuat dengan penggunaan tumbuhan, diantaranya untuk memasak,
pengobatan, dan pakan ternak. Selain itu penggunaan tumbuhan juga dilakukan
oleh mak beurang (dukun beranak), tabib, buruh, penyadap getah pinus dan
agathis, wiraswasta, dan pelajar (Tabel 3).

7

Tabel 3 Mata pencaharian dan jenis kelamin responden
Jenis kelamin
Jumlah
Persentase
total
(%)
No Pekerjaan
Laki – laki Perempuan
1 Ibu rumah tangga
8
8
26,67
2 Buruh
5
5
16,67
3 Penyadap
4
1
5
16,67
4 Wiraswasta
4
1
5
16,67
5 Tabib
2
1
3
10,00
6 Pelajar
3
3
10,00
Mak beurang
7
1
1
3,33
(dukun beranak)
Total
18
12
30
100
Pendidikan masyarakat di sekitar HPGW masih rendah, bahkan beberapa
masyarakat tidak bersekolah (Tabel 4). Sebagian besar masyarakat memiliki
tingkat pendidikan sampai sekolah dasar (SD) (66,67%). Rendahnya tingkat
pendidikan formal tersebut karena masyarakat memilih untuk bekerja setelah
tamat SD.dan pekerjaan yang mereka pilih tidak memerlukan tingkat pendidikan
formal yang tinggi. Selain itu juga tidak lepas dari tingkat ekonomi masyarakat.
Masyarakat yang mampu menggapai pendidikan tingkat sarjana pada umumnya
hanya masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi yang cukup.
Tabel 4 Tingkat pendidikan dan kelas umur responden
Kelas umur
Tingkat
Jumlah Persentase
No
Remaja Dewasa
Lanjut
pendidikan
total
(%)
usia
1 SD
16
4
20
66,67
2 Sarjana (S1)
1
1
1
3
10
3 SMA
1
2
3
10
4 SMP
1
1
2
6,67
Tidak
5
2
2
6,67
bersekolah
Total
3
20
7
30
100
Kelas umur responden dibagi menjadi 3, yaitu remaja (10-19 tahun),
dewasa (20-59 tahun) dan lanjut usia (≥60 tahun) (Tabel 4). Responden di kelas
umur remaja berjumlah 2 orang (7%) yang semuanya berstatus sebagai pelajar.
Pelajar hanya sedikit mengetahui tentang pemanfaatan tumbuhan secara
tradisional dibandingkan dengan responden yang bermata pencaharian lain. Kelas
umur dewasa berjumlah 21 orang (70%) karena kelas umur ini merupakan kelas
umur produktif. Terdapat banyak responden dengan berbagai mata pencaharian di
kelas umur ini. Pemanfaatan tumbuhan oleh kelas umur produktif merupakan
yang tertinggi. Kelas umur lanjut usia berjumlah 7 orang (23%). Responden di
kelas umur ini bekerja sebagai tabib, wiraswasta dan penyadap. Pengetahuan
tentang tumbuhan berguna oleh kelas umur ini merupakan yang tertinggi.
Kebutuhan akan pendidikan meningkat pada responden yang
diwawancara. Seluruh responden kelas umur remaja bersekolah bahkan hingga

8

tingkat sarjana, kemudian pada kelas umur dewasa sebagian besar hanya hingga
tingkat SD, dan responden yang tidak mengeyam pendidikan formal hanya pada
kelas umur lanjut usia. Pada kelas umur lanjut usia, responden dengan tingkat
pendidikan hingga sarjana merupakan penduduk pendatang.

Keanekaragaman Tumbuhan Berdasarkan Habitus dan Bagian yang
Digunakan
Masyarakat Desa Hegarmanah memanfaatkan 176 spesies tumbuhan dari
81 famili (Lampiran 5) untuk berbagai kegunaan. Beberapa spesies tersebut
memiliki varietas lebih dari satu. Spesies tumbuhan yang ditemukan
dikelompokkan menjadi delapan tipe habitus, yaitu pohon, perdu, semak, herba,
liana, bambu, palma, dan epifit. Habitus dengan persentase tertinggi adalah herba
(36,56%), sedangkan epifit (1,08%) merupakan habitus dengan persentase
terendah (Tabel 5).
Tabel 5 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan habitusnya
No Habitus
Jumlah
Persentase (%)
1 Herba
60
34,09
2 Pohon
52
29,55
3 Perdu
30
17,05
4 Semak
13
7,39
5 Liana
11
6,25
6 Bambu
4
2,27
7 Palma
4
2,27
8 Epifit
2
1,14
Jumlah
176
100
Tumbuhan berhabitus herba digunakan pada hampir semua kelompok
kegunaan, kecuali pada kelompok kegunaan bahan bangunan dan bahan bakar.
Tumbuhan berhabitus herba banyak digunakan karena mudah diperoleh dan
mudah pengambilannya. Selain itu, dalam proses pertumbuhannya, herba lebih
cepat tumbuh dan lebih cepat dapat diambil hasilnya
Selain berdasarkan habitus, tumbuhan yang digunakan juga
dikelompokkan berdasarkan bagian yang digunakan. Pengelompokkan tersebut
karena biasanya masyarakat menggunakan tumbuhan pada bagian tertentu saja.
Berdasarkan hasil pengelompokkan, terdapat 10 bagian tumbuhan yang
dimanfaatkan, yaitu getah, akar, batang, buah, kulit buah, bunga, daun, umbi,
rimpang, dan seluruh bagian. Daun merupakan bagian yang paling banyak
digunakan, yaitu sebesar 51,61 % (96 spesies) dibandingkan dengan bagian
tumbuhan lain (Tabel 6).

9

Tabel 6 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan bagian yang digunakan
No Bagian yang digunakan
Jumlah bagian
Persentase (%)
1 Daun
96
51,61
2 Batang
22
11,82
3 Buah
19
10,21
4 Getah
16
8,60
5 Rimpang
10
5,37
6 Bunga
9
4,83
7 Akar
6
3,22
8 Umbi
4
2,15
9 Kulit buah
2
1,07
10 Seluruh bagian
2
1,07
184
100
Jumlah
Besarnya persentase penggunaan daun dapat mengindikasikan bahwa daun
merupakan bagian yang memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Selain itu, daun
merupakan bagian yang paling mudah diperoleh dan dapat. Penggunaan bagian
daun juga merupakan bentuk dari upaya konservasi karena tidak mengganggu
tumbuhannya seperti jika menggunakan akar, batang, getah atau kulit batang.
Bahkan untuk penggunaannya, daun dapat juga digunakan secara langsung atau
dimakan langsung tanpa proses pengolahan terlebih dahulu (Handayani 2010).

Keanekaragaman Tumbuhan Berdasarkan Kegunaaan
Total spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa
Hergarmanah adalah sebanyak 176 spesies dari 81 famili. Tumbuhan tersebut
diklasifikasikan ke dalam 8 kelompok kegunaan, yaitu tumbuhan obat, pangan,
estetika, bahan bakar, bahan bangunan, tumbuhan aromatik, pakan ternak, dan
untuk kegunaan lain. Satu tumbuhan dapat memiliki beberapa kegunaan. Dilihat
dari penggunaannya, tumbuhan obat (127 spesies) merupakan kelompok yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat Desa Hegarmanah dibandingkan
dengan kelompok tumbuhan lainnya (Tabel 7).
Tabel 7 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan kegunaannya
No Kegunaan
Jumlah spesies
Jumlah famili
1 Obat
127
52
2 Pangan
59
37
3 Pakan ternak
24
19
4 Bahan bangunan
22
17
5 Bahan bakar
18
16
6 Hias
14
12
7 Kegunaan lain
12
10
8 Aromatik
4
4
Jumlah
176
81

10

Multipurpose Species
Multipurpose species merupakan jenis dengan lebih dari satu jasa atau
fungsi produksi (Burley & Wood 1991). Pada dasarnya semua pohon merupakan
multipurpose species, tetapi di antaranya terdapat spesies yang memiliki manfaat
lebih banyak dari spesies lain (Nair 1993). Dari hasil wawancara, terdapat 47
multipurpose species, delapan spesies diantaranya memiliki manfaat terbanyak
(Tabel 8). Kedelapan spesies tersebut merupakan pohon penghasil buah. Pohon
tersebut daunnya digunakan untuk obat atau pakan ternak, kayu ranting untuk
bahan bakar dan batangnya untuk bahan bangunan. Masyarakat memperoleh
kedelapan pohon tersebut dari kebun mereka.
Multipurpose species unggulan lokal merupakan multipurpose species
yang memiliki keunggulan secara ekologi dan sosial di wilayah setempat. Ciri
spesies tersebut adalah berasal dari habitat setempat, telah beradaptasi dengan
lingkungan sekitar, bernilai kelestarian keanekaragaman hayati, bermanfaat secara
finansial dan disukai masyarakat (Suyanto et al. 2009).
Tabel 8 Multipurpose species yang dimanfaatkan masyarakat
No Nama
Nama ilmiah
Kegunaan
Jumlah
spesies
kegunaan
1 Kelapa
Cocos nucifera
Obat, pangan, bahan bakar,
5
bahan bangunan, kegunaan lain
2 Nangka
Artocarpus
Obat, pangan, pakan ternak,
5
heterophyllus
bahan bakar, bahan bangunan
3 Durian
Durio zibethines Obat, pangan, bahan bakar,
4
bahan bangunan
4 Jengkol
Pithecellobium
Obat, pangan, bahan bakar,
4
jiringa
bahan bangunan
5 Kawung
Arenga pinnata
Obat, pangan, bahan bakar,
4
kegunaan lain
6 Manggis
Garcinia
Obat, pangan, pakan ternak,
4
mangostana
bahan bangunan
7 Rambutan Nephelium
Obat, pangan, bahan bakar,
4
lappaceum
bahan bangunan
8 Sengon
Paraserianthes
Pakan ternak, bahan bakar,
4
falcataria
bahan bangunan, kegunaan lain
Dari delapan spesies tumbuhan tersebut, kelapa (Cocos nucifera) dan
nangka (Artocarpus heterophyllus) merupakan spesies dengan kegunaan paling
banyak. Kedua spesies tersebut memiliki 5 kegunaan, diantaranya untuk obat,
pangan, bahan bakar, bahan bangunan dan kegunaan lain, sehingga dapat
dikategorikan sebagai multipurpose species unggulan lokal di Desa Hegarmanah.
Hasil penelitian Suyanto et al. (2009) juga melaporkan bahwa kelapa dan nangka
merupakan multipurpose species unggulan lokal di Kabupaten Banjar, Kalimantan
Selatan.
Berdasarkan manfaat nilai ekonomi, manggis (Garcinia mangostana)
merupakan spesies unggulan Desa Hegarmanah. Bagian yang memiliki nilai
ekonomi tinggi, yaitu buahnya. Desa Hegarmanah memiliki potensi 12.800 pohon
di area seluas 50 ha. Area tersebut merupakan gabungan luas dari kebun - kebun

11

manggis milik masyarakat. Hasil wawancara menunjukkan bahwa saat musim
panen, jumlah buah manggis berkisar 50 ton/ hari dengan harga jual 50.000/ Kg.

Keanekaragaman Tumbuhan Berdasarkan Lokasi Pengambilan
Spesies tumbuhan berguna yang dimanfaatkan oleh masyarakat berasal
dari berbagai lokasi, yaitu hutan, kebun dan pekarangan rumah (Lampiran 6).
Spesies tumbuhan berguna yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagian besar
diambil dari pekarangan, sebesar 61% (185 spesies) (Gambar 1). Tumbuhan yang
berasal dari kebun sebesar 34% (105 spesies) dan tumbuhan yang berasal dari
hutan hanya sebesar 5% (16 spesies).
Hutan
5%

Pekarangan
61%

Kebun
34%

Gambar 2 Pemanfaatan tumbuhan berdasarkan lokasi pengambilan
Masyarakat Desa Hegarmanah biasanya memiliki pekarangan yang
ditanami oleh berbagai macam tumbuhan (Gambar 2), mulai dari pepohonan
sampai herba. Tumbuhan berguna yang berasal dari pekarangan tidak hanya
merupakan tumbuhan yang ditanam oleh masyarakat, tetapi juga berasal dari
tumbuhan yang tumbuh secara liar. Berbagai macam tumbuhan berguna yang
dapat diperoleh dari pekarangan tersebut, diantaranya tumbuhan obat, aromatik,
pakan ternak, pangan, hias, dan bahan bangunan. Semua tumbuhan hias yang
dimanfaatkan oleh masyarakat berasal dari pekarangan.
Selain di pekarangan, masyarakat juga memperoleh tumbuhan berguna
dari kebun. Beberapa tumbuhan yang berasal dari pekarangan dan hutan dapat
diperoleh dari kebun masyarakat. Tumbuhan yang diambil dari kebun sebagian
besar merupakan tumbuhan budidaya, dan sisanya merupakan tumbuhan liar.
Seluruh delapan kegunaan tumbuhan dapat ditemui di kebun.
Lokasi pengambilan tumbuhan berguna yang paling sedikit adalah hutan.
Hal ini dikarenakan adanya larangan mengambil tumbuhan yang berasal dari
hutan. Hanya beberapa spesies tumbuhan yang diperoleh masyarakat dari hutan
(HPGW). Tumbuhan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan
pengobatan, bahan bakar, bahan bangunan, dan pangan. Beberapa tumbuhan obat
yang berasal dari hutan (HPGW) tidak bisa ditemui di kebun atau pekarangan
masyarakat seperti paku rane (Selaginella plana), ki koneng (Fibraurea
chloroleuca), dan kapol (Amomum Cardamomum). Paku rane merupakan salah
satu tumbuhan yang hanya diperoleh masyarakat di Hutan HPGW (Damayanti
2003).

12

Gambar 3 Tumbuhan berguna di pekarangan masyarakat
Tumbuhan Obat
Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Hegarmanah sebagai
obat mempunyai jumlah spesies terbanyak jika dibandingkan dengan kelompok
kegunaan lainnya. Masyarakat Desa Hegarmanah memanfaatkan sebanyak 127
spesies tumbuhan obat dari 52 famili (Lampiran 7).
Spesies tumbuhan obat yang paling banyak digunakan adalah famili
Zingiberaceae. Pemanfaatan tumbuhan obat dari famili Zingiberaceae mencapai
19 spesies. Hal ini disebabkan spesies tumbuhan dari famili Zingiberaceae
merupakan spesies tumbuhan yang paling mudah diperoleh masyarakat dan
memiliki sejumlah kegunaan lain, yaitu untuk bumbu masak dan pangan.
Penggunaan tumbuhan obat ada yang dipakai secara tunggal atau
dicampur dengan tumbuhan lain. Sebagian besar tumbuhan obat yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Hegarmanah digunakan secara tunggal.
Beberapa tumbuhan tersebut diantaranya memiliki kegunanaan untuk mengobati
demam, batuk, luka, diare, darah tinggi dan kesehatan kewanitaan (Tabel 9).
Tabel 9 Beberapa spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan
Bagian
Nama
No
Nama ilmiah
Kegunaan
yang
spesies
digunakan
1 Antanan
Centella asiatica
Sakit pinggang
Semua
2 Buntiris
Kalanchoe latifolia
Demam
Daun
3 Jahe
Zingiber officinale
Pusing
Rimpang
menengah
4 Kapol
Amomum cardamomum Batuk
Batang
5 Kayu manis Cinnamomum burmanii Stamina
Kulit kayu
6 Ki piit
Maesa latifolia
Meningkatkan asi
Daun
7 Ki urat
Plantago major
Luka iris
Daun
8 Kunyit
Curcuma domestica
Maag
Umbi
9 Lada
Piper nigrum
Mual
Biji
10 Lempuyang Zingiber aromaticum
Sakit perut, diare
Rimpang
11 Paku rane
Selaginella plana
Setelah melahirkan Daun
12 Reundeu
Staurogyne elongata
Kencing batu
Daun
13 Sembung
Blumea balsamifera
Setelah melahirkan Daun
14 Sirih merah Piper crocatum
Darah tinggi
Daun
15 Tepus
Achasma megalocheilos Batuk
Umbi

13

Masyarakat Desa Hegarmanah banyak menggunakan tumbuhan obat untuk
mengobati penyakit batuk dan demam. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat
mengobati batuk adalah kapulaga (Amomum cardamomum). Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Hariana (2008) bahwa kapulaga memiliki efek farmakologis
berupa obat batuk, obat perut kembung, penurun panas, antitusif, peluruh dahak
dan anti muntah karena memiliki kandungan bahan kimia sineol, terpineol,
alfaborneol, dan beta-kamper. Tumbuhan tersebut dimanfaatkan buah dan
batangnya. Kapulaga digunakan sebagai obat batuk dengan cara dituak pada tiga
batang yang berdekatan, lalu diminum airnya, sedangkan pengolahan buahnya
dilakukan dengan cara digerus kemudian ditambah air hangat lalu diminum. Buah
kapulaga memiliki rasa agak pahit dan bersifat hangat.
Tumbuhan obat yang terdapat di Desa Hegarmanah meliputi bermacam
tipe habitus. Tumbuhan ini kemudian dikelompokkan ke dalam 5 tipe habitus,
yaitu pohon, perdu, bambu, herba, dan liana. Kelompok habitus tumbuhan yang
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah herba. Penggunaan tumbuhan obat
berhabitus herba mencapai 40% (Gambar 3).

liana
7%

perdu
26%

Bambu
2%

herba
40%

pohon
25%

Gambar 4 Habitus tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Habitus herba paling banyak dimanfaatkan karena mudah didapat dan
ditemukan. Reundeu merupakan contoh tumbuhan berhabitus herba yang
dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar HPGW. Khasiat daun reundeu
(Staurogyne elongata) adalah mengobati kencing batu. Pemanfaatannya dengan
cara dilalab (dimakan langsung). Kandungan kimia reunde belum banyak
diketahui, namun spesies Stauroginaceae diketahui memiliki efek farmakologis
sebagai diuretik dan peluruh urine (Hariana 2008)
Spesies tumbuhan yang digunakan sebagai pengobatan memiliki khasiat
obat pada satu, beberapa atau semua bagian tubuhnya. Satu bagian tumbuhan
dapat memiliki khasiat berbeda dengan bagian lainnya dalam satu spesies. Bagian
tumbuhan yang dipakai untuk pengobatan dibedakan menjadi akar, batang, batang
pagagan, kulit batang, getah, daun, bunga, biji, buah, kulit buah, rimpang, umbi,
kulit umbi, seluruh bagian (Gambar 4).

14

60,0
persentase (%)

50,0
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0

Bagian yang digunakan

Gambar 5 Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan
Daun (48,5%) adalah bagian tumbuhan yang paling sering dimanfaatkan
oleh masyarakat Desa Hegarmanah. Pemanfaatan daun mendominansi dan
mencapai hampir setengah dari presentase bagian tumbuhan obat yang digunakan
(Gambar 4). Bagian daun banyak digunakan karena mudah diperoleh, mudah
diolah dan mudah diramu dibandingkan dengan bagian lainnya, serta merupakan
bagian yang mengandung banyak zat yang berkhasiat obat (Hamzari 2008).
Sebagian besar pengolahan daun dilakukan dengan cara direbus/ digodog.
Tumbuhan Pangan
Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan masyarakat Desa Hegarmanah
sebanyak 59 spesies dari 37 famili. Buah merupakan bagian yang paling banyak
dimanfaatkan dari tumbuhan pangan. Buah-buahan ini didapatkan masyarakat dari
kebun mereka sendiri. Buah tersebut, diantaranya durian, dukuh, jambu, jeruk,
kakao, kedondong, kelapa, nangka, manggis, sirsak, dan rambutan. Masyarakat
Desa Hegarmanah mengambil kapulaga (Amomum cardamomum) dan beragam
varietas pisang (Musa paradisiaca) hanya dari kawasan HPGW. Kapulaga dan
pisang merupakan komoditas yang masih dihasilkan dari lahan agroforest di
HPGW. Febriani (2003) melaporkan beberapa komoditas lain yang dihasilkan dari
lahan agroforest, yaitu kopi, singkong, padi, talas, dan kacang-kacangan.
Tumbuhan Hias
Terdapat 14 spesies tumbuhan dari 12 famili yang dimanfaatkan
masyarakat sebagai tumbuhan hias (Tabel 10). Masyarakat memperoleh bibit
tanaman tersebut dengan cara membeli. Beberapa tumbuhan hias juga
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pagar pekarangan. Oleh karena itu,
tumbuhan hias ini berfungsi ganda, yaitu sebagai penghias sekaligus menjadi
pagar pekarangan. Dari spesies tumbuhan yang ditemukan tidak berasal dari
HPGW.

15

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel 10 Spesies tumbuhan hias
Nama spesies
Nama ilmiah
Anggrek bulan
Phalaenopsis amabilis
Anggrek uncal
Cymbidium pubescens
Awi hitam
Bambusa sp
Nanas kerang
Rhoeo spathacea
Iris
Iris sp
Hanjuang
Cordyline fructicosa
Kadaka
Asplenium nidus
Kanyere
Bridelia tomentosa
Kedondong cina
Spandias sp
Kemang
Mangifera kemanga

Bagian
Bunga
Bunga
Batang
Daun
Daun
Daun
Daun
Daun
Daun
Daun

Bahan Bakar
Sebanyak 80 % Masyarakat Desa Hegarmanah masih menggunakan kayu
sebagai bahan bakar untuk memasak (Amallia 2010). Tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai bahan bakar ialah sebanyak 18 spesies dari 16 famili,
beberapa spesies diantaranya adalah bambu, damar, kawung, pinus (Tabel 11).
Salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan untuk bahan bakar adalah tusam (Pinus
merkusii). Batang tusam menggantung getah yang mudah terbakar sehingga
digunakan sebagai pematik api (Gambar 5).
Sebagian besar masyarakat mengambil kayu bakar dari kebun mereka.
Seluruh responden mengetahui bahwa pengambilan kayu bahan bakar di HPGW
diperbolehkan untuk ranting yang sudah jatuh, sudah kering dan berdiameter
maksimal 5 cm. Hanya beberapa responden saja yang mengambil kayu dari
HPGW, hal ini karena takut ditegur oleh pengelola HPGW. Masyarakat Desa
Hegarmanah menggunakan kayu sulangkar untuk bahan bakar kecuali di
Kampung Nangerang. Masyarakat Kampung Nangerang menganggap bahwa
penggunaan kayu sulangkar merupakan hal yang pamali. Mereka percaya bahwa
akan ada ular yang masuk ke rumah jika kayu ini digunakan.
Tabel 11 Beberapa spesies tumbuhan yang dimanfaatkan untuk kayu bakar
No Nama spesies
Nama ilmiah
Bagian
1 Bambu
Bambusa sp
Batang
2 Damar
Agathis dammara
Batang, ranting
3 Durian
Durio zibethines
Batang, ranting
4 Harendong besar
Bellucia axinanthera
Batang, ranting
5 Jeunjing/ sengon
Paraserianthes falcataria
Batang, ranting
6 Kawung
Arenga pinnata
Dahan
7 Kelapa
Cocos nucifera
Dahan
8 Manii/ afrika
Maesopsis eminii
Batang, ranting
9 Nangka
Artocarpus heterophyllus
Batang, ranting
10 Pinus
Pinus merkusii
Batang, ranting
11 Randu
Ceiba petandra
Batang, ranting
12 Sulangkar
Leea indica
Batang, ranting
13 Suren
Toona sureni
Batang, ranting

16

Gambar 6 Batang coakan pinus yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar
Bahan Bangunan
Seluruh kayu yang digunakan untuk keperluan bahan bangunan tidak
diperoleh dari HPGW. Hal tersebut karena masyarakat sadar akan ancaman
kekeringan akibat penebangan dan penggundulan HPGW (Damayanti 2003).
Kayu untuk keperluan bahan bangunan tersebut diperoleh dari kebun sendiri atau
dengan cara membeli. Duren, nangka, kelapa, jengkol, dukuh, manggis, rambutan,
dan pete (Tabel 12) merupakan pohon yang dimanfaatkan kayunya jika sudah
tidak produktif menghasilkan buah. Di lain sisi, bambu (Bambusa sp) dan sengon
(Paraserienthes falcataria) merupakan pohon yang sengaja ditanam untuk
keperluan bahan bangunan cadangan Hal ini sesuai dengan Amallia (2010) yang
menyatakan bahwa spesies yang digunakan masyarakat Desa Hegarmanah untuk
hutan rakyat adalah jenis sengon, mahoni dan suren
Tabel 12 Beberapa spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan
No Nama spesies
Nama ilmiah
1
Bambu
Bambusa sp
2
Dukuh/ pisitan
Lansium domesticum
3
Duren
Durio zubethinus
4
Jengkol
Pithecellobium jiringa
5
Jeunjing/ sengon
Paraserienthes falcataria
6
Kelapa
Cocos nucifera
7
Manggis
Garcinia mangostana
8
Nangka
Artocarpus heterophyllus
9
Pete
Parkia speciosa
10 Puspa
Schima walichi
11 Rambutan
Nephelium lappaceum
Tumbuhan Aromatik
Terdapat 4 spesies yang digunakan masyarakat untuk tumbuhan aromatik
(Tabel 13), yaitu pandan, salam, puti malu, dan sedap malam. Tumbuhan aromatik
digunakan untuk memberi aroma wangi pada ruangan dan makanan. Salam
(Syzygium polyanthum) dan pandan (Pandanus amarylifolius) merupakan spesies
yang digunakan untuk mengharumkan makanan. Salam dan pandan diperoleh
masyarakat dari pekarangan mereka. Sedangkan putri malu digunakan untuk

17

menyerap aroma tidak sedap di dalam rumah. Penggunaan putri malu dengan
meletakkan seluruh bagian dari putri malu di ruangan. Sebagian besar masyarakat
kurang mengetahui penggunaan tumbuhan aromatik sehingga membeli
pengharum ruangan.
Tabel 13 Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan aromatik
No Nama spesies
Nama ilmiah
Kegunaan
1
Putri malu
Mimosa platifoliaudica
Ruangan
2
Sedap malam
Polianthes tuberose
Ruangan
3
Pandan
Pandanus amarylifolius
Makanan
4
Salam
Syzygium polyanthum
Makanan
Tumbuhan Pakan Ternak
Salah satu mata pencaharian sampingan masyarakat Desa Hegarmanah
adalah berternak (Roslinda 2002). Masyarakat memenuhi kebutuhan pakan ternak
dari kebunnya sendiri. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat 24 spesies dari 19
famili tumbuhan yang digunakan masyarakat Desa Hegarmanah untuk pakan
ternak. Sepuluh spesies diantaranya merupakan tumbuhan yang paling banyak
digunakan masyarakat untuk pakan ternak (Tabel 14).
Masyarakat mengambil rumput untuk ternak di daerah perbatasan HPGW.
Menurut hasil wawancara, pakan ternak tidak dikhususkan daun tumbuhan
tertentu sehingga dapat diberikan semua daun yang mau dimakan oleh ternak.
Sumber pakan yang utama adalah daun singkong (Manihot utillisma) dan jukut
pait (Anastrophus compressus). Hal ini karena daun singkong dan jukut pait
banyak dan mudah didapat.

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel 14 Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak
Nama lokal
Nama Ilmiah
Beunying
Ficus fistulosa
Cacabean
Ludwigia octovalvis
Eurih
Imperata cylindrica
Hanjuang
Cordyline fructicosa
Jukut bulu
Paspalum conjugatum
Jukut pait
Anastrophus compressus
Jukut raket
Microstegium ciliatum
Jeunjing/ Sengon
Paraserienthes falcataria
Kaliandra
Calliandra calothyrsus
Singkong/ sampeu
Manihot utillisma

Kegunaan Lain
Spesies tumbuhan dengan kegunaan lain yang ditemukan antara lain untuk
sarung golok, pelampung pancing, bio pestisida, dan untuk hiasan. Spesies untuk
kegunaan ini berjumlah 11 spesies. Menurut salah satu pembuat sarung golok di
Desa Hegarmanah, urutan kualitas kayu untuk sarung golok, yaitu Jati (Tectona
grandis), Sonokeling (Dalbergia latifolia), dan pasang jame (Quercus sp).
Keberadaan pembuat sarung golok saat ini sudah semakin berkurang karena
proses transfer ilmu yang tidak berjalan lancar.

18

Tabel 15 Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan untuk kegunaan lain
No Nama spesies Nama ilmiah
Bagian yang
Kegunaan
dimanfaatkan
1 Jati
Tectona grandis
Batang
Sarung golok
2 Jeunjing
Paraserienthes
Batang
Pelampung
falcataria
pancing
3 Kawung
Arenga pinnata
Daun
Bungkus tembakau
rokok
4 Kelapa
Cocos nucifera
Daun muda
Hiasan hajatan
5 Pasang jame Quercus sp
Batang
Sarung golok
6 Picung
Pangium edule
Buah
Racun ikan
7 Rengasa
Amomum dealbatum Daun
Sawah bio-pestisida
8 Sonokeling
Dalbergia latifolia Batanzg
Sarung golok
9 Suren
Toona sureni
Batang
Mainan
10 Talas/cariang Colocasia esculenta Daun
Pagar sawah
11 Tualeteng
Derris elliptica
Seluruh bagian Racun ikan
Beberapa responden masih berburu ikan di sungai untuk menambah lauk
di rumahnya. Proses berburu ini dengan menggunakan picung (Pangium edule)
dan tualeteng (Derris eliptica), tetapi penggunaan spesies tersebut tidak di dekat
perkampungan karena akan berbahaya bagi sumber air warga., Penggunaan
sengon (Paraserianthes falcataria)sebagai bahan pelampung pancing karena
sengon mudah dibentuk dan murah, penggunaan bio pestisida rengasa (Amomum
dealbatum) juga sudah mulai berkurang karena masyarakat cenderung beralih ke
pestisida buatan yang praktis.

Penurunan Pemanfaatan Tumbuhan di HPGW
Penurunan tumbuhan yang dimanfaatkan di HPGW (Tabel 16). Roslinda
(2002) meneliti tumbuhan di HPGW yang dimanfaatkan dan bernilai ekonomi
oleh masyarakat Desa Hegarmanah. Damayanti (2003) meneliti tumbuhan obat
yang dimanfaatkan masyarakat sekitar HPGW dan potensinya di HPGW. Selain
itu, Fatmasari (2003) meneliti tumbuhan yang berpotensi untuk obat di HPGW.
Tabel 16 Penurunan pemanfaatan tumbuhan di HPGW
No
Kelompok
Jumlah spesies menurut peneliti
kegunaan
Roslinda
Damayanti
Fatmasari Penelitian ini
(2002)
(2003)
(2003)
(2014)
1 Obat
1
177
60
127
2 Pangan
1
34
3 Hias
10
14
4 Aromatik
4
5 Bahan Bangunan
6
22
6 Bahan bakar
6
18
7 Pakan ternak
16
18
8 Kegunaan lain
2
12
Total

35

177

60

184

19

Pada penelitian Damayanti (2003) ditemukan 177 spesies tumbuhan obat
yang digunakan pada masyarakat di Desa Cantayan dan Hegarmanah, dan 60
spesies pada penelitian Fatmasari (2003) yang meneliti tumbuhan obat di HPGW,
sedangkan pada penelitian ini ditemukan 127 spesies tumbuhan obat. Dari data
tersebut terlihat adanya indikasi penurunan jumlah penggunaan tumbuhan untuk
obat. Hal ini karena masyarakat cenderung memilih obat instan yang tersedia di
warung atau berobat ke puskesmas
Indikasi penurunan tidak hanya terlihat dari penggunaan tumbuhan obat
tetapi juga dari penggunaan tumbuhan untuk pangan hias dan kayu bakar. Indikasi
tersebut terlihat dari hasil pengamatan, yaitu tidak ditemukan pengunaan Pakis
Hijau (Cyagroforestricas rumphii) untuk sumber pangan liar dan Remuguling
(Schefflera actinophylla) sebagai tumbuhan hias yang dijualbelikan. Penyebab
penurunan jumlah pemanfaatan tumbuhan secara tradisional diantaranya, karena
terdapat perubahan gaya hidup pada masyarakat (Handayani 2010) dan
melemahnya program agroforestri yang dijalankan. Berdasarkan wawancara,
program agroforestri oleh HPGW saat ini kurang maksimal, sehingga banyak
potensi tumbuhan yang tidak lagi dimanfaatkan oleh masyarakat

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Masyarakat memanfaatkan keanekaragaman tumbuhan dengan cukup
tinggi. Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan berjumlah 176 spesies dari 81 famili,
dengan beranekaragam kegunaan, yaitu tumbuhan untuk obat 127 spesies, pangan
59 spesies, pakan ternak 37 spesies, bahan bangunan 22 spesies, bahan bakar 18
spesies, hias 14 spesies, aromatik 4 spesies, dan kegunaan lain 12 spesies.
Beranekaragam tumbuhan tersebut didapat masyarakat dari pekarangan, kebun
dan hutan HPGW. Pekarangan merupakan lokasi pengambilan tumbuhan
terbanyak dengan presentase 61%, sedangkan dari kebun sebesar 34%, dan
sisanya diperoleh dari hutan HPGW sebesar 5%.

Saran
Dalam rangka pengelolaan pemanfaatan tumbuhan berkelanjutan, HPGW
perlu menggalang kembali program agroforestri dan membuka peluang kerjasama
masyarakat dengan para stakeholder. Selain itu, sosialisasi kebijakan yang
berkaitan dengan pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat perlu dilakukan lebih
gencar sehingga masyarakat dapat berpartisipasi pada kelestariannya. Masyarakat
dapat berpartisipasi dengan kegiatan membudidayakannya dan mengelolanya
secara mandiri.

20

DAFTAR PUSTAKA
Amallia D. 2010. Potensi pengembangan hutan rakyat di Desa Hegarmanah
Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Anggana AF. 2011. Kajian etnobotani masyarakat di sekitar Taman Nasional
Gunung Merapi (studi kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo
dan Ngablak) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Arisandi Y, Andriani Y. 2005. Khasiat tanaman obat. Jakarta (ID): Pustaka Buku
Murah.
Badan Eksekutif HPGW. 2010. Management Plan of Gunung Walat Educational
Forest. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Burley J, Wood PJ. 1991. A Tree for All Reasons: The Introduction and
Evaluation of Multipurpose Trees for Agroforestry. Nairobi (KE): ICRAF.
Damayanti EK. 1999. Kajian tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit
penting pada berbagai etnis di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Damayanti EK. 2003. Pengelolaan hutan secara lestari berbasiskan tumbuhan
obat: studi kasus di Hutan Pendidikan Gunung Walat, IPB [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Fatmasari M. 2003. Studi potensi tumbuhan obat di kawasan Hutan Pendidikan
Gunung Walat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Febriani D. 2003. Telaah kondisi petani penggarap system agroforestry Hutan
Pendidikan Gunung Walat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hamzari. 2008. Identifikasi tanaman obat–obatan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar hutan Tabo-Tabo. Hutan dan Masyarakat, 3(2):111234.
Handayani A. 2010. Etnobotani masyarakat sekitar kawasan Cagar Alam Gunung
Simpang (Studi kasus di Desa Balegede, Kecamatan Naringgul,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor
Hariana. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
[HIMAKOVA] Himpunan Mahasiswa Konservasi sumberdaya hutan dan
Ekowisata Institut Pertanian Bogor. 2012. Laporan eksplorasi dan
inventarisasi keanekaragaman mamalia di Hutan Pendidikan Gunung
Walat (HPGW). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kaban A. 2013. Keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe tegakan di
Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Nair PKR. 1993. An Introduction to Agroforestry. Dordrecht (NL): Kluwers
Academic Publisher Group.
Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi. 2014. Potensi Desa Hegarmanah tahun
2014. Sukabumi (ID): tidak diterbitkan.
Roslinda E. 2002. Nilai ekonomi Hutan Pendidikan Gunung Walat dan
kontribusinya terhadap masyarakat sekitar [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.

21

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung (ID): Alfabeta.
Suyanto, Hafizianto, Nugroho Y. 2009. Inventarisasi jenis-jenis pohon bermanfaat
ganda unggulan lokal (multi purpose tree species) berdasarkan kondisi
ekologisnya dalam rangka upaya rehabilitasi lahan kritis di Kabupaten
Banjar. Jurnal Hutan Borneo 2009 (26):110-118..
Van Steenis CGGJ. 1997. Flora untuk sekolah di Indonesia. Jakarta (ID): PT
Pradnya Paramita.
Zuhud EAM, Hikmat A. 2010. Field guide tumbuhan obat Kampus Konservasi
keanekaragaman Hayati IPB Dramaga. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

22

No
1
2
3
4

Lampiran 1 Nama desa yang berbatasan dengan Desa Hegarmanah
Arah batas
Nama desa
Utara
Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak
Timur
Desa Cantayan dan Sukadamai, Kecamatan Cicantayan
Selatan
Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar
Barat
Desa Sekarwangi dan Sukamulya, Kecamatan Cikembar

Sumber: Amallia (2010)

Lampiran 2 Komposisi jenis kelamin dan jumlah penduduk per dusun
No Nama dusun
Laki – laki
Perempuan
Jumlah
1 Cilubang
693
681
1374
2 Hegarmanah
585
560
1145
3 Nanggerang
551
499
1050
4 Longkewang
488
503
991
5 Pangkalan
418
427
845
6 Ciparay
323
343
666
3058
3013
6017
Total
Sumber: Potensi Desa Hegarmanah Tahun 2014

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Lampiran 3 Kelompok umur penduduk Desa Hegarmanah
Kelas umur (tahun)
Jumlah
Persentase (%)
0–9
1057
17,49
10 – 19
892
14,76
20 – 29
1125
18,62
30 – 39
1042
17,24
40 – 49
757
12,53
50 – 59
529
8,75
60 – 69
416
6,88
70 – 74
120
1,99
75 ≥
105
1,74
Total
6043
100

Sumber: Potensi Desa Hegarmanah tahun 2014

23

Lampiran 4 Mata pencaharian penduduk Desa Hegarmanah
No Nama mata pencaharian
Jumlah Persentase (%)
1 Pelajar
1458
38,22
2 Bur