Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina (Persero) Unit Pengolahan II Dumai (Studi Deskriptif: Penerima Program CSR Masyarakat Kelurahan Jaya Mukti, Dumai).

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT PERTAMINA (PERSERO) UNIT PENGOLAHAN II DUMAI

(Studi Deskriptif: Penerima Program CSR Masyarakat Kelurahan Jaya Mukti, Dumai)

SKRIPSI

Diajukan oleh: JOSIE NOVRIANTY T.

NIM 050901067 DEPARTEMEN SOSIOLOGI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

M E D A N 2009


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : JOSIE NOVRIANTY T.

NIM : 050901067

DEPARTEMEN : SOSIOLOGI

JUDUL : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT PERTAMINA UNIT PENGOLAHAN II DUMAI (Studi Deskriptif : Penerima Program Corporate Social

Responsibility pada Masyarakat Kelurahan Jaya Mukti, Kota Dumai)

Medan, September 2009

Pembimbing Skripsi KetuaDepartemen

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si Prof. Dr. Badaruddin,M.Si NIP : 196805251992031002 NIP : 196805251992031002

Dekan

Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA NIP : 196207031987111001


(3)

KATA PENGANTAR

Peneliti mengucapkan puji dan syukur dengan segala kerendahan hati kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Baik, yang selalu memberkatiku dan senantiasa memberikanku kekuatan dan semangat untuk dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Dia yang selalu memberikan berkat dan kesehatan kepada peneliti dalam mempersiapkan tugas akhir ini sehingga bisa diselesaikan, bukan karena kekuatan peneliti tetapi karena kasihNya yang begitu besar diberikannya kepada peneliti.

Akhirnya, peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “ Pemberdayaan Masyarakat melalui Program CSR PT Pertamina UP II Dumai (Studi Deskriptif: Masyarakat Penerima Program CSR di Kelurahan Jaya Mukti)”. Sebagai rasa syukur dan terima kasih peneliti ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua peneliti, Bapak A. Lumban Tobing, dan kepada Mama D. Napitupulu, yang selalu memberikan semangat dan dorongan, memberikan bantuan materil dan rohani, terima kasih buat doa-doa yang dipanjatkan semoga peneliti berhasil dalam meraih impian dan harapan.

Dalam kesempatan yang sangat berharga ini, peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tugas akhir ini, yakni:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan.


(4)

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Hormat saya dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Badaruddin karena beliau juga merupakan dosen wali dan dosen pembimbing skripsi, yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih, Pak atas ide-ide, saran, dan motivasi yang saya dapat dari Bapak berupa kalimat “kalau kamu siapkan dan perbaiki, kita akan seminar” dan ‘kalau kamu sudah tambah bagian pemberdayaan, kita langsung sidang”, itu yang membuat saya kembali bersemangat, dan minta maaf buat lamanya waktu dalam menyusun skripsi ini, tetapi semoga Bapak tidak jenuh membimbing saya.

3. Ibu Dra. Rosmiani, MA selaku Sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan, dan juga selaku Ketua Penguji pada Skripsi peneliti, yang telah memberikan waktu, pengarahan, serta bimbingan yang nantinya akan menjadikan skripsi ini lebih bermakna ke depannya.

4. Terima kasih peneliti ucapkan kepada Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si selaku Dosen Penguji pada saat seminar, dan Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan ide-ide dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini serta dapat meluangkan waktu untuk menghadiri sidang meja hijau peneliti.

5. Peneliti juga menghaturkan terima kasih kepada seluruh Staf Pengajar (Dosen) Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan serta pegawai administrasi di Departemen Sosiologi,


(5)

Kak Feni, dan Bagian Pendidikan, Kak Nur Betty yang telah membantu peneliti dalam urusan administrasi.

6. Terima kasih kepada Ibu Kitty Andora selaku Kepala Bagian Protokoler PT Pertamina Unit Pengolahan II Dumai, yang telah memberikan izin untuk dapat meneliti dan memberikan data-data yang diperlukan oleh peneliti serta diskusi-diskusi yang telah dilakukan.

7. Terima kasih kepada seluruh keluargaku, yang selalu menanyakan “kapan sidang?”, pertanyaan itu membuatku terdorong untuk lebih cepat menyelesaikan skripsi ini, maafkan Yosi, karena jadwal sidang yang begitu lama kalian nantikan. Terima kasih sekali lagi buat Bapak dan Mama, Abang Jeffrey David Christian, Kakak Jenny Oktive, Abang Jenson Febrinaldy, dan Abang iparku Dahris Sirait serta sikecil Dalton Phalosa, senang melihatmu lahir di dunia ini, Dalton. Kalian adalah keluargaku yang terindah dan sangat berarti bagiku.

8. Terima kasih juga peneliti ucapkan kepada informan yang telah membantu peneliti dalam melengkapi bahan dan data yang diperlukan serta waktu yang telah diluangkan untuk melakukan wawancara, yakni Bapak Dasma Sinaga, Bapak Matondang, Bapak Eddy, Bapak Supriadi, Bapak Arifin, Bapak Yakri, Ibu Rita , Ibu Bismi, Ibu Etty, dan Ibu Nurasmi. Tanpa kalian, skripsi ini tidak akan ada hasilnya.

9. Kepada teman-temanku stambuk 2005, dan senior-seniorku serta sahabat-sahabatku yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, terima kasih buat kalian semua.


(6)

10. Akhirnya, rasa terima kasih peneliti ucapkan kepada seluruh pihak yang terkait yang telah membantu peneliti dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dengan segala kesadaran akan kekurangan dan keterbatasan yang peneliti miliki, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan sumbangsih dari para pembaca berupa ide-ide, saran, dan kritik yang sifatnya membangun demi menuju kesempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, dan dapat menjadi khazanah kepustakaan.

Medan, September 2009 Hormat Saya,

Peneliti


(7)

ABSTRAK

Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini masih sangat sering diperbincangkan. Istilah CSR ini sebenarnya sudah lama digunakan oleh perusahaan luar negeri untuk memberikan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat, yakni mulai dari tahun 1960-an. Sayangnya, sering kali CSR disalahartikan sebagai bentuk bantuan berupa hadiah atau yang lebih banyak dilakukan perusahaan dengan istilah charity atau philantrophy, dimana bantuan yang diberikan tidak berdasarkan atas kebutuhan masyarakat dan tidak untuk mendapatkan manfaat jangka panjang untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. CSR kemudian dipandang sebagai hal untuk membantu program pemerintah dalam memberantas kemiskinan, yang kemudian istilah tersebut dikampanyekan oleh PBB pada tahun 2000 yang lalu. CSR saat ini diharapkan dapat memberdayakan masyarakat dengan pembangunan berkelanjutan yang mempunyai manfaat jangka panjang melalui bentuk-bentuk bantuan dari program CSR.

Atas dasar tersebut, peneliti ingin mencoba untuk mengangkat topik permasalahan mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) dengan melihat apakah masyarakat telah berdaya secara sosial dan ekonomi dengan program CSR yang diberikan oleh PT Pertamina UP II Dumai dan dalam bentuk apa saja program CSR tersebut diberikan kepada masyarakat.

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Jenis penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, misalnya mengenai pemberdayaan. Penelitian deskriptif juga mengandung pekejaan mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi di lapangan. Dengan kata lain, penelitian jenis ini dapat memperoleh informasi-informasi tentang suatu kejadian pada saat ini, dan melihat kaitan yang ada dalam peristiwa yang ada di masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari studi lapangan dengan melakukan wawancara dan observasi, dan dari studi kepustakaan, peneliti mendapatkan data-data bahwa PT Pertamina UP II Dumai telah melakukan program CSR yang lebih sering dikatakan dengan PKBL (Program Kemitraan Bina Lingkungan) sejak tahun 2003 berdasarkan dikeluarkannya Keputusan Menteri No. 236, melalui Kepmen tersebut Pertamina UP II Dumai telah dapat melakukan program CSR yang bukan hanya untuk menjadikan masyarakat tergantung, tetapi memberdayakan masyarakat lewat pelatihan, beasiswa, perpustakaan, dan bantuan pinjaman modal dengan bunga rendah, bantuan dalam bentuk lingkungan, dan kesehatan.

Program CSR yang dilakukan oleh Pertamina UP II Dumai telah meningkatkan kehidupan masyarakat terlebih dalam bidang ekonomi, walaupun program CSR yang dilakukan belum sesuai dengan konsep pemberdayaan masyarakat yang sesungguhnya.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……… i

ABSTRAK……….v

DAFTAR ISI………..v

DAFTAR TABEL………..vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………..1

1.2. Perumusan Masalah……….7

1.3. Tujuan Penelitian……….7

1.4. Manfaat Penelitian………...7

1.5. Definisi Konsep………...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)……….11

2.2. Bentuk-bentuk Kegiatan Corporate Social Responsibility……….17

2.3. Corporate Social Responsibility dan Pemberdayaan Masyarakat..19

2.4. Community Development………...25

2.5. Program Kemitraan Bina Lingkungan PT Pertamina……….27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian………28

3.2. Lokasi Penelitian……….28

3.3. Unit Analisis dan Informan……….29

3.4. Teknik Pengumpulan Data………..29

3.5. Interpretasi Data………..31

3.6. Jadwal Kegiatan………..32

3.7. Keterbatasan Penelitian………...33

BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1. Profil Pertamina………...3

4.1.1. Sejarah Singkat PT Pertamina (PERSERO)………35

4.1.2. Struktur Organisasi PT Pertamina (PERSERO)………..44

4.1.3. Struktur Organisasi PT Pertamina UP II Dumai………..45

4.2. Profil Desa………...46

4.2.1. Sejarah Asal Usul Kota Dumai………46


(9)

4.2.3. Pendidikan………48

4.2.4. Mata Pencaharian……….49

4.3. Interpretasi Data Penelitian……….50

4.3.1. Karakteristik Informan……….50

4.3.1.1. Tauhid Matondang………....51

4.3.1.2. Dasma Sinaga………51

4.3.1.3. Kitty Andora……….52

4.3.1.4. Rita Zahara………....53

4.3.1.5. Eddy………..54

4.3.1.6. Supriadi……….55

4.3.1.7. Etty………56

4.3.1.8. Yakri……….57

4.3.1.9. Arifin………...58

4.3.1.10. Bismi Hayati……….59

4.3.1.11. Nurasmi……….60

4.3.2. Bentuk-bentuk Kegiatan CSR PT Pertamina Dumai…...60

4.3.2.1. CSR Pertamina dan Lingkungan…………...62

4.3.2.2. CSR Pertamina dan Pendidikan………....64

4.3.2.3. CSR Pertamina dan Kesehatan……….68

4.3.2.4. CSR Pertamina dan Pemberdayaan Masyarakat………...71

4.3.3. Mekanisme Implementasi CSR dalam Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Sosial dan Ekonomi……….74

4.3.3.1. Proses Penyaluran Program CSR kepada Masyarakat………81

4.3.3.2. Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi dan Sosial………..88

4.3.3.3. Manfaat Pelaksanaan CSR bagi Pertamina…...99

4.3.3.4. Strategi dalam Memotivasi Masyarakat……….102

4.3.4. Keterlibatan Masyarakat dalam Memberdayakan Kehidupan Sosial dan Ekonomi dalam Kasus Implementasi CSR PT Pertamina UP II Dumai………108

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan………...110

5.2. Saran……….113

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Perusahaan yang Menerapkan Progran CSR………... 21 Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Kelurahan Jaya Mukti menurut Tingkat Pendidikan…. 49 Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kelurahan Jaya Mukti menurut Jenis Pekerjaan……… 50 Tabel 4.3. Lembaran Evaluasi Pertimbangan Pemberian Bantuan Dana………. 82 Tabel 4.4. Realisasi Penyaluran Dana Bina Lingkungan PT Pertamina UP II Dumai

Periode Tahun 2008………. 97 Tabel 4.5. Manfaat CSR antara Perusahaan dan Masyarakat………. 100


(11)

ABSTRAK

Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini masih sangat sering diperbincangkan. Istilah CSR ini sebenarnya sudah lama digunakan oleh perusahaan luar negeri untuk memberikan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat, yakni mulai dari tahun 1960-an. Sayangnya, sering kali CSR disalahartikan sebagai bentuk bantuan berupa hadiah atau yang lebih banyak dilakukan perusahaan dengan istilah charity atau philantrophy, dimana bantuan yang diberikan tidak berdasarkan atas kebutuhan masyarakat dan tidak untuk mendapatkan manfaat jangka panjang untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. CSR kemudian dipandang sebagai hal untuk membantu program pemerintah dalam memberantas kemiskinan, yang kemudian istilah tersebut dikampanyekan oleh PBB pada tahun 2000 yang lalu. CSR saat ini diharapkan dapat memberdayakan masyarakat dengan pembangunan berkelanjutan yang mempunyai manfaat jangka panjang melalui bentuk-bentuk bantuan dari program CSR.

Atas dasar tersebut, peneliti ingin mencoba untuk mengangkat topik permasalahan mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) dengan melihat apakah masyarakat telah berdaya secara sosial dan ekonomi dengan program CSR yang diberikan oleh PT Pertamina UP II Dumai dan dalam bentuk apa saja program CSR tersebut diberikan kepada masyarakat.

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Jenis penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, misalnya mengenai pemberdayaan. Penelitian deskriptif juga mengandung pekejaan mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi di lapangan. Dengan kata lain, penelitian jenis ini dapat memperoleh informasi-informasi tentang suatu kejadian pada saat ini, dan melihat kaitan yang ada dalam peristiwa yang ada di masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari studi lapangan dengan melakukan wawancara dan observasi, dan dari studi kepustakaan, peneliti mendapatkan data-data bahwa PT Pertamina UP II Dumai telah melakukan program CSR yang lebih sering dikatakan dengan PKBL (Program Kemitraan Bina Lingkungan) sejak tahun 2003 berdasarkan dikeluarkannya Keputusan Menteri No. 236, melalui Kepmen tersebut Pertamina UP II Dumai telah dapat melakukan program CSR yang bukan hanya untuk menjadikan masyarakat tergantung, tetapi memberdayakan masyarakat lewat pelatihan, beasiswa, perpustakaan, dan bantuan pinjaman modal dengan bunga rendah, bantuan dalam bentuk lingkungan, dan kesehatan.

Program CSR yang dilakukan oleh Pertamina UP II Dumai telah meningkatkan kehidupan masyarakat terlebih dalam bidang ekonomi, walaupun program CSR yang dilakukan belum sesuai dengan konsep pemberdayaan masyarakat yang sesungguhnya.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) kini semakin diterima secara luas. Namun, sebagai sebuah konsep yang masih relatif baru, CSR masih tetap kontroversial di kalangan pebisnis maupun akademisi (Saidi dan Abidin, 2004).

Istilah CSR dikampanyekan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2000 yang lalu, oleh Sekretaris Jenderal Koffi Anan. CSR dikatakan sebagai sebuah komitmen bisnis untuk memberikan pengembangan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat yang lebih luas untuk mengembangkan kualitas hidup mereka dengan cara yang baik bagi kedua kepentingan, baik bisnis dan pengembangan.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah konsep dimana perusahaan memutuskan secara sukarela untuk memberi kontribusi kepada masyarakat dengan lebih baik dan lingkungan yang lebih bersahabat. Tetapi seringkali yang menjadi permasalahan dalam implementasi CSR ini yakni adanya keraguan akan apa yang ada dibalik tindakan tersebut secara sukarela atau hanya untuk memperoleh keuntungan semata yang dianggap benar-benar mempedulikan masyarakat.

Saat ini masyarakat menilai CSR lahir dari desakan masyarakat atas perilaku perusahaan yang mengabaikan tanggung jawab sosial seperti, perusakan lingkungan,


(13)

eksploitasi sumber daya alam, dan terjadinya penindasan di kalangan buruh. Secara nyata, perusahaan berdiri secara diametra dengan kehidupan sosial, dan begitu banyaknya perusahaan yang mengalami peristiwa yang mengakibatkan masyarakat ikut terlibat (dalam hal dampak pengoperasian perusahaan), misalnya saja sudah banyak kejadian kecelakaan dalam beberapa tahun terakhir ini, yakni diantaranya: 1) kasus sumur pengeboran minyak Pertamina di Kedokan Unit III Bongas, Cirebon meledak sehingga menggenangi daerah sekitar, 20 Mei 1971; 2) kebakaran sumur eksplorasi minyak Ranulatung, Blora, 26 Februari 2002, menyebabkan 1.096 warga terpaksa mengungsi; 3) kebocoran sumur pengeboran minyak dan menyemburkan gas, milik Pertamina di Struktur Pondok Tengah, Desa Bunibakti, Bekasi, 16 Maret 2004; 4) kebakaran pada sumur eksplorasi Pertamina di Pasirjadi, Subang, 1 September 2004, akibat kebocoran gas; 5) kecelakaan yang dialami oleh pekerja pada saat Proyek Langit Biru Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan, Indramayu, akibat meledaknya pipa gas nitrofen, 15 Februari 2005; 6) kebakaran pada sumur minyak yang sudah berumur tua di Pertamina daerah hulu Jawa Bagian Timur, Blora, 7 Desember 2005, menyebabkan pekerja luka bakar dan 1 orang meninggal; 7) penyemburan gas ke permukaan bumi sehingga menyebabkan masyarakat terkena racun di sumur Sukowati desa Campurejo, Bojonegoro, 29 Juli 2006, dan; 8) kebocoran sumur pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa Renokonongo, Sidoarjo, 29 Mei 2006, menyebabkan gas dan lumpur panas keluar ke permukaan tanah dengan luas genangan mencapai 195 ha. (Harian Kompas, 19 Agustus 2006, hal. 35 dalam Amin Widjaja).


(14)

Indonesia, terutama di pulau Jawa sudah banyak perusahaan yang telah mendapat konsesi untuk mengeksplorasi minyak bumi, dimana di pulau ini juga memiliki kepadatan penduduk paling tinggi yang 53 persen penduduknya tinggal di wilayah konsesi itu. Hal ini menyatakan bagaimana tanggung jawab perusahaan sendiri dengan adanya kecelakaan yang dialami yang mengakibatkan warga menjadi korban dari konsesi.

Terminologi Corporate Social Responsibility (CSR) masuk di dunia bisnis sejak tahun 1960-an. Namun hal ini belum sepenuhnya dikenal oleh semua perusahaan dan hanya menjadikan hal itu sebagai acuan untuk mengembangkan perusahaan terhadap reaksi pasar, masyarakat, dan gerakan lingkungan. Pada tahun 1970-an, kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang dalam kemasan philanthropy serta Community Development (CD). Hingga di era 1980-an banyak perusahaan yang mengganti konsep filantropis ke arah Community Development. Kegiatan kedermawanan yang sebelumnya erat dengan pola kedermawanan makin berkembang ke arah pemberdayaan masyarakat, seperti pengembangan kerja sama, memberikan ketrampilan, dan pembukaan akses pasar. (Yusuf Wibisono, 2007)

Dasawarsa 1990-an mulai diwarnai dengan beragam pendekatan integral, pendekatan stakeholders maupun pendekatan civil society. Pendekatan-pendekatan tersebut telah mempengaruhi praktek CD. CD menjadi suatu aktivitas yang lintas sektor karena mencakup baik aktivitas produksi maupun sosial dan juga lintas pelaku sebagai konsekuensi berkembangnya keterlibatan berbagai pihak. (Yusuf Wibisono, 2007)


(15)

Konsep CSR dalam beberapa tahun terakhir ini semakin banyak dilakukan oleh perusahaan. CSR yang bertujuan dalam memberdayakan masyarakat , justru cenderung digunakan sebagai alat untuk menaikkan citra perusahaan, strategi branding, bahkan hanya merupakan bagian dari public relation. Filantropi di Indonesia masih dilakukan tanpa koordinasi dan tidak berkesinambungan, sehingga kontribusi filantropi untuk pemecahan masalah-masalah sosial, kemanusiaan, dan lingkungan hidup belum maksimal.

Menurut pendapat Steiner (1994: 116-117) dalam bukunya mengemukakan ada tiga alasan mengapa kalangan bisnis merespon dan mengembangkan tanggung jawab sosialnya, yakni:

1. Perusahaan merupakan “makhluk” masyarakat yang oleh karenanya harus merespon permintaan masyarakat.

2. Kepentingan bisnis dalam jangka panjang ditopang oleh semangat tanggung jawab sosial itu sendiri.

3. Kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau menghindari kritik masyarakat dan pada akhirnya akan sampai pada upaya mempengaruhi peraturan pemerintah.

Karyawan, keluarga, komunitas lokal, dan masyarakat luas merupakan beberapa elemen yang terdapat dalam sebuah perusahaan. Elemen-elemen yang terdapat dalam perusahaan disebut dengan stakeholders. Stakeholders menurut James R. Ernshooff adalah “setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan”.


(16)

Sebuah perusahaan sebagai entitas ekonomi selalu diidentifikasikan dengan mesin yang mengejar profitabilitas semata. Tanpa menyadari tumbuh dan berkembangnya perusahaan sangat bergantung pada stakeholders. Kecenderungan perusahaan untuk mengabaikan kepentingan serta kesejahteraan stakeholders akan menyebabkan terjadinya ketidakharmonisan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan konflik di kemudian hari.

Jika selama ini CSR dirasakan pengusaha hanya sebagai pengeluaran biaya (cost centre), hal ini dikarenakan karena ‘kebutaan’ yang dialami para pengusaha atas manfaat yang didapat dari penerapan CSR. Secara fakta CSR memang tidak memberikan hasil secara keuangan dalam jangka pendek, namun CSR yang dilakukan secara berkesinambungan akan memberikan keuntungan jangka panjang.

Dari riset majalah SWA atas 45 perusahaan menunjukkan CSR bermanfaat memelihara dan meningkatkan citra perusahaan (37,38%), hubungan baik dengan masyarakat (16,82%), dan mendukung operasional perusahaan (10,28%). Salah satu perusahaan yang menerapkan CSR dalam strategi bisnis untuk membangun citra yang positif adalah PT Pertamina (Persero). Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara yang telah berubah bentuk menjadi PT. Persero pada tanggal 23 September 2003, yang bergerak di bidang energi, petrokimia, dan usaha lain yang menunjang bisnis Pertamina, baik di dalam maupun di luar negeri yang berorientasi pada mekanisme pasar.


(17)

Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina memiliki tujuan antara lain: • memberikan kontribusi dan memecahkan permasalahan sosial, meningkatkan

nilai dan budaya perusahaan yang terintegrasi dengan strategi bisnis perusahaan.

• membangun hubungan yang harmonis dan menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan perusahaan, dan

• membangun citra dan reputasi perusahaan yang positif.

Tujuan ini dicapai dengan prioritas program CSR, antara lain: Pertamina dan Pendidikan, Pertamina dan Kesehatan, Pertamina dan Lingkungan serta Pertamina dan Pemberdayaan Masyarakat. Dengan mengeluarkan anggaran sebesar 3% profit pertahun untuk menjalankan program CSR, perencanaan dan pelaksanaan program CSR Pertamina dilakukan oleh bagian humas. Dalam hal ini merupakan langkah yang tepat untuk memberikan tanggung jawab penyusunan program dan pelaksanaan program CSR pada humas.

Pertamina dan Pemberdayaan Masyarakat merupakan salah satu program CSR yang diberlakukan oleh Pertamina. Dengan melihat keadaan masyarakat Jayamukti yang merupakan wilayah dekat dengan kilang minyak, sudah selayaknya perusahan melihat keadaan lingkungan, sosial, dan ekonominya. Masyarakat Jayamukti sedikit banyak merasakan dampak dari proses kilang minyak tersebut. Hal ini menjadi tanggung jawab perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dalam memberdayakan masyarakat dengan cara perusahaan itu sendiri.


(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah bentuk kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT Pertamina UP II Dumai?

2. Apakah CSR yang telah dilakukan perusahaan telah mampu memberdayakan masyarakat terutama dalam bidang kehidupan sosial dan ekonomi di Kel. Jayamukti Dumai?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana bentuk kegiatan CSR yang diberlakukan oleh PT Pertamina UP II di Kel. Jayamukti.

2. Mengetahui apakah masyarakat benar-benar telah berdaya secara ekonomi dan sosial dengan adanya program CSR yang dilakukan oleh PT Pertamina UP II.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: a. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai CSR terutama bentuk-bentuk kegiatan CSR dalam memberdayakan masyarakat. b. Manfaat praktis


(19)

• Memberikan wawasan kepada peneliti tentang CSR khususnya mengenai pemberdayaan masyarakat di Kel. Jayamukti, Dumai.

• Menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa serta dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi bagi ilmu sosial dan masyarakat.

1.5. Definisi Konsep

Dalam penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini, maka diberikan batasan-batasan makna dan arti tentang konsep yang dipakai, yaitu:

a. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses bagaimana menyadarkan masyarakat bahwa mereka memiliki kemampuan dan menciptakan kemandirian untuk bertahan hidup dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat yang dilakukan melalui program CSR.

b. Mandiri

Seseorang yang telah mampu membuat keputusan sendiri dan melakukan sesuatu atas inisiatif sendiri tanpa ada perintah dari orang lain serta tidak bergantung pada orang lain. Dalam penelitian ini yang dikatakan mandiri adalah mereka yang mampu menciptakan hal-hal yang baru tanpa ada perintah dari orang lain dalam meningkatkan kehidupan ekonomi, sehingga mereka tidak lagi bergantung pada orang lain.


(20)

c. Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility adalah tanggung jawab sosial perusahaan dalam bentuk community development yang diberikan kepada masyarakat eksternal dan kegiatannya untuk pembangunan berkelanjutan.

d. PT Pertamina

PT Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang energi, petrokimia, dan usaha lain yang menunjang bisnis perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri yang berorientasi pada mekanisme pasar.

e. Bentuk-bentuk CSR

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan bentuk-bentuk CSR yakni program perusahaan untuk memberikan bantuan pada masyarakat dalam bentuk pemberdayaan sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

f. Pemberdayaan sosial

Kemampuan masyarakat dalam membuat/mengambil keputusan dan menentukan pilihan hidup, berpartisipasi dalam kehidupan sosial yang membuat masyarakat mampu membentuk kelembagaan-kelembagaan sosial sebagai jembatan untuk mengemukakan gagasan di depan umum sehingga masyarakat menjadi lebih kritis dan mandiri.

g. Pemberdayaan ekonomi

Suatu kemandirian pendapatan yang mampu merubah kehidupan ekonomi keluarga dan mampu melihat kemampuan yang dimilikinya sehingga penghasilan meningkat dalam menopang kebutuhan diri dan keluarga.


(21)

h. Community Development

Salah satu konsep CSR yang sesuai dilakukan dalam memberdayakan masyarakat dengan tujuan membentuk pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.

Dalam hal ini ada beberapa hal yang menjadi kategori terhadap masyarakat berdaya dan tidak berdaya, yakni:

a. Masyarakat tidak berdaya:

• Pendapatan di bawah Rp.30.000,- perhari.

• Tidak mempunyai pinjaman modal dari pihak manapun.

• Tidak mempunyai kebebasan berbicara di depan umum/berpendapat. • Adanya keterbatasan dalam mendapatkan pendidikan dan kerampilan.

• Ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos).

b. Masyarakat berdaya:

• Memiliki mata pencaharian yang pendapatannya di atas Rp. 30.000,- perhari. • Mempunyai simpanan/tabungan.

• Mampu menyampaikan aspirasi baik dalam keluarga maupun di masyarakat. • Mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas, terutama peningkatan ekonomi. • Terlibat dalam keputusan-keputusan, baik di rumah tangga maupun

masyarakat.

• Masyarakat mampu membentuk suatu organisasi untuk kepentingan bersama.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Isu tentang tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat saat ini masih menjadi suatu tren di kalangan pebisnis dan perusahaan yang menuntut adanya kepedulian terhadap masyarakat sekitar perusahaan, terlebih pada masyarakat yang terkena langsung akibat proses produksi atau yang mengambil hasil alam dari lingkungan sekitar. Saat ini CSR telah diimplementasikan oleh beberapa perusahaan yang peduli akan lingkungan sekitar, bukan hanya memikirkan laba perusahaan, tetapi juga peduli terhadap lingkungan sosial perusahaan.

Corporate Social Responsibility (CSR) tidak lahir begitu saja, tetapi mengalami evolusi dan metamorfosis dalam rentang waktu yang cukup panjang, walau tidak mengetahui secara pasti tahapan perkembangan tersebut. Perusahaan dalam aktivitasnya pada masa lalu lebih banyak bergerak dalam konteks mengupayakan keuntungan bagi perusahaan itu sendiri. Tanggung jawab sosial yang diberikan perusahaan hanya bersifat charity saja, artinya tidak menjadi suatu kewajiban bagi perusahaan untuk memberikan bantuan bagi masyarakat.

Pada saat industri berkembang setelah terjadi revolusi industri, perusahaan masih memfokuskan sebagai organisasi yang hanya mencari keuntungan, dan sumbangan yang diberikan kepada masyarakat hanya sebatas penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada negara. Untuk itu, masyarakat tidak hanya menuntut agar perusahaan menyediakan barang dan jasa, tetapi juga menuntut agar perusahaan bertanggung


(23)

jawab secara sosial, karena masyarakat melihat adanya penguasaan yang dilakukan perusahaan, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya lingkungan di sekitar operasi perusahaan, dapat dikatakan bahwa perusahaan telah melemahkan sehingga perusahaan berkuasa terhadap masyarakat untuk mendapatkan keuntungan belaka. (Arif Budimanta, Corporate Social Responsibility, 2007)

Konsep menuju CSR ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1960-an, dimana nama ini lebih dikenal dengan istilah kedermawanan atau pilantrophy. Kegiatan filantropi yang dilakukan oleh perusahaan saat itu ternyata tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut, dan bahkan cenderung menimbulkan ketergantungan dan tidak memberdayakan masyarakat. Kapitalisme yang saat itu berkuasa, memang menimbulkan bahaya, yakni menciptakan kesenjangan sosial ekonomi, yang pada akhirnya berefek ke bidang-bidang lain.

Perjalanan perusahaan yang bersifat kapitalisme akhirnya menimbulkan pemikiran untuk merubah terhadap situasi tersebut. Pemikiran ini muncul dalam ”The Future Capitalism” yang ditulis Lester Thurow tahun 1966, yang mengatakan bahwa kapitalisme yang menjadi mainstream saat itu tidak hanya membahas pada masalah ekonomi, tetapi juga adanya unsur sosial dan lingkungan (Yusuf Wibisono, 2007). Akhirnya, perusahaan banyak melakukan tindakan charity, dan seiring berjalannya waktu perusahaan telah melakukan banyak perubahan dan kepedulian terhadap masyarakat yang hal ini lebih banyak dikenal dengan istilah tanggung jawab sosial perusahaan yang bukan sekedar sebuah charity atau philanthropy tetapi sebuah tanggung jawab yang diberikan kepada masyarakat baik dalam hal sosial, pendidikan, lingkungan, dan pemberdayaaan masyarakat.


(24)

2.1. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)

Setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Begitu juga dengan dunia usaha berperan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sehat, dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup. Seperti yang diungkapkan oleh Porter dan Kramer yang dikutip oleh Edi Suharto, ”It is true economic and social objectives have long seen as distinct and often competing. But this is a false dhicotomy …. Companies do not function in isolation from the society around them. In fact, their ability to compete depends heavily on the circumstances of locations where they operate”.

Pendapat yang menyatakan bahwa tujuan ekonomi dan sosial adalah terpisah dan bertentangan merupakan pendapat yang keliru. Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari masyarakat sekitarnya. Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung pada keadaan lokasi dimana perusahaan itu beroperasi. Dahulu, banyak pemimpin bisnis menolak pemikiran bahwa perusahaan mereka harus mencoba memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan selain menyediakan pekerjaan, memperoleh laba untuk membayar penanam modal, mempertanggung jawabkan pertumbuhan, membayar pajak, dan secara sukarela menyokong aktifitas nirlaba kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, dan ekonomi.

Kondisi sumber daya alam yang rusak sebagai akibat dari pembangunan ekonomi yang kurang memperhatikan lingkungan, mendorong kesadaran dan kepekaan dari stakeholders perusahaan akan tanggung jawab perusahaan. Pembangunan ekonomi yang merusak lingkungan tidak dapat lagi dipertahankan, karena jika hal ini terus berlangsung, proses kehidupan itu sendiri akan terancam.


(25)

Untuk itu lahir konsep Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR).

Menurut Widiyanarti (2005) dalam Badaruddin, pendekatan CSR dilakukan secara holistic, artinya pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak dalam kegiatan bisnis semata, melainkan juga bergerak dari sifat charity menuju ke arah CSR yang lebih menekankan pada keberlanjutan pengembangan masyarakat (Community Development). Program CSR bukan hanya dimaknai dengan ‘bagaimana perusahaan berperan terhadap masyarakat, tetapi juga dimaknai dengan bagaimana masyarakat berperan terhadap perusahaan tersebut’. Jadi, dalam hal ini ada suatu feed back yang dikehendaki oleh perusahaan dan masyarakat.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah kewajiban bagi pelaku bisnis untuk dapat mensinergikan kegiatan bisnisnya dengan tujuan dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Menurut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) CSR merupakan komitmen berkelanjutan dari perusahaan untuk menjadi etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi di samping pengembangan kualitas hidup dari tenaga kerja dan keluarga mereka maupun masyarakat lokal dan lingkungan secara luas.

Menurut Schermerhorn dalam Edi Suharto (2007:102), CSR sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. CSR yang juga dikenal dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan merupakan sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan


(26)

interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.

Di Indonesia sendiri, CSR telah sejak lama menggunakan definisi CSR sebagai upaya dari entitas bisnis meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa CSR adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungan perusahaan (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan bedasarkan prosedur yang tepat dan professional agar tercapai tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial dapat dilakukan dalam berbagai situasi dengan mempertimbangkan hasil terbaik atau yang paling sedikit merugikan stakeholder nya. Sebuah organisasi dapat memutuskan tindakan atau perilaku yang paling etis dalam situasi tertentu dengan menerapkan prinsip-prinsip moral.

Saidi dan Abidin dalam Suharto (2007:106) menyatakan tiga paradigma berbeda yang menjadi motivasi perusahaan melakukan CSR, yakni: corporate charity merupakan dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan, corporate philantrophy merupakan dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma dan etika universal untuk mendorong sesama dan memperjuangkan


(27)

pemerataan sosial, serta corporate citizenship yaitu motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial.

Hal mengenai CSR lebih diungkapkan oleh Archie B. Carrol yang dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya Corporate Social Responsibility yang menggambarkan piramida tanggung jawab sosial perusahaan mengenai perlunya perusahaan melakukan CSR, yakni:

a. Tanggung jawab ekonomis. Make a profit. Motif utama perusahaan adalah

menghasilkan laba. Laba adalah fondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup dan berkembang.

b. Tanggung jawab legal. Obey the law. Perusahaan taat hukum. Dalam proses

mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan pemerintah.

c. Tanggung jawab etis. Be ethical. Perusahaan memiliki kewajiban untuk

menjalankan praktek bisnis yang baik, benar, adil, dan fair. Norma-norma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahaan.

d. Tanggung jawab filantropis. Be a good citizen. Perusahaan dituntut agar

dapat memberi kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua. Suatu perusahaan dalam melaksanakan CSR harus didasari oleh tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu 3P:

a. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.


(28)

b. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Misalnya dengan pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana kesehatan dan pendidikan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat.

c. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan keragaman hayati. Prinsip ini berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman, dan pengembangan pariwisata (Edi Suharto, 2007).

2.2. Bentuk-bentuk Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)

Selama ini sering sekali konsep CSR disamaartikan dengan charity/philantropy. Charity/philantropy ini dikatakan sebagai konsep yang salah, atau biasa disebut dengan kedermawanan atau hadiah. Hal ini bukan merupakan program CSR, karena CSR yang sesungguhnya adalah program perusahaan terkait dengan bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.

Menurut Widyamukti, sebuah CSR memiliki dua bentuk, yakni tanggung jawab sosial secara aktif dan tanggung jawab sosial secara pasif. CSR aktif adalah perusahaan bertindak secara aktif dalam menyelenggarakan program CSR, berupa kegiatan-kegiatan sosial seperti pengembangan komunitas, atau kampanye sosial. Sedangkan CSR pasif adalah tanggung jawab sosial dimana aktivitasnya tidak ditunjukkan secara nyata, tetapi dapat dilihat dari proses produksi dan hasil produk


(29)

perusahaan, misalnya suatu perusahaan dalam memproduksi barang menggunakan bahan ramah lingkungan, dan tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan.

Dalam pelaksanaannya, bentuk-bentuk CSR tersebut biasanya dilakukan dengan kegiatan-kegiatan, yakni: pertama dalam bidang kesehatan, dengan menyediakan paramedis, memberikan sarana pemeriksaan gratis, serta pembuatan puskesmas pembantu. Kedua, pendidikan, dilakukan dengan cara pemberian beasiswa bagi anak yang tidak mampu sampai melakukan pelatihan yang tepat guna sehingga dapat dimanfaatkan langsung. Ketiga, pelestarian lingkungan, bentuk ini sangat penting untuk dilakukan perusahaan pertambangan, karena perusahaan telah mengambil hasil alam untuk proses produksi. Kegiatan ini dilakukan dengan membuat revegetasi lahan di areal bekas penambangan, serta mengolah terlebih dahulu limbah tambang untuk dibuang ke sungai sehingga masyarakat tetap dapat menggunakannya. Keempat, pemberdayaan masyarakat dengan memberikan bantuan modal usaha, pembentukan pasar atau jaringan pasar, serta memberikan pelatihan-pelatihan yang dapat mengubah kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, dan budaya.

Bentuk-bentuk CSR yang dilakukan itu, menurut Widyamukti, bukan berupa kegiatan yang hanya dilakukan dan kemudian dibiarkan begitu saja, tetapi juga harus tetap tinggal dalam masyarakat. Artinya, kegiatan yang dilakukan itu harus memiliki manfaat dalam jangka panjang.


(30)

2.3. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya merupakan kegiatan terencana dan

kolektif dalam memperbaiki kehidupan masyarakat, terutama bagi kelompok lemah atau kurang beruntung agar mereka memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, mengemukakan gagasan, melakukan pilihan-pilihan hidup, melaksanakan kegiatan ekonomi, serta berpartisipasi dalam kegiatan sosial.

Pada umumnya pemberdayaan masyarakat dilakukan terhadap kelompok masyarakat lemah atau kurang berdaya, seperti yang dikarakteristikkan oleh Suharto (2006), yang dikatakan lemah dalam ekonomi yakni orang yang tidak memiliki pekerjaan, pendapatan, modal, dan aset yang mampu menopang kehidupannya, sehingga mereka memiliki kemampuan atau keberdayaan melalui program-program pelatihan, pemberian modal usaha, perluasan akses terhadap pelayanan sosial, dan peningkatan kemandirian.

Pelaksanaan CSR yang dilakukan sering sekali tidak tepat, pelaksanaannya hanya mengandalkan inovasi dari pelaksana CSR, bukan berdasarkan kebutuhan masyarakat, sehingga tidak jarang program CSR bisa menjebak masyarakat kepada ketergantungan baru. Masyarakat tidak mandiri, dan tidak dapat mencari alternatif kehidupan untuk menyejahterakan diri.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PIRAC, kegiatan CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk pemberdayaan masyarakat ternyata malah membuat masyarakat menjadi tergantung pada bantuan-bantuan yang diberikan perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana program pemberdayaan tersebut dilakukan oleh Pertamina sehingga masyarakat bisa


(31)

ikut terlibat dalam kemandirian dengan ketrampilan dan kemampuan yang dimilikinya.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan oleh beberapa perusahaan dapat dikatakan berhasil dalam hal pemberdayaan masyarakat miskin, misalnya PT Bogasari yang memiliki program CSR melalui pendampingan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis terigu. Program yang sama dilakukan yakni PT Unilever yang memiliki program CSR dengan tujuan meningkatkan kualitas produksi, sekaligus menjamin kelancaran distribusi, seperti kecap Bango yang telah menjadi produk unggulnya.

Kegiatan CSR yang dapat dikatakan berhasil juga dilakukan oleh Pertamina UP VI Balongan dalam memberdayakan masyarakat miskin. Program CSR yang dilakukan berupa CD (Community Development), RD (Relation Development), dan PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). Salah satu contoh kegiatan yang dilakukan oleh UP VI Balongan adalah di bidang pendidikan, yakni menyukseskan program Bupati Indramayu untuk peningkatan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) dengan melaksanakan program pemberantasan buta aksara dengan memberikan bantuan fasilitas, sarana dan prasarana sekolah. Untuk memberdayakan masyarakat agar memiliki kemandirian dalam usaha sehingga dapat meningkatkan SDM masyarakat Indramayu, Pertamina UP VI Balongan memberikan pelatihan dan ketrampilan yang diharapkan dapat membantu mengurangi angka pengangguran dengan memberikan keahlian untuk usaha diri masing-masing. (www.pertamina.com).


(32)

Kegiatan perusahaan yang operasinya bergerak dalam bidang lingkungan, yakni PT RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper) yang sudah mendapat penghargaan Award Excellency Poverty Allevation atau pengentasan kemiskinan pada 28 September 2007 yang lalu. Perusahaan ini lebih dinilai berhasil dalam menjalankan program pemberdayaan melalui pertanian terpadu, perikanan, dan peternakan. Tetapi kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh perusahaan tidak disamakan dengan praktik bisnis yang bijaksana sehingga mengorbankan kelestarian lingkungan untuk mendapatkan profit yang besar.

Berikut ini adalah perusahaan yang telah menerapkan program CSR:

Tabel 2.1. Perusahaan yang Menerapkan Program CSR

no Perusahaan Dana CSR Program CSR

1. Grup Bakrie Rp. 125 miliar (2007) Program rehabilitasi sejumlah gedung sekolah serta fasilitas umum atau rumah para korban bencana alam di seluruh Indonesia.

2. Grup Lippo Rp 63 miliar (2007) Pengembangan bidang pendidikan, kesehatan, seni

budaya, lingkungan,dan bencana alam.

3. Grup Sinar Mas Rp 111 miliar/tahun Community development, pro- gram beasiswa, pemberdayaan riset dan kegiatan sosial yang terkait dengan lingkungan kerja atau sifatnya lokal sekeliling unit usaha.

4. PT Freeport Rp 500 miliar/tahun Program kesehatan dengan membangun RS. Pengembangan sektor pendidikan melalui pro- gram beasiswa. Bantuan kredit usaha rakyat. Program air bersih dan pembuatan jamban.

5. PT HM Sampoerna Rp 47,6 miliar (2006) Memajukan pendidikan di Indo- nesia bekerja sama dengan Sam-poerna Foundation United


(33)

School Program di 5 SMA Negri di Jawa timur dan Yogya-karta. Merekonstruksi sekolah yang rusak akibat gempa di Yogyakarta.

6. PT INCO US$ 5,5 juta/tahun Pengembangan masyarakat di Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Tengah melalui sektor pendidik-an, kesehatpendidik-an, pengembangan ekonomi masyarakat, pertanian dan perikanan, infrastruktur dan pelayanan publik, sosial budaya, olah raga dan kampanye perdamaian.

7. PT Newmont Indo-nesia

US$ 4 juta/tahun Pengembangan masyarakat di daerah Sumbawa, Nusa Tenggara.

8. PT Pertamina Rp 59,9 miliar (2007) Progam pengembangan bidang kesehatan, pendidikan dan pela-tihan, pembangunan infrastruk-tur dan sarana umum, rumah ibadah dan bantuan bencana alam.

9. PT Kaltim Prima Coal

Rp 46 miliar (2007) Pengembangan sektor agrobis-nis, pendidikan, kesehatan, pen-dayagunaan usaha mikro kecil menengah, infrastruktur, peles-tarian alam dan budaya, dan penguatan kapasitas kemasyara-katan dan pemerintahan.

10 Sampoerna Founda-tion

Rp 118 miliar (2007) terdiri dana tidak terikat dan terikat temporer

Program yang dilakukan diantaranya adalah rekonstruksi sekolah laboratorium, bantuan pendidikan, pendidikan dan pe-latihan guru.

11 Bank Mandiri Rp 96,8 miliar Sebesar 50% dana untuk program kemitraan dan 50% sisanya untuk program bina lingkungan.

12 PT PN III Rp 14,1 miliar (2007) Menyelenggarakan program ke-mitraan dan bina lingkungan. Bantuan pendidikan dan pelatihan, membangun sarana ibadah. Peningkatan kesehatan, prasarana umum dan bantuan


(34)

korban bencana alam.

13 PT PN IV Rp 10,6 miliar (2007) Program yg dilakukan meliputi pinjaman lunak untuk UKM, hi-bah pendidikan & training, bantuan bencana alam, bantuan kesehatan, sarana umum, sarana ibadah dan pelestarian alam. 14 PT PN VII Rp 7,3 miliar (2007) Program peminjaman modal

kerja. Program kelompok binaan, membantu daerah bencana alam, pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesehat-an masyarakat, pengembkesehat-angkesehat-an sarana umum, sarana ibadah dan pelestarian alam.

Sumber: Majalah SWA, November 2008.

Salah satu wacana yang dikutip oleh Teguh Kurniawan membahas mengenai aktivitas CSR bersifat eksternal dan internal perusahaan. Aktivitas eksternal adalah pelaksanaan CSR yang ditujukan terhadap orang-orang yang di luar perusahaan, sedangkan aktivitas internal adalah aktivitas pelaksanaan CSR ditujukan terhadap orang-orang yang berada di dalam lingkup perusahaan.

Berkaitan dengan hal itu, Pemberdayaan Masyarakat adalah aktivitas CSR Pertamina untuk memberdayakan masyarakat yang bersifat eksternal. Program tersebut dirancang dan dilaksanakan Pertamina untuk memberdayakan masyarakat agar lebih memiliki ketrampilan untuk jangka panjang.

Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina memiliki misi, yaitu:

• mewujudkan kepentingan sosial PT Pertamina (Persero) dan kontribusi perusahaan terhadap pengembangan masyarakat berkelanjutan.

• mengimplementasikan kepentingan perusahaan terhadap CSR untuk memberikan nilai tambah bagi stakeholders dalam upaya mendukung kemajuan perusahaan.


(35)

Melalui Pemberdayaan Masyarakat ini, Pertamina memberikan kesempatan kepada masyarakat dengan pemberian kursus/pelatihan, memberikan pinjaman modal usaha, pembentukan pasar atau jaringan pasar produk dan usaha, dan bantuan hibah untuk pembinaan dan pelatihan. Lebih lanjut menurut Saidi dan Abidin dalam Edi Suharto, ada empat model atau pola Tanggung Jawab Sosial (CSR) yang umumnya diterapkan di Indonesia:

1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager menjadi bagian dari tugas public relation.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.

3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan Tanggung Jawab Sosial melalui kerja sama dengan lembaga sosial/organisasi non pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.


(36)

Berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian, Pertamina menggunakan model keterlibatan langsung dalam melaksanakan program CSR nya dan juga mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Dimana kegiatan CSR Pertamina dilaksanakan oleh bagian CSR yang berada di bawah naungan Public Relation (humas) Pertamina.

2.4. Community Development

Salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan yang sering

diterapkan adalah community development. Community Development (CD) merupakan upaya melibatkan peran aktif masyarakat beserta sumber daya lokal yang ada, yang lebih menekankan pada proses, berjangka waktu panjang, serta bertumpu pada komunitas menuju pembangunan yang berkelanjutan. Menurut Saidi dan Abidin, pendekatan CD merupakan satu bentuk CSR yang banyak didorong oleh motivasi kewargaan, meskipun pada beberapa aspek lain masih merupakan motivasi filantropis.

Perusahaan yang mengedepankan konsep CD akan lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas masyarakat lokal untuk maju dan berkembang, seperti program pemberian bantuan yang terkait dengan pelayanan masyarakat atau kepentingan umum, termasuk di dalamnya bantuan bencana alam, bantuan prasarana umum termasuk tempat ibadah dan peningkatan kesehatan bagi masyarakat setempat.

Menurut Tamam Achda dalam Seminar Nasional A Promise of Gold Rating: Sustainable CSR, salah satu konsep CSR yang biasanya disebut dengan Community


(37)

Development (CD) ini harus benar-benar untuk mengembangkan masyarakat dengan pembangunan yang berkelanjutan sehingga mempunyai pengaruh jangka panjang. Di Indonesia, program CD direkomendasikan pada peningkatan pendapatan (ekonomi) atau kesejahteraan masyarakat, masalah-masalah pekerjaan, peningkatan pendidikan, serta kesehatan masyarakat, yang tujuannya, adalah: meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menemukan alternatif ekonomi dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas kehidupan serta kemandirian masyarakat baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Di samping peran perusahaan dalam pengembangan, masyarakat juga harus ikut serta dalam proses pembangunan yang berkelanjutan, seperti yang diungkapkan oleh John Dewey, bahwa seseorang mampu belajar dengan pengalaman yang didapat, dan mampu berbuat sesuai dengan apa yang dipelajari. Jadi, dalam hal ini, community development bukan hanya sekedar proses ’memberikan’ kepada masyarakat tetapi juga masyarakat mampu belajar sambil berbuat (learning by doing).

Salah satu program Community Development ini adalah community empowering, yakni sebuah usaha untuk memberdayakan masyarakat sehingga memiliki akses yang baik untuk menunjang kemandiriannya, sebagai contoh program pemberian beasiswa, peningkatan kapasitas usaha masyarakat yang berbasis potensi setempat serta bantuan untuk pengembangan atau penguatan kelompok swadaya masyarakat.

Dalam hal ini, masyarakat di Kel. Jayamukti perlu adanya program-program untuk pengembangan dan pembinaan tersebut, dengan sisi kehidupan sosial dan


(38)

ekonomi yang masih memerlukan bantuan dengan cara perusahaan itu sendiri. Program CD yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan yang harus diusahakan berkesinambungan dengan kriteria keberhasilan yang jelas.

2.5. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Pertamina

Program PKBL Pertamina sebelumnya bernama PUKK yang sesuai dengan SK Menteri Keuangan RI No.316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, BUMN termasuk juga PT. Pertamina diwajibkan melakukan pembinaan terhadap usaha kecil koperasi dalam rangka mendukung program pemerintah.

PUKK PT. Pertamina adalah lembaga pembinaan usaha kecil dan koperasi di lingkungan PT. Pertamina yang keberadaan dan kegiatannya merupakan penugasan pemerintah untuk ikut memberdayakan usaha kecil dan koperasi dan diprioritaskan pada daerah di sekitar wilayah operasi PT. Pertamina dan mitra bisnis dalam mendukung kelancaran kegiatan operasi perusahaan.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan perilaku yang didapat dari apa yang diamati (Nawawi, 1994:203).

Jenis penelitian dengan pendekatan deskriptif ini akan menjelaskan dan menggambarkan tentang apa yang diteliti dan berusaha mendapatkan data sebanyak mungkin sehingga dapat memberikan suatu gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi pokok permasalahan, seperti mendapatkan data dari perusahaan mengenai program pemberdayaan masyarakat untuk memberdayakan masyarakat dalam bidang ekonomi dan sosial melalui program CSR, dan masyarakat penerima program CSR.

3.2. Lokasi Penelitian

Yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menerima program CSR di Kel. Jayamukti, Kec. Dumai Timur, Dumai. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah karena masyarakat di Kel. Jayamukti merupakan lokasi yang berada tidak jauh dari proses kilang minyak. Maka peneliti tertarik untuk meneliti sampai sejauh mana perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosialnya


(40)

dalam memberdayakan masyarakat. Hal ini juga dikarenakan tersedianya akses bagi peneliti sehingga mudah dalam mengambil data untuk penyelesaian penelitian.

3.3. Unit Analisis dan Informan

Yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah: a. Informan kunci

Informan kunci pada penelitian ini adalah orang-orang yang melaksanakan program CSR dan yang berhubungan langsung dalam mengelola program pemberdayaan masyarakat di PT Pertamina UP II Dumai.

b. Informan biasa

• Masyarakat yang menerima program CSR yang berkaitan dengan bantuan-bantuan yang diterima dalam program pemberdayaan masyarakat.

• Aparat pemerintah, seperti kepala desa atau kelompok swadaya masyarakat yang ikut membantu menyalurkan program pemberdayaan masyarakat.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua bagian, yakni data primer dan data sekunder.

Data Primer a. Wawancara

Wawancara yakni tanya jawab yang dilakukan langsung pada informan yang memiliki pemahaman tentang CSR dan tidak menutup kemungkinan bagi


(41)

informan yang turut ikut dalam kebijakan perusahaan dan masyarakat yang menerima program CSR yang dilakukan oleh PT Pertamina UP II Dumai. Wawancara ini dilakukan secara mendalam (dept interview) yaitu wawancara secara mendalam yang peneliti lakukan pada informan biasa dan informan kunci, sehingga peneliti dapat menggali informasi sedalam-dalamnya. Wawancara ini bertipe open-ended, yaitu wawancara sepenuhnya terbuka hingga informan kunci dan informan biasa dapat memberikan jawaban secara bebas hingga peneliti akan mendapatkan fakta-fakta serta opini dari informan kunci dan informan biasa.

b. Observasi

Observasi yang digunakan yaitu observasi partisipan, dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam hal ini, peneliti mengamati langsung apa saja bentuk tanggung jawab sosial yang diberikan perusahaan kepada masyarakat.

Data Sekunder

Data sekunder yakni data yang diperoleh dari objek penelitian secara tidak langsung. Data sekunder ini diperoleh dari studi kepustakaan dengan membaca referensi-referensi penelitian terdahulu, buku-buku, jurnal, majalah, surat kabar, internet, maupun media cetak dan media elektonik lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti.


(42)

3.5. Interpretasi Data

Setiap informasi yang didapat, direkam dalam catatan lapangan, baik itu data utama hasil wawancara maupun dari data penunjang lainnya. Setelah seluruh data terkumpul, maka dilakukan analisa data. Seluruh data tersebut akan dikelompokkan sesuai dengan permasalahan yang telah ditetapkan, lalu data dipisahkan secara kategorial dan dicari hubungan yang muncul dari data, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu analisis data yang baik yang dapat mengungkapkan permasalahan dari penelitian yang dilakukan. Sedangkan hasil observasi akan diuraikan untuk memperkaya hasil wawancara sekaligus melengkapi data. Berdasarkan data yang diperoleh akan diinterpretasikan untuk menggambarkan dengan jelas keadaan yang ada.


(43)

3.6. Jadwal Kegiatan

KEGIATAN BULAN KE –

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Pra Survey √

2. ACC Judul √

3. Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √

4. Seminar Proposal √

5. Revisi Proposal √

6. Penelitian ke Lapangan √ √

7. Pengumpulan Data dan Analisis Data √ √ √

8. Bimbingan Skripsi √ √

9. Penulisan Laporan Akhir √ √ √


(44)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup keterbatasan peneliti mengenai kurangnya pengetahuan peneliti dalam metode penelitian, keterbatasan buku-buku ataupun referensi yang mendukung penelitian, keterbatasan waktu yang dimiliki oleh informan, terutama informan kunci, dan kurangnya dana yang dimiliki oleh peneliti dalam penelitian ini. Keterbatasan pengetahuan tentang metode penelitian menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan dan data-data yang didapat dari lapangan menjadi tidak terlalu dalam, walau teknik pengumpulan data secara observasi dan wawancara mendalam telah mampu menjawab permasalahan yang dimaksud.

Terbatasnya data-data yang diperoleh dari perusahaan ataupun referensi berupa buku-buku, majalah dan koran menyebabkan peneliti agak kesulitan untuk menjelaskan secara rinci maksud dari penelitian ini. Sampai sejauh ini, peneliti sudah berusaha mencari bahan-bahan yang dapat mendukung permasalahan penelitian, tetapi hasil yang didapat belum sesuai dengan harapan peneliti dalam mengkaji permasalahan penelitian.

Keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian adalah terbatasnya waktu dari informan kunci yang sulit untuk ditemui karena banyaknya pekerjaan informan. beberapa informan biasa juga sulit untuk meluangkan waktu, karena mereka sibuk dengan aktivitas berdagang. Sibuknya para informan mulai dari pagi hingga sore hari, bahkan hingga malam hari menyebabkan peneliti kurang memperoleh data yang sebanyak-banyaknya, karena peneliti selalu merasa dikejar oleh waktu yang


(45)

informan berikan. Selain itu, informan kunci tidak dapat sepenuhnya memberikan data-data yang diharapkan oleh peneliti, karena prosedur yang harus diikuti.

Keterbatasan penelitian ini juga menyangkut dalam hal dana, karena lokasi penelitian yang begitu jauh, sehingga tidak memungkinkan peneliti untuk selalu bisa ke lokasi penelitian. Peneliti juga harus banyak mengambil data dari internet, karena masih kurangnya referensi berupa buku, majalah, ataupun koran yang dapat membantu menjawab permasalahan penelitian. Akan tetapi, peneliti berusaha untuk mencari bahan-bahan yang dapat mendukung penelitian sehingga menjadi sebuah karya ilmiah.


(46)

BAB IV

INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Profil Pertamina

4.1.1. Sejarah Singkat PT Pertamina (PERSERO)

PT Pertamina (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengusahaan energi vital dan strategis di Indonesia yaitu migas. Keberadaan Pertamina adalah bagian terpenting Aelko Jans Zijlner, seorang administratur perkebunan tembakau di Sumatera Timur, berhasil membor sumur produksi pertama yaitu Telaga Tunggal yang menghasilkan minyak pada tanggal 15 Juni 1885. Pada abad 19, sekitar 18 perusahaan minyak asing mengusahakan sumber-sumber minyak di Indonesia. Pada tanggal 16 Juni 1890, Ziljker bersama rekan-rekannya mendirikan sebuah perusahaan minyak yang kemudian mengambil alih konsesi Telaga Said dengan usahanya yaitu memproduksi, mengolah, dan memasarkan minyak bumi.

Pada masa Hindia Belanda terdapat dua perusahaan minyak yang beroperasi dalam penyediaan dan pemasaran BBM, yaitu BPM dan Stanvac. Sedangkan di masa pendudukan Jepang penyediaan serta pemasaran untuk masyarakat sangat terbatas, karena BBM yang dihasilkan terutama untuk keperluan perang. Perebutan dari Jepang atas fasilitas pembekalan BBM di dalam negeri beserta sarana penimbunan dan pengangkutan tidak berjalan lancar, karena kedatangan tentara Belanda baik dalam Agresi I Belanda tahun 1947 maupun Agresi II Belanda tahun 1948. Pada masa pendudukan Jepang, kegiatan perminyakan di Indonesia sudah


(47)

beroperasi dan konsesinya adalah Shell, Stanvac, NV Niam, dan CALTEX yang berhasil menemukan ladang minyak di daerah Riau yang berkembang menjadi ladang minyak terbesar di Asia Tenggara. Sumatera Utara yang meluas ke Irian Jaya kecuali Sumatera Tengah merupakan daerah operasi yang dikuasai Sheel, sedangkan daerah operasi Stanvac hanya terbatas di Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan.

Pada September 1945, melalui proses perjuangan, para pejuang Republik Indonesia berhasil merebut lapangan, kilangan, dan fasilitas perminyakan lainnya dari tangan tentara Jepang yang ditandai dengan diadakannya pertemuan mengenai penyerahterimaan seluruh tambang minyak yang berada di pangkalan Brandan dari tentara Jepang kepada pemerintahan Republik Indonesia di Sumatera Utara, yang kemudian segera dibentuk perusahaan minyak pertama yang bernama Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia Sumatera Utara (PT. MNRI-SU).

Pada Agustus 1952 melalui kesepakatan Konferensi Mja Bundar, pemerintah merencanakan mengembalikan lahan konsesi miliki Sheel di Sumatera Utara dan Jawa yang telah diusahakan oleh perusahaan nasional. Akan tetapi rencana pengembalian lahan konsesi milik Sheel ini mendapat tentangan keras dari karyawan, kalangan DPR, dan partai politik.

Pada April 1954, perusahaan tambang di Sumatera, Langkat, Langsa digabuungkan dalam satu perusahaan yang diberi nama Tambang Minyak Sumatera Utara (TMSU). Kemudian pada tanggal 15 Juli 1957, pemerintah memutuskan untuk menyerahkan lapangan minyak Sumatera Utara kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD). Seluruh saham TMSU berada di tangan pemerintah yang kemudian pengusahaannya diserahkan kepada KASAD. Hal inilah yang kemudian menjadi


(48)

perubahan TMSU menjadi PT Eksplorasi Tambang Minyak Sumatera Utara (PT ETMSU) yang dipimpin oleh Kolonel Ibnu Sutowo.

Pada 10 Desember 1957 diadakan perubahan nama PT EMSU menjadi Perusahaan Minyak Nasional (PT PERMINA). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menepiskan bahwa minyak bumi adalah milik nasional dan bahwa perusahaan yang baru dibentuk bukan perusahaan daerah dan tidak bersifat kedaerahan. Pada tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Ulang Tahun PT Pertamina. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1981/1961, PT PERMINA ditingkatkan statusnya menjadi Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Nasional (PN PERMINA).

Terbentuknya Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Indonesia (PN PERTAMIN) berawal dari PT PERMINDO milik eks NV Nederlands-Indische Aardolie Maatschappij (NV NIAM). Pemerintah kemudian melikuidasi PT PERMINDO dan kekayaannya yang telah berada di tangan pemerintah Indonesia menjadi modal didirikannya Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Indosesia (PN PERTAMIN).

Walaupun tingkat konsumsi terus meningkat, tetapi sejak 1950 sampai 1960 tidak ada penambahan investasi pada sarana distribusi dan pemasaran. Dengan melihat kondisi pada saat itu, perusahaan-perusahaan asing mengalami keraguan untuk melanjutkan usahanya di Indonesia. Saat itu ada 740 stasiun pompa bensin, 125 truk tangki dengan daya angkut 1000 kiloliter. Keadaan tersebut mempersulit masyarakat untuk mendapatkan pelayanan BBM.


(49)

Organisasi pemasaran Pertamina mulai dibenahi tahun 1960-an yaitu pada masa Pertamin, dimulai dengan membangun pusat administrasi kecil di setiap pusat pemasaran di Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Medan. Faisal Abda’oe boleh dicatat sebagai salah seorang pembangun jaringan pemasaran. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini ditugaskan menciptakan suatu kebijakan pemasaran untuk Pertamin. Pertamin saat itu mulai melaksanakan pemasaran langsung, walaupun pada awalnya masih ditopang oleh Shell.

Pada tahun 1964 PN PERTAMIN menerima seluruh aset pemasaran dalam negeri dari Shell dan Stanvac yang telah dibeli oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juni 1961 dibentuklah Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN PERMIGAN). Pada perubahan selanjutnya, PN PERMIGAN dikua sai oleh komunis. Sejak saat itu hanya ada dua perusahaan minyak di Indonesia yang beroperasi, yaitu PN PERTAMIN dan PN PERMINA.

Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga ahli di bidang perminyakan, Permina mendirikan Sekolah Kader Teknik di Brandan. PERMINA juga kemudian mendirikan Akademi Perminyakan di Bandung pada tahun 1962. kurikulum dari akademi perminyakan meliputi berbagai aspek dalam industri perminyakan, dan para lulusannya kemudian menjadi tenaga inti di PERMINA (yang kemudian menjadi PERTAMINA).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1968, pada bulan Agustus 1968 pemerintah mengintegrasikan PN PERMINA dan PN PERTAMIN menjadi Perusahaan Negara dan Gas Bumi Nasional (PN PERTAMINA) yang menampung berbagai urusan dan pengusahaan minyak dan gas bumi dari PN PERMINA dan PN


(50)

PERTAMIN. Hal ini berlanjut untuk meningkatkan segi produktivitas serta efisiensi di bidang perminyakan nasional dalam wadah sautu integrated oil company dengan satu manajemen yang sempurna karena minyak dan gas bumi memiliki peranan penting dalam menyukseskan rencana pembangunan lima tahun.

Pada tahun 1969 PN PERTAMINA memiliki aset kilang Sungai Gerong dari PT. Stanvac Indonesia yang telah dibeli oleh pemerintah. Perkembangan dan kemajuan pesat yang telah dicapai oleh PN PERTAMINA membuat pemerintah merasa perlu untuk memperkokoh landasan umum dan operasional guna meningakatkan kemampuan dan menjamin usaha. Sehingga pada tanggal 15 September dibuat UU No.8 tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (UU PERTAMINA), dan sejak saat itu PN PERTAMINA berubah menjadi PERTAMINA.

Terbitnya UU No.8 tahun 1971 tentang Pertamina menugaskan Pertamina melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi dengan memperoleh hasil yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dan negara. Selain itu menyediakan dan melayani kebutuhan BBM dan gas bumi untuk dalam negeri. Pada masa Dirut dijabat oleh Joedo Sumboro (Dirut ketiga, 16 April 1981-16 Juli 1984) dilakukan peletakan dasar distribusi BBM di seluruh tanah air yang dibagi ke dalam Unit-Unit Pemasaran. Joedo menghilangakan sistem Kordinator Wilayah (Korwil), sehingga gerak pemasaran dalam negeri langsung ditangani lewat unit-unit pemasaran, tidak perlu melewati jenjang Korwil.

Dalam melaksanakan tugas penyediaan dan pendistribusian BBM dan gas bumi ke seluruh Indonesia, Pertamina menyusun Program Pengembangan dan


(51)

Sarana Pembekalan BBM di dalam negeri. Daerah pelayanan perlu diperluas sebagai akibat meningkatnya kegiatan ekonomi di seluruh Indonesia. Pertamina pun memperkuat fasilitas penimbunan, fasilitas pelayanan masyarakat, dan fasilitas transportasi.

Tahun 1972, sebagai tahun efektifnya UU No.8 tahun 1971, Pertamina telah membangun depot baru, lalu perbaikan dan penambahan sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), tak ketinggalan dibangun dan ditambah kapasitas penimbunan di instalasi/depot di berbagai daerah. Bersamaan dengan itu diperbaharui pula fasilitas Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU). Pada tahun 2001 terbentuklah UU No.22 Tahun 2001 mengganti UU lama yaitu UU No.8 tahun 1971. Pergantian dasar hukum Pertamina ini dikarenakan UU yanga lama isinya tentang Monopoli Pengadaan Migas, sedangakan hal itu sudah tidak cocok lagi digunakan pada saat ini karena zaman sudah mengalami perubahan dan kita sudah memasuki era globalisasi.

Pada 17 September 2003, PERTAMINA disahkan menjadi PERSERO dan dasar hukum mengenai perubahan ini tercantum di dalam UU No. 22 tahun 2001. Sesuai dengan UU terbaru ini, maka pengabdian Pertamina terhadap negara dan bangsa disesuaikan dengan perkembangan zaman yaitu perkembangan situasi bisnis global. Jika tidak disesuaikan dikhawatirkan Pertamina akan tersisih dari dunia bisnis internasional. Dengan berubahnya situasi Pertamina menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) maka Pertamina menjadi entitas bisnis murni yang lebih berorientasi laba.


(52)

Perjalanan restrukturisasi Pertamina sejak tahun 1994 telah menghasilkan beberapa milestone dan yang terakhir adalah Tumbuh dan Berkembang menuju Pertamina baru di tahun 2010. Konsep Pertamina baru tersebut lahir dari seluruh jajaran Direksi yang pada bulan Mei 2000 yang lalu telah menghasilkan Scenario Planning PERTAMINA dimana Pertamina memilih untuk tumbuh dan berkembang di tengah situasi dan kondisi yang mendorong baik internal maupun eksternal. Untuk itu maka setiap langkah, daya, dan upaya restukturisasi yang dilakukan harus membantu mewujudkan visi, misi, dan tata nilai Pertamina baru yang dicita-citakan dan telah disahkan oleh Direksi Pertamina melalui surat Keputusan Direksi No.120/C0000/2000-SO tanggal 8 Desember 2000.

Adapun visi, misi, dan tata nilai PT PERTAMINA (PERSERO) adalah : • Visi : Menjadi perusahaan yang unggul, maju, dan terpandang (To be a respect

leading company) • Misi :

▪ melakukan usaha dalam bidang energi dan petrokimia

▪ merupakan entitas bisnis yang dikelola secara profesional, kompetitif, dan berdasarkan tata nilai unggulan.

▪ memberikan nilai tambah lebih bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja, dan masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

• Tata Nilai :

▪ Fokus : menggunakan secara optimum berbagai kompetensi perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan.


(53)

▪ Visionary (Berwawasan Jauh ke Depan) : mengantisipasi lingkungan usaha yang berkembang saat ini maupun yang akan dayang untuk dapat tumbuh dan berkembang.

▪ Excellence (Unggul) : menampilkan yang terbaik dalam semua aspek pengelolaan usaha.

▪ Mutual Respect (Kesetaraan dan Kesederajatan) : menempatkan seluruh pihak yang terkait setara dan sederajat dalam kegiatan usaha.

Dengan pendirian Pertamina di beberapa daerah, Dumai merupakan salah satu daerah yang memiliki Pertamina. Pendirian kilang UP II Dumai merupakan tekad Pertamina untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan negara. Kilang minyak Dumai pertama kali dibangun pada bulan April 1969 dan selesai pada tahun 1971 dan langsung beroperasi yang diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto tanggal 8 September 1971 yang lalu.

Unit/pabrik yang pertama dibangun adalah sebuah unit/pabrik penyulingan atau pemurnian minyak mentah (Crude Oil, CO), atas dasar persetujuan Turn Key Project antara Pertamina dengan Far East Sumitomo Japan. Pembangunannya dikerjakan oleh kontraktor Jepang, Ishikawa-Harima Heavy Indistries (IHHI). PT Pertamina UP II Dumai mempunyai 2 lokasi refinery yang mengolah total sebesar 170.000 B/PSD (Barrel Per Steam Day), dengan produksi: gas, naphtha, minyak tanah, solar, dan residu. Unit Pengolahan II Dumai menduduki peringkat kedua dalam kapasitas pengolahan diantara semua unit pengolahan di Indonesia.

Kilang minyak UP II merupakan penghasil ketiga terbesar dari tujuh unit pengolahan yang ada di Indonesia. Produksi kilang minyak UP II didistribusikan


(54)

untuk memenuhi kebutuhan BBM 5 propinsi di Sumatera Utara, yaitu Riau, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Kilang-kilang minyak UP II terletak di dua daerah, yakni Dumai dan Sei Pakning, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau.


(55)

4.1.2. Struktur Organisasi PT Pertamina (PERSERO) General Manager UP II Manajer Perencanaan & Keekonomian Manajer Kilang Manajer Enjiniring & Pengembangan Manajer Sumber Daya Manusia Manajer Keuangan Manajer Umum Manajer Jasa Pemeliharaan Kilang Kepala Bidang Sistem Informasi & Komunikasi Manajer Produksi BBM Sei. Pakning Manajer Unit Produksi Manajer Reliabilitas Bagian Hub. Pemerintahan dan Masyarakat Bagian Sekuriti Bagian Hukum dan Pertanahan Kepala Bidang Jasa & Sarana

Umum

Kepala Bidang Ling., Kesel. &

Kesehatan Kerja Direktur Rumah Sakit Pertamina Dumai Kep. Program Kemitraan & Bina Lingkungan


(56)

4.1.3. Struktur Organisasi PT PERTAMINA (PERSERO) UP II DUMAI

Saat ini kedudukan Humas PT PERTAMINA (PERSERO) sudah melembaga (state of being). Lembaga kehumasan yang ada di PT Pertamina dikenal dengan nama Divisi Komunikasi yang bertanggung jawab terhadap Sekretaris Perseroan yang kedudukannya sejajar dengan Kepala Satuan Pengawas Internal dan berada di bawah pengawasan Direktur Utama. Adapun tugas dan wewenang dari Divisi Komunikasi Pertamina adalah sebagai berikut:

Ketua divisi Komunikasi mengemban tugas dan wewenang, yaitu : • Menetapkan fokus kegiatan Corporate Social Responsibility.

• Mensosialisasikan kebijakan perusahaan untuk menggalang komitmen stakeholders.

• Menetapakan strategi peningkatan citra perusahaan, brand equity, dan aktivitas marketing publis relations.

• Bertindak sebagai juru bicara perusahaan lingkup korporat.

• Mengelola dan menganalisis pernyataan korporat yang sudah dan akan dipublikasikan.

• Menyelenggarakan siaran pers.

• Sebagai champion dalam penanganan krisis komunikasi.

Dalam menjalankan kegiatan tugasnya, Divisi Komunikasi PT Pertamina (Persero) membawahi dua manager, yakni Manager General PR dan Manager Komunikasi Korporat. Manager General PR ini membawahi beberapa bagian diantaranya assisten manager marketing PR, media relation officer, dan assisten manager CSR, dimana tugasnya yakni :


(57)

• membuat dan melaksanakan program Corporate Social Responsibility.

• bekerja sama dengan fungsi PKBL dalam mengimplementasikan kebijakan ke unit usaha.

Manager Komunikasi Korporat mengemban tugas dan wewenang, yakni: • Menyediakan materi pernyataan korporat (corporate statement). • Menyediakan info lingkungan strategis (politik, sosial, dan budaya) • Melakukan riset pengembangan komunikasi efektif.

• Membuat konsep kebijakan Community Development dan Corporate Social Responsibility.

• Mengorganisasikan acara resmi perusahaan (corporate function)

4.2. Profil Desa

4.2.1. Sejarah Asal Usul Kota Dumai

Tercatat dalam sejarah, Dumai merupakan sebuah dusun kecil di pesisir timur Propinsi Riau, yang kini mulai menggeliat menjadi mutiara di pantai timur Sumatera. Kota Dumai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis yang dikukuhkan dengan UU No. 16 tahun 1999 tanggal 20 April 1999 menjadi Kota Dumai yang sebelumnya adalah Kota Administratif.

Awal pembentukannya Kota Dumai hanya terdiri dari 3 kecamatan, 13 kelurahan, dan 9 desa dengan jumlah penduduk hanya 15.699 jiwa dengan kepadatan 83,85 jiwa/km², dan saat ini Kota Dumai sudah memiliki 5 kecamatan, yakni: Dumai Barat, Dumai Timur, Bukit Kapur, Medang Kampai, dan Sungai Sembilan. Salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Dumai Timur adalah Kelurahan Jaya Mukti.


(58)

Jaya Mukti dahulu merupakan sebuah kampung yang berada di tengah hutan yang pada tahun 1967 disebut dengan kampung “parit hukum” diambil dari seorang tahanan yang menggali sebuah parit. Tahun 1959 penduduknya berjumlah ± 18 kepala keluarga termasuk dalam kepenghuluan Tanjung Palas yang berbatasan langsung dengan Jaya Mukti. Kampung “parit hukum’ ini kemudian diganti namanya menjadi Jaya Mukti pada tahun 1967 yang diberikan oleh Camat Dumai, yakni Ahmad Syamsuri, dimana pada saat itu penduduknya sudah berjumlah ± 35 kepala keluarga. Kata Jaya Mukti ini berasal dari bahasa jawa, yakni Jaya yang berarti “maju” dan Mukti yang berarti “sejahtera”.

Hutan ini kemudian ditebang oleh warga Jaya Mukti yang diketuai Bapak Kasmo dan kemudian sebagai kenangan, salah satu jalan yang berada di Kelurahan Jaya Mukti diberi nama Jalan Kesuma. Tanah yang warga tempati saat itu sudah merupakan milik Caltex, yang pada akhirnya pada tahun 1971 penduduk harus pindah dari lahan tersebut ke beberapa desa. Penduduk kemudian semakin bertambah banyak, dan perpindahan tersebut dilakukan dengan menyebar. Tahun 1979 terjadi pemekaran antara Tanjung Palas dengan Jaya Mukti yang dibuat terpisah sehingga menjadi 2 kelurahan, yang akhirnya sampai dengan sekarang Jaya Mukti menjadi kelurahan yang berdiri sendiri dengan jumlah penduduk ± 400 kepala keluarga dengan luas kelurahan 3,9 km².

4.2.2. Letak Geografis

Kota Dumai secara geografis terletak di 1023-1024’37”-101028’13” LU. Batas wilayah Kota Dumai, yakni:


(59)

• Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. • Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Mandau.

• Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bangko dan Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir.

4.2.3. Pendidikan

Salah satu tujuan Negara Indonesia telah ditetapkan dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 yakni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dimana tujuan ini harus dapat terlaksana karena pendidikan merupakan salah satu profil penduduk yang dapat menentukan tingkat kemajuan dan keberhasilan penduduk.

Ukuran untuk sebuah kotamadya, di kota Dumai sekolah sebagai sarana pendidikan dapat dikatakan cukup lengkap, mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Atas/Kejuruan. Baik itu yang merupakan sekolah negeri dan juga beberapa sekolah yang dikelola oleh yayasan swasta prayoga, seperti sekolah dasar dan menengah Santo Tarcisius. Kelurahan Jaya Mukti sebagai salah satu kelurahan yang ada di Kota Dumai telah memiliki sarana pendidikan SD berjumlah 3 unit, SMP berjumlah 1 unit, dan SMA berjumlah 1 unit.

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Kelurahan Jaya Mukti menurut Tingkat Pendidikan

TINGKATAN PENDIDIKAN PENDUDUK

LAKI-LAKI PEREMPUAN

Tidak tamat SD 98 orang 87 orang

Tamat SD/sederajat 491 orang 473 orang Tamat SMP/sederajat 496 orang 572 orang


(1)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Melihat hasil penelitian yang telah dilakukan melalui studi lapangan dan observasi tentang pemberdayaan masyarakat melalui program CSR yang dilakukan oleh PT Pertamina UP II Dumai, peneliti dapat menyimpulkan bahwa PT Pertamina UP II Dumai adalah perusahaan yang telah melakukan program CSR sudah lama yakni sejak tahun 1993, hanya saja dahulu program tersebut lebih dikenal dengan nama PUKK (Program Usaha Kecil dan Koperasi) yang pada akhirnya berubah nama menjadi PKBL (Program Kemitraan Bina Lingkungan).

Program CSR adalah salah satu usaha yang tepat yang dilakukan oleh PT Pertamina UP II Dumai sebagai wujud rasa tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat yang merupakan sebagai investasi jangka panjang untuk pembangunan yang berkelanjutan. Perusahaan telah peduli terhadap lingkungannya, dimana perusahaan tidak hanya memikirkan bagaimana meningkatkan hasil produksi untuk mendapatkan laba sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

CSR bagi perusahaan lain memiliki arti sebagai etika bisnis perusahaan dalam melakukan tanggung jawab sosialnya untuk melayani kepentingan perusahaan dan masyarakat eksternal, sementara menurut PT Pertamina sendiri bahwa CSR itu merupakan inti dari bisnis untuk berkontribusi kepada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja sama dengan keluarga karyawan dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Jadi, CSR yang dilakukan tidak semata-mata hanya untuk memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan saja, melainkan suatu bentuk


(2)

investasi bagi perusahaan dan masyarakat untuk jangka panjang. PT Pertamina UP II Dumai menilai perlunya melakukan program CSR untuk menaikkan reputasi, merupakan bisnis, menjaga keamanan dari demo masyarakat, adanya kekhawatiran terhadap permasalahan, tuntutan pasar, dan ada kepedulian terhadap sesama.

Program CSR yang dilakukan oleh PT Pertamina UP II Dumai dalam bentuk PKBL terbagi dua, dimana Program Kemitraan (PK) diberikan dengan cara bantuan pinjaman dana, dan Bina Lingkungan (BL) dengan cara memberikan bantuan di bidang pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Dari program tersebut, beberapa masyarakat yang telah mendapat bantuan merasa berdaya hidupnya, adanya peningkatan kesejahteraan yang secara tidak langsung disadari oleh peneliti. Bantuan yang diberikan saat ini belum dapat dikatakan sebagai program untuk memberdayakan masyarakat sepenuhnya, karena masih ada beberapa bantuan yang diberikan hanya sebagai hibah atau lebih bersifat charity yang banyak diberikan pada saat ada moment tertentu.

Masyarakat yang telah menerima program CSR merasa bahwa kehidupan ekonomi dan sosial mereka sudah mengalami peningkatan dibandingkan dahulu, dan dari pengakuan informan bahwa secara pribadi mereka telah meningkat, tetapi bila berbicara masyarakat luas masih ada yang belum berdaya kehidupan ekonomi dan sosialnya.

Evaluasi dilakukan kepada mereka yang menjadi mitra binaan Pertamina, dan diberikan motivasi tetapi hanya dilakukan pada saat mitra binaan dalam pengembalian pinjaman mengalami kemacetan. Mitra binaan dibentuk menjadi pribadi yang mandiri dalam hal ekonomi dan kehidupan sosialnya karena usaha mereka akan ditampilkan kepada khalayak ramai di sebuah pameran yang diadakan oleh Pertamina.


(3)

Kegiatan CSR ini memberikan dampak yang positif bagi perusahaan karena di mata masyarakat yang menerima program CSR, perusahaan telah melakukan perubahan terhadap lingkungan sosialnya, lebih peduli, tidak hanya mementingkan aktivitas perusahaan. Perusahaan juga terhindar dari konflik yang datang dari masyarakat. Intinya, perusahaan tidak hanya memberikan bantuan tetapi harus ada hubungan timbal balik yang terjadi antara perusahaan dan masyarakat.

Pemberian bantuan tidak didahului dengan social mapping sehingga perusahaan tidak mengetahui potensi masyarakat untuk dapat diberdayakan dan masyarakat mana saja yang selayaknya dapat menerima program bantuan tersebut. Perusahaan tidak melakukan pertemuan kepada masyarakat untuk menanyakan apa yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga bantuan tersebut dinilai tidak tepat guna. Hal ini dikhawatirkan bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi segala kebutuhan masyarakat dan bahwa perusahaan bukan merupakan bisnis sosial.

5.2. Saran

Sementara dari hasil penelitian tersebut, peneliti kiranya dapat memberikan saran terkait dengan pemberian program CSR kepada masyarakat untuk memberdayakan masyarakat dalam mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan, yaitu:

• Bantuan yang diberikan tidak hanya pada saat adanya acara ataupun sewaktu ada bencana alam saja tetapi setidaknya PT Pertamina UP II Dumai tanggap terhadap


(4)

kepentingan masyarakat untuk membantu masyarakat sekitar tanpa moment yang ada. Setidaknya perusahaan konsisten dalam melakukan program CSR.

Perlu dilakukan social mapping terlebih dahulu dan perlu adanya suatu pertemuan antara perusahaan dan masyarakat untuk menanyakan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat saat ini dan siapa yang patut membutuhkannya sehingga bantuan yang diberikan tepat sasaran dan tepat guna.

• Perusahaan perlu mempublikasikan adanya program CSR agar masyarakat luas mengetahui kegiatan yang diadakan oleh Pertamina UP II Dumai, bukan pada masyarakat tertentu saja sehingga dapat mencapai tujuan kesejahteraan hidup masyarakat

• Berikan informasi yang jelas dan transparan kepada masyarakat agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mendapatkan program bantuan yang dilakukan oleh PT Pertamina UP II Dumai.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Black, James A. 1999. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Budimanta, Arif. 2008. Corporate Social Responsibility: Alternatif Bagi Pembangunan Indonesia. Jakarta: ICSD (Indonesia Center for Sustainable Development).

Ritzer, George. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.

Rudito, Bambang dan Melia Famiola. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Bandung: Rekayasa Sains.

Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Suharo, Edi. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggung Jawab Responsibility). Surabaya: ASHKAF Media Grafika.Sosial Peusahaan (Corporate Social Responsibility). Bandung: Refika Aditama.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Prenada Media.

Tunggal, Amin Widjaja. 2007. Corporate Social Responsibility (CSR). Jakarta: Harvarindo.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Yin, Robert K. 2003. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta: Rajawali Pers.

Achwan, Rochman. 2006. Galang: Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani. Jakarta: PIRAC.

Situs internet:

http:/

diakses 3


(6)

diakses 24 September 2008

http://www.pln.co.id/csr/community.asp+community+development, diakses 01 Oktober 2008

diakses 01 Oktober 2008

http://www.agropromo.co.cc+strategi+memotivasi+masyarakat+dalam+pemberdayaan& cd, diakses 2 September 2009