Uji Pertumbuhan Dan Kemampuan Empat Jenis Tanaman Dalam Menyerap Logam Berat Pada Media Tailing Pt Antam Ubpe Pongkor.

UJI PERTUMBUHAN DAN KEMAMPUAN EMPAT JENIS
TANAMAN DALAM MENYERAP LOGAM BERAT PADA MEDIA
TAILING PT ANTAM UBPE PONGKOR

ROISATUZ ZAKIYAH

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Pertumbuhan dan
Kemampuan Empat Jenis Tanaman dalam Menyerap Logam Berat pada Media
Tailing PT Antam UBPE Pongkor adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Roisatuz Zakiyah
NIM E44110022

ABSTRAK
ROISATUZ ZAKIYAH. Uji Pertumbuhan dan Kemampuan Empat Jenis
Tanaman dalam Menyerap Logam Berat pada Media Tailing PT Antam UBPE
Pongkor. Dibimbing oleh ULFAH JUNIARTI SIREGAR.
PT Antam UBPE Pongkor merupakan perusahaan tambang emas yang
memiliki limbah hasil pengolahan emas berbentuk lumpur tailing yang
mengandung logam berat dengan konsentrasi cukup tinggi. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mempelajari pertumbuhan dan kemampuan empat jenis tanaman
yaitu Casuarina junghuniana, Pinus merkusii, Melia azedarach, dan Gmelina
arborea dalam menyerap logam berat pada lumpur tailing sehingga dapat
digunakan untuk kegiatan fitoremediasi. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor yaitu, jenis tanaman dan media. Media
yang digunakan 2 macam yaitu tailing 1 200 g dan campuran tailing 900 g +
kompos 300 g. Parameter yang diamati yaitu pertumbuhan diameter, tinggi

tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun, berat basah total, berat kering total,
nisbah pucuk akar, dan jumlah stomata. Analisis tanah dan analisis tanaman
dilakukan setelah 4 bulan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan jenis tanaman memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter
kecuali nisbah pucuk akar. Perlakuan media memberikan pengaruh nyata terhadap
panjang daun, berat basah total, dan berat kering total. Interaksi antara jenis
tanaman dan media berpengaruh nyata terhadap diameter, berat basah total, dan
berat kering total. G. arborea memberikan respon pertumbuhan terbaik pada
semua parameter yang diamati, kecuali nisbah pucuk akar dan tinggi tanaman
dengan nilai diameter yaitu 4.56 mm, panjang daun 3.67 cm, lebar daun 3.00 cm,
berat basah total 50.21 g, berat kering total 32.19 g, dan jumlah stomata sebanyak
89. Keempat jenis tanaman mampu menyerap logam dengan konsentrasi yang
berbeda pada jaringan tanaman tetapi tidak bersifat hiperakumulator. P. merkusii
mengakumulasi logam Fe, Mn, Pb, dan Zn paling tinggi sedangkan C.
junghuniana mengakumulasi logam Cu dan Hg paling tinggi.
Kata kunci: C. junghuniana, G. arborea, Logam, M. azedarach, P. merkusii,
Tailing.

ABSTRACT
ROISATUZ ZAKIYAH. Trial on Growth and Capability of Four Plants in

Absorbing Heavy Metal of PT Antam UBPE Pongkor Tailing Media. Supervised
by ULFAH JUNIARTI SIREGAR.
PT Antam UBPE Pongkor is a gold mining company that produces
processing waste in the from of tailing mud which contains heavy metal with
sufficiently high concentration. The aim of this research was to study the growth
and ability of four type of plant, i.e. Casuarina junghuniana, Pinus merkusii,
Melia azedarach, and Gmelina arborea in absorbing heavy metal in tailing mud,
for their utilizations in phytoremediation activities. This research used a
completely randomized factorial design with two factors, i.e. types of plant and
media. Two kind of media was used i.e. 1 200 g of tailing and mixture of 900 g
tailing + 300 g of compost. Parameters observed were growth of diameter, height,
number of leaves, leaf lenght and widht, total wet biomass, total dry biomass,
root-shoot-ratio and number of stomata. Soil analysis and plant analysis was done
after foru months of experiment. The results showed that plant types have
significant effects on all parameters except root-shoot-ratio and plant height
growth. Media types significantly affect diameter growth, total wet biomass and
total dry biomass. Interaction between plant types and media have sifnificant
effect on diameter growth, total wet biomass, and total dry biomass. G. arborea
gave the best growth response on all parameters except root-shoot-ratio and heigh
growth, of which valeu of diameter was 4.56 mm, leaf lenght 3.67 cm, leaf widht

3.000 cm, total wet biomass 50.21 g, total dry biomass 32.19 g and number of
stomata is 89. All plants were able to absorb heavy metals with different
concentration into plant tissue, however all of them were not hyperacumulator. P.
merkusii accumulated Fe, Mn, Pb, and Zn highest level, whereas C. junghuniana
accumulated Cu and Hg at highest level.
Key words: C. junghuniana, G. arborea, M. azedarach, Metal, P. merkusii,
Tailing.

UJI PERTUMBUHAN DAN KEMAMPUAN EMPAT JENIS
TANAMAN DALAM MENYERAP LOGAM BERAT PADA MEDIA
TAILING PT ANTAM UBPE PONGKOR
PT ANTAM UBPE PONGKOR

ROISATUZ ZAKIYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2015 ini ialah
fitoremediasi, dengan judul Uji Pertumbuhan dan Kemampuan Empat Jenis
Tanaman dalam Menyerap Logam Berat pada Media Tailing PT Antam UBPE
Pongkor.
Ucapan Terima kasih untuk PT Antam UBPE Pongkor dan Persemaian
Permanen Dramaga yang telah memberikan bantuan bahan penelitian kepada
penulis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Ulfah Juniarti, MAgr
selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada
penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak dan Umi (Ropiuddin
Hasan, SpdI dan Rohilah) serta kakak dan adik penulis yang selalu memberikan

dukungan dan semangat kepada penulis.
Terima kasih kepada Anggi Pangestu, Karina, Ersya, Vivi, Sulis, Fitri,
Vyola, Heni, Rahma, Ana, Melisa, Nila, Moko, Adi, Iqbal dan teman-teman
Silvikultur 48 lainnya yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman asrama Ratu,
Ema, Cika, dan Astrid.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Roisatuz Zakiyah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

1


Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Alat dan Bahan

2

Prosedur Penelitian

2


HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Diameter dan Tinggi

6

Pertumbuhan Daun

9

Jumlah Stomata

12

Berat Kering Total (BKT) dan Berat Basah Total (BBT)

13


Nisbah Pucuk Akar

14

Kandungan Unsur Logam Pada Media Tailing

15

Penyerapan Unsur Logam Pada Tanaman

18

SIMPULAN DAN SARAN

19

Simpulan

19


Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

20

LAMPIRAN

21

RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL
1 Komposisi Perlakuan
2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan
terhadap pertumbuhan tanaman selama 4 bulan
3 Hasil uji Duncan pengaruh jenis tanaman terhadap pertumbuhan
diameter tanaman selama 4 bulan
4 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi jenis tanaman + media terhadap
pertumbuhan diameter tanaman selama 4 bulan
5 Hasil uji Duncan pengaruh jenis tanaman terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman selama 4 bulan
6 Hasil uji Duncan pengaruh jenis tanaman terhadap pertumbuhan
panjang daun tanaman selama 4 bulan
7 Hasil uji Duncan pengaruh media terhadap pertumbuhan panjang daun
tanaman selama 4 bulan
8 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi jenis tanaman + media terhadap
pertumbuhan panjang daun tanaman selama 4 bulan
9 Hasil uji Duncan pengaruh jenis tanaman terhadap pertumbuhan lebar
daun tanaman selama 4 bulan
10 Jumlah stomata pada setiap jenis tanaman
11 Hasil uji Duncan pengaruh jenis tanaman terhadap berat basah total dan
berat kering total tanaman selama 4 bulan
12 Hasil uji Duncan pengaruh media terhadap berat basah total dan berat
kering total tanaman selama 4 bulan
13 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi jenis tanaman + media terhadap
berat kering total tanaman selama 4 bulan
14 Hasil uji Duncan kandungan logam total pada beberapa perlakuan
setelah 4 bulan
15 Persentase terhadap kontrol kandungan logam berat pada media tailing
setelah 4 bulan
16 Kandungan unsur logam pada jaringan tanaman setiap perlakuan

5
6
7
7
8
9
10
10
11
12
13
13
14
16
17
18

DAFTAR GAMBAR
1 Laju pertumbuhan diameter (mm) pada berbagai kombinasi perlakuan
selama 4 bulan

8

2 Laju pertumbuhan tinggi (cm) pada berbagai kombinasi perlakuan
selama 4 bulan

9

3 Diagram jumlah daun pada setiap perlakuan

12

4 Rata-rata nisbah pucuk akar

15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis tailing sebelum perlakuan

21

2 Hasil analisis kandungan pupuk kompos

23

3 Hasil analisis tanah (media awal tanaman sebelum diberi perlakuan)

24

4 Hasil sidik ragam setiap parameter

25

5 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap kandungan logam pada
media

27

6 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap kandungan logam pada
jaringan tanaman

29

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerusakan lingkungan merupakan masalah yang tidak kunjung terselesaikan
yang terjadi di Indonesia. Kerusakan tersebut berasal dari berbagai sektor, salah
satunya berasal dari sektor pertambangan. Masalah lingkungan yang disebabkan
oleh sektor pertambangan menjadi isu yang penting dan sangat diperhatikan oleh
pemerintah. Kegiatan penambangan menyebabkan kerusakan hutan akibat proses
penggalian bahan tambang yang dilakukan dengan cara membersihkan seluruh
tanaman yang berada di atas permukaan tanah. Hasil lanjutan dari kegiatan
penambangan menghasilkan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang
mengandung logam berat sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Perusahaan tambang emas PT Antam UBPE Pongkor merupakan salah satu
perusahaan tambang yang ada di Indonesia. Limbah padat atau cair hasil
pengolahan emas yang berbentuk lumpur dikumpulkan dalam satu tempat
pembuangan yang disebut tailing dam. Terdapat kandungan logam berat yang
tinggi di dalam lumpur tersebut yaitu Hg, Pb, Zn, Fe, Mn dan Cu. Volume lumpur
yang ada di tailing dam cukup besar, sehingga perlu adanya pemanfaatan dan
pengelolaan yang cermat agar limbah tersebut tidak mencemari lingkungan
sekitarnya.
Salah satu cara untuk menanggulangi pencemaran limbah adalah dengan
cara biologi seperti fitoremediasi. Fitoremediasi adalah penggunaan tanaman
untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan logam berat yang ada dalam
media tanam melalui proses biologisnya (Widyati 2011). Beberapa jenis tanaman
diketahui memiliki kemampuan untuk hidup pada lingkungan yang memiliki
akumulasi logam cukup tinggi. Kemampuan tanaman hidup pada lingkungan
tersebut dikarenakan terdapat mekanisme adaptif atau toleran. Tanaman dikatakan
toleran apabila mampu tumbuh di tanah yang mengandung logam cukup tinggi
tanpa terganggu pertumbuhannya. Dikatakan adaptif apabila tanaman mampu
menahan logam pada akar atau mengumpulkannya di dalam vakuola sel (Ross &
Koye 1994 dalam Widyati 2011). Cemara gunung (Casuarina junghuniana),
Gmelina (Gmelina arborea), Pinus (Pinus merkusii) dan Mindi (Melia azedarach)
adalah beberapa tanaman yang diduga mampu tumbuh di tanah yang tercemar
logam.
Perumusan Masalah
Limbah hasil penambangan berupa tailing memiliki volume yang sangat
besar dan masih mengandung beberapa logam. Kandungan logam berat tersebut
menjadi penyebab pencemaran lingkungan. Penggunaan tailing sebagai media
tanam masih terfokus pada kemampuan tanaman untuk tumbuh pada media
tersebut. Berapa besar tanaman mampu menyerap logam yang ada pada media
tailing masih belum banyak diketahui.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pertumbuhan dan
kemampuan empat jenis tanaman yaitu Casuarina junghuniana, Pinus merkusii,

2

Melia azedarach, dan Gmelina arborea dalam menyerap logam berat pada lumpur
tailing sehingga dapat digunakan untuk kegiatan fitoremediasi.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan
informasi mengenai jenis tanaman yang mampu berperan sebagai penyerap logam
berat kepada pihak yang membutuhkan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu penerapan teknik fitoremediasi pada lahan pasca tambang demi
mengurangi pencemaran limbah berbahaya dan beracun di lingkungan sekitar
areal pertambangan.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014–Maret 2015.
Penelitian dilakukan secara ex-situ yang berlokasi di Rumah Kaca Bagian Ekologi
Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
Laboratorium Ekologi Hutan, analisis tanah dan tanaman dilakukan di
Laboratorium SEAMEO BIOTROP, analisis stomata dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain polybag berukuran 20
cm x 20 cm, kertas label, ember, hand sprayer, caliper digital, preparat, kutex cair,
neraca analitik digital, mikroskop, timbangan, penggaris, table tally sheet, alat
tulis, kamera, kalkulator, laptop, software MS. Excel 2010 dan SAS 9.0 portable.
Bahan-bahan yang digunakan adalah bibit tanaman Cemara gunung (C.
junghuniana), Pinus (P. merkusii), Gmelina (G. arborea) dan Mindi (M.
azedarach) yang berumur tiga bulan, lumpur tailing PT Antam UBPE Pongkor
dan Pupuk kompos.
Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu persiapan,
penyapihan, pemeliharaan, pengamatan dan pengambilan data, rancangan
percobaan, dan analisis data. Tahapan-tahapan tersebut akan diuraikan sebagai
berikut:

3

Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan Pengambilan media tailing yang
dilakukan di kolam pembuangan atau Tailing dam Cikaret PT Antam UBPE
Pongkor, Bogor. Pupuk kompos yang digunakan sebagai campuran media berasal
dari Persemaian Permanen Dramaga, Bogor. Media yang telah ada kemudian
dimasukkan ke dalam polybag. Media dibedakan menjadi dua yaitu media tailing
dan media tailing + kompos. Komposisi takaran untuk media tailing adalah 1 200
g. Media campuran tailing dan kompos dengan perbandingan tailing (900 g) :
Kompos (300 g).
Pengadaan bibit tanaman berasal dari penjual bibit tanaman kehutanan
yang berada di daerah Bogor. Tanaman yang digunakan berumur tiga bulan.
Tinggi dan diameter tanaman diusahakan memiliki keseragaman yang hampir
sama pada masing-masing jenis tanaman.
Penyapihan
Penyapihan yaitu pemindahan tanaman ke dalam polybag yang telah berisi
media tailing dan campuran media tailing + kompos. Pemindahan tanaman diikuti
dengan media sebelumnya yang masih menempel pada akar agar tanaman dapat
beradaptasi. Penyapihan dilakukan pada pagi dan sore hari.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman dalam penelitian ini meliputi penyiraman,
dan penyiangan gulma. Penyiraman tanaman dilakukan 1 hari sekali pada pagi
atau sore hari. Penyiangan gulma dilakukan untuk mengurangi persaingan
memperoleh unsur hara dan air serta mengurangi resiko terserang penyakit atau
hama pada tanaman. Pembersihan gulma dilakukan setiap waktu saat
ditemukannya gulma.
Pengamatan dan pengambilan data
Pengamatan dilakukan selama 4 bulan. Parameter yang diamati yaitu
pertumbuhan diameter, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun,
berat basah total, berat kering total, nisbah pucuk akar, dan jumlah stomata.
Analisis tanah dan analisis tanaman dilakukan setelah 4 bulan percobaan.
Pengukuran diameter, tinggi, jumlah daun dilakukan setiap dua minggu sekali.
Pengukuran panjang dan lebar daun dilakukan setiap satu bulan sekali.
Pengukuran berat kering total dan berat basah total dilakukan saat panen di akhir
pengamatan.
Diameter semai. Pengukuran diameter menggunakan caliper digital pada
ketinggian 2 cm untuk semai pinus, sedangkan untuk ketiga semai lainnya
dilakukan pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang terbawah.

4

Tinggi semai. Pengukuran tinggi tanaman menggunakan penggaris 60 cm mulai
dari pangkal batang hingga ujung pucuk apikal. Pangkal batang tersebut kemudian
diberikan tanda untuk memudahkan pengukuraan selanjutnya.
Jumlah daun. Pengukuran dilakukan terhadap semua daun yang tumbuh pada
semai.
Panjang dan lebar daun. Pengukuran dilakukan setiap satu bulan sekali. Panjang
dan lebar daun diukur pada beberapa daun yang telah diberikan tanda yaitu pada
daun ter atas. Hasil perhitungan kemudian di rata-ratakan.
Jumlah stomata. Perhitungan jumlah stomata dilakukan pada mikroskop dengan
perbesaran 40x. Setiap perlakuan diambil empat tanaman sebagai sample. Sebagai
kontrol juga dilakukan perhitungan jumlah stomata pada tanaman yang masih
ditanam dalam media asli (sebelum perlakuan).
Berat basah total. Bagian tanaman seperti akar, daun, dan batang dipisahkan
setiap jenisnya. Berat basah pucuk diperoleh dari bagian atas tanaman yaitu
gabungan berat daun dan batang, sedangkan berat basah akar hanya berat akar saja.
Pengukuran berat basah dilakukan sebelum bagian tanaman dimasukkan ke dalam
oven dengan menggunakan neraca analitik digital. Berat basah total adalah hasil
penjumlahan antara berat basah pucuk dengan berat basah akar.
Berat kering total. Pengukuran berat kering total dilakukan setelah bagian
tanaman dikeringkan dalam oven (suhu 75 oC) selama 24 jam. Bagian tanaman
tersebut kemudian ditimbang beratnya menggunakan neraca analitik digital. Berat
kering total adalah penjumlahan antara berat kering pucuk dengan berat kering
akar.
Nisbah Pucuk Akar . Nilai Nisbah Pucuk Akar (NPA) adalah perbandingan
antara berat kering pucuk dengan berat kering akar.
Analisis tanah. Analisis tanah bertujuan untuk mengetahui kondisi dan
karakteristik tanah seperti nutrisi (kandungan hara), kontaminasi, keasaman (pH),
dan komposisi penyusun lainnya. Pada penelitian ini, analisis tanah dilakukan
untuk mengetahui kesuburan tanah, logam apa saja yang terkandung di dalam
tanah tersebut, dan berapa besar konsentrasinya. Analisis tanah dilakukan di
Laboratorium SEAMEO BIOTROP Jl. Raya Tajur Km. 6, Bogor.
Analisis tanaman. Analisis tanaman dilakukan untuk mengetahui konsentrasi
logam yang terdapat di jaringan tanaman. Analisis tanaman dilakukan di
Laboratorium SEAMEO BIOTROP Jl. Raya Tajur Km. 6, Bogor.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media
yang terdiri dari dua taraf. Faktor kedua adalah jenis tanaman yang terdiri dari
empat taraf.
Faktor media terdiri dari dua taraf, yaitu :
A1 : Media tailing (1 200 g)
A2 : Media tailing (900 g) + Kompos (300 g)
Faktor jenis tanaman terdiri dari empat taraf, yaitu:
P1 : Cemara gunung (C. junghuniana )
P2 : Pinus (P. merkusii)

5

P3 : Mindi (M. azedarach)
P4 : Gmelina (G. arborea)
Adapun komposisi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi perlakuan
Media
Ulangan
Jenis Tanaman
P1
P2
P3
A1
1
A1P11
A1P21
A1P31
2
A1P12
A1P21
A1P32
3
A1P13
A1P23
A1P33
A2
1
A2P11
A2P21
A2P31
2
A2P12
A2P22
A2P32
3
A2P13
A2P23
A2P33

P4
A1P41
A1P42
A1P43
A2P41
A2P42
A2P43

Analisis data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran kemudian
dianalisis dengan menggunakan model linier:
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij+ εijk
Dimana :
Yijk
: Nilai/respon dari pengamatan pada faktor A (media) taraf ke-i, faktor
P (jenis tanaman) taraf ke-j dan ulangan ke-k.
μ
: Nilai rataan umum.
αi
: Pengaruh perlakuan media ke-i
βj
: Pengaruh perlakuan jenis tanaman ke-j.
(αβ)ij
: Pengaruh interaksi faktor media pada taraf ke-i dengan faktor jenis
tanaman pada taraf ke-j.
Εijk
: Pengaruh acak faktor media pada taraf ke-i dengan faktor jenis tanaman
pada taraf ke-j ulangan ke-k.
i
: Media tailing (1 200 g), Media tailing (900 g) + (300 g).
j
: Jenis tanaman (C. junghuniana, P. merkusii, M. azedarach, dan G.
arborea).
k
: Ulangan 1, 2, dan 3.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dalam penelitian ini, dilakukan analisis
sidik ragam dengan uji F. Data diolah menggunakan software SAS 9.0. jika :
a. Nilai P-value > α (0.05) maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap parameter yang diuji.
b. Nilai P-value < α (0.05) maka perlakuan memberikan pengaruh nyata
terhadap parameter yang diuji, lalu dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan tanaman dapat didefinisikan sebagai pertambahan volume,
massa, jumlah protoplasma, dan atau jumlah sel. Dua macam pertambahan yang

6

lazim digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah pertambahan volume dan
massa. Pertambahan volume biasa ditentukan dengan cara mengukur perbesaran
seperti tinggi batang, diameter batang, dan panjang daun. Pertambahan massa
sering ditentukan dengan cara mengukur berat basah dan berat kering suatu
tanaman (Salisbury dan Ross 1995).
Tabel 2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan
terhadap pertumbuhan tanaman selama 4 bulan
Parameter
Perlakuan
Jenis tanaman
Media
Jenis tanaman +
media
Tinggi (cm)
0.0001*
0.5924tn
0.0541tn
Diameter (mm)
0.0001*
0.2070tn
0.0011*
Panjang daun (cm)
0.0001*
0.0399*
0.0693tn
Lebar daun (cm)
0.0007*
0.4714tn
0.4714tn
BKT (g)
0.0001*
0.0003*
0.0003*
BBT (g)
0.0001*
0.0028*
0.0048*
NPA
0.1731tn
0.3694tn
0.0991tn
*

= perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pvalue) < 0.05 (α).
tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan
(P-value) > 0.05 (α).
BKT = berat kering total, BBT = berat basah total, NPA= nisbah pucuk akar

Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perbedaan
jenis tanaman memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang
diamati, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter NPA.
Perlakuan media memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang
daun, BKT, dan BBT. Interaksi antara tanaman dengan media memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter, BBT, dan BKT. Untuk
mengetahui perlakuan mana yang memberikan pengaruh terbaik, maka dilakukan
uji Duncan.
Diameter dan Tinggi
Tinggi dan diameter awal tanaman P1, P3, dan P4 memiliki perbedaan
dengan P2. Tanaman P2 memiliki tinggi dan diameter lebih rendah dibandingkan
dengan ketiganya. Upaya untuk mengatasi pengaruh perbedaan tersebut, maka
digunakan rata-rata selisih antara tinggi dan diameter awal dengan akhir yang
dapat menggambarkan pertumbuhan tanaman. Hasil analisis sidik ragam (Tabel 2)
menunjukkan bahwa perbedaan jenis tanaman memberikan pengaruh terhadap
tinggi dan diameter. Oleh karena itu maka dilakukan uji Duncan untuk
mengetahui jenis tanaman mana yang memberikan pertumbuhan paling baik.
Hasil uji Duncan disajikan pada Tabel 3.

7

Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh jenis tanaman terhadap pertumbuhan diameter
tanaman selama 4 bulan
Perlakuan
Rata-rata pertumbuhan diameter (mm)
P4 (G. arborea)
4.5617 a
P3 (M. azedarach)
3.1767 b
P1 (C. junghuniana)
1.1083 c
P2 (P. merkusii)
0.7167 d
Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

Hasil uji Duncan yang telah dilakukan (Tabel 3) terdapat perbedaan nilai
rata-rata diameter tanaman. G. arborea memiliki diameter tertinggi dibandingkan
jenis tanaman lain dengan nilai rata-rata 4.5617 mm. Pengaruh interaksi perlakuan
antara jenis tanaman dan media terhadap pertumbuhan diameter tanaman disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi jenis tanaman + media terhadap
pertumbuhan diameter tanaman selama 4 bulan
Perlakuan
Rata-rata pertumbuhan diameter (mm)
P4A2
5.0433 a
P4A1
4.0800 b
P3A1
3.4300 c
P3A2
2.9233 d
P1A2
1.1600 e
P1A1
1.0567 e
P2A1
0.7267 e
P2A2
0.7067 e
Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

Uji Duncan pengaruh interaksi jenis tanaman dengan media (Tabel 4)
menunjukkan bahwa P4A2 (G. arborea dan media tailing 900 g + kompos 300 g)
menghasilkan pertumbuhan diameter tertinggi dengan nilai rata-rata sebesar
5.0433 mm. Nilai rata-rata diameter terendah yaitu pada perlakuan P1A2 (C.
junghuniana dan media tailing 900 g + kompos 300 g). Perlakuan ini tidak
berbeda nyata dengan perlakuan P1A1 (C. junghuniana dan media tailing 1 200
g), P2A1 (P. merkusii dan media tailing 1 200 g), dan P2A2 (P. merkusii dan
media tailing 900 g + kompos 300 g).
G. arborea merupakan salah satu jenis cepat tumbuh, pada umur 18 bulan di
lapangan diameter G. arborea dapat mencapai 6.4 cm (Suhendi 1995 dalam
Dharmawan 2003). Pada penelitian Dharmawan (2003) pertumbuhan diameter
terbaik diameter G. arborea yaitu pada perlakuan tailing + kompos kascing (3:1).
Media tailing yang dicampur dengan kompos mampu memberikan respon
pertumbuhan yang lebih baik, kompos mampu meningkatkan kesuburan tanah dan
merangsang perakaran yang sehat (Wasis dan Sandrasari 2011). Untuk
mengetahui pertumbuhan diameter masing-masing perlakuan pada setiap waktu

8

Diameter (mm)

pengamatan maka digunakan grafik laju pertumbuhan diameter.
pertumbuhan diameter setiap perlakuan ditunjukkan pada Gambar 1.
8,00
7,00
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00

Laju

P1A1
P1A2
P2A1
P2A2
P3A1
P3A2
0

1

2

3
4
5
Minggu Ke-

Gambar 1 Laju pertumbuhan diameter
perlakuan selama 4 bulan.

6

7

P4A1

8

P4A2

(mm) pada

berbagai

kombinasi

Gambar 1 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan diameter setiap perlakuan
mengalami peningkatan pada setiap waktu pengamatan. Perlakuan P4A1, P4A2,
P3A1, dan P3A2 mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Hal tersebut diduga
karena kedua jenis ini memiliki sifat cepat tumbuh (fast growing). Perlakuan
P1A1, P1A2, P2A1, dan P2A2 mengalami peningkatan yang relatif stabil. Faktor
yang menyebabkan hal tersebut diduga karena kedua jenis tersebut termasuk ke
dalam tanaman lambat tumbuh (slow growing). Hal tersebut memang sudah sifat
dasar dari jenis tersebut, kemampuan jenis tersebut untuk tumbuh pada media
tailing adalah hal yang lebih dipentingkan dalam penelitian ini. Gambar 1
menunjukkan bahwa keempat jenis tanaman tersebut mampu tumbuh pada media
tailing tersebut.
Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh jenis tanaman terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman selama 4 bulan
Perlakuan
Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)
P3 (M. azedarach)
40.8630 a
P4 (G. arborea)
36.3620 b
P1 (C. junghuniana)
8.2050 c
P2 (P. merkusii)
1.3180 d
Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan
95%.

Hasil uji Duncan pengaruh jenis tanaman terhadap pertumbuhan tinggi
(Tabel 5) menunjukkan bahwa respon tertinggi terjadi pada perlakuan jenis
tanaman P3 (M. azedarach) yaitu sebesar 40.8630 cm. Perlakuan ini berbeda
nyata dengan tiga perlakuan lainnya sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah
yaitu pada jenis tanaman P2 (P. merkusii) dengan nilai sebesar 1.3180 cm. Untuk
mengetahui pertumbuhan tinggi masing-masing perlakuan pada setiap waktu
pengamatan maka digunakan grafik laju pertumbuhan tinggi. Laju pertumbuhan
tinggi setiap perlakuan ditunjukkan pada Gambar 2.

9

Tinggi (cm)

60,00
50,00

P1A1

40,00

P1A2
P2A1

30,00

P2A2

20,00

P3A1

10,00

P3A2
P4A1

0,00
0

1

2

3
4
5
Minggu Ke-

6

7

8

P4A2

Gambar 2 Laju pertumbuhan tinggi (cm) pada berbagai kombinasi perlakuan
selama 4 bulan.
Gambar 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi perlakuan P3A1 (M.
azedarach dan media tailing 1 200 g) mengalami pertumbuhan yang sangat baik.
Hal tersebut ditunjukkan dengan pertambahan tinggi yang terus meningkat setiap
waktu pengamatan. Semua perlakuan memberikan respon yang baik terhadap
pertumbuhan tinggi dengan meningkatnya laju pertumbuhan tinggi pada setiap
pengamatan, meskipun laju pertumbuhan tersebut berbeda-beda.
Pertumbuhan Daun
Panjang Daun
Panjang, lebar, dan jumlah daun sebagai organ fotosintetik dapat digunakan
untuk indikator pertumbuhan suatu tanaman. Keberadaan daun pada tanaman
dapat dikaitkan dengan kemampuan tanaman tersebut dalam berfotosintesis dan
menghasilkan fotosintat berupa karbohidrat yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
pertumbuhan dan perkembangan (Haryanti 2008). Jumlah daun semua perlakuan
pada setiap pengamatan ditunjukkan pada Gambar 3.
Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh jenis tanaman terhadap pertumbuhan panjang
daun tanaman selama 4 bulan
Perlakuan
Rata-rata pertumbuhan panjang daun (cm)
P4 (G. arborea)
3.00 a
P1 (C. junghuniana)
2.93 b
P2 (P. merkusii)
1.83 b
P3 (M. azedarach)
1.00 c
Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan
95%.

10

Pertumbuhan panjang daun setiap jenis tanaman (Tabel 6) memiliki
perbedaan yang nyata. P4 (G. arborea) memiliki rata-rata panjang daun yang
paling baik diantara jenis tanaman lain yaitu sebesar 3.00 cm. Rata-rata
pertumbuhan panjang daun terendah yaitu pada P3 (M. azedarach) dengan nilai
sebesar 1.00 cm. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) pengamatan daun sebagai
produsen fotosintat utama sangat diperlukan selain sebagai indikator pertumbuhan
juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi
seperti pembentukan biomassa.
Hasil analisis sidik ragam (Tabel 2) bahwa perlakuan media memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan panjang daun, untuk
mengetahui perlakuan mana yang memberikan hasil terbaik maka dilakukan uji
Duncan. Hasil uji Duncan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil uji Duncan pengaruh media terhadap pertumbuhan panjang daun
tanaman selama 4 bulan
Perlakuan
Rata-rata pertumbuhan panjang daun
(cm)
A2 (tailing 900 g + Kompos 300 g)
2.25 a
A1 (tailing 1 200 g)
1.83 b
Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

Hasil uji Duncan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa media A2
menghasilkan rata-rata pertumbuhan panjang daun tanaman lebih baik
dibandingkan dengan media A1. Artinya, pemberian pupuk kompos mampu
meningkatkan pertumbuhan panjang daun tanaman. Interaksi jenis tanaman
dengan media terhadap pertumbuhan panjang daun tanaman juga memberikan
pengaruh yang berbeda nyata, hasil uji Duncan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi jenis tanaman + media terhadap
pertumbuhan panjang daun tanaman selama 4 bulan
Perlakuan
Rata-rata pertumbuhan panjang daun (cm)
P4A2
3.67 a
P1A1
2.33 b
P4A1
2.33 b
P1A2
2.33 b
P2A2
2.00 b
P2A1
1.67 bc
P3A1
1.00 c
P3A2
1.00 c
Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

Interaksi antara jenis tanaman dan media (Tabel 8) memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap perlakuan. Perlakuan P4A2 (G. arborea dan media
tailing 900 g + kompos 300 g) memberikan respon pertumbuhan panjang daun
yang terbaik dengan nilai rata-rata yaitu 3.67 cm. Perlakuan interaksi yang
menghasilkan panjang daun tanaman paling rendah adalah P3A1 (M. azedarach
dan media tailing 1 200 g) dengan nilai rata-rata sebesar 1.00 cm, perlakuan yang

11

tidak berbeda nyata dengan perlakuan ini adalah P3A2 (M. azedarach dan media
tailing 900 g + kompos 3 g).
Lebar Daun
Pengamatan parameter lebar daun hanya dilakukan pada jenis tanaman G.
arborea dan M. azedarach, hal tersebut dikarenakan dua jenis tanaman lainnya
memiliki daun jarum sehingga sulit dilakukan pengukuran terhadap lebar daun.
Hasil uji Duncan pengaruh perbedaan jenis tanaman terhadap pertumbuhan lebar
daun disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Hasil uji Duncan pengaruh jenis tanaman terhadap pertumbuhan lebar
daun tanaman selama 4 bulan
Perlakuan
Rata-rata pertumbuhan lebar daun
(cm)
P4 (G. arborea)
3.00 a
P3 (M.azedarach)
0.67 b
Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

Hasil uji Duncan pada Tabel 9 menunjukkan bahwa tanaman G. arborea
memiliki rata-rata pertumbuhan lebar daun yang lebih besar dibandingkan jenis M.
azedarach. Daun sebagai organ fotosintetik akan berhubungan dengan proses
fotosintesis. Proses fotosintesis akan berlangsung optimal apabila daun yang
dimiliki tanaman berjumlah banyak dan semakin besar ukurannya.
Jumlah Daun
Diagram jumlah daun pada Gambar 3 menunjukkan bahwa setiap perlakuan
mengalami pertambahan dan pengurangan daun pada waktu tertentu. Gambar 3
menunjukkan bahwa hampir semua perlakuan mengalami peningkatan jumlah
daun dari awal hingga akhir pengamatan, hanya perlakuan P3A1 dan P3A2 yang
mengalami penurunan jumlah daun akibat daun rontok. Tanaman P3 (M.
azedarach) mengalami kerontokan pada daun tua, gejala kerontokan diawali
dengan perubahan warna daun yang menguning. Hampir setiap pengamatan pasti
ditemukan daun tanaman P3 (M. azedarach) yang rontok, baik pada perlakuan
media tailing 1 200 g (A1) maupun pada perlakuan media tailing 900 g + kompos
300 g (A2). Hal tersebut diduga karena tanaman menyerap logam seperti Fe yang
terlalu tinggi sehingga menimbulkan gejala keracunan. Menurut Widyati (2011)
kelebihan penyerapan unsur Fe, Cu, dan Zn pada tanaman A. crassicarpa
menyebabkan tanaman memiliki daun yang berwarna kuning.

12

40
35

Minggu ke-0

30

Minggu ke-1

25

Minggu ke-2

20

Minggu ke-3

15

Minggu ke-4

10

Minggu ke-5

5

Minggu ke-6

0
P1A1

P1A2

P2A1

P2A2

P3A1

P3A2

P4A1

P4A2

Gambar 3 Diagram jumlah daun pada setiap perlakuan.

Jumlah Stomata
Stomata merupakan celah diantara epidermis yang diapit oleh dua sel
epidemik khusus yang disebut sel penutup. Sel penutup dapat membuka dan
menutup sesuai dengan kebutuhan tanaman akan transpirasinya. Stomata pada
dasarnya terdapat di semua bagian tumbuhan, namun lebih banyak ditemukan di
daun (Pindey 1982 dalam Haryanti 2010). Jumlah stomata pada tanaman
berhubungan dengan laju transpirasi suatu tanaman. Semakin banyak jumlah
stomata yang dimiliki, laju transpirasi semakin tinggi. Hasil perhitungan jumlah
stomata disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Jumlah stomata pada setiap jenis tanaman
Media tailing
Perlakuan
Kontrol
1 200 g
P1 (C. junghuniana)
19
64
P2 (P. merkusii)
7
15
P3 (M. azedarach)
47
49
P4 (G. arborea)
62
86

Media tailing 900 g +
Kompos 300 g
55
11
38
89

Hasil perhitungan jumlah stomata (Tabel 10) menunjukkan bahwa G.
arborea memiliki jumlah stomata yang paling banyak diantara jenis tanaman
lainnya. Banyaknya jumlah stomata pada G. arborea menunjukkan tingginya laju
transpirasi. Siregar dan Siregar (2010) menjelaskan bahwa tingginya transpirasi
dari tanaman cepat tumbuh merupakan mekanisme tanaman dalam sistem transfer
air dan hara. Kecepatan transpirasi berbanding lurus dengan kemampuan
penyerapan tanaman terhadap logam berat. Semakin tinggi laju transpirasi maka
kemampuan penyerapan logam pada tanaman semakin besar.

13

Berat Kering Total (BKT) dan Berat Basah Total (BBT)
Berat basah total adalah hasil penjumlahan antara berat basah pucuk dengan
berat basah akar. Begitu juga pada berat kering total. Berat kering total tanaman
adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan bibit, karena
merupakan gambaran efisiensi dari proses fisiologis di dalam tanaman (Wulandari
dan Susanti 2012). Berat basah total berbanding lurus dengan berat kering total
(Tabel 11).
Tabel 11 Hasil uji Duncan pengaruh jenis tanaman terhadap berat basah total dan
berat kering total tanaman selama 4 bulan
Perlakuan
Rata-rata berat basah total (g) Rata-rata berat kering
total (g)
P4 (G. arborea)
44.3070 a
28.4350 a
P3 (M. azedarach)
27.3270 b
14.4517 b
P1 (C. junghuniana)
17.2330 c
10.3367 c
P2 (P. merkusii)
3.1400 d
2.4017 d
Huruf yang berbeda pada satu kolom menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.

Hasil uji Duncan pada Tabel 11 menunjukkan bahwa jenis tanaman P4
memiliki rata-rata berat basah total dan berat kering total tertinggi yaitu sebesar
44.307 g. Jenis tanaman P2 memiliki berat basah ataupun berat kering total
terendah dibandingkan jenis tanaman lain, nilai berat basah total dan berat kering
total jenis tanaman P2 berturut-turut adalah 3.1400 g dan 2.4017 g. Hal tersebut
disebabkan oleh performa dari tanaman P2. Batang dan akar P2 memang paling
kecil diantara jenis tanaman yang lain. Pemberian media tanam yang berbeda juga
memberikan hasil yang berbeda nyata, Hasil uji Duncan pengaruh media terhadap
berat basah dan berat kering total disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Hasil uji Duncan pengaruh media terhadap berat basah total dan berat
kering total tanaman selama 4 bulan
Rata-rata
Rata-rata
Perlakuan
berat basah total
berat kering total
(g)
(g)
A2 (tailing 900 g + kompos 300 g)
24.9300 a
15.0900 a
A1 (tailing 1 200 g)
21.0700 b
12.7200 b
Huruf yang berbeda pada satu kolom menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil uji Duncan pada Tabel 12, perlakuan A2 memberikan
nilai rata-rata berat basah dan berat kering total lebih tinggi dibandingkan
perlakuan A2. Penambahan kompos pada perlakuan A2 memberikan pengaruh
yang berbeda nyata dengan perlakuan A1 yang hanya menggunakan tailing untuk
media tanamnya. Perlakuan jenis tanaman dan media memberikan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap parameter berat basah dan berat kering total, interaksi

14

antara keduanya juga memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Perlakuan
interaksi mana yang memberikan hasil terbaik disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi jenis tanaman + media terhadap
berat kering total tanaman selama 4 bulan
Perlakuan Rata-rata berat basah total (g) Rata-rata berat kering total (g)
P4A2
50.2100 a
32.1930 a
P4A1
38.4030 b
24.6770 b
P3A2
28.9770 c
15.3630 c
P3A1
25.6770 c
13.5400 c
P1A2
17.4870 d
10.5100 d
P1A1
16.9800 d
10.1630 d
P2A1
3.2400 e
2.4930 e
P2A2
3.0400 e
2.3100 e
Huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.

Perlakuan P4A2 (G. arborea dan media tailing 900 g + 300 g) memberikan
respon terbaik. Perlakuan ini berbeda nyata dengan P4A1 (G. arborea dan media
tailing 900 g + kompos 300 g). Rata-rata berat basah total P4A2 adalah 50.124 g,
sedangkan P4A1 sebesar 38.043 g. Perlakuan lainnya pada setiap jenis tanaman
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata, perlakuan dengan media A2
memiliki rata-rata berat basah dan berat kering total yang lebih tinggi. Pemberian
pupuk kompos diduga mampu memberikan perbaikan terhadap aerasi tanah dan
kandungan unsur hara sehingga mendukung perkembangan berat basah total dan
berat kering total semai. Satu perlakuan yang justru memiliki pertumbuhan terbaik
pada media tailing 1 200 g adalah perlakuan P2A1. P2A1 (P. merkusii dan media
tailing 1 200 g) memiliki rata-rata berat basah dan berat kering total lebih tinggi
dibandingkan dengan P2A2 (P. merkusii dan media tailing 900 g + kompos 300 g).

Nisbah Pucuk Akar
Nisbah pucuk akar (NPA) merupakan parameter pertumbuhan semai yang
membandingkan berat kering pucuk (batang dan daun) dengan berat kering akar.
Nilai NPA digunakan untuk mengetahui keseimbangan pertumbuhan bagian atas
tanaman sebagai tempat terjadinya proses transpirasi dan fotosintesis dengan
bagian akar sebagai bidang serapan (Setyaningsih 2007). Rata-rata nilai NPA
setiap perlakuan disajikan pada Gambar 4.

15

Nilai NPA

2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
P1A1

P1A2

P2A1

P2A2

P3A1

P3A2

P4A1

P4A2

Perlakuan
Gambar 4 Rata-rata nisbah pucuk akar (NPA)
Gambar 4 menunjukkan bahwa rata-rata nilai nisbah pucuk akar pada setiap
perlakuan berbeda-beda. Nilai rata-rata NPA paling tinggi yaitu pada perlakuan
P3A1 (M. azedarach dan media tailing 900 g + kompos 300 g) sebesar 1.79. Ratarata nilai NPA setiap perlakuan antara 1.2–1.8, artinya setiap perlakuan tersebut
memberikan pertumbuhan semai yang cukup baik. Menurut Duryea dan Brown
(1984) dalam Setyaningsih (2007) menjelaskan bahwa pertumbuhan dan
kemampuan semai terbaik umumnya terjadi pada NPA antara 1–3. Nilai NPA 1–3
berarti semua semai pada tiap perlakuan memiliki keseimbangan antara
penyerapan unsur hara dan air oleh akar dan transpirasi yang dilakukan oleh daun.
Kandungan Unsur Logam Pada Media Tailing
Berdasarkan hasil analisis tailing awal (Lampiran 1), diketahui bahwa media
tailing memiliki kandungan beberapa logam yaitu Pb, Hg, Zn, Mn, Cu, dan Fe.
Logam Pb merupakan salah satu unsur yang tidak dibutuhkan oleh tanaman,
sehingga akan menjadi racun apabila tanaman menyerap logam tersebut
(Widaningrum 2007). Hg merupakan unsur yang dibutuhkan organisme hidup
dalam jumlah yang sangat sedikit sehingga apabila terjadi peningkatan Hg pada
tanah akan menjadi racun bagi tanaman. Keempat logam lainnya yaitu Zn, Mn,
Fe, dan Cu merupakan unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
sangat kecil sehingga menjadi racun jika terdapat dalam jumlah yang terlalu besar
(Hardjowigeno 2010).
Hasil analisis tanah normal (tanpa tailing) di sekitar PT Antam UBPE
pongkor pada pengambilan sampel tahun 2014 di daerah Cikaret memiliki pH
6.20–6.90 dan kandungan logamnya yaitu, Cu (0.07), Zn (tidak tersedia), Mn
(4.02), Fe (tidak tersedia), Pb (tidak dianalisis), dan Hg (tidak dianalisis).
Sedangkan media tailing sebelum diberikan perlakuan memiliki pH 7.9–8.0 dan
logam total yang terkandung pada media tailing yaitu sebagai berikut, Cu (58.5
ppm), Zn (49.1 ppm), Mn (2 288 ppm), Fe (362 000 ppm), Hg (0.11 ppm), dan Pb
(75.1 ppm). Tingginya kandungan logam pada media tailing diduga berpotensi
menyebabkan pencemaran lingkungan.
Hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap kandungan logam
pada media tailing (Lampiran 5) menunjukkan bahwa semua perlakuan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan logam pada media tailing.

16

Hasil uji Duncan pengaruh interaksi terhadap kandungan logam pada media
tailing disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Hasil uji Duncan kandungan logam total pada media tailing setelah 4
bulan
Perlakuan
Cu
Zn
Mn
Fe
Pb
Hg
(ppm)
(ppm)
(ppm)
(ppm)
(ppm)
(ppm)
P1A1
P1A2
P2A1
P2A2
P3A1
P3A2
P4A1
P4A2

56.40 f
56.40 f
57.30 e
59.40 a
58.90 b
58.10 d
54.70 g
58.60 c

224.1 d
234.1 a
224.8 c
226.8 b
217.0 g
222.2 e
216.9 h
220.7 f

92.10 d
94.40 b
96.70 a
87.50 f
90.80 e
87.40 g
92.90 c
86.10 h

37 100 d
38 400 c
38 600 b
45 500 a
32 700 f
36 300 e
31 100 g
27 000 h

77.00 g
70.80 h
85.40 c
90.10 a
84.20 d
88.40 b
77.70 f
82.40 e

0.04 f
0.07 c
0.30 a
0.05 e
0.04 f
0.06 d
0.20 b
0.05 e

Huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%.

Hasil uji Duncan pada (Tabel 14) menunjukkan bahwa setiap perlakuan
memiliki kandungan logam berat yang berbeda pada media tailing setelah 4 bulan.
Perlakuan P2A2 (P. merkusii dan media tailing 900 g + kompos 300 g) memiliki
kandungan logam berat Cu, Fe, dan Pb tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
Kandungan Cu total di dalam tanah berkisar antara 2–100 ppm (Barchia
2009). Unsur Cu diikat kuat oleh bahan organik tanah sehingga ketersediaan Cu
sangat tergantung pada ketersediaan bahan organik dalam tanah. Pada tanah yang
memiliki bahan organik tinggi, Cu akan terikat sehingga ketersediaannya sangat
rendah. Penggunaan kompos pada perlakuan P2A2 diduga membantu pengikatan
Cu pada tanah sehingga konsentrasinya cukup tinggi. Unsur Fe total dalam tanah
berkisar antara 30–300 ppm (Barchia 2009). Pada umumnya Fe cukup tersedia di
dalam tanah sehingga kelebihan akan unsur Fe menjadi salah satu masalah yang
umum dijumpai pada lahan-lahan kritis. Hasil uji Duncan pada Tabel 14 diketahui
bahwa kandungan logam Fe pada semua perlakuan sudah melebihi ambang batas
normal di dalam tanah. Tingginya kandungan logam Fe total pada media tailing
tersebut akan sangat berpotensi berubah menjadi Fe tersedia bagi tanaman apabila
tanah berada dalam kondisi tidak baik. Sahrawat (2005) menyatakan bahwa
ketersediaan Fe bagi tanaman di dalam tanah dipengaruhi oleh adanya reaksi
redoks Fe3+ menjadi Fe2+ di dalam tanah. Laju reaksi redoks tersebut sangat
dipengaruhi oleh pH tanah, kandungan bahan organik tanah, dan cara pengolahan
tanahnya. Unsur Pb total dalam tanah berkisar antara 2–200 ppm (Barchia 2009),
dengan demikian konsentrasi Pb pada setiap perlakuan masih berada di dalam
kisaran batas normal.
Hasil analisis tanah akhir (Tabel 14) menunjukkan bahwa terdapat beberapa
logam yang justru mengalami peningkatan konsentrasinya pada media tailing.
Oleh karena itu, maka dilakukan perhitungan persentase terhadap kontrol (%)
untuk mengetahui berapa besar peningkatan tersebut. Hasil perhitungan persentase
terhadap kontrol disajikan pada Tabel 15 sedangkan analisis tanah awal (sebelum
perlakuan) dan akhir (setelah perlakuan) terlampir pada lampiran 1.

17

Tabel 15 Persentase terhadap kontrol
setelah 4 bulan
Perlakuan
Cu (%)
Zn (%)
P1A1
-3.59
356.42
P1A2
-3.59
376.78
P2A1
-2.05
357.84
P2A2
1.54
361.91
P3A1
-0.68
341.96
P3A2
-0.68
352.55
P4A1
-6.50
341.75
P4A2
0.17
349.49

kandungan logam berat pada media tailing
Mn (%)
-95.97
-95.87
-95.77
-96.18
-96.03
-96.18
-95.94
-96.24

Fe (%)
2.49
6.08
6.63
25.69
-9.67
0.28
-14.09
-25.41

Pb (%)
2.53
-5.73
13.72
19.97
12.12
17.71
3.46
9.72

Hg (%)
-63.64
-36.36
172.73
-54.55
-63.64
-45.45
81.82
-54.55

(-) Penurunan konsentrasi logam, (+) Peningkatan konsentrasi logam

Tabel 15 menunjukkan bahwa terdapat perlakuan yang mengalami
penurunan atau peningkatan konsentrasi logam. Penurunan konsentrasi logam
berat pada semua perlakuan terjadi pada logam Mn. Logam yang juga mengalami
penurunan yaitu Cu, Fe, Hg, dan Pb pada perlakuan P1A2 (C. junghuniana dan
media tailing 900 g + kompos 300 g). Penurunan konsentrasi logam diduga
karena tanaman menyerap logam tersebut ke dalam jaringannya. Akumulasi
logam dalam tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh kandungan logam dalam
tanah, tetapi juga tergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan
spesies tanaman yang mampu menyerap logam tertentu (Darmono 1995 dalam
Widaningrum et al. 2007).
Peningkatan kandungan logam berat paling signifikan terjadi pada logam Zn
dengan persentase terhadap kontrol berkisar antara 341.75–376.78 %. Unsur Zn
dapat membentuk kompleks dengan bahan organik tanah atau terjerap pada tanahtanah kaya organik. Perlakuan P1A2, P2A2, P3A2, dan P4A2 memiliki persentase
terhadap kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1A1, P2A1, P3A1,
dan P4A1. Perlakuan A2 merupakan campuran media tailing 900 g dengan
kompos 300 g, pemberian kompos mampu meningkatkan kandungan bahan
organik dalam media tersebut sehingga menyebabkan peningkatan Zn. Munawar
(2011) menjelaskan bahwa tingginya bahan organik pada tanah berbanding lurus
dengan ketersediaan Zn.
Logam yang juga mengalami peningkatan pada beberapa perlakuan yaitu Pb
dan Fe. Peningkatan juga terjadi terhadap logam Hg pada perlakuan P2A1 dan
P4A1 dengan persentase terhadap kontrol berturut-turut yaitu 172.73% dan
81.82%. Peningkatan konsentrasi logam pada beberapa perlakuan diduga
disebabkan oleh proses penyiraman yang dilakukan selama penelitian. Beberapa
faktor yang menyebabkan kontaminasi logam berat pada lingkungan bervariasi
yaitu kondisi geologi tanah dimana tanaman dibudidayakan dan kondisi air yang
digunakan untuk penyiraman (Widaningrum et al. 2007). Hasil penelitian Widyati
(2011) juga menunjukkan peningkatan konsentrasi logam Fe, Zn, dan Cu pada
media dengan penambahan sludge dan top soil setelah ditanami A. crassicarpa
selama 90 hari. Hal tersebut diduga karena tanaman menghasilkan metabolit
sekunder berupa eksudat akar yang dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara
dalam tanah yang digunakan untuk mengatur pengkelatan unsur mikro (Metting
1992 dalam Widyati 2011).

18

Penyerapan Unsur Logam Pada Tanaman
Fitter (1982) dalam Arisandi (2001) menyatakan bahwa tumbuhan mampu
menyerap ion-ion dari lingkungannya melalui dua sifat penyerapan ion, yaitu
faktor konsentrasi (kemampuan tumbuhan dalam mengakumulasi ion sampai
tingkat konsentrasi tertentu) dan perbedaan kuantitatif akan kebutuhan hara yang
berbeda pada setiap jenis tumbuhan. Kandungan logam yang terdapat pada
jaringan tanaman berdasarkan hasil analisis disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Kandungan unsur logam pada jaringan tanaman setiap perlakuan setelah
4 bulan
Perlakuan
Cu
Fe
Hg
Mn
Pb
Zn
(5–
(10–
(0.01–
(20–500)a (0.1–10)b (25–150)a
20)a
1 000)a
0.3)c
P1A1
73.8
599.2
0.36
185.8
8.3
69.5
P1A2
113.4
302.8
0.21
223.0
7.7
60.4
P2A1
31.8
5782.1
0.15
395.4
20.4
162.3
P2A2
49.6
7172.9
0.13
619.0
27.9
351.1
P3A1
19.5
897.9
0.14
78.3
9.2
77.1
P3A2
13.4
477.6
0.09
49.5
7.8
88.0
P4A1
11.3
2055.3
0.10
247.7
8.3
132.2
P4A2
9.6
2379.0
0.10
209.0
7.4
144.6
a

Kisaran kandungan logam pada tanaman menurut Munawar 2011
Kisaran kandungan logam pada tanaman menurut Barchia 2009
c
Kisaran kandungan logam pada tanaman menurut Alloway 1995 dalam Santoso et al. 2014
b

Tabel 16 menunjukkan bahwa setiap perlakuan mampu mengakumulasi
logam Fe melebihi kisaran batas normalnya dengan konsentrasi sebesar 302.8–
7172.9 ppm namun tidak menunjukkan gejala keracunan. Havlin et al. (1999)
dalam Widyati (2011) menyatakan bahwa apabila kandungan Fe dalam jaringan
tanaman melebihi 300 ppm biomassa akan menimbulkan keracunan pada tanaman.
Berdasarkan hasil pengamatan, hanya jenis tanaman P3 (M. azedarach) yang
menunjukkan gejala berupa daun yang menguning kemudian gugur (rontok).
Gejala tersebut terjadi selama pengamatan, namun tidak sampai menyebabkan
kematian pada tanaman.
Hasil analisis kandungan logam pada jaringan tanaman menunjukkan bahwa
Keempat jenis tanaman mampu menyerap logam dengan konsentrasi yang
berbeda pada jaringan tanaman tetapi tidak bersifat hiperakumulator. P. merkusii
mengakumulasi logam Fe, Mn, Pb, dan Zn paling tinggi sedangkan C.
junghuniana mengakumulasi logam Cu dan Hg paling tinggi. Pemilihan jenis
tanaman untuk kegiatan fitoremediasi tidak hanya mempertimbangkan
kemampuan tanaman menyerap logam namun juga perlu memperhatikan respon
pertumbuhan tanaman tersebut. Jenis P. merkusii memang dapat mengakumulasi
logam lebih besar dibandingkan dengan jenis G. arborea, namun jenis tersebut
termasuk tanaman lambat tumbuh (slow growing) dan memiliki berat basah dan
berat kering total yang rendah.