Evaluasi Karakteristik Hortikultura Empat Genotipe Melon (Cucumis melo L.) PKHT IPB

EVALUASI KARAKTERISTIK HORTIKULTURA EMPAT
GENOTIPE MELON (Cucumis melo L.) PKHT IPB

WIDA WARDATI KHUMAIRO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Karakteristik
Hortikultura Empat Genotipe Melon (Cucumis melo L.) PKHT IPB adalah benar
karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Wida Wardati Khumairo
NIM A24100105

ABSTRAK
WIDA WARDATI KHUMAIRO.Evaluasi Karakteristik Hortikultura Empat
Genotipe Melon (Cucumis melo L.) PKHT IPB. Dibimbing oleh DARDA
EFENDI dan WILLY BAYUARDI SUWARNO.
Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) telah melakukan penelitian
pemuliaan tanaman untuk mengetahui kebutuhan pengembangan produksi melon
di Indonesia. Empat genotipe melon yakni IPB Meta 3, IPB Meta 4, IPB Meta 6,
IPB Meta 8H menunjukkan penampilan baik pada percobaan sebelumnya.
Sebelum dilepas atau didaftarkan, diperlukan evaluasi karakteristik utama dari
empat genotipe tersebut. Pengujian keempat genotipe potensial dengan dua
varietas pembanding yakni Action 434 dan Sky Sweet disusun berdasarkan
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 4 ulangan. Hasilnya
menunjukkan bahwa genotipe melon IPB Meta 4 memiliki diameter batang dan
ukuran daun yang lebih besar dibandingkan Action 434 dan Sky Sweet. Selain itu,
daging buah melon genotipe IPB Meta 3, IPB Meta 6, dan IPB Meta 8H berwarna

jingga, dimana kedua varietas pembanding berwarna hijau. Hasil ini menunjukkan
bahwa genotipe-genotipe melon yang dikembangkan di PKHT memiliki
karakteristik yang unik, dimana dapat berpotensi bagi segmen pasar khusus.
Kata kunci: karakteristik morfologi, kualitas buah, melon

ABSTRACT
WIDA WARDATI KHUMAIRO. Evaluation Horticultural Characteristics of
Four Melon (Cucumis melo L.) PKHT IPB .Supervised by DARDA EFENDI dan
WILLY BAYUARDI SUWARNO.
Center for Tropical Horticulture Studies (CTHS) have been conducting
melon breeding to meet the need of the expanding melon production In Indonesia.
Four melon genotypes of IPB Meta 3, IPB Meta 4, IPB Meta 6, IPB Meta 8H
exhibit superior performance during selection. Prior to release or to register,
these melon genotypes need to be evaluatedfor their main characteristics. Four
potential genotypes along with two control varieties of Action 434 and Sky Sweet
were evaluated under a single factor Randomized Complete Block Design
(RCBD) with four replications. The results revelaed that CTHS melon genotypes
exhibited good performance. IPB Meta 4 has larger stem diameter and leaf size
compare to Action 434 and Sky Sweet, subsequently flesh color of IPB Meta 3,
IPB Meta 6, and IPB Meta 8H are oranges, whereas both control varieties are

green. These results indicated that melon genotypes developed in CTHS have
unique characteristics, which could be potential for speciality market.
Keywords: fruit quality, melon, morphological characteristics

EVALUASI KARAKTERISTIK HORTIKULTURA EMPAT
GENOTIPE MELON (Cucumis melo L.) PKHT IPB

WIDA WARDATI KHUMAIRO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi :Evaluasi Karakteristik Hortikultura Empat Genotipe Melon
(Cucumis melo L.) PKHT IPB
Nama
: Wida Wardati Khumairo
NIM
: A24100105

Disetujui oleh

Dr Ir Darda Efendi, MSi
Pembimbing I

Dr Willy Bayuardi Suwarno, SP MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah
karakterisasi dengan judulEvaluasi Karakteristik Hortikultura Empat Genotipe
Melon (Cucumis melo L.) PKHT IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Darda Efendi, MSi dan
Bapak Dr Willy B Suwarno, SP MSi selaku pembimbing, serta Ibu Dr Desta
Wirnas,SP MSiyang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Ahmad Kurniawan, Sdr Randi, serta Bapak
Ibramsyah beserta staf Kebun Percobaan Tajur II, Pusat Kajian Hortikultura
Tropika, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

Wida Wardati Khumairo

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

1

Hipotesis

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani dan Keragaman Melon

2

Syarat Tumbuh


2

Kualitas Buah

2

METODE

3

Tempat dan Waktu Penelitian

3

Bahan

3

Alat


3
Rancangan Percobaan

3

Prosedur Percobaan

4

Pengamatan

5

Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN


6

Kondisi Umum

6

Evaluasi terhadap Karakter Kuantitatif Tanaman

8

Evaluasi terhadap Karakter Kualitatif Tanaman

11

Korelasi antar Karakter Kuantitatif

12

Pengelompokan Genotipe


12

SIMPULAN DAN SARAN

13

Simpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
1 Hama dan penyakit tanaman (HPT) yang menyerang pertanaman melon
2 Rekapitulasi sidik ragam peubah kuantitatif genotipe melon
3 Nilai tengah peubah diameter batang, panjang daun, lebar daun, umur
berbunga hermafrodit, serta serangan penyakit embun bulu dan embun
tepung
4 Nilai tengah umur panen, bobot buah, ketebalan daging buah, daya
simpan, dan bobot 100 butir benih
5 Nilai tengah pada peubah kandungan air buah, kadar gula, kandungan
vitamin-C
6 Rekapitulasi hasil pengamatan peubah kualitatif daun
7 Rekapitulasi hasil pengamatan peubah kualitatif buah
8 Korelasi linear antar karakter kuantitatif melon

7
8

9
9
10
11
11
12

DAFTAR GAMBAR
1.fPenampilan buah melon hasil evaluasi
2.fDendrogram Pengelompokan Enam Genotipe Melon dari Data
Kuantitatif dan Kualitatif

7
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI)
2 Deskripsi melon hasil karakterisasi

16
18

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu komoditas buah-buahan
yang banyak digemari oleh masyarakat karena melon memiliki berbagai
keunggulan berupa rasa yang manis dan warna daging buah yang bervariasi.
Selain itu melon memiliki nilai ekonomi dan prospek yang menjanjikan dalam
aspek pemasaran (Sudiyarto 2011).
Agribisnis melon memiliki peluang besar karena harganya yang cukup
tinggi (Prajnanta 2004).Melon dikenal juga sebagai buah yang menyehatkan
karena mengandung berbagai vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh
manusia.Kandungan kalori, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral buah melon
banyak dimanfaatkan untuk terapi kesehatan.MenurutSamadi (2007) melon
mempunyai khasiat bagi tubuh yaitu untuk mencegah penyakit sariawan, luka
pada tepi mulut, penyakit mata, radang saraf, sebagai anti kanker, menurunkan
resiko stroke dan kanker.
Kesadaran masyarakat mengenai pola hidup sehat menyebabkan kebutuhan
dan permintaan buah melon terus meningkat (Sukmaningtyas dan Hartoyo 2013).
Menurut data dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) (2014), konsumsi
buah melon pada tahun 2008 adalah 0.16 kg/kapita/tahun. Terjadi peningkatan
pada tahun 2011, konsumsi melon masyarakat Indonesia mencapai 0.72
kg/kapita/tahun.Peningkatan konsumsi ini harus diimbangi dengan ketersediaan
buah melon yang berarti perlu dilakukannya peningkatan produksi.Produksi buah
melon mengalami penurunan pada kurun waktu 2011-2012 yaitu 103 840 ton
menjadi 70 583 ton (Ditjenhorti 2014).Penurunan produksi melon ini
menyebabkan perlu dilakukannya peningkatan penyediaan benih melon agar
produktivitas melon dapat optimal.
Ketersediaan benih melon hingga saat ini menjadi salah satu kendala dalam
memproduksi melon.Hampir semua benih yang ditanam oleh petani melon
merupakan benih impor.Harga benih yang tinggi menyebabkan usaha tani melon
tidak efisien secara ekonomi (Yekti 2005). Data impor benih melon pada tahun
2012 adalah mencapai US$ 69 240 atau setara dengan 800 juta rupiah
(Ditjenhorti 2014). Hal ini menjadi penyebab perlunya tindakan untuk
memproduksi benih melon dalam negeri.Jika ini terjadi maka petani dapat dengan
mudah mendapatkan benih melon dengan harga yang lebih murah.
PKHT melakukan serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman melon untuk
menghasilkan melon yang unggul.Hingga saat ini PKHT telah memperoleh
beberapa genotipe melon yang siap dievaluasi yang kemudian direncanakan untuk
didaftarkan di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman atau dilepas sebagai varietas
baru.Program evaluasi dalam penelitian ini mencakup sejumlah karakter penting
pada melon, meliputi penampilan tanaman, kualitas buah (aroma, rasa), dan
ketahanan terhadap penyakit utama.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi karakteristik
hortikultura, keunikan, serta keunggulan dari empat genotipe melon PKHT IPB.

2
Hipotesis
Terdapat genotipe melon PKHT yang memiliki penampilan tanaman atau
karakteristik buah yang berbeda atau lebih baik dari varietas pembanding.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Keragaman Melon
Tanaman melon (Cucumis melo.L.) termasuk famili Cucurbitaceae genus
Cucumis. Melon merupakan tanaman semusim (annual), memilki akar tunggang
yang cukup panjang.Daun melon berbentuk agak bundar, bulat telur, atau seperti
ginjal dan bersudut-sudut. Bunga jantan terbentuk dalam kelompok yakni tiga
hingga lima bunga pada tangkai bunga ramping. Bunga betina dan hermafrodit
tumbuh tunggal dengan tangkai yang pendek (Rubatzky dan Yamaguchi 1999).
Buah melon memiliki variasi yang cukup banyak dalam bentuk, ukuran,
rasa, aroma, penampilan dan penampakan yang tergantung pada
varietas.Berdasarkan bentuknya, buah melon dibagi menjadi melon bulat, oval,
dan lonjong.Berdasarkan warna daging, melon dibedakan menjadi melon yang
daging buahnya berwarnaputih, hijau muda, hijau, orange, orange tua (UPOV
2006).
Syarat Tumbuh
Tanaman melon dapat tumbuh optimal pada tanah dengan kisaran PH 6,06.8. Ketinggian tempat yang optimal untuk budidaya melon adalah berkisar 200900 m dpl.Intensitas sinar matahari yang diperlukan tanaman melon berkisar 1012 jam sehari.Suhu optimum untuk pertumbuhan melon adalah 25–30oC.Tanaman
melon tidak dapat tumbuh baik pada suhu kurang dari 18 oC (Prajnanta 2004).
Kondisi iklim yang terlalu lembab, terlalu banyak hujan menyebabkan
pertumbuhan tanaman melon terhambat sehingga dapat menyebabkan terjadinya
cracked(Sari et al.2013).Selain itu buah yang dihasilkan memiliki kualitas rendah
dengan rasa buah hambar.Jenis tanah yang baik untuk pertanaman melon adalah
tanah gembur, kaya akan bahan organik dan yang memiliki drainase yang baik
(Rubatzky dan Yamaguchi 1999).
Kualitas Buah
Globalisasi perekonomian menyebabkan perubahan besar pada preferensi
konsumen terhadap produk-produk pertanian, termasuk produk hortikultura
(Saptanaet al. 2005).Kualitas yang diinginkan berbeda antara petani produsen,
penerima dan distributor pasar, dan konsumen.Petani produsen menghendaki
melon yang berdaya hasil tinggi, tahan penyakit, mudah dipanen, dan tahan jika
dikirim dengan jarak jauh, sedangkan bagi distributor pasar menginginkan
kualitas penampilan buah yang baik dan daya simpan yang panjang. Buah yang
berkualitas menurut konsumen adalah buah yang memiliki rasa yang manis, dan
memiliki kandungan gizi yang tinggi.

3
Melon yang beredar dipasaran sebagian besar memiliki tingkat kemanisan
yang rendah.Supriyono et al. (2011) menyatakan bahwa melon yang diinginkan
konsumen adalah melon yang tidak cacat, tidak mengandung pestisida, kandungan
gula minimal 10 obrix, dan tangkai buah masih segar.

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan PKHT Tajur II Bogor pada
bulan September sampai Desember 2013.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah empat genotipe melon
yakni IPB Meta 3, IPB Meta 4, IPB Meta 6 (bersari bebas), IPB Meta 8H (hibrida)
dan dua varietas pembanding yaitu Action 434 dan Sky Sweet. Sarana produksi
yang digunakan adalah pupuk kandang, pupuk majemuk NPK (16-16-16), pupuk
tunggal (Urea, KCl, dan SP-36), pupuk daun, pupuk bunga, KNO3, beberapa jenis
pestisida, ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) berupa giberelin (GA-3), plastik bening,
bak semai, media semai, ajir, tali, serta mulsa Plastik Hitam Perak (PHP) dengan
lebar 100 - 125 cm.
Alat
Peralatan yang digunakan yaitu alat pertanian umum, hand refractometer,
jangka sorong, timbangan, meteran dan peralatan laboratorium (untuk mengukur
vitamin C dan kadar air buah).
Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) faktor tunggal yakni genotipe.Keenam genotipe tersebut diulang
sebanyak empat kali ulangan.Setiap ulangan terdiri dari enam genotipe yang
ditempatkan secara acak.Luas lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
345 m2.Lahan tersebut dibuat 8 bedeng. Bedengan memiliki panjang 23 m dan
lebar 1 m dengan jarak antar bedeng adalah 1 m. Dua bedeng digunakan untuk
satu ulangan, sehingga terdapat tiga genotipe dalam satu bedeng. Jumlah satuan
percobaan adalah 24 dan tiap satuan percobaan terdiri dari 30 tanaman.Setiap
bedeng ditanami dua baris tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm, sehingga
populasi dalam 1 bedeng adalah 90 tanaman.Jumlah seluruh tanaman dalam
penelitian ini adalah 720 tanaman.
Model matematika yang digunakan dalam percobaan adalah sebagai
berikut :
Yij = µ + βi+ τj+ εij

4
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada ulangan ke-i genotipe ke-j.
µ
= Rataan umum
βi
= Pengaruh ulangan ke-i, dengan i = ulangan (1,2,3,4)
τj = Pengaruh genotipe ke-j, dengan j = genotipe (1,2,3,4,5,6)
εij
= Pengaruh galat pada ulangan ke-i, genotipe ke-j
Prosedur Percobaan
Pelaksanaan percobaan diawali dengan merendam benih dalam air hangat
(suhu ± 40oC) dicampur ZPT berupa giberelin (GA-3) dengan konsentrasi 0.2
mg/l selama 4 jam. Kemudian benih ditiriskan dan diletakkan di atas kertas koran
selama 1 hari 2 malam (36 jam). Selanjutnya benih disemaikan ke dalam bak
semai yang berisi campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.
Pembibitan ini dilakukan selama 14 hari.Persiapan lahan dilakukan sesuai
rancangan percobaan, yaitu menggunakan 8 bedeng dengan masing-masing
bedeng memiliki panjang 23 m dan lebar 1 m.
Lahan diolah sampai kedalaman 20-30 cm yang diberi pupuk kandang
dengan dosis 2 kg/tanaman, SP-36 30 g/tanaman, Urea 20 g/tanaman, KCL 20
g/tanaman. Pengolahan lahan ini dilakukan pada 12 hari sebelum tanam,
sedangkan pemasangan mulsa Plastik Hitam Perak (PHP) dilakukan pada 10 hari
sebelum tanam dengan cara bagian plastik yang berwarna perak menghadap ke
atas, sedangkan yang berwarna hitam menghadap ke bawah. Selanjutnya, dibuat
lubang tanam dengan jarak 50 cm x 50 cm dengan menggunakan kaleng susu
berdiameter 10 cm yang telah dipanaskan.
Pemindahan bibit dilakukan pada 14 hari setelah semai.Penanaman
dilakukan pada pagi hari.Kemudian dilakukan penyiraman pada bibit untuk
mengurangi tingkat kelayuan. Kegiatan selanjutnya adalah pemeliharaan yang
meliputi: penyulaman, pengajiran, pemupukan susulan, pengikatan, penyemprotan
pestisida, pemangkasan, dan pemeliharaan buah. Pemasangan ajir dilakukan pada
5 HST dengan tinggi 2 m dan kedalaman 20 cm pada setiap lubang tanam.
Pemupukan susulan yang diberikan terdiri atas pupuk kocor (NPK mutiara
dan KCL), dan pupuk semprot (pupuk daun/pupuk bunga, dan KNO3). Pupuk
kocor NPK mutiara berikan pada 8, 15, 22, 29, 36, dan 43 hari setelah tanam
(HST)dengan konsentrasi 20 g/l. Sedangkan pupuk KCL dan pupuk semprot
KNO3 diberikan pada 29, 36 dan 43 HST. Pupuk KCL diberikan dengan
konsentrasi 20 g/l dan konsentrasi pupuk KNO3 adalah 1.42 g/l. Volume semprot
yang diberikan adalah 6.26 l. Pemberian pupuk semprot disesuaikan dengan
kebutuhan, untuk pertumbuhan atau pembungaan.
Pengikatan batang pada ajir dilakukan setiap 2 hari sekali yang dimulai pada
12 HST sampai ikatan mencapai ujung ajir. Pengendalian hama dan penyakit
tanaman dengan menggunakan insektisida, fungisida, maupun bakterisida
disesuaikan dengan kondisi lapang. Penyemprotan pestisida dihentikan lebih
kurang satu minggu sebelum panen.Pembentukan buah dilakukan pada cabang ke9 sampai cabang ke-12. Selain cabang buah, cabang lateral lainnya dipangkas
dengan hanya disisakan satu daun utama. Seleksi buah dan pengikatan buah
dilakukan setelah buah berukuran kira-kira sebesar bola tenis.

5
Pemangkasan dilakukan pada tunas-tunas baru yang muncul pada ruas
pertama sampai kedelapan. Tujuan dari pemangkasan adalah untuk mengatur
pertumbuhan tanaman, mengurangi kelembaban, memperlancar sirkulasi udara,
merangsang pertumbuhan tunas produktif dan penerimaan sinar matahari menjadi
lebih efektif dan efisien. Pemangkasan daun dilakukan dengan menyisakan sekitar
26 - 35 helai daun setiap tanaman.
Pemanenan dilakukan pada buah yang telah menampakkan ciri-ciri umum
untuk dipanen, antara lain terjadi perubahan warna kulit, terdapat rekahan pada
daerah tengah dan pangkal buah, beraroma wangi atau terjadi kemunduran pada
penampakan fisik tanaman.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada sepuluh tanaman contoh setiap satuan
percobaan. Berikut ini beberapa karakter yang diamati dalam penelitian ini :
a. Karakter kuantitatif
1. Diameter batang diukur menggunakan jangka sorong pada ruas kesepuluh
2. Panjang daun diukur menggunakan mistar dari pangkal daun hingga ujung
daunpada daun kesembilan
3. Lebar daun diukur secara horizontal menggunakan mistar
4. Umur berbunga hermafrodit yang dihitung dari mulai pindah tanam
sampai mekarnya 50% bunga pada ruas 9-15
5. Serangan penyakit embun bulu dihitung dari jumlah tanaman contoh yang
terkena penyakit embun bulu
6. Serangan penyakit embun tepung dihitung dari jumlah tanaman contoh
yang terkena penyakit embun bulu
7. Umur panen dihitung dari mulai pindah tanam sampai buah dipanen
8. Bobot buah diukur menggunakan timbangan
9. Ketebalan daging buah diukur menggunakan mistar
10. Daya simpan dihitung pada suhu 28oC dari hari panen hingga buah
mengalami kerusakan
11. Kandungan air buah menggunakan metode oven pengering, yakni dengan
menghitung perbadaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan.
12. Kadar gula menggunakan hand refractometer
13. Kandungan vitamin C diukur dengan melakukan titrasi
14. Bobot 100 butir benih diukur dengan menggunakan timbangan
b. Karakter kualitatif
1. Bentuk penampang batang (bulat, persegi, persegi lima)
2. Warna batang (hijau muda, hijau tua)
3. Bentuk daun (entire, trilobite, pentalobate, 3-palmately lobed, 5-palmately
lobed)
4. Warna daun (hijau muda, hijau, dan hijau tua)
5. Perkembangan cuping daun (lemah, sedang, kuat)
6. Panjang cuping terminal(pendek, sedang, panjang)
7. Bentuk buah (bulat, lonjong, oblate, elips, acorn, panjang)
8. Tipe kulit buah (berjala/tidak berjala)
9. Warna daging buah (putih, hijau muda, hijau, orange, orange tua)
10. Aroma buah (tidak wangi, wangi, sangat wangi)

6
11. Posisi dari lebar buah maksimum (mengarah ke ujung buah, di tengah,
mengarah ke pangkal buah)
12. Bentuk irisan buah membujur (oblat, bundar, bulat telur, jorong, lonjong)
13. Tingkat kekeriputan permukaan buah (tidak ada/sangat lemah, lemah,
sedang, kuat, sangat kuat)
14. Lebar maksimum irisan melintang lapisan luar buah (tipis, sedang, tebal)
15. Bentuk biji (Roundish (agak bulat), Elliptical, Oval,Triangular, Pinonet
type)
16. Warna biji(putih, krem, hijau, orange muda).
Pengamatan dilakukan berdasarkan panduan International Plant Genetic
Resources Institute(IPGRI 2003)(Lampiran 1). Pengamatan tambahan yang
dilakukan adalah menghitung tingkat serangan hama dan penyakit yang dihitung
dari jumlah tanaman yang terserang dalam setiap satuan percobaan yang
kemudian diambil rataannya. Pengelompokan tingkat serangan hama dan penyakit
terdiri dari empat kriteria yakni rendah (0-25 %), sedang (26-50 %), tinggi (5175 %), dan sangat tinggi (76-100 %).
Analisis Data
Data kuantitatif yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F, dan apabila
terdapat pengaruh nyata dari genotipe, maka analisis dilanjutkan dengan uji
perbedaan nilai tengah terhadap varietas pembanding dengan metode Beda Nyata
Jujur (BNJ) pada taraf 5%.Data kualitatif dihitung modusnya untuk tiap genotipe
dan tiap karakter, kemudian ditampilkan dalam bentuk deskripsi.Sejumlah
karakter yang diamati berpedoman pada deskriptor IPGRI (2003).Koefisien
korelasi fenotipik Pearson (r) dihitung untuk mengetahui keeratan hubungan antar
peubah.Analisis gerombol genotipe melon dilakukan untuk mengetahui kemiripan
antar genotipe melon yang diuji menggunakan metode Gower. Sidik ragam, uji
lanjut, dan analisis korelasi dilakukan menggunakan perangkat lunak SAS,
sedangkan analisis gerombol menggunakan paket ‘cluster’ di R.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Selama masa persemaian, benih tumbuh dengan baik dengan daya
berkecambah 97% hingga 100%.Pertumbuhan yang baik ini didukung oleh suplai
air yang baik.Hal ini dilakukan untuk mengurangi kekurangan air yang dapat
menyebabkan ukuran tanaman yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman
yang tumbuh normal (Kurniasari et al.2010).Kekurangan air pada tanaman
menyebabkan penurunan hasil yang sangat signifikan dan berpotensi menjadi
penyebab kematian pada tanaman (Salisbury dan Ross 1992).
Tingkat serangan hama dan penyakit pada masa vegetatif tidak begitu
tinggi karena penggunaan mulsa plastik perak hitam (Dewi et al. 2014) , namun
pada saat masa reproduktif tingkat serangan hama dan penyakit tanaman melon
meningkat. Beberapa hama yang terdapat dalam pertanaman melon adalah kutu
aphids (Aphis gossypii Glover), kumbang daun (Aulocophora similis), dan ulat
tritip (Plutella xylostella), sedangkan penyakit yang meyerang tanaman melon

7
adalah busuk pangkal batang, embun bulu (downy mildew), layu bakteri,
danembun tepung (powdery mildew). Hasil pengamatan tingkat serangan hama
dan penyakit tanaman melon ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1Tingkat serangan hama dan penyakit tanaman (HPT) yang menyerang
jpertanaman melon
Fase Tanaman
Vegetatif

Pembungaan dan
pembentukan buah
Pembesaran buah

Pematangan buah

Jenis HPT yang menyerang

TingkatSerangan

1. Kutu aphids (Aphis gossypii Glover)

Sedang

2. Busuk pangkal batang

Rendah

1. Embun bulu (Downy mildew)

Rendah

2. Kumbang daun (Aulocophora similis)

Sedang

3. Layu bakteri

Rendah

1. Embun bulu (Downy mildew)

Sedang

2. Kumbang daun (Aulocophora similis)

Rendah

3. Embun tepung (Powdery mildew)

Sedang

1. Embun bulu (Downy mildew)

Tinggi

2. Busuk pangkal batang

Sedang

3. Embun tepung (Powdery mildew)

Tinggi

4. Kumbang daun (Aulocophora similis)

Rendah

5. Ulat Tritip (Plutella xylostella)

Rendah

Penampilan buah dari empat genotipe melon dan dua varietas pembanding
yang dievaluasi ditampilkan pada Gambar 1.

(a)

(b)

(c)

(
d
)
j(d)
(e)
(f)
(a) IPB Meta 3, (b) IPB Meta 4, (c) IPB Meta 6, (d) IPB Meta 8H, (e) Action 434, (f) Sky Sweet

Gambar 1 Penampilan buah melon hasil evaluasi

8
Evaluasi terhadap Karakter Kuantitatif Tanaman
Menurut Gomez dan Gomez (1995) nilai koefisien keragaman (KK)
merupakan suatu nilai yang menggambarkan keterandalan percobaan. Hasil
analisis ragam pada Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat
nyata antar genotipe pada karakter diameter batang, panjang daun, lebar daun,
umur berbunga hermafrodit, bobot buah, ketebalan daging buah, daya simpan,
kadar gula dan bobot 100 butir benih. Di sisi lain, pengaruh genotipe tidak nyata
pada karakter serangan penyakit embun bulu dan embun tepung, umur panen,
kandungan air buah dan kandungan vitamin C.
Perbedaan antar ulangan terlihat nyata pada karakter lebar daun, serangan
penyakit embun bulu, umur panen, daya simpan, kandungan air buah, kadar gula,
dan bobot 100 butir benih, namun pengaruh ulangan tidak nyata pada karakter
diameter batang, panjang daun, umur berbunga, serangan penyakit embun tepung,
bobot buah, ketebalan daging buah, dan kandungan vitamin C. Adanya pengaruh
ulangan yang nyata di sejumlah peubah menunjukkan bahwa penggunaan RKLT
dalam penelitian ini dinilai tepat.
Tabel 2 Rekapitulasi sidik ragam peubah kuantitatif genotipe melon
Peubaha

KT Ulangan

KT Genotipe

KK (%)

0.01

**

3.3

8.79

**

4.3

0.00

tn

Panjang daun

2.62

tn

Lebar daun

5.61**

7.54 **

3.5

Umur berbunga hermafrodit

2.89 tn

JVch 22.67 **

3.8

Serangan penyakit embun bulu+

6.30**

Nnnnnnn1.27 tn

12.9

Diameter batang

+

6.83

tn

1.14

tn

38.2
0.9

tn

477098.25 **

10.2

Ketebalan daging buah

0.02tn

0.66 **

6.9

Daya simpan

6.94*

20.17**

11.1

Kandungan air buah

1.43*

0.55 tn

0.6

**

6.1

0.03tn

0.12 tn

16.1

*

**

10.2

Serangan penyakit embun tepung

19.24

**

Umur panen

3.04

Bobot buah

27158.33

**

Kadar gula

1.35
+

Kandungan Vitamin C
Bobot 100 butir benih

tn

0.27

Fgrg1.24

0.34

a

KT= Kuadrat tengah, KK = Koefisien keragaman; *, ** = Berpengaruh nyata pada taraf 5% dan 1%. tn = Tidak
sebelum dianalisis
berpengaruh nyata; + = Data ditransformasi ke

Hasil uji perbandingan BNJ (Tabel 3) menunjukkan bahwa diameter batang
pada genotipe IPB Meta 4 nyata lebih besar dibandingkan varietas Action 434 dan
Sky Sweet. IPB Meta 3 dan Meta 4 memilki ukuran daun yang nyata lebih besar
dibandingkan Sky Sweet. Dengan daun yang besar diharapkan fotosintesis
berjalan dengan baik, dimana fotosintesis diketahui merupakan proses penting
untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

9
Tabel 3 Nilai tengah peubah diameter batang, panjang daun, lebar daun, umur
berbunga hermafrodit, serta serangan penyakit embun bulu dan embun
tepung
Diameter
Batang

Genotipea

Panjang
Daun

Lebar
Daun

--------------cm-----------IPB Meta 3
IPB Meta 4
IPB Meta 6

b

1.00
1.09

0.94
a

IPB Meta 8H

1.07

Action 434

0.99

---HST--b

22.5
ab

Umur
Berbunga
Hermafrodit

23.2

29

b

21.7

23.5

a

18.2

19.8

34

a

ab

28
ab

21.5

22.4

32

20.8

21.8

28

Serangan
Embun
Bulu

Serangan
Embun
Tepung

-----------%----------57.5

82.5

75.0

52.5

77.5

62.5

70.0

70.0

57.5

82.5

Sky Sweet
1.02
20.3
21.2
28
75.0
40.0
a = berbeda nyata terhadap varietas Action 434;b =berbeda nyata terhadap varietas Sky
Sweetberdasarkan uji BNJ pada taraf uji 5%.
a

Secara umum umur berbunga yang diharapkan adalah umur berbunga yang
cepat.Genotipe IPB Meta 4 dan IPB Meta 8H memiliki umur berbunga
hermafrodit yang nyata lebih lambat dibandingkan varietas pembanding, Action
434 dan Sky Sweet.Umur berbunga secara umum dipengaruhi oleh faktor intern
yakni genetik tanaman dan faktor lingkungan (Badrudin et al. 2009).Berdasarkan
nilai koefisien keragaman (0.9 %), pengaruh faktor lingkungan terhadap umur
berbunga relatif kecil dibandingkan faktor genetik.
Hasil pengamatan pada serangan penyakit embun bulu dan embun tepung
menunjukkan bahwa perbedaan antar genotipe yang tidak signifikan. Tingginya
koefisien keragaman untuk peubah serangan embun tepung menandakan adanya
perbedaan respon yang besar di dalam genotipe yang sama, sekalipun pengaruh
ulangan sudah diperhitungkan.
Tabel 4Nilai tengah peubah umur panen, bobot buah, ketebalan daging buah, daya
simpan, dan bobot 100 butir benih

a

Genotipe

UmurPanen
---HST---

IPB Meta 3

64

BobotBuah
----gram--ab

Ketebalan
Daging buah
----cm--ab

837.1

2.2
ab

IPB Meta 4

64

653.3

IPB Meta 6

64

926.5ab
ab

2.3

ab

2.2ab
ab

Daya
Simpan
---hari-8

ab

Bobot 100
Butir benih
---gram--2.67

ab

10

2.13b

11

2.94

IPB Meta 8H

65

756.5

2.4

11

2.37

Action 434

65

1375.8

2.9

14

2.53

Sky Sweet

65

1494.1

3.2

14

2.78

a

a = berbeda nyata terhadap varietas Action 434; b =berbeda nyata terhadap varietas Sky Sweet
berdasarkan uji BNJ pada taraf uji 5%.

Umur panen yang diharapkan adalah umur panen yang lebih cepat
dibandingkan kedua varietas pembanding.Umur panen pada keempat genotipe

10
yang dievaluasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap Action 434
dan Sky Sweet (Tabel 4).Ketebalan daging buah pada keempat genotipe yang
diuji memiliki ketebalan buah yang nyata lebih kecil dibandingkan Action 434
dan Sky Sweet.Menurut Anggraito (2004) ketebalan daging buah melon sangat
menentukan produksi tanaman karenadaging buah memiliki kandungan air yang
tinggi.
Hasil pada pengamatan karakter bobot buah menunjukkan bahwa keempat
genotipe yang diuji nyata lebih kecil dibandingkan Sky Sweet dan Action
434.Nilai bobot buah yang lebih kecil ini tidak selalu berarti sebuah kekurangan,
meskipun pada umumnya petani maupun konsumen mengharapkan ukuran dan
bobot buah melon yang besar (Wagiono dan Hamrah 2007). Varietas melon
berukuran kecil sudah dipasarkan di negara lain seperti di Taiwan yang ditujukan
untuk konsumsi pribadi dan dapat dihabiskan dalam satu atau dua kesempatan
(Bezirganoglu et al. 2013). Daya hasil per hektar dari melon tipe kecil diharapkan
dapat diimbangi dengan produksi dua sampai tiga buah per tanaman, dimana
penelitian lebih lanjut diperlukan untuk hal ini.
Daya simpan pada genotipe IPB Meta 3 dan IPB Meta 4 memiliki nilai yang
lebih rendah dibandingkan kedua varietas pembanding. Namun demikian, daya
simpan buah (8-10 hari) tidak terlalu jauh berbeda dengan varietas pembanding
(14 hari), dan diperkirakan akan dapat memenuhi aspek praktis dalam
komersialisasi. Bobot 100 butir benih benih genotipe IPB Meta 4 nyata lebih
rendah dibandingkan Sky Sweet, menandakan bahwa ukuran benih genotipe ini
relatif lebih kecil. Ketiga genotipe IPB lainnya tidak berbeda bobot 100 butir
benih benihnya dengan kedua varietas pembanding.
Kandungan air buah dan kandungan vitamin C (Tabel 5) pada melon yang
diuji tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding.Kandungan gula pada
genotipe IPB Meta 4 (4.2 °Brix) nyata lebih rendah dibandingkan Action 434
(5.8 °Brix) dan Sky Sweet (5.6 °Brix), namun perbedaan rasa buah untuk kisaran
kandungan gula tersebut dinilai tidak terlalu berarti.Kandungan gula yang
umumnya relatif rendah diduga sebagai akibat dari teknik aplikasi pupuk KNO3
yang kurang optimal.Pengaplikasian di lapangan pemberian pupuk KNO3
dilakukan dengan disemprotkan pada seluruh bagian tanaman, namun
diperkirakan metode yang lebih baik adalah aplikasi di lubang tanam.
Tabel 5 Nilai tengah pada peubah kandungan air buah, kadar gula, kandungan
vitaminC
Kandungan
Kandungan
Kadar Gula
Air Buah
Vitamin C
o
-----%------- Brix------mg---IPB Meta 3
94.5
5.2
4.4
IPB Meta 4
95.3
4.2ab
4.4
IPB Meta 6
96.2
5.3
6.8
a
IPB Meta 8H
95.1
5.1
5.1
Action 434
94.9
5.8
5.2
Sky Sweet
94.7
5.6
5.3
a
a = berbeda nyata terhadap varietas Action 434; b =berbeda nyata terhadap varietas Sky Sweet
berdasarkan uji BNJ pada taraf uji 5%.
Genotipea

11
Evaluasi terhadap Karakter Kualitatif Tanaman
Tabel 6 menunjukkan bahwa genotipe IPB Meta 3, Meta 4, dan Meta 8H
memiliki warna daun hijau, sedangkan genotipe IPB Meta 6, Action 434 dan Sky
Sweet berwarna hijau tua. IPB Meta 3 dan Meta 6 memiliki perkembangan cuping
daun lemah, sedangkan IPB Meta 4, Meta 8H, Action 434 dan Sky Sweet
memiliki perkembangan cuping daun sedang. Cuping terminal yang relatif
panjang terdapat pada genotipe IPB Meta 4, Meta 8, dan varietas Action 434,
sedangkan cuping terminal yang berukuran relatif lebih pendek terdapat pada
genotipe IPB Meta 3, Meta 6, dan varietas Sky Sweet.
Tabel 6 Rekapitulasi hasil pengamatan peubah kualitatif daun
Genotipe
IPB Meta 3
IPB Meta 4
IPB Meta 6
IPB Meta 8H
Action 434
Sky Sweet

Warna
Daun
Hijau
Hijau
Hijau tua
Hijau
Hijau tua
Hijau tua

Perkembangan
Cuping
Daun
Lemah
Sedang
Lemah
Sedang
Sedang
Sedang

Panjang
Cuping
Terminal
Sedang
Panjang
Sedang
Panjang
Panjang
Sedang

Keempat genotipe melon yang diuji memiliki keragaman dalam karakter
bentuk buah, dimana IPB Meta 3 berbentuk lonjong, IPB Meta 6 oblate, dan IPB
Meta 4 dan IPB Meta 8H bulat (Tabel 7). Genotipe IPB Meta 6 merupakan
genotipe yang memiliki bentuk buah yang cukup beragam mulai dari oblat, bulat
hingga lonjong, sedangkan kedua varietas pembanding memiliki bentuk buah
yang bulat.Warna kulit buah melon yang diuji adalah hijau, namun pada IPB Meta
8 memiliki warna kulit buah hijau pucat.
Warna daging buah yang beragam merupakan salah satu faktor ketertarikan
masyarakat terhadap buah melon.Melon yang banyak dipasarkan di Indonesia
adalah melon dengan daging buah berwarna hijau muda, sedangkan yang
berwarna jingga lebih sedikit. Tabel 5 menunjukkan bahwa genotipe IPB Meta 3,
IPB Meta 6 dan IPB Meta 8H memiliki daging buah berwarna jingga,
menandakan adanya peluang bagi ketiga genotipe tersebut untuk dikembangkan
lebih lanjut.
Tabel 7 Rekapitulasi hasil pengamatan peubah kualitatif buah

Genotipe

Bentuk
Buah

Warna
Daging
Buah

Bentuk
Irisan Buah
Membujur

Tingkat
Kekeriputan
Permukaan Buah

IPB Meta 3
IPB Meta 4
IPB Meta 6
IPB Meta 8H
Action 434
Sky Sweet

Lonjong
Bulat
Oblate
Bulat
Bulat
Bulat

Jingga
Hijau muda
Jingga
Jingga
Hijau muda
Hijau muda

Lonjong
Bundar
Oblate
Bundar
Bundar
Bundar

Kuat
Kuat
Lemah
Kuat
Sedang
Kuat

Lebar
Maksimum
Irisan
Melintang
Lapisan Luar
Buah
Sedang
Sedang
Tebal
Sedang
Tebal
Sedang

12
Keempat genotipe melon yang diuji memiliki keragaman dalam bentuk
irisan buah membujur, terutama disebabkan karena bentuk buah yang berbedabeda.Kekeriputan buah pada IPB Meta 6 sangat lemah, berbeda dengan Sky Sweet
yang memiliki tingkat kekeriputan kulit yang kuat. Lebar maksimum irisan
melintang lapisan luar buah pada IPB Meta 3, IPB Meta 4, IPB Meta 8H dan Sky
Sweet adalah relatif sedang, sedangkan pada IPB Meta 6 dan Action 434 relatif
tebal.
Semua genotipe yang diuji dan dua varietas pembanding memiliki
keseragaman pada karakter bentuk penampang batang (persegi lima), warna
batang (hijau muda) dan bentuk daun (pentalobate). Tipe kulit buah (berjala),
aroma buah (wangi) dan posisi dari lebar maksimum yang berada di tengah
buah.Bentuk biji oval dan biji berwarna krem.
Korelasi antar Karakter Kuantitatif
Berdasarkan Tabel 8, karakter panjang daun berkorelasi positif terhadap
lebar daun, dimana keduanya berkontribusi terhadap luas daun. Karakter tebal
daging buah berkorelasi positif terhadap bobot buah, dan keduanya juga
berkorelasi positif terhadap daya simpan buah.Hal ini menunjukkan bahwa
genotipe yang memiliki daging buah tebal dan bobot buah besar cenderung
memiliki daya simpan yang relatif lama.Karakter serangan penyakit embun bulu
berkorelasi negatif dengan serangan embun tepung, mengindikasikan bahwa
kedua gejala penyakit tersebut tidak muncul pada waktu yang bersamaan.
Tabel 8 Korelasi linear antar karakter kuantitatif melon
Peubaha

DB

PD

PD

0.663

-

LD

UB

EB

ET

UP

BB

KDB

LD

0.752

0.956**

UB

0.879*

0.497

0.683

EB

0.146

-0.569

-0.414

0.270

-

ET
UP

-0.280

0.325

0.227

-0.173

-0.843*

0.166

0.024

-0.147

-0.214

-0.151

-0.054

BB

-0.406

-0.316

-0.474

-0.745

-0.155

-0.183

-0.639

-

-0.006

-0.108

-0.237

-0.423

-0.040

-0.369

0.786

0.914*

-

-0.151

-0.433

-0.504

-0.423

0.118

-0.317

0.781

0.850*

0.887*

KDB
DS

DS

-

-

-

SB
-0.888*
-0.656
-0.798
-0.893* 0.066
-0.025
-0.038
0.489
0.161
0.190
*, ** = Berbeda nyata terhadap r=0 masing masing pada taraf 5% dan 1%; DB= Diameter batang;
PD=Panjang daun; LD= Lebar daun; UB= Umur berbunga hermafrodit; EB= Serangan penyakit embun bulu;
ET= Serangan penyakit embun tepung; UP= Umur panen; BB= Bobot buah; KDB= Ketebalan daging buah;
DS; Daya simpan; SB= Bobot 100 butir benih
a

Pengelompokan Genotipe
Pengelompokan genotipe melon menunjukkan bahwa genotipe melon IPB
Meta 6 berbeda pada tingkat 62% dengan kelima genotipe melon lainnya (Gambar
1), yang dicirikan oleh karakter bobot 100 butir benih, kandungan air
buah,kandungan vitamin C, dan bentuk buah.Genotipe IPB Meta 6 memiliki
bobot 100 butir benih yang lebih berat dibandingkan genotipe lain. Kandungan air
buah pada IPB Meta 6 memiliki persentase yang paling tinggi (96.2%)

13
dibandingkan genotipe lain. Kandungan vitamin-C pada IPB Meta 6 adalah 6.8
mg, sedangkan genotipe lainnya berkisar antara 4-5 mg. Bentuk buah IPB Meta 6
adalah oblate, sedangkan genotipe lainnya memiliki bentuk buah bulat dan
lonjong. Disamping itu, IPB Meta 3 berbeda pada tingkat 52% dengan genotipe
IPB Meta 4, IPB Meta 8H, Action 434 dan Sky Sweet. Perbedaan tersebut
terdapat dalam karakter panjang daun, daya simpan buah, dan bentuk buah. IPB
Meta 3 memiliki panjang daun 22.5 cm, sedangkan IPB Meta 4, IPB Meta 8H,
Action 434 dan Sky Sweet memiliki panjang daun berkisar antara 20-21 cm. IPB
Meta 3 tahan disimpan dalam waktu 8 hari, sedangkan keempat genotipe lainnya
dapat disimpan 10-14 hari. Bentuk buah IPB Meta 3 adalah lonjong, sedangkan
keempat genotipe yang lainnya adalah bulat.

IPB Meta 6
Sky Sweet
Action 434
IPB Meta 8H
IPB Meta 4
IPB Meta 3

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0.0

Koefisien ketidakmiripan
Gambar 2 Dendrogram Pengelompokan Enam Genotipe Melon dari Data Kuantitatif dan Kualitatif

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
IPB Meta 4 memiliki diameter batang dan ukuran daun yang lebih besar
dibandingkan Action 434 dan Sky Sweet. Genotipe IPB Meta 3, IPB Meta 6 dan
IPB Meta 8H memiliki warna daging buah melon yang berwarna jingga, dimana
kedua varietas pembanding berwarna hijau. Ukuran buah melon IPB yang relatif
kecil dapat menambah koleksi genotipe hasil pemuliaan IPB untuk segmen pasar
khusus, yang diharapkan dapat mengantisipasi perubahan preferensi konsumen di
masa mendatang.
Saran
Genotipe IPB Meta 4 atau IPB Meta 3 memiliki potensi untuk didaftarkan di
Pusat Perlindungan Varietas Tanaman sebagai genotipe potensial dari PKHT IPB.

14

DAFTAR PUSTAKA
Anggraito YU. 2004. Identifikasi berat, diameter, dan tebal daging buah melon
(Cucumis meloL .) kultivar action 434 tetraploid akibat perlakuan kolkisin. J.
Berk. Penel.Hayati: 10 (37–42).
Badrudin U, Suryatomo B, Wahidin. 2009. Uji daya hasil dan pertumbuhan
beberapa genotipe melon (Cucumis melo L.) hibrida di Kabupaten
Pekalongan [skripsi]. Pekalongan (ID): Fakultas Pertanian Universitas
Pekalongan.
Bezirganoglu I, Hwang SY, Fang TJ, Shaw FJ. 2013. Transgenic lines of melon
(Cucumis melo L. var. makuwa cv. ‘Silver Light’) expressing antifungal
protein and chitinase genes exhibit enhaced resistance to fungal pathogens.
PCTOC Journal of Plant Biotechnology. 112: 227-237.
Dewi NM, Cholil A, Sulistyowati L. 2014.Penggunaan mulsa plastik hitam perak
dan Trichoderma sp. untuk menekan layu fusarium pada tanaman melon.J.
Hama Penyakit Tumbuhan. 2(1):70-79.
[Ditjenhorti] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014. Nilai ekspor impor benih
buah 2009-2012. [internet]. [diunduh 2014 Mei 20].Tersedia
pada:http//hortikultura.pertanian.go.id/index.php?option=
com_content
&view=article&id= 377&Itemid=712.
[Ditjenhorti] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014. Nilai produksi buah 20092012. [internet]. [diunduh 2014 Mei 20]. Tersedia pada:
http//hortikultura.pertanian.go.id/index.php?option=com_content
&view=article& id=315& Itemid=915.
Gomez KA dan Gomez AA.1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.
Edisi Kedua. Jakarta(ID): Universitas Indonesia (UI Press).
[IPGRI]International Plant Genetic Resources Institute. 2003. Descriptors for
Melon (Cucumis melo L). Rome(IT): International Plant
Genetic
Resources Institute.
Kurniasari AM, Adisyahputra, Rosman R. 2010. Pengaruh kekeringan pada tanah
bergaram NaCl terhadap pertumbuhan tanaman nilam [skripsi].Jakarta(ID):
Jurusan Biologi FMIPA UI.
[PKHT] Pusat Kajian Hortikultura Tropika. 2014. Konsumsi buah perkapita
hortikultura. [internet]. [diunduh 2014 Mei 20]. Tersedia pada:
http://pkht.or.id/datastatistik/konsumsi-buah-dan-sayur.
Prajnanta F. 2004. Melon, Pemeliharaan Secara Intensif dan Kiat Sukses
Beragribisnis.Cetakan ke-6.Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Rubatzky V, Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi.Catur
H, penerjemah; Sofia N, editor. Bandung (ID): ITB Press. Terjemahan dari:
World Vegetable.Ed ke-2
Salisbury FB, Ross CW. 1992.Plant Physiology. 4rd Ed. California(US):
Wadsworth Publishing Company.
Samadi B. 2007. Melon, Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen.Yogyakarta
(ID): Kanisius.
Saptana, Masdjidan S, Sri W, Saktyany KD, Ening A, Valeriana D. 2005.
Pemantapan Model Pengembangan Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera
(KASS). Bogor (ID): Puslitbang Deptan.

15
Sari DP, Yohanes CG, Darwin P. 2013.Pengaruh konsentrasi kalsium terhadap
pertumbuhan dan produksi dua varietas tanaman melon (Cucumis melo L.)
pada sistem hidroponik media padat.J. Agrotropika. 18(1): 29-33.
Sudiyarto. 2011. Strategi pemasaran buah lokal Jawa Timur. J-SEP. 5(1): 65-73.
Sukmaningtyas A, Hartoyo. 2013. Pengaruh nilai dan gaya hidup terhadap
preferensi dan perilaku pembelian buah-buahan impor. Jurnal Ilmu
Keluarga & Konsumen. 6(1): 39-48.
Supriyono, Sutopo JK, Heri W, Sih M. 2011. Penyususnan prosedur operasional
buku budidaya melon di Kabupaten Grobogan.Journal of Rural and
Development. 2(1): 1-8
[UPOV] Union Internationale pour la Protection des Obtentions Vegelate. 2006.
Cucumis melo L. Geneva (CH): International Union For the Protection of
New Varieties of Plant
Wagiono Y, Hamrah K. 2007. Metode quality function deployment (QFD) untuk
informasi penyempurnaan perakitan varietas melon.J. Agribisnis dan
Ekonomi Pertanian 1 (2): 48-57.
Yekti A. 2005. Efisiensi ekonomi usaha tani melon di Kecamatan Wedi,
Kabupaten Klaten.J. Ilmu-ilmu Pertanian. 1(1): 50-60.

16
LAMPIRAN
Lampiran 1 Deskripsi International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI)
1. Bentuk daun

Entire

Trilobate

3-palmately lobed

Pentalobate

5-palmately lobed

2. Perkembangan cuping daun

Lemah

Sedang

Kuat

3. Panjang cuping terminal

Pendek

Sedang

Panjang

4. Posisi dari lebar buahmaksimum

Ujung buah

Tengah buahPangkal buah

17
5. Bentuk irisan buah membujur

Oblat

Bundar

Bulat telur

Jorong

Lonjong

6. Tingkat kekeriputanpermukaan buah

Tidak ada/
sangat lemah

Lemah

Sedang

Kuat

Sangat kuat

7. Lebar maksimum irisan melintang lapisan luar buah

Tipis

Sedang

Tebal

18
Lampiran 2 Deskripsi melon hasil karakterisasi
No
1
2
3
4

Karakter

7
8
9
10
11
12
13
14
15

Diameter batang (cm)
Panjang daun (cm)
Lebar daun (cm)
Umur berbunga hermafrodit
(HST)
Serangan penyakit embun
bulu (%)
Serangan penyakit embun
tepung (%)
Umur panen (HST)
Bobot buah (g)
Ketebalan daging buah (cm)
Daya simpan (hari)
Kandungan air buah (%)
Kadar gula (obrix)
Kandungan vitamin C (mg)
Bobot 100 butir benih (g)
Bentuk penampang batang

16

Warna batang

17

Bentuk daun

18

Warna daun

19

5
6

IPB
Meta 3
1.00
22.5
23.2
29

IPB
Meta 4
1.09
21.7
23.5
34

Genotipe
IPB
IPB
Meta 6 Meta 8H
0.94
1.07
18.2
21.5
19.8
22.4
28
32

Action
434
0.99
20.8
21.8
28

Sky
Sweet
1.02
20.3
21.2
28

57.5

75.0

77.5

70.0

57.5

75.0

82.5

52.5

62.5

70.0

82.5

40.0

64
926.5
2.2
11
96.2
5.3
6.8
2.94
Persegi
lima
Hijau
muda
Penta
lobate
Hijau
tua
Lemah

65
756.5
2.4
11
95.1
5.1
5.1
2.37
Persegi
lima
Hijau
muda
Penta
lobate
Hijau

65
1375.8
2.9
14
94.9
5.8
5.2
2.53
Persegi
lima
Hijau
muda
Penta
lobate
Hijau tua

65
1494.1
3.2
14
94.7
5.6
5.3
2.78
Persegi
lima
Hijau
muda
Penta
lobate
Hijau tua

Sedang

Sedang

Sedang

64
837.1
2.2
8
94.5
5.2
4.4
2.67
Persegi
lima
Hijau
muda
Penta
lobate
Hijau

64
653.3
2.3
10
95.3
4.2
4.4
2.13
Persegi
lima
Hijau
muda
Penta
lobate
Hijau

Lemah

Sedang

20

Perkembangan cuping
terminal
Panjang cuping terminal

Sedang

Sedang

Panjang

Panjang

Sedang

21
22
23

Bentuk buah
Tipe kulit buah
Warna daging buah

Lonjong
Berjala
Jingga

Oblate
Berjala
Jingga

Bulat
Berjala
Jingga

24
25

Aroma buah
Posisi dari lebar buah
maksimum
Bentuk irisan buah
membujur
Tingkat kekeriputan
permukaan buah
Lebar maksimum irisan
melintang lapisan luar buah
Bentuk biji
Warna biji

Wangi
Tengah

Panjan
g
Bulat
Berjala
Hijau
muda
Wangi
Tengah

Wangi
Tengah

Wangi
Tengah

Bulat
Berjala
Hijau
muda
Wangi
Tengah

Bulat
Berjala
Hijau
muda
Wangi
Tengah

Lonjong

Bundar

Oblate

Bundar

Bundar

Bundar

Kuat

Kuat

Lemah

Kuat

Sedang

Kuat

Sedang

Sedang

Tebal

Sedang

Tebal

Sedang

Oval
Krem

Oval
Krem

Oval
Krem

Oval
Krem

Oval
Krem

Oval
Krem

26
27
28
29
30

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 7 Juni 1992 dari ayah Achmad
Royani dan ibu Yayah Robiah. Penulis adalah putri kedua dari lima bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari MA Negeri 2 Bogor dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum PAI
(Pendidikan Agama Islam) TPB pada tahun ajaran 2013/2014.Penulis juga aktif
mengajar mata pelajaran matematika di Yayasan Yatim Mandiri. Penulis juga
pernah aktif sebagai bendahara umum Forum Komunikasi Rohis Departemen
(FKRD) Faperta(2011-2012), sekretaris divisi Syiar FKRD (2012-2013), ketua
divisi eksternal Forum Silaturahmi Alumni ESQ (FOSMA IPB) pada tahun 2013.
Bulan Juli-September 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Desa
Cikarang, Kecamatan Cilamaya Wetan, Karawang dengan judul Pengembangan
Pekarangan sebagai Usaha Pengenalan Model Pertanian Berkelanjutan pada
Masyarakat Desa Cikarang Kabupaten Karawang.