Evaluasi Pemalsuan Dedak Padi dengan Penambahan Serbuk Gergaji Menggunakan Uji Fisik
EVALUASI PEMALSUAN DEDAK PADI DENGAN PENAMBAHAN
SERBUK GERGAJI MENGGUNAKAN UJI FISIK
YUNIA DEVA ISTIKHODRIAH
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Pemalsuan
Dedak Padi dengan Penambahan Serbuk Gergaji Menggunakan Uji Fisik adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Yunia Deva Istikhodriah
NIM D24090059
ABSTRAK
YUNIA DEVA ISTIKHODRIAH. Evaluasi Pemalsuan Dedak Padi dengan
Penambahan Serbuk Gergaji Menggunakan Uji Fisik. Dibimbing oleh
MUHAMMAD RIDLA dan AHMAD DAROBIN LUBIS.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengevaluasi perubahan sifat fisik dedak
padi akibat penambahan serbuk gergaji. Serbuk gergaji dicampurkan pada dedak
padi dengan level yang berbeda 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Rancangan yang
digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 5 perlakuan dan 3
ulangan. Analisis data dilakukan dengan sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan
dengan uji Kontras Ortogonal. Penambahan serbuk gergaji pada perlakuan sangat
mempengaruhi sifat fisik dedak padi pada taraf uji 1%. Nilai sifat fisik dedak padi
berdasarkan perlakuan secara berturut-turut yaitu berat jenis (kg l-1) sebesar 1.33,
1.31, 1.29, 1.27 dan 1.24 (r = 98.59%), kerapatan tumpukan (g l-1) sebesar 275.27,
267.38, 259.55, 251.26 dan 243.13 (r = 97.97%), kerapatan pemadatan tumpukan
(g l-1) sebesar 432.30, 420.19, 405.08, 393.29 dan 385.61 (r = 98.64%), sudut
tumpukan (°) sebesar 39.90, 39.68, 39.35, 39.15 dan 38.95 (r = 98.28). Kelima
sifat fisik dapat digunakan untuk mendeteksi pemalsuan, tetapi berdasarkan hasil
korelasi, kerapatan pemadatan tumpukan memiliki nilai hubungan keeratan yang
paling tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa kerapatan pemadatan tumpukan
indikator yang paling baik untuk mendeteksi pemalsuan.
Kata kunci: dedak padi, serbuk gergaji, sifat fisik
ABSTRACT
YUNIA DEVA ISTIKHODRIAH. Evaluation Forgeries Rice Bran with the
Addition Sawdust Using Physical Test. Supervised by MUHAMMAD RIDLA
and AHMAD DAROBIN LUBIS.
The purpose of this study was to evaluate the changes in the physical
properties of rice bran as a result of the addition of sawdust. Sawdust mixed with
rice bran by different levels of 0%, 5%, 10%, 15% and 20%. The design used was
CRD (completely randomized design) with 5 treatments and 3 replications. Data
analysis was performed by analysis of variance (ANOVA) followed by orthogonal
contrast test. The addition of sawdust in the treatment in affecting the physical
properties of rice bran. Value of the physical properties of rice bran were specific
gravity (kg l-1) amounted to 1.33, 1.31, 1.29, 1.27 and 1.24 (r = 98.59%), bulk
density (g l-1) amounted to 275.27, 267.38, 259.55, 251.26 and 243.13 (r =
97.97%), compacted bulk density (g l-1) amounted to 432.30, 420.19, 405.08,
393.29 and 385.61 (r = 98.64% ), angle of repose (°) were 39.90, 39.68, 39.35,
39.15 and 38.95 (r = 98.28%). All of physical properties can be used to detect
forgeries, but based on the results of the correlation, compacted bulk density had
the highest closeness of the relationship. This results showed that compacted bulk
density was the best indicator to detect forgeries.
Keywords: physical properties, rice bran, sawdust
EVALUASI PEMALSUAN DEDAK PADI DENGAN PENAMBAHAN
SERBUK GERGAJI MENGGUNAKAN UJI FISIK
YUNIA DEVA ISTIKHODRIAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi :Evaluasi Pemalsuan Dedak Padi dengan Penambahan Serbuk
Gergaji Menggunakan Uji Fisik
Nama
:Yunia Deva Istikhodriah
NIM
: D24090059
Disetujui oleh
Dr Ir Muhammad Ridla, Magr
Pembimbing I
Dr Ir Ahmad Darobin Lubis, MSc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus: 4 Februari 2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melindungi dan membantu menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah pemalsuan bahan pakan dengan judul Evaluasi Pemalsuan
Dedak Padi dengan Penambahan Serbuk Gergaji Menggunakan Uji Fisik. Dedak
padi merupakan sisa dari penggilingan padi menjadi beras, bahan pakan ini
banyak digunakan dalam menyusun ransum ternak. Dedak padi memiliki
kandungan nutrisi yang berkualitas baik seperti protein kasar, lemak dan serat
kasar. Penulis akan mempelajari dan meneliti pengaruh penambahan bahan
pemalsu terhadap sifat fisik dedak padi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Kritik dan saran yang
penulis terima akan digunakan sebagai perbaikan pada perbaikan skripsi
mendatang. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna bagi pembaca dan
dunia peternakan. Terima kasih.
Bogor, Februari 2014
Yunia Deva Istikhodriah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE
Bahan
Alat
Lokasi dan Waktu Penelitian
Prosedur Penelitian
Analisis Sifat Fisik
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal Bahan
Dedak Padi
Serbuk Gergaji
Hasil Pengukuran Sifat Fisik Dedak Padi
Ukuran Partikel
Berat Jenis
Kerapatan Tumpukan
Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Sudut Tumpukan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH
xii
xii
xii
1
2
2
2
3
3
5
6
7
7
7
8
9
10
11
12
14
16
18
18
18
19
21
23
23
DAFTAR TABEL
1 Komposisi kimia dedak padi berdasarkan SNI (2001)
2 Sifat fisik dedak padi
3 Hasil uji fisik dedak padi pada berbagai perlakuan yang berbeda
7
8
9
DAFTAR GAMBAR
1 Perbedaan fisik dedak padi tanpa penambahan serbuk gergaji dan dedak
padi yang ditambahkan serbuk gergaji
2 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%) terhadap ukuran
partikel dedak padi (mm)
3 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%) terhadap berat jenis
dedak padi (kg l-1)
4 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%) terhadap kerapatan
tumpukan dedak padi (g l-1)
5 Grafik hubungan antara kerapatan tumpukan (g l-1) dengan berat jenis
(kg l-1)
6 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%) terhadap kerapatan
pemadatan tumpukan dedak padi (g l-1)
7 Grafik hubungan kerapatan pemadatan tumpukan (g l-1) dengan berat
jenis (kg l-1)
8 Grafik hubungan kerapatan pemadatan tumpukan (g l-1) dengan
kerapatan tumpukan (g l-1)
9 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%) terhadap sudut
tumpukan dedak padi (°)
10 Grafik hubungan sudut tumpukan (°) dengan berat jenis (kg l-1)
11 Grafik hubungan antara sudut tumpukan (°) dengan kerapatan
tumpukan (g l-1)
12 Grafik hubungan sudut tumpukan (°) dengan kerapatan pemadatan
tumpukan (g l-1)
2
10
12
12
13
14
15
15
16
17
17
18
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
ANOVA ukuran partikel dedak padi
ANOVA berat jenis dedak padi
ANOVA kerapatan tumpukan dedak padi
ANOVA kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi
ANOVA sudut tumpukan dedak padi
21
21
21
22
22
PENDAHULUAN
Pakan merupakan unsur utama dalam produksi ternak yang menentukan
kurang lebih 70% biaya produksi ternak (Retnani 2011). Bahan baku pakan yang
digunakan dalam menyusun ransum akan menentukan kualitas ransum tersebut.
Bahan baku dengan kualitas yang tidak baik akan meghasilkan ransum yang
kurang baik dan dapat menurunkan kualitas nutrisi dalam ransum tersebut.
Pemalsuan bahan pakan merupakan salah satu penyebab penurunan kualitas pakan.
Bahan baku pakan seringkali dipalsukan dengan bahan lain yang memiliki
kesamaan. Pemalsuan biasanya dilakukan oleh penyalur bahan pakan untuk
mendapat keuntungan. Pemalsuan ini dapat menurunkan kandungan nutrisi bahan
pakan (Maulana 2007). Bahan pakan yang sering dipalsukan salah satunya yaitu
dedak padi. Dedak padi merupakan bahan pakan yang sangat tinggi kebutuhannya
karena sebagian besar hewan ternak menggunakan dedak padi sebagai penyusun
ransumnya.
Dedak padi adalah bagian padi yang mempunyai kandungan nutrisi yang
tinggi seperti minyak, vitamin, protein dan mineral Aryono (2008). Kandungan
nutrisi dedak yang tinggi mengakibatkan dedak banyak dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan. Namun, kebutuhan dedak padi yang tinggi tidak diiringi
dengan ketersediaannya sehingga banyak orang yang melakukan pemalsuan
dengan bahan lain seperti serbuk gergaji. Produksi padi di Indonesia pada tahun
2011 mencapai 65.76 juta ton (BPS 2011), jika menurut Rachmat et al. (2004)
dedak padi merupakan 8 - 10% dari produksi padi maka dapat dikatakan bahwa
produksi dedak padi 6.57 juta ton. Sinaga dan Helmi (1999) menambahkan bahwa
pada musim kering dedak padi sangat sulit didapat sehingga ada penjual yang
menambahkan sekam atau serbuk gergaji kedalam dedak tersebut.
Serbuk gergaji merupakan limbah yang cukup melimpah dan banyak
dihasilkan dalam proses penggergajian serta belum banyak dimanfaatkan
fungsinya. Serbuk gergaji memiliki beberapa sifat diantaranya ukuranya relatif
seragam, berbobot ringan, mengandung bahan organik yang cukup tinggi dan
ketersediaannya melimpah (Tarkudi 2007). Menurut Hazra dan Syachri (1988)
dalam Armin (2001), serbuk gergaji kayu mengandung komponen kimia yang
terdiri dari komponen selulosa, lignin, hemiselulosa dan zat ekstraktif. Kandungan
serat kasar dari serbuk gergaji cukup tinggi, sehingga dedak padi yang dicampur
dengan serbuk gergaji serat kasarnya akan lebih tinggi dibandingkan dedak padi
tanpa campuran serbuk gergaji. Serbuk gergaji memiliki warna yang hampir sama
degan dedak padi, sehingga sering digunakan sebagai bahan pemalsu dedak padi.
Pemalsuan tersebut dapat diuji secara fisik, kimia dan biologis. Penelitian ini
menggunakan cara uji sifat fisik karena lebih cepat dan mudah dalam mendeteksi
pemalsuan dedak padi tersebut.
Sifat fisik merupakan sifat yang khas pada suatu bahan pakan, sehingga
dapat digunakan sebagai indikator pencampuran bahan lain. Syarifudin (2001)
menambahkan bahwa sifat fisik merupakan sifat dasar dari suatu bahan yang
mencakup aspek yang sangat luas, akan tetapi informasi hasil penelitian mengenai
sifat fisik bahan pakan masih sangat terbatas. Pemahaman tentang sifat fisik bahan
pakan dapat diaplikasikan terhadap pabrik pakan yaitu dalam memperhitungkan
kapasitas dan cara penyimpanan. Muchtadi dan Sugiyono (1989) menambahkan
2
pengetahuan tentang sifat fisik digunakan juga untuk menentukan keefisienan
suatu proses penanganan, pengolahan dan penyimpanan. Menurut Khalil (1999a),
sifat fisik bahan mencakup berat jenis, sudut tumpukan, kerapatan pemadatan
tumpukan, daya ambang dan lain-lain. Kandungan kimia dedak padi dapat dilihat
di SNI (2001), namun belum ada informasi mengenai sifat fisik dedak padi dan
serbuk gergaji yang dijadikan standar secara SNI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perubahan sifat fisik dedak padi
akibat penambahan serbuk gergaji.
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan meliputi dedak padi dan serbuk gergaji. Pengambilan
sampel dedak padi hanya dilakuakan satu kali pada penggilingan padi di daerah
Cilubang Tonggoh, Kabupaten Bogor. Mesin yang digunakan pada penggilingan
padi tersebut berjenis Huller merk ICHI N70 dengan ukuran screen 1 mm dan
kapasitas produksi 5 ton/hari. Dedak padi penelitian memiliki tekstur agak kasar
karena hanya melalui satu kali penyosohan. Penyosohan merupakan pemisahan
lapisan dedak dan lembaga dari butiran beras. Sedangkan serbuk gergaji diperoleh
dari pengusaha pengolahan kayu di daerah Ciomas, Kabupaten Bogor. Serbuk
gergaji yang digunakan berasal dari kayu sengon yang berwarna agak terang.
Perbedaan fisik dedak padi murni dengan dedak padi yang ditambahkan serbuk
gergaji dapat dilihat pada Gambar1.
(a)
(b)
Gambar 1 Penampakan fisik dedak padi (a) serbuk gergaji (b)
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Vibrator Ball Mill,
timbangan digital, alat pengukur sudut tumpukan, kantong plastik ukuran 5 kg,
mistar, corong plastik, gelas ukur 500 ml, sendok, pengaduk dan kuas.
3
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2013
bertempat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan serta Laboratorium Industri
Makanan Ternak, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Prosedur Penelitian
Persiapan Bahan
Dedak padi yang digunakan sebanyak 15 kg dan serbuk gergaji 2 kg. Dedak
padi dicampur hingga homogen dengan serbuk gergaji yang telah dikeringkan
sesuai dengan perlakuan. Bahan baku dedak padi yang digunakan sejumlah 500 g
pada perlakuan kontrol dan pada perlakuan lainnya sesuai dengan persentase
dedak padi yang ditentukan.
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan pada bahan baku dedak padi yaitu P0 (Dedak padi
tanpa penambahan serbuk gergaji), P1 (Campuran dedak padi 95% dengan
penambahan serbuk gergaji 5%), P2 (Campuran dedak padi 90% dengan
penambahan serbuk gergaji 10%), P3 (Campuran dedak padi 85% dengan
penambahan serbuk gergaji 15%), P4 (Campuran dedak padi 80% dengan
penambahan serbuk gergaji 20%).
Analisis Kadar Air
Dedak padi dan serbuk gergaji diukur kadar airnya dengan meletakkan
bahan di dalam cawan alumunium sebanyak 3 g sebelum dimasukkan ke dalam
oven 105 °C selama 6 jam hingga beratnya konstan. Kadar air dinyatakan dalam
satuan persen (%) bahan kering dengan menggunakan persamaan AOAC (2005):
% Kadar air =
Berat awal - Berat akhir (g)
x 100%
Berat awal (g)
Analisis Kadar Abu
Penentuan kadar abu dilakukan dengan cara cawan porselin yang telah
dikeringkan dalam oven 105 °C didinginkan di dalam eksikator selama 30 menit
kemudian ditimbang (A). Sampel ditimbang sekitar 2 g dan dimasukan ke dalam
cawan porselin (B) kemudian masukan ke dalam oven bersuhu 550 °C - 600 °C
selama 24 jam. Setelah selesai suhu tungku pengabuan diturunkan hingga suhu
40 °C. Cawan porselen dikeluarkan dan didinginkan ke dalam eksikator selama 30
menit, kemudian ditimbang bobotnya (C). Kadar abu dapat dihitung berdasarkan
persamaan AOAC (2005) :
Kadar abu % =
B- C-A
x 100%
B
4
Analisis Kadar Protein Kasar
Penentuan kadar protein kasar dengan cara sampel ditimbang sekitar 2 g
(W) kemudian dimasukkan ke dalam labu destruksi dengan ditambah 2 tablet
katalis, beberapa butir batu didih, 15 ml H2SO4 pekat dan 3 ml hidrogen peroksida
secara berlahan dan didiamkan 10 menit dalam ruang asam. Destruksi dilakukan
pada suhu 410 °C selama 2 jam sampai larutan jernih. Sampel hasil destruksi
didiamkan hingga mencapai suhu kamar dan tambahkan 50 - 75 ml aquades.
Tahap destilasi menggunakan 25 ml larutan H3BO3 4% dan dimasukkan
dalam erlenmeyer. Labu yang berisi hasil destruksi dipasang pada rangkaian alat
destilasi uap kemudian ditambahkan 50 - 75 ml laurat natrium hidroksida dan
natrium tiosulfat. Selanjutnya destilat ditampung kedalam erlenmeyer tersebut
hingga volume mencapai 150 ml (hasil destilasi akan berubah menjadi warna
kuning). Titrasi hasil destilat dengan HCl 0.2 N yang sudah dibakukan sampai
warna berubah dari hijau menjadi abu-abu netral. Protein kasar dihitung
menggunakan persamaan AOAC (2005) :
Kadar protein kasar (%) =
Va - Vb HCl x N HCl x 14.007 x 6.25
x 100%
W x 100
Keterangan :
Va = ml HCl untuk titrasi sampel
Vb = ml HCl untuk titrasi blanko
N = Normalitas HCl
W = Berat sampel
Analisis Kadar Lemak Kasar
Labu terlebih dahulu dikeringkan dalam oven kemudian didinginkan
dalam eksikator dan ditimbang hingga bobot tetap (A). Sampel ditimbang
sebanyak 2 g (B) dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak. Selanjutnya
dimasukkan 150 ml N-heksana ke dalam labu dan selongsong lemak ke dalam
ekstraktor sokhlet kemudian pasang rangkaian sokhlet dengan benar. Ekstraksi
dilakukan pada suhu 60 °C selama 8 jam. Campuran lemak dan heksana dalam
labu dievaporasi sampai kering. Labu yang berisi lemak dimasukkan ke dalam
oven bersuhu 105 °C selama kurang lebih 2 jam untuk menghilangkan sisa Nheksana dan air. Labu dan lemak didinginkan dalam eksikator selama 30 menit.
Labu yang berisi lemak ditimbang (C) sampai berat konstan. Kadar lemak dalam
bahan dapat dihitung dengan persamaan AOAC (2005) :
Kadar lemak (%) =
C-B
x 100%
A
AnalisisKadar Serat Kasar
Sampel ditimbang sebanyak 0.5 g (X) dan dimasukan 50 ml H2SO4 0.3 N
kedalam gelas piala 500 ml kemudian dipanaskan selama 30 menit (dari
mendidih). Setelah itu ditambahkan 25 ml NaOH 1.5 N dan dididihkan kembali
selama 30 menit. Cairan disaring dengan kertas saring (A) menggunakan corong
Buchner dan dibilas dengan 50 ml air panas hingga netral, dicuci dengan 50 ml
5
H2SO4, kemudian bilas kembali dengan 50 ml air panas hingga netral dan disiram
25 ml aceton. Keringkan kertas saring dan isinya dengan cara dipanaskan dalam
oven pada suhu 105 °C, lalu angkat dan dinginkan dalam eksikator kemudian
ditimbang (Y), setelah itu dipijarkan dalam tanur sampai putih dan didinginkan
kembali serta ditimbang (Z). Perhitungan kadar serat kasar menggunaan
persamaan AOAC (1999):
Y-Z-A
x 100%
Kadar serat kasar % =
X
Analisis Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen (BETN)
Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dapat dihitung setelah
diketahui hasil analisa proksimat seperti kadar air, kadar abu, kadar protein kasar,
kadar lemak kasar dan kadar serat kasar dengan persamaan AOAC (1999) :
BETN = 100% - (Air + Abu + Protein kasar + Lemak kasar + Serat
kasar) %
Analisis Sifat Fisik
Ukuran Partikel. Teknik yang dipakai untuk menentukan ukuran partikel
adalah menggunakan alat vibrator ball mill nomor mesh 4, 8, 16, 30, 50, 100, 400.
Bahan ditimbang sebanyak 500 g dan diletakkan pada bagian paling atas dari
sieve, lalu dilakukan penyaringan bahan yang tertinggal pada tiap saringan.
Derajat kehalusan (modulus of Fineness) bahan diperoleh setelah menjumlahkan
hasil dari perkalian antara persentase bahan yang tertinggal di sieve dangan nomor
perjanjian/nomor mesh, berikut persamaannya Henderson dan Perry (1981):
Kadar kehalusan KK =
∑ % Bahan tertinggal pada tiap mesh x No. Perjanjian
100
Ukuran partikel diukur dengan rumus sebagai berikut :
Ukuran partikel rata- rata = (4.1x10-4) x 2MF x 2.54 cm x 10 mm
Berat Jenis. Berat jenis diukur dengan menggunakan prinsip hukum
Archimedes. seperti yang dilakukan Khalil (1999a), yaitu melihat perubahan
volume aquades pada gelas ukur (500 ml) setelah memasukkan bahan-bahan yang
massanya (50 g) ke dalam gelas ukur 500 ml yang berisi aquades 200 ml,
kemudian dilakukan pengadukan untuk mempercepat jalannya udara antar partikel
bahan selama pengadukan. Perhitungan menggunakan persamaan Khalil (1999a)
dengan satuan yang dimodifikasi dari g ml-1 menjadi kg l-1 :
Berat jenis =
Bobot bahan (g)
Perubahan volume aquades (ml)
6
Kerapatan Tumpukan. Kerapatan tumpukan diukur dengan mencurahkan
bahan sebanyak 50 g ke dalam gelas ukur 500 ml, kemudian volumenya diukur
untuk mengetahui besarnya kerapatan tumpukan. Pencurahan bahan menggunakan
corong.Perhitungan kerapatan tumpukan diperoleh dengan persamaan Khalil
(1999a) dengan satuan yang dimodifikasi dari kg m-3 menjadi g l-1 :
Kerapatan tumpukan =
Berat bahan (g)
volume yang ditempati (ml)
Kerapatan Pemadatan Tumpukan. Kerapatan pemadatan tumpukan
diukur dengan memasukkan sampel secara curah dengan bobot (50 g) ke dalam
gelas ukur (500 ml). Pencurahan bahan dibantu dengan corong plastik dan
dilakukan proses pemadatan dengan cara menggoyang-goyangkan gelas ukur
secara manual sampai volume tidak berubah lagi. Volume diukur setelah
dilakukan pemadatan. Besarnya nilai kerapatan pemadatan tumpukan sangat
tergantung pada intensitas proses pemadatan, sedangkan volume yang dibaca
merupakan volume terkecil yang diperoleh selama penggoyangan. Kerapatan
pemadatan tumpukan dihitung dengan persamaan Khalil (1999a):
Kerapatan pemadatan tumpukan =
Berat bahan (g)
volume ruang setelah dipadatkan (ml)
Sudut Tumpukan. Sudut tumpukandiukur dengan cara menjatuhkan bahan
sebanyak 500 g menggunakan corong pada bidang datar. Sudut tumpukan bahan
diketahui dengan mengukur diameter dasar (d) dan tinggi (t) tumpukan. Sudut
tumpukan dinyatakan dalam satuan derajat (°). Perhitungan sudut tumpukan
diperoleh dengan persamaan Khalil (1999a):
Sudut tumpukan = Arc tan 2t.d-1
Analisis Data
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah RAL (Rancangan
Acak Lengkap) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Model Matematika dari
rancangan yang digunakan adalah
Yij = μ + τi+ εij
Keterangan:
Yij
= Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ
= Rataan umum
τi
= Efek perlakuan ke-i
εij
= Error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Analisis data dilakukan dengan sidik ragam (ANOVA), jika data yang
diperoleh berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Kontras Ortogonal (Steel
dan Torrie 1993).
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal Bahan
Dedak Padi
Dedak padi kontrol (P0) dalam penelitian memiliki warna coklat, tekstur
yang halus dan memiliki bau khas dedak padi. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Maulana (2007) yang melaporkan bahwa dedak padi memiliki warna
coklat muda, tekstur yang lebih halus, dan bau khas dedak padi yang menyengat.
Kushartono (2000) menambahkan bahwa dedak padi yang baik memiliki warna
coklat, partikel yang halus dan rata, baunya segar tidak tengik, serta tidak adanya
campuran sekam. Perbedaan mutu dedak padi yang dihasilkan dari penggilingan
menurut Mariyono dan Romjali (2007) menyatakan bahwa nutrisi dedak padi
sangat bervariasi tergantung pada jenis padi dan mesin penggilingan. Hal tersebut
dapat diantisipasi dengan cara memperbaiki sistem penggilingan yang ada dan
meningkatkan cara penyimpanan dedak padi sehingga kualitas nutrisinya dapat
terjamin. Hasil analisis proksimat dedak padi yang digunakan dalam penelitian
dapat dilihat dalam Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1dapat dikatakan bahwa dedak
padi penelitian sudah termasuk kedalam dedak padi mutu II berdasarkan SNI
(2001).
Tabel 1 Komposisi kimia dedak padi berdasarkan persentase bahan kering
Nutrien
Dedak padi
penelitian
Air (%)
SNI dedak padi
Mutu I
Mutu II
Mutu III
10.18
Maks 12
Maks 12
Maks12
PK (%)
10.53
Min 11
Min 10
Min 8
SK (%)
15.42
Maks 11
Maks14
Maks16
Abu (%)
11.23
Maks11
Maks13
Maks15
LK (%)
BETN (%)
22.04
40.78
Maks15
40
Maks20
31
Maks20
29
Sumber : SNI (2001)
SNI: standarisasi nasional indonesia, PK: protein kasar, SK: serat kasar, LK: lemak kasar, BETN:
bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Sifat fisik dedak padi dapat diketahui dengan melakukan pengukuran seperti
ukuran partikel, berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan
dan sudut tumpukan (Tabel 2). Pengukuran sifat fisik merupakan salah satu cara
yang paling cepat untuk mendeteksi pemalsuan dedak padi di lapangan. Hasil
pengukuran sifat fisik dedak padi dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
8
Tabel 2 Sifat fisik dedak padi
Dedak padi
Dedak
Parameter
padi
I
Ukuran partikel (mm)
1.19
-1
Berat jenis (kg l )
1.33
1.11
-1
Kerapatan tumpukan (gl )
275.27 270.00 - 362.00
-1
Kerapatan pemadatan tumpukan (g l )
432.30 425.00 - 557.50
Sudut tumpukan (°)
39.90 44.67
Dedak padi
II
2.21 - 3.22
1.29
238.70 - 287.52
350.99
34.11 - 42.92
Dedak padi I : Irawan (2006), dedak padi II : Aryono (2008).
Berdasarkan Tabel 2, jika dibandingkan dengan hasil penelitian Irawan
(2006) dapat dijelaskan bahwa dedak padi penelitian memiliki nilai kerapatan
tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan yang termasuk kedalam kisaran
penelitian tersebut, namun memiliki nilai berat jenis yang lebih tinggi dan sudut
tumpukan yang lebih rendah. Jika dibandingkan dengan penelitian Aryono (2008),
dedak padi penelitian memiliki nilai ukuran partikel yang lebih rendah, namun
berat jenis dan kerapatan pemadatan tumpukan yang lebih tinggi. Kerapatan
tumpukan dan sudut tumpukan penelitian masih termasuk kedalam kisaran
penelitian tersebut. Perbedaan beberapa nilai sifat fisik antara dedak penelitian
dan dedak dalam literatur disebabkan oleh beberapa faktor yaitu varietas, proses
penggilingan dan daerah pengambilan dedak padi yang berbeda.Hal ini sesuai
dengan pendapat Widowati (2001) dan Patiwiri (2006) yang menyatakan adanya
perbedaan mutu dedak padi dari penggilingan padi disebabkan oleh varietas padi
dan teknik penggilingan (karakteristik mesin dan penyetelannya, pengaturan
saringan).
Serbuk Gergaji
Serbuk gergaji yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari pengusaha
pengolahan kayu di daerah Ciomas, Kabupaten Bogor. Secara organoleptik,
serbuk gergaji memiliki warna dan tekstur yang hampir sama dengan dedak padi,
sehingga sering digunakan sebagai bahan pemalsu dedak padi. Salah satu cara
yang paling cepat untuk mendeteksi pemalsuan tersebut yaitu dengan melakukan
uji sifat fisik. Pemalsuan dedak padi juga dapat diketahui dengan melakukan
pengujian secara kimia. Pengujian kimia lebih dapat dipercaya kebenarannya
namun membutuhkan waktu yang relatif lama. Serbuk gergaji penelitian memiliki
memiliki kadar air sebesar 6.84%, abu 0.43%, protein kasar 1.17%, serat kasar
43.98%, lemak kasar 2.94% dan BETN 44.64%. Data tersebut menunjukkan nilai
yang lebih rendah dibandingkan dedak padi kecuali pada nilai serat kasar serbuk
gergaji yang jauh lebih tinggi dibandingkan dedak padi. Hal ini didukung oleh
pernyataan Hazra dan Syachri (1988) bahwa serbuk gergaji kayu mengandung
komponen kimia yang terdiri dari komponen selulosa, lignin, hemiselulosa, dan
zat ekstraktif. Berdasarkan hasil pengukuran sifat fisik, serbuk gergaji yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai ukuran partikel yang lebih tinggi
dibandingkan dedak padi yaitu sebesar 1.43 mm. Nilai berat jenis, kerapatan
tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan sudut tumpukan serbuk gergaji
lebih rendah dibandingkan dedak padi penelitian berturut-turut sebesar 0.909 kg l-
9
1
, 121.95 g l-1, 208.33 g l-1 dan 36.95°. Pustaka yang menjelaskan tentang sifat
fisik dan komposisi kimia dari serbuk gergaji belum ada yang terpublikasikan
sehingga dapat dikatakan bahwa ini merupakan penelitian pertama yang
mengukur sifat fisik serbuk gergaji.
Hasil Pengukuran Sifat Fisik Dedak Padi
Dedak padi yang dipalsukan dengan pencampuran serbuk gergaji akan
mempengaruhi karakteristik sifat fisik dedak tersebut. Penambahan serbuk gergaji
pada level yang berbeda akan menurunkan kualitas nutrisi dan karakteristik sifat
fisik dedak padi. Hasil uji sidik ragam sifat fisik meliputi ukuran partikel, berat
jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan sudut tumpukan
dedak padi pada berbagai perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Sifat fisik dan kadar air dedak padi dengan berbagai perlakuan
Parameter
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
KA (%)
9.24±0.03
9.14±0.47
8.91±0.15
8.67±0.06
8.49±0.17
UP (mm)
1.19±0.01e
1.21±0.01d
1.23±0.01c
1.25±0.01b
1.28±0.01a
BJ (kg l-1)
1.33±0.01a
1.31±0.01b
1.29±0.01c
1.27±0.01d
1.24±0.01e
275.27±4.33a
267.38±1.25b
259.55±3.40c
251.26±1.26d
243.13±2.45e
432.30±4.29a
420.19±3.53b
405.08±1.33c
393.29±0.36d
385.61±1.72e
-1
KT (g l )
-1
KPT (g l )
ST (°)
39.9±0.06a
39.68±0.05b
39.35±0.11c
39.15±0.04d
38.95±0.01e
Angka-angka pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan sangat nyata pada taraf uji
1%; P0 adalah dedak padi tanpa dicampur bahan pemalsu, P1 adalah 95% dedak padi + 5% serbuk
gergaji, P2 adalah 90% dedak padi + 10% serbuk gergaji, P3 adalah 85% dedak padi + 15% serbuk
gergaji, P4 adalah 80% dedak padi + 20% serbuk gergaji.
Menurut Gauthama (1998) nilai sifat fisik berbeda antara jenis pakan yang
satu dengan yang lainnya. Tabel 3 menjelaskan bahwa penambahan serbuk gergaji
dalam persentase yang berbeda ( 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%) berpengaruh nyata
terhadap sifat fisik dedak padi pada taraf uji 1%. Penambahan serbuk gergaji
mengakibatkan kadar air bahan menurun dan bahan menjadi kering sehingga
ketika digenggam akan sulit menggumpal. Nilai berat jenis, kerapatan tumpukan
dan kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi menurun seiring dengan
penambahan serbuk gergaji. Hal ini disebabkan oleh volumenya yang semakin
tinggi. Persentasi penambahan serbuk gergaji yang semakin banyak megakibatkan
dedak padi tersebut bersifat voluminus atau memerlukan volume ruang yang lebih
besar. Nilai sudut tumpukan yang menurun seiring dengan meningkatnya
persentasi penambahan serbuk gergaji menunjukkan bahwa dedak tersebut
semakin bebas bergarak. Namun berdasarkan Fasina and Sokhansanj (1993),
dedak padi perlakuan memiliki laju alir medium yaitu berkisar antara 38 ° - 45 °.
10
Ukuran partikel (mm)
Ukuran Partikel
Dedak padi kontrol yang diperoleh dari penggilingan padi memiliki nilai
ukuran partikel sebesar 1.19 mm. Nilai tersebut diperoleh karena adanya pengaruh
dari proses penggilingan dan beberapa faktor yang lain. Menurut Aryono (2008),
besarnya ukuran partikel dedak padi yang dihasilkan diperkirakan akibat dari
proses husking yang kurang sempurna yang mengakibatkan terdapatnya gabah
kering giling yang belum terkupas kulitnya yang ikut masuk ke dalam mesin
polisher. Menurut Patiwiri (2006) kualitas pengupasan bergantung pada beberapa
faktor, seperti jenis padi, kualitas padi, kadar air gabah, karakteristik mesin dan
penyetelannya (kekerasan karet, kecepatan putaran rol, tekanan rol, lebar rol, jarak
rol, jumlah bahan bakar yang dimasukkan, pengaturan saringan). Simanjuntak
(1999) menambahkan bahwa perbedaan ukuran partikel dedak padi yang
dihasilkan disebabkan oleh proporsi fraksi partikel antara dedak, bekatul, menir
dan beras patah berbeda.
Nilai ukuran partikel serbuk gergaji lebih tinggi dari dedak padi yaitu
sebesar 1.43 mm, sehinggapenambahan serbuk gergaji sangat nyata meningkatkan
ukuran partikel dedak padi perlakuan pada taraf uji 1%. Penambahan serbuk
gergaji meningkatkan nilai ukuran partikel perlakuan (P1, P2, P3 dan P4) sebesar
1.21 mm, 1.23 mm, 1.25 mm dan 1.28 mm. Schmidt and Furlong (2012)
menyatakan nilai ukuran partikel dedak murni berkisar antara 0.18 sampai 0.36
mm, jika dibandingkan dengan data hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa
pemalsuan sudah dapat terdeteksi pada penambahan 5% serbuk gergaji. Hubungan
keeratan antara penambahan sekam dan nilai ukuran partikel pada penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 2.
y = 0.004x + 1.189
R² = 0.957
r = 97.83%
1.300
1.280
1.260
1.240
1.220
1.200
1.180
1.160
0
10
20
30
Penambahan serbuk gergaji (%)
Gambar 2 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%)
terhadap ukuran partikel (mm) dedak padi
Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa setiap penambahan 1%
serbuk gergaji pada dedak padi akan meningkatkan nilai ukuran partikelnya
sebesar 4x10-3 mm. Pencampuran serbuk gergaji dalam dedak padi memiliki
hubungan keeratan yang sangat besar (r = 97.83%). Nilai ukuran partikel
perlakuan meningkat karena ukuran partikel serbuk gergaji lebih besar
dibandingkan ukuran partikel dedak padi kontrol. Ukuran partikel bahan pakan
harus disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Ternak unggas lebih menyukai
11
pakan dengan ukuran partikel yang lebih kecil untuk mempermudah dalam proses
pencernaannya, sedangkan ternak ruminansia kurang cocok jika diberi pakan yang
ukuran partikelnya terlalu kecil karena akan menurunkan palatabilitasnya. Ukuran
partikel dedak padi seharusnya disamakan dengan serbuk gergaji untuk
memperkecil perbedaan ukuran partikel sehingga tidak mempengaruhi sifat fisik
yang lain. Ukuran partikel dedak padi dan serbuk gergaji dalam penelitian tidak
disamakan terlebih dahulu karena serbuk gergaji sudah didapatkan dalam kondisi
halus, sehingga ukuran partikel tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi sifat
fisik.
Berat Jenis
Dedak padi kontrol dalam penelitian memiliki berat jenis sebesar 1.33 kg l-1.
Nilai tersebut diperoleh karena berat jenis dipengaruhi oleh bentuk dan
karakteristik permukaan partikel. Sesuai dengan Wirakartakusumah et al. (1992)
yang menyatakan bahwa nilai berat jenis bahan ditentukan oleh unsur penyusun
bahan, bentuk serta karakteristik permukaan partikel. Lebih lanjut Suadnyana
(1998) menyatakan bahwa nilai berat jenis senentiasa dipengaruhi oleh nutrisi
bahan dan karakteristik permukaan partikel. Serbuk gergaji memiliki nilai berat
jenis yang jauh lebih rendah dari dedak padi yaitu sebesar 0.909 kg l-1. Nilai berat
jenis serbuk gergaji yang rendah menunjukkan bahwa bahan tersebut memiliki
sifat bulky. Sesuai dengan pendapat Gauthama (1998) yang menyatakan bahwa
berat jenis merupakan indikator dalam menentukan sifat bulky suatu bahan dan
faktor penentu kerapatan tumpukan. Perbedaan nilai berat jenis dedak padi dan
serbuk gergaji yang besar mengakibatkan penurunan nilai berat jenis pada
perlakuan. Hal ini disebabkan karena serbuk gergaji akan mengubah permukaan
dedak padi menjadi tidak kompak dan mudah terpisah sesuai pernyataan Khalil
(1999a), pakan yang terdiri atas partikel yang berat jenisnya berbeda cukup besar
maka campuran bahan tersebut tidak stabil dan cenderung terpisah kembali.
Berat jenis kelima perlakuan dedak padi (P0, P1, P2, P3 dan P4) menurun
seiring dengan penambahan serbuk gergaji pada taraf uji 1%. Penambahan serbuk
gergaji akan menurunkan nilai berat jenis pada perlakuan (P1, P2, P3 dan P4)
sebesar 1.31 kg l-1, 1.29 kg l-1, 1.27 kg l-1 dan 1.24 kg l-1. Simanjuntak (1999)
melaporkan bahwa nilai berat jenis dedak padi sebesar 1.30 g ml-1, sehingga jika
dibandingkan dengan data hasil penelitian dapat dikatakan bahwa pemalsuan telah
dapat terdeteksi pada penambahan 10% serbuk gergaji. Berdasarkan Gambar 3
dapat diketahui bahwa setiap penambahan 1 % serbuk gergaji akan menurunkan
nilai berat jenis sebesar 4x10 -3 kg l-1. Pencampuran serbuk gergaji dalam dedak
padi memiliki hubungan keeratan yang sangat besar (r = 98.59%).
Menurut Khalil (1999a) berat jenis memegang peranan penting dalam
berbagai proses pengolahan, penanganan dan penyimpanan. Berat jenis juga
sangat menentukan tingkat ketelitian dalam proses penakaran secara otomatis
yang umum diterapkan pada pabrik pakan, seperti dalam proses pengemasan dan
proses pengeluaran bahan dari silo untuk dicampur atau digiling. Berbeda halnya
dengan Amrullah (2003) yang menyatakan bahwa berat jenis akan meningkatkan
jumlah ransum yang dapat ditampung dalam tembolok per satuan waktu.
12
y = -0.004x + 1.328.
R² = 0.972
r = 98.59%
Berat jenis (kg l-1)
1.34
1.32
1.3
1.28
1.26
1.24
1.22
0
5
10
15
20
25
Penambahan serbuk gergaji (%)
Gambar 3 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%)
terhadap berat jenis (kg l-1) dedak padi
Kerapatan tumpukan
(g l-1)
Kerapatan Tumpukan
Kerapatan tumpukan dedak padi kontrol dalam penelitian ini sebesar 275.27
-1
g l . Nilai tersebut diperoleh karena adanya pengaruh dari berat jenis bahan.
Khalil (1999a) menyatakan bahwa berat jenis merupakan faktor penentu dari
kerapatan tumpukan. Nilai kerapatan tumpukan serbuk gergaji lebih rendah dari
dedak padi yaitu sebesar 121.95 g l-1, sehingga penambahan serbuk gergaji
menurunkan kerapatan tumpukan dedak padi perlakuan (5%, 10%, 15% dan 20%)
sebesar 267.38 g l-1, 259.54 g l-1, 251.26 g l-1 dan 243.13 g l-1 pada taraf uji 1%.
Irawan (2006) melaporkan kerapatan tumpukan dedak padi berkisar antara 270 362.5 g l-1, jika dibandingkan dengan nilai kerapatan tumpukan perlakuan dapat
dinyatakan bahwa pemalsuan telah dapat terdeteksi pada penambahan 5% serbuk
gergaji. Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui bahwa setiap penambahan 1 %
serbuk gergaji pada dedak padi akan menurunkan nilai kerapatan tumpukan
sebesar 1.6 g l-1 dengan hubungan keeratan sebesar (r = 97.97 %). Hubungan
keeratan antara penambahan serbuk gergaji dan nilai kerapatan tumpukan dedak
padi pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
280
y = -1.608x + 275.4
R² = 0.960
r = 97.97%
270
260
250
240
230
0
5
10
15
20
25
Penambahan serbuk gergaji (%)
Gambar 4 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%)
terhadap kerapatan tumpukan (gl-1) dedak padi
13
Kerapatan tumpukan
(g l-1)
Penambahan serbuk gergaji pada dedak padi dalam penelitian
mengakibatkan semakin menurunnya nilai kerapatan tumpukan, hal tersebut
mengakibatkan waktu jatuh atau waktu mengalir bahan lebih lama. Sesuai dengan
pendapat Ruttlof (1981) yang menyatakan bahwa bahan dengan kerapatan
tumpukan rendah (lebih kecil dari 450 kg m-3) membutuhkan waktu jatuh atau
waktu untuk mengalir yang lebih lama dan dapat ditimbang lebih teliti, sedangkan
bahan dengan kerapatan tumpukan tinggi (lebih besar dari 1000 kg m-3) bersifat
sebaliknya.
Khalil (1999a) menyatakan bahwa nilai berat jenis merupakan faktor
penentu dari kerapatan tumpukan. Perbedaan pengukuran nilai berat jenis dan
kerapatan tumpukan yaitu berat jenis merupakan perbandingan antara massa
bahan dengan penambahan volume ruang yang telah berisi air, sedangkan
kerapatan tumpukan merupakan perbandingan antara massa bahan dengan volume
ruang yang ditempati melalui proses pencurahan, sehingga berat jenis merupakan
faktor penentu dari kerapatan tumpukan pada bahan yang memiliki tekstur, ukuran
partikel dan kandungan air yang serupa. Lebih lanjut Mundzir (2007) menyatakan
bahwa berat jenis menjadi faktor penentu dari kerapatan tumpukan bahan yang
memiliki tekstur, ukuran partikel dan kandungan air yang serupa. Hal ini sesuai
dengan hasil pengukuran dalam penelitian yang menyatakan bahwa kerapatan
tumpukan memiliki hubungan keeratan dengan berat jenis sebesar (r = 96.59%).
Hubungan keeratan antara kerapatan tumpukan dan berat jenis dapat dilihat pada
Gambar 5.
280
270
260
y = 378.9x - 228.3
R² = 0.933
r = 96.59%
250
240
230
1.2
1.25
1.3
1.35
Berat jenis (kg l-1)
Gambar 5 Grafik hubungan antara kerapatan tumpukan (g l-1) dengan
berat jenis (kg l-1) dedak padi
Kerapatan tumpukan merupakan cara pengukuran sifat fisik bahan yang
paling efektif karena cara pengukurannya lebih cepat dan praktis sehingga tidak
membutuhkan alat yang canggih atau mahal untuk mengukurnya. Nilai hubungan
keeratannya juga cukup besar (r = 97.97%). Irawan (2006) menyatakan, kerapatan
tumpukan memegang peranan penting dalam menghitung volume ruang yang
dibutuhkan suatu bahan dengan berat tertentu seperti proses pengisian silo, alat
pencampur dan elevator. Lebih lanjut Syarief dan Irawati (1993) menambahkan
bahwa kerapatan tumpukan penting diketahui dalam merencanakan suatu gudang
penyimpanan dan volume alat pengolahan.
14
Kerapatan pemadatan
tumpukan (g l-1)
Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Nilai kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi kontrol penelitian sebesar
432.30 g l-1. Nilai tersebut diperoleh karena adanya pengaruh dari proses
pengukuran seperti pemadatan. Sesuai pernyataan Khalil (1999a), besarnya nilai
kerapatan pemadatan tumpukan tergantung pada jenis bahan serta cara intensitas
proses pemadatan. Serbuk gergaji memiliki nilai kerapatan pemadatan tumpukan
lebih rendah dibandingkan dedak padi yaitu sebesar 208.33 g l-1, sehingga
penambahan serbuk gergaji dengan persentase yang berbeda menurunkan nilai
kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi pada taraf uji 1%. Penambahan serbuk
gergaji akan menurunkan kerapatan pemadatan tumpukan pada perlakuan (P1, P2,
P3 dan P4) sebesar 420.19 g l-1, 405.08 g l-1, 393.29 g l-1 dan 385.61 g l-1. Irawan
(2006) melaporkan bahwa nilai kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi
berkisar antara 425 - 557.5 g l-1, sehingga jika dibandingkan dengan data hasil
penelitian dapat dikatakan bahwa pemalsuan sudah dapat terdeteksi pada
penambahan 5% serbuk gergaji.
Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa setiap penambahan 1 %
serbuk gergaji pada dedak padi akan menurunkan nilai kerapatan pemadatan
tumpukan sebesar 2.405 g l-1 dan memiliki hubungan keeratan yang sangat besar (r
= 98.64 %). Hubungan keeratan antara penambahan serbuk gergaji dan nilai
kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi pada penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 6.
440
430
420
410
400
390
380
y = -2.405x + 431.3
R² = 0.973
r = 98.64%
0
5
10
15
20
Penambahan serbuk gergaji (%)
25
Gambar 6 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%)
terhadap kerapatan pemadatan tumpukan (g l-1) dedak
padi
Kerapatan pemadatan tumpukan juga memiliki hubungan keeratan dengan
berat jenis sebesar (r = 97.42%). Menurut Gauthama (1998), nilai berat jenis
bahan mempengaruhi nilai kerapatan pemadatan tumpukan, hal ini disebabkan
karena keduanya dipengaruhi oleh distribusi kadar air dan karakteristik ukuran
partikel bahan. Pemadatan bahan yang mempunyai berat jenis tinggi akan
meningkatkan tingkat kepadatannya, sehingga berat bahan tiap satuan volume
akan meningkat. Hubungan keeratan antara kerapatan pemadatan tumpukan dan
berat jenis dedak padi dapat dilihat pada Gambar 7.
Kerapatan pemadatan
tumpukan (g l-1)
15
440
430
420
410
400
390
380
370
y = 568.0x - 323.6
R² = 0.949
r = 97.42%
1.2
1.25
1.3
Berat jenis (kg l-1)
1.35
Gambar 7 Grafik hubungan kerapatan pemadatan tumpukan (g l-1)
dengan berat jenis (kg l-1)
Kerapatan pemadatan
tumpukan (g l-1)
Berdasarkan hasil pengukuran dalam penelitian, terdapat hubungan keeratan
antara kerapatan pemadatan tumpukan dengan kerapatan tumpukan sebesar (r =
96.28%). Hal ini sesuai dengan pendapat Gauthama (1998) yang menjelaskan
bahwa nilai kerapatan tumpukan berhubungan erat dengan kerapatan pemadatan
tumpukan karena metode pengukuran yang digunakan hampir sama. Hubungan
keeratan antara kerapatan pemadatan tumpukan dan kerapatan tumpukan dapat
dilihat pada Gambar 8.
440
430
420
410
400
390
380
370
y = 1.431x + 36.15
R² = 0.927
r = 96.28%
220
240
260
280
Kerapatan tumpukan (g l-1)
Gambar 8 Grafik hubungan kerapatan pemadatan tumpukan (g l-1) dengan
kerapatan tumpukan (g l-1)
Berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui bahwa nilai kerapatan pemadatan
tumpukan akan meningkat apabila nilai kerapatan tumpukan meningkat. Sesuai
dengan Simanjuntak (1999) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang
sangat erat antara nilai kerapatan tumpukan dengan kerapatan pemadatan
tumpukan. Nilai kerapatan pemadatan tumpukan akan meningkat apabila nilai
kerapatan tumpukan meningkat.
16
Sudut tumpukan (°)
Sudut Tumpukan
Dedak padi kontrol dalam penelitian memiliki sudut tumpukan sebesar
39.90°. Nilai tersebut diperoleh karena adanya pengaruh dari sifat fisik yang
lainnya seperti berat jenis dan kerapatan tumpukan. Hal ini sesuai dengan Khalil
(1999b) yang menyatakan bahwa besarnya sudut tumpukan sangat dipengaruhi
oleh ukuran, bentuk dan karakteristik permukaan partikel, kandungan air, berat
jenis dan kerapatan tumpukan. Nilai sudut tumpukan serbuk gergaji lebih rendah
dari dedak padi yaitu sebesar 36.95°, sehingga penambahan serbuk gergaji
menurunkan sudut tumpukan dedak padi perlakuan (5%, 10%, 15% dan 20%)
sebesar 39.68°, 39.35°, 39.15° dan 38.95° pada taraf uji 1%. Sudut tumpukan
dedak padi kontrol dalam penelitian lebih rendah dari hasil pengukuran Williams
and Rosentrater (2004) yaitu sebesar 45°, sehingga dapat dinyatakan bahwa
pemalsuan sudah dapat terdeteksi pada penambahan 5% serbuk gergaji.
Hasil pengukuran sudut tumpukan dalam penelitian memiliki kebebasan
bergerak yang sedang sesuai dengan pendapat Fasina and Sokhansanj (1993) yang
menyatakan bahwa sudut tumpukan antara 35° - 45° memiliki kebebasan bergerak
yang sedang. Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui bahwa setiap penambahan
1 % serbuk gergaji pada dedak padi akan menurunkan nilai sudut tumpukan
sebesar 0.048° dan memiliki hubungan keeratan yang sangat besar (r = 98.28 %).
Hubungan keeratan antara penambahan serbuk gergaji dan nilai sudut tumpukan
dedak padi pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 9.
40.2
40
39.8
39.6
39.4
39.2
39
38.8
y = -0.048x + 39.89
R² = 0.966
r = 98.28%
0
10
20
30
Penambahan serbuk gergaji (%)
Gambar 9 Grafik hubungan antara penambahan serbuk gergaji (%)
terhadap sudut tumpukan (°) dedak padi
Dalam penelitian ini sudut tumpukan memiliki hubungan keeratan dengan
berat jenis sebesar (r = 96.79%). Geldart et al. (1990) menyatakan berat jenis,
kerapatan tumpukan, dan kadar air bahan mempengaruhi tingkat kebebasan
mengalir dari bahan yang dipakai untuk mengamati nilai sudut tumpukan.
Kenaikan berat jenis akan menyebabkan turunnya nilai sudut tumpukan bahan.
Hubungan keeratan antara sudut tumpukan dengan berat jenis dapat dilihat pada
Gambar 10.
Sudut tumpukan (°)
17
40.2
40
39.8
39.6
39.4
39.2
39
38.8
y = 11.47x + 24.64
R² = 0.937
r =96.79%
1.2
1.25
1.3
1.35
Berat jenis (kg l-1)
Gambar 10 Grafik hubungan sudut tumpukan (°) dengan berat jenis (kg l-1)
Sudut tumpukan (°)
Geldart et al. (1990) dan Khalil (1999b) menyatakan bahwa bahan yang
mudah bergerak bebas (kerapatan tumpukan tinggi) saat dicurahkan pada sudut
kemiringan tertentu akan membentuk sudut tumpukan yang lebih kecil bila
dibandingkan bahan yang tidak mudah bergerak bebas (kerapatan tumpukan
rendah). Sudut tumpukan memiliki hubungan keeratan dengan kerapatan
tumpukan sebesar (r = 96.64%) dan kerapatan pemadatan tumpukan sebesar (r =
98.69%). Hubungan keeratan antara sudut tumpukan dan kerapatan tumpukan
dapat dilihat pada Gambar 11. Sedangkan, hubungan keeratan antara sudut
tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan dapat dilihat pada Gambar 12.
40.2
40
39.8
39.6
39.4
39.2
39
38.8
38.6
y = 0.029x + 31.83
R² = 0.934
r = 96.64%
220
240
260
280
Kerapatan tumpukan (g l-1)
Gambar 11 Grafik hubungan sudut tumpukan (°) dengan kerapatan
tumpukan (g l-1)
18
Sudut tumpukan (°)
40.2
40
39.8
39.6
39.4
y = 0.020x + 31.23
R² = 0.974
r = 98.69%
39.2
39
38.8
380
400
420
440
-1
Kerapatan pemadatan tumpukan (g l )
Gambar 12 Grafik hubungan sudut tumpukan (°) dengan kerapatan
pemadatan tumpukan (g l-1)
Menurut Fasina dan Sokhansanj (1993), sudut tumpukan akan
mempengaruhi laju alir suatu bahan terutama pada saat pengangkutan maupun
pembongkaran dengan menggunakan alat mekanik seperti traktor, sekop dan
konveyor. Lebih lanjut Ali (2006) menyatakan bahwa sudut tumpukan
berpengaruh terhadap ketepatan proses penakaran baik secara volumetrik maupun
grafimetris. Jika ditimbang, maka ransum dengan sudut tumpukan yang rendah
akan lebih mudah dan akurat dibandingkan dengan ransum yang mempunyai
sudut tumpukan yang tinggi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kelima sifat fisik dapat digunakan untuk mendeteksi pemalsuan tetapi
berdasarkan hasil korelasi, kerapatan pemadatan tumpukan yang paling baik
karena memiliki hubungan keeratan yang paling tinggi. Dedak padi yang
digunakan dalam penelitian termasuk ke SNI mutu II. Pemalsuan dedak padi
dengan serbuk gergaji dapat terdeteksi pada pencampuran 5 - 10%.
Saran
Belum ada data mengenai sifat fisik dedak padi berdasarkan mutu SNI,
sehingga dianjurkan untuk melakukan penelitian yang mengukur sifat fisik dedak
padi berdasarkan mutu dalam SNI. Dengan adanya data tersebut, akan
mempermudah mendeteksi dedak padi yang telah dipalsukan. Pengambilan
sampel perlu dilakukan dari beberapa pabrik penggilingan padi untuk dapat
memperoleh dedak padi yang berkualitas paling baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1999. Official Menthod of
Analysis. Washington (US): AOAC International Washington.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Menthod of
Analysis of the Association of Official Analytical of Chemist. Arlington
(US): The Association of Official Analytical of Chemist.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia. Jakarta (ID): Badan Pusat
Statistik.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2001. Dedak padi / Bahan Baku Pakan No 013178-1996. Jakarta (ID): Dewan Standardisasi Nasional Indonesia.
Ali AJ. 2006. Karakteristik sifat fisik bungkil kedelai, bungkil kelapa dan bungkil
sawit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Bogor (ID): Lembaga Satu Gunung
Budi.
Armin FD. 2001. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji dan kompas sampah pasar
terhadap pertumbuhan anakan kayu afrika (Maesopsis rminii Engl.) pada
tanah latosol darmaga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Aryono 2008. Pengaruh perbedaan proses kerja huller terhadap sifat fisik dedak
padi di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Fasina OO, Sokhansanj S. 1993. Effect of moisture content on bulk handling
properties of alfalfa pellets. Can Agr Eng. 35 (4): 269 - 273 (Abstr).
Gauthama P. 1998. Sifat fisik pakan lokal sumber energi, hijauan dan mineral
pada kandungan air dan ukuran partikel yang berbeda [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Geldart DM, Mallet F, Rolfe N. 1990. Assesing the flowability of powder using
angle of repose powder. Handling and Processing. 2 (4) : 341 - 345.
Henderson SM, Perry RL. 1981. Agricultural Process Engineering. Pratomo M,
penerjemah. Jakarta (ID): Direktorat Pendidikan Tinggi. Dinas P dan K.
Irawan H. 2006. Karakteristik sifat fisik jagung, dedak padi dan pollard [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Khalil. 1999a. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik
pakan lokal : kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan
berat jenis. Med Pet. 22 (1): 1 – 11.
Khalil. 1999b. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik
pakan lokal: sudut tumpukan, daya ambang dan faktor higroskopis. Med
Pet. 22 (1): 33 – 42.
Kushartono B. 2000. PenentuanKualitas Bahan Baku Pakan dengan Cara
Organoleptik. Bogor (ID) : Balai Penelitian Ternak.
Mariyono, Romjali E. 2007. Petunjuk Teknis Inovasi Pakan Murah untuk Usaha
Pembibitan Sapi Potong. Bogor (ID) : Puslitbang Peternakan.
Maulana MR. 2007. Uji pemalsuan dedak padi menggunakan sifat fisik bahan
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Muchtadi RT, Sugiyono. 1989. Ilmu Pengetahuan Bahan. Petunjuk Laboratorium
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Tinggi Pusat
antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
20
Mundzir M. 2007. Uji sifat fisik pemalsuan pollard [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Patiwiri AW. 2006.
SERBUK GERGAJI MENGGUNAKAN UJI FISIK
YUNIA DEVA ISTIKHODRIAH
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Pemalsuan
Dedak Padi dengan Penambahan Serbuk Gergaji Menggunakan Uji Fisik adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Yunia Deva Istikhodriah
NIM D24090059
ABSTRAK
YUNIA DEVA ISTIKHODRIAH. Evaluasi Pemalsuan Dedak Padi dengan
Penambahan Serbuk Gergaji Menggunakan Uji Fisik. Dibimbing oleh
MUHAMMAD RIDLA dan AHMAD DAROBIN LUBIS.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengevaluasi perubahan sifat fisik dedak
padi akibat penambahan serbuk gergaji. Serbuk gergaji dicampurkan pada dedak
padi dengan level yang berbeda 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Rancangan yang
digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 5 perlakuan dan 3
ulangan. Analisis data dilakukan dengan sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan
dengan uji Kontras Ortogonal. Penambahan serbuk gergaji pada perlakuan sangat
mempengaruhi sifat fisik dedak padi pada taraf uji 1%. Nilai sifat fisik dedak padi
berdasarkan perlakuan secara berturut-turut yaitu berat jenis (kg l-1) sebesar 1.33,
1.31, 1.29, 1.27 dan 1.24 (r = 98.59%), kerapatan tumpukan (g l-1) sebesar 275.27,
267.38, 259.55, 251.26 dan 243.13 (r = 97.97%), kerapatan pemadatan tumpukan
(g l-1) sebesar 432.30, 420.19, 405.08, 393.29 dan 385.61 (r = 98.64%), sudut
tumpukan (°) sebesar 39.90, 39.68, 39.35, 39.15 dan 38.95 (r = 98.28). Kelima
sifat fisik dapat digunakan untuk mendeteksi pemalsuan, tetapi berdasarkan hasil
korelasi, kerapatan pemadatan tumpukan memiliki nilai hubungan keeratan yang
paling tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa kerapatan pemadatan tumpukan
indikator yang paling baik untuk mendeteksi pemalsuan.
Kata kunci: dedak padi, serbuk gergaji, sifat fisik
ABSTRACT
YUNIA DEVA ISTIKHODRIAH. Evaluation Forgeries Rice Bran with the
Addition Sawdust Using Physical Test. Supervised by MUHAMMAD RIDLA
and AHMAD DAROBIN LUBIS.
The purpose of this study was to evaluate the changes in the physical
properties of rice bran as a result of the addition of sawdust. Sawdust mixed with
rice bran by different levels of 0%, 5%, 10%, 15% and 20%. The design used was
CRD (completely randomized design) with 5 treatments and 3 replications. Data
analysis was performed by analysis of variance (ANOVA) followed by orthogonal
contrast test. The addition of sawdust in the treatment in affecting the physical
properties of rice bran. Value of the physical properties of rice bran were specific
gravity (kg l-1) amounted to 1.33, 1.31, 1.29, 1.27 and 1.24 (r = 98.59%), bulk
density (g l-1) amounted to 275.27, 267.38, 259.55, 251.26 and 243.13 (r =
97.97%), compacted bulk density (g l-1) amounted to 432.30, 420.19, 405.08,
393.29 and 385.61 (r = 98.64% ), angle of repose (°) were 39.90, 39.68, 39.35,
39.15 and 38.95 (r = 98.28%). All of physical properties can be used to detect
forgeries, but based on the results of the correlation, compacted bulk density had
the highest closeness of the relationship. This results showed that compacted bulk
density was the best indicator to detect forgeries.
Keywords: physical properties, rice bran, sawdust
EVALUASI PEMALSUAN DEDAK PADI DENGAN PENAMBAHAN
SERBUK GERGAJI MENGGUNAKAN UJI FISIK
YUNIA DEVA ISTIKHODRIAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi :Evaluasi Pemalsuan Dedak Padi dengan Penambahan Serbuk
Gergaji Menggunakan Uji Fisik
Nama
:Yunia Deva Istikhodriah
NIM
: D24090059
Disetujui oleh
Dr Ir Muhammad Ridla, Magr
Pembimbing I
Dr Ir Ahmad Darobin Lubis, MSc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus: 4 Februari 2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melindungi dan membantu menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah pemalsuan bahan pakan dengan judul Evaluasi Pemalsuan
Dedak Padi dengan Penambahan Serbuk Gergaji Menggunakan Uji Fisik. Dedak
padi merupakan sisa dari penggilingan padi menjadi beras, bahan pakan ini
banyak digunakan dalam menyusun ransum ternak. Dedak padi memiliki
kandungan nutrisi yang berkualitas baik seperti protein kasar, lemak dan serat
kasar. Penulis akan mempelajari dan meneliti pengaruh penambahan bahan
pemalsu terhadap sifat fisik dedak padi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Kritik dan saran yang
penulis terima akan digunakan sebagai perbaikan pada perbaikan skripsi
mendatang. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna bagi pembaca dan
dunia peternakan. Terima kasih.
Bogor, Februari 2014
Yunia Deva Istikhodriah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE
Bahan
Alat
Lokasi dan Waktu Penelitian
Prosedur Penelitian
Analisis Sifat Fisik
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal Bahan
Dedak Padi
Serbuk Gergaji
Hasil Pengukuran Sifat Fisik Dedak Padi
Ukuran Partikel
Berat Jenis
Kerapatan Tumpukan
Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Sudut Tumpukan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH
xii
xii
xii
1
2
2
2
3
3
5
6
7
7
7
8
9
10
11
12
14
16
18
18
18
19
21
23
23
DAFTAR TABEL
1 Komposisi kimia dedak padi berdasarkan SNI (2001)
2 Sifat fisik dedak padi
3 Hasil uji fisik dedak padi pada berbagai perlakuan yang berbeda
7
8
9
DAFTAR GAMBAR
1 Perbedaan fisik dedak padi tanpa penambahan serbuk gergaji dan dedak
padi yang ditambahkan serbuk gergaji
2 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%) terhadap ukuran
partikel dedak padi (mm)
3 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%) terhadap berat jenis
dedak padi (kg l-1)
4 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%) terhadap kerapatan
tumpukan dedak padi (g l-1)
5 Grafik hubungan antara kerapatan tumpukan (g l-1) dengan berat jenis
(kg l-1)
6 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%) terhadap kerapatan
pemadatan tumpukan dedak padi (g l-1)
7 Grafik hubungan kerapatan pemadatan tumpukan (g l-1) dengan berat
jenis (kg l-1)
8 Grafik hubungan kerapatan pemadatan tumpukan (g l-1) dengan
kerapatan tumpukan (g l-1)
9 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%) terhadap sudut
tumpukan dedak padi (°)
10 Grafik hubungan sudut tumpukan (°) dengan berat jenis (kg l-1)
11 Grafik hubungan antara sudut tumpukan (°) dengan kerapatan
tumpukan (g l-1)
12 Grafik hubungan sudut tumpukan (°) dengan kerapatan pemadatan
tumpukan (g l-1)
2
10
12
12
13
14
15
15
16
17
17
18
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
ANOVA ukuran partikel dedak padi
ANOVA berat jenis dedak padi
ANOVA kerapatan tumpukan dedak padi
ANOVA kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi
ANOVA sudut tumpukan dedak padi
21
21
21
22
22
PENDAHULUAN
Pakan merupakan unsur utama dalam produksi ternak yang menentukan
kurang lebih 70% biaya produksi ternak (Retnani 2011). Bahan baku pakan yang
digunakan dalam menyusun ransum akan menentukan kualitas ransum tersebut.
Bahan baku dengan kualitas yang tidak baik akan meghasilkan ransum yang
kurang baik dan dapat menurunkan kualitas nutrisi dalam ransum tersebut.
Pemalsuan bahan pakan merupakan salah satu penyebab penurunan kualitas pakan.
Bahan baku pakan seringkali dipalsukan dengan bahan lain yang memiliki
kesamaan. Pemalsuan biasanya dilakukan oleh penyalur bahan pakan untuk
mendapat keuntungan. Pemalsuan ini dapat menurunkan kandungan nutrisi bahan
pakan (Maulana 2007). Bahan pakan yang sering dipalsukan salah satunya yaitu
dedak padi. Dedak padi merupakan bahan pakan yang sangat tinggi kebutuhannya
karena sebagian besar hewan ternak menggunakan dedak padi sebagai penyusun
ransumnya.
Dedak padi adalah bagian padi yang mempunyai kandungan nutrisi yang
tinggi seperti minyak, vitamin, protein dan mineral Aryono (2008). Kandungan
nutrisi dedak yang tinggi mengakibatkan dedak banyak dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan. Namun, kebutuhan dedak padi yang tinggi tidak diiringi
dengan ketersediaannya sehingga banyak orang yang melakukan pemalsuan
dengan bahan lain seperti serbuk gergaji. Produksi padi di Indonesia pada tahun
2011 mencapai 65.76 juta ton (BPS 2011), jika menurut Rachmat et al. (2004)
dedak padi merupakan 8 - 10% dari produksi padi maka dapat dikatakan bahwa
produksi dedak padi 6.57 juta ton. Sinaga dan Helmi (1999) menambahkan bahwa
pada musim kering dedak padi sangat sulit didapat sehingga ada penjual yang
menambahkan sekam atau serbuk gergaji kedalam dedak tersebut.
Serbuk gergaji merupakan limbah yang cukup melimpah dan banyak
dihasilkan dalam proses penggergajian serta belum banyak dimanfaatkan
fungsinya. Serbuk gergaji memiliki beberapa sifat diantaranya ukuranya relatif
seragam, berbobot ringan, mengandung bahan organik yang cukup tinggi dan
ketersediaannya melimpah (Tarkudi 2007). Menurut Hazra dan Syachri (1988)
dalam Armin (2001), serbuk gergaji kayu mengandung komponen kimia yang
terdiri dari komponen selulosa, lignin, hemiselulosa dan zat ekstraktif. Kandungan
serat kasar dari serbuk gergaji cukup tinggi, sehingga dedak padi yang dicampur
dengan serbuk gergaji serat kasarnya akan lebih tinggi dibandingkan dedak padi
tanpa campuran serbuk gergaji. Serbuk gergaji memiliki warna yang hampir sama
degan dedak padi, sehingga sering digunakan sebagai bahan pemalsu dedak padi.
Pemalsuan tersebut dapat diuji secara fisik, kimia dan biologis. Penelitian ini
menggunakan cara uji sifat fisik karena lebih cepat dan mudah dalam mendeteksi
pemalsuan dedak padi tersebut.
Sifat fisik merupakan sifat yang khas pada suatu bahan pakan, sehingga
dapat digunakan sebagai indikator pencampuran bahan lain. Syarifudin (2001)
menambahkan bahwa sifat fisik merupakan sifat dasar dari suatu bahan yang
mencakup aspek yang sangat luas, akan tetapi informasi hasil penelitian mengenai
sifat fisik bahan pakan masih sangat terbatas. Pemahaman tentang sifat fisik bahan
pakan dapat diaplikasikan terhadap pabrik pakan yaitu dalam memperhitungkan
kapasitas dan cara penyimpanan. Muchtadi dan Sugiyono (1989) menambahkan
2
pengetahuan tentang sifat fisik digunakan juga untuk menentukan keefisienan
suatu proses penanganan, pengolahan dan penyimpanan. Menurut Khalil (1999a),
sifat fisik bahan mencakup berat jenis, sudut tumpukan, kerapatan pemadatan
tumpukan, daya ambang dan lain-lain. Kandungan kimia dedak padi dapat dilihat
di SNI (2001), namun belum ada informasi mengenai sifat fisik dedak padi dan
serbuk gergaji yang dijadikan standar secara SNI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perubahan sifat fisik dedak padi
akibat penambahan serbuk gergaji.
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan meliputi dedak padi dan serbuk gergaji. Pengambilan
sampel dedak padi hanya dilakuakan satu kali pada penggilingan padi di daerah
Cilubang Tonggoh, Kabupaten Bogor. Mesin yang digunakan pada penggilingan
padi tersebut berjenis Huller merk ICHI N70 dengan ukuran screen 1 mm dan
kapasitas produksi 5 ton/hari. Dedak padi penelitian memiliki tekstur agak kasar
karena hanya melalui satu kali penyosohan. Penyosohan merupakan pemisahan
lapisan dedak dan lembaga dari butiran beras. Sedangkan serbuk gergaji diperoleh
dari pengusaha pengolahan kayu di daerah Ciomas, Kabupaten Bogor. Serbuk
gergaji yang digunakan berasal dari kayu sengon yang berwarna agak terang.
Perbedaan fisik dedak padi murni dengan dedak padi yang ditambahkan serbuk
gergaji dapat dilihat pada Gambar1.
(a)
(b)
Gambar 1 Penampakan fisik dedak padi (a) serbuk gergaji (b)
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Vibrator Ball Mill,
timbangan digital, alat pengukur sudut tumpukan, kantong plastik ukuran 5 kg,
mistar, corong plastik, gelas ukur 500 ml, sendok, pengaduk dan kuas.
3
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2013
bertempat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan serta Laboratorium Industri
Makanan Ternak, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Prosedur Penelitian
Persiapan Bahan
Dedak padi yang digunakan sebanyak 15 kg dan serbuk gergaji 2 kg. Dedak
padi dicampur hingga homogen dengan serbuk gergaji yang telah dikeringkan
sesuai dengan perlakuan. Bahan baku dedak padi yang digunakan sejumlah 500 g
pada perlakuan kontrol dan pada perlakuan lainnya sesuai dengan persentase
dedak padi yang ditentukan.
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan pada bahan baku dedak padi yaitu P0 (Dedak padi
tanpa penambahan serbuk gergaji), P1 (Campuran dedak padi 95% dengan
penambahan serbuk gergaji 5%), P2 (Campuran dedak padi 90% dengan
penambahan serbuk gergaji 10%), P3 (Campuran dedak padi 85% dengan
penambahan serbuk gergaji 15%), P4 (Campuran dedak padi 80% dengan
penambahan serbuk gergaji 20%).
Analisis Kadar Air
Dedak padi dan serbuk gergaji diukur kadar airnya dengan meletakkan
bahan di dalam cawan alumunium sebanyak 3 g sebelum dimasukkan ke dalam
oven 105 °C selama 6 jam hingga beratnya konstan. Kadar air dinyatakan dalam
satuan persen (%) bahan kering dengan menggunakan persamaan AOAC (2005):
% Kadar air =
Berat awal - Berat akhir (g)
x 100%
Berat awal (g)
Analisis Kadar Abu
Penentuan kadar abu dilakukan dengan cara cawan porselin yang telah
dikeringkan dalam oven 105 °C didinginkan di dalam eksikator selama 30 menit
kemudian ditimbang (A). Sampel ditimbang sekitar 2 g dan dimasukan ke dalam
cawan porselin (B) kemudian masukan ke dalam oven bersuhu 550 °C - 600 °C
selama 24 jam. Setelah selesai suhu tungku pengabuan diturunkan hingga suhu
40 °C. Cawan porselen dikeluarkan dan didinginkan ke dalam eksikator selama 30
menit, kemudian ditimbang bobotnya (C). Kadar abu dapat dihitung berdasarkan
persamaan AOAC (2005) :
Kadar abu % =
B- C-A
x 100%
B
4
Analisis Kadar Protein Kasar
Penentuan kadar protein kasar dengan cara sampel ditimbang sekitar 2 g
(W) kemudian dimasukkan ke dalam labu destruksi dengan ditambah 2 tablet
katalis, beberapa butir batu didih, 15 ml H2SO4 pekat dan 3 ml hidrogen peroksida
secara berlahan dan didiamkan 10 menit dalam ruang asam. Destruksi dilakukan
pada suhu 410 °C selama 2 jam sampai larutan jernih. Sampel hasil destruksi
didiamkan hingga mencapai suhu kamar dan tambahkan 50 - 75 ml aquades.
Tahap destilasi menggunakan 25 ml larutan H3BO3 4% dan dimasukkan
dalam erlenmeyer. Labu yang berisi hasil destruksi dipasang pada rangkaian alat
destilasi uap kemudian ditambahkan 50 - 75 ml laurat natrium hidroksida dan
natrium tiosulfat. Selanjutnya destilat ditampung kedalam erlenmeyer tersebut
hingga volume mencapai 150 ml (hasil destilasi akan berubah menjadi warna
kuning). Titrasi hasil destilat dengan HCl 0.2 N yang sudah dibakukan sampai
warna berubah dari hijau menjadi abu-abu netral. Protein kasar dihitung
menggunakan persamaan AOAC (2005) :
Kadar protein kasar (%) =
Va - Vb HCl x N HCl x 14.007 x 6.25
x 100%
W x 100
Keterangan :
Va = ml HCl untuk titrasi sampel
Vb = ml HCl untuk titrasi blanko
N = Normalitas HCl
W = Berat sampel
Analisis Kadar Lemak Kasar
Labu terlebih dahulu dikeringkan dalam oven kemudian didinginkan
dalam eksikator dan ditimbang hingga bobot tetap (A). Sampel ditimbang
sebanyak 2 g (B) dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak. Selanjutnya
dimasukkan 150 ml N-heksana ke dalam labu dan selongsong lemak ke dalam
ekstraktor sokhlet kemudian pasang rangkaian sokhlet dengan benar. Ekstraksi
dilakukan pada suhu 60 °C selama 8 jam. Campuran lemak dan heksana dalam
labu dievaporasi sampai kering. Labu yang berisi lemak dimasukkan ke dalam
oven bersuhu 105 °C selama kurang lebih 2 jam untuk menghilangkan sisa Nheksana dan air. Labu dan lemak didinginkan dalam eksikator selama 30 menit.
Labu yang berisi lemak ditimbang (C) sampai berat konstan. Kadar lemak dalam
bahan dapat dihitung dengan persamaan AOAC (2005) :
Kadar lemak (%) =
C-B
x 100%
A
AnalisisKadar Serat Kasar
Sampel ditimbang sebanyak 0.5 g (X) dan dimasukan 50 ml H2SO4 0.3 N
kedalam gelas piala 500 ml kemudian dipanaskan selama 30 menit (dari
mendidih). Setelah itu ditambahkan 25 ml NaOH 1.5 N dan dididihkan kembali
selama 30 menit. Cairan disaring dengan kertas saring (A) menggunakan corong
Buchner dan dibilas dengan 50 ml air panas hingga netral, dicuci dengan 50 ml
5
H2SO4, kemudian bilas kembali dengan 50 ml air panas hingga netral dan disiram
25 ml aceton. Keringkan kertas saring dan isinya dengan cara dipanaskan dalam
oven pada suhu 105 °C, lalu angkat dan dinginkan dalam eksikator kemudian
ditimbang (Y), setelah itu dipijarkan dalam tanur sampai putih dan didinginkan
kembali serta ditimbang (Z). Perhitungan kadar serat kasar menggunaan
persamaan AOAC (1999):
Y-Z-A
x 100%
Kadar serat kasar % =
X
Analisis Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen (BETN)
Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dapat dihitung setelah
diketahui hasil analisa proksimat seperti kadar air, kadar abu, kadar protein kasar,
kadar lemak kasar dan kadar serat kasar dengan persamaan AOAC (1999) :
BETN = 100% - (Air + Abu + Protein kasar + Lemak kasar + Serat
kasar) %
Analisis Sifat Fisik
Ukuran Partikel. Teknik yang dipakai untuk menentukan ukuran partikel
adalah menggunakan alat vibrator ball mill nomor mesh 4, 8, 16, 30, 50, 100, 400.
Bahan ditimbang sebanyak 500 g dan diletakkan pada bagian paling atas dari
sieve, lalu dilakukan penyaringan bahan yang tertinggal pada tiap saringan.
Derajat kehalusan (modulus of Fineness) bahan diperoleh setelah menjumlahkan
hasil dari perkalian antara persentase bahan yang tertinggal di sieve dangan nomor
perjanjian/nomor mesh, berikut persamaannya Henderson dan Perry (1981):
Kadar kehalusan KK =
∑ % Bahan tertinggal pada tiap mesh x No. Perjanjian
100
Ukuran partikel diukur dengan rumus sebagai berikut :
Ukuran partikel rata- rata = (4.1x10-4) x 2MF x 2.54 cm x 10 mm
Berat Jenis. Berat jenis diukur dengan menggunakan prinsip hukum
Archimedes. seperti yang dilakukan Khalil (1999a), yaitu melihat perubahan
volume aquades pada gelas ukur (500 ml) setelah memasukkan bahan-bahan yang
massanya (50 g) ke dalam gelas ukur 500 ml yang berisi aquades 200 ml,
kemudian dilakukan pengadukan untuk mempercepat jalannya udara antar partikel
bahan selama pengadukan. Perhitungan menggunakan persamaan Khalil (1999a)
dengan satuan yang dimodifikasi dari g ml-1 menjadi kg l-1 :
Berat jenis =
Bobot bahan (g)
Perubahan volume aquades (ml)
6
Kerapatan Tumpukan. Kerapatan tumpukan diukur dengan mencurahkan
bahan sebanyak 50 g ke dalam gelas ukur 500 ml, kemudian volumenya diukur
untuk mengetahui besarnya kerapatan tumpukan. Pencurahan bahan menggunakan
corong.Perhitungan kerapatan tumpukan diperoleh dengan persamaan Khalil
(1999a) dengan satuan yang dimodifikasi dari kg m-3 menjadi g l-1 :
Kerapatan tumpukan =
Berat bahan (g)
volume yang ditempati (ml)
Kerapatan Pemadatan Tumpukan. Kerapatan pemadatan tumpukan
diukur dengan memasukkan sampel secara curah dengan bobot (50 g) ke dalam
gelas ukur (500 ml). Pencurahan bahan dibantu dengan corong plastik dan
dilakukan proses pemadatan dengan cara menggoyang-goyangkan gelas ukur
secara manual sampai volume tidak berubah lagi. Volume diukur setelah
dilakukan pemadatan. Besarnya nilai kerapatan pemadatan tumpukan sangat
tergantung pada intensitas proses pemadatan, sedangkan volume yang dibaca
merupakan volume terkecil yang diperoleh selama penggoyangan. Kerapatan
pemadatan tumpukan dihitung dengan persamaan Khalil (1999a):
Kerapatan pemadatan tumpukan =
Berat bahan (g)
volume ruang setelah dipadatkan (ml)
Sudut Tumpukan. Sudut tumpukandiukur dengan cara menjatuhkan bahan
sebanyak 500 g menggunakan corong pada bidang datar. Sudut tumpukan bahan
diketahui dengan mengukur diameter dasar (d) dan tinggi (t) tumpukan. Sudut
tumpukan dinyatakan dalam satuan derajat (°). Perhitungan sudut tumpukan
diperoleh dengan persamaan Khalil (1999a):
Sudut tumpukan = Arc tan 2t.d-1
Analisis Data
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah RAL (Rancangan
Acak Lengkap) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Model Matematika dari
rancangan yang digunakan adalah
Yij = μ + τi+ εij
Keterangan:
Yij
= Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ
= Rataan umum
τi
= Efek perlakuan ke-i
εij
= Error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Analisis data dilakukan dengan sidik ragam (ANOVA), jika data yang
diperoleh berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Kontras Ortogonal (Steel
dan Torrie 1993).
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal Bahan
Dedak Padi
Dedak padi kontrol (P0) dalam penelitian memiliki warna coklat, tekstur
yang halus dan memiliki bau khas dedak padi. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Maulana (2007) yang melaporkan bahwa dedak padi memiliki warna
coklat muda, tekstur yang lebih halus, dan bau khas dedak padi yang menyengat.
Kushartono (2000) menambahkan bahwa dedak padi yang baik memiliki warna
coklat, partikel yang halus dan rata, baunya segar tidak tengik, serta tidak adanya
campuran sekam. Perbedaan mutu dedak padi yang dihasilkan dari penggilingan
menurut Mariyono dan Romjali (2007) menyatakan bahwa nutrisi dedak padi
sangat bervariasi tergantung pada jenis padi dan mesin penggilingan. Hal tersebut
dapat diantisipasi dengan cara memperbaiki sistem penggilingan yang ada dan
meningkatkan cara penyimpanan dedak padi sehingga kualitas nutrisinya dapat
terjamin. Hasil analisis proksimat dedak padi yang digunakan dalam penelitian
dapat dilihat dalam Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1dapat dikatakan bahwa dedak
padi penelitian sudah termasuk kedalam dedak padi mutu II berdasarkan SNI
(2001).
Tabel 1 Komposisi kimia dedak padi berdasarkan persentase bahan kering
Nutrien
Dedak padi
penelitian
Air (%)
SNI dedak padi
Mutu I
Mutu II
Mutu III
10.18
Maks 12
Maks 12
Maks12
PK (%)
10.53
Min 11
Min 10
Min 8
SK (%)
15.42
Maks 11
Maks14
Maks16
Abu (%)
11.23
Maks11
Maks13
Maks15
LK (%)
BETN (%)
22.04
40.78
Maks15
40
Maks20
31
Maks20
29
Sumber : SNI (2001)
SNI: standarisasi nasional indonesia, PK: protein kasar, SK: serat kasar, LK: lemak kasar, BETN:
bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Sifat fisik dedak padi dapat diketahui dengan melakukan pengukuran seperti
ukuran partikel, berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan
dan sudut tumpukan (Tabel 2). Pengukuran sifat fisik merupakan salah satu cara
yang paling cepat untuk mendeteksi pemalsuan dedak padi di lapangan. Hasil
pengukuran sifat fisik dedak padi dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
8
Tabel 2 Sifat fisik dedak padi
Dedak padi
Dedak
Parameter
padi
I
Ukuran partikel (mm)
1.19
-1
Berat jenis (kg l )
1.33
1.11
-1
Kerapatan tumpukan (gl )
275.27 270.00 - 362.00
-1
Kerapatan pemadatan tumpukan (g l )
432.30 425.00 - 557.50
Sudut tumpukan (°)
39.90 44.67
Dedak padi
II
2.21 - 3.22
1.29
238.70 - 287.52
350.99
34.11 - 42.92
Dedak padi I : Irawan (2006), dedak padi II : Aryono (2008).
Berdasarkan Tabel 2, jika dibandingkan dengan hasil penelitian Irawan
(2006) dapat dijelaskan bahwa dedak padi penelitian memiliki nilai kerapatan
tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan yang termasuk kedalam kisaran
penelitian tersebut, namun memiliki nilai berat jenis yang lebih tinggi dan sudut
tumpukan yang lebih rendah. Jika dibandingkan dengan penelitian Aryono (2008),
dedak padi penelitian memiliki nilai ukuran partikel yang lebih rendah, namun
berat jenis dan kerapatan pemadatan tumpukan yang lebih tinggi. Kerapatan
tumpukan dan sudut tumpukan penelitian masih termasuk kedalam kisaran
penelitian tersebut. Perbedaan beberapa nilai sifat fisik antara dedak penelitian
dan dedak dalam literatur disebabkan oleh beberapa faktor yaitu varietas, proses
penggilingan dan daerah pengambilan dedak padi yang berbeda.Hal ini sesuai
dengan pendapat Widowati (2001) dan Patiwiri (2006) yang menyatakan adanya
perbedaan mutu dedak padi dari penggilingan padi disebabkan oleh varietas padi
dan teknik penggilingan (karakteristik mesin dan penyetelannya, pengaturan
saringan).
Serbuk Gergaji
Serbuk gergaji yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari pengusaha
pengolahan kayu di daerah Ciomas, Kabupaten Bogor. Secara organoleptik,
serbuk gergaji memiliki warna dan tekstur yang hampir sama dengan dedak padi,
sehingga sering digunakan sebagai bahan pemalsu dedak padi. Salah satu cara
yang paling cepat untuk mendeteksi pemalsuan tersebut yaitu dengan melakukan
uji sifat fisik. Pemalsuan dedak padi juga dapat diketahui dengan melakukan
pengujian secara kimia. Pengujian kimia lebih dapat dipercaya kebenarannya
namun membutuhkan waktu yang relatif lama. Serbuk gergaji penelitian memiliki
memiliki kadar air sebesar 6.84%, abu 0.43%, protein kasar 1.17%, serat kasar
43.98%, lemak kasar 2.94% dan BETN 44.64%. Data tersebut menunjukkan nilai
yang lebih rendah dibandingkan dedak padi kecuali pada nilai serat kasar serbuk
gergaji yang jauh lebih tinggi dibandingkan dedak padi. Hal ini didukung oleh
pernyataan Hazra dan Syachri (1988) bahwa serbuk gergaji kayu mengandung
komponen kimia yang terdiri dari komponen selulosa, lignin, hemiselulosa, dan
zat ekstraktif. Berdasarkan hasil pengukuran sifat fisik, serbuk gergaji yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai ukuran partikel yang lebih tinggi
dibandingkan dedak padi yaitu sebesar 1.43 mm. Nilai berat jenis, kerapatan
tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan sudut tumpukan serbuk gergaji
lebih rendah dibandingkan dedak padi penelitian berturut-turut sebesar 0.909 kg l-
9
1
, 121.95 g l-1, 208.33 g l-1 dan 36.95°. Pustaka yang menjelaskan tentang sifat
fisik dan komposisi kimia dari serbuk gergaji belum ada yang terpublikasikan
sehingga dapat dikatakan bahwa ini merupakan penelitian pertama yang
mengukur sifat fisik serbuk gergaji.
Hasil Pengukuran Sifat Fisik Dedak Padi
Dedak padi yang dipalsukan dengan pencampuran serbuk gergaji akan
mempengaruhi karakteristik sifat fisik dedak tersebut. Penambahan serbuk gergaji
pada level yang berbeda akan menurunkan kualitas nutrisi dan karakteristik sifat
fisik dedak padi. Hasil uji sidik ragam sifat fisik meliputi ukuran partikel, berat
jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan sudut tumpukan
dedak padi pada berbagai perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Sifat fisik dan kadar air dedak padi dengan berbagai perlakuan
Parameter
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
KA (%)
9.24±0.03
9.14±0.47
8.91±0.15
8.67±0.06
8.49±0.17
UP (mm)
1.19±0.01e
1.21±0.01d
1.23±0.01c
1.25±0.01b
1.28±0.01a
BJ (kg l-1)
1.33±0.01a
1.31±0.01b
1.29±0.01c
1.27±0.01d
1.24±0.01e
275.27±4.33a
267.38±1.25b
259.55±3.40c
251.26±1.26d
243.13±2.45e
432.30±4.29a
420.19±3.53b
405.08±1.33c
393.29±0.36d
385.61±1.72e
-1
KT (g l )
-1
KPT (g l )
ST (°)
39.9±0.06a
39.68±0.05b
39.35±0.11c
39.15±0.04d
38.95±0.01e
Angka-angka pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan sangat nyata pada taraf uji
1%; P0 adalah dedak padi tanpa dicampur bahan pemalsu, P1 adalah 95% dedak padi + 5% serbuk
gergaji, P2 adalah 90% dedak padi + 10% serbuk gergaji, P3 adalah 85% dedak padi + 15% serbuk
gergaji, P4 adalah 80% dedak padi + 20% serbuk gergaji.
Menurut Gauthama (1998) nilai sifat fisik berbeda antara jenis pakan yang
satu dengan yang lainnya. Tabel 3 menjelaskan bahwa penambahan serbuk gergaji
dalam persentase yang berbeda ( 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%) berpengaruh nyata
terhadap sifat fisik dedak padi pada taraf uji 1%. Penambahan serbuk gergaji
mengakibatkan kadar air bahan menurun dan bahan menjadi kering sehingga
ketika digenggam akan sulit menggumpal. Nilai berat jenis, kerapatan tumpukan
dan kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi menurun seiring dengan
penambahan serbuk gergaji. Hal ini disebabkan oleh volumenya yang semakin
tinggi. Persentasi penambahan serbuk gergaji yang semakin banyak megakibatkan
dedak padi tersebut bersifat voluminus atau memerlukan volume ruang yang lebih
besar. Nilai sudut tumpukan yang menurun seiring dengan meningkatnya
persentasi penambahan serbuk gergaji menunjukkan bahwa dedak tersebut
semakin bebas bergarak. Namun berdasarkan Fasina and Sokhansanj (1993),
dedak padi perlakuan memiliki laju alir medium yaitu berkisar antara 38 ° - 45 °.
10
Ukuran partikel (mm)
Ukuran Partikel
Dedak padi kontrol yang diperoleh dari penggilingan padi memiliki nilai
ukuran partikel sebesar 1.19 mm. Nilai tersebut diperoleh karena adanya pengaruh
dari proses penggilingan dan beberapa faktor yang lain. Menurut Aryono (2008),
besarnya ukuran partikel dedak padi yang dihasilkan diperkirakan akibat dari
proses husking yang kurang sempurna yang mengakibatkan terdapatnya gabah
kering giling yang belum terkupas kulitnya yang ikut masuk ke dalam mesin
polisher. Menurut Patiwiri (2006) kualitas pengupasan bergantung pada beberapa
faktor, seperti jenis padi, kualitas padi, kadar air gabah, karakteristik mesin dan
penyetelannya (kekerasan karet, kecepatan putaran rol, tekanan rol, lebar rol, jarak
rol, jumlah bahan bakar yang dimasukkan, pengaturan saringan). Simanjuntak
(1999) menambahkan bahwa perbedaan ukuran partikel dedak padi yang
dihasilkan disebabkan oleh proporsi fraksi partikel antara dedak, bekatul, menir
dan beras patah berbeda.
Nilai ukuran partikel serbuk gergaji lebih tinggi dari dedak padi yaitu
sebesar 1.43 mm, sehinggapenambahan serbuk gergaji sangat nyata meningkatkan
ukuran partikel dedak padi perlakuan pada taraf uji 1%. Penambahan serbuk
gergaji meningkatkan nilai ukuran partikel perlakuan (P1, P2, P3 dan P4) sebesar
1.21 mm, 1.23 mm, 1.25 mm dan 1.28 mm. Schmidt and Furlong (2012)
menyatakan nilai ukuran partikel dedak murni berkisar antara 0.18 sampai 0.36
mm, jika dibandingkan dengan data hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa
pemalsuan sudah dapat terdeteksi pada penambahan 5% serbuk gergaji. Hubungan
keeratan antara penambahan sekam dan nilai ukuran partikel pada penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 2.
y = 0.004x + 1.189
R² = 0.957
r = 97.83%
1.300
1.280
1.260
1.240
1.220
1.200
1.180
1.160
0
10
20
30
Penambahan serbuk gergaji (%)
Gambar 2 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%)
terhadap ukuran partikel (mm) dedak padi
Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa setiap penambahan 1%
serbuk gergaji pada dedak padi akan meningkatkan nilai ukuran partikelnya
sebesar 4x10-3 mm. Pencampuran serbuk gergaji dalam dedak padi memiliki
hubungan keeratan yang sangat besar (r = 97.83%). Nilai ukuran partikel
perlakuan meningkat karena ukuran partikel serbuk gergaji lebih besar
dibandingkan ukuran partikel dedak padi kontrol. Ukuran partikel bahan pakan
harus disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Ternak unggas lebih menyukai
11
pakan dengan ukuran partikel yang lebih kecil untuk mempermudah dalam proses
pencernaannya, sedangkan ternak ruminansia kurang cocok jika diberi pakan yang
ukuran partikelnya terlalu kecil karena akan menurunkan palatabilitasnya. Ukuran
partikel dedak padi seharusnya disamakan dengan serbuk gergaji untuk
memperkecil perbedaan ukuran partikel sehingga tidak mempengaruhi sifat fisik
yang lain. Ukuran partikel dedak padi dan serbuk gergaji dalam penelitian tidak
disamakan terlebih dahulu karena serbuk gergaji sudah didapatkan dalam kondisi
halus, sehingga ukuran partikel tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi sifat
fisik.
Berat Jenis
Dedak padi kontrol dalam penelitian memiliki berat jenis sebesar 1.33 kg l-1.
Nilai tersebut diperoleh karena berat jenis dipengaruhi oleh bentuk dan
karakteristik permukaan partikel. Sesuai dengan Wirakartakusumah et al. (1992)
yang menyatakan bahwa nilai berat jenis bahan ditentukan oleh unsur penyusun
bahan, bentuk serta karakteristik permukaan partikel. Lebih lanjut Suadnyana
(1998) menyatakan bahwa nilai berat jenis senentiasa dipengaruhi oleh nutrisi
bahan dan karakteristik permukaan partikel. Serbuk gergaji memiliki nilai berat
jenis yang jauh lebih rendah dari dedak padi yaitu sebesar 0.909 kg l-1. Nilai berat
jenis serbuk gergaji yang rendah menunjukkan bahwa bahan tersebut memiliki
sifat bulky. Sesuai dengan pendapat Gauthama (1998) yang menyatakan bahwa
berat jenis merupakan indikator dalam menentukan sifat bulky suatu bahan dan
faktor penentu kerapatan tumpukan. Perbedaan nilai berat jenis dedak padi dan
serbuk gergaji yang besar mengakibatkan penurunan nilai berat jenis pada
perlakuan. Hal ini disebabkan karena serbuk gergaji akan mengubah permukaan
dedak padi menjadi tidak kompak dan mudah terpisah sesuai pernyataan Khalil
(1999a), pakan yang terdiri atas partikel yang berat jenisnya berbeda cukup besar
maka campuran bahan tersebut tidak stabil dan cenderung terpisah kembali.
Berat jenis kelima perlakuan dedak padi (P0, P1, P2, P3 dan P4) menurun
seiring dengan penambahan serbuk gergaji pada taraf uji 1%. Penambahan serbuk
gergaji akan menurunkan nilai berat jenis pada perlakuan (P1, P2, P3 dan P4)
sebesar 1.31 kg l-1, 1.29 kg l-1, 1.27 kg l-1 dan 1.24 kg l-1. Simanjuntak (1999)
melaporkan bahwa nilai berat jenis dedak padi sebesar 1.30 g ml-1, sehingga jika
dibandingkan dengan data hasil penelitian dapat dikatakan bahwa pemalsuan telah
dapat terdeteksi pada penambahan 10% serbuk gergaji. Berdasarkan Gambar 3
dapat diketahui bahwa setiap penambahan 1 % serbuk gergaji akan menurunkan
nilai berat jenis sebesar 4x10 -3 kg l-1. Pencampuran serbuk gergaji dalam dedak
padi memiliki hubungan keeratan yang sangat besar (r = 98.59%).
Menurut Khalil (1999a) berat jenis memegang peranan penting dalam
berbagai proses pengolahan, penanganan dan penyimpanan. Berat jenis juga
sangat menentukan tingkat ketelitian dalam proses penakaran secara otomatis
yang umum diterapkan pada pabrik pakan, seperti dalam proses pengemasan dan
proses pengeluaran bahan dari silo untuk dicampur atau digiling. Berbeda halnya
dengan Amrullah (2003) yang menyatakan bahwa berat jenis akan meningkatkan
jumlah ransum yang dapat ditampung dalam tembolok per satuan waktu.
12
y = -0.004x + 1.328.
R² = 0.972
r = 98.59%
Berat jenis (kg l-1)
1.34
1.32
1.3
1.28
1.26
1.24
1.22
0
5
10
15
20
25
Penambahan serbuk gergaji (%)
Gambar 3 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%)
terhadap berat jenis (kg l-1) dedak padi
Kerapatan tumpukan
(g l-1)
Kerapatan Tumpukan
Kerapatan tumpukan dedak padi kontrol dalam penelitian ini sebesar 275.27
-1
g l . Nilai tersebut diperoleh karena adanya pengaruh dari berat jenis bahan.
Khalil (1999a) menyatakan bahwa berat jenis merupakan faktor penentu dari
kerapatan tumpukan. Nilai kerapatan tumpukan serbuk gergaji lebih rendah dari
dedak padi yaitu sebesar 121.95 g l-1, sehingga penambahan serbuk gergaji
menurunkan kerapatan tumpukan dedak padi perlakuan (5%, 10%, 15% dan 20%)
sebesar 267.38 g l-1, 259.54 g l-1, 251.26 g l-1 dan 243.13 g l-1 pada taraf uji 1%.
Irawan (2006) melaporkan kerapatan tumpukan dedak padi berkisar antara 270 362.5 g l-1, jika dibandingkan dengan nilai kerapatan tumpukan perlakuan dapat
dinyatakan bahwa pemalsuan telah dapat terdeteksi pada penambahan 5% serbuk
gergaji. Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui bahwa setiap penambahan 1 %
serbuk gergaji pada dedak padi akan menurunkan nilai kerapatan tumpukan
sebesar 1.6 g l-1 dengan hubungan keeratan sebesar (r = 97.97 %). Hubungan
keeratan antara penambahan serbuk gergaji dan nilai kerapatan tumpukan dedak
padi pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
280
y = -1.608x + 275.4
R² = 0.960
r = 97.97%
270
260
250
240
230
0
5
10
15
20
25
Penambahan serbuk gergaji (%)
Gambar 4 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%)
terhadap kerapatan tumpukan (gl-1) dedak padi
13
Kerapatan tumpukan
(g l-1)
Penambahan serbuk gergaji pada dedak padi dalam penelitian
mengakibatkan semakin menurunnya nilai kerapatan tumpukan, hal tersebut
mengakibatkan waktu jatuh atau waktu mengalir bahan lebih lama. Sesuai dengan
pendapat Ruttlof (1981) yang menyatakan bahwa bahan dengan kerapatan
tumpukan rendah (lebih kecil dari 450 kg m-3) membutuhkan waktu jatuh atau
waktu untuk mengalir yang lebih lama dan dapat ditimbang lebih teliti, sedangkan
bahan dengan kerapatan tumpukan tinggi (lebih besar dari 1000 kg m-3) bersifat
sebaliknya.
Khalil (1999a) menyatakan bahwa nilai berat jenis merupakan faktor
penentu dari kerapatan tumpukan. Perbedaan pengukuran nilai berat jenis dan
kerapatan tumpukan yaitu berat jenis merupakan perbandingan antara massa
bahan dengan penambahan volume ruang yang telah berisi air, sedangkan
kerapatan tumpukan merupakan perbandingan antara massa bahan dengan volume
ruang yang ditempati melalui proses pencurahan, sehingga berat jenis merupakan
faktor penentu dari kerapatan tumpukan pada bahan yang memiliki tekstur, ukuran
partikel dan kandungan air yang serupa. Lebih lanjut Mundzir (2007) menyatakan
bahwa berat jenis menjadi faktor penentu dari kerapatan tumpukan bahan yang
memiliki tekstur, ukuran partikel dan kandungan air yang serupa. Hal ini sesuai
dengan hasil pengukuran dalam penelitian yang menyatakan bahwa kerapatan
tumpukan memiliki hubungan keeratan dengan berat jenis sebesar (r = 96.59%).
Hubungan keeratan antara kerapatan tumpukan dan berat jenis dapat dilihat pada
Gambar 5.
280
270
260
y = 378.9x - 228.3
R² = 0.933
r = 96.59%
250
240
230
1.2
1.25
1.3
1.35
Berat jenis (kg l-1)
Gambar 5 Grafik hubungan antara kerapatan tumpukan (g l-1) dengan
berat jenis (kg l-1) dedak padi
Kerapatan tumpukan merupakan cara pengukuran sifat fisik bahan yang
paling efektif karena cara pengukurannya lebih cepat dan praktis sehingga tidak
membutuhkan alat yang canggih atau mahal untuk mengukurnya. Nilai hubungan
keeratannya juga cukup besar (r = 97.97%). Irawan (2006) menyatakan, kerapatan
tumpukan memegang peranan penting dalam menghitung volume ruang yang
dibutuhkan suatu bahan dengan berat tertentu seperti proses pengisian silo, alat
pencampur dan elevator. Lebih lanjut Syarief dan Irawati (1993) menambahkan
bahwa kerapatan tumpukan penting diketahui dalam merencanakan suatu gudang
penyimpanan dan volume alat pengolahan.
14
Kerapatan pemadatan
tumpukan (g l-1)
Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Nilai kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi kontrol penelitian sebesar
432.30 g l-1. Nilai tersebut diperoleh karena adanya pengaruh dari proses
pengukuran seperti pemadatan. Sesuai pernyataan Khalil (1999a), besarnya nilai
kerapatan pemadatan tumpukan tergantung pada jenis bahan serta cara intensitas
proses pemadatan. Serbuk gergaji memiliki nilai kerapatan pemadatan tumpukan
lebih rendah dibandingkan dedak padi yaitu sebesar 208.33 g l-1, sehingga
penambahan serbuk gergaji dengan persentase yang berbeda menurunkan nilai
kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi pada taraf uji 1%. Penambahan serbuk
gergaji akan menurunkan kerapatan pemadatan tumpukan pada perlakuan (P1, P2,
P3 dan P4) sebesar 420.19 g l-1, 405.08 g l-1, 393.29 g l-1 dan 385.61 g l-1. Irawan
(2006) melaporkan bahwa nilai kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi
berkisar antara 425 - 557.5 g l-1, sehingga jika dibandingkan dengan data hasil
penelitian dapat dikatakan bahwa pemalsuan sudah dapat terdeteksi pada
penambahan 5% serbuk gergaji.
Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa setiap penambahan 1 %
serbuk gergaji pada dedak padi akan menurunkan nilai kerapatan pemadatan
tumpukan sebesar 2.405 g l-1 dan memiliki hubungan keeratan yang sangat besar (r
= 98.64 %). Hubungan keeratan antara penambahan serbuk gergaji dan nilai
kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi pada penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 6.
440
430
420
410
400
390
380
y = -2.405x + 431.3
R² = 0.973
r = 98.64%
0
5
10
15
20
Penambahan serbuk gergaji (%)
25
Gambar 6 Grafik hubungan penambahan serbuk gergaji (%)
terhadap kerapatan pemadatan tumpukan (g l-1) dedak
padi
Kerapatan pemadatan tumpukan juga memiliki hubungan keeratan dengan
berat jenis sebesar (r = 97.42%). Menurut Gauthama (1998), nilai berat jenis
bahan mempengaruhi nilai kerapatan pemadatan tumpukan, hal ini disebabkan
karena keduanya dipengaruhi oleh distribusi kadar air dan karakteristik ukuran
partikel bahan. Pemadatan bahan yang mempunyai berat jenis tinggi akan
meningkatkan tingkat kepadatannya, sehingga berat bahan tiap satuan volume
akan meningkat. Hubungan keeratan antara kerapatan pemadatan tumpukan dan
berat jenis dedak padi dapat dilihat pada Gambar 7.
Kerapatan pemadatan
tumpukan (g l-1)
15
440
430
420
410
400
390
380
370
y = 568.0x - 323.6
R² = 0.949
r = 97.42%
1.2
1.25
1.3
Berat jenis (kg l-1)
1.35
Gambar 7 Grafik hubungan kerapatan pemadatan tumpukan (g l-1)
dengan berat jenis (kg l-1)
Kerapatan pemadatan
tumpukan (g l-1)
Berdasarkan hasil pengukuran dalam penelitian, terdapat hubungan keeratan
antara kerapatan pemadatan tumpukan dengan kerapatan tumpukan sebesar (r =
96.28%). Hal ini sesuai dengan pendapat Gauthama (1998) yang menjelaskan
bahwa nilai kerapatan tumpukan berhubungan erat dengan kerapatan pemadatan
tumpukan karena metode pengukuran yang digunakan hampir sama. Hubungan
keeratan antara kerapatan pemadatan tumpukan dan kerapatan tumpukan dapat
dilihat pada Gambar 8.
440
430
420
410
400
390
380
370
y = 1.431x + 36.15
R² = 0.927
r = 96.28%
220
240
260
280
Kerapatan tumpukan (g l-1)
Gambar 8 Grafik hubungan kerapatan pemadatan tumpukan (g l-1) dengan
kerapatan tumpukan (g l-1)
Berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui bahwa nilai kerapatan pemadatan
tumpukan akan meningkat apabila nilai kerapatan tumpukan meningkat. Sesuai
dengan Simanjuntak (1999) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang
sangat erat antara nilai kerapatan tumpukan dengan kerapatan pemadatan
tumpukan. Nilai kerapatan pemadatan tumpukan akan meningkat apabila nilai
kerapatan tumpukan meningkat.
16
Sudut tumpukan (°)
Sudut Tumpukan
Dedak padi kontrol dalam penelitian memiliki sudut tumpukan sebesar
39.90°. Nilai tersebut diperoleh karena adanya pengaruh dari sifat fisik yang
lainnya seperti berat jenis dan kerapatan tumpukan. Hal ini sesuai dengan Khalil
(1999b) yang menyatakan bahwa besarnya sudut tumpukan sangat dipengaruhi
oleh ukuran, bentuk dan karakteristik permukaan partikel, kandungan air, berat
jenis dan kerapatan tumpukan. Nilai sudut tumpukan serbuk gergaji lebih rendah
dari dedak padi yaitu sebesar 36.95°, sehingga penambahan serbuk gergaji
menurunkan sudut tumpukan dedak padi perlakuan (5%, 10%, 15% dan 20%)
sebesar 39.68°, 39.35°, 39.15° dan 38.95° pada taraf uji 1%. Sudut tumpukan
dedak padi kontrol dalam penelitian lebih rendah dari hasil pengukuran Williams
and Rosentrater (2004) yaitu sebesar 45°, sehingga dapat dinyatakan bahwa
pemalsuan sudah dapat terdeteksi pada penambahan 5% serbuk gergaji.
Hasil pengukuran sudut tumpukan dalam penelitian memiliki kebebasan
bergerak yang sedang sesuai dengan pendapat Fasina and Sokhansanj (1993) yang
menyatakan bahwa sudut tumpukan antara 35° - 45° memiliki kebebasan bergerak
yang sedang. Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui bahwa setiap penambahan
1 % serbuk gergaji pada dedak padi akan menurunkan nilai sudut tumpukan
sebesar 0.048° dan memiliki hubungan keeratan yang sangat besar (r = 98.28 %).
Hubungan keeratan antara penambahan serbuk gergaji dan nilai sudut tumpukan
dedak padi pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 9.
40.2
40
39.8
39.6
39.4
39.2
39
38.8
y = -0.048x + 39.89
R² = 0.966
r = 98.28%
0
10
20
30
Penambahan serbuk gergaji (%)
Gambar 9 Grafik hubungan antara penambahan serbuk gergaji (%)
terhadap sudut tumpukan (°) dedak padi
Dalam penelitian ini sudut tumpukan memiliki hubungan keeratan dengan
berat jenis sebesar (r = 96.79%). Geldart et al. (1990) menyatakan berat jenis,
kerapatan tumpukan, dan kadar air bahan mempengaruhi tingkat kebebasan
mengalir dari bahan yang dipakai untuk mengamati nilai sudut tumpukan.
Kenaikan berat jenis akan menyebabkan turunnya nilai sudut tumpukan bahan.
Hubungan keeratan antara sudut tumpukan dengan berat jenis dapat dilihat pada
Gambar 10.
Sudut tumpukan (°)
17
40.2
40
39.8
39.6
39.4
39.2
39
38.8
y = 11.47x + 24.64
R² = 0.937
r =96.79%
1.2
1.25
1.3
1.35
Berat jenis (kg l-1)
Gambar 10 Grafik hubungan sudut tumpukan (°) dengan berat jenis (kg l-1)
Sudut tumpukan (°)
Geldart et al. (1990) dan Khalil (1999b) menyatakan bahwa bahan yang
mudah bergerak bebas (kerapatan tumpukan tinggi) saat dicurahkan pada sudut
kemiringan tertentu akan membentuk sudut tumpukan yang lebih kecil bila
dibandingkan bahan yang tidak mudah bergerak bebas (kerapatan tumpukan
rendah). Sudut tumpukan memiliki hubungan keeratan dengan kerapatan
tumpukan sebesar (r = 96.64%) dan kerapatan pemadatan tumpukan sebesar (r =
98.69%). Hubungan keeratan antara sudut tumpukan dan kerapatan tumpukan
dapat dilihat pada Gambar 11. Sedangkan, hubungan keeratan antara sudut
tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan dapat dilihat pada Gambar 12.
40.2
40
39.8
39.6
39.4
39.2
39
38.8
38.6
y = 0.029x + 31.83
R² = 0.934
r = 96.64%
220
240
260
280
Kerapatan tumpukan (g l-1)
Gambar 11 Grafik hubungan sudut tumpukan (°) dengan kerapatan
tumpukan (g l-1)
18
Sudut tumpukan (°)
40.2
40
39.8
39.6
39.4
y = 0.020x + 31.23
R² = 0.974
r = 98.69%
39.2
39
38.8
380
400
420
440
-1
Kerapatan pemadatan tumpukan (g l )
Gambar 12 Grafik hubungan sudut tumpukan (°) dengan kerapatan
pemadatan tumpukan (g l-1)
Menurut Fasina dan Sokhansanj (1993), sudut tumpukan akan
mempengaruhi laju alir suatu bahan terutama pada saat pengangkutan maupun
pembongkaran dengan menggunakan alat mekanik seperti traktor, sekop dan
konveyor. Lebih lanjut Ali (2006) menyatakan bahwa sudut tumpukan
berpengaruh terhadap ketepatan proses penakaran baik secara volumetrik maupun
grafimetris. Jika ditimbang, maka ransum dengan sudut tumpukan yang rendah
akan lebih mudah dan akurat dibandingkan dengan ransum yang mempunyai
sudut tumpukan yang tinggi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kelima sifat fisik dapat digunakan untuk mendeteksi pemalsuan tetapi
berdasarkan hasil korelasi, kerapatan pemadatan tumpukan yang paling baik
karena memiliki hubungan keeratan yang paling tinggi. Dedak padi yang
digunakan dalam penelitian termasuk ke SNI mutu II. Pemalsuan dedak padi
dengan serbuk gergaji dapat terdeteksi pada pencampuran 5 - 10%.
Saran
Belum ada data mengenai sifat fisik dedak padi berdasarkan mutu SNI,
sehingga dianjurkan untuk melakukan penelitian yang mengukur sifat fisik dedak
padi berdasarkan mutu dalam SNI. Dengan adanya data tersebut, akan
mempermudah mendeteksi dedak padi yang telah dipalsukan. Pengambilan
sampel perlu dilakukan dari beberapa pabrik penggilingan padi untuk dapat
memperoleh dedak padi yang berkualitas paling baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1999. Official Menthod of
Analysis. Washington (US): AOAC International Washington.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Menthod of
Analysis of the Association of Official Analytical of Chemist. Arlington
(US): The Association of Official Analytical of Chemist.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia. Jakarta (ID): Badan Pusat
Statistik.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2001. Dedak padi / Bahan Baku Pakan No 013178-1996. Jakarta (ID): Dewan Standardisasi Nasional Indonesia.
Ali AJ. 2006. Karakteristik sifat fisik bungkil kedelai, bungkil kelapa dan bungkil
sawit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Bogor (ID): Lembaga Satu Gunung
Budi.
Armin FD. 2001. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji dan kompas sampah pasar
terhadap pertumbuhan anakan kayu afrika (Maesopsis rminii Engl.) pada
tanah latosol darmaga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Aryono 2008. Pengaruh perbedaan proses kerja huller terhadap sifat fisik dedak
padi di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Fasina OO, Sokhansanj S. 1993. Effect of moisture content on bulk handling
properties of alfalfa pellets. Can Agr Eng. 35 (4): 269 - 273 (Abstr).
Gauthama P. 1998. Sifat fisik pakan lokal sumber energi, hijauan dan mineral
pada kandungan air dan ukuran partikel yang berbeda [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Geldart DM, Mallet F, Rolfe N. 1990. Assesing the flowability of powder using
angle of repose powder. Handling and Processing. 2 (4) : 341 - 345.
Henderson SM, Perry RL. 1981. Agricultural Process Engineering. Pratomo M,
penerjemah. Jakarta (ID): Direktorat Pendidikan Tinggi. Dinas P dan K.
Irawan H. 2006. Karakteristik sifat fisik jagung, dedak padi dan pollard [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Khalil. 1999a. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik
pakan lokal : kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan
berat jenis. Med Pet. 22 (1): 1 – 11.
Khalil. 1999b. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik
pakan lokal: sudut tumpukan, daya ambang dan faktor higroskopis. Med
Pet. 22 (1): 33 – 42.
Kushartono B. 2000. PenentuanKualitas Bahan Baku Pakan dengan Cara
Organoleptik. Bogor (ID) : Balai Penelitian Ternak.
Mariyono, Romjali E. 2007. Petunjuk Teknis Inovasi Pakan Murah untuk Usaha
Pembibitan Sapi Potong. Bogor (ID) : Puslitbang Peternakan.
Maulana MR. 2007. Uji pemalsuan dedak padi menggunakan sifat fisik bahan
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Muchtadi RT, Sugiyono. 1989. Ilmu Pengetahuan Bahan. Petunjuk Laboratorium
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Tinggi Pusat
antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
20
Mundzir M. 2007. Uji sifat fisik pemalsuan pollard [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Patiwiri AW. 2006.