Peranan Modal Sosial Untuk Meningkatkan Partisipasi Komunitas Dalam Program Corporate Soscial Responsibility (CSR)

PERANANAN MODAL SOSIAL UNTUK
MENINGKATKAN PARTISIPASI WARGA KOMUNITAS
DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR)

RICARDUS KEIYA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peranan Modal Sosial
Untuk Meningkatkan Partisipasi Komunitas Dalam Program Corporate Soscial
Responsibility (CSR) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, 2014
Ricardus Keiya
NIM I34100159

ii

ABSTRAK
Ricardus Keiya. Peranan Modal Sosial Untuk Meningkatkan Partisipasi
Komunitas Dalam Program Corporate Soscial Responsibility (CSR). Di bawah
bimbingan Fredian Tonny Nasdian
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu hal yang wajib
dijalankan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Bank Samapah
Bintang Mangrove (BSBM) adalah bentuk implementasi CSR PT PLN (persero).
Prinsip CSR tersebut harusnya didukung oleh partisipasi masyarakat, namun
berdasarkan hasil yang ditemukan di lapangan menunjukan bahwa, partisipasi

masyarakat sangat rendah. Partisipasi masyarakat tersebut sangat rendah akbiat
pengorganisasian komunitas yang kurang efektif. Namun dapat dikatakan bahwa
implementasi program CSR berjalan dengan baik, karena bentuk kerja sama atau
jaringan yang dibangun dengan warga komunitas sangat baik. Kerja sama tersebut
merupakan bagian penting dari modal sosial masyarakat. Metodologi yang
digunakan dalam penelitian ini berupa metode kualitatif dan metode kuantitatif,
yang dilakukan melalui wawancara mendalam dan penyebaran kuesioner.
Kata Kunci : corporate social responsibility (CSR), partisipasi, modal sosial,
pengorganisasian komunitas.
ABSTRACT
Ricardus Keiya. The Role Of Social Capital To Improve Community
Participation In The Program Of Corporate Social Responsibility (CSR). Under
the guidance of Fredian Tonny Nasdian
Corporate social responsibility is a matter that must be executed by a
company in the running of its activities. Landfills also Star Bank of Mangrove
(BSBM) is a form of Implementation of CSR PT PLN (persero). CSR principles
are duly supported by the participation of the community, but based on the results
found in the field showed that, public participation is very low. Community
participation is very low result of community organizing less effective. However,
it can be said that the implementation of CSR programs run properly, because the

form of cooperation or a network built by the citizens of the community very well.
Such cooperation is an important part of the social capital of the community. The
methodology used in this study is a qualitative methods and quantitative methods,
carried out through in-depth interviews and dissemination of the questionnaire.
Keywords: corporate social responsibility (CSR), participation, social capital,
community organizing.

iv

PERANANAN MODAL SOSIAL UNTUK
MENINGKATKAN PARTISIPASI WARGA KOMUNITAS
DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR)

RICARDUS KEIYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

vi

Judul Skripsi

Nama
NIM

Peranan Modal Sosial Untuk Meningkatkan Partisipasi
Komunitas Dalam Program Corporate Soscial Responsibility
(CSR)
Ricardus Keiya

I34100159

Disetujui oleh

Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS.
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: ________________

viii

PRAKATA
Segala puja dan puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa, yang memiliki seluruh ilmu. Peneliti bersyukur atas segala rahmat
dan nikmat yang diberikan kepada peneliti sehingga skripsi yang berjudul

“Peranan Modal Sosial Untuk Meningkatkan Partisipasi Komunitas Dalam
Program Corporate Soscial Responsibility (CSR)” ini dapat diselesaikan tanpa
hambatan dan masalah yang berarti.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik
tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Atas dasar itu maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak membantu peneliti dalam proses penelitian dan memberikan banyak
masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini.
2. Kedua orang tua tercinta, Alm Ayah Marius Keiya dan Ibu Maria Gobay selalu
mendukung penelulis melalui doa-doa. Serta selalu memberikan motivasi.
3. Pemerintah Kab. Paniai yang memberikan beasiswa penuh hingga akhir kuliah.
4. Nasabah Bank Sampah Bintang Mangrove sebagai responden dan seluruh pihak
yang menjadi informan pada penelitian ini. Data dan informasi sungguh sangat
berarti bagi penelitian ini.
5. Keluarga Ibu Chusniyati dan Bapak Kisbianto di Kelurahan Gunung Anyar
Tambak, Surabaya, yang telah banyak membantu peneliti selama proses
penelitian di lapangan.
6. Seluruh tenaga pendidik, dosen, asisten dosen dan asisten praktikum di
Departemen SKPM IPB yang telah membagikan ilmu, wawasan, serta

pengetahuan bagi peneliti, serta seluruh pegawai dan karyawan yang telah
mencurahkan tenaganya bagi kelancaran proses belajar mengajar.
7. Teman seperjuangan dan sepermainan, sahabat-sahabat terbaik yang
dianugerahkan Tuhan dalam kehidupanku, Adi Candra Berampu, Fuad Habibi
Siregar, Sylsilia Trinova Sembiring, Estya Permana, Fatwa M Aziz, Rizky
Anggara, M Demmy Busthomi, M Ajron Abdullah, dan Resa Urpon. kalian
adalah sahabat yang telah menjadikan masa-masa mahasiswaku begitu manis
dan patut dikenang untuk selamanya.
8. Teman-teman satu bimbingan, Idha, Mahdi, Fingky, dan Randy Wiguna yang
telah saling membantu dan menyemangati satu sama lain.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca dalam memahami lebih jauh tentang Partisipasi dalam CSR.
Bogor,

2014

Ricardus Keiya

x


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
Konsep Komunitas
Pengorganisasian Komunitas
Konsep Modal Sosial
Konsep Partisipasi
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANGAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penelitian
Teknik Penentuan Informan dan Responden
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
PROFIL KELURAHAN GUNUNG AYAR TAMBAK
Kondisi Geografi dan Demografi
Kondisi Sosial dan Ekonomi
Ikthisar
PROFIL KOMUNITAS BANK SAMPAH BINTANG
MANGGROVE
PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.PLN
(PERSERO)
Bank Sampah Bintang Manggrove Binaan CSR PT.PLN
(PERSERO)
Ikthisar
PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PROGRAM BANK
SAMPAH BINTANG MANGROVE
Kepercayaan

Norma-Norma
Jaringan
Ikthisar
BENTUK PENGORGANISASIAN
SAMPAH BINTANG MANGGROVE

xi
xiii
Xiv
1
1
4
5
5
7
7
7
9
9
10

11
13
14
14
17
17
17
18
18
18
19
19
19
22
25
27
27
31
33
35
36
37
37
38

KOMUNITAS

BANK

41

xii

Locality Development (Pengembangan Komunitas Lokal)

41

Social Planning (Perencanaan Sosial )

42

Sosial Action ( Aksi Sosial )

42

Ikthisar

43

PARTISIPASI WARGA KOMUNITAS DALAM PROGRAM
BANK SAMPAH BINTANG MANGGROVE
Tahap Pengambilan Keputusan dan Tahap Evalusi
Tahap Pelaksanaan dan Tahap Menikmati Hasil
Tingkta Partisipasi Secara Keseluruhan
Ikthisar
PENGORGANISASIAN
KOMUTAS
DAN
TINGKAT
PARTISIPASI
Pengaruh Pengorganisasian Komunitas Terhadap Tingkat
Partisipasi Masyarakat
Faktor Lain yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi
Masyarakat
Ikthisa
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

45
45
46
47
48
49
49
51
52
53
53
53
55
57
81

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14

Tabel 15

Definisi Operasional Tingkat Partisipasi
Definisi Operasional Modal Sosial
Definis Operasional Pengorganisasian Komunitas
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Jumlah dan Persentase Masyarakat Gunung Anyar Tambak
Berdasarkan Agama
Jumlah dan Persentase Masyarakat Gunung Anyar Tambak
Berdasarkan Etnis
Jumlah dan Persentase Masyarakat Gunung Anyar Tambak
Berdasarkan Struktur Mata Pencaharian
Jumlah dan Persentasi Masyarakat Gunung Anyar Tambak
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah dan persentasi masyarakat Gunung Anyar Tambak
berdasarkan Tingkat kultur dan budaya
Tingkat Partisipasi Warga Komunitas Tahap Pengambilan
Keptusan
Tinggkat Partisipasi Warga Komunitas Tahap Evaluasi
Tinggkat Partisipasi Warga Komunitas Tahap Pelaksanaan
Tingkat Partisipasi Tahap Menikmati Hasil
Jumlah dan Presentase Responden Menurut Pengorganisasian
Komunitas Terhadap Tingkat Partisipasi Warga Komunitas
Hasil Uji Satistik Analisis Regresi Linear Pengaruh Tingkat
Pengorganisasian Komunitas Terhadap Tingkat Partisipasi
Nasabah Bank Sampah.

14
15
16
17
20
20
21
22
26
45
46
46
47
49

50

xiv

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7

Konsep Triple Bottom Line
Kerangka Pemikiran Pengaruh Pengorganisasian Komunitas
Terhadap Tingkat Partisipasi Komunitas
Peta Kecamatan Gunung Anyar Tambak
Kawasan Bank Sampah Bintang Manggrove
Struktur pengurus Bank Sampah Bintang Manggrov
Mekanisme Simpan Pinjam Bank Sampah Bintang Manggrove
Tahapan Tingkat Partisipasi Warga Komunitas Bank Sampah
Bintang Magrove

8
13
19
31
32
33
48

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Warga kampung Gunung Anyar Tambak berprofesi sebagai nelayan,
yang menggantungkan hidupnya dari hasil tangkapan ikan di laut. Namun
perubahan iklim maupun cuaca yang kurang bersahabat membuat nelayan
beserta keluarganya tidak selalu mendapatkan hasil ekonomi dari kegiatan
melaut. Kesadaran masyarakat termasuk nelayan akan pentingnya menjaga
kebersihan dan kelestarian lingkungan, menjadikan nelayan juga ikut terlibat
mengumpulkan sampah plastik yang juga terdapat di laut dan muara suangai.
Sampah seringkali dianggap sebelah mata oleh masyarakat, bahkan
dibiarkan tidak terurus dan menjadi beban bagi lingkungan dan kehidupan
ekosistem didalamnya. Di tangan masyarakat kampung nelayan di kawasan
Gunung Anyar Tambak, Surabaya, Jawa Timur ini, sampah menjadi sesuatu
yang membawa keuntungan tidak hanya secara ekonomi, melainkan juga bagi
kesehatan masyarakat setempat.
Melalui Bank Sampah yang dibentuk masyarakat dan diberi nama Bank
Sampah Bintang Mangrove, masyarakat tidak hanya diajak untuk memilah dan
mengolah sampah rumah tangganya sendiri, melainkan juga diajak untuk lebih
peduli terhadap kebersihan lingkungan. Setiap harinya masyarakat diajak untuk
mengumpulkan sampahnya sendiri, memilahnya dan menjual sampah yang
sudah di tentukan kategorinya di Bank Sampah Bintang Mangrove.
Sampah yang terkumpul diantaranya plastik, seng, kayu, kardus, serta
jenis sampah lainnya dikelompokkan sesuai jenisnya, untuk kemudian didaur
ulang bagi yang masih bisa digunakan, serta disetor ke pengepul besar. Sampah
yang terkumpul diantaranya plastik, seng, kayu, kardus, serta jenis sampah
lainnya dikelompokkan sesuai jenisnya, untuk kemudian didaur ulang bagi
yang masih bisa digunakan, serta disetor ke pengepul besar.
Bank sampah merupakan suatu bentuk kepedulian perusahaan dalam
menjalankan usahanya. Bentuk kepeduliaanya terhadap warga sekitar. Hal ini
merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau sering disebut
dengan istilah corporate social responsibility (CSR)
Keberadaan perusahaan dalam suatu wilayah masyarakat seharusnya
dapat membawa manfaat bagi masyarakat itu sendiri baik dalam aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sebab perusahaan merupakan sebuah
lembaga yang tidak dapat lepas dari peran manusia dan lingkungannya serta
tidak akan mampu mencapai keseimbangan serta keberlanjutan tanpa
memperhatikan peran berbagai pemangku kepentingan di sekitarnya. Sejatinya
perusahaan memiliki potensi untuk mengembangkan wilayah sekitar operasi
bisnisnya karena perusahaan dapat mendorong terciptanya aktivitas-aktivitas
masyarakat lokal dalam kerangka yang positif. Seperti mendorong terciptanya
kegiatan wirausaha di kalangan masyarakat, termasuk juga penyerapan tenaga
kerja lokal oleh perusahaan, mendorong pelaksanaan aksi-aksi yang
bermanfaat bagi peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta
mendorong aktivitas yang mendatangkan dampak positif bagi kelestarian
lingkungan hidup. Keseluruhan niat baik perusahaan tersebut dapat

2
direalisasikan dengan mewujudkan Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam kerangka etis yang benar pula.
CSR tidak terlepas dari berbagai kepentingan pemilik saham dan
pemangku kepetingan perusahaan. Konsep inilah kemudian yang
diterjemahkan John Elkington sebagai Konsep Triple Bottom Line, yaitu profit,
people, dan planet. Konsep ini menjelaskan bahwa selain mengejar profit
(keuntungan), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat dalam
pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), dan turut berkontribusi aktif
dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono 2007).
PT PLN (Persero) merupakan salah satu perusahaan yang sadar betapa
pentingnya penerapan CSR dalam kerangka etis. Dari berbagai bentuk program
CSR yang dijalankan oleh PT PLN salah satunya berfokus pada bina
lingkungan dimana program Bank Sampah menjadi program andalannya. Bank
Sampah sama seperti Bank pada umumnya, terdapat nasabah, memiliki buku
tabungan, dan mereka bisa menabung kapan saja. Bedanya adalah nasabah
tidak menyerahkan uang, melainkan sampah ke teller Bank Sampah, kemudian
dikonversi menjadi tabungan dan dapat diuangkan. Hasil tabungan tersebut
dapat digunakan untuk membayar iuran listrik nasabah setiap bulannya, dapat
juga ditarik secara tunai, hebatnya lagi nasabah dapat meminjam uang untuk
modal usaha dan pengembalian kredit pinjaman cukup menggunakan sampah.
Bank Sampah binaan CSR PT PLN mulai beroperasi pada tahun 2012.
Melalui program Bank Sampah ini PT PLN bermaksud untuk mendidik
masyarakat tentang bagaimana seharusnya memanfaatkan sampah agar
menjadi sesuatu yang bernilai. Masyarakat diajarkan agar tidak membuang
sampah sembarangan, bagaimana memilah sampah lalu dikumpulkan,
kemudian disetorkan ke Bank Sampah sebagai tabungan. Dengan demikian
sampah tidak menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan lingkungan. Saat
ini Bank Sampah binaan CSR PT PLN telah tersebar di berbagai daerah di
Indonesia. Salah satunya yang menarik perhatian peneliti adalah keberadaan
Bank Sampah Bintang Mangrove yang beroperasi di Kelurahan Anyar
Tambak, Surabaya. Menarik karena awal mula berdirinya diilhami oleh kondisi
tanaman mangrove yang ditanam seringkali mati disebabkan banyaknya jumlah
sampah di sekitar pantai. Sehingga timbul inisiasi untuk mengadakan sebuah
kegiatan yang bertujuan membersihkan sampah-sampah di sekitar pantai
tersebut, maka didirikanlah Bank Sampah Bintang Mangrove.
Eksistensi suatu perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat
sebagai lingkungan eksternalnya.Ada hubungan timbal balik antara perusahaan
dengan masyarakat.Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang
saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan harmonisasi keduanya akan
menentukan keberhasilan pembangunan bangsa. Sehubungan dengan hal itu
maka dapat kita lihat bahwa negara ini merupakan negara yang kaya akan
sumberdaya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan.
Seluruh kekayaan alam ini merupakan kekayaan bangsa yang harus
dipergunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.
Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990an. Keberadaan berbagai sumber daya alam yang ada ternyata tidak disia-

3

siakan oleh pemerintah Indonesia. Menanggapi masalah tersebut, pemerintah
telah mengeluarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. Peraturan tersebut mengharuskan tiap perusahaan melakukan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagai komitmen Perseroan untuk
berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan
kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan
sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Dalam praktiknya pelaksanaan program-program CSR bertujuan agar
masyarakat atau komunitas penerima program terberdayakan dengan baik dan
memperoleh manfaat yang maksimal dari program CSR tersebut. Tetapi pada
kenyataannya pelaksanaan CSR tersebut tidak semudah seperti apa yang
tertulis diatas kertas, kerap kali manfaat yang diterima baik oleh perusahaan
maupun masyarakat kurang maksimal. Banyak faktor-faktor yang berperan
dalam menyukseskan program CSR ini, salah satunya adalah partisipasi dari
masyarakat penerima program itu sendiri.
Menurut Keith Davis dalam Sastropoetro (1988), partisipasi adalah
keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang didalam situasi
kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada
kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggungjawab terhadap
usaha yang bersangkutan. Batasan dari partisipasi adalah keterlibatan
komunitas setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan atau
pelaksanaannya terhadap proyek-proyek pembangunan. Partisipasi pun
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal dari masingmasing individu, misalnya adalah Modal Sosial.
Modal sosial adalah suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari
organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world-view),
kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi
dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok
formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang
melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga
memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan (Colleta dan Cullen, 2000 dalam Nasdian 2005). Sementara
menurut Ife dan Tesoriero (2008), modal sosial dapat dilihat sebagai sebuah
„perekat‟ yang menyatukan masyarakat – hubungan-hubungan antar manusia,
orang melakukan apa yang dilakukannya terhadap sesamanya karena adanya
kewajiban sosial dan timbal balik, solidaritas sosial dan komunitas. Ridell
(1997) dalam Suharto (2006) mengemukakan bahwa terdapat tiga parameter
kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringanjaringan (networks).
Definisi di atas cukup menggambarkan bagaimana hubungan modal
sosial dan perilaku masyarakat terhadap sesamanya dan juga fenomenafenomena yang dihadapi serta pengaruh-pengaruh lainnya. Diduga ada kaitan
antara modal sosial dan partisipasi masyarakat dalam program CSR.
Pertanyaannya, bagaimana peran modal sosial untuk meningkatkan
partisipasi komunitas dalam program CSR ?

4
Rumusan Masalah
Tanggungjawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan
Corporate Social Responsibility adalah bentuk kepedulian perusahaan yang
sering disalah artikan oleh perusahaan, merujuk pada tiga prinsip dasar Triple
Bottom Line yang diperkenalkan oleh John Elkington (1994) memuat tiga hal
yaitu profit, people, dan planet. Keuntungan dari segi perekonomian yang
didapatkan perusahaan juga harus memberikan dampak positif terhadap
peningkatan taraf hidup masyarakat di sekitar wilayah operasi (profit), tentunya
dampak positif tersebut dirasakan oleh keseluruhan stakeholder (people).
Apabila hubungan ekonomi dan sosial telah menunjukkan hasil positif maka
akan berkorelasi pula pada lingkungan sebagai bentuk pembangunan
berkelanjutan (planet). Oleh karena itu perlu dipahami bagaimana proses dan
implementasi kegiatan CSR yang telah dilakukan perusahaan. Penelitian ini
akan mendeskripsikan dan menjelaskan, bagaimana program CSR perusahaan
dan implementasinya ?
Dalam hubungan antara perusahaan dan masyarakat, khususnya dalam
kerangka CSR, kekuatan-kekuatan dalam suatu masyarakat, diantaranya adalah
modal sosial, berperan dalam merespons program-program CSR yang sedang
dan telah dimplementasikan oleh perusahaan.Modal sosial menunjuk pada
jaringan, norma dan kepercayaan yang berpotensi pada produktivitas
masyarakat. Modal sosial tidak akan habis jika dipergunakan, melainkan
semakin meningkat. Rusaknya modal sosial lebih sering disebabkan bukan
karena dipakai, melainkan karena ia tidak dipergunakan. Modal sosial juga
menunjuk pada kemampuan orang untuk berasosiasi dengan orang lain. Dalam
hal ini, modal sosial dipandang sebagai suatu entitas sosial dalam implementasi
CSR. Oleh karena itu dalam penelitian, perlu diidentifikasi bentuk-bentuk
modal sosial sebagai suatu media pengorganisasian komunitas dalam CSR.
Pertanyaannya, apa bentuk modal sosial yang berperan sebagai “media” atau
“medan” pengorganisasi komunitas dalam implementasi program CSR dan
sampai sejauh mana kekuatan pengorganisasian komunitas dalam program
CSR tersebut ?
Partisipasi warga komunitas dalam program CSR akan menentukan
sampai sejauh mana keberdayaan masyarakat sebagai salah satu tahap
implementasi CSR, yakni tahap corporate citizenship. Partisipasi masyarakat
disini dibagi dalam tiga tahapan yaitu pada saat perencanaan program,
pelaksanaan program dan evaluasi program, dimana setiap tahapan memiliki
jenis aktivitas yang berbeda-beda. Cohen dan Uphoff (1979) membagi
partisipasi
kedalam
empat
tahap:
(1)
tahap
pengambilan
keputusan/perencanaan; (2) tahap pelaksanaan; (3) tahap menikmati hasil; dan
(4) tahap evluasi. Merujuk dari Cohen dan Uphoff (1979) maka partisipasi
warga komunitas sangat penting dalam pelaksanaan program CSR, oleh karena
itu perlu dianalisis bagaimana partisipasi warga komunitas dalam
pengorganisasi komunitas program CSR?

5

Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis peran modal sosial
sebagai medan pengorganisasian masyarakat untuk meningkatkan partisipasi
warga komunitas dalam implementasi program CSR. Untuk menjawab tujuan
utama tersebut maka tujuan penelitian secara spesifik adalah:
1. Mendeskripsikan program dan implementasi program CSR;
2. Mengidentifikasi bentuk modal sosial sebagai media pengorganisasian
komunitas dalam program CSR;
3. Menganalisis kekuatan pengorganisasian komunitas dalam program
CSR;
4. Menganalisis tingkat partisipasi warga komunitas dalam implementasi
program CSR; dan
5. Menganalisis hubungan kekuatan pengorganisasi dan tingkat
partisipasi warga komunitas dalam program CSR
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak
yang berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada :
1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai CSR
dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat.
Sedangkan untuk Civitas Akademika dapat memperoleh koleksi terbaru
penelitian yang akan memperkaya perkembagan pengetahuan mengenai
CSR.
2. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan
pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR
yang telah dilaksanakan yang berbasiskan pengembangan masyarakat.
Selain itu perusahaan dapat memiliki data dan informasi terbaru yang
dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas .
3. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai
partisipasi dan modal sosial dalam program CSR dalam upaya
peningkatan Taraf hidup berdasarkan ekonomi lokal.
4. Pemerintah, diharapkan dapat menentukan arah kebijakan dan pertauran
mengenai CSR yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.

6

7

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
Perkembangan CSR sebenarnya sudah mulai terlihat sejak masa
penjajahan dan politik etis penjajah belanda sebagai bentuk balas budi bagi
Indonesia yang telah mereka jajah cukup lama, hanya saja politik etis terdahulu
hanya menyoroti ketiga aspek berupa pendidikan, saluran irigasi, dan
migrasi.Pembahasan CSR untuk zaman ini bukanlah suatu hal yang asing
kembali melihat dari asal-mula konsep CSR.
Prastowo (2011) menjelaskan CSR adalah mekanisme alamiah sebuah
perusahaan untuk „membersihkan` keuntungan-keuntungan besar yang
diperoleh. Sebagaimana diketahui cara-cara perusahaan untuk memperoleh
keuntungan kadang-kadang merugikan orang lain, baik itu yang tidak disengaja
apalagi yang disengaja.Lingkungan yang rusak akibat eksploitasi yang
berlebihan, masyarakat kecil yang hilang kesempatannya dalam memperoleh
rezeki akibat aktivitas perusahaan, Semestinya perusahaan sudah mempunyai
kesadaran sosial atas dampak yang ditimbulkannya. Dari definisi CSR
dianggap sebagai sesuatu yang hanya akan dilakukan apabila perusahaan
merugikan masyarakat dan pemberian bantuan masih bersifat charity.Pada
hakekatnya CSR bukanlah suatu kegiatan yang hanya berkapasitas sebagai
pemberian biasa (charity).
Konsep tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility/CSR) merupakan suatu pendekatan perubahan atau
pengembangan masyarakat khususnya peningkatan sumberdaya manusia yang
dilakukan oleh suatu perusahaan sebagai bagian dari tanggungjawab
sosialnya.Pendekatan ini bertujuan agar masyarakat turut terlibat atau menjadi
bagian dari perusahaan tersebut dan menikmati manfaat dari keberadaan
perusahaan di suatu wilayah tertentu. Pendekatan pengembangan masyarakat
tersebut mengacu pada konsep Community Development yang kaitannya dapat
dilihat
dari
perspektif
”economic”,
”social
justice”
maupun
perspektif ”ecological”, sebagai konsep yang dikenalkan oleh European Union
dimana perusahaan memadukan aspek sosial dan lingkungan dalam kegiatan
bisnisnya serta dalam interaksinya dengan pemangku kepentingan
(stakeholders) berdasarkan prinsip sukarela (Suharto 2005).
Beranjak dari definisi CSR kemudian konsep tanggung jawab mulai
menuju pada implementasi yang sebenarnya, beberapa diantaranya adalah
mengaitkan beberapa aspek penting dalam kehidupan, diantaranya ekonomi,
sosial, dan ekologi. Keterkaitan antara ketiga komponen ini merupakan sebuah
integrasi sempurna dalam pelaksanaan CSR. Perspektif ekonomi memandang
bahwa keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan tidak semata-mata hasil
dari perusahaan saja, lebih dari itu masayarakat juga mengambil peranan yang
sangat signifikan dalam perolehan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan.
Perekonomian merupakan unsur utama yang harus dipenuhi terlebih
dahulu oleh perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, apabila
keuangan dan perekonomian perusahaan sudah cukup mapan maka CSR

8
bukanlah hanya sebagai suatu kewajiban terlebih kontibusi dari stakeholders
terkait, sifatnya pun tidak melulu bersifat charity namun lebih menekankan
pada pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Korelasi antara ekonomi
dan sosial terlihat jelas dalam melihat detail hubungannya, apabila masyarakat
sekita perusahaan sudah sejahtera terutama dalam hal perekonomian maka
bukanlah hal yang mustahil bahwa Taraf hidup sosial juga akan terwujud,
dengan beberapa indikator yag akan dijelaskan kemudian hubungan antar
stakeholders dan shareholders akan terhindar dari konflik yang kerap kali
terjadi di beberapa kasus implementasi CSR, hal ini dibuktikan dengan adanya
variasi definisi lain seperti Kalangan industri Kanada yang menyatakan bahwa
CSR merupakan upaya yang ditempuh perusahaan dalam mencapai
keseimbangan ekonomi, lingkungan, dan sosial sesuai harapan para pemegang
saham dan pemangku kepentingan.
Hal ini sejalan dengan landasan teoritik dari (Elkington 1949 dikutip
Pambudi2005) bahwa CSR adalah aktivitas yang mengejar triple buttom line
yang terdiri dari profit, people, dan planet (3P). Secara konseptual tanggung
jawab sosial perusahaan merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga
prinsip dasar yang dikenal Triple BottomLines yaitu 3 P (Suharto 2005) :
1) Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan
ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang
2) People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap Taraf hidup
manusia, beberapa perusahaan mengembangkan program tanggung jawab
sosial perusahaan seperti pemberian beasiswa bagi pelajar disekitar
perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas
ekonomi lokal dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema
perlindungan sosial bagi warga masyarakat.
3) Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan
keragaman hayati. Beberapa program TSP yang berpijak pada prinsip ini
biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih,
perbaikan pemukiman, pengembangan pariwisata(ekoturisme).

Sumber: Elkington dalam Wibisono (2007)
Gambar 1 Konsep Triple Bottom Line
Berdasarkan konsep tripple bottom line dari John Elkington, CSR
dipandang dengan sangat memperhatikan tiga unsur utama dalam kehidupan.
Perusahaan benar-benar tidak akan pernah terlepas dari perolehan keuntungan
untuk menjamin keberlangsungan operasi perusahaan, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa profit dapat mendukung banyak hal, seperti

9

Taraf hidup bagi masyarakat. Masyarakat merupakan subyek yang erat dengan
lingkungan sekitar perusahaan, bahwa people adalah unsur yang harus
dipedulikan, kebanyakan dari beberapa implementasi perusahaan kurang
memperhatikan people sebagai pihak yang sangat berpengaruh. Sebenarnya
dapat kita lihat pula dengan keberhasilan CSR dalam mengembangkan dan
memberdayakan masyarakat sekitar akan memberikan banyak dampak positif.
Selain adanya jaminan keamanan aktivitas perusahaan, masyarakat juga akan
memberikan kontribusi dari beragam aspek.
Diungkapkan oleh Nursahid (2006) mengutip Steiner (1994) yang
mengemukakan tiga alasan penting mengapa kalangan bisnis merespon dan
mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi
usahanya.Pertama, perusahaan adalah “makhluk” masyarakat dan oleh
karenanya harus merespon permintaan masyarakat. Ketika harapan masyarakat
terhadap fungsi perusahaan berubah maka perusahaan juga harus melakukan
aksi yang sama. Perusahaan menyadari mereka beroperasi dalam suatu tatanan
ekonomi, politik budaya dan teknologi yang “memaksa”. Secara instingtif,
perusahaan akan melakukan aksi konformitas terhadap terjadinya perubahan
perubahan atas ekspektasi masyarakat tersebut. Kedua, kepentingan bisnis
jangka panjang ditopang oleh semangat tanggung jawab sosial itu sendiri
karena arena bisnis dan masyarakat memiliki hubungan bersifat
simbiotik.Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara
mengurangi atau menghindari kritik dari masyarakat, dan pada akhirnya akan
sampai kepada upaya mempengaruhi peraturan pemerintah. Jika perusahaan
menghindari peraturan pemerintah dengan cara merespon suatu tuntutan sosial
(social demands), sama halnya dengan mengurangi biaya perusahaan, karena
diyakini bahwa adanya peraturan-peraturan pemerintah secara umum membuat
biaya-biaya lebih mahal dan menekan fleksibilitas operasi perusahaan.
Konsep Komunitas
Komunitas ialah suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasi
dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama. Komunitas dalam
prespektif sosiologi adalah warga setempat yang dibedakan berdasarkan tingkat
interaksi yang tinggi. Para anggota komunitas mempunyai kebutuhan bersama
(commo needs). Jika tidak ada kebutuhan maka itu bukan komunitas (Jim
Ife,1995 dalam Nasdian 2006 ).
Pengorganisasian Komunitas
Pengembangan kapasitas komunitas fokus kepada empat strategi
pengembangan, (Chaskin, 2001):
salah satunya adalah Community
Organizing.
Community organizing merupakan salah satu cara yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas sosial dari suatu komunitas.
Pengorganisasian Masyarakat adalah Suatu proses dimana masyarakat
dapat mengidentifikasi kebutuhan - kebutuhan dan menentukan prioritas dari
kebutuhan - kebutuhan tersebut, dan mengembangkan keyakinan untuk
berusaha memenuhi kebutuhan - kebutuhan sesuai dengan skala prioritas
berdasarkan atas sumber - sumber yang ada dalam masyarakat sendiri maupun

10
yang berasal dari luar dengan usaha secara gotong royong. Tujuan
pengorganisasian komunitas adalah (1) Membangun kekuatan masyarakat (2)
Memperkokoh kekuatan komunitas basis (3) Membangun jaringan (4)
Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka mempunyai
kemampuan dalam penanggulangan masalah. Menurut Rotman dan Tropman
(1987) dalam Nasdian ( 2006), ada tiga pola pengorganisasian warga
komunitas dalam kerangka pengembangan masyarakat
1. Pengembangan komunitas lokal
2. Perencana Sosial
3. Aksi sosial
Selanjutnya (Wahit, 2009) menyatakan model pengorganisasian
masyarakat yaitu sebagai berikut:
a. Locality development (Pengembangan Komunitas Lokal)
Model ini lebih menekankan peran serta seluruh masyarakat
untuk mandiri. Prinsipnya adalah keterlibatan langsung mayarakat,
melayani sendiri, membantu diri sendiri dalam penyelesaian masalah
dan mengembangkan keterampilan individu/kelompok dalam proses
pemecahan masalah.
b. Social planning (Perencanaan Sosial )
Model ini lebih menekankan pada perencanaan para ahli dan
menggunakan birokrasi. Keputusan komunitas didasarkan pada
fakta/data yang dikumpulkan, kemudian dibuat keputusan secara
rasional. Penekan pada penyelesaian masalah bukan proses
pengambilan keputusan harus cepat dan berorientasi pada tujuan/ hasil.
Model ini mengggunakan pendekatan langsung/perintah dalam rangka
untuk merubah masyarakat, dengan penekanan pada perencanaan.
c. Sosial action ( Aksi Sosial )
Model ini lebih fokus pada korban. Fokus pada model ini adalah
mengubah komunitas pada polarisasi/pemusatan isu yang ada di
komunitas dengan menggunakan konflik/konfrontasi antara penduduk
dan pengambil keputusan/kebijakan. Penekanan pada proses atau
tujuan. Fokus utamanya mentransfer kekuatan pada tingkat kelompok.
Konsep Modal Sosial
Modal sosial memiliki pengertian sebagai modal yang dihasilkan
melalui hubungan sosial.Dalam pendekatan ini, modal dipandang sebagai aset
sosial berdasarkan hubungan aktor dan akses ke sumberdaya dalam jaringan
atau kelompok dimana mereka merupakan anggota (Lin, 2004).
Dalam tulisan Suharto (2006) dijelaskan bahwa merujuk pada Ridell
(1997), terdapat tiga komponen atau parameter kapital sosial yaitu kepercayaan
(trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks). Ketiganya
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kepercayaan
Kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat
yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama
berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.Kepercayaan sosial merupakan
penerapan terhadap pemahaman ini. Cox (1995) menyebutkan bahwa dalam

11

masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial
cenderung bersifat positif, hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama.
Adanya kapital sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial
yang kokoh.Kapital sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis
(Putnam, 1995). Rasa percaya diri (trust) adalah suatu bentuk keinginan untuk
mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh
perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang
diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang
saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri
dan kelompoknya (Robert, 2002).
2. Norma
Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapanharapan dan tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok
orang.Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun
standar-standar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma
dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan
diterapkan untuk mendukung iklim kerja sama (Putnam, 1993; Fukuyama,
1995). Norma-norma dapat merupakan pra-kondisi maupun produk dari
kepercayaan sosial.
3. Jaringan
Infrastruktur dinamis dari kapital sosial berwujud jaringan-jaringan
kerjasama antar manusia (Putnam, 1993).Jaringan tersebut memfasilitasi
terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan
dan memperkuat kerjasama.Masyarakat yang sehat cenderung memiliki
jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Putnam (1995) mengemukakan
argumennya bahwa jaringan-jaringan sosial yang erat akan memperkuat
perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari partisipasinya
itu.
Konsep Partisipasi
Partisipasi merupakan konsep yang sangat penting untuk diteliti, setelah
mengetahui hubungan pemberdayaan dengan kontribusi stakeholders, maka
dengan indikator partisipasi kita dapat mengukur kontribusi dari masingmasing stakeholders tersebut. Nasdian (2006) mendefinisikan partisipasi
sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing
oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses
(lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara
efektif. Dikutip Cohen dan Uphoff (1979) membagi partisipasi ke beberapa
tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang
dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu
program. Proses pengambilan keputusan bermaksud untuk melihat
sejauh mana kesadaran masyarakat dalam memberikan penilaian dan
menentukan pemilihan sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri.
Seringkali pengambilan keputusan yang dilakukan oleh stakeholders
hanya terpusat pada orang-orang yang memiliki kekuasaan, seperti

12
pihak perusahaan yang lebih merasa mampu dari segala bidang,
sedangkan masyarakat cenderung diabaikan bahkan tidak dilibatkan
dalam proses ini, padahal proses pengambilan keputusan juga sangat
bergantung pada keberhasilan aktivitas kemudian. Apabila masyarakat
diikutsertakan sebagai subyek dan mampu mengambil keputusan
mandiri maka akan lebih baik untuk keberlanjutan programnya.
2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam
pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya.
Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu
partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan
materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. Tahap
pelaksanaan juga seringkali diartikan sebagai tahap implementasi,
bahwa pada tahap ini partisipasi tidak hanya bernilai sebuah tindakan
nyata, namun dapat pula secara tidak langsung memberikan masukan
untuk perbaikan program dan membantu melalui sumber daya. Tahap
pelaksanaan partisipatif sangat berbeda dengan top down dan bottom
up, namun partisipasi dapat berupa gabungan dari kedua pendekatan
tersebut, seperti yang bekerja bukanlah hanya pihak perusahaan, namun
bersama merumuskan kebutuhan kemudian membangun hal yang
diperlukan. Seperti contoh pelaksanaan top down hanya mengikuti
instruksi dari pihak tertentu baik instansi atau perusahaan tanpa secara
langsung mengikuti kebutuhan dari masyarakat sehingga banyak
pelaksanaan pembangunan yang menjadi sia-sia dan tidak
berkelanjutan. Pelaksanaan partisipatif yang diikuti oleh seluruh
stakeholders akan meminimalisir kecenderungan akan pembangunan
yang tidak berguna.
3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada
tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi
perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Evaluasi merupakan
kemampuan masyarakat dalam menilai baik-buruknya, berhasil-tidak
berhasil, dan efektif-tidak efektifnya suatu program. Pada tahapan ini
masyarakat setingkat lebih memahami kegunaan dan kerugian dari
suatu program yang diberikan sehingga mereka dapat menyusun dan
mengeksekusi solusi atas penilaian mereka. Evaluasi juga dapat menilai
sejauhmana keberhasilan dan keefektifan program yang mereka
lakukan, sehingga mereka dapat menentukan secara mandiri dan sadar
apakah mereka harus melanjutkan atau meninggalkan kegiatan tersebut.
Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam cenderung lebih sesuai
konteks dengan permulaan difasilitasi oleh orang luar. Apabila evaluasi
dilakukan oleh pihak lain hal ini tentunya menunjukkan belum
munculnya partisipasi dari masyarakat sendiri.
4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek
pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti
proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. Pada tahapan ini
masyarakat sudah mampu merasakan keberhasilan dari program yang

13

telah mereka lakukan. Mereka juga dapat mengukur hasil yang mereka
peroleh dengan potensi sendiri yang mereka miliki.
Kerangka Pemikiran
Perusahaan adalah salah satu aset pembangunan yang daiharapkan
dapat meningkatkan pembangunan bangsa melalui program CSR, terlebih lagi
di daerah sekitarnya. Pada tahap ini pengimplementasian program CSR
perusahaan diharapkan mampu member kontribusi yang besar terhap proses
pemberdayaan masyarakat singga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat.
Pada tahapan berikutnya adalah pada tahapan modal sosial.Modal sosial
memiliki pengertian sebagai modal yang dihasilkan melalui hubungan sosial.
Terdapat tiga parameter kapital sosial (modal sosial) yaitu kepercayaan (trust),
norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks) (Ridell (1997).
Komponen modal sosial tersebut kemudian akan diteliti hubungannya dengan
partisipasi masyarakat dalam beberapa tahapan sebagaimana yang
dikemukakan oleh Uphoff (1979), yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
tahap menikmati hasil, serta tahap evaluasi. Untuk meningkatkan tingkat
partisipasi masyarakat maka hal utama yang mesti di lihat adalah
pengorganisasian komunitas.

Pola
Pengorganisasian
Komunitas

-

Hubungan klien
atau bentuk
jaringan

Tingkat Partisipasi
Modal Sosial
 Tingkat
Kepercayaan
 Tingkat Norma
 Tingkat Jaringan

 Tahap
pengambilan
keputusan
 Tahap
pelaksanaan
 Tahap evaluasi
 Tahap menikmati
hasil

Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Pengaruh Pengorganisasian Komunitas
Terhadap Tingkat Partisipasi Komunitas
Keterarangan:
: mempengaruhi
Catatan
:
Kerangka Pemikiran tersebut dalam
lingkup program CSR

14
Hipotesis
Hipotesa Penelitian
Hipotesis Penelitian yang dapat ditarik dari penelitian ini diantaranya:
 Semakin kuat pengorganisasian komunitas maka semakin tinggi
tingkat partisipasi nasabah bank samapah.
Definisi Operasional
Definisi partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) adalah
keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan,
pelaksanaan, pemanfaatan hasil, dan evaluasi. Partisipasi ini dikategorikan
menjadi tinggi, sedang dan rendah untuk ketiga aspek program CSR apabila
berada pada kriteria dibawah ini:
Tabel 1. Definisi Operasinonal Tingkat Partisipasi
No Variabel
Tingkat
partisipasi
tahap
perencanaan

Tingkat
partisipasi
tahap
pelaksanaan

Definisi Operasional
Keterlibatan responden dalam
rapat dan proses perencanaan atau
pengambilan keputusan dalam
penyelenggaraan program Bank
Sampah, baik bersifat teknis
maupun
non-teknis.
Diukur
berdasarkan jumlah kehadiran dan
keaktifan peserta selama proses
perencanaan kegiatan. Aspek
kehadiran dilihat berdasarkan
jumlah kehadiran peserta pada
rapat-rapat yang diadakan selama
proses perencanaan kegiatan,
intensitas rapat akan diketahui di
lapangan (emik). Adapun aspek
keaktifan dalam rapat akan dilihat
melalui keaktifan peserta dalam
bertanya, memberikan usulan, dan
diterima atau tidaknya usulan.
Keikutsertaan peserta program
Bank Sampah dalam pelaksanaan
program. Diukur dengan melihat
keanggotaan, kehadiran dalam
kegiatan-kegiatan yang ada, dan
keaktifan sebagai nasabah dalam
mengumpulkan tabungan sampah
serta membayar kredit jika
meminjam di Bank Sampah.

Indikator
Rendah (Skor 5-7)
Sedang (Skor 8-11)
Tinggi (skor 12-15)

Rendah (Skor 5-7)
Sedang (Skor 8-11)
Tinggi (Skor 12-15)

Jenis
Data
- Ordinal

- Ordinal

15

Tingkat
partisipasi
tahap
evaluasi

.

Tingkat
Tahap
Menikmati
hasil

Keikutsertaan peserta program
Bank
Sampah
dalam
mengevaluasi kekurangan atau
kesalahan pelaksanaan program.
Partisipasi pada tahap ini diukur
berdasarkan keikutsertaan dalam
memberikan saran dan kritik,
kehadiran dalam rapat/kumpul
evaluasi, membuat laporan secara
lisan ataupun tulisan, serta
keaktifan dalam membantu proses
evaluasi.
Tahap menikmati hasil yaitu
keikutsertaan responden dalam
merasakan manfaat dari program
CSR. Partisipasi pada tahap
menikmati hasil diukur dari
manfaat yang didapat oleh
responden dari adanya kegiatan,
berupa peningkatan pengetahuan,
keterampilan,
kebersihan
lingkungan.

Rendah (Skor 6-9)
Sedang(Skor 10-13)
Tinggi (Skor 14-18)

- Ordinal

Rendah(skor 13-17)
Sedang(Skor 18-22)
Tinggi (Skor 23-26)

- Ordinal

Modal sosial memiliki pengertian sebagai modal yang dihasilkan
melalui hubungan sosial.Dalam pendekatan ini, modal dipandang sebagai aset
sosial berdasarkan hubungan aktor dan akses ke sumberdaya dalam jaringan
atau kelompok dimana mereka merupakan anggota (Lin, 2004).Dalam tulisan
Suharto (2006) dijelaskan bahwa merujuk pada Ridell (1997), terdapat tiga
komponen atau parameter kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), normanorma (norms), dan jaringan-jaringan (networks).Modal sosial di ukur dengan
metode kuantitatif
Tabel 2. Definisi Operasional Modal Sosial
Variabel

Definisi Operasional

Kepercayaan dilihat berdasarkan
adanya perilaku jujur, dan kerjasama
berdasarkan norma-norma yang
dianut bersama.
Norma-norma
terdiri
dari
pemahaman-pemahaman, nilai-nilai,
harapan-harapan dan tujuan yang
Tingkat Norma
diyakini dan dijalankan bersama oleh
sekelompok orang. Norma diukur
berdasrkan sansi yang ada.
Tingkat
jaringan diukur berdasarkan bentuk
Kekuatan
hubungan yang telah dibangun
Jaringan
dengan pemangku kepentingan, baik
Tingkat
Kepercayaan

Indikator
Ya (16-18)
Ragu-ragu (15-11)
Tidak (6-10)

Jenis
Data
Ordinal

Ya (13 -15)
Ragu-ragu (9-12)
Tidak (5-8)

Ordinal

Ya (13 -15)
Ragu-ragu (9-12)
Tidak (5-8)

Ordinal

16
eksternal maupun internal

Tujuan pengorganisasian komunitas adalah (1) Membangun kekuatan
masyarakat (2) Memperkokoh kekuatan komunitas basis (3) Membangun
jaringan (4) Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka
mempunyai kemampuan dalam penanggulangan masalah.
Tabel 3. Definisi Operasional Pengorganisasian Komunitas.
Variabel
Definisi Operasional
Hubungan klien Pola hubungan yang dijalin antara
(tingkat
CD Worker dengan subyek
jaringan)
pengorganisasian
komunitas.
Hubungan
klien
di
ukur
berdasarkan tingkat interaksi yang
terjadi.
Pengorganisasian
komunitas diukur berdasarkan
tingkat jaringan pada modal sosial.
jaringan di ukur berdasarkan bentuk
hubungan yang telah dibangun
dengan pemangku kepentingan,
baik eksternal maupun internal

Indikator
Ya (13 -15)
Ragu-ragu (9-12)
Tidak (5-8)

Jenis data
Ordinal

17

PENDEKATAN LAPANGAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Kota
Surabaya, di kelurahan ini terdapat Bank Sampah Bintang Mangrove yang
merupakan salah satu binaan dari CSR PT PLN (PERSERO). Sebelum
menentukan lokasi, peneliti telah melakukan observasi melalui penelusuran
kepustakaan surat kabar, buku, hasil penelitian, internet, serta beberapa
narasumber yang memberikan informasi mengenai Bank Sampah Bintang
Mangrove. Pemilihan lokasi kemudian dilakukan secara sengaja dengan alasan
bahwa Bank Sampah dianggap yang terbaik. Sehingga menjadi menarik
kemudian bagi peneliti untuk melihat partisipasi dan pengorganisaisan
komunitas serta modal sosial yang terdapat pada warga komunitas.
Penelitian ini berlangsung selama bulan Mei 2014. Untuk proses
pengumpulan data di lapangan, peneliti tinggal di kelurahan Gunung Anyar
selama seminggu pada bulan Mei 2014 tersebut
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan
Februari Maret April
Mei
Agustus September
Penyusunan
proposal
skripsi
Kolokium
Perbaikan
proposal
penelitian
Pengambilan
data
lapangan
Pengolahan
data dan
analisis data
Penulisan
draft skripsi
Sidang
skripsi
Perbaikan
skripsi
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan didukung oleh
pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode
penelitian survei dengan mengunakan instrumen kuesioner. Pendekatan
kuantitatif diharapkan dapat menjawab bagaimana hubungan pengorganisasian
komunitas terhadap tingkat pastisipasi
komunitas. Kemudian melihat
hubungan antara modal sosial dengan tinggkat partisipasi terhadap program
CSR perusahaan. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan metode wawancara

18
mendalam terhadap informan dan narasumber dari berbagai stakeholder yang
terlibat dalam program CSR perusahaan.
Teknik Penentuan Informan dan Responden
Informan dan responden dipilih secara acak sederhana (simple random
sampling) teknik tersebut sengaja dipilih karena peneliti mengasumsikan
semua populasi adalah homogen, maksudnya homogen adalah dari
keanggotaan warga komunitas sebagai anggota Bank Sampah. Populasi
penelitian secara keseluruhan berjumlah 182 anggota.
Unit analisis yang digunakan oleh peneliti adalah pada tingkatan
individu. Responen dipilih berdasarkan daftar nama yang diperoleh dari
pengurus bank sampah. Informan dipilih berdasarkan pengetahuan seputar
Bank Sampah dan memiliki peranan penting.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui pendekatan kuantitatif dengan
menerapkan metode survei, kemudian untuk data kualitatif diperoleh melalui
wawancara mendalam terhadap beberapa informan. Untuk data kuantitatif
awalnya peneliti memilih dan menentukan responden, Setelah responden
terpilih selanjutnya peneliti mendatangi rumah responden untuk melakukan
wawancara berdasarkan pertanyaan yang telah disiapkan dalam kuisioner.
Selain itu untuk data kualitatif peneliti memil

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012

4 84 143

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Arun NGL Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe

3 65 100

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina (Persero) Unit Pengolahan II Dumai (Studi Deskriptif: Penerima Program CSR Masyarakat Kelurahan Jaya Mukti, Dumai).

13 105 123

Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus: Kecamatan Porsea)

17 118 108

Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility Beasiswa dan Citra Perusahaan(Studi Kasus Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility Beasiswa Djarum Terhadap Peningkatan Citra Positif Perusahaan PT Djarum pada Mahasiswa US

4 66 121

Program Corporate Social Responsibilty (CSR) Dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) “Satu untuk Sepuluh” Terhadap Citra AQUA di Kalangan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara)

5 38 137

Peranan Modal Sosial Dalam Meningkatkan Efektivitas Program Corporate Social Responsibility Dan Taraf Hidup Masyarakat

0 7 101

PERANAN CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY RESPONSIBILITY

0 0 16

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI MODAL SOSIAL PADA PT NEWMONT

0 0 156

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP SIKAP KOMUNITAS PADA PROGRAM PERUSAHAAN

0 0 25