Seleksi Beberapa Genotipe Melon Cantalupensis (Cucumis melo L. var. reticulatus) di Dua Musim Tanam.

`

SELEKSI BEBERAPA GENOTIPE MELON CANTALUPENSIS
(Cucumis melo L. var. reticulatus) DI DUA MUSIM TANAM

NAWANG NUR AINI AFIFAH

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Seleksi Beberapa Genotipe
Melon Cantalupensis (Cucumis melo L. var. reticulatus) di Dua Musim Tanam
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Nawang Nur Aini Afifah
NIM A24110087

ABSTRAK
NAWANG NUR AINI AFIFAH. Seleksi Beberapa Genotipe Melon
Cantalupensis (Cucumis melo L. var. reticulatus) di Dua Musim Tanam.
Dibimbing oleh WILLY BAYUARDI SUWARNO.
Keragaman tipe buah melon di pasaran dan ketersediaan benih produksi
dalam negeri masih relatif terbatas sehingga diperlukan perakitan varietas-varietas
melon unggul baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik
hortikultura beberapa genotipe melon berjala (Cucumis melo L. var. reticulatus)
dan mengidentifikasi genotipe-genotipe yang potensial. Percobaan dilaksanakan
di dua musim tanam, yaitu pada bulan September hingga Desember 2014 di Desa
Cibeureum, Kelurahan Mulyaharja, Bogor, dan pada bulan Januari hingga Maret
2015 di Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Tajur II,
Bogor. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak

(RKLT) faktor tunggal dengan 10 genotipe dan tiga ulangan di tiap musim,
dimana beberapa genotipe yang ditanam di musim kedua adalah hasil seleksi dari
musim pertama. Genotipe melon yang dievaluasi memiliki keragaman pada semua
peubah kecuali umur berbunga hermafrodit. Karakter dengan nilai heritabilitas arti
luas yang tinggi adalah lebar daun, diameter buah, bobot buah, dan tebal kulit
buah. Genotipe yang terpilih dari hasil seleksi simultan di musim kedua
berdasarkan bobot buah dan kadar gula adalah H94XMRE, R2, dan AFAXPAS.
Hasil analisis gerombol menunjukkan semua genotipe yang dievaluasi tergabung
dalam kelompok yang sama kecuali R5. Genotipe-genotipe yang terseleksi
memiliki tingkat kemiripan yang dekat dengan varietas Eldorado dan Emerald
Jewel sehingga menjadi materi genetik yang bermanfaat untuk program pemuliaan
selanjutnya.
Kata kunci : analisis gerombol, evaluasi karakter, heritabilitas, melon berjala,
seleksi indeks

ABSTRACT
NAWANG NUR AINI AFIFAH. Selection of Several Cantaloupe Melon
Genotypes (Cucumis melo L. var. reticulatus) in Two Season. Supervised by
WILLY BAYUARDI SUWARNO.
The diversity of melon types in the markets and the availability of locallyproduced melon seeds are still relatively limited, therefore breeding for new

melon varieties is promising. This study aimed to evaluate the horticultural
characteristics of several cantaloupe melon genotypes (Cucumis melo L. var.
reticulatus) and to identify potential genotypes. The experiment was conducted in
two cropping seasons, i.e. September to December 2014 in the village of
Cibeureum, Mulyaharja, Bogor, and January to March 2015 at the PKHT IPB
Tajur II experimental station, Bogor. The study was conducted using a single
factor randomized complete block designwith 10 genotypes and three replications
in each season. There was considerable diversity among the melon genotypes for
all traits except for days to hermaphrodite flowering. Traits with high broad sense
heritability are leaf width, fruit diameter, fruit weight, and rind thickness.
Genotypes selected from the second season based on fruit weight and sugar
content are H94XMRE, R2, and AFAXPAS. Cluster analysis showed that all
evaluated genotypes except R5 are grouped together. The selected genotypes have
a level of similarity with Eldorado and Emerald Jewel varieties and can be utilized
as potential genetic sources in a melon breeding program.
Keywords : cluster analysis, netted melon, randomized complete block design,
selection index

SELEKSI BEBERAPA GENOTIPE MELON CANTALUPENSIS
(Cucumis melo L. var. reticulatus) DI DUA MUSIM TANAM


NAWANG NUR AINI AFIFAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi: Seleksi Beberapa Genotipe Melon Cantalupensis ( Cucumis melo L.
var. reticulatus) di Dua Musim Tanam
: Nawang Nur Aini Afifah
Nama
: A24110087

NIM

Disetujui oleh

セ@
Dr Willy Bayuardi Suwamo, SP MSi
Pembimbing

MScA2:r

'Ianggal Lulus:

2 naオ
U

.ᄋ uセ@

'7il15
LU
I


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi
yang berjudul “Seleksi Beberapa Genotipe Melon Cantalupensis (Cucumis melo L.
var. reticulatus) di Dua Musim Tanam” ini dilaksanakan sejak bulan September
2014 sampai Maret 2015 di Desa Cibeureum, Kecamatan Mulyaharja, Kota Bogor
dan Kebun Percobaan PKHT II, Tajur, Kota Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr Willy Bayuardi Suwarno, SP, MSi yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan selama perencanaan dan pelaksanaan penelitian serta
pembuatan skripsi ini,
2. Prof Dr Ir Memen Surahman, MSc.Agr yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan terkait dengan permasalahan akademik,
3. Orang tua penulis yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dan
dukungan yang tulus,
4. Bapak Hidayatullah, Bapak Ahmad Kurniawan, serta seluruh teknisi lapang
yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini,
5. PKHT IPB yang telah mendukung penulis untuk ikut bergabung dalam tim
peneliti melon dan membiayai penelitian ini,

6. Amalia, Iqbal, Rizki Amalia, Kak Tustiah, Yeni, Wulan, Dede, Kak Rony,
Kak Wida, Kak Radhiya, Kak Nazi, Ratih, Rianty, Nicky, Isti, Bethari,
Mimin, Widya, Dyra, Sonya, Dina, Lerry, dan Usamah atas bantuan serta
motivasi selama kegiatan penelitian,
7. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 48 yang selalu
memberikan semangat.
Semoga skripsi yang penulis buat ini dapat bermanfaat, baik bagi
masyarakat maupun bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bogor, Agustus 2015
Nawang Nur Aini Afifah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan dan Alat Penelitian
Rancangan Percobaan
Pelaksanaan Penelitian
Pengamatan
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Percobaan
Analisis Ragam pada Karakter Kuantitatif Tanaman
Evaluasi terhadap Karakter Kualitatif Tanaman
Pendugaan Komponen Ragam dan Heritabilitas Arti Luas
Seleksi Indeks pada Genotipe Melon
Analisis Gerombol
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


ix
ix
x
1
1
2
2
2
5
5
5
6
7
7
9
10
10
12
15

18
19
20
21
21
22
22
24
29

DAFTAR TABEL
1 Daftar genotipe melon pada kedua musim
2 Rekapitulasi sidik ragam pada peubah kuantitatif beberapa genotipe
melon
3 Nilai tengah karakter diameter batang, lebar daun, panjang daun, umur
berbunga hermafrodit tanaman melon
4 Nilai tengah karakter umur panen, panjang buah, diameter buah,
ketebalan daging buah dan ketebalan kulit buah melon
5 Nilai tengah karakter bobot dan kadar gula buah melon
6 Rekapitulasi hasil pengamatan peubah kualitatif pada warna bunga,

warna batang, bentuk cuping daun, permukaan daun, warna daun dan
warna kulit buah muda pada beberapa genotipe melon
7 Rekapitulasi hasil pengamatan peubah kualitatif pada distribusi jala,
intensitas jala, warna kulit buah masak, dan warna daging buah
beberapa genotipe melon
8 Rekapitulasi hasil pengamatan peubah kualitatif pada tekstur daging
buah, rasa daging buah, aroma luar buah, aroma dalam buah dan bentuk
buah beberapa genotipe melon
9 Nilai duga komponen ragam dan heritabilitas arti luas pada peubah
kuantitatif beberapa genotipe melon
10 Seleksi indeks pada genotipe uji dari pertanaman musim kedua

6
12
13
14
15

17

18

19
19
20

DAFTAR GAMBAR
1 Kondisi pertanaman melon pada lokasi : (A) Desa Cibeureum,
Kelurahan Mulyaharja, Bogor Selatan, dan (B) Kebun Percobaan PKHT
II Tajur, Bogor
2 Gejala penyakit pada pertanaman melon : (A) cucumber mosaic virus,
(B) Fusarium oxysporum f. sp. melonis (Fom), (C) Mycosphaerella
melonis, (D) Powdery mildew
3 Beberapa jenis hama pada pertanaman melon : (A) Aulacophora similis,
(B) Dacus cucurbitae, (C) Valanga nigricornis, (D) Achatina fulica
4 Penampilan fenotipik daun dari 14 genotipe
5 Dendrogram hasil pengelompokan beberapa genotipe melon
berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif

10

11
11
16
21

DAFTAR LAMPIRAN
1. Karakter kualitatif pada melon (A) Bentuk daun; (B) Bentuk tepi
daun; (C) Bentuk buah
2. Data curah hujan dan suhu di kelurahan Mulyaharja pada bulan
September 2014-Desember 2014
3. Data curah hujan dan suhu di Kebun Percobaan PKHT II Tajur pada
Bulan Januari 2014-Maret 2015
4. Deskripsi genotipe AFAXPAS dan H94XMRE
5. Deskripsi genotipe R2 dan R4
6. Deskripsi genotipe R5

24
25
25
26
27
28

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Melon dengan nama latin Cucumis melo L. merupakan salah satu buah yang
banyak digemari oleh konsumen karena rasanya yang manis dan bernilai gizi
tinggi. Berdasarkan data USDA (2007) melon tipe Cantaloupe memiliki vitamin
A dan vitamin C yang tinggi. Kandungan lainnya yaitu serat, kalium, sodium,
vitamin B6, folat, dan niasin. Usaha budidaya melon memiliki prospek cukup
besar dilihat dari potensi lahan dan permintaan pasar yang terus meningkat karena
dengan lahan terbatas (1 000 m2) dapat diperoleh produksi 2.5–2.7 ton (Afandi et
al. 2013). Hal tersebut menunjukkan potensi pasar yang besar untuk usaha
budidaya melon.
Era perdagangan menuju pasar bebas menuntut pelaku agribisnis melon
untuk meningkatkan mutu buah. Mutu adalah suatu konsep dinamis, terdiri atas
unsur atau atribut spesifik mengenai penampilan tertentu suatu produk yang sesuai
persepsi konsumen (Sobir dan Siregar 2014). Salah satu standar mutu buah melon
yang paling mudah untuk diamati adalah penampilan luar buah yang
mempengaruhi kualitasnya. Hal ini disebabkan kualitas buah melon adalah syarat
utama permintaan pasar yang mempengaruhi harga jual. Salah satu penentu
kualitas buah adalah penampilan morfologi buah yang menarik. Setiap jenis
komoditi buah-buahan memiliki standar mutu tertentu untuk dapat diterima pasar.
Ukuran, rasa, kandungan gizi dan penampakan buah yang sempurna sangat
dituntut pasar, terutama untuk ekspor (Setyowati 2009).
Peningkatan kualitas dan produksi buah melon dapat dilakukan dengan
peningkatan mutu benih yang digunakan. Kebutuhan benih melon di Indonesia
saat ini belum dapat terpenuhi dari produksi dalam negeri, dan keragaman tipe
buah melon yang ada di pasaran masih relatif terbatas. Indonesia membutuhkan
impor benih melon hibrida yang menyebabkan tingkat ketergantungan terhadap
negara lain cukup tinggi. Tingkat ketergantungan tersebut dapat dikurangi dengan
melakukan pemuliaan tanaman yang merupakan perpaduan antara ilmu dan seni
dalam merakit keragaman genetik suatu populasi tanaman untuk menghasilkan
varietas unggul baru (Syukur et al. 2012).
Data BPS (2013) juga menunjukkan adanya sedikit penurunan produksi
buah melon dalam kurun waktu 2012 (125 474 ton) menuju 2013 (125 207 ton).
Standar yang tinggi mengenai kualitas dan produksi dapat dipenuhi melalui
perakitan varietas hibrida, yang merupakan generasi F1 dari persilangan sepasang
galur murni yang memiliki karakter unggul. Perbaikan kualitas hasil dilakukan
dengan merakit varietas yang mempunyai kandungan nutrisi lebih baik, antinutrisi
yang rendah, rasa yang sesuai, bentuk dan warna lebih menarik, serta daya simpan
yang lebih baik, sedangkan perbaikan potensi hasil dilakukan dengan merakit
varietas unggul baru yang mempunyai kemampuan lebih tinggi dalam
menyalurkan fotosintat ke bagian yang dapat dipanen (Syukur et al. 2012).
Tujuan hilir dari perakitan varietas-varietas melon hibrida baru dalam negeri
melalui rangkaian kegiatan pemuliaan tanaman adalah tersedianya benih melon
hibrida yang unggul dan adaptif secara kontinu serta berkurangnya
ketergantungan terhadap benih impor. Pengembangan melon hibrida ini tidak

2
terlepas dari rangkaian tahap karakterisasi morfologi tanaman, daya hasil, dan
kualitas buah untuk mempelajari keragaman genetik dan mengidentifikasi
genotipe-genotipe yang memiliki sifat unggul. Materi genetik yang diperoleh dari
tahap ini akan bermanfaat dalam dalam proses perakitan varietas baru yang
memiliki keragaan dan kualitas yang baik dan berdaya saing.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik hortikultura
beberapa genotipe buah melon (Cucumis melo L.) sehingga dapat
mengidentifikasi genotipe-genotipe potensial dengan kualitas buah dan keragaan
yang baik untuk dijadikan materi genetik dalam program pemuliaan tanaman.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah dari seluruh genotipe yang diamati terdapat
satu atau lebih genotipe yang memiliki karakter hortikultura yang lebih baik
daripada genotipe lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik dan Botani Tanaman Melon (Cucumis melo L.)
Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman hortikultura yang termasuk
ke dalam famili Cucurbitaceae. Famili ini termasuk tanaman merambat yang peka
terhadap suhu dingin dan sebagian besar memiliki sulur (Robinson dan DeckerWalters 1999). Melon berasal dari Lembah Panas Persia atau daerah Mediterania
yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Tanaman
ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada abad ke-14 melon
dibawa ke Amerika oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado,
California, dan Texas. Hingga saat ini melon tersebar keseluruh penjuru dunia
terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia (Kemenristek 2000).
Batang tanaman melon umumnya bulat berbeda dengan timun yang
memiliki batang bersudut. Tanaman ini tumbuh menjalar dengan ruas yang
pendek. Sulurnya tidak bercabang dan tumbuh diantara ruas. Menurut Rubatzky
dan Yamaguchi (1999) daun melon berbentuk agak bundar, bulat telur atau seperti
ginjal dengan lebar sekitar 8–15 cm dan bersudut-sudut atau memiliki 5–7 lekuk
dangkal. Sistem perakaran pada tanaman melon biasanya agak luas tetapi agak
dangkal.
Sebagian besar kultivar melon merupakan tanaman andromonoecious yang
memiliki buah bulat atau lonjong. Beberapa kultivar lain merupakan tanaman
monoecious dan memproduksi buah yang memanjang (Robinson dan DeckerWalters 1999). Andromonoecious adalah tanaman yang memiliki bunga sempurna
(hermafrodit) dan bunga jantan dalam satu tanaman sedangkan monoecious adalah
tanaman yang memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam satu tanaman
(Syukur et al 2012). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) bunga jantan
terbentuk dalam kelompok 3–5 bunga pada tangkai bunga ramping. Bunga betina

3
dan hermafrodit tumbuh tunggal dengan tangkai yang gemuk dan pendek, tumbuh
pada ketiak daun yang berbeda.
Menurut Paje dan van der Vossen (1994) buah melon berbentuk bulat, oval,
sampai lonjong, permukaan kulitnya halus sampai kasar dan berjaring. Kulit buah
melon yang sudah masak berwarna putih, hijau, hijau kekuningan, kuning, coklat
kekuningan, berbintik kuning atau oranye dengan latar belakang hijau atau kuning.
Sedangkan daging buahnya berwarna kuning, merah muda, oranye, hijau, atau
putih.Menurut Poerwanto dan Susila (2013) melon termasuk ke dalam buah pepo
dengan karakter memiliki dinding luar yang lebih tebal dan kuat. Pada buah yang
masak, di tengahnya sering terdapat ruangan dan daging buahnya bersatu dengan
banyak biji di dalam ruangan tersebut. Buah ini memiliki keunggulan komparatif
yaitu umur pendek antara 60–70 hari (Afandi et al. 2013).
Variasi pada buah melon cukup banyak dalam bentuk, ukuran, rasa, aroma,
penampilan dan penampakan yang tergantung pada varietas. Bentuknya seringkali
dibagi menjadi bulat, oval, dan lonjong. Warna daging melon dibedakan menjadi
melon yang daging buahnya berwarna putih, hijau muda, hijau, oranye, oranye tua.
Buah melon dapat memiliki hingga tiga warna kulit yang berbeda dalam
perkembangannya. Kecepatan perubahan warna kulit buah tergantung pada jenis
varietas. Perubahan warna berhubungan erat dengan waktu kematangan (UPOV
2006).
Menurut Robinson dan Decker-Walters (1999) melon dibagi menjadi
beberapa kelompok utama, yaitu :
1. Kelompok Cantalupensis (biasanya disebut cantaloupe dan muskmelon)
Ukuran buahnya sedang dan memiliki jaring (net), permukaan kulit kasar,
warna daging oranye atau hijau dan memiliki aroma. Panen dapat dicirikan dari
buah yang terlepas dari tangkai buah. Biasanya termasuk andromonoecious.
2. Kelompok Inodorus (winter melon)
Ukuran buah umumnya lebih besar, waktu panen dan daya simpan lebih lama
daripada kelompok Cantalupensis. Kulitnya halus dan tidak berjaring. Warna
dagingnya putih atau hijau. Buah tidak terlepas dari tangkai buah saat matang.
Biasanya termasuk golongan andromonoecious.
3. Kelompok Flexuosus (snake melon)
Bentuk buahnya panjang, ramping dan biasanya berjuring. Buah biasanya
digunakan sebelum matang sebagai pengganti timun. Termasuk golongan
monoecious.
4. Kelompok Conomon (pickling melon)
Bentuk buahnya kecil dengan kulit yang halus, daging buahnya putih dan agak
manis dan sedikit beraroma. Buahnya biasa digunakan sebagai acar dan dapat
juga dimakan segar serta dimasak. Biasanya termasuk golongan
andromonoecious.
5. Kelompok Dudaim (pomegrante melon, Queen Anne’s pocket melon)
Melon kelompok dudaim sebelumnya dimasukkan dalam kelompok Chito
(manggo melon). Bentuk buahnya kecil, bulat sampai lonjong, daging buah
berwarna putih dan kulitnya tipis.
6. Kelompok Momordica (phoot snap melon)
Bentuk buahnya bulat silinder dengan ukuran 30–60 cm x 7–15 cm. Warna
dagingnya putih dan oranye. Kadar gulanya rendah, kulitnya halus. Biasanya
termasuk golongan monoecious.

4
Syarat Tumbuh Tanaman Melon
Menurut Sobir dan Siregar (2014) melon termasuk jenis tanaman yang tidak
dapat dibudidayakan pada kisaran wilayah yang luas. Hal ini ditunjukkan dengan
kemampuan tanaman untuk mampu tumbuh dan berproduksi baik pada rentang
wilayah ketinggian 250—700 m di atas permukaan laut (dpl). Di dataran rendah
yang ketinggiannya kurang dari 250 m di atas permukaan laut ukuran melon
umumnya berukuran relatif lebih kecil dan dagingnya agak kering (kurang berair).
Suhu ideal bagi pertumbuhan melon berkisar 25–30 oC dengan tingkat
kelembapan 50–70%. Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyebutkan bahwa
kelembapan rendah dapat mengurangi munculnya sebagian besar penyakit daun.
Penyakit daun dapat menyebabkan kerontokan daun dan menyebabkam buah lebih
rentan dan mudah terbakar matahari.Melon tidak dapat tumbuh jika suhu kurang
dari 18 oC. Tanaman melon akan tumbuh dengan baik jika pH berkisar antara 5.8
hingga 7.2. dengan kecepatan angin dibawah 20 km/jam. Curah hujan yang
optimum yaitu 1 500-2 500 mm tahun-1.
Melon dapat tumbuh di beberapa tipe tanah tetapi akan berproduksi optimum
pada tanah bertekstur lempung berpasir atau jenis tanah dengan kelas latosol,
andosol dan aluvial. Menurut Perwanto dan Susila (2013) pada tanah latosol
mudah terjadi granulasi sehingga drainase tanahnya sangat baik. Penggunaan
tanah ini untuk budidaya buah-buahan memerlukan pengapuran dan pemupukan
intensif. Tanah alluvial terbentuk dari endapan sungai akibat banjir karena itu sifat
dan kesuburannya dipengaruhi bahan asalnya. Rubatzky dan Yamaguchi (1999)
menambahkan bahwa tanah bertekstur halus berpotensi lebih produktif tetapi
cenderung menunda waktu pematangan buah.
Kualitas Buah Melon
Beberapa karakteristik komoditas hortikultura diantaranya adalah mudah
rusak, dikonsumsi segar, kualitas menjadi unsur utama dan voluminous. Kualitas
buah merupakan syarat utama permintaan pasar. Salah satu penentu kualitas buah
adalah penampilan buah yang menarik sebab penampilan buah sering dijadikan
penilaian oleh pasar. Setiap jenis komoditi buah-buahan mempunyai standar mutu
tertentu untuk dapat diterima pasar. Ukuran, rasa, kandungan gizi dan
penampakan buah yang sempurna sangat dituntut oleh pasar, terutama untuk
kebutuhan ekspor (Setyowati 2009).
Buah yang bermutu tinggi akan mendapat apresiasi yang baik dari pasar dan
konsumen sehingga layak mendapat harga jual lebih tinggi (Sobir dan Siregar
2014), sedangkan produk hortikultura yang tidak berkualitas memiliki nilai
ekonomi yang rendah. Perbedaan kualitas dapat menimbulkan perbedaan harga
yang mencolok. Kualitas lebih sering berasosiasi dengan keraagaan, contohnya
melon yang memiliki jala teratur dan rapi umumnya dihargai jauh lebih tinggi
(Poerwanto dan Susila 2013).
Sobir dan Siregar (2014) menyatakan bahwa standar mutu minimum yang
harus dicapai dan berlaku untuk perdagangan domestik maupun internasional
diantaranya buah utuh tidak pecah atau retak (dengan atau tanpa tangkai), buah
layak dikonsumsi (bersih dan bebas dari benda asing maupun tangkai yang mati
atau kering), daging buah bebas dari kememaran maupun pencoklatan internal,
buah bebas dari hama dan penyakit yang berpengaruh pada keragaan produk

5
secara umum, buah tidak boleh disertai tangkai yang panjangnya lebih dari 3 cm
dan pemotongan tangkai harus mendatar, lurus, bersih. Melon yang dipanen juga
harus mencapai tingkat kemasakan fisiologis, contoh bebas dari tanda-tanda
ketidakmatangan atau tanda-tanda lewat matang. Mutu melon sangat ditentukan
rasa yang dicerminkan dengan kadar gula tidak kurang dari 12o brix.
Pemuliaan Melon
Menurut Syukur et al. (2012) tujuan pemuliaan tanaman secara luas adalah
memperoleh atau mengembangkan varietas agar lebih efisien dalam penggunaan
unsur hara, tahan terhadap cekaman biotik, dan toleran terhadap cekaman abiotik
sehingga memberikan hasil optimal dan menguntungkan petani dan konsumen.
Menurut Paje dan van der Vosen (1994) pemuliaan melon bertujuan untuk
mendapatkan kualitas buah yang baik seperti kadar gula tinggi, tekstur daging
buah kenyal atau renyah, bentuk buah bulat atau lonjong, berdaging tebal, tidak
ada rasa belakang (after-taste) setelah dimakan, tahan terhadap hama dan penyakit,
adaptif terhadap lingkungan yang lembap serta memiliki daya simpan buah yang
lama. Keunggulan utama yang diperoleh dalam perakitan varietas hibrida lebih
diarahkan pada keseragaman tanaman dan keseragaman buah yang tinggi serta
adanya kombinasi sifat-sifat yang diinginkan pada satu tanaman. Suwarno dan
Sobir (2007) menambahkan bahwa untuk membentuk varietas melon hibrida
diperlukan pasangan galur murni yang memiliki latar belakang genetik yang jauh
agar hibrida yang dihasilkan memiliki tingkat heterosis yang tinggi.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua musim tanam, seluruhnya dalam kurun
waktu September 2014 hingga Maret 2015. Musim tanam pertama dilaksanakan
pada bulan September 2014 sampai Desember 2014, bertempat di Desa
Cibeureum, Kelurahan Mulyaharja, Bogor Selatan. Lokasi tersebut memiliki
ketinggian ±450 m di atas permukaan laut. Musim tanam kedua dilaksanakan
pada bulan Januari 2015 sampai Maret 2015 bertempat di Kebun Percobaan Pusat
Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB Tajur II, Bogor Selatan. Ketinggian
pada lokasi kedua ±350 m di atas permukaan laut.
Bahan dan Alat
Daftar genotipe uji yang disertakan pada musim tanam pertama dan musim
tanam kedua dapat dilihat pada Tabel 1. Musim tanam pertama menggunakan 9
genotipe uji koleksi PKHT IPB dan 1 varietas hibrida komersial. Musim tanam
kedua menggunakan 5 genotipe uji koleksi PKHT IPB dan 5 varietas hibrida
komersial. Teknik budidaya dilakukan dengan peralatan pertanian konvensional.
Pupuk yang digunakan yaitu Urea, SP-36, KCl, NPK 16:16:16 dan KNO3.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, timbangan digital,
meteran, dan hand refractometer.

6
Tabel 1 Daftar genotipe melon pada kedua musim
Genotipe
Status
Genotipe
Musim 1
AFAXPAS
HSGa
AFAXPAS
a
H94XMRE
HSG
H94XMRE
a
H94XLAD
HSG
R2
a
PASXMRE
HSG
R4
b
Ivory
HST
R5
R1
F2
Sky Rocket
R2
F2
Eldorado
R3
F2
Sandi Sweet

a

Status
Musim 2
HSG (OP)c
HSG (OP)c
F2 (OP)d
F2
F2
HSTb
HSTb
HSTb

R4

F2

Emerald Jewel

HSTb

R5

F2

Emerard

HSTb

HSG = hibrida silang ganda; bHST = hibrida silang tunggal; cHSG (OP) = hibrida silang
ganda yang dibiarkan bersari bebas di musim pertama, lalu dipilih individu yang
potensial untuk ditanam dimusim kedua; dF2 (OP) = F2 yang dibiarkan bersari bebas di
musim pertama, lalu dipilih individu yang potensial untuk ditanam dimusim kedua.

Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan kelompok lengkap
teracak (RKLT) faktor tunggal dengan tiga ulangan di tiap musim tanam. Setiap
ulangan terdiri dari sejumlah genotipe melon hibrida hasil pemuliaan serta
varietas hibrida komersial yang ditempatkan secara acak sehingga terdapat 30
satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 10 tanaman sehingga
ukuran populasi maksimal adalah 300 tanaman. Model linier untuk analisis tiap
musim yaitu:
Yij = μ + αi + βj + Ɛij (i = 1, 2,...10; j = 1, 2, 3)
Yij, μ, αi, βj, Ɛij berturut-turut adalah nilai respon pengamatan genotipe ke-i,
kelompok ke-j; nilai rataan umum; pengaruh genotipe ke-i; pengaruh kelompok
ke-j; pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i, kelompok ke-j. Model linier
untuk analisis gabungan antar musim yaitu:
Yijk = μ + αi + (β/)jk + Ɛijk (i = 1, 2,...,10; j = 1, 2, 3;  = 1,2)
Yijk, μ, αi, (β/)jk, Ɛijk berturut-turut adalah respon pengamatan genotipe ke-i,
kelompok ke-j, musim ke-k; nilai rataan umum; pengaruh genotipe ke-i; pengaruh
kelompok ke-j dalam musim ke-k; pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i,
kelompok ke-j, musim ke-k.

7
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan melalui tahap pembersihan lahan dari sisa
tanaman dan gulma, pengolahan tanah, serta pembuatan bedengan. Pemberian
pupuk dasar dan pengapuran dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah dan
dibiarkan seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk
kandang dengan dosis 15-20 ton ha-1 dan pupuk Urea dengan dosis 375 kg ha-1,
SP-36 dosis 250 kg ha-1 dan KCl dosis 375 kg ha-1. Bedengan dibentuk sesuai
rancangan dengan lebar 120 cm dan tinggi 50 cm. Bedengan ditutup dengan mulsa
plastik hitam perak lalu dibuat lubang tanam dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm.
Pengecambahan Benih dan Penanaman
Proses pengecambahan benih diawali dengan merendam benih dalam air
selama 4 - 6 jam. Benih tersebut kemudian ditiriskan di atas kertas koran lembab
selama ± 36 jam pada suhu kamar. Benih yang sudah berkecambah di pindahkan
ke dalam tray. Media penyemaian yang digunakan berupa tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 2 : 1. Persemaian dipindah ke lapang setelah 4 hari
atau memiliki 2 pasang daun. Pemindahan bibit ke lapang dilakukan pada sore
hari untuk menghindari tanaman stres karena terik matahari. Penggantian tanaman
yang mati (penyulaman) dilakukan paling lambat satu minggu setelah bibit pindah
tanam.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi pemasangan ajir tiga hari setelah pindah
tanam, penyiraman, pengikatan tanaman serta buah, pemangkasan cabang lateral
kecuali cabang ke-9 sampai ke-12, pengendalian organisme pengganggu tanaman
secara kimia dan mekanis. Penyemprotan pestisida dilakukan sekitar satu minggu
sebelum panen. Pupuk susulan yang digunakan berupa pupuk NPK 16:16:16
dalam bentuk larutan pada 7 HST (5 g l-1), 14 HST (10 g l-1), 21 HST (20 g l-1)
dan 28 HST (20 g l-1). Pemupukan KNO3 dilakukan pada umur 45 HST (1 g l-1).
Pemupukan tersebut dilakukan sebanyak 200 ml per tanaman.
Pemanenan
Pemanenan diusahakan dilakukan pada buah yang telah menampakkan ciriciri umum untuk panen, yaitu saat jaring sudah memenuhi seluruh permukaan
buah, tangkai buah mengalami keretakan, dan buah mengeluarkan aroma harum
(pada genotipe-genotipe tertentu).
Pengamatan
Pengamatan mengacu pada panduan deskriptor untuk melon dari
International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI 2003) yang telah
dimodifikasi terhadap peubah kuantitatif dan kualitatif. Peubah pengamatan
kuantitatif yang diamati meliputi :
1. Diameter batang (mm), diukur pada batang dengan jarak 10 cm dari atas
permukaan tanah. Pengukuran dilakukan setelah semua tanaman dalam
plot berbunga.

8
2. Panjang daun, diukur secara vertikal pada daun setelah semua tanaman
dalam plot berbunga.
3. Lebar daun, diukur secara horizontal pada daun setelah semua tanaman
dalam plot berbunga.
4. Umur berbunga hermafrodit (hari), adalah periode waktu dari saat bibit
dipindah ke lapang hingga 50% tanaman dalam plot berbunga hermafrodit
di cabang ke-8.
5. Umur panen (hari), adalah periode waktu dari saat bibit dipindah ke lapang
hingga buah menunjukkan tanda-tanda kematangan.
6. Panjang buah (cm), diukur mulai pangkal sampai ujung buah.
7. Diameter buah (cm), diukur pada bagian tengah buah .
8. Bobot buah (kg). diukur menggunakan timbangan digital dengan buah
dalam keadaan utuh.
9. Ketebalan daging buah (cm), diukur pada bagian tengah buah.
10. Ketebalan kulit buah (mm), diukur pada bagian tengah buah.
11. Kadar gula (obrix), diukur dengan menggunakan hand refractometer.
Adapun peubah kualitatif yang diamati meliputi:
1. Warna bunga : 1) putih-kuning, 2) kuning-krem, 3) kuning, 4) kuning tua,
5) oranye, 6) hijau.
2. Warna batang : (dihitung setelah 50% berbunga) 1) kuning, 2) hijau muda,
3) hijau, 4) hijau tua.
3. Bentuk daun : 1) entire, 2) trilobate, 3) pentalobate, 4) 3-palmately lobed,
5) 5-palmately lobed.
4. Bentuk cuping daun : 3) shallow, 5) intermediate, 7) deep.
5. Permukaan daun 3) glossy, 5) intermediate, 7) dull.
6. Warna daun : 1) hijau muda, 2) hijau, 3) hijau tua.
7. Juring pada buah : 1) ada, 2) tidak ada.
8. Intensitas jala : 1) sangat sedikit, 2) sedikit, 3) sedang, 4) banyak, 5) sangat
banyak.
9. Distribusi jala : 1) seluruh bagian, 2) beberapa bagian, 3) salah satu bagian.
10. Bentuk buah : 1) globular, 2) flattened, 3) oblate, 4) elliptical, 5) pyriform,
6) ovate, 7) acorn, 8) elongate, 9) scallop
11. Warna kulit buah muda: 1) putih, 2) kuning muda, 3) krem, 4) hijau pucat,
5) hijau, 6) hijau tua, 7) hijau kehitaman, 8) oranye, 9) coklat, 10) abu –
abu.
12. Warna kulit buah masak: 1) putih, 2) kuning muda, 3) krem, 4) hijau pucat,
5) hijau, 6) hijau tua, 7) hijau kehitaman, 8) oranye, 9) coklat, 10) abu-abu.
13. Warna daging buah : 1) putih, 2) hijau, 3) kuning, 4) oranye (kuning merah), 5) salmon (merah muda - merah).
14. Tekstur daging buah : 1) lembut, 2) kenyal, 3) renyah, 4) soft spongy.
15. Rasa daging buah : 1) hambar, 2) sedang, 3) manis.
16. Aroma luar buah : 0) tidak ada, 1) ada
17. Aroma dalam buah : 0) tidak ada, 1) ada.

9
Analisis Data
Analisis Ragam
Data yang telah didapatkan diuji asumsi kenormalan galat dan
kehomogenan ragam galatnya Analisis ragam gabungan antar musim dengan
model campuran (mixed model, dimana genotipe sebagai faktor tetap; musim dan
ulangan sebagai faktor acak) dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh genotipe menggunakan metode Restricted Maximum Likelihood (REML).
Derajat bebas pembilang dalam analisis gabungan antar musim tanam diduga
dengan menggunakan pendekatan Satterthwaite (Satterthwaite 1946). Perangkat
lunak yang digunakan untuk analisis data yaitu Microsoft Excel 2007 dan R i386
3.0.1.
Pendugaan Komponen Ragam dan Nilai Heritabilitas Arti Luas
Komponen ragam diduga menggunakan model acak. Nilai heritabilitas
tanaman yang dihitung adalah heritabilitas dalam arti luas yaitu perbandingan
antara ragam genotipik dan ragam fenotipik (Syukur et al. 2012)
σ2 G
2
h = 2
σ P

Keterangan:
h2
= heritabilitas arti luas
2
= ragam genotipik
σG
= ragam fenotipik
σ2 P
Analisis ragam model acak dilakukan menggunakan perangkat lunak R i386 3.0.1.

Seleksi Indeks
Perhitungan seleksi indeks dilakukan untuk mencari genotipe dan individu
unggul berdasarkan karakter bobot buah dan kadar gula. Indeks seleksi ditentukan
berdasarkan rumus Singh dan Chaudry (1976) :
Z = b1x1 + b2x2
Keterangan:
Z = nilai indeks seleksi
b1 = bobot dari peubah bobot buah (bernilai 3)
b2 = bobot dari peubah kadar gula (bernilai 1)
x1 = nilai tengah bobot buah dari tiap genotipe yang telah distandarisasi
x2 = nilai tengah kadar gula dari tiap genotipe yang telah distandarisasi
Perangkat lunak yang digunakan dalam seleksi indeks adalah Microsoft Excel
2007.
Analisis Gerombol
Analisis gerombol dengan pengelompokan genotipe-genotipe berdasarkan
perhitungan koefisien ketidakmiripan. Metode analisis gerombol yang digunakan
adalah average linkage yang menggunakan matriks koefisien ketidakmiripan
Gower. Perangkat lunak R i386 3.2.0 dengan paket ‘cluster’ digunakan untuk
menghitung koefisien ketidakmiripan antar genotipe dan melakukan analisis
gerombol.

10
Modus Data Kualitatif
Data kualitatif ditetapkan berdasarkan modus pada setiap karakter untuk tiap
genotipe dan ditampilkan dalam bentuk deskripsi berdasarkan deskriptor
International Plant Genetic Resource Institute (2003) yang telah dimodifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Percobaan
Penelitian dilaksanakan di dua tempat dengan musim yang berbeda.
Menurut data (BMKG 2015) curah hujan rata-rata selama periode percobaan
musim pertama di Desa Cibeureum, Kelurahan Mulyaharja, Bogor Selatan
(September 2014-Desember 2015) adalah 193 mm dengan suhu rata-rata 26.4 oC
(Lampiran 2) Musim tanam kedua (Januari 2014-Maret 2015) bertempat di Kebun
Percobaan PKHT Tajur II dengan curah hujan rata-rata selama periode tersebut
sebesar 388 mm dengan suhu rata-rata 25.3 oC (Lampiran 3). Menurut Sobir dan
Siregar (2014) suhu optimal untuk pertanaman melon adalah 25-30o C dengan
curah hujan 1 500-2 500 mm tahun-1 atau sekitar 125 mm bulan-1, sedangkan
ketinggian tempat optimum berkisar antara 250-700 m di atas permukaan laut.
Kondisi pertanaman melon pada kedua lokasi dapat dilihat pada Gambar 1.

A

Gambar 1

B
Kondisi pertanaman melon pada lokasi : (A) Desa Cibeureum,
Kelurahan Mulyaharja, Bogor Selatan, dan (B) Kebun Percobaan
PKHT II Tajur, Bogor

Pada musim pertama, dilakukan penanaman sejumlah 9 genotipe uji dan 1
varietas pembanding. Di akhir pelaksanaan musim pertama, terpilih 3 buah
dengan karakter unggul (genotipe AFAXPAS, H94XMRE dan R2). Ketiga
genotipe tersebut ditanam di musim kedua, beserta 2 genotipe yang sama dengan
musim pertama (R4 dan R5) serta 5 varietas hibrida komersial. Analisis data
untuk karakteristik morfologi tanaman dan umur berbunga dilakukan pada
genotipe yang memiliki paling sedikit dua ulangan di tiap musim dan minimal tiga
tanaman contoh di tiap ulangan (jumlahnya 14 genotipe dari dua musim).
Sejumlah genotipe tidak dapat bertahan hidup hingga panen, sehingga analisis
data untuk karakteristik buah dan umur panen dilakukan pada 10 dari 14 genotipe

11
tersebut yang memiliki paling sedikit dua ulangan di tiap musim dan minimal tiga
buah contoh di tiap ulangan.
Penyakit yang dominan pada lokasi penelitian pertama didominasi oleh
penyakit Cucumber Mosaic Virus (CMV) dan layu fusarium. Menurut Hermawan
et al. (2014) akibat serangan virus pada tanaman rentan adalah daun keriting, ruas
batang pendek, tanaman kerdil, dan ukuran buah kecil; bahkan pada beberapa
tanaman tidak terbentuk buah. Patogen penyebab layu fusarium pada melon
adalah Fusarium oxysporum f.sp. melonis (Fom) (Dewi et al. 2013). Lokasi
penelitian kedua didominasi oleh penyakit busuk pangkal batang (Mycosphaerella
melonis) dan embun tepung (Powdery mildew). Beberapa jenis penyakit pada
tanaman melon dapat dilihat pada Gambar 2. Serangan hama pada kedua lokasi
cenderung sama. Hama yang dominan pada lokasi penelitian di antaranya adalah
belalang (Valanga nigricornis), oteng-oteng (Aulacophora similis), bekicot
(Achatina fulica) dan lalat buah (Dacus cucurbitae) sedangkan serangan penyakit
agak berbeda. Pengendalian hama dan penyakit intensif dilakukan setiap minggu.
Beberapa jenis hama pada tanaman melon dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2 Gejala dari beberapa jenis penyakit pada pertanaman melon : (A)
cucumber mosaic virus, (B) Fusarium oxysporum f.sp. melonis (Fom),
(C) Mycosphaerella melonis, (D) Powdery mildew

Gambar 3 Beberapa jenis hama pada pertanaman melon : (A) Aulacophora
similis, (B) Dacus cucurbitae, (C) Valanga nigricornis, (D) Achatina
fulica

12
Analisis Ragam pada Karakter Kuantitatif Tanaman
Berdasarkan hasil analisis ragam model campuran yang tersedia pada
Tabel 2, pengaruh genotipe memberikan respon yang sangat nyata (P