Nilai, Kepribadian, dan Alokasi Pengeluaran Keluarga Usia Pensiun
NILAI, KEPRIBADIAN, DAN ALOKASI PENGELUARAN
KELUARGA USIA PENSIUN
SILVIA DEWI SAGITA ANDIK
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai, Kepribadian, dan
Alokasi Pengeluaran Keluarga Usia Pensiun adalah benar karya saya
denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Silvia Dewi Sagita Andik
NIM I24090065
ABSTRAK
SILVIA DEWI SAGITA ANDIK. Nilai, Kepribadian, dan Alokasi Pengeluaran
Keluarga Usia Pensiun. Dibimbing oleh HARTOYO.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara nilai dan kepribadian
pada pengeluaran keluarga pensiun. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga
yang memiliki anggota keluarga usia (>55 tahun) dan telah pension dari pekerjaan
utamanya. Contoh dipilih secara purposive sampling sebanyak 154 orang dengan
latar belakang pekerjaan PNS(pegawai negeri sipil) dan non-PNS(BUMN, swasta,
wiraswasta). Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi nilai rasa aman pada
keuangan yang dimiliki contoh maka akan mengurangi pengeluaran pada proporsi
pangan dan meningkatnya pengeluaran pada proporsi non pangan.Temuan lain
mengindikasikan bahwa pendapatan per kapita, jumlah tanggungan keluarga, usia,
dan lama pendidikan contoh memiliki hubungan dengan alokasi pengeluaran.
Kata kunci:alokasi pengeluaran, kepribadian, nilai, pensiun.
ABSTRACT
SILVIA DEWI SAGITA ANDIK. Values, Personality Trait, and Expenditure of
Retirement Family. Supervised by HARTOYO.
The aim of this research was to analyze the relationship between values and
personality and the expenditure allocation of retirement family. Samples of this
research were the family with at least one family’s member aged over 55 years old
and have retired from main occupation. The samples consisted of 154 family
purposived selected from the different job backgrounds (goverment employee and
non-goverment employee). The results showed that the higher value on financial
security, it will reduce the proportion of expenditure on food and increase the
proportion of non-food. Another findings indicate that the per capita income,
number of dependents, age, and level of education have relationship with
expenditure allocations
Keywords:allocation of expenditure, personality, retire, values.
NILAI, KEPRIBADIAN, DAN ALOKASI PENGELUARAN
KELUARGA USIA PENSIUN
SILVIA DEWI SAGITA ANDIK
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Nilai, Kepribadian, dan Alokasi Pengeluaran Keluarga Usia
Pensiun
Nama
: Silvia Dewi Sagita Andik
NIM
: I24090065
Disetujui oleh
Dr. Ir. Hartoyo, MSc
Pembimbing I
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Nilai, Kepribadian,dan Alokasi Pengeluaran Keluarga Usia Pensiun ”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Hartoyo,
MSc selaku dosen pembimbing skripsi, Dr.Ir. Dwi Hastuti, MSc selaku
pembimbing akademik, dan seluruh dosen Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua oarangtua yang
telah memberikan semangat tiada henti kepada penulis, yaitu Bapak Andik
Siswiyono, SH dan Ibu Subaida. Penulis juga berterima kasih kepada kakak
YuwisdaMayasari Rias Andik, S.Pd. Penulis juga berterima kasih kepada teman
teman seperjuangan penelitian Halisa Rohayu, Sri wahyuni, Dyah Purnamasari
dan Sri Sulastri atas kerjasama selama penelitian. Penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada teman teman IKK 46, terutama Siti Holilah, Nanda Lusita,
dan Tri Rahmawati. Penulis juga berterima kasih kepada sahabat tercinta Ika,
Resty, Sandra, Imas, Yovita, Novi, dan Yuli. Terakhir penulis juga berterima
kasih kepada Adhitya Rahmana yang senantiasa memberikan dukungan dan
motivasi serta pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam proses penelitian.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan.
Bogor, April 2014
Silvia Dewi Sagita Andik
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
4
METODE
6
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
6
Teknik Pengambilan Contoh
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
7
Pengolahan dan Analisis Data
8
Definisi Operasional
9
HASIL
11
Karakteristik Contoh Dan Keluarga
11
Nilai
11
Kepribadian
13
Alokasi Pengeluaran
15
Hubungan KarakteristikContoh dengan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non
Pangan
17
Hubungan Nilai dengan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non-Pangan
21
Hubungan Kepribadian dengan Proporsi Pengeluaran
17
PEMBAHASAN
24
SIMPULAN DAN SARAN
28
Simpulan
28
Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
31
RIWAYAT HIDUP
37
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Variabel, Skala, dan Jenis Data
Sebaran karakteristik contoh dan keluarga
Sebaran contoh berdasarkan nilai dan riwayat pekerjaan
Sebaran contoh berdasarkan kepribadian extraversion dan riwayat
pekerjaan
Sebaran contoh berdasarkan kepribadian agreeableness dan riwayat
pekerjaan
Sebaran contoh berdasarkan kepribadian neuroticism dan riwayat
pekerjaan
Sebaran contoh berdasarkan kepribadian openess of experience dan
riwayat pekerjaan
Sebaran contoh berdasarkan kepribadian conscientiousness dan riwayat
pekerjaan
Rataan komponen alokasi pengeluaran per kapita keluarga berdasarkan
riwayat pekerjaan
Koefisien korelasi antarvariabel karakteristik contoh, keluarga, dan
proporsi alokasi pengeluaran
Koefisien korelasi antara nilai (LOV) dengan persentase alokasi
pengeluaran
Rataan pengeluaran pangan keluarga pada setiap aspek nilai
Rataan pengeluaran non pangan keluarga pada setiap aspek nilai
Koefisien korelasi antara 5 dimensi kepribadian dengan proporsi alokasi
Rataan pengeluaran pangan keluarga pada setiap dimensi kepribadian
Rataan pengeluaran non pangan pada setiap dimensi kepribadian
8
11
12
13
14
14
15
15
17
17
20
21
21
22
21
24
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Penelitian
2 Skema Penarikan Contoh
5
7
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sebaran rataan alokasi pengeluaran per kapita keluarga PNS dan nonPNS pada setiap aspek nilai
2 Sebaran rataan alokasi pengeluaran per kapita keluarga PNS dan nonPNS pada setiap dimensi kepribadian
3 Hasil uji korelasi antara nilai dengan persentase alokasi pangan dan non
pangan
4 Hasil uji korelasi kepribadian dengan persentase alokasi pangan dan
non pangan
5 Rata-rata proporsi pengeluaran pangan dan non pangan menurut aspek
nilai
6 Rata-rata proporsi pengeluaran pangan dan non pangan menurut
dimensi kepribadian
31
32
33
34
35
36
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penurunan kesehatan dan keterbatasan fisik merupakan dua hal yang
dialami seiring dengan bertambahnya usia. Susenas (2012) menyatakan bahwa
lebih dari separuh lansia (52.1%) mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan
terakhir. Hal ini dapat memberikan gambaran tentang tingkat kesehatan lansia di
Indonesia. Secara umum derajat kesehatan penduduk lansia di Indonesia masih
rendah. Keluhan kesehatan ini terkadang mengakibatkan terganggunya aktivitas
sehari-hari. Hal tersebut membuat seseorang mengalami penurunan produktivitas
terutama dalam kontribusi ekonomi terhadap keluarganya.
Teori perkembangan menyatakan bahwa sistem keluarga akan menghadapi
proses perubahan (perkembangan) yang meliputi perubahan pola interaksi dan
hubungan antar anggota keluarga di sepanjang waktu (Duvall 1971). Keluarga
usia pensiun mengalami penurunan produktivitas seperti yang dikatakan oleh
Neugarten (1964) bahwa individu dari rentang umur 40-60 tahun lebih pasif dan
lebih menyukai berinteraksi dengan lingkungan. Tahapan keluarga usia pensiun
memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda dengan tahapan keluarga yang bekerja
sehingga keluarga usia pensiun harus dapat mengelola alokasi sumberdaya dengan
baik. Senduk (2001) juga menyatakan bahwa mengatur keuangan tidak berarti
harus hemat tetapi yang paling penting adalah mengetahui jumlah yang pantas
untuk setiap pos pengeluaran dan berusaha memenuhi jumlah tersebut. Sebuah
keluarga harus menyelaraskan antara pos pendapatan dan pos pengeluarannya
yaitu membedakan apa yang menjadi kebutuhan dan apa yang menjadi keinginan.
Mc Kenna et. al (2003) menyatakan bahwa dalam pengelolaan sumberdaya
keluarga, faktor psikologis dan nilai yang dianut sering menjadi dasar pijakan
pengambilan keputusan.
Nilai dan kepribadian pada usia pensiun mempengaruhi keputusan alokasi
pengeluaran keluarga. Pengelolaan keuangan keluarga usia pensiun merupakan
hal yang sangat penting guna membantu kehidupan keluarga dalam menyesuaikan
pos pendapatan saat ini dengan pos pengeluaran. Hal tersebut dianggap penting
karena pada keluarga usia pensiun akan berbeda pengelolaan alokasi pengeluaran
rumahtangga dengan masa waktu aktif bekerja. Studi tentang alokasi pengeluaran
pada orang amerika yang berusia diatas 50 tahun juga menunjukkan bahwa faktor
pendapatan, usia, dan asuransi perawatan jangka panjang memiliki dampak yang
signifikan terhadap alokasi pengeluaran keluarga (Banerjee 2012). Selain itu,
perbedaan pengeluaran pada keluarga tua tidak hanya dipengaruhi faktor
pendapatan, tetapi berdasarkan status pekerjaan (Moehrle 1990).
Sumberdaya keluarga meliputi alokasi waktu dan alokasi pengeluaran.
Alokasi pengeluaran terdiri dari pengeluaran pangan maupun non-pangan.
Pengeluaran untuk pangan yaitu pengeluaran untuk konsumsi bahan pangan
berupa padi-padian, ikan, daging, telur, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buahbuahan, minyak dan lemak, minuman, makanan serta minuman jadi. Pengeluaran
untuk non-pangan yaitu pengeluaran untuk konsumsi perumahan, bahan bakar,
penerangan, air, barang dan jasa, pakaian, dan barang tahan lama lainnya. Faktor
kondisi psikologis sangat berperan penting dalam pengambilan keputsan
2
keuangan, terutama pada kondisi pendapatan yang menurun sehingga individu
harus dapat membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
Salah satu persoalan yang muncul seperti penelitian di Jakarta menunjukkan
para eksekutif muda yang bergaji di atas Rp 15 juta per bulan terancam miskin di
masa depannya karena faktor karakter kepribadian yang tidak terencana yaitu
karakter berupa gaya hidup yang boros (Saktiawan 2008). Hal ini menunjukkan
bahwa besarnya pendapatan tidak dapat menentukan kesejahteraan individu.
Faktor perilaku individu tersebut ysang memengaruhi pengelolaan keuangannya.
Faktor psikologis individu dalam pengelolaan keuangannya menyangkut
bagaimana perilaku individu menggunakan pendapatannya dalam mengalokasikan
pos pengeluarannya, perilaku tersebut dapat tercermin dari gaya hidupnya. Faktor
gaya hidup juga mengakibatkan orang untuk terdorong membeli barang
berdasarkan keinginan bukan kebutuhan, gengsi, dan harga diri.
Kepribadian didefinisikan sebagai perbedaan karakteristik yang paling
dalam pada diri manusia yang memiliki ciri-ciri unik dan memengaruhi perilaku
individu. Keunikan inilah yang menjadikan kepribadian sebagai salah satu
variabel pembeda antara individu yang satu dengan yang lainnya dalam
berperilaku. Berdasarkan teori McCrae Costa dalam Feist (2008) menggunakan
lima indikator dalam membahas kepribadian, yaitu extraversion, agreeableness,
neuroticism, openess dan conscientiousness.
Hasil penelitian Borghans et al.(2008) menyatakan bahwa personality traits
seperti dimensi conscientiousness akan meningkat dari usia anak-anak hingga
dewasa tua. Penelitian yang dilakukan oleh Duckworth dan Weir (2011) juga
menyatakan bahwa dimensi kepribadian conscientiousness dan openess
berhubungan dengan pengeluaran ekonomi dimana pada individu yang berada di
dimensi kepribadian conscientiousness cenderung sedikit mengeluarkan uangnya
dibanding individu yang berada pada dimensi kepribadian openness. Selain itu,
hasil penelitian Brown & Taylor (2011) menunjukkan bahwa ciri kepribadian
extraversion memiliki hubungan negatif pada kepemilikan aset keuangan serta
memiliki hubungan positif pada peluang hutang. Dimensi agreeableness
menyatakan bahwa tipe kepribadian ini cenderung melakukan transaksi keuangan
didasarkan keinginan hati (Ika 2011). Ware (2001) juga mengatakan semua tipe
kepribadian bisa menjadi dasar pijakan pengelolaan keuangan yang baik asal
mereka harus memahami kekuatan dan kelemahan mereka sendiri. Hal ini
merupakan pengetahuan diri yang mengarah pada penguasaan diri.
Perumusan Masalah
Masalah psikologis kaitannya dengan kepribadian individu. Usia pensiun
cenderung lebih mengalami depresi. Ada berbagai macam nilai yang berubah
setelah memasuki tahapan usia pensiun. Nilai serta kepribadian usia pensiun akan
mempengaruhi individu dalam berperilaku terutama dalam mengalokasikan
sumberdaya keluarga.
Tingkat penurunan pendapatan akan memengaruhi alokasi sumberdaya
keluarga terutama dalam mengalokasikan pengeluaran rumah tangga. Manusia
selalu berusaha memaksimalkan kepuasan (Becker 1976). Becker (1981) dan
Foster (1993) menyatakan adanya keterbatasan sumberdaya membuat individu
cenderung mengatur komposisi pemenuhan kebutuhannya dalam arti mengurangi
3
barang kebutuhan yang satu dengan menambahnya yang lain. Misalnya individu
mengurangi konsumsi pakaian dan menambah konsumsi daging. Keluarga dengan
usia pensiun akan mengalami adaptasi kembali dengan keadaan perekonomian
keluarga. Individu harus menyeimbangkan aset pendapatan yang dimiliki dengan
pengeluaran yang terus dilakukan selama masa hidupnya di usia pensiun.
Keluarga usia pensiun harus dapat mengelola keuangannya dengan baik
karena pada masa pensiun terjadi penurunan pendapatan. Pendapatan di usia
pensiun harus disesuaikan dengan kebutuhan sekarang. Faktor psikologis menjadi
faktor penentu seseorang dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan penjabaran
di atas, maka akan diangkat beberapa permasalahan dalam penelitian ini.
Permasalahan yang akan diangkat adalah :
1. Bagaimana nilai dan kepribadian yang dianut contoh?
2. Bagaimana alokasi pengeluaran keluarga usia pensiun PNS dan non-PNS?
3. Bagaimana hubungan karakteristik contoh, karakteristik keluarga dengan
nilai, kepribadian, dan alokasi pengeluaran keluarga usia pensiun PNS dan
non-PNS?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Menganalisis hubungan nilai, kepribadian, dan alokasi pengeluaran keluarga
usia pension
Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi nilai dan kepribadian yang dianut contoh
2. Mengidentifikasi alokasi pengeluaran keluarga usiapensiun PNS dan nonPNS
3. Menganalisis hubungan karakteristik contoh, karakteristik keluarga, nilai,
kepribadian contoh, dan alokasi pengeluaran keluarga usia pensiun PNS dan
non-PNS.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara luas untuk kepentingan
umum, diantaranya:
1. Peneliti yang ingin mengkaji tentang hubungan nilai dan kepribadian usia
pensiun dengan alokasi pengeluaran keluarga usia pensiun
2. Bagi masyarakat, sebagai sumber informasi yang memberikan gambaran
tentang keluarga usia pensiun terutama pada nilai yang dianut serta
kepribadian individu usia pensiun dalam alokasi pengeluaran rumahtangga
sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk dapat mengalokasikan
sumberdaya keluarga dengan baik.
3. Bagi institusi, penelitian yang dilakukan dapat memberikan informasi
tentang alokasi pengeluaran pada keluarga usia pensiun sehingga dapat
menjadi referensi penelitian berikutnya.
4
4.
Bagi pemerintah, sebagai informasi dan gambaran tentang keluarga usia
pensiun sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam kebijakan program
pada usia pensiunan.
KERANGKA PEMIKIRAN
Masa usia pensiun adalah masa yang mencemaskan bagi sebuah keluarga.
Usia pensiun adalah tahapan dimana terjadi penurunan individu secara fisik serta
dari segi ekonomi. Seiring menurunnya pendapatan maka keluarga usia pensiun
harus dapat mengelola alokasi sumberdaya yang dimilikinya dengan baik agar
kesejahteraan keluarga dapat tetap stabil. Alokasi sumberdaya terbagi menjadi
alokasi aset pendapatan dan alokasi keuangan. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS),
pengeluaran rumah tangga meliputi pengeluaran pangan maupun non pangan.
Pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan berkaitan erat dengan tingkat
pendapatan masyarakat. Pola konsumsi keluarga merupakan salah satu indikator
kesejahteraan. Keluarga dengan proporsi pengeluaran lebih besar untuk konsumsi
pangan mengindikasikan keluarga tersebut berpendapatan rendah.
Keluarga usia pensiun harus menyeimbangkan pendapatan sekarang
dengan pos-pos pengeluaran kebutuhan rumah tangga. Dalam mengalokasikan
sumberdaya yang dimiliki, faktor psikologis dan nilai yang dianut juga menjadi
dasar individu berperilaku terutama dalam keputusan pembelian. Tahapan
individu yang memasuki usia pensiun tentunya terdapat perbedaan nilai-nilai yang
dianut di masa sekarang dengan nilai-nilai yang dianut pada tahapan sebelumnya.
Dimensi yang digunakan untuk mengukur nilai yang dianut pada usia
pensiun adalah harga diri, pemenuhan diri, rasa aman, dan dihormati. Nilai-nilai
tersebut mendorong individu untuk merasa pantas dan layak mendapatkan yang
terbaik. Hal ini kaitannya dengan kemakmuran materi yang dijadikan landasan
penilaian atas segala sesuatu sehingga individu semakin banyak mengeluarkan
uang untuk kebutuhan non pangan dan menurunkan pengeluaran untuk pangan.
Selain nilai, kepribadian juga menjadi faktor penentu dalam pengambilan
keputusan alokasi pengeluaran keluarga. Kepribadian setiap individu pasti
berbeda. Definisi kepribadian adalah ciri yang ada pada diri manusia yang dapat
memengaruhi manusia berperilaku termasuk mengambil keputusan dalam
mengalokasikan uangnya. Salah satu studi tentang kepribadian terutama pada usia
dewasa tengah atau lansia ditemukan oleh McCrae et al.(1997). Mereka fokus
pada 5 faktor kepribadian yaitu extraversion, agreeableness, neurotiscism,
openness, dan conscientiousness. Lima faktor kepribadian dapat digunakan untuk
mengukur kepribadian contoh dalam mengalokasikan uang yang dimiliki di usia
pensiun.
Karakteristik contoh dan karakteristik keluarga berhubungan
denganalokasi pengeluaran contoh (usia, lama pendidikan, riwayat pekerjaan,
lama pernikahan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan per kapita keluarga).
Selanjutnya karakteristik akan memengaruhi proporsi pengeluaran pangan dan
non pangan keluarga usia pensiun.
5
Berdasarkan gambaran tersebut maka dapat diketahui gambaran hubungan
setiap komponen terhadap alokasi pengeluaran pada keluarga usia pensiun.
Kerangka pemikiran dapat disajikan pada Gambar 1.
Input
Karakteristik Individu dan
Keluarga
Usia
Lama pendidikan
Riwayat pekerjaan
Lama pernikahan
Jumlah Tanggungan
Keluarga
Pendapatan per kapita
keluarga
Proses
Nilai (LOV)
Rasa Aman
Harga Diri
Dihormati
Pemenuhan Diri
Kepribadian
5 faktor kepribadian (McCrae
and Costa)
Extraversion
Agreeableness
Neurotiscism
Openess
Conscientiousness
Pengelolaan Sumberdaya
Sekarang
Alokasi Waktu
Alokasi Pengeluaran
-
-
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Pangan
Makanan pokok
Sumber protein hewani
Kacang-kacangan
Sayuran
Buah-buahan
Bumbu dapur
Non Pangan
Kesehatan
Pakaian
Alas kaki
Bahan bakar
Lainnya
6
METODE
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study, yaitu
pengukuran variabel-variabel penelitian pada satu waktu bersamaan dengan objek
yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode survei dan wawancara.
Penelitian dilakukan di empat perumahan, yaitu perumahan Bantarjati dan
perumahan Indraprasta, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor dan perumahan
Taman Pagelaran dan perumahan Ciomas Permai, Kecamatan Ciomas, Kabupaten
Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan
bahwa perumahan tersebut merupakan perumahan lama sehingga diharapkan
terdapat banyak keluarga usia pensiun yang memiliki latar belakang pekerjaan
sebelum pensiun yang beragam sesuai dengan kriteria penelitian. Pengumpulan
data primer dilakukan selama dua bulan yaitu bulan April hingga Mei 2013.
Teknik Pengambilan Contoh
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian “payung” dengan tema
“Manajemen Sumberdaya Keluarga Usia Pensiun”. Penelitian payung tersebut
ingin mengungkap bagaimana perilaku manajemen sumberdaya keluarga yang
terkait dengan peran gender dalam mengambil keputusan, alokasi waktu dan
pengeluaran, strategi nafkah dan dukungan sosial, dan perencanaan keuangan hari
tua pada masa lalu, yang kemudian akan dibedakan berdasarkan tempattinggal
(kota dan kabupaten) dan riwayat pekerjaan (PNS dan non-PNS). Dalam
penelitian ini hanya terfokus pada nilai dan kepribadian berdasarkan riwayat
pekerjaan (PNS dan non-PNS) yang akan dilihat hubungannya dengan alokasi
pengeluaran keluarga usia pensiun.
Populasi penelitian ini adalah keluarga yang telah memasuki usia pensiun
(≥56 tahun) yang tinggal di wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogoryaitu di
empat perumahan yang telah ditentukan. Perumahan–perumahan yang dipilih
merupakan perumahan yang sudah lama ada dan diduga terdapat banyak
penduduk lanjut usia.
Contoh dalam penelitian ini adalah 160 orang suami atau istri yang telah
memasuki usia pensiun (≥56 tahun), memiliki riwayat pekerjaan sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan non-PNS (pegawai swasta, wirasasta, dan pegawai
BUMN), dan sudah mengalami pensiun. Contoh penelitian berjumlah 160 orang
yang terdiri dari 80 orang usia pensiun PNS dan 80 orang usia pensiun non-PNS.
Jumlah dipilih karena memenuhi kriteria statistik n=30. Teknik penarikan contoh
dilakukan secara purposive sampling. Setelah proses cleanning, contoh yang dapat
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 154 (77 orang usia pensiun PNS dan 77
orang usia pensiun non-PNS).Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar
2.
7
Provinsi Jawa Barat
Kota Bogor
Kec. Bogor Utara
Perumahan
Bantarjati
n= 40 keluarga
PNS
n= 20
Non-PNS
n= 20
purposive
Kabupaten Bogor
Kec. Ciomas
Perumahan
Indraprasta
n= 40 keluarga
PNS
n= 20
Non-PNS
n= 20
Perumahan
Taman Pagelaran
n= 40 keluarga
PNS
n= 20
Non-PNS
n= 20
purposive
Perumahan
Ciomas Permai
n= 40 keluarga
PNS
n= 20
Non-PNS
n= 20
purposive
purposive
purposive
Gambar 2 Skema Penarikan Contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang kemudian diuji validitas dan
reliabilitasnya. Data primer diperoleh langsung dengan melakukan wawancara
kepada suami atau istri yang berusia diatas atau sama dengan 56 tahun dan telah
pensiun dari pekerjaan utamanya. Data primer yang diperoleh dengan bantuan
kuesioner meliputi karakteristik contoh, karakteristik keluarga, nilai, kepribadian,
dan alokasi pengeluaran keluarga. Data sekunder yang diperoleh adalah data
monografi dari Kelurahan Bantarjatidi Kota Bogor dan Kelurahan Ciomas di
Kabupaten Bogor. Datayang diambil dari kelurahan tersebut adalah data jumlah
keluarga yang termasuk usia pensiun.
Kuesioner berisi tentang karakteristik contoh dan karakteristik keluarga
yang terdiri dari usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,dan lama
pernikahan. Selain itu, kuesioner juga berisi tentang nilai, kepribadian dan alokasi
pengeluaran. Variabel nilai LOV diukur dengan menggunakan 10 pertanyaan
yang terdiri dari segmen harga diri,pemenuhan diri,dihormati, dan rasa aman
dengan cronbach alpha 0.728
Variabel kepribadian diukur dengan menggunakan The Big Five
Factors.Model yang dikembangkan oleh Costa dan McCrae terdiri dari lima
dimensi yang biasa dikenal dengan nama pattern NEOCA, yaitu neuroticism,
extravertion, openness of experience, conscientiousness, dan agreeabless. Lima
dimensi kepribadian diukur dengan enam pertanyaan tiap dimensi(cronbach alpha
0.803) dan menggunakan skala likertdari 1-5 dengan pemberian skor pada tiap
dimensi kepribadian. Pengkategorian variabel nilai dan kepribadian menggunakan
tiga kelompok.Alokasi pengeluaran meliputi pangan dannon-pangan yang diacu
8
dan dimodifikasi dari Saraswati (2012). Alokasi pengeluaran pangan meliputi
makanan pokok, sumber protein hewani, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan,
dan lainnya. Alokasi non pangan meliputi kesehatan pakaian, alas kaki, bahan
bakar, dan lainnya (rokok,transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan,
pajak, kredit, pulsa HP/telpon, koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak).
Tabel 1 Variabel, Skala, dan Jenis Data
Variabel
Skala data
Karateristik individu dan keluarga
Jenis kelamin
Nominal
Usia
Lama pendidikan
Jumlah Tanggungan Keluarga
Riwayat pekerjaan
Rasio
Rasio
Rasio
Nominal
Lama pernikahan
Pendapatan
Nilai
Rasa Aman
Harga Diri
Dihormati
Pemenuhan Diri
Kepribadian
Extraversion
Agreeableness
Neurotiscism
Openess
Consticiousness
Alokasi Pengeluaran Keluarga
Pangan
- Makanan pokok
- Protein hewani
- Kacang-kacangan
- Sayuran
- Buah-buahan
- Bumbu dapur
Non Pangan
- Kesehatan/keindahan
- Pakaian
- Alas kaki
- Bahan bakar
- Lainnya
Rasio
Rasio
Ordinal
Keterangan
[1] Laki-laki
[2] Perempuan
Tahun
Tahun
Orang
[1] Pegawai Negeri
[2] Non-PNS
(Wiraswasta,pegawai BUMN)
Tahun
Rupiah
Skor
[1] Rendah (80%)
Ordinal
Skor
[1] Rendah (80%)
Rasio
Rupiah
Rasio
Rupiah
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang akan diperoleh selanjutnya akan diolah melalui proses editing,
coding, scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Data dianalisis secara
statistik deskriptif dan inferensia. Analisis statistik inferensia dilakukan dengan
menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical package for Social Science
(SPSS). Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan
inferensia. Analisis deskriptif meliputi, rata-rata, standar deviasi, nilai minimum,
9
dan nilai maksimum. Alokasi pengeluaran keluarga dihitung dengan
menjumlahkan pengeluaran pada alokasi pengeluaran untuk pengeluaran pangan
dan non pangan.
Nilai dan kepribadian yang dianut oleh contoh dihitung dengan cara
melakukan penghitungan sub total per dimensi. Kemudian dilakukan transformasi
nilai komposit pada masing-masing segmen nilai dan dimensi kepribadian dalam
bentuk skala 0-100 dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Y=
(Skor yang dicapai −Skor terendah )
(Skor tertinggi −skor terendah )
x 100
kemudian nilai komposit dikategorikan menggunakan kategori tiga
kelompok, yaitu :
1. Tinggi bila skor >80%
2. Sedang bila skor 60%-80%
3. Rendah bila skor 0.05).
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan kepribadian neuroticism dan riwayat
pekerjaan
Skor Neuroticism
Rendah (80%)
Total
Rataan±SD
p-value
PNS
n
%
74
96.10
3
3.90
0
0
77
100
21.86±16.82
Non-PNS
%
76
98.70
1
1.30
0
0
77
100
24.72±14.82
0.299
n
Total
N
%
150
97.40
4
2.60
0
0
154
100
23.30±15.87
Openness of experience. Skor tinggi pada openness of experience dicirikan
dengan individu yang menyukai hal baru dan mencari kesenangan. Seseorang
dengan tingkat openness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang mudah
bertoleransi sehingga memungkinkan seseorang menggunakan uangnya
berdasarkan keinginan dan kesenangannya bukan kebutuhannya. Tabel 7
menunjukkan sebaran dimensi openess of experience pada PNS dan non-PNS.
Hanya 20.78 persen pensiunan PNS dan 22.08 persen pensiunan non-PNS berada
pada dimensi openess of experience kategori rendah artinya sebagian kecil contoh
memiliki kepatuhan terhadap perencanaan anggaran pengeluaran. Berdasarkan uji
t-test, tidak terdapat perbedaan yang nyata pada variabel kepribadian opennes of
experience antara PNS dan non-PNS (p>0.05).
15
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kepribadian openess of experience dan
riwayat pekerjaan
PNS
Skor Openess of experience
n
16
41
20
77
Rendah (80%)
Total
rataan±SD
p-value
Non-PNS
n
%
17
22.08
38
49.35
22
28.57
77
100
72.67±16.25
0.878
%
20.78
53.25
25.97
100
72.40±15.92
Total
N
%
33
21.43
79
51.30
42
27.27
154
100
72.53±16.03
Conscientiousness. Skor tinggi pada conscientiousness dicirikan dengan
individu yang tertib/teratur, penuh pengendalian diri. Tipe ini selalu melakukan
suatu perbandingan terhadap harga sebuah produk sebelum diputuskan untuk
membeli, juga selalu membuat sebuah catatan keuangan pribadi secara terinci.
Kebutuhan (need) akan berperan lebih besar dari pada keinginan (want) pada saat
kegiatan belanja dilakukan. Transaksi pembayaran pun akanlebih terkontrol
dengan baik karena disesuaikan dengan anggaran belanja yang telah dibuat
sebelumnya. Tabel 8 menunjukkan sebaran dimensi conscientiousness pada PNS
dan non-PNS. Hanya 6.50 persen PNS dan 10.39 persen non-PNS berada pada
kategori rendah. Artinya sebagian kecil contoh yang memiliki perilaku yang tidak
cermat dalam penggunaan anggaran keuangannya. Berdasarkan uji t-test, tidak
terdapat perbedaan yang nyata pada variabel kepribadian conscientiousness antara
PNS dan non-PNS (p>0.05).
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kepribadian conscientiousness dan riwayat
pekerjaan
Skor Conscientiousness
Rendah (80%)
Total
Rataan±SD
p-value
PNS
n
%
5
6.50
28
36.36
44
57.14
77
100
81.70±16.06
n
Non-PNS
%
8
10.39
33
42.86
36
46.75
77
100
79.97±14.37
0.618
Total
N
%
13
8.44
61
39.61
80
51.95
154
100
80.84±15.21
Alokasi Pengeluaran
Tabel 9 menunjukkan rataan alokasi pengeluaran keluarga antara pensiunan
PNS dan non-PNS. Alokasi pengeluaran pangan meliputi makanan pokok, sumber
protein hewani, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan, dan lainnya. Sedangkan
alokasi non pangan meliputi kesehatan pakaian, alas kaki, bahan bakar dan
lainnya (rokok,transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan, pajak, kredit,
pulsa HP/telpon,koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak).
Berdasarkan Tabel 9, rataan alokasi pengeluaran pangan antara pensiunan
PNS dan pensiunan Non-PNS tidak berbeda jauh. Secara keseluruhan proporsi
pengeluaran pangan contoh sebesar 31.61 persen dan proporsi pengeluaran nonpangan sebesar 68.39 persen. Proporsi pengeluaran pangan contoh sebesar 31.61
persen lebih kecil dibanding proporsi pengeluaran pangan nasional yaitu sebesar
50.66 persen sedangkan proporsi pengeluaran non-pangan sebesar 68.39 persen
16
lebih besar dibanding proporsi pengeluaran non-pangan nasional yaitu sebesar
49.34 persen (BPS 2013). Pengeluaran pangan contoh lebih kecil dibanding
pengeluaran pangan nasional disebabkan oleh karakteristik contoh. Beradasarkan
sebaran usia contoh, sebagian besar tergolong pada dewasa madya dan dewasa tua
sehingga kebutuhan untuk pangan cenderung sedikit.
Pensiunan PNS mengalokasikan pengeluaran pangan (28.71%) lebih kecil
dibanding pensiunan non-PNS (34.50%). Hal ini diduga karena pendapatan
pensiunan PNS lebih besar dibanding pendapatan pensiunan non-PNS. Kenaikan
pendapatan akan mengurangi proporsi pengeluaran terhadap pangan. Proporsi
pengeluaran pangan terbesar pada pensiunan PNS adalah pengeluaran untuk
sumber protein hewani (10.49%), sedangkan proporsi pengeluaran pangan terkecil
pada pensiunan PNS adalah pengeluaran untuk buah-buahan (1.96%). Proporsi
pengeluaran pangan terbesar pensiunan non-PNS juga berada pada pengeluaran
sumber protein hewani (12.35%), sedangkan proporsi pengeluaran pangan terkecil
juga berada pada pengeluaran buah-buahan (2.17%). Pada proporsi pengeluaran
sumber proetin PNS lebih kecil dibandingkan proporsi pengeluaran hewani nonPNS. Sedangkan pendapatan pensiunan PNS lebih besar dibanding pensiunan
non-PNS. Pada proporsi pengeluaran kebutuhn pokok, proporsi pengeluaran
pensiunan non-PNS lebih besar dibanding dengan proporsi pengeluaran pensiunan
PNS. Hal ini diduga tingkt pendapatan pensiunan non-PNS lebih rendah
dibanding pendapatan pensiunan PNS.
Proporsi pengeluaran non pangan terbesar pada pensiunan PNS adalah
pengeluaran untuk lainnya yang meliputi rokok, transport, sewa rumah, PAM,
rekreasi, sumbangan, pajak, kredit, pulsa HP/telpon, koran, pembantu, tabungan,
dan pendidikan anak (55.29%) sedangkan proporsi pengeluaran non pangan
terkecil pada pensiunan PNS adalah pengeluaran untuk alas kaki (0.51%).
Proporsi pengeluaran non pangan terbesar pensiunan non-PNS juga berada pada
pengeluaran lainnya (43.51%), sedangkan proporsi pengeluaran non pangan
terkecil juga berada pada pengeluaran alas kaki (0.65%). Berdasarkan uji t-Test
tidak terdapat perbedaan yang nyata antara alokasi pengeluaran pangan pensiunan
PNS dan pensiunan non-PNS (p>0.05). Tidak terdapat perbedaan nyata antara
alokasi pengeluaran non pangan pensiunan PNS dan pensiunan non-PNS
(p>0.05).
17
Tabel 9 Rataan komponen alokasi pengeluaran per kapita keluarga berdasarkan
riwayat pekerjaan
Alokasi Pengeluaran
Per kapita keluarga
PNS(n=77)
Rata-rata
%
(Rp/bulan)
Pangan
Makanan pokok
Sumberprotein hewani
Kacang-kacangan
Sayuran
Buah-buahan
Lainnya
Rataan Total Pangan
p-value
Non-pangan
Kesehatan/keindahan
Pakaian
Alas Kaki
Bahan Bakar
Lainnya
Rataantotal
nonpangan
p-value
Rataan total
Non-PNS(n=77)
Rata-rata
%
(Rp/bulan)
81628.79
185474.89
5.47
10.49
56681.82
58435.06
35024.89
67172.08
484417.53
3.54
3.31
1.96
3.94
28.71
122497.84
14494.59
8856.28
134839.83
1094176.41
6.89
0.78
0.51
7.81
55.29
1374864.94
71.29
80738.96
159181.17
6.99
12.35
81183.87
172328.03
6.23
11.42
43477.27
4.01
50079.55
45468.61
3.89
51951.84
30140.69
2.17
32582.79
65500.00
5.11
66336.04
424506.71
34.50
454462.12
0.131
3.77
3.60
2.07
4.52
31.61
120000.43
15470.78
9160.39
177983.01
822994.63
1145609.24
9.05
1.11
0.65
11.19
43.51
65.50
0.267
100 1570115.95
1859282.47
Total (N=154)
Rata-rata
%
(Rp/bulan)
121249.13
14982.68
9008.33
156411.42
958585.52
1260237.09
7.97
0.95
0.58
9.50
49.40
68.39
100 1714699.21
100
Hubungan Karakteristik dengan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non
Pangan
Tabel 10 Koefisien korelasi antarvariabel karakteristik contoh, keluarga, dan
proporsi alokasi pengeluaran
Variabel
1
Jumlah tanggungan keluarga
1
Lama pendidikan
.092
2
-.279
-.312
**
Lama pernikahan
-.325
**
Proporsi makanan pokok
Proporsi protein hewani
Pendapatan per kapita
4
5
1
**
Usia
3
-.085
.294
1
**
-.034
-.096
.599
-.073
-.408**
-.155
-.153
**
1
**
.055
1
.312**
-.504**
.173*
.151
-.312**
.114
**
.130
*
.195
*
Proporsi kacang-kacangan
-.212
Proporsi sayuran
-.153
-.175*
.101
-.355**
.042
Proporsi buah – buahan
-.046
-.023
-.031
-.142
.037
-.161
Proporsi bumbu dapur
-.069
-.198
Proporsi kesehatan/keindahan
-.026
.002
*
-.389
**
-.172*
.023
-.312
.076
-.162*
.025
-.114
-.222**
*
Proporsi pakaian
.129
-.079
-.190
Proporsi alas kaki
.047
-.076
-.207**
-.130
-.208**
Proporsi bahan bakar
-.030
.092
.117
-.103
.101
Proporsi lainnya
.153
.208**
-.220**
.502**
-.105
18
Keterangan:
1 = Jumlah anggota keluarga
4 = pendapatan per kapita
2 = lama pendidikan
5 = lama pernikahan
3 = usia
Tabel 10 menunjukkan hasil uji korelasi Pearson, jumlah tanggungan
keluarga memiliki hubungan negatif sangat signifikan dengan usia (r=0.279, pvalue
KELUARGA USIA PENSIUN
SILVIA DEWI SAGITA ANDIK
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai, Kepribadian, dan
Alokasi Pengeluaran Keluarga Usia Pensiun adalah benar karya saya
denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Silvia Dewi Sagita Andik
NIM I24090065
ABSTRAK
SILVIA DEWI SAGITA ANDIK. Nilai, Kepribadian, dan Alokasi Pengeluaran
Keluarga Usia Pensiun. Dibimbing oleh HARTOYO.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara nilai dan kepribadian
pada pengeluaran keluarga pensiun. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga
yang memiliki anggota keluarga usia (>55 tahun) dan telah pension dari pekerjaan
utamanya. Contoh dipilih secara purposive sampling sebanyak 154 orang dengan
latar belakang pekerjaan PNS(pegawai negeri sipil) dan non-PNS(BUMN, swasta,
wiraswasta). Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi nilai rasa aman pada
keuangan yang dimiliki contoh maka akan mengurangi pengeluaran pada proporsi
pangan dan meningkatnya pengeluaran pada proporsi non pangan.Temuan lain
mengindikasikan bahwa pendapatan per kapita, jumlah tanggungan keluarga, usia,
dan lama pendidikan contoh memiliki hubungan dengan alokasi pengeluaran.
Kata kunci:alokasi pengeluaran, kepribadian, nilai, pensiun.
ABSTRACT
SILVIA DEWI SAGITA ANDIK. Values, Personality Trait, and Expenditure of
Retirement Family. Supervised by HARTOYO.
The aim of this research was to analyze the relationship between values and
personality and the expenditure allocation of retirement family. Samples of this
research were the family with at least one family’s member aged over 55 years old
and have retired from main occupation. The samples consisted of 154 family
purposived selected from the different job backgrounds (goverment employee and
non-goverment employee). The results showed that the higher value on financial
security, it will reduce the proportion of expenditure on food and increase the
proportion of non-food. Another findings indicate that the per capita income,
number of dependents, age, and level of education have relationship with
expenditure allocations
Keywords:allocation of expenditure, personality, retire, values.
NILAI, KEPRIBADIAN, DAN ALOKASI PENGELUARAN
KELUARGA USIA PENSIUN
SILVIA DEWI SAGITA ANDIK
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Nilai, Kepribadian, dan Alokasi Pengeluaran Keluarga Usia
Pensiun
Nama
: Silvia Dewi Sagita Andik
NIM
: I24090065
Disetujui oleh
Dr. Ir. Hartoyo, MSc
Pembimbing I
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Nilai, Kepribadian,dan Alokasi Pengeluaran Keluarga Usia Pensiun ”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Hartoyo,
MSc selaku dosen pembimbing skripsi, Dr.Ir. Dwi Hastuti, MSc selaku
pembimbing akademik, dan seluruh dosen Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua oarangtua yang
telah memberikan semangat tiada henti kepada penulis, yaitu Bapak Andik
Siswiyono, SH dan Ibu Subaida. Penulis juga berterima kasih kepada kakak
YuwisdaMayasari Rias Andik, S.Pd. Penulis juga berterima kasih kepada teman
teman seperjuangan penelitian Halisa Rohayu, Sri wahyuni, Dyah Purnamasari
dan Sri Sulastri atas kerjasama selama penelitian. Penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada teman teman IKK 46, terutama Siti Holilah, Nanda Lusita,
dan Tri Rahmawati. Penulis juga berterima kasih kepada sahabat tercinta Ika,
Resty, Sandra, Imas, Yovita, Novi, dan Yuli. Terakhir penulis juga berterima
kasih kepada Adhitya Rahmana yang senantiasa memberikan dukungan dan
motivasi serta pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam proses penelitian.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan.
Bogor, April 2014
Silvia Dewi Sagita Andik
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
4
METODE
6
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
6
Teknik Pengambilan Contoh
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
7
Pengolahan dan Analisis Data
8
Definisi Operasional
9
HASIL
11
Karakteristik Contoh Dan Keluarga
11
Nilai
11
Kepribadian
13
Alokasi Pengeluaran
15
Hubungan KarakteristikContoh dengan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non
Pangan
17
Hubungan Nilai dengan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non-Pangan
21
Hubungan Kepribadian dengan Proporsi Pengeluaran
17
PEMBAHASAN
24
SIMPULAN DAN SARAN
28
Simpulan
28
Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
31
RIWAYAT HIDUP
37
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Variabel, Skala, dan Jenis Data
Sebaran karakteristik contoh dan keluarga
Sebaran contoh berdasarkan nilai dan riwayat pekerjaan
Sebaran contoh berdasarkan kepribadian extraversion dan riwayat
pekerjaan
Sebaran contoh berdasarkan kepribadian agreeableness dan riwayat
pekerjaan
Sebaran contoh berdasarkan kepribadian neuroticism dan riwayat
pekerjaan
Sebaran contoh berdasarkan kepribadian openess of experience dan
riwayat pekerjaan
Sebaran contoh berdasarkan kepribadian conscientiousness dan riwayat
pekerjaan
Rataan komponen alokasi pengeluaran per kapita keluarga berdasarkan
riwayat pekerjaan
Koefisien korelasi antarvariabel karakteristik contoh, keluarga, dan
proporsi alokasi pengeluaran
Koefisien korelasi antara nilai (LOV) dengan persentase alokasi
pengeluaran
Rataan pengeluaran pangan keluarga pada setiap aspek nilai
Rataan pengeluaran non pangan keluarga pada setiap aspek nilai
Koefisien korelasi antara 5 dimensi kepribadian dengan proporsi alokasi
Rataan pengeluaran pangan keluarga pada setiap dimensi kepribadian
Rataan pengeluaran non pangan pada setiap dimensi kepribadian
8
11
12
13
14
14
15
15
17
17
20
21
21
22
21
24
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Penelitian
2 Skema Penarikan Contoh
5
7
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sebaran rataan alokasi pengeluaran per kapita keluarga PNS dan nonPNS pada setiap aspek nilai
2 Sebaran rataan alokasi pengeluaran per kapita keluarga PNS dan nonPNS pada setiap dimensi kepribadian
3 Hasil uji korelasi antara nilai dengan persentase alokasi pangan dan non
pangan
4 Hasil uji korelasi kepribadian dengan persentase alokasi pangan dan
non pangan
5 Rata-rata proporsi pengeluaran pangan dan non pangan menurut aspek
nilai
6 Rata-rata proporsi pengeluaran pangan dan non pangan menurut
dimensi kepribadian
31
32
33
34
35
36
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penurunan kesehatan dan keterbatasan fisik merupakan dua hal yang
dialami seiring dengan bertambahnya usia. Susenas (2012) menyatakan bahwa
lebih dari separuh lansia (52.1%) mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan
terakhir. Hal ini dapat memberikan gambaran tentang tingkat kesehatan lansia di
Indonesia. Secara umum derajat kesehatan penduduk lansia di Indonesia masih
rendah. Keluhan kesehatan ini terkadang mengakibatkan terganggunya aktivitas
sehari-hari. Hal tersebut membuat seseorang mengalami penurunan produktivitas
terutama dalam kontribusi ekonomi terhadap keluarganya.
Teori perkembangan menyatakan bahwa sistem keluarga akan menghadapi
proses perubahan (perkembangan) yang meliputi perubahan pola interaksi dan
hubungan antar anggota keluarga di sepanjang waktu (Duvall 1971). Keluarga
usia pensiun mengalami penurunan produktivitas seperti yang dikatakan oleh
Neugarten (1964) bahwa individu dari rentang umur 40-60 tahun lebih pasif dan
lebih menyukai berinteraksi dengan lingkungan. Tahapan keluarga usia pensiun
memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda dengan tahapan keluarga yang bekerja
sehingga keluarga usia pensiun harus dapat mengelola alokasi sumberdaya dengan
baik. Senduk (2001) juga menyatakan bahwa mengatur keuangan tidak berarti
harus hemat tetapi yang paling penting adalah mengetahui jumlah yang pantas
untuk setiap pos pengeluaran dan berusaha memenuhi jumlah tersebut. Sebuah
keluarga harus menyelaraskan antara pos pendapatan dan pos pengeluarannya
yaitu membedakan apa yang menjadi kebutuhan dan apa yang menjadi keinginan.
Mc Kenna et. al (2003) menyatakan bahwa dalam pengelolaan sumberdaya
keluarga, faktor psikologis dan nilai yang dianut sering menjadi dasar pijakan
pengambilan keputusan.
Nilai dan kepribadian pada usia pensiun mempengaruhi keputusan alokasi
pengeluaran keluarga. Pengelolaan keuangan keluarga usia pensiun merupakan
hal yang sangat penting guna membantu kehidupan keluarga dalam menyesuaikan
pos pendapatan saat ini dengan pos pengeluaran. Hal tersebut dianggap penting
karena pada keluarga usia pensiun akan berbeda pengelolaan alokasi pengeluaran
rumahtangga dengan masa waktu aktif bekerja. Studi tentang alokasi pengeluaran
pada orang amerika yang berusia diatas 50 tahun juga menunjukkan bahwa faktor
pendapatan, usia, dan asuransi perawatan jangka panjang memiliki dampak yang
signifikan terhadap alokasi pengeluaran keluarga (Banerjee 2012). Selain itu,
perbedaan pengeluaran pada keluarga tua tidak hanya dipengaruhi faktor
pendapatan, tetapi berdasarkan status pekerjaan (Moehrle 1990).
Sumberdaya keluarga meliputi alokasi waktu dan alokasi pengeluaran.
Alokasi pengeluaran terdiri dari pengeluaran pangan maupun non-pangan.
Pengeluaran untuk pangan yaitu pengeluaran untuk konsumsi bahan pangan
berupa padi-padian, ikan, daging, telur, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buahbuahan, minyak dan lemak, minuman, makanan serta minuman jadi. Pengeluaran
untuk non-pangan yaitu pengeluaran untuk konsumsi perumahan, bahan bakar,
penerangan, air, barang dan jasa, pakaian, dan barang tahan lama lainnya. Faktor
kondisi psikologis sangat berperan penting dalam pengambilan keputsan
2
keuangan, terutama pada kondisi pendapatan yang menurun sehingga individu
harus dapat membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
Salah satu persoalan yang muncul seperti penelitian di Jakarta menunjukkan
para eksekutif muda yang bergaji di atas Rp 15 juta per bulan terancam miskin di
masa depannya karena faktor karakter kepribadian yang tidak terencana yaitu
karakter berupa gaya hidup yang boros (Saktiawan 2008). Hal ini menunjukkan
bahwa besarnya pendapatan tidak dapat menentukan kesejahteraan individu.
Faktor perilaku individu tersebut ysang memengaruhi pengelolaan keuangannya.
Faktor psikologis individu dalam pengelolaan keuangannya menyangkut
bagaimana perilaku individu menggunakan pendapatannya dalam mengalokasikan
pos pengeluarannya, perilaku tersebut dapat tercermin dari gaya hidupnya. Faktor
gaya hidup juga mengakibatkan orang untuk terdorong membeli barang
berdasarkan keinginan bukan kebutuhan, gengsi, dan harga diri.
Kepribadian didefinisikan sebagai perbedaan karakteristik yang paling
dalam pada diri manusia yang memiliki ciri-ciri unik dan memengaruhi perilaku
individu. Keunikan inilah yang menjadikan kepribadian sebagai salah satu
variabel pembeda antara individu yang satu dengan yang lainnya dalam
berperilaku. Berdasarkan teori McCrae Costa dalam Feist (2008) menggunakan
lima indikator dalam membahas kepribadian, yaitu extraversion, agreeableness,
neuroticism, openess dan conscientiousness.
Hasil penelitian Borghans et al.(2008) menyatakan bahwa personality traits
seperti dimensi conscientiousness akan meningkat dari usia anak-anak hingga
dewasa tua. Penelitian yang dilakukan oleh Duckworth dan Weir (2011) juga
menyatakan bahwa dimensi kepribadian conscientiousness dan openess
berhubungan dengan pengeluaran ekonomi dimana pada individu yang berada di
dimensi kepribadian conscientiousness cenderung sedikit mengeluarkan uangnya
dibanding individu yang berada pada dimensi kepribadian openness. Selain itu,
hasil penelitian Brown & Taylor (2011) menunjukkan bahwa ciri kepribadian
extraversion memiliki hubungan negatif pada kepemilikan aset keuangan serta
memiliki hubungan positif pada peluang hutang. Dimensi agreeableness
menyatakan bahwa tipe kepribadian ini cenderung melakukan transaksi keuangan
didasarkan keinginan hati (Ika 2011). Ware (2001) juga mengatakan semua tipe
kepribadian bisa menjadi dasar pijakan pengelolaan keuangan yang baik asal
mereka harus memahami kekuatan dan kelemahan mereka sendiri. Hal ini
merupakan pengetahuan diri yang mengarah pada penguasaan diri.
Perumusan Masalah
Masalah psikologis kaitannya dengan kepribadian individu. Usia pensiun
cenderung lebih mengalami depresi. Ada berbagai macam nilai yang berubah
setelah memasuki tahapan usia pensiun. Nilai serta kepribadian usia pensiun akan
mempengaruhi individu dalam berperilaku terutama dalam mengalokasikan
sumberdaya keluarga.
Tingkat penurunan pendapatan akan memengaruhi alokasi sumberdaya
keluarga terutama dalam mengalokasikan pengeluaran rumah tangga. Manusia
selalu berusaha memaksimalkan kepuasan (Becker 1976). Becker (1981) dan
Foster (1993) menyatakan adanya keterbatasan sumberdaya membuat individu
cenderung mengatur komposisi pemenuhan kebutuhannya dalam arti mengurangi
3
barang kebutuhan yang satu dengan menambahnya yang lain. Misalnya individu
mengurangi konsumsi pakaian dan menambah konsumsi daging. Keluarga dengan
usia pensiun akan mengalami adaptasi kembali dengan keadaan perekonomian
keluarga. Individu harus menyeimbangkan aset pendapatan yang dimiliki dengan
pengeluaran yang terus dilakukan selama masa hidupnya di usia pensiun.
Keluarga usia pensiun harus dapat mengelola keuangannya dengan baik
karena pada masa pensiun terjadi penurunan pendapatan. Pendapatan di usia
pensiun harus disesuaikan dengan kebutuhan sekarang. Faktor psikologis menjadi
faktor penentu seseorang dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan penjabaran
di atas, maka akan diangkat beberapa permasalahan dalam penelitian ini.
Permasalahan yang akan diangkat adalah :
1. Bagaimana nilai dan kepribadian yang dianut contoh?
2. Bagaimana alokasi pengeluaran keluarga usia pensiun PNS dan non-PNS?
3. Bagaimana hubungan karakteristik contoh, karakteristik keluarga dengan
nilai, kepribadian, dan alokasi pengeluaran keluarga usia pensiun PNS dan
non-PNS?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Menganalisis hubungan nilai, kepribadian, dan alokasi pengeluaran keluarga
usia pension
Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi nilai dan kepribadian yang dianut contoh
2. Mengidentifikasi alokasi pengeluaran keluarga usiapensiun PNS dan nonPNS
3. Menganalisis hubungan karakteristik contoh, karakteristik keluarga, nilai,
kepribadian contoh, dan alokasi pengeluaran keluarga usia pensiun PNS dan
non-PNS.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara luas untuk kepentingan
umum, diantaranya:
1. Peneliti yang ingin mengkaji tentang hubungan nilai dan kepribadian usia
pensiun dengan alokasi pengeluaran keluarga usia pensiun
2. Bagi masyarakat, sebagai sumber informasi yang memberikan gambaran
tentang keluarga usia pensiun terutama pada nilai yang dianut serta
kepribadian individu usia pensiun dalam alokasi pengeluaran rumahtangga
sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk dapat mengalokasikan
sumberdaya keluarga dengan baik.
3. Bagi institusi, penelitian yang dilakukan dapat memberikan informasi
tentang alokasi pengeluaran pada keluarga usia pensiun sehingga dapat
menjadi referensi penelitian berikutnya.
4
4.
Bagi pemerintah, sebagai informasi dan gambaran tentang keluarga usia
pensiun sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam kebijakan program
pada usia pensiunan.
KERANGKA PEMIKIRAN
Masa usia pensiun adalah masa yang mencemaskan bagi sebuah keluarga.
Usia pensiun adalah tahapan dimana terjadi penurunan individu secara fisik serta
dari segi ekonomi. Seiring menurunnya pendapatan maka keluarga usia pensiun
harus dapat mengelola alokasi sumberdaya yang dimilikinya dengan baik agar
kesejahteraan keluarga dapat tetap stabil. Alokasi sumberdaya terbagi menjadi
alokasi aset pendapatan dan alokasi keuangan. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS),
pengeluaran rumah tangga meliputi pengeluaran pangan maupun non pangan.
Pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan berkaitan erat dengan tingkat
pendapatan masyarakat. Pola konsumsi keluarga merupakan salah satu indikator
kesejahteraan. Keluarga dengan proporsi pengeluaran lebih besar untuk konsumsi
pangan mengindikasikan keluarga tersebut berpendapatan rendah.
Keluarga usia pensiun harus menyeimbangkan pendapatan sekarang
dengan pos-pos pengeluaran kebutuhan rumah tangga. Dalam mengalokasikan
sumberdaya yang dimiliki, faktor psikologis dan nilai yang dianut juga menjadi
dasar individu berperilaku terutama dalam keputusan pembelian. Tahapan
individu yang memasuki usia pensiun tentunya terdapat perbedaan nilai-nilai yang
dianut di masa sekarang dengan nilai-nilai yang dianut pada tahapan sebelumnya.
Dimensi yang digunakan untuk mengukur nilai yang dianut pada usia
pensiun adalah harga diri, pemenuhan diri, rasa aman, dan dihormati. Nilai-nilai
tersebut mendorong individu untuk merasa pantas dan layak mendapatkan yang
terbaik. Hal ini kaitannya dengan kemakmuran materi yang dijadikan landasan
penilaian atas segala sesuatu sehingga individu semakin banyak mengeluarkan
uang untuk kebutuhan non pangan dan menurunkan pengeluaran untuk pangan.
Selain nilai, kepribadian juga menjadi faktor penentu dalam pengambilan
keputusan alokasi pengeluaran keluarga. Kepribadian setiap individu pasti
berbeda. Definisi kepribadian adalah ciri yang ada pada diri manusia yang dapat
memengaruhi manusia berperilaku termasuk mengambil keputusan dalam
mengalokasikan uangnya. Salah satu studi tentang kepribadian terutama pada usia
dewasa tengah atau lansia ditemukan oleh McCrae et al.(1997). Mereka fokus
pada 5 faktor kepribadian yaitu extraversion, agreeableness, neurotiscism,
openness, dan conscientiousness. Lima faktor kepribadian dapat digunakan untuk
mengukur kepribadian contoh dalam mengalokasikan uang yang dimiliki di usia
pensiun.
Karakteristik contoh dan karakteristik keluarga berhubungan
denganalokasi pengeluaran contoh (usia, lama pendidikan, riwayat pekerjaan,
lama pernikahan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan per kapita keluarga).
Selanjutnya karakteristik akan memengaruhi proporsi pengeluaran pangan dan
non pangan keluarga usia pensiun.
5
Berdasarkan gambaran tersebut maka dapat diketahui gambaran hubungan
setiap komponen terhadap alokasi pengeluaran pada keluarga usia pensiun.
Kerangka pemikiran dapat disajikan pada Gambar 1.
Input
Karakteristik Individu dan
Keluarga
Usia
Lama pendidikan
Riwayat pekerjaan
Lama pernikahan
Jumlah Tanggungan
Keluarga
Pendapatan per kapita
keluarga
Proses
Nilai (LOV)
Rasa Aman
Harga Diri
Dihormati
Pemenuhan Diri
Kepribadian
5 faktor kepribadian (McCrae
and Costa)
Extraversion
Agreeableness
Neurotiscism
Openess
Conscientiousness
Pengelolaan Sumberdaya
Sekarang
Alokasi Waktu
Alokasi Pengeluaran
-
-
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Pangan
Makanan pokok
Sumber protein hewani
Kacang-kacangan
Sayuran
Buah-buahan
Bumbu dapur
Non Pangan
Kesehatan
Pakaian
Alas kaki
Bahan bakar
Lainnya
6
METODE
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study, yaitu
pengukuran variabel-variabel penelitian pada satu waktu bersamaan dengan objek
yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode survei dan wawancara.
Penelitian dilakukan di empat perumahan, yaitu perumahan Bantarjati dan
perumahan Indraprasta, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor dan perumahan
Taman Pagelaran dan perumahan Ciomas Permai, Kecamatan Ciomas, Kabupaten
Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan
bahwa perumahan tersebut merupakan perumahan lama sehingga diharapkan
terdapat banyak keluarga usia pensiun yang memiliki latar belakang pekerjaan
sebelum pensiun yang beragam sesuai dengan kriteria penelitian. Pengumpulan
data primer dilakukan selama dua bulan yaitu bulan April hingga Mei 2013.
Teknik Pengambilan Contoh
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian “payung” dengan tema
“Manajemen Sumberdaya Keluarga Usia Pensiun”. Penelitian payung tersebut
ingin mengungkap bagaimana perilaku manajemen sumberdaya keluarga yang
terkait dengan peran gender dalam mengambil keputusan, alokasi waktu dan
pengeluaran, strategi nafkah dan dukungan sosial, dan perencanaan keuangan hari
tua pada masa lalu, yang kemudian akan dibedakan berdasarkan tempattinggal
(kota dan kabupaten) dan riwayat pekerjaan (PNS dan non-PNS). Dalam
penelitian ini hanya terfokus pada nilai dan kepribadian berdasarkan riwayat
pekerjaan (PNS dan non-PNS) yang akan dilihat hubungannya dengan alokasi
pengeluaran keluarga usia pensiun.
Populasi penelitian ini adalah keluarga yang telah memasuki usia pensiun
(≥56 tahun) yang tinggal di wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogoryaitu di
empat perumahan yang telah ditentukan. Perumahan–perumahan yang dipilih
merupakan perumahan yang sudah lama ada dan diduga terdapat banyak
penduduk lanjut usia.
Contoh dalam penelitian ini adalah 160 orang suami atau istri yang telah
memasuki usia pensiun (≥56 tahun), memiliki riwayat pekerjaan sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan non-PNS (pegawai swasta, wirasasta, dan pegawai
BUMN), dan sudah mengalami pensiun. Contoh penelitian berjumlah 160 orang
yang terdiri dari 80 orang usia pensiun PNS dan 80 orang usia pensiun non-PNS.
Jumlah dipilih karena memenuhi kriteria statistik n=30. Teknik penarikan contoh
dilakukan secara purposive sampling. Setelah proses cleanning, contoh yang dapat
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 154 (77 orang usia pensiun PNS dan 77
orang usia pensiun non-PNS).Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar
2.
7
Provinsi Jawa Barat
Kota Bogor
Kec. Bogor Utara
Perumahan
Bantarjati
n= 40 keluarga
PNS
n= 20
Non-PNS
n= 20
purposive
Kabupaten Bogor
Kec. Ciomas
Perumahan
Indraprasta
n= 40 keluarga
PNS
n= 20
Non-PNS
n= 20
Perumahan
Taman Pagelaran
n= 40 keluarga
PNS
n= 20
Non-PNS
n= 20
purposive
Perumahan
Ciomas Permai
n= 40 keluarga
PNS
n= 20
Non-PNS
n= 20
purposive
purposive
purposive
Gambar 2 Skema Penarikan Contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang kemudian diuji validitas dan
reliabilitasnya. Data primer diperoleh langsung dengan melakukan wawancara
kepada suami atau istri yang berusia diatas atau sama dengan 56 tahun dan telah
pensiun dari pekerjaan utamanya. Data primer yang diperoleh dengan bantuan
kuesioner meliputi karakteristik contoh, karakteristik keluarga, nilai, kepribadian,
dan alokasi pengeluaran keluarga. Data sekunder yang diperoleh adalah data
monografi dari Kelurahan Bantarjatidi Kota Bogor dan Kelurahan Ciomas di
Kabupaten Bogor. Datayang diambil dari kelurahan tersebut adalah data jumlah
keluarga yang termasuk usia pensiun.
Kuesioner berisi tentang karakteristik contoh dan karakteristik keluarga
yang terdiri dari usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,dan lama
pernikahan. Selain itu, kuesioner juga berisi tentang nilai, kepribadian dan alokasi
pengeluaran. Variabel nilai LOV diukur dengan menggunakan 10 pertanyaan
yang terdiri dari segmen harga diri,pemenuhan diri,dihormati, dan rasa aman
dengan cronbach alpha 0.728
Variabel kepribadian diukur dengan menggunakan The Big Five
Factors.Model yang dikembangkan oleh Costa dan McCrae terdiri dari lima
dimensi yang biasa dikenal dengan nama pattern NEOCA, yaitu neuroticism,
extravertion, openness of experience, conscientiousness, dan agreeabless. Lima
dimensi kepribadian diukur dengan enam pertanyaan tiap dimensi(cronbach alpha
0.803) dan menggunakan skala likertdari 1-5 dengan pemberian skor pada tiap
dimensi kepribadian. Pengkategorian variabel nilai dan kepribadian menggunakan
tiga kelompok.Alokasi pengeluaran meliputi pangan dannon-pangan yang diacu
8
dan dimodifikasi dari Saraswati (2012). Alokasi pengeluaran pangan meliputi
makanan pokok, sumber protein hewani, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan,
dan lainnya. Alokasi non pangan meliputi kesehatan pakaian, alas kaki, bahan
bakar, dan lainnya (rokok,transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan,
pajak, kredit, pulsa HP/telpon, koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak).
Tabel 1 Variabel, Skala, dan Jenis Data
Variabel
Skala data
Karateristik individu dan keluarga
Jenis kelamin
Nominal
Usia
Lama pendidikan
Jumlah Tanggungan Keluarga
Riwayat pekerjaan
Rasio
Rasio
Rasio
Nominal
Lama pernikahan
Pendapatan
Nilai
Rasa Aman
Harga Diri
Dihormati
Pemenuhan Diri
Kepribadian
Extraversion
Agreeableness
Neurotiscism
Openess
Consticiousness
Alokasi Pengeluaran Keluarga
Pangan
- Makanan pokok
- Protein hewani
- Kacang-kacangan
- Sayuran
- Buah-buahan
- Bumbu dapur
Non Pangan
- Kesehatan/keindahan
- Pakaian
- Alas kaki
- Bahan bakar
- Lainnya
Rasio
Rasio
Ordinal
Keterangan
[1] Laki-laki
[2] Perempuan
Tahun
Tahun
Orang
[1] Pegawai Negeri
[2] Non-PNS
(Wiraswasta,pegawai BUMN)
Tahun
Rupiah
Skor
[1] Rendah (80%)
Ordinal
Skor
[1] Rendah (80%)
Rasio
Rupiah
Rasio
Rupiah
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang akan diperoleh selanjutnya akan diolah melalui proses editing,
coding, scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Data dianalisis secara
statistik deskriptif dan inferensia. Analisis statistik inferensia dilakukan dengan
menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical package for Social Science
(SPSS). Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan
inferensia. Analisis deskriptif meliputi, rata-rata, standar deviasi, nilai minimum,
9
dan nilai maksimum. Alokasi pengeluaran keluarga dihitung dengan
menjumlahkan pengeluaran pada alokasi pengeluaran untuk pengeluaran pangan
dan non pangan.
Nilai dan kepribadian yang dianut oleh contoh dihitung dengan cara
melakukan penghitungan sub total per dimensi. Kemudian dilakukan transformasi
nilai komposit pada masing-masing segmen nilai dan dimensi kepribadian dalam
bentuk skala 0-100 dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Y=
(Skor yang dicapai −Skor terendah )
(Skor tertinggi −skor terendah )
x 100
kemudian nilai komposit dikategorikan menggunakan kategori tiga
kelompok, yaitu :
1. Tinggi bila skor >80%
2. Sedang bila skor 60%-80%
3. Rendah bila skor 0.05).
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan kepribadian neuroticism dan riwayat
pekerjaan
Skor Neuroticism
Rendah (80%)
Total
Rataan±SD
p-value
PNS
n
%
74
96.10
3
3.90
0
0
77
100
21.86±16.82
Non-PNS
%
76
98.70
1
1.30
0
0
77
100
24.72±14.82
0.299
n
Total
N
%
150
97.40
4
2.60
0
0
154
100
23.30±15.87
Openness of experience. Skor tinggi pada openness of experience dicirikan
dengan individu yang menyukai hal baru dan mencari kesenangan. Seseorang
dengan tingkat openness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang mudah
bertoleransi sehingga memungkinkan seseorang menggunakan uangnya
berdasarkan keinginan dan kesenangannya bukan kebutuhannya. Tabel 7
menunjukkan sebaran dimensi openess of experience pada PNS dan non-PNS.
Hanya 20.78 persen pensiunan PNS dan 22.08 persen pensiunan non-PNS berada
pada dimensi openess of experience kategori rendah artinya sebagian kecil contoh
memiliki kepatuhan terhadap perencanaan anggaran pengeluaran. Berdasarkan uji
t-test, tidak terdapat perbedaan yang nyata pada variabel kepribadian opennes of
experience antara PNS dan non-PNS (p>0.05).
15
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kepribadian openess of experience dan
riwayat pekerjaan
PNS
Skor Openess of experience
n
16
41
20
77
Rendah (80%)
Total
rataan±SD
p-value
Non-PNS
n
%
17
22.08
38
49.35
22
28.57
77
100
72.67±16.25
0.878
%
20.78
53.25
25.97
100
72.40±15.92
Total
N
%
33
21.43
79
51.30
42
27.27
154
100
72.53±16.03
Conscientiousness. Skor tinggi pada conscientiousness dicirikan dengan
individu yang tertib/teratur, penuh pengendalian diri. Tipe ini selalu melakukan
suatu perbandingan terhadap harga sebuah produk sebelum diputuskan untuk
membeli, juga selalu membuat sebuah catatan keuangan pribadi secara terinci.
Kebutuhan (need) akan berperan lebih besar dari pada keinginan (want) pada saat
kegiatan belanja dilakukan. Transaksi pembayaran pun akanlebih terkontrol
dengan baik karena disesuaikan dengan anggaran belanja yang telah dibuat
sebelumnya. Tabel 8 menunjukkan sebaran dimensi conscientiousness pada PNS
dan non-PNS. Hanya 6.50 persen PNS dan 10.39 persen non-PNS berada pada
kategori rendah. Artinya sebagian kecil contoh yang memiliki perilaku yang tidak
cermat dalam penggunaan anggaran keuangannya. Berdasarkan uji t-test, tidak
terdapat perbedaan yang nyata pada variabel kepribadian conscientiousness antara
PNS dan non-PNS (p>0.05).
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kepribadian conscientiousness dan riwayat
pekerjaan
Skor Conscientiousness
Rendah (80%)
Total
Rataan±SD
p-value
PNS
n
%
5
6.50
28
36.36
44
57.14
77
100
81.70±16.06
n
Non-PNS
%
8
10.39
33
42.86
36
46.75
77
100
79.97±14.37
0.618
Total
N
%
13
8.44
61
39.61
80
51.95
154
100
80.84±15.21
Alokasi Pengeluaran
Tabel 9 menunjukkan rataan alokasi pengeluaran keluarga antara pensiunan
PNS dan non-PNS. Alokasi pengeluaran pangan meliputi makanan pokok, sumber
protein hewani, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan, dan lainnya. Sedangkan
alokasi non pangan meliputi kesehatan pakaian, alas kaki, bahan bakar dan
lainnya (rokok,transport, sewa rumah, PAM, rekreasi, sumbangan, pajak, kredit,
pulsa HP/telpon,koran, pembantu, tabungan, dan pendidikan anak).
Berdasarkan Tabel 9, rataan alokasi pengeluaran pangan antara pensiunan
PNS dan pensiunan Non-PNS tidak berbeda jauh. Secara keseluruhan proporsi
pengeluaran pangan contoh sebesar 31.61 persen dan proporsi pengeluaran nonpangan sebesar 68.39 persen. Proporsi pengeluaran pangan contoh sebesar 31.61
persen lebih kecil dibanding proporsi pengeluaran pangan nasional yaitu sebesar
50.66 persen sedangkan proporsi pengeluaran non-pangan sebesar 68.39 persen
16
lebih besar dibanding proporsi pengeluaran non-pangan nasional yaitu sebesar
49.34 persen (BPS 2013). Pengeluaran pangan contoh lebih kecil dibanding
pengeluaran pangan nasional disebabkan oleh karakteristik contoh. Beradasarkan
sebaran usia contoh, sebagian besar tergolong pada dewasa madya dan dewasa tua
sehingga kebutuhan untuk pangan cenderung sedikit.
Pensiunan PNS mengalokasikan pengeluaran pangan (28.71%) lebih kecil
dibanding pensiunan non-PNS (34.50%). Hal ini diduga karena pendapatan
pensiunan PNS lebih besar dibanding pendapatan pensiunan non-PNS. Kenaikan
pendapatan akan mengurangi proporsi pengeluaran terhadap pangan. Proporsi
pengeluaran pangan terbesar pada pensiunan PNS adalah pengeluaran untuk
sumber protein hewani (10.49%), sedangkan proporsi pengeluaran pangan terkecil
pada pensiunan PNS adalah pengeluaran untuk buah-buahan (1.96%). Proporsi
pengeluaran pangan terbesar pensiunan non-PNS juga berada pada pengeluaran
sumber protein hewani (12.35%), sedangkan proporsi pengeluaran pangan terkecil
juga berada pada pengeluaran buah-buahan (2.17%). Pada proporsi pengeluaran
sumber proetin PNS lebih kecil dibandingkan proporsi pengeluaran hewani nonPNS. Sedangkan pendapatan pensiunan PNS lebih besar dibanding pensiunan
non-PNS. Pada proporsi pengeluaran kebutuhn pokok, proporsi pengeluaran
pensiunan non-PNS lebih besar dibanding dengan proporsi pengeluaran pensiunan
PNS. Hal ini diduga tingkt pendapatan pensiunan non-PNS lebih rendah
dibanding pendapatan pensiunan PNS.
Proporsi pengeluaran non pangan terbesar pada pensiunan PNS adalah
pengeluaran untuk lainnya yang meliputi rokok, transport, sewa rumah, PAM,
rekreasi, sumbangan, pajak, kredit, pulsa HP/telpon, koran, pembantu, tabungan,
dan pendidikan anak (55.29%) sedangkan proporsi pengeluaran non pangan
terkecil pada pensiunan PNS adalah pengeluaran untuk alas kaki (0.51%).
Proporsi pengeluaran non pangan terbesar pensiunan non-PNS juga berada pada
pengeluaran lainnya (43.51%), sedangkan proporsi pengeluaran non pangan
terkecil juga berada pada pengeluaran alas kaki (0.65%). Berdasarkan uji t-Test
tidak terdapat perbedaan yang nyata antara alokasi pengeluaran pangan pensiunan
PNS dan pensiunan non-PNS (p>0.05). Tidak terdapat perbedaan nyata antara
alokasi pengeluaran non pangan pensiunan PNS dan pensiunan non-PNS
(p>0.05).
17
Tabel 9 Rataan komponen alokasi pengeluaran per kapita keluarga berdasarkan
riwayat pekerjaan
Alokasi Pengeluaran
Per kapita keluarga
PNS(n=77)
Rata-rata
%
(Rp/bulan)
Pangan
Makanan pokok
Sumberprotein hewani
Kacang-kacangan
Sayuran
Buah-buahan
Lainnya
Rataan Total Pangan
p-value
Non-pangan
Kesehatan/keindahan
Pakaian
Alas Kaki
Bahan Bakar
Lainnya
Rataantotal
nonpangan
p-value
Rataan total
Non-PNS(n=77)
Rata-rata
%
(Rp/bulan)
81628.79
185474.89
5.47
10.49
56681.82
58435.06
35024.89
67172.08
484417.53
3.54
3.31
1.96
3.94
28.71
122497.84
14494.59
8856.28
134839.83
1094176.41
6.89
0.78
0.51
7.81
55.29
1374864.94
71.29
80738.96
159181.17
6.99
12.35
81183.87
172328.03
6.23
11.42
43477.27
4.01
50079.55
45468.61
3.89
51951.84
30140.69
2.17
32582.79
65500.00
5.11
66336.04
424506.71
34.50
454462.12
0.131
3.77
3.60
2.07
4.52
31.61
120000.43
15470.78
9160.39
177983.01
822994.63
1145609.24
9.05
1.11
0.65
11.19
43.51
65.50
0.267
100 1570115.95
1859282.47
Total (N=154)
Rata-rata
%
(Rp/bulan)
121249.13
14982.68
9008.33
156411.42
958585.52
1260237.09
7.97
0.95
0.58
9.50
49.40
68.39
100 1714699.21
100
Hubungan Karakteristik dengan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non
Pangan
Tabel 10 Koefisien korelasi antarvariabel karakteristik contoh, keluarga, dan
proporsi alokasi pengeluaran
Variabel
1
Jumlah tanggungan keluarga
1
Lama pendidikan
.092
2
-.279
-.312
**
Lama pernikahan
-.325
**
Proporsi makanan pokok
Proporsi protein hewani
Pendapatan per kapita
4
5
1
**
Usia
3
-.085
.294
1
**
-.034
-.096
.599
-.073
-.408**
-.155
-.153
**
1
**
.055
1
.312**
-.504**
.173*
.151
-.312**
.114
**
.130
*
.195
*
Proporsi kacang-kacangan
-.212
Proporsi sayuran
-.153
-.175*
.101
-.355**
.042
Proporsi buah – buahan
-.046
-.023
-.031
-.142
.037
-.161
Proporsi bumbu dapur
-.069
-.198
Proporsi kesehatan/keindahan
-.026
.002
*
-.389
**
-.172*
.023
-.312
.076
-.162*
.025
-.114
-.222**
*
Proporsi pakaian
.129
-.079
-.190
Proporsi alas kaki
.047
-.076
-.207**
-.130
-.208**
Proporsi bahan bakar
-.030
.092
.117
-.103
.101
Proporsi lainnya
.153
.208**
-.220**
.502**
-.105
18
Keterangan:
1 = Jumlah anggota keluarga
4 = pendapatan per kapita
2 = lama pendidikan
5 = lama pernikahan
3 = usia
Tabel 10 menunjukkan hasil uji korelasi Pearson, jumlah tanggungan
keluarga memiliki hubungan negatif sangat signifikan dengan usia (r=0.279, pvalue