Peranan Modal Sosial Dalam Meningkatkan Efektivitas Program Corporate Social Responsibility Dan Taraf Hidup Masyarakat

i

PERANAN MODAL SOSIAL DALAM MENINGKATKAN
EFEKTIVITAS PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY DAN TARAF HIDUP MASYARAKAT

GINA NEFSTIA SHABRINA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Peranan Modal
Sosial dalam Meningkatkan Efektivitas Program Corporate Social Responsibility
dan Taraf Hidup Masyarakat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

Gina Nefstia Shabrina
NIM I34110097

iii

ABSTRAK
Gina Nefstia Shabrina. Peranan Modal Sosial dalam Meningkatkan Efektivitas
Program Corporate Social Responsibility dan Taraf Hidup Masyarakat.
Dibimbing oleh FREDIAN TONNY NASDIAN dan MAHMUDI SIWI
Corporate Social Responsibility merupakan bentuk tanggung jawab yang
mutlak dilakukan oleh perusahaan sebagai kewajiban terhadap masyarakat dan

lingkungan sekitar. Program CSR menjadi sebuah solusi dalam pemecahan
masalah di tengah masyarakat terkait dengan dampak operasinya. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kekuatan modal sosial, efektivitas Program
Kemitraan, dan taraf hidup masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan didukung oleh data kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan
melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner). Sedangkan data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara
mendalam dan dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kekuatan
modal sosial masyarakat yang tergolong cukup kuat, efektivitas Program
Kemitraan tergolong cukup tinggi dan taraf hidup mayoritas pada tingkat sedang.
Pada penelitian ini modal sosial dapat meningkatkan efektivitas Program
Kemitraan dan taraf hidup masyarakat. Selain itu, terdapat hubungan antara modal
sosial dengan efektivitas program dan taraf hidup masyarakat.
Kata kunci : CSR, efektivitas program, modal sosial, taraf hidup.
ABSTRACT
Gina Nefstia Shabrina. Role of Social Capital to Improve Program Effectiveness
of Corporate Social Responsibility and Community’s Standard of Living.
Supervised by FREDIAN TONNY NASDIAN and MAHMUDI SIWI
Corporate social responsibility is a form of responsibility which is to be
conducted by the company as an obligation towards community. CSR programs

become a solution in solving problems in the community related to the impact of
operations. This study aimed to analyze the strength of social capital, the
effectiveness of the kemitraan program, and community’s standard of living. This
study use quantitative methods supported by qualitative data. Quantitative data
were collected through a structured interview using a questionnaire. While the
qualitative data were collected through interviews and documents. Results of this
study showed the power of community social capital is quite strong, the
effectiveness of the kemitraan program is quite high and the standard of living of
the majority at a medium level. In this study social capital can improve the
effectiveness of the kemitraan program and community’s standard of living. In
addition, there is also a relationship between capital social with the effectiveness
of program and community’s standard of living.
Keywords : CSR, program efectiveness, social capital, standard of living.

iv

PERANAN MODAL SOSIAL DALAM MENINGKATKAN
EFEKTIVITAS PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY DAN TARAF HIDUP MASYARAKAT


GINA NEFSTIA SHABRINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

v

Judul Skripsi : Peranan Modal Sosial dalam Meningkatkan Efektivitas
Program Corporate Social Responsibility dan Taraf Hidup
Masyarakat
Nama

: Gina Nefstia Shabrina
NIM
: I34110097

Disetujui oleh

Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS
Pembimbing I

Mahmudi Siwi, SP, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus : ______________

vi


PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang maha Esa yang kebenaran dan
keberadaan-Nya tidak dapat diragukan oleh siapapun. Berkat rahmat nikmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berjudul
“Peranan Modal Sosial dalam Meningkatkan Efektivitas Program Corporate
Social Responsibility dan Taraf Hidup Masyarakat” dengan baik. Penelitian ini
dilakukan sejak Februari 2014 di Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Selain itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran modal
sosial masyarakat sekitar perusahaan terhadap berkembangnya program CSR
ANTAM Pongkor. Kemudian menganalisis hubungan modal sosial terhadap
efektivitas program CSR ANTAM Pongkor dan menganalisis hubungan
efektivitas program CSR ANTAM Pongkor dengan taraf hidup masyarakat sekitar
perusahaan.
Ucapan terimakasih dan rasa hormat yang mendalam penulis sampaikan
kepada Bapak Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS dan Bapak Mahmudi Siwi, SP, MSi
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama
proses penulisan hingga penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis juga
menyampaikan terima kasih yang paling dalam untuk kedua orang tua yang telah

memberikan semangat lahir dan batin Ibunda Hesti dan Ayahanda Conefi Antono
yang telah memberikan motivasi dan doa yang tidak pernah ada habisnya, dan
juga kepada Adikku Muhammad Irsyadh Pribadi yang juga selalu memberikan
doa dan semangat dalam kehidupan penulis. Selain itu, penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada keluarga besar SKPM 48 dan teman-teman sebimbingan.
Terima kasih kepada sahabat dalam suka duka yaitu Novia, Cynda, Amel, Hafid,
Kiki, Pingkan, Tara, Dhira, Lingga, Wenny, dan Ami sebagai teman berdiskusi,
saling bertukar pikiran, membantu dan memberikan semangat. Terimakasih pun
tidak lupa penulis sampaikan kepada Farhat Zhilal yang memberikan semangat
dan menemani dalam pengumpulan data di lapangan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2015

Gina Nefstia Shabrina

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
Konsep Modal Sosial
Komponen Modal Sosial
Dimensi Modal Sosial
Konsep Efektivitas
Konsep Taraf Hidup
Kerangka Penelitian
Hipotesis Penelitian
Hipotesisi Uji
Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANGAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pemilihan Informan dan Responden
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
PROFIL KOMUNITAS DESA BANTARKARET
Kondisi Geografis
Struktur Sosial
Kondisi Sarana dan Prasarana
Pola Kebudayaaan
Pola Adaptasi Ekologis
Karakteristik Responden
Ikhtisar
SEJARAH DAN PROGRAM KEMITRAAN CSR ANTAM
Sejarah Perusahaan
Struktur Organisasi Departemen CSR
Visi dan Misi Departemen CSR
Program CSR ANTAM
Program Kemitraan CSR ANTAM
Awal Pelaksanaan Program
Implementasi Program

Hasil Program

ix
x
x
1
1
3
4
5
7
7
7
9
9
10
11
12
12
13

13
14
21
21
21
22
23
25
25
26
28
29
30
30
32
33
33
33
34
35
37
38
39
40

viii

Ikhtisar
MODAL SOSIAL, EFEKTIVITAS PROGRAM KEMITRAAN DAN TARAF
HIDUP
Modal Sosial
Tingkat Jaringan
Tingkat Kepercayaan
Hubungan Sosial
Kekuatan Modal Sosial
Efektivitas Program
Tingkat Manfaat
Tingkat Partisipasi
Tingkat Keberlanjutan
Tingkat Keberdayaan
Tingkat Dampak
Tingkat Kesesuaian
Tingkat Efektivitas Program Kemitraan
Taraf Hidup
Ikhtisar
HUBUNGAN MODAL SOSIAL, EFEKTIVITAS PROGRAM KEMITRAAN
DAN TARAF HIDUP
Hubungan Modal Sosial dengan Efektivitas Program Kemitraan
Hubungan Efektivitas Program Kemitraan dengan Taraf Hidup Masyarakat
Desa Bantarkaret
Hubungan Modal Sosial dengan Taraf Hidup Masyarakat Desa Bantarkaret
Ikhtisar
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

41
43
43
43
44
46
47
49
49
50
50
51
52
52
53
54
60
61
61
62
63
64
65
65
66
67
89

ix

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial
Definisi operasional kekuatan modal sosial
Definisi operasional tingkat efektivitas program
Definisi operasional perubahan taraf hidup
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
Jumlah dan persentase penduduk Desa Bantarkaret berdasarkan agama
Jumlah dan persentase penduduk Desa Bantarkaret berdasarkan tingkat
pendidikan
Jumlah penduduk Desa Bantarkaret berdasarkan mata pencaharian
Jumlah sarana dan prasarana pendidikan di Desa Bantarkaret
Jumlah sarana keagamaan di Desa Bantarkaret
Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan
Jumlah responden berdasarkan kelompok umur
Jumlah responden berdasarkan jenis mata pencaharian
Persentase RKA dan realisasi CSR 2014
Persentase RKA dan realisasi Program Community Development
Persentase RKA dan realisasi Program Kemitraan
Persentase RKA dan realisasi Program Bina Lingkungan
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat jaringan
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat kepercayaan
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan hubungan sosial
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan modal sosial
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat manfaat
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat partisipasi
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat keberlanjutan
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat keberdayaan
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat dampak
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat kesesuaian
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan efektivitas Program
Kemitraan
Taraf hidup berdasarkan pengeluaran masyarakat Desa Bantarkaret
Taraf hidup berdasarkan pendapatan masyarakat Desa Bantarkaret
Taraf hidup berdasarkan tabungan masyarakat Desa Bantarkaret
Taraf hidup berdasarkan luas rumah masyarakat Desa Bantarkaret
Taraf hidup berdasarkan jenis lantai bangunan masyarakat Desa
Bantarkaret
Taraf hidup berdasarkan jenis dinding bangunan masyarakat Desa
Bantarkaret
Taraf hidup berdasarkan fasilitas buang air besar masyarakat Desa
Bantarkaret
Taraf hidup berdasarkan sumber penerangan masyarakat Desa
Bantarkaret
Taraf hidup berdasarkan sumber air minum masyarakat Desa
Bantarkaret
Taraf hidup berdasarkan bahan bakar memasak masyarakat Desa
Bantarkaret

8
14
15
17
22
27
27
28
28
29
31
31
31
36
36
37
37
43
45
46
47
49
50
51
51
52
53
53
55
55
56
56
56
57
57
57
58
58

x

39
40
41
42
43
44
45

Taraf hidup berdasarkan transportasi masyarakat Desa Bantarkaret
Taraf hidup berdasarkan tempat berobat masyarakat Desa Bantarkaret
Skor taraf hidup dan kategori masyarakat berdasarkan tahun mengikuti
Program Kemitraan
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan taraf hidup
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan kekuatan modal sosial
dengan tingkat efektivitas Program Kemitraan
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat efektivitas
Program Kemitraan dengan taraf hidup
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan kekuatan modal sosial
dengan taraf hidup

58
59
59
59
61
62
63

DAFTAR GAMBAR
1 Konsep Triple Bottom Line
2 Kerangka pemikiran peranan modal sosial dalam meningkatkan
efektivitas program corporate social responsibility dan taraf hidup
masyarakat
3 Piramida penduduk Desa Bantarkaret berdasarkan kelompok umur dan
jenis kelamin
4 Bagan dari struktur organisasi CSR PT. ANTAM (Persero) Tbk, UPBE
Pongkor
5 Persentase masyarakat berdasarkan jaringan masyarakat Desa
Bantarkaret Tahun 2015
6 Persentase masyarakat berdasarkan kepercayan masyarakat Desa
Bantarkaret Tahun 2015
7 Persentase masyarakat berdasarkan hubungan sosial masyarakat Desa
Bantarkaret Tahun 2015
8 Persentase masyarakat berdasarkan modal sosial masyarakat Desa
Bantarkaret Tahun 2015
9 Persentase masyarakat berdasarkan efektivitas Program Kemitraan
Desa Bantarkaret Tahun 2015

7

13
26
34
44
45
47
48
54

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Rencana jadwal penelitian
Peta Desa Bantarkaret
Desa Bantarkaret berdasarkan RW, RT dan kampung
Hasil uji kolerasi rank spearman
Indeks komposit
Dokumentasi penelitian
Tematik catatan harian

72
73
74
75
77
78
80

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Kekayaan
sumberdaya alam tersebut salah satunya terlihat pada sumberdaya pertambangan.
Berdasarkan data Indonesia mining asosiation, Indonesia menduduki peringkat
ke-6 terbesar untuk negara yang kaya akan sumberdaya tambang. Cadangan emas
Indonesia berkisar 2.3% dari cadangan emas dunia dan menduduki peringkat ke-7
yang memiliki potensi terbesar di dunia (Dahlius [tidak ada tahun]). Sehubungan
dengan sumberdaya alam yang melimpah, berkembang perusahaan-perusahaan
yang memanfaatkan sumberdaya alam tersebut. Dampak yang ditimbulkan oleh
suatu perusahaan tidak selamanya baik, ada pula dampak buruk yang ditimbulkan
terhadap masyarakat akibat usaha yang dilakukan perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan
menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk
mengurangi dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat serta menjalankan
visi perusahaan. Pada kenyataannya masih banyak diantara perusahaanperusahaan yang mengabaikan isu-isu seperti kerusakan lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat terutama di sekitar perusahaan.
Permasalahan tersebut diatur oleh pemerintah dalam Undang-Undang No.
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 Butir 3. Peraturan tersebut
mengharuskan tiap perusahaan melakukan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan sebagai komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat,
maupun masyarakat pada umumnya. Serupa dengan konsep Corporate Social
Responsibility, yang dikenal dengan sebutan CSR. Definisi CSR menurut ISO
26000 (Jalal 2011) adalah bentuk tanggung jawab organisasi terhadap dampak
dari keputusan dan aktivitas organisasi terhadap masyarakat serta lingkungan,
melalui perilaku yang transparan dan etis yang memberikan kontribusi untuk
pembangunan berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; turut
mempertimbangkan harapan dari pemangku kepentingan; sejalan dengan hukum
yang berlaku dan sesuai dengan norma-norma universal; dan terintegrasi di
seluruh organisasi dan dipraktikkan dalam hubungan-hubungannya. Aturan ini
sebagai standar pentingnya perusahaan melakukan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. CSR menjalankan kegiatan yang menitikberatkan pada aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan seperti mengacu pada konsep Triple Bottom Line
(People, Profit, Planet). Didukung pernyataan Bowen (1985) dalam Solihin
(2009), bahwa para pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk mengupayakan suatu
kebijakan serta membuat keputusan atau melaksanakan berbagai tindakan yang
sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat. Setiap perusahaan tidak bisa
hanya mengeruk laba sebanyak-banyaknya namun juga tetap memperhitungkan
dampak operasi perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
Konsep CSR menunjukkan adanya hubungan yang erat antara perusahaan
dan masyarakat, sehingga kedua stakeholder tersebut harus memiliki modal
sosial. Modal sosial juga sebagai suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil
dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world-view),

2

kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi
dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok
formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang
melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga
memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan (Colleta dan Cullen 2000 dalam Nasdian 2014). Dalam suatu
pembangunan, modal sosial (social capital) adalah salah satu faktor penting yang
menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pembentukan modal sosial dapat
menyumbang pada pembangunan ekonomi karena adanya jaringan (networks),
norma (norms), dan kepercayaan (trust) didalamnya yang menjadi kolaborasi
(koodinasi dan kooperasi) sosial untuk kepentingan bersama (Daryanto 2004).
Berdasarkan definisi tersebut menggambarkan hubungan modal sosial dan
perilaku masyarakat dengan sesamanya dilihat dari hubungan timbal balik dan
solidaritasnya. Modal sosial merupakan faktor pendukung yang dapat
mempermudah membangun masyarakat. Peran modal sosial sangat penting untuk
meningkatkan kualitas masyarakat. Hal ini berkaitan dengan timbulnya unsur
jaringan, kepercayaan, hubungan sosial didalam modal sosial untuk mendukung
keberlanjutan program CSR.
Penerapan atau implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam masyarakat/komunitas tidak selalu berjalan dengan baik. Oleh karena itu,
setiap perusahaan harus memiliki indikator keberhasilan program CSR. Indikator
ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mengetahui keberhasilan pelaksanaan CSR.
Keberhasilan program dapat diukur dengan indikator efektivitas program.
Menurut Supriadinata dan Goestaman (2013), Efektivitas program harus sesuai
dengan kebutuhan dan diimbangi dengan peran masyarakat sekitar sehingga
menghasilkan program yang memiliki dampak positif dalam menyelesaikan
masalah lingkungan sosial. Efektivitas program CSR bermanfaat bagi perusahaan
program CSR dalam meningkatkan citra perusahaan, selanjutnya dapat
meningkatkan keuntungan bagi masyarakat melalui program CSR diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan, dan bagi pemerintah melalui program CSR
dapat meminimalisir bahkan menyelesaikan masalah sosial yang ada. Oleh karena
itu, pencapaian program CSR ini sangat berkaitan dengan perilaku dan
kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan.
PT ANTAM (Persero), Tbk Unit Pertambangan Bisnis Emas Pongkor
yang selanjutnya akan disingkat ANTAM Pongkor atau ANTAM menjadikan
salah satu fokus perhatian melalui program CSR. Dikutip dari PT. Aneka
Tambang (2013), ANTAM Pongkor adalah salah satu bisnis yang dimiliki oleh
PT. ANTAM (Persero), Tbk. ANTAM Pongkor merupakan Badan Usaha Milik
Negara yang beroperasi tahun 1994, bergerak di bidang pengelolaan sumber daya
alam yakni emas dan perak. Corporate Social Responsibility menurut ANTAM
Pongkor dimaknai sebagai suatu komitmen usaha untuk membangun kualitas
kehidupan yang lebih baik.
Implementasi CSR ANTAM Pongkor dituangkan dalam disain lima
tahunan rencana CSR ANTAM (master plan). Kehadiran ANTAM Pongkor
ditengah-tengah masyarakat tidak semata-mata hanya sebagai entitas perusahaan
melainkan juga sebagai bagian dari entitas sosial yang hidup berdampingan dan
saling mempengaruhi dengan masyarakat di sekitarnya. Dalam mewujudkan
program unggulan dalam CSR, ANTAM Pongkor membaginya dalam tiga bidang

3

yakni; Community Development (Pengembangan masyarakat), Program
Kemitraan (PK) dan Bina Lingkungan (BL).
Kegiatan CSR ANTAM Pongkor menghasilkan perubahan penting bagi
masyarakat. Salah satunya desa ring 1 yang berbatasan langsung dengan ANTAM
yaitu Desa Bantarkaret. Desa Bantarkaret merupakan salah satu desa yang berada
di Kecamatan Nanggung. Berdasarkan monografi desa, Desa Bantarkaret
memiliki luas lahan total sebesar 841.04. Pada tahun 1990 Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Kecamatan Nanggung menempati urutan terbawah. Kondisi
daerahnya masih terisolir dan terburuk dari aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi
serta infrastruktur. Kemudian dikutip dari PT. Aneka Tambang (2013), hadirnya
ANTAM menjadikan IPM pada tahun 2000 naik dua tingkat menjadi tingkat
middle. Hadirnya ANTAM ditengah-tengah masyarakat Desa Bantarkaret
memperhatikan MDGs (Millenium Development Goals) dalam perumusan
progam/kegiatan CSR yaitu tentang IPM yang sudah dirintis sejak 1990-an yaitu
untuk menguak isolasi daerah baik isolasi fisik (geografis) maupun isolasi
sosiologis. Peranan modal sosial dalam pembangunan sangat erat kaitannya,
dengan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya dimensi kultural dan
pendayagunaan peran lembaga-lembaga yang tumbuh dalam masyarakat untuk
mempercepat dan mengoptimalkan proses-proses pembangunan (Inayah 2012).
Oleh karena itu, pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana peran
modal sosial dalam meningkatkan efektivitas program CSR dan taraf hidup
masyarakat?

Masalah Penelitian
Brehm dan Rahn (1997) dalam Daryanto (2004), berpendapat bahwa
modal sosial adalah jaringan kerjasama diantara warga masyarakat yang
memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. Sebelum
melihat implementasi program CSR, maka penting untuk dikaji jaringan
kerjasama antar stakeholder, kepercayaan antar masyarakat dan hubungan sosial
antar masyarakat dengan perusahaan. Svendsen (1998) dalam Rahardja et al.
(2011), modal sosial yang dibangun oleh perusahaan memberikan kontribusi nyata
terhadap capaian kinerja sosial perusahaan. Modal sosial juga sebagai salah satu
modal korporat yang strategis berpengaruh signifikan terhadap keuntungan yang
dicapai dan salah satu representasi kinerja finansial perusahaan. Pentingnya
mengembangkan jejaring sosial yang kuat dan memanfaatkan sumberdaya sosial
dalam memberikan kontribusi terhadap capaian kinerja finansial perusahaan.
Artinya kinerja finansial perusahaan masih dapat ditingkatkan apabila dua
indikator dalam variabel modal sosial tersebut semakin dikuatkan. Dalam hal ini,
yang menjadi bahan kajian adalah kekuatan modal sosial yang terbentuk antara
masyarakat sekitar dengan perusahaan. Oleh karena itu, salah satu rumusan
masalah yang dilihat yakni bagaimana peran modal sosial masyarakat sekitar
perusahaan terhadap program CSR ANTAM Pongkor?
Peran modal sosial penting untuk meningkatkan kualitas masyarakat. Hal
ini berkaitan dengan pencapaian tujuan program yang dibuktikan dalam
efektivitas program CSR dalam Prayogo dan Hilarius (2012). Menurut Barnard
dikutip Yulianti (2012), pengertian efektif dan efisien dikaitkan dengan sistem

4

kerja sama seperti dalam organisasi perusahaan atau lembaga pemerintahan, yaitu
efektivitas merupakan bentuk kerjasama sebagai usaha yang berhubungan dengan
pemenuhan tujuan dari sistem sebagai bentuk persyaratan sistem. Pada
implementasi CSR, apakah ada keterkaitan antara modal sosial masyarakat
dengan pencapaian tujuan program. Adakah unsur-unsur modal sosial yang
berperan penting bagi keefektifan program atau tidak sama sekali? Menarik untuk
selanjutnya membahas keterkaitan antara modal sosial dan efektivitas program.
Oleh karena itu pertanyaan penelitian selanjutnya adalah bagaimana hubungan
modal sosial terhadap efektivitas program CSR ANTAM Pongkor?
Efektivitas menurut Hadayaningrat (1995) dalam Yulianti (2012)
merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan
apa yang telah direncanakan. Salah satu capaian pada implementasi CSR dapat
memberikan peningkatan pada kondisi ekonomi dan kondisi sosial. Menurut
Supriadinata dan Goestaman (2013), efektivitas program harus sesuai dengan
kebutuhan dan diimbangi dengan peran masyarakat sekitar sehingga
menghasilkan program yang memiliki dampak positif dalam menyelesaikan
masalah lingkungan sosial. Hal ini berkaitan dengan keberhasilan suatu program
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dapat
diukur dengan indikator taraf hidup. Oleh karena itu, menjadi penting bagi
peneliti untuk menganalisis hubungan efektivitas program CSR ANTAM
Pongkor dengan taraf hidup masyarakat desa sekitar perusahaan?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disampaikan sebelumnya,
maka secara umum penelitian ini dilakukan untuk menganalisis peran modal
sosial dalam meningkatkan efektivitas program CSR dan taraf hidup masyarakat.
Setelah itu tujuan khusus penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan peran modal sosial masyarakat sekitar perusahaan
terhadap berkembangnya program CSR ANTAM Pongkor.
2. Menganalisis hubungan modal sosial terhadap efektivitas program CSR
ANTAM Pongkor.
3. Menganalisis hubungan efektivitas program CSR ANTAM Pongkor
dengan taraf hidup masyarakat sekitar perusahaan.

5

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1.

2.

3.

4.

Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan
kajian untuk penelitian selanjutnya serta menambah khasanah penelitian mengenai
Analisis Modal Sosial Masyarakat dalam Pelaksanaan Program CSR.
Bagi masyarakat, dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana peran yang
dilakukan oleh PT ANTAM Pongkor dalam aktivitas CSR sebagai bentuk
kepedulian terhadap masyarakat sekitar. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menambah pengetahuan serta memberi manfaat bagi masyarakat dalam
mengoptimalkan peranan program CSR perusahaan.
Bagi perusahaan, sebagai sarana membentuk strategi baru terhadap apa dan
bagaimana seharusnya bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat.
Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam penetapan kebijakan pelaksanaan CSR perusahaan.

6

7

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
Konsep corporate social responsibility (CSR) merupakan perkembangan
dari ketiga konsep yaitu konsep social sustainability, economic sustainability dan
environmental sustainability dalam melaksanakan tanggung jawab sosial (Anatan
2008). Johnson (2006) dalam Hadi (2011), mendefinisikan tanggungjawab
perusahaan (CSR) adalah bagaimana perusahaan mengelola proses bisnis untuk
menghasilkan dampak positif secara keseluruhan terhadap masyarakat. John
Elkington memandang bahwa inti dari CSR yaitu pembangunan berkelanjutan,
yang digambarkan sebagai triple bottom line sebagai pertemuan tiga pilar
pembangunan yaitu “sosial, lingkungan, dan keuntungan” yang merupakan tujuan
pembangunan (Rachman, Efendi, dan Wicaksana 2011 dalam Irawan 2013).
Sosial (people)

3P
Lingkungan (planet)
(people)

Keuntungan (profit)

Sumber: Hadi (2011)

Gambar 1 Konsep Triple Bottom Line
Menurut Wibisono (2007) dalam Rosyida dan Nasdian (2011), Elkington
mengemukakan konsep “3P” (profit, people, dan planet) yang menerangkan
bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar keuntungan
(profit) ekonomis sebuah korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif
bagi masyarakat (people) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian
lingkungan (planet). CSR juga merupakan salah satu wujud partisipasi dunia
usaha dalam pembangunan berkelanjutan untuk mengembangkan program
kepedulian perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui penciptaan dan
pemeliharaan keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial,
dan pemeliharaan lingkungan hidup (Anatan 2008).
Bowen dikutip Solihin (2009), berpendapat bahwa pelaku bisnis memiliki
kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan untuk mengupayakan suatu
kebijakan serta membuat keputusan atau melaksanakan berbagai tindakan yang
sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat. Seperti yang telah ditekankan
oleh Bowen, kewajiban atau tanggung jawab sosial perusahaan bersandar kepada
keselarasan dengan tujuan (objectives) dan nilai-nilai (values) dari suatu

8

masyarakat. dua premis dasar tanggung jawab sosial: (1) perusahaan bisa
mewujud dalam masyarakat karena adanya dukungan dari masyarakat, dalam hal
ini perusahaan memiliki kontrak sosial (social contract) yang berisi sejumlah hak
dan kewajiban yang akan mengalami perubahan sejalan dengan perubahan
masyarakat; (2) pelaku bisnis bertindak sebagai agen moral (moral agent) dalam
masyarakat. Perusahaan harus berperilaku sesuai dengan nilai-nilai masyarakat.
Premis kedua ini memuat dimensi etika dan tanggung jawab sosial (Solihin 2009).
Dalam aktualisasinya, kontribusi dunia usaha untuk turut serta dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami metamorfosis, dari
yang bersifat charity menjadi aktivitas yang menekankan pada penciptaan
kemandirian masyarakat yaitu program pemberdayaan. Metamorfosis tersebut
dikutip Ambadar (2008):
Tabel 1 Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial
Paradigma
Motivasi

Misi

Pengelolaan

Charity
Agama, tradisi,
adaptasi

Philanthropy
Norma, etika, dan
hukum universal

Mencari dan
Mengatasi masalah
mengatasi akar
setempat
masalah
Jangka
pendek, Terencana,
mengatasi masalah terorganisir,
sesaat
terprogram

Pengorganisasian

Kepanitiaan

Yayasan / dana abadi
/ profesionalitas

Penerima
Manfaat

Orang miskin

Masyarakat luas

Kontribusi

Hibah sosial

Hibah pembangunan

Inspirasi

Kewajiban

Kepentingan bersama

Good Corporate
Citizenship (GCC)
Pencerahan diri &
rekonsiliasi dengan
ketertiban sosial
Memberikan
kontribusi kepada
masyarakat
Terinternalisasi
dalam
kebijakan
perusahaan
Keterlibatan baik
dana
maupun
sumberdaya lain
Masyarakat
luas
dan perusahaan
Hibah (sosial &
pembangunan serta
keterlibatan sosial)

Sumber: Za’im Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008)

Berbeda dengan aktivitas charity, pada Tabel 1 terlihat jelas bahwa dalam
aktivitas philanthropy, aktivitas lebih didorong oleh norma, etika dan hukum,
bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban, inspirasi aktivitas adalah untuk
memenuhi kepentingan semua pihak. Tampak bahwa Community Development
(Comdev) merupakan ruh pelaksanaan aktivitas CSR perusahaan. CSR yang
berbasiskan Comdev dapat mencapai tujuan strategis perusahaan, selain untuk
mencapai keuntungan optimum juga bermanfaat bagi komunitas (Ambadar 2008).
Susanto (2009) dalam Irawan (2013) memaparkan ada enam manfaat
program CSR bagi perusahaan yakni sebagai berikut: (1) mengurangi resiko dan
tuduhan terhadap perlakukan tidak pantas yang diterima perusahaan, (2)
pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang
diakibatkan suatu krisis, (3) keterlibatan dan kebanggaan karyawan, (4) mampu
memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan stakeholder-

9

nya, (5) meningkatkan penjualan, (6) inisiatif-inisiatif lainnya, seperti inisiatif
pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya.
Konsep Modal Sosial
Modal sosial adalah sebagai suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil
dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world-view),
kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi
dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok
formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang
melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga
memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan (Colleta dan Cullen 2000 dalam Nasdian 2014). Sementara menurut
Suharto (2006), modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang
timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam komunitas. Pengukuran
modal sosial sering dilakukan melalui hasil interaksi tersebut, seperti:
terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Dalam suatu pembangunan,
modal sosial (social capital) adalah salah satu faktor penting yang menentukan
pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal sosial dapat menyumbang pada
pembangunan ekonomi karena adanya jaringan (networks), norma (noms), dan
kepercayaan (trust) didalamnya yang menjadi kolaborasi (koordinasi dan
kooperasi) sosial untuk kepentingan bersama (Daryanto 2004).
Definisi modal sosial menurut beberapa ahli dikutip Inayah (2012) yaitu:
1. Putnam et al. menyatakan modal sosial adalah penampilan organisasi sosial,
seperti kepercayaan, norma-norma (atau hal timbal balik), dan jaringan (dari
ikatan-ikatan masyarakat), yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat
dengan memfasilitasi adanya koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan
bersama.
2. Fukuyama menyatakan modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari
adanya kepercayaan (trust) dalam sebuah komunitas.
3. Eva Cox menyatakan modal sosial adalah suatu rangkaian proses hubungan
antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma dan kepercayaan
sosial yang memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi.
Komponen Modal Sosial
BPS (2013), menyajikan ukuran modal sosial dalam masyarakat dengan
membaginya menjadi:
1. Tingkat jaringan adalah kemudahan dalam memperoleh/mengakses
pendidikan, kesehatan, serta pelayanan masyarakat lainnya
2. Tingkat kepercayaan adalah keadaan mempercayai atau meyakini keberadaan
orang lain untuk membantu/menolong
3. Hubungan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi antar manusia satu
dengan lainnya sehingga kehidupan lebih baik
Merujuk pada Ridell (1997) dalam Suharto (2006) dijelaskan bahwa
terdapat tiga komponen atau parameter kapital sosial yaitu kepercayaan (trust),
norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks). Ketiganya dijelaskan
sebagai berikut:

10

1.

Kepercayaan
Kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat
yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan
norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan
terhadap pemahaman ini. Cox (1995) menyebutkan bahwa dalam masyarakat
yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat
positif, hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama. Adanya kapital sosial yang
baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial yang kokoh. Kapital sosial
melahirkan kehidupan sosial yang harmonis (Putnam 1995). Rasa percaya diri
(trust) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubunganhubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan
melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam
suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan
bertindak merugikan diri dan kelompoknya Robert (2002).
2.

Norma
Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapanharapan dan tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang.
Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standarstandar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan
berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk
mendukung iklim kerja sama (Putnam 1993 dalam Fukuyama 1995). Normanorma dapat merupakan pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.
3.

Jaringan
Infrastruktur dinamis dari kapital sosial berwujud jaringan-jaringan
kerjasama antar manusia Putnam (1993). Jaringan tersebut memfasilitasi
terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan
memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringanjaringan sosial yang kokoh. Putnam (1995) mengemukakan argumennya bahwa
jaringan-jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para
anggotanya serta manfaat-manfaat dari partisipasinya.
Dimensi Modal Sosial
Dimensi-dimensi yang terkandung dalam modal sosial meliputi:
1. Integrasi (integration), yaitu ikatan yang kuat antara anggota keluarga, dan
keluarga dengan tetangga sekitarnya. Contohnya ikatan berdasarkan
kekerabatan, etnik dan agama.
2. Pertalian (linkage), yaitu ikatan dengan komunitas lain diluar komunitas
asal, berupa jejaring (network), dan asosiasi-asosiasi yang bersifat
kewarganegaraan (civil associations) yang menembus perbedaan
kekerabatan, etnik dan agama.
3. Integritas organisasional (organizational integrity), yaitu keefektifan dan
kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya, termasuk
menciptakan kepastian hukum dan menegakkan peraturan.

11

4. Sinergi (synergy), yaitu relasi antara pemimpin dan institusi pemerintah
dengan komunitas (state-community relations). Fokus dalam perhatian
sinergi ini adalah apakah negara memberikan ruang yang luas atau tidak
bagi partisipasi warga negaranya.
Dimensi pertama dan kedua berada pada tingkat horizontal, sedangkan
dimensi ketiga dan keempat ditambah dengan pasar berada pada tingkat vertical
(Woolcock dalam Nasdian 2014).
Konsep Efektivitas
Menurut Barnard (Nurudin 2007 dalam Yulianti 2012), pengertian efektif
adalah efisien dikaitkan dengan sistem kerja sama seperti dalam organisasi
perusahaan atau lembaga pemerintahan, yaitu efektivitas merupakan bentuk
kerjasama sebagai usaha yang berhubungan dengan pemenuhan tujuan dari sistem
sebagai bentuk persyaratan sistem. Sementara efisiensi dalam hubungan
kerjasama suatu sistem merupakan hasil gabungan efisiensi dari upaya yang
dipilih masing-masing individu. Efektivitas program harus sesuai dengan
kebutuhan dan diimbangi dengan peran masyarakat sekitar sehingga
menghasilkan program yang memiliki dampak positif dalam menyelesaikan
masalah lingkungan sosial (Supriadinata dan Goestaman 2013).
Definisi efektivitas yang dikutip oleh Yulianti (2012) yaitu:
1. Menurut Hadayaningrat (1995), efektivitas merupakan sebuah pengukuran
dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
2. Menurut Susanto (1975), efektivitas merupakan daya pesan untuk
mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi.
Dengan demikian efektivitas diartikan sebagai suatu pengukuran akan
tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang. Dalam
Prayogo dan Hilarius (2012), tingkat keberhasilan program CSR dapat
mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Indikator dalam mengukur
efektivitas program dibagi menjadi enam yaitu:
1. Efectivity dimaksudkan sebagai tingkat manfaat program terhadap pemenuhan
kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan para penerima (beneficiaries)
berdasarkan jenis dan tingkat kebutuhannya,
2. Relevance dimaksudkan sebagai tingkat kesesuaian program terhadap
pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima
berdasarkan kemampuan dan potensi lokal,
3. Sustainability dimaksudkan sebagai tingkat keberlanjutan program dapat
dilakukan oleh penerima jika bantuan selesai/dihentikan, baik keberlanjutan
secara substansial (program) maupun secara manajemen,
4. Impact dimaksudkan seberapa besar (substansial) dan luasan (geografis) akibat
positif dari program,
5. Empowerment dimaksudkan sebagai seberapa signifikan tingkat keberdayaan
dirasakan penerima akibat program, baik dari segi keahlian maupun
organisasi/manajemen,
6. Participation dimaksudkan sebagai seberapa besar tingkat partisipasi
masyarakat lokal dalam program.

12

Konsep Taraf Hidup
Taraf hidup adalah tingkat kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Owolabi dan Olu-Owolabi yang dikutip oleh Azimi (2013) menjelaskan
mengenai kriteria yang digunakan untuk mengukur kualitas taraf hidup manusia.
Kriteria tersebut yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup
hayati. Kebutuhan dasar ini bersifat mutlak, harus dilaksanakan dan dipenuhi
sehingga akan mendorong keinginan seluruh manusia dalam menjaga
kelangsungan hidup.
Menurut Badan Pusat Statistik (2005) dalam Sugiharto (2007), indikator
yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada depalan yaitu
pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas
tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan
kesehatan, kemudahan masuk jenjang pendidikan, kemudahaan mendapatkan
fasilitas transportasi. Sementara, taraf hidup dari BPS dalam Rahman (2009) yaitu
variabel kemiskinan yaitu luas lantai bangunaan tempat tinggal, jenis lantai
bangunan tempat tinggal, jenis dinding bangunan tempat tinggal, fasilitas tempat
buang air besar, sumber penerangan rumah tangga, sumber air minum, bahan
bakar untuk memasak, konsumsi daging/ayam/susu per minggu, pembeliaan
pakaian baru setiap anggota rumah tangga setiap tahun, frekuensi makan dalam
sehari, kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas atau dokter, lapangan
pekerjaan kepala rumah tangga, pendidikan tertinggi kepala rumah tangga dan
kepemilikan asset/harta bergerak maupun tidak bergerak. Taraf hidup menjadi
penting untuk diperhatikan, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh berbagai
definisi CSR bahwa salah satu tujuan diadakannya program adalah adanya
peningkatan taraf hidup. Beberapa indikator taraf hidup hanya melihat taraf hidup
masyarakat sesuai dengan keadaan sekitar.

Kerangka Penelitian
Perusahaan memiliki strategi dan kebijakan tersendiri dalam menjalankan
Corporate Social Responsibility (CSR). Menurut Rahardja et al. (2011), modal
sosial menjadi faktor pendorong kegiatan CSR. Modal sosial yang dibangun oleh
perusahaan memberikan kontribusi nyata terhadap capaian kinerja sosial
perusahaan. Modal sosial juga sebagai salah satu modal korporat yang strategis
berpengaruh signifikan terhadap keuntungan yang dicapai dan salah satu
representasi kinerja finansial perusahaan.
Modal sosial yang terdapat dalam masyarakat akan diidentifikasi terkait
hubungan antar masyarakat. Terdapat tiga parameter kapital sosial yaitu jaringan,
kepercayaan, hubungan sosial. Komponen modal sosial tersebut kemudian akan
diteliti hubungannya dengan efektivitas program CSR.
Efektivitas merupakan indikator keberhasilan suatu program. Menurut
Prayogo dan Hilarius (2012), tingkat keberhasilan program CSR dapat
mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Komponen penilaian
efektivitas program CSR yaitu tingkat manfaat, tingkat kesesuaian, tingkat
keberlanjutan, tingkat dampak, tingkat keberdayaan, serta tingkat partisipasi.

13

Tingkat efektivitas program CSR dapat mendorong perubahan tingkat taraf hidup
masyarakat sekitar perusahaan.
Kekuatan Modal Sosial
- Tingkat Kepercayaan
- Tingkat Jaringan
- Hubungan Sosial
Taraf Hidup
-

Efektivitas Program
(Prayogo dan Hilarius 2012)
-

Tingkat Manfaat
Tingkat Kesesuaian
Tingkat Keberlanjutan
Tingkat Dampak
Tingkat Keberdayaan
Tingkat Partisipasi

Gambar 2

Luas lantai
Jenis lantai
Jenis dinding
Fasilitas buang air besar
Sumber penerangan
Sumber air minum
Bahan bakar
Pendapatan
Pengeluaran
Tabungan
Kepemilikan Aset
Kemampuan berobat

Kerangka pemikiran peranan modal sosial dalam meningkatkan
efektivitas program corporate social responsibility dan taraf hidup
masyarakat

Keterangan:
Hubungan

Hipotesis Penelitian
Dari kerangka penelitian yang telah dibahas dapat dirumuskan hipotesis,
yaitu:
1. Semakin kuat modal sosial, maka semakin tinggi efektivitas program CSR.
2. Semakin tinggi efektivitas program CSR, maka semakin tinggi taraf hidup
masyarakat.
3. Semakin kuat modal sosial, maka semakin tinggi taraf hidup masyarakat.

Hipotesis Uji
1. Terdapat hubungan antara modal sosial dengan efektivitas program CSR;
2. Terdapat hubungan antara efektivitas program CSR dengan tingkat taraf hidup;
dan
3. Terdapat hubungan antara modal sosial dengan taraf hidup masyarakat

14

Definisi Operasional

Kekuatan Modal Sosial
Menurut BPS (2013) penyajian ukuran modal sosial dalam masyarakat
dengan membaginya menjadi tingkat kepercayaan, tingkat jaringan dan hubungan
sosial. Pada penelitian ini setiap aspek pernyataan memiliki 4 variasi jawaban
yang terdiri dari “sangat tidak setuju” dengan skor 1, “tidak setuju” dengan skor 2,
“setuju” dengan skor 3, dan “sangat setuju” dengan skor 4. Jika keseluruhan pada
aspek modal sosial memiliki total skor terendah kurang dari 56 dan total skor
tertinggi lebih dari 89. Setelah itu, penilaian dikategorikan sesuai dengan kategori
lemah (skor 1), sedang (skor 2) dan kuat (skor 3).
Tabel 2 Definisi operasional kekuatan modal sosial
No

Variabel

Definisi Operasional

Indikator

Jenis
Data
Ordinal

Sumber
Rujukan
BPS,
2013

1.

Tingkat
kepercayaan

Keadaan mempercayai
atau meyakini
keberadaan orang lain
untuk
membantu/menolong

1: Sangat
Tidak
Setuju
2: Tidak
Setuju
3: Setuju
4: Sangat
Setuju

2.

Tingkat
jaringan

Kemudahan dalam
memperoleh/mengakses
pendidikan, kesehatan,
serta pelayanan
masyarakat lainnya

1: Sangat
Tidak
Setuju
2: Tidak
Setuju
3: Setuju
4: Sangat
Setuju

Ordinal

BPS,
2013

3.

Hubungan
sosial

Kekuatan norma dan
kemampuan untuk
berinteraksi antar
manusia satu dengan
lainnya sehingga
kehidupan lebih baik

1: Sangat
Tidak
Setuju
2: Tidak
Setuju
3: Setuju
4: Sangat
Setuju

Ordinal

BPS,
2013

Tingkat Efektvitas Program
Dalam Prayogo dan Hilarius (2012), tingkat keberhasilan program CSR
dapat mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Indikator dalam
mengukur efektivitas program yaitu tingkat manfaat, tingkat kesesuaian, tingkat

15

keberlanjutan, tingkat dampak, tingkat keberdayaan, dan tingkat partisipasi. Pada
penelitian ini setiap aspek penilaiannya terdapat 5 pernyataan dan masing-masing
pernyataan memiliki 2 variasi jawaban yang terdiri dari “tidak” dengan skor 1,
dan “ya” dengan skor 2 sehingga pada setiap aspek akan memiliki total skor
terendah 5 dan total skor tertinggi 10. Setelah setiap aspek penilaian dikategorikan
sesuai dengan kategori rendah (skor 1), sedang (skor 2) dan tinggi (skor 3),
selanjutnya dikategorikan menjadi efektivitas program secara keseluruhan.
Tabel 3 Definisi operasional tingkat efektivitas program
No

Variabel

Definisi Opersional
Tingkat manfaat
program
CSR terhadap
pemenuhan kebutuhan
dan peningkatan akses
pelayanan para
penerima
(beneficiaries)
berdasarkan jenis dan
tingkat kebutuhannya
Tingkat kesesuaian
program
CSR terhadap
pemenuhan kebutuhan
dan peningkatan akses
pelayanan bagi
penerima berdasarkan
kemampuan dan
potensi lokal

Jenis
Data
Ordinal

Sumber
Rujukan
Dody
Prayogo
dan
Yosep
Hilarius

1. Rendah:
5-6
2. Sedang:
7-8
3. Tinggi:
9-10

Ordinal

Dody
Prayogo
dan
Yosep
Hilarius

Indikator

1

Tingkat manfaat

1. Rendah:
5-6
2. Sedang:
7-8
3. Tinggi:
9-10

2

Tingkat
kesesuaian

3

Tingkat
keberlanjutan

Tingkat keberlanjutan
program CSR dapat
dilakukan oleh
penerima jika bantuan
selesai/dihentikan, baik
keberlanjutan
secara substansial
(program) maupun
secara manajemen

1. Rendah:
5-6
2. Sedang:
7-8
3. Tinggi:
9-10

Ordinal

Dody
Prayogo
dan
Yosep
Hilarius

4

Tingkat dampak

Besaran (substansial)
dan luasan
(geografis) akibat
positif dari program
CSR

1. Rendah:
5–6
2. Sedang:
7-8
3. Tinggi:
9-10

Ordinal

Dody
Prayogo
dan
Yosep
Hilarius

16

No

Variabel

Definisi Opersional

Indikator

5

Tingkat
keberdayaan

Seberapa signifikan
tingkat
pemberdayaan
dirasakan penerima
akibat program CSR,
baik dari segi keahlian
maupun
organisasi/manajemen

1. Rendah:
5-6
2. Sedang:
7-8
3. Tinggi:
9-10

6

Tingkat
partisipasi

Seberapa besar tingkat
partisipasi masyarakat
lokal dalam program
CSR.

1. Rendah:
5-6
2. Sedang:
7-8
3. Tinggi:
9-10

Jenis
Data
Ordinal

Sumber
Rujukan
Dody
Prayogo
dan
Yosep
Hilarius

Ordinal

Dody
Prayogo
dan
Yosep
Hilarius

Taraf Hidup
Perubahan yang dirasakan dan diperoleh oleh anggota masyarakat
penerima program CSR setelah terlibat dalam program CSR dengan mengacu
pada variabel-variabel taraf hidup menurut BPS (2005) dalam Sugiharto (2007).
Pada penelitian ini variabel pengeluaran, pendapatan, tabungan dan luas rumah
terlebih dahulu dilakukan standar deviasi sehingga dapat mengetahui rentan pada
kategori rendah, sedang dan tinggi. Selanjutnya taraf hidup diukur menggunakan
indeks komposit.
Perhitungan taraf hidup menggunakan indeks komposit dimulai dengan
membagi masyarakat berdasarkan kategori tahun mengikuti program Kemitraan.
Selanjutnya memilih salah satu pilihan jawaban dari setiap variabel yang
memiliki skor tertinggi dalam kuesioner. Kemudian menghitung persentase
masyarakat dari masing-masing kategori tahun yang memiliki jawaban skor
tertinggi tersebut, dan membaginya dengan rata-rata persentase dari kedua
lapisan sosial lalu dikali 100. Berikut rumus perhitungan:
Skor taraf hidup =
Keterangan:
: Persentase masyarakat yang memiliki jawaban terpilih (jawaban
skor tertinggi) pada tiap kategori
: Rata-rata persentase dari seluruh kategori
\

17

Tabel 4 Definisi operasional perubahan taraf hidup
1

Jenis lantai
bangunan tempat
tinggal

Merupakan jenis lantai
bangunan terluas yang
menjadi tempat tinggal
rumah tangga.

1. Tanah
2. Bambu
3. Kayu
murah
4. Kayu
mahal
5. Keramik
6. Lainnya

Jenis dinding
terluas

Merupakan jenis
dinding bangunan
terluas yang menjadi
tempat tinggal rumah
tangga.

1. Rumbia
Ordinal
2. Bambu
3. Kayu
kualitas
rendah
4. Tembok
bata
5. Tembok
beton
6. Lainnya
1. WC umum Ordinal
2. WC
bersama
tanah/seme
n
3. WC
bersama
keramik
4. WC pribadi
tanah/
semen
5. WC pribadi
keramik
6. Lainnya

BPS
(2005)

1. Sumber
Ordinal
penerangan
: Obor
2. Senter/petr
omak
3. Listrik nonPLN
4. Listrik
PLN
(bersama
tetangga)
5. Listrik
PLN
6. Lainnya

BPS
(2005)

3

4

Fasilitas tempat
buang air
besar/WC

Merupakan jenis
fasilitas yang dimiliki
rumah tangga
responden yang
digunakan untuk
aktivitas buang air
besar.

Sumber
penerangan

Merupakan sumber
penerangan yang
digunakan oleh rumah
tangga responden
dalam bangunan
tempat tinggalnya.

Indikator

Sumber
Rujukan
BPS
(2005)

Variabel

2

Definisi Opersional

Jenis
Data
Ordinal

No

dalam
Sugiharto
(2007)

dalam
Sugiharto
(2007)

BPS
(2005)

dalam
Sugiharto
(2007)

dalam
Sugiharto
(2007)

18

No

Variabel

5

Sumber air
minum

6

7

8

9

Jenis
Data
Ordinal

Sumber
Rujukan
BPS
(2005)

Definisi Opersional

Indikator

Merupakan sumber air
yang digunakan untuk
konsumsi minum
maupun masak oleh
rumah tangga
responden Air sungai,
air hujan.

1. mata air
2. Sumur,
ledeng
eceran
3. Ledeng
meteran
4. Sumur
bor/pompa
terlindung
5. Air minum
dalam
kemasan/isi
ulang
6. Lainnya

Merupakan jenis
bahan bakar yang
digunakan oleh rumah
tangga responden
untuk aktivitas
memasak

1. Kayu bakar Ordinal
2. Minyak
tanah
3. Kayu bakar
dan Gas
4. Gas
5. Listrik
6. Lainnya

BPS
(2005)

Kepemilikan alat
transportasi
utama

Merupakan jenis alat
transportasi utama
yang dimiliki oleh
rumah tangga
responden

1. Gerobak
2. Sepeda
3. Sepeda
motor
4. Mobil
untuk
angkutan
umum
5. Mobil
untuk
pribadi
6. lainnya

Ordinal

BPS
(2005)

Tingkat
pendapatan

Rata-rata hasil (X)
kerja berupa uang
yang diperoleh tiap
individu per bulan,
tingkat pendapatan
diukur berdasarkan
rataan pendapatan
rumah tangga
responden.

< X : Rendah
= X : Sedang
> X : Tinggi

Ordinal

Rata-rata (X)
konsumsi/pe

Dokumen yang terkait

Pengalokasian Dana Corporate Social Responsibility sebagai Alternatif Biaya Pembangunan di Pemerintahan Kota Medan

2 90 101

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility Internal Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. Sinar SosroTanjung Morawa Sumatera Utara

4 49 116

Bentuk Program Corporate Social Responsibility Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal(Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

6 71 112

Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pada PT Tirta Investama)

4 73 131

Peranan Corporate Social Responbility Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Toba Samosir

8 76 101

Program Corporate Social Responsibility dan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Korelasional Peranan Program Corporate Social Responsibility Bidang Pemberdayaan Masyarakat PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat De

1 27 152

Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility Beasiswa dan Citra Perusahaan(Studi Kasus Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility Beasiswa Djarum Terhadap Peningkatan Citra Positif Perusahaan PT Djarum pada Mahasiswa US

4 66 121

Peranan Modal Sosial Untuk Meningkatkan Partisipasi Komunitas Dalam Program Corporate Soscial Responsibility (CSR)

0 14 97

Dampak Program Kemitraan Ekonomi Corporate Social Responsibility (Csr) Pt.Timah Terhadap Taraf Hidup Mitra Binaan Program

0 4 89

PENGARUH PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT ANEKA TAMBANG TERHADAP PENINGKATAN TARAF HIDUP MASYARAKAT KECAMATAN NANGGUNG KABUPATEN BOGOR

0 2 16