Estimasi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Lahan Reklamasi PT ANTAM UBPE Pongkor, Provinsi Jawa Barat

ESTIMASI SIMPANAN KARBON DI ATAS
PERMUKAAN LAHAN REKLAMASI PT ANTAM UBPE
PONGKOR, PROVINSI JAWA BARAT

MUHAMMAD IKHSAN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Simpanan
Karbon di Atas Permukaan Lahan Reklamasi PT ANTAM UBPE Pongkor,
Provinsi Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Mei 2013

Muhammad Ikhsan
NIM E44080044

ABSTRAK
MUHAMMAD IKHSAN. Estimasi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Lahan
Reklamasi PT ANTAM UBPE Pongkor, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh
LAILAN SYAUFINA.
Global Warming merupakan salah satu isu lingkungan yang saat ini sedang
melanda berbagai kawasan di belahan dunia. Dampak pemanasan global harus
dikurangi, sehingga upaya yang dapat dilakukan adalah menurunkan emisi karbon
dan atau meningkatkan penyerapan cadangan karbon. Upaya peningkatan
penyerapan cadangan karbon secara tidak langsung juga dilakukan oleh
perusahaan pertambangan dalam bentuk pelaksanaan kegiatan reklamasi lahan
bekas tambang. Kegiatan reklamasi lahan bekas tambang ternyata cukup penting
dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, sehingga perlu dilakukan banyak
penelitian yang dapat mendorong perkembangan penghitungan karbon di dalam
biomassa. Salah satu aspek penelitian yang penting adalah mengetahui potensi

karbon yang tersimpan pada areal reklamasi. Potensi karbon yang tersimpan di
lokasi areal reklamasi dapat menjadi tolak ukur keberhasilan kegiatan reklamasi
yang salah satunya dilakukan oleh PT ANTAM UBPE Pongkor. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menghitung besar cadangan karbon di atas permukaan lahan
reklamasi PT ANTAM UBPE Pongkor. Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode non destruktif, yaitu pendugaan kandungan karbon tanpa
melakukan penebangan dengan menggunakan parameter yang berupa diameter
setinggi dada dan tinggi pohon.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa areal
reklamasi PT ANTAM UBPE Pongkor memiliki kandungan biomassa di atas
permukaan lahan sebesar 127.89 ton ha-1 dan kandungan karbon sebesar
58.77 ton ha-1. Hasil tersebut terdiri dari empat potensi biomassa, yaitu tegakan,
serasah, tumbuhan bawah dan nekromassa dengan masing-masing kandungan
biomassa dan karbon sebesar 122.75 ton ha-1, 2.45 ton ha-1, 1.28 ton ha-1,
1.41 ton ha-1 dan 56.41 ton ha-1, 1.13 ton ha-1, 0.59 ton ha-1, 0.65 ton ha-1. Adanya
studi ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi tentang simpanan
karbon di setiap lokasi yang tergolong areal reklamasi di PT ANTAM UBPE
Pongkor.
Kata kunci: areal reklamasi, karbon, pemanasan global


ABSTRACT
MUHAMMAD IKHSAN. Estimation of Above Ground Carbon Stock at Above
Reclamation Area of PT ANTAM UBPE Pongkor, Provinsi Jawa Barat. Under
Supervision of LAILAN SYAUFINA.
Global Warming is one of the environmental issues that are currently flare
hit many areas in the world. The effects of global warming must be mitigate, so
it attempts to do is to reduce emissions or increase sequestration of carbon and
carbon stocks. Efforts to increase the absorption of carbon stocks indirectly by
mining companies in the form of implementation of mined land reclamation. The
role of mined land reclamation activities is actually important in reducing
greenhouse gas emissions, it is necessary to study carbon stock in the biomass of
reclamation area. One aspect of the research is important to know the potential of
the carbon stored in the reclamation area. The potential of the carbon stored onsite reclamation area can be measured of the success of reclamation activities, one
of which was done by PT Antam UBPE Pongkor. The objective of this study was
to quantify the carbon stocks on the reclamation area of PT Antam UBPE
Pongkor. The research activities was carried out using non-destructive method,
which estimates the carbon content without cutting the trees by using parameters
such as diameter at breast height and tree height.
The study shows that the reclamation area PT Antam UBPE Pongkor above
ground contains biomass amounted to 127.89 ton ha-1 and the carbon content of

58.77 ton ha-1. The result consist four potential of biomass, which is standing
forest, litter, lower plants and necromass with each biomass and carbon content of
122.75 ton ha-1, 2.45 ton ha-1, 1.28 ton ha-1, 1.41 ton ha-1 and 56.41 ton ha-1,
1.13 ton ha-1, 0.59 ton ha-1, 0.65 ton ha-1. This study is expected to provide data
and information about carbon storage in any location belonging to the reclamation
area of PT Antam UBPE Pongkor.
Keywords: carbon, global warming, reclamation area

ESTIMASI SIMPANAN KARBON DI ATAS
PERMUKAAN LAHAN REKLAMASI PT ANTAM UBPE
PONGKOR, PROVINSI JAWA BARAT

MUHAMMAD IKHSAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Estimasi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Lahan Reklamasi
PT ANTAM UBPE Pongkor, Provinsi Jawa Barat
Nama
: Muhammad Ikhsan
NIM
: E44080044

Disetujui oleh

Dr Ir Lailan Syaufina, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah
estimasi kandungan karbon, dengan judul Estimasi Simpanan Karbon di Atas
Permukaan Lahan Reklamasi PT ANTAM UBPE Pongkor, Provinsi Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Lailan Syaufina, MSc selaku
pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Dadan Mulyana, S.Hut MSi, Bapak Dr Erianto Indra Putra, S.Hut MSi beserta
anggota pelaksana kegiatan Jasa Penghitungan Serapan CO2 di Areal Revegetasi
Lahan Bekas Tambang PT ANTAM UBPE Pongkor yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu beserta
seluruh keluarga dan Novi Anggraini atas segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.


Bogor, Mei 2013

Muhammad Ikhsan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN




Latar Belakang



Tujuan Penelitian



Manfaat Penelitian



TINJAUAN PUSTAKA



Kebakaran Hutan




Karbon



Biomassa



Model Pendugaan Biomassa dan Karbon



Pertambangan



METODE




Bahan



Alat



Metode Pengumpulan Data



Metode Kerja



Prosedur Analisis Data




KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN


10 

Hasil Penelitian

10 

Kandungan Biomassa Tegakan

11 

Kandungan Biomassa Tumbuhan Bawah

12 

Kandungan Biomassa Serasah

13 

Kandungan Biomassa Nekromassa

14 

Kandungan Biomassa Total di Atas Permukaan Lahan

15 

Karbon Tersimpan pada Tegakan

16 

Karbon Tersimpan pada Tumbuhan Bawah

18 

Karbon Tersimpan pada Serasah

19 

Karbon Tersimpan pada Nekromassa

19 

Total Karbon Tersimpan di Atas Permukaan Lahan

20 
21 

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

21 

Saran

21 

DAFTAR PUSTAKA

22 

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP

45

DAFTAR TABEL
1

Kandungan biomassa di atas permukaan lahan

11 

2

Karbon tersimpan di atas permukaan lahan

17 

DAFTAR GAMBAR
1

Prinsip Segitiga Api (Brown dan Davis 1973)

2

Model plot: a) bujur sangkar = 20 x 20 m ; b) persegi panjang = 5 x 40



m atau 10 x 80 m dengan ukuran subplot untuk kedua tipe plot yaitu 1 x
1m
3



Plot FHM (USDA-FS 1997) yang terdiri dari empat annular plot yang
masing-masing memiliki jari-jari = 17.95 m



4

Layout lokasi penelitian

10 

5

Kandungan biomassa tegakan di setiap lokasi areal reklamasi

12 

6

Kandungan biomassa tumbuhan bawah di setiap lokasi

13 

7

Kandungan biomassa serasah di setiap lokasi areal reklamasi

14 

8

Kandungan biomassa nekromassa di setiap lokasi areal reklamasi

15 

9

Kandungan biomassa total di atas permukaan

16 

10 Kandungan karbon tegakan di setiap lokasi areal reklamasi

18 

11 Kandungan karbon serasah di setiap lokasi areal reklamasi

19 

12 Kandungan karbon nekromassa di setiap lokasi areal reklamasi

20 

13 Kandungan karbon total di atas permukaan lahan

21 

DAFTAR LAMPIRAN
1

Komposisi jenis di setiap lokasi areal reklamasi PT ANTAM UBPE
Pongkor

24 

2

Data hasil inventarisasi tegakan di setiap lokasi

25 

3

Data biomassa dan karbon tegakan

42 

4

Data biomassa dan karbon serasah, nekromassa serta tumbuhan bawah

43 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Global Warming atau yang biasa kita kenal dengan istilah pemanasan global
merupakan salah satu isu lingkungan yang saat ini sedang marak diperbincangkan.
Pemanasan global adalah kenaikan secara perlahan-lahan temperatur muka bumi
yang telah disebabkan oleh efek rumah kaca yang berakibat pada perubahan iklim
global (Weathervane 2001). Efek rumah kaca tersebut ditimbulkan sebagai akibat
terakumulasinya gas-gas seperti karbondioksida (CO2) sekitar 50 persen,
chloroflourocarbon (CFC) 25 persen, gas methan 10 persen dan berbagai jenis gas
lainnya. Gas-gas tersebut merupakan indikasi bagaimana sebuah sistem perubahan
iklim terjadi dan mempengaruhi kehidupan di bumi (Sughandy 2007).
Dampak perubahan iklim yang telah dirasakan hingga saat ini haruslah
dikurangi, maka upaya yang dapat dilakukan adalah menurunkan emisi karbon
dan atau meningkatkan penyerapan cadangan karbon. Penurunan emisi karbon
dapat dilakukan dengan : (a) mempertahankan cadangan karbon yang telah ada
dengan mengelola hutan lindung, mengendalikan deforestasi, menerapkan praktek
silvikultur yang baik, mencegah degradasi lahan gambut dan memperbaiki
pengelolaan cadangan bahan organik tanah, (b) meningkatkan cadangan karbon
melalui penanaman jenis berkayu, dan (c) mengganti bahan bakar fosil dengan
bahan bakar yang dapat diperbarui secara langsung maupun tidak langsung (angin,
biomassa, aliran air), radiasi bumi atau aktivitas panas bumi (Rahayu et al. 2004).
Peningkatan cadangan karbon dapat dilakukan dengan (a) meningkatkan
pertumbuhan biomassa hutan secara alami, dan (b) menambah cadangan kayu
pada hutan yang ada dengan penanaman pohon atau mengurangi pemanenan kayu,
mengembangkan hutan dengan jenis pohon yang cepat tumbuh. Karbon yang
diserap tanaman disimpan dalam bentuk biomassa kayu, sehingga cara yang
paling mudah untuk meningkatkan cadangan karbon adalah dengan menanam dan
memelihara pohon (Rahayu et al. 2004). Kegiatan ini tentunya harus didukung
oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga upaya yang dilakukan dapat mencapai
tujuan yang diharapkan.
Kegiatan peningkatan penyerapan cadangan karbon secara tidak langsung
juga dilangsungkan oleh perusahaan pertambangan. Hal ini bisa dilihat dari
kegiatan reklamasi lahan bekas tambang yang biasanya dilakukan oleh pihak
perusahaan. Reklamasi lahan bekas tambang secara umum bertujuan untuk
memperbaiki kondisi lahan yang telah rusak akibat kegiatan penambangan
sehingga dapat mengembalikan tingkat kesuburan dan produktivitas dari lahan
tersebut. Tingkat keberhasilan kegiatan reklamasi ini dapat dilihat dari kualitas
pertumbuhan jenis-jenis tanaman yang ditanam di lahan tersebut. Semakin tinggi
tingkat keberhasilan kegiatan reklamasi maka potensi penyerapan cadangan
karbon dari lahan tersebut juga akan semakin besar.
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. Unit Bisnis Penambangan Emas (UBPE)
Pongkor atau biasa disingkat dengan PT. ANTAM UBPE Pongkor, merupakan
perusahaan terbuka yang bergerak di bidang penambangan emas yang telah
berhasil melakukan kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang.
Kegiatan reklamasi dan revegatasi lahan bekas tambang yang dilakukan oleh

2
PT ANTAM UBPE Pongkor dilakukan pada area-area yang terganggu (disturbed
land) akibat pekerjaan konstruksi, pembuatan sarana dan prasarana, serta akibat
dari kegiatan penambangan tanpa izin (PETI).
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang memiliki peranan
penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, perlu dilakukan
banyak penelitian yang dapat mendorong perkembangan penghitungan karbon di
dalam biomassa. Salah satu aspek penelitian yang penting adalah mengetahui
potensi karbon yang tersimpan pada areal reklamasi PT ANTAM UBPE Pongkor,
Provinsi Jawa Barat.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besar cadangan karbon di atas
permukaan lahan reklamasi PT ANTAM UBPE Pongkor, Provinsi Jawa Barat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi tentang
simpanan karbon yang terdapat di setiap lokasi yang tergolong areal reklamasi di
PT ANTAM UBPE Pongkor, Provinsi Jawa Barat.

TINJAUAN PUSTAKA
Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan didefinisikan sebagai suatu kejadian dimana api melalap
bahan bakar bervegetasi yang terjadi di dalam kawasan hutan yang menjalar
secara bebas dan tidak terkendali (Syaufina 2008). Menurut Chatten dan Clar
(1954), ada tiga komponen penting yang diperlukan untuk setiap api agar dapat
menyala dan mengalami proses pembakaran, yaitu bahan bakar, panas dan
oksigen membentuk suatu siklus yang sering dikenal dengan istilah segitiga api
(fire triangle) yang digambarkan sebagai berikut.
 

 

API 
Oksigen 

 

Bahan Bakar

 
Panas

Gambar 1 Prinsip Segitiga Api (Brown dan Davis 1973)
Kebakaran hutan dapat menjalar baik secara vertikal maupun horizontal ke
semua arah karena sifatnya tidak tertekan. Proses pembakaran merupakan

3
d Davis 1973), yang dapat dijelaaskan
kebalikan dari prosess fotosintesiis (Brown dan
di dalam reaksi
r
kimiaa sebagai beerikut.
Proses fotosintesis:
O2 + 6H2O + Energi Maatahari
6 2
C6H1206 + 6O
6CO
Proses pem
mbakaran:
C6H1206 + 6O2 + Energi (appi)

6CO
O2 + 6H2O + Panas (ennergi)

Selaama proses kebakaran terdapat liima fase peembakaran (De Bano et al
1998), yaiitu: 1) fase pra
p pemanaasan (pre-ig
gnition) yaituu suatu tahaap dimana bahan
b
bakar muulai terpanaaskan, kering dan mengalami pyrolisasi,
p
yaitu terjadinya
pelepasan uap air, CO
O2, dan gass-gas mudah
h terbakar termasuk
t
m
metana, meth
hanol
dan hydroogen, 2) fasse penyalaann (flaming combustionn) yaitu pyrrolisi melaju
u dan
memperceepat oksidaasi dari gass-gas yang dapat terbbakar, 3) ffase pembak
karan
(smolderinng) adalah suatu fasee yang terb
bagi menjaadi dua zonna, yaitu zona
pyrolisis dengan
d
berkkembangnyya hasil-hasiil pembakarran dan zonna arang deengan
pelepasan hasil pembbakaran yanng tidak terlihat, 4) fasee penjalarann (glowing) yaitu
tahapan terakhir
t
dari fase pembakaran
p
n, dimana temperatuur puncak dari
pembakaraan berkisarr antara 3000°C - 600°°C dan seddikit atau tidak sama sekali
s
menghilanngkan asap,, 5) fase pem
madaman (extinction)
(
yaitu suatuu kondisi diimana
status kebbakaran akhhirnya berheenti ketika semua
s
bahaan bakar yanng tersedia telah
dikonsumsi atau bilaa panas yanng dihasilkaan melalui oksidasi, bbaik melaluii fase
g
tidaak cukup un
ntuk menguuapkan air.
smolderinng maupun glowing
Suattu peristiw
wa kebakaraan hutan akan mem
mberikan daampak terh
hadap
kandungann karbon dari
d
suatu lahan. Haasil penelitiian Setiyonno (2004) yang
menganaliisis sifat kiimia tanah pada tegak
kan Acacia mangium yyang terbak
kar di
daerah Parungkuda, Sukabum
mi, menunju
ukkan bahhwa kandunngan C-organik
karan
meningkatt secara nyyata setelah kebakaran.. Hal itu diisebabkan ooleh pembak
komponenn utama berrupa selulosa, hemiselu
ulosa serta liignin yang bberubah meenjadi
senyawa karbondioks
k
sida dan karrbonat. Karb
bondioksidaa akan dileppas dalam bentuk
gas saat teerjadi kebakkaran, sedangkan karb
bonat berakuumulasi padda abu dan jatuh
di permukkaan tanah yang
y
akan menambah
m
kandungan
k
k
karbonat
tannah.
Karbo
on
mponen peenting dalaam penyussunan biom
massa
Karbbon meruppakan kom
tanaman yang dilakkukan di dalam pro
oses fotosiintesis. Um
mumnya kaarbon
menyusunn 45-50% dari
d biomassa tumbuhaan sehinggaa karbon daapat didugaa dari
setengah jumlah
j
biom
massa (Brow
wn dan Gatton dalam Salim
S
2005). Meningk
katnya
jumlah kaarbon di atm
mosfer menyyebabkan tim
mbulnya beerbagai masalah lingku
ungan.
Hal ini mempengaruh
m
hi kebijakaan negara-neegara di duunia untuk m
mempertahaankan
keberadaaan hutan yaang diangggap sebagaii buffer terrhadap kanndungan kaarbon,
sehingga para
p ilmuwaan meneliti kandungan
n karbon yanng tersimpann di dalam hutan
h
(Salim 20005).
Hutaan menganndung biom
massa dalam
m jumlah yang
y
besar, sehingga hutan
disebut seebagai temppat cadangaan karbon yang
y
cukup penting. Seelain itu, kaarbon
juga tersim
mpan dalam
m material yang sudah
h mati sebaagai serasahh, batang pohon
p

4
yang telah jatuh ke permukaan tanah dan sebagai material yang sukar lapuk di
dalam tanah (Whitmore 1985 dalam Hadi 2007).
Biomassa
Biomassa merupakan jumlah total dari bahan organik hidup yang
dinyatakan dalam berat kering oven ton per unit area (Brown 1997). Menurut
Whitten et al (1984), biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering semua
bagian tumbuhan hidup, baik untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme,
produksi atau komunitas dan dinyatakan dalam berat kering per satuan luas
(ton ha-1). Menurut Kusmana (1993), biomassa dapat dibedakan ke dalam dua
kategori, yaitu biomassa tumbuhan di atas permukaan tanah (above ground
biomass) dan biomassa di bawah permukaan tanah (below ground biomass).
Biomassa hutan menyediakan penaksiran jumlah karbon di dalam tumbuhan hutan
karena 45-50%-nya adalah karbon. Oleh karena itu, melalui penaksiran biomassa
dapat dilakukan perhitungan jumlah karbondioksida yang dapat dipindahkan dari
atmosfer dengan cara melakukan reboisasi atau dengan penanaman (Brown 1997).
Faktor iklim seperti suhu dan curah hujan merupakan faktor yang
mempengaruhi laju peningkatan karbon biomassa pohon (Kusmana 1993). Selain
itu, umur dan kerapatan tegakan, komposisi dan struktur tegakan serta kualitas
tempat tumbuh juga mempengaruhi besarnya biomassa yang dihasilkan
(Madgwick dan Satoo 1982). Biomasa dari tegakan hutan sendiri dipengaruhi oleh
umur tegakan hutan, sejarah perkembangan vegetasi, komposisi dan struktur
tegakan (Lugo dan Snedaker 1974).
Menurut Chapman (1976) dalam Ojo (2003), metode pendugaan biomassa
di atas tanah dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu: 1) metode destruktif,
yang terdiri dari metode pemanenan individu tanaman, metode pemanenan
kuadrat dan metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang
dasar rata-rata, dan 2) metode non destruktif (tidak langsung), yang terdiri dari
metode hubungan allometrik dan crop meter.
Model Pendugaan Biomassa dan Karbon
Model biomassa menstimulasikan penyerapan karbon melalui proses
fotosintesis dan kehilangan karbon melalui proses respirasi. Penyerapan karbon
bersih akan disimpan di dalam organ tumbuhan dalam bentuk biomassa. Fungsi
dan model biomassa dipresentasikan melalui persamaan tinggi dan diameter
pohon (Kusmana 1996 dalam Salim 2005).
Terdapat beberapa persamaan umum model penduga biomassa pohon yang
telah dipakai oleh beberapa peneliti, antara lain:
a. Model dengan Satu Peubah Bebas
W = aDb.....(Brown 1997)
W = a + bD + cD2.....(Brown 1997)
b. Model dengan Dua Peubah Bebas
W = a(D2H)b.....(Ogawa et al. 1965 dalam Salim 2005)
W = a + bD2H.....(Brown 1997)

5
Keterangan:
W
= Biomassa kering pohon (kg)
D
= Diameter pohon setinggi dada (cm)
H
= Tinggi (m)
a, b
= Konstanta

Pertambangan
Kegiatan penambangan
Menurut Mulyanto (2008), kegiatan penambangan adalah kegiatan
mengekstraksi bahan tambang secara terencana dengan menggunakan berbagai
metode sesuai karakteristik bahan tambang. Kegiatan penambangan pada
umumnya dilakukan dengan sistem penambangan terbuka (open pit mining) yang
akan menimbulkan dampak pada perubahan lanskap dan kondisi kehidupan
masyarakat tempat kegiatan penambangan terjadi. Perubahan lanskap ini meliputi
perubahan topografi dan pola hidrologi, kerusakan tubuh tanah, perubahan
vegetasi penutup tanah yang pada akhirnya merubah ekosistem tempat
dilakukannya penambangan terbuka.
Perubahan lanskap akibat penambangan perlu dikelola agar pada saat pasca
penambangan dan setelah tambang ditutup, bekas kawasan penambangan tersebut
tetap berdaya guna bagi masyarakat (Mulyanto 2008).
Reklamasi lahan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
P.4/Menhut-II/2011, pengertian reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki
atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi
secara optimal sesuai peruntukannya. Menurut Sirait (1997), reklamasi adalah
usaha untuk memperbaiki (memulihkan kembali) lahan yang rusak sebagai akibat
dari usaha pertambangan agar dapat berfungsi optimal sesuai dengan
kemampuannya. Kegiatan reklamasi itu meliputi dua tahap, yaitu: 1) pemulihan
lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya, dan 2)
mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk
pemanfaatan lebih lanjut.
Revegetasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
P.4/Menhut-II/2011, pengertian revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan
memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan
pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan. Kegiatan revegetasi meliputi empat
tahapan, yaitu: 1) persiapan lapangan, 2) persemaian dan/atau pengadaan bibit, 3)
pelaksanaan penanaman, 4) pemeliharaan tanaman.

6

METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan yang terdapat di
areal reklamasi PT ANTAM UBPE Pongkor.
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah peta lokasi penanaman,
kompas, Global Positioning System (GPS), kompas, meteran, tongkat, kertas
label, meteran jahit, haga hypsometer, kantong plastik, timbangan digital, dan
oven.
Metode Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan melalui pengukuran langsung di lapangan, seperti
pengukuran biomassa dalam tegakan, pengukuran biomassa semak (tumbuhan
bawah), dan pengukuran volume serasah.
Data sekunder yang dibutuhkan adalah data profil dari lokasi penelitian
meliputi data letak dan luas, pola penggunaan lahan, topografi, dan kondisi iklim.
Data ini diperoleh pihak PT ANTAM UBPE Pongkor. Selain itu, data-data
sekunder yang terkait dengan penelitian ini juga diperoleh dari studi pustaka serta
diperoleh dari beberapa kutipan literatur dan skripsi.
Metode Kerja
Tahap persiapan
Kegiatan persiapan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan pelaksanaan
kegiatan penghitungan biomassa dan karbon, yaitu: 1) penyiapan data penunjang,
meliputi data awal lokasi yang telah ditetapkan oleh PT ANTAM UBPE Pongkor,
data penunjang seperti peta lokasi penanaman, topografi, peta umur tanaman
revegetasi dan penunjang lainnya, dan 2) penyiapan peralatan yang diperlukan
untuk penghitungan biomassa dan karbon, baik data sekunder maupun primer
hasil pengukuran dan pengamatan di lapangan.
Identifikasi lokasi
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh pada tahap persiapan, maka
dilakukan kegiatan identifikasi dan inventarisasi di dalam lokasi. Jenis data yang
diidentifikasi dan diinventarisir meliputi data topografi, jenis dan umur tanaman.
Pembuatan plot penelitian
Bentuk plot yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah persegi
atau persegi panjang. Bentuk plot lingkaran juga digunakan seperti yang
digunakan di Forest Health Monitoring (FHM). Plot contoh pengukuran biomassa
dan karbon dibuat pada enam lokasi areal reklamasi PT ANTAM UBPE Pongkor.

7
Keenam lokasi tersebut adalah Ciurug, Tailing DAM, Pasir Jawa, Bawah
Conveyor, Gudang Handak dan Kubang Cicau.
Pembuatan plot dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1)
pembuatan plot berbentuk bujur sangkar berukuran 20 x 20 m untuk lokasi
reklamasi yang berbentuk lapangan dan berbentuk persegi panjang 5 x 40 m atau
10 x 80 m untuk areal reklamasi dengan kondisi lebar luasan yang jauh lebih kecil
daripada panjang luasan , lalu 2) pada setiap sudut plot dibuat sub plot dengan
ukuran 1 x 1 m untuk mengukur biomassa serasah dan nekromassa.
 

1 m 
1 m 

5 atau 10 m

20 m 

40 atau 80  m 

20 m 

(a) 

(b) 

Gambar 2 Model plot: a) bujur sangkar = 20 x 20 m ; b) persegi panjang
= 5 x 40 m atau 10 x 80 m dengan ukuran subplot untuk kedua
tipe plot yaitu 1 x 1 m
Klaster plot Forest Health Monitoring (FHM) pada dasarnya digunakan
sebagai plot pemantauan kesehatan dari suatu tegakan. Tetapi, klaster plot FHM
juga bisa digunakan dalam penghitungan biomassa dan karbon dari suatu tegakan.
Dalam kegiatan penelitian ini, plot FHM digunakan di lokasi Arboretum.
 

0

Azimuth 1-2 360
0
Azimuth 1-3 120
0
Azimuth 1-4 240

Subplot
(Jari-jari 24.0’
(7.32 m))

Titik sampling
tanah 1

Titik sampling
tanah 3

Annular Plot
(Jari-jari 58.9’ (17.95
m))

2

Jarak antara tiap titik pusat plot :
120’ (36.6 m)
1

Titik sampling
tanah 2

3

4

Microplot
(Jari-jari 6.8’ (2.07 m)
0
azimuth 90 dari titik pusat
subplot (3.66 m))

Gambar 3 Plot FHM (Alexander 1997) yang terdiri dari empat
annular plot yang masing-masing memiliki jari-jari =
17.95 m

8
Menghitung biomassa dalam tegakan
Penghitungan biomassa di dalam tegakan dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dasar (diameter dan tinggi total) dari pohon yang berdiameter
(DBH > 2 cm) di setiap plot. Selanjutnya dilakukan penghitungan biomassa
dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) menghitung Luas Bidang Dasar (m2)
dengan rumus, yaitu: LBDS = (1/4 x 3.14 x d2)/10000, 2) menghitung volume
pohon dengan menggunakan rumus umum Dephut (1997),
4

. .

Keterangan:
V
= Volume pohon (m3)
= Konstanta (3.14)
d
= Diameter pohon
t
= Tinggi pohon
f
= Bilangan bentuk (0.7),
3) menentukan kerapatan kayu (studi literatur), dan 4) menghitung biomassa
batang pohon (Ws) dengan rumus Ws = Volume x Wood Density.
Menghitung biomassa tumbuhan bawah
Penghitungan biomassa tumbuhan bawah dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1) empat plot berukuran 1 m x 1 m dibangun di dalam
plot untuk perhitungan biomassa tumbuhan bawah, 2) Seluruh tumbuhan bawah
yang terdapat di dalam plot diambil kemudian dipisahkan antara daun dan batang,
3) masing-masing bagian ditimbang untuk menentukan berat basahnya, kemudian
4) contoh masing-masing bagian tumbuhan seberat 200 gram dari setiap lokasi
diambil untuk dioven selama 24 jam dengan suhu 105°C. Hasil pengukuran bobot
contoh yang telah dioven merupakan Berat Kering Tanur/biomassa.
Menghitung biomassa serasah dan nekromassa
Penghitungan biomassa serasah dan nekromassa dilakukan dengan dengan
cara sebagai berikut: 1) semua serasah dan nekromassa yang terdapat di dalam
subplot 1 m x 1 m dikumpulkan dan ditimbang, 2) contoh serasah dan nekromassa
masing-masing diambil sebanyak 200 gram dan kemudian ditempatkan di dalam
kantong plastik yang sudah diberi label berdasarkan lokasi pengambilan, 3) jika
ditemukan bagian dari pohon yang telah jatuh dalam subplot 1 m x 1 m, maka
bagian tersebut ditimbang dan diambil 200 gram, dan 4) contoh yang telah
diambil tersebut dioven selama 24 jam dengan suhu 105°C untuk memperoleh
nilai biomassa.
Prosedur Analisis Data
Pengukuran biomassa tumbuhan bawah dan serasah
Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), kadar air dihitung dengan
menggunakan rumus:
%

%

9
Keterangan:
% KA = persen kadar air
BBc = berat basah contoh (gram)
BKc = berat kering contoh (gram)
Menghitung berat kering tanur
Berat kering serasah maupun tumbuhan bawah baru dapat diketahui setelah
pengovenan. Menurut Haygreen dan Bowyer (1982), apabila berat basah diketahui
dan kandungan air telah diperoleh dari contoh uji kecil maka berat kering dari
masing-masing sampel dapat dihitung dengan rumus:
%

/

Keterangan:
BKT = berat kering tanur (gram)
BB
= berat basah (gram)
%KA = persen kadar air
Berat kering tanur yang diperoleh nantinya dikonversi ke satuan kilogram
per hektar untuk mengetahui biomassa serasah maupun tumbuhan bawah yang
terdapat di suatu areal.
Potensi karbon
Jumlah karbon yang tersimpan dari tegakan, tumbuhan bawah, serasah
maupun nekromassa dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
C = biomassa (kg ha-1) x 0.46 (Hairiah dan Rahayu 2007)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
PT Aneka Tambang Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor
terletak di salah satu kawasan yang dikenal dengan Gunung Pongkor, Desa
Nunggul, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Daerah
ini memiliki jarak sekitar 54 Km ke arah barat daya dari kota Bogor. Secara
geografis, PT ANTAM UBPE Pongkor terletak pada 6°36’37,2” - 6°48’11,0” LS
dan 106°30’01,0” - 106°35’38,0” BT dengan ketinggian antara 400 – 1800 mdpl
serta memiliki suhu maksimum 33°C dan suhu minimum 22°C dengan curah
hujan tahunan yang mencapai rata-rata 3000 – 3500 mm. Ditinjau dari segi
topografi, wilayah PT ANTAM UBPE Pongkor berupa daerah pegunungan di
sebelah selatan dan dataran rendah di sebelah barat.
Surat Keputusan Menteri Kehutanan mengenai perluasan Taman Nasional
menyatakan bahwa PT ANTAM UBPE Pongkor termasuk ke dalam kawasan
Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Lokasi pertambangan termasuk pada
Zona Bogor Barat yang membentang di bagian tengah Jawa Barat. Berdasarkan
Surat Kuasa Pertambangan Eksploitasi KW 98 PPO 138, luas Kuasa
Pertambangan (KP) PT ANTAM UBPE Pongkor adalah 6047 hektar. Sedangkan
menurut Surat Kuasa Pertambangan Eksploitasi KW 96 PP 0127, luas Kuasa
Pertambangan Eksploitasi adalah 3870 hektar.

10
Penanganan di permukaan lahan dilakukan pada area-area yang terganggu
(disturbed land) akibat pekerjaan konstruksi, pembuatan sarana dan prasarana,
serta akibat dari kegiatan Penambangan Tanpa Izin (PETI). Penanganan berupa
program reklamasi/revegetasi yang sebagian diantaranya bekerja sama dengan
Puslitbanghut Kementerian Kehutanan, Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah
Kabupaten Bogor, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan Perum Perhutani.
Layout PT ANTAM UBPE Pongkor dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Layout lokasi penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan pengambilan data di lapangan, terdapat empat belas lokasi
yang digunakan untuk menduga potensi karbon pada areal reklamasi PT ANTAM
UBPE Pongkor, yaitu Ciurug Level 600, Ciurug Level 700, Arboretum, Pondok
Batu, DAM Fatmawati, Bawah Conveyor, Pasir Jawa, Tailing DAM (Brantas),
Cikabayan, Gudang Handak, Cimahpar, Pongkor Ciurug, Cepak Puspa dan
Kubang Cicau. Keseluruhan lokasi tersebut ditanami dengan berbagai jenis pohon
dengan tahun tanam yang tidak sama di setiap lokasi. Komposisi jenis tanaman
yang berada di areal reklamasi PT ANTAM UBPE Pongkor dapat dilihat pada
Lampiran 1.

11
Kandungan Biomassa Tegakan
Biomassa yang diukur dalam penelitian ini adalah biomassa yang terdapat
diatas permukaan lahan, yaitu tegakan, tumbuhan bawah, serasah dan nekromassa.
Kandungan biomassa di atas permukaan dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Kandungan biomassa di atas permukaan lahan
No

Potensi Biomassa (ton ha-1)

Lokasi
Serasah

Nekromassa

1

Arboretum

3.51

0.68

Tumbuhan Bawah
0.68

Tegakan
311.95

Total
316.81

2

Brantas

1.52

1.63

2.91

301.39

307.44

3

Cepak Puspa

1.52

1.01

0.54

34.26

37.34

4

Cikabayan

1.52

1.01

0.33

220.37

223.23

5

Cimahpar

1.61

1.35

0.90

35.38

39.24

6

Ciurug Level 600

3.07

1.80

0.33

87.63

92.83

7

Ciurug Level 700

1.17

3.55

1.69

124.64

131.05

8

Dam Fatmawati

1.45

1.33

0.81

45.37

48.96

9

Bawah Conveyor

0.21

1.85

5.15

84.54

91.75

10

Gudang Handak

3.17

2.77

1.19

61.82

68.95

11

Kubang Cicau

3.46

0.51

2.06

83.88

89.92

12

Pasir Jawa

7.65

0.49

0.80

140.99

149.93

13

Pondok Batu

1.42

1.49

0.26

154.34

157.52

14

Pongkor Ciurug

3.00

0.33

0.21

31.97

35.50

Rata-rata

2.45

1.41

1.28

122.75

127.89

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biomassa tegakan pada setiap
lokasi areal reklamasi adalah sebesar 127.89 ton ha-1. Nilai kandungan biomassa
yang diperoleh menunjukkan bahwa tegakan hasil revegetasi ini masih belum
mendekati kondisi hutan tanaman. Rata-rata kandungan biomassa pada hutan
tanaman di areal HTI Acacia mangium di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor,
Perum Perhutani III, Jawa Barat dan Banten adalah sebesar 222.3 ton ha-1
(Purwitasari 2011).
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa lokasi
areal reklamasi Arboretum memiliki nilai rata-rata biomassa tegakan yang paling
besar, yaitu 311.95 ton/ha, sedangkan lokasi dengan dengan kandungan biomassa
terkecil terdapat di Pongkor Ciurug dengan nilai rata-rata biomassa sebesar
31.97 ton ha-1. Menurut Madgwick dan Satoo (1982), umur dan kerapatan
tegakan, komposisi dan struktur tegakan serta kualitas tempat tumbuh juga
mempengaruhi besarnya biomassa yang dihasilkan. Pernyataan ini terbukti dengan
melihat komposisi dan struktur tegakan dari setiap lokasi pengambilan contoh.

12

Kandungan Biomassa (ton ha-1)

Pengambilan plot contoh di lokasi areal reklamasi Arboretum dilakukan dengan
menggunakan plot Forest Health Monitoring (FHM) yang terdiri dari empat
subplot. Tiga subplot didominasi oleh vegetasi dengan tipe pohon dan tiang,
meskipun terdapat satu subplot yang didalamnya hanya terdapat vegetasi dengan
tipe pancang. Keempat subplot tersebut didominasi oleh jenis Dalbergia latifolia,
Eucalyptus deglupta, Syzygium gracile dan Elaeocarpus sphaericus, sedangkan
lokasi areal reklamasi Pongkor Ciurug didominasi oleh vegetasi tingkat tiang dan
pancang, serta hanya ditemukan tiga vegetasi dengan tipe pohon. Pada lokasi
tersebut hanya ditemukan dua jenis tumbuhan, yaitu Calliandra calothyrsus dan
Hibiscus sp.. Calliandra calothyrsus memiliki kerapatan jenis yang cukup tinggi,
yaitu 720 kg m-3. Tetapi mayoritas yang ditemukan hanya berupa vegetasi dengan
tipe pancang sehingga kandungan biomassa yang dimiliki oleh setiap vegetasi
tidaklah besar. Begitu juga dengan Hibiscus sp. yang memiliki kerapatan jenis
tidak terlalu besar, yaitu 370 kg m-3 dan mayoritas berupa vegetasi dengan tipe
tiang sehingga jumlah kandungan biomassa yang dimiliki juga tidak besar.
Menurut Kusmana (1993), faktor iklim seperti suhu dan curah hujan
merupakan faktor yang mempengaruhi laju peningkatan karbon biomassa pohon.
Dengan kondisi lingkungan yang memiliki suhu maksimum 33°C dan minimum
22°C serta curah hujan tahunan yang mencapai rata-rata 3000 – 3500 mm, maka
pertumbuhan tanaman di areal revegetasi dapat berjalan dengan baik. Hal ini
tentunya juga mempengaruhi jumlah kandungan biomassa dari setiap vegetasi.
350
300
250
200
150
100
50
0

Lokasi Areal Reklamasi

Gambar 5 Kandungan biomassa tegakan di setiap lokasi areal reklamasi
Kandungan Biomassa Tumbuhan Bawah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biomassa tumbuhan bawah
untuk setiap lokasi areal reklamasi adalah sebesar 1.28 ton ha-1. Lokasi Bawah
Conveyor memiliki kandungan biomassa tumbuhan bawah yang paling besar
diantara ketiga belas lokasi lainnya, yaitu sebesar 5.15 ton ha-1, sedangkan
Pongkor Ciurug memiliki kandungan biomassa tumbuhan bawah terkecil, yaitu

13

Kandungan Biomassa (ton ha-1)

sebesar 0.21 ton ha-1. Mayoritas kandungan biomassa tumbuhan bawah dari
lokasi-lokasi areal reklamasi kurang dari 1 ton ha-1. Hanya lokasi Brantas
(2.91 ton ha-1), Ciurug Level 700 (1.69 ton ha-1), Bawah Conveyor (5.15 ton ha-1)
dan Gudang Handak (1.19 ton ha-1) yang memiliki kandungan biomassa
tumbuhan bawah lebih dari 1 ton ha-1.
6
5
4
3
2
1
0

Lokasi Areal Reklamasi

Gambar 6 Kandungan biomassa tumbuhan bawah di setiap lokasi

Kandungan Biomassa Serasah
Selain tegakan dan tumbuhan bawah, potensi simpanan karbon di atas
permukaan tanah juga terdapat serasah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ratarata biomassa serasah untuk setiap lokasi areal reklamasi adalah sebesar
2.45 ton ha-1. Lokasi Pasir Jawa memiliki kandungan biomassa serasah yang
paling besar diantara ketiga belas lokasi lainnya, yaitu sebesar 7.65 ton ha-1,
sedangkan Bawah Conveyor memiliki kandungan biomassa serasah terkecil, yaitu
sebesar 0.21 ton ha-1. Mayoritas lokasi areal reklamasi memiliki kandungan
biomassa serasah dibawah 2 ton ha-1.
Vegetasi dengan tipe pohon cukup banyak ditemukan di lokasi, maka dapat
dikatakan bahwa lokasi Pasir Jawa memiliki kandungan biomassa serasah yang
paling besar diantara lokasi-lokasi lainnya. Begitu juga halnya dengan lokasi
Bawah Conveyor yang memiliki kandungan biomassa serasah terkecil. Jumlah
vegetasi dengan tipe pohon maupun tiang yang ditemukan di plot relatif sedikit,
sehingga menyebabkan jumlah serasah yang dihasilkan juga relatif sedikit. Hal ini
tentunya mempengaruhi jumlah kandungan biomassa serasah yang tersimpan.

Kandungan Biomassa (ton ha-1)

14
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

Lokasi Areal Reklamasi

Gambar 7 Kandungan biomassa serasah di setiap lokasi areal reklamasi

Kandungan Biomassa Nekromassa
Nekromassa juga merupakan salah satu potensi biomassa di atas permukaan
tanah. Pengertian dari nekromassa sendiri adalah bagian pohon atau tumbuhan
yang telah mati dan ditemukan di atas permukaan tanah. Bagian pohon yang telah
mati tersebut masih mengandung karbon sehingga sering digunakan dalam
kegiatan pendugaan atau estimasi biomassa dan karbon di suatu tegakan sebagai
salah satu dari potensi biomassa.
Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti juga menggunakan nekromassa
sebagai salah satu potensi biomassa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ratarata biomassa nekromassa untuk setiap lokasi areal reklamasi adalah sebesar
1.41 ton ha-1. Lokasi Ciurug Level 700 memiliki kandungan biomassa nekromassa
yang paling besar diantara ketiga belas lokasi lainnya, yaitu sebesar 3.35 ton/ha,
sedangkan Pongkor Ciurug memiliki kandungan biomassa nekromassa terkecil,
yaitu sebesar 0.33 ton ha-1. Sebagian dari total lokasi areal reklamasi memiliki
kandungan biomassa nekromassa dibawah 2 ton ha-1.
Suatu lokasi atau areal yang banyak ditemukan atau memiliki kandungan
nekromassa yang cukup besar menandakan bahwa kondisi tegakan di lokasi
tersebut sudah banyak vegetasi yang mengalami proses pelapukan. Pelapukan ini
menyebabkan bagian-bagian dari pohon atau tumbuhan menjadi keropos dan jatuh
ke permukaan tanah. Proses pelapukan ini bisa dikarenakan kondisi cuaca maupun
iklim yang dingin dikarenakan intensitas jumlah terjadinya hujan beserta curah
hujan yang meningkat. Selain itu, penyebab lainnya juga bisa dikarenakan suatu
areal terserang hama atau penyakit tumbuhan. Faktor umur tumbuhan sebenarnya
juga dapat mempengaruhi proses pelapukan. Tetapi dengan mengingat pohonpohon yang ada di areal reklamasi PT. ANTAM UBPE Pongkor maksimal
berumur 10 tahun, maka pada usia tersebut pohon masih belum bisa dikatakan tua
dan sangat kecil kemungkinannya untuk mengalami pelapukan. Faktor alam pun
juga bisa menjadi penyebab terjadinya pelapukan. Petir atau banjir yang melanda
suatu areal akan dapat menyebabkan suatu pohon atau tumbuhan rebah dan mati

15

Kandungan Biomassa (ton ha-1)

dan secara perlahan mengalami pelapukan. Salah satu dari faktor diatas atau
bahkan lebih bisa menjadi penyebab besarnya jumlah nekromassa di lokasi Ciurug
Level 700.
Untuk lokasi Pongkor Ciurug, sebagian vegetasinya didominasi oleh tipe
tiang. Dengan mayoritas yang masih didominasi oleh tipe tiang memungkinkan
minimnya terjadi proses pelapukan dikarenakan usia tumbuhan masih relatif muda
dan belum menjadi pohon. Hal ini menyebabkan jumlah nekromassa yang bisa
ditemukan hanya sedikit atau tidak banyak.

4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

Lokasi Areal Reklamasi

Gambar 8 Kandungan biomassa nekromassa di setiap lokasi areal reklamasi

Kandungan Biomassa Total di Atas Permukaan Lahan
Hasil penjumlahan biomassa yang terdapat di atas permukaan lahan yang
terdiri dari tumbuhan bawah, serasah, nekromassa dan tegakan menunjukkan
bahwa potensi biomassa total di areal reklamasi PT ANTAM UBPE Pongkor
adalah 127.89 ton ha-1. Lokasi areal reklamasi Arboretum memiliki kandungan
biomassa terbesar, yaitu 316.81 ton ha-1, sedangkan lokasi dengan kandungan
biomassa terkecil terdapat di areal reklamasi Pongkor Ciurug, yaitu,
35.50 ton ha-1.
Besarnya kandungan biomassa yang terdapat di lokasi areal reklamasi
Arboretum secara dominan berasal dari potensi tegakannya. Lokasi Arboretum
yang pengambilan plot contohnya dilakukan dengan menggunakan plot Forest
Health Monitoring (FHM) memiliki cukup banyak vegetasi tipe pohon dan tiang
di dalamnya, meskipun terdapat salah satu subplot yang hanya memiliki vegetasi
dengan tipe pancang. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi Arboretum memiliki
tutupan tajuk yang cukup rapat. Meskipun nilai kandungan biomassa dari serasah,
tumbuhan bawah dan nekromassa tidak terlalu besar, tetapi dengan nilai
kandungan biomassa tegakan yang mencapai 311.95 ton ha-1, sudah mampu
menandakan bahwa lokasi Arboretum memiliki kandungan biomassa yang besar
apabila dibandingkan dengan ketigabelas lokasi lainnya.

16

Kandungan Biomassa Total
(ton ha-1)

Untuk lokasi Pongkor Ciurug, berdasarkan hasil perhitungan nilai
kandungan biomassa, dapat dilihat bahwa baik dari potensi tumbuhan bawah,
serasah maupun tegakan memiliki kandungan biomassa yang terbilang rendah
apabila dibandingkan dengan ketiga belas lokasi lainnya. Hal ini dapat dilihat dari
minimnya jumlah vegetasi tipe pohon yang ditemukan. Mayoritas vegetasi yang
ditemukan di lokasi tersebut adalah tipe tiang dan pancang yang memiliki volume
relatif kecil. Hal ini tentu mempengaruhi kandungan biomassa yang dimilikinya.
Kondisi ini tentunya diikuti dengan minimnya jumlah serasah yang ditemukan
sehingga tidak mengherankan apabila nilai kandungan biomassa yang terdapat di
lokasi ini relatif kecil.
350
300
250
200
150
100
50
0

Lokasi Areal Reklamasi

Gambar 9 Kandungan biomassa total di atas permukaan
Karbon Tersimpan pada Tegakan
Kandungan karbon yang diukur di dalam penelitian ini adalah kandungan
karbon yang terdapat di atas permukaan tanah, yaitu pada tegakan, tumbuhan
bawah, serasah dan nekromassa. Hasil penghitungan di lapangan menggunakan
studi tentang biomassa, yaitu dengan mengkonversi hampir setengah dari jumlah
biomassa, dimana 46% dari biomassa pada vegetasi hutan tersusun atas unsur
karbon (Hairiah dan Rahayu 2007). Karbon tersimpan dari keempat potensi ukur
yang terdiri dari tegakan, tumbuhan bawah, serasah maupun nekromassa dapat
dilihat pada Tabel 2.

17
Tabel 2 Karbon tersimpan di atas permukaan lahan
No

Potensi Karbon (ton ha-1)

Lokasi
Serasah

Nekromassa

Tumbuhan Bawah

Tegakan

Total

1

Arboretum

1.61

0.31

0.31

143.19

154.43

2

Brantas

0.70

0.75

1.34

138.64

141.42

3

Cepak Puspa

0.70

0.47

0.25

15.76

17.18

4

Cikabayan

0.70

0.46

0.15

101.37

102.68

5

Cimahpar

0.74

0.62

0.41

16.27

18.05

6

Ciurug Level 600

1.41

0.83

0.15

40.31

42.70

7

Ciurug Level 700

0.54

1.63

0.78

57.33

60.28

8

Dam Fatmawati

0.67

0.61

0.37

20.87

22.52

9

Bawah Conveyor

0.10

0.85

2.37

38.39

41.71

10

Gudang Handak

1.46

1.27

0.55

28.44

31.72

11

Kubang Cicau

1.59

0.23

0.95

38.59

41.37

12

Pasir Jawa

3.52

0.22

0.37

64.86

68.97

13

Pondok Batu

0.65

0.69

0.12

71.01

72.47

14

Pongkor Ciurug

1.38

0.15

0.10

14.71

16.33

Rata-rata

1.13

0.65

0.59

56.41

58.77

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata karbon tegakan pada setiap
lokasi areal reklamasi adalah sebesar 56.41 ton ha-1. Berdasarkan data yang
disajikan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa lokasi areal reklamasi Arboretum
memiliki nilai rata-rata karbon tegakan yang paling besar, yaitu 143.19 ton ha-1,
sedangkan lokasi dengan dengan kandungan biomassa terkecil terdapat di
Pongkor Ciurug dengan nilai rata-rata biomassa sebesar 14.71 ton ha-1.
Pendugaan potensi simpanan karbon dalam suatu tegakan dapat dilihat dari
besarnya potensi biomassa yang ada. Brown dan Gaston (1996) menyatakan
bahwa umumnya karbon menyusun 45-50% dari biomassa tumbuhan sehingga
karbon dapat diduga dari setengah jumlah biomassa. Oleh karena itu, potensi
simpanan karbon yang dimiliki oleh tegakan yang terdapat di setiap lokasi areal
reklamasi adalah hampir mencapai setengah dari jumlah biomassanya yang juga
berarti bahwa peningkatan jumlah biomassa akan meningkatkan jumlah potensi
simpanan karbon.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa lokasi areal reklamasi arboretum memiliki
nilai rata-rata karbon tegakan yang lebih besar apabila dibandingkan dengan
ketiga belas lokasi lainnya. Begitu juga dengan lokasi Pongkor Ciurug yang
memiliki nilai rata-rata karbon tegakan yang paling kecil. Lokasi Arboretum
memiliki kandungan biomassa tegakan yang paling besar, yaitu 311.95 ton ha-1
dan lokasi Pongkor Ciurug memiliki kandungan biomassa terkecil, yaitu

18

Kandungan Karbon (ton ha-1)

31.97 ton ha-1. Kondisi ini membuktikan bahwa peningkatan jumlah biomassa
akan meningkatkan jumlah potensi simpanan karbonnya.
160
140
120
100
80
60
40
20
0

Lokasi Areal Reklamasi

Gambar 10 Kandungan karbon tegakan di setiap lokasi areal reklamasi

Karbon Tersimpan pada Tumbuhan Bawah

Kandungan Karbon
(ton ha-1)

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap biomassa tumbuhan bawah, maka
potensi rata-rata karbon tumbuhan bawah untuk setiap lokasi areal reklamasi
adalah sebesar 0.59 ton ha-1. Lokasi Bawah Conveyor memiliki kandungan karbon
tumbuhan bawah yang paling besar diantara ketiga belas lokasi lainnya, yaitu
sebesar 2.37 ton ha-1, sedangkan lokasi Pongkor Ciurug memiliki kandungan
karbon tumbuhan bawah terkecil, yaitu sebesar 0.10 ton ha-1. Hal ini sesuai
dengan hasil perhitungan kandungan biomassa tumbuhan bawah yang disajikan
sebelumnya pada tabel 3, dimana Lokasi Bawah Conveyor memiliki kandungan
biomassa tumbuhan bawah terbesar dan lokasi Pongkor Ciurug memiliki
kandungan biomassa tumbuhan bawah terkecil apabila dibandingkan dengan
ketigabelas lokasi lainnya. Mayoritas kandungan karbon tumbuhan bawah dari
lokasi-lokasi areal reklamasi kurang dari 1 ton ha-1. Hanya lokasi Brantas
(1.34 ton ha-1) dan Bawah Conveyor (2.37 ton ha-1) yang memiliki kandungan
biomassa tumbuhan bawah lebih dari 1 ton ha-1.
2.5
2
1.5
1
0.5
0

Lokasi Areal Reklamasi

Gambar 11 Kandungan karbon tumbuhan bawah di setiap lokasi

19
Karbon Tersimpan pada Serasah

Kandungan Karbon (ton ha-1)

Selain tegakan dan tumbuhan bawah, potensi simpanan karbon di atas
permukaan tanah juga terdapat pada serasah. Hairiah dan Rahayu (2007)
menyatakan bahwa pengukuran karbon di dalam bagian tumbuhan yang telah mati
(serasah) merupakan salah satu bagian dari potensi karbon yang tersimpan di atas
permukaan tanah dan tidak dilepaskan ke udara lewat proses pembakaran. Jadi,
bisa disimpulkan bahwa potensi serasah merupakan salah satu bagian yang cukup
penting dalam upaya melakukan estimasi kandungan karbon di suatu hutan atau
tegakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata karbon serasah untuk setiap
lokasi areal reklamasi adalah sebesar 1.13 ton ha-1. Lokasi Pasir Jawa memiliki
kandungan biomassa serasah yang paling besar diantara ketiga belas lokasi
lainnya, yaitu sebesar 3.52 ton ha-1, sedangkan lokasi Bawah Conveyor memiliki
kandungan biomassa serasah terkecil, yaitu sebesar 0.10 ton ha-1. Sebagian besar
dari keseluruhan lokasi areal reklamasi memiliki kandungan biomassa serasah
dibawah 1 ton ha-1. Hasil estimasi kandungan karbon yang diperoleh sesuai
dengan hasil pengukuran biomassa yang dilakukan sebelumnya dimana lokasi
Pasir Jawa memiliki kandungan biomassa terbesar dan lokasi Bawah Conveyor
memiliki kandungan biomassa terkecil.
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

Lokasi Areal Reklamasi

Gambar 11 Kandungan karbon serasah di setiap lokasi areal reklamasi

Karbon Tersimpan pada Nekromassa
Nekromassa juga merupakan salah satu potensi biomassa di atas permukaan
tanah dan juga sering digunakan dalam kegiatan pendugaan kandungan karbon di
suatu tegakan atau hutan. Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti menggunakan
nekromassa sebagai salah satu potensi biomassa untuk menduga kandungan
karbon di areal reklamasi PT ANTAM UBPE Pongkor. Hasil dari penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata kandungan karbon nekromassa
untuk setiap lokasi areal reklamasi adalah sebesar 0.65 ton ha-1. Lokasi Ciurug
Level 700 memiliki kandungan karbon nekromassa yang paling besar diantara

20

Kandungan Karbon (ton ha-1)

ketiga belas lokasi lainnya, yaitu sebesar 1.63 ton ha-1, sedangkan Pongkor Ciurug
memiliki kandungan karbon nekromassa terkecil, yaitu sebesar 0.15 ton ha-1. Hal
ini sesuai dengan kandungan biomassa dari masing-masing lokasi yang telah
ditampilkan pada Tabel 3. Hampir keseluruhan dari lokasi areal reklamasi
memiliki kandungan karbon serasah dibawah 1 ton ha-1. Hanya lokasi Ciurug
Level 700 (1.63 ton ha-1) dan Gudang Handak (1.27 ton ha-1) yang memiliki
kandungan karbon di atas 1 ton ha-1.
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

Lokasi Areal Reklamasi

Gambar 12 Kandungan karbon nekromassa di setiap lokasi areal reklamasi

Total Karbon Tersimpan di Atas Permukaan Lahan
Keseluruhan hasil perhitungan potensi simpanan karbon berupa simpanan
karbon pada tegakan, serasah, tumbuhan bawah dan nekromassa merupakan
pendugaan terhadap potensi simpanan karbon total di atas permukaan lahan
(above ground). Hasil penjumlahan karbon yang terdapat di atas permukaan lahan
yang terdiri dari tumbuhan bawah, serasah, nekromassa dan tegakan menunjukkan
bahwa potensi karbon total di areal reklamasi PT ANTAM UBPE Pongkor adalah
58.77 ton ha-1. Lokasi areal reklamasi Arboretum memiliki kandungan karbon
terbesar, yaitu 154.43 ton ha-1, sedangkan lokasi dengan kandungan biomassa
terkecil terdapat di areal reklamasi Pongkor Ciurug, yaitu, 16.33 ton ha-1.
Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian terkait estimasi karbon di
Hutan Tanaman Industri (HTI), bisa dikatakan bahwa areal re