Siklus nitrogen pada hutan tanaman pinus di hutan pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

40 RUSDIANA. Siklus Nitrogen pada Hutan Tanaman Pinus di Hutan
ndidikan Gunung Walat, Sukabumi. Dibimbing oleh CECEP KUSMANA, ANDRY
3MWAN, GUNAWAN DJAJAKIRANA

Nitrogen (N) merupakan unsur hara maho esensial yang sering membatasi
e b u h a n pohon. Siklus hara N dalam tegakan pinus di Hutan Pendidikan
q g Walat (HPGW) pada berbagai kerapatan tajuk tegakan telah diukur pada 9
: a i l a n ) plot pengamatan. Untuk mengetahui faktor-faktor yang m e m p e n g d
c@atan simpanan (pols) dan pergerakan Cfluxes) N pada setiap kerapatan tegakan
$iakan model dinamika hara N sederhana dengan waktu simulasi selarna 30 tahun.
3

Neraca N pada semua kerapatan tegakan @rang, rapat dan sedang)
X
:npunyai kecenderungan negatif. Defisit yang paling besar tejadi pada tegakan
a&, sedangkan yang paling kecil pada tegakan rapat. Mineralisasi N dari
khposisi serasah dan kandungan N total tanah diduga merupakan ha1 yang
n@g dalam neraca hara N pada ekosistem hutan tanaman di HPGW.
r,

$ Kerapatan tajuk mempengaruhi produktivitas dan laju dekomposisi serasah.

k&r iklim mikro di bawah tegakan diduga berperanan penting terhadap
&ktivitas dan laju dekomposisi serasah serta Iaju mineralisasi N. Hal ini
ri@plikasi terhadap pentingnya pengaturan kerapatan tajuk dalam pengelolaan
;&an pinus melalui kegiatan pemeliharaan tegakan sampai tegakan mencapai umur
&as& tebang.

Untuk mernpertahankan efisiensi neraca hara khususnya hara N, yang
rimplikasi terhadap produktivitas tegakan disarankan agar tegakan berada dalam
ndisi tegakan penuh @N stocking) atau kerapatan tajuk sekitar 80% . Pada kondisi
mikian terjadi internal recycling hara (khususnya N ) yang paling baik.

Kadar air tanah merupakan salah satu faktor lingkungan yang signifikan
hadap produktivitas tegakan pinus, oleh karena itu curah hujan harus
~ertimbangkanapabila akan mengembangkan hutan pinus. Berdasarkan penelitian
dilakukan di Perhutmi oleh Fakultas Kehutanan IPB, Fakultas Kehutanan
BTP DAS Solo, hutan pinus sebaiknya tidak ditanam di daerah dengan
$$hujan kurang dari 2000 mmhahun.
A

~tgkunci: kerapatan tajuk, indeks kerapatan tegakan, rnineralisasi N, serasah,

b
pengaturan kerapatan tegakan