Gaya Hidup, Motivasi, dan Alokasi Waktu Keluarga Usia Pensiun

GAYA HIDUP, MOTIVASI, DAN ALOKASI WAKTU
KELUARGA USIA PENSIUN

HALISA ROHAYU

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Gaya Hidup,
Motivasi, dan Alokasi Waktu Keluarga Usia Pensiun adalah benar karya
saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014
Halisa Rohayu
NIM I24090023

ABSTRAK
HALISA ROHAYU. Gaya Hidup, Motivasi, dan Alokasi Waktu Keluarga
Usia Pensiun. Dibimbing oleh HARTOYO.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup dan
motivasi terhadap alokasi waktu keluarga usia pensiun. Contoh dalam
penelitian ini adalah individu yang berusia 55 tahun keatas yang diambil
secara purposive sampling yang dilaksanakan di Kota Bogor dan Kabupaten
Bogor. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan
kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan
karakteristik contoh yang tinggal di daerah kota maupun daerah kabupaten.
Lebih dari setengah pensiunan memiliki skor motivasi pada kategori
menengah (95.5%). Contoh dikelompokkan menjadi tiga kategori gaya
hidup, yaitu gaya hidup orientasi sosial (40.9%), orientasi ekonomi (48.1%),

dan orientasi pribadi (40.9%). Rata-rata waktu digunakan yang untuk
bekerja adalah 1.8 jam/hari, untuk kegiatan domestik 3.2 jam/hari, dan
kegiatan pribadi 19.0 jam/hari. Temuan lain mengindikasikan bahwa
pekerjaan, tempat tinggal, jumlah tanggungan keluarga, usia, pendapatan,
gaya hidup orientasi ekonomi, dan motivasi contoh memengaruhi pola
alokasi waktu .
Kata kunci : alokasi waktu, k-mean cluster, orientasi gaya hidup, usia
pensiun

ABSTRACT
HALISA ROHAYU. Lifestyle, Motivation, and Time Allocation of
Retirement Family. Supervised by HARTOYO.
The research is intended to analyze the influence of lifestyle and
motivation on time allocation of retired age individuals. The samples in this
study were 154 individuals aged 55 years and above who were selected
purposively in Kota Bogor (urban area) and Kabupaten Bogor (rural area).
Data were collected by interviews using questionnaires. The results showed
that there is no difference sample characteristics between those who lives in
urban and rural areas. More than half of retirees tend to have motivation at
medium level (95.5%). The samples are categorized into three group of

lifestyle, i. e., socially oriented (40.9%), economically oriented (48.1%), and
personal oriented (11.0%). The average time spent to income generated
activities is 1.8 hours/day, to household work is 3.2 hours/day, and to
personal activities is 19.0 hours/day. Another finding indicates thas
variables of occupation, residence, number of family dependents, age,
income, economy-oriented lifestyle, and motivation have influenced the
time allocation pattern.
Keywords : k-mean cluster, lifestyle orientation, retiree age, time allocation

GAYA HIDUP, MOTIVASI, DAN ALOKASI WAKTU
KELUARGA USIA PENSIUN

HALISA ROHAYU

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen


DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Gaya Hidup, Motivasi, dan Alokasi Waktu Keluarga Usia
Pensiun
Nama
: Halisa Rohayu
NIM
: I24090023

Disetujui oleh

Dr. Ir. Hartoyo, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh


Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, MSc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Gaya Hidup, Motivasi, dan Alokasi Waktu Keluarga Usia
Pensiun”. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi, Ibu Irni
Rahmayani Johan, SP, MM selaku dosen pembimbing akademik dan
seluruh dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada orang tua tercinta Bapak M.A. Kobri, Ibu
Hartini dan adik- adik atas dukungan, semangat, kasih sayang dan bantuan
doa terbaik untuk terus berusaha menyelesaikan penelitian. Selanjutnya
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman IKK 46,
terutama sahabat tercinta Woro, Ayu, dan Tiwi atas kesetiaannya selama ini
dan memberikan semangat. Tidak lupa terima kasih kepada teman
seperjuangan penelitian, Dyah Purnamasari, Sri Wahyuni M, Silvia Dewi S.

A, dan Sri Sulastri atas waktu, kebersamaan, dan motivasinya, serta kepada
seluruh pihak yang telah membantu. Semoga Allah SWT membalas
semuanya dengan kebaikan.
Demikian ucapan terima kasih ini dipersembahkan dari hati yang
paling dalam. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak orang.

Bogor, Februari 2014

Halisa Rohayu

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN


1
3
4
4
5

METODE PENELITIAN

6

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Teknik Pengambilan Contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Definisi Operasional
HASIL

6
6

7
8
10
11

Karakteristik Contoh dan Keluarga
Gaya Hidup
Motivasi
Alokasi Waktu
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alokasi Waktu Contoh
PEMBAHASAN

11
12
14
15
17
19

SIMPULAN DAN SARAN


24

Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

24
24
25

LAMPIRAN

26

RIWAYAT HIDUP

30

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data
2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik dan tempat
tinggal contoh
3 Sebaran contoh berdasarkan kategori gaya hidup
4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik dan gaya hidup
contoh
5 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor motivasi dan
tempat
6 Persentase alokasi waktu kegiatan contoh berdasarkan
tempat tinggal contoh
7 Sebaran contoh berdasarkan alokasi waktu nafkah dan
tempat tinggal contoh
8 Sebaran contoh berdasarkan alokasi waktu domestik dan
tempat tinggal contoh
9 Sebaran contoh berdasarkan alokasi waktu pribadi dan
tempat tinggal contoh
10 Hasil uji regresi terhadap alokasi waktu contoh

8
11

12
13
15
15
16
16
17
17

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Skema penarikan contoh

6
7

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Bank Dunia (2011), Indonesia merupakan negara yang
berpenduduk terbesar ke empat di dunia. BKKBN (2013) menyatakan
bahwa penduduk Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan mencapai 250 juta
jiwa. Dengan kemajuan teknologi dan kesehatan, angka harapan hidup
penduduk Indonesia meningkat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 ini,
Kemenkes (2013) mengatakan bahwa umur rata-rata penduduk Indonesia
akan mencapai 72 tahun. Meningkatnya angka harapan hidup membuat
jumlah penduduk lanjut kian bertambah. Hasil Susenas yang dilakukan oleh
BPS menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara berstruktur tua, hal ini
dapat dilihat dari persentase penduduk lansia tahun 2008, 2009 dan 2012
telah mencapai di atas 7 persen dari keseluruhan penduduk. Struktur
penduduk yang menua tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan
pencapaian pembangunan manusia secara global dan nasional. Keadaan ini
berkaitan dengan adanya perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi sosial
masyarakat yang meningkat. Dengan demikian, peningkatan jumlah
penduduk lanjut usia menjadi salah satu indikator keberhasilan
pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan.
Hasil survei yang dilakukan SHARE menunjukkan bahwa sebesar
30 persen orang usia lanjut di Eropa masih bekerja. Di Indonesia sendiri
juga masih terdapat orang yang sudah berusia lanjut masih bekerja mencari
nafkah. Sakernas tahun 2011 menemukan bahwa sebesar 45.4 persen lansia
di Indonesia memiliki kegiatan utama bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa
walaupun sudah tua, mereka masih mampu bekerja secara produktif. Di sisi
lain, hal tersebut mengindikasikan bahwa kesejahteraan lansia masih rendah,
karena mereka masih harus bekerja mencari nafkah di usia yang sudah tidak
muda lagi.
Banyak perubahan yang terjadi ketika memasuki usia tua. Penurunan
kesehatan dan keterbatasan fisik merupakan dua hal yang dialami seiring
dengan bertambahnya usia. Hal tersebut membuat seseorang harus
memperhatikan setiap kegiatan yang dilakukannya agar sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki saat ini. Secara umum derajat kesehatan
penduduk lansia di Indonesia masih rendah. Hal itu dapat terlihat dari hasil
Susenas (2012) yang menyatakan bahwa lebih dari separuh lansia (52.1%)
mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir. Keluhan kesehatan
ini tidak selalu mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari, tetapi hal
ini dapat memberikan gambaran tentang tingkat kesehatan lansia.
Menjadi individu dan keluarga yang sejahtera merupakan salah satu
tujuan yang ingin dicapai setiap orang dalam kehidupan ini. Mengelola
sumberdaya yang dimiliki merupakan salah satu cara untuk mencapai
kesejahteraan tersebut. Waktu merupakan sumberdaya yang dimiliki setiap
orang dan bersifat terbatas. Pemanfaatan waktu ini perlu dikelola dengan
baik agar seluruh kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Dalam kehidupan sehari-hari tentunya terdapat berbagai jenis

2
kegiatan dan besarnya waktu yang perlukan untuk setiap kegiatan sangat
beragam, sehingga pengalokasian waktu untuk melakukan kegiatan menjadi
sangat penting. Pada dasarnya rumah tangga mengalokasikan waktunya
untuk tiga kategori kegiatan yaitu waktu untuk aktivitas pasar, baik untuk
usaha sendiri maupun diupah, waktu untuk aktivitas rumah tangga, dan
waktu untuk santai (Becker 1965). Bryant dan Zick (2006) juga mengatakan
bahwa waktu dialokasikan untuk tiga kegiatan, yaitu bekerja mencari nafkah,
melakukan pekerjaan rumah tangga, dan kegiatan santai. Pemilihan kegiatan
dalam memanfaatkan waktu dilakukan untuk mencapai kepuasan
maksimum individu dan rumah tangga. Seseorang akan menggunakan
waktunya untuk kegiatan yang diyakini dapat memberikan manfaat terbesar.
Sebagai contoh, seseorang yang sangat membutuhkan uang akan
meluangkan waktunya lebih banyak untuk bekerja karena dengan bekerja
dapat meningkatkan pendapatan. Peningkatan curahan waktu untuk mencari
nafkah tentunya akan ada pengorbanan berupa berkurangnya waktu untuk
kegiatan domestik dan kegiatan santai. Pada usia produktif, rata-rata orang
Asia/Pasifik menghabiskan waktu selama enam jam per hari untuk bekerja
(OECD 2011). Dengan kata lain sebesar 25 persen waktu dalam sehari
digunakan untuk bekerja. Di Indonesia sendiri, jumlah jam kerja pekerjanya
rata-rata adalah 8 jam sehari dan 5 hari dalam seminggu. Artinya pekerja di
Indonesia memiliki rata-rata minimum jam kerja 40 jam per minggu. Hal itu
diungkapkan dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang berjudul
Decent Work Indonesia. Memasuki usia tua, besarnya curahan waktu untuk
bekerja mencari nafkah akan mengalami penurunan akibat mengalami
pensiun. Croda dan Chapela (2005) mengatakan bahwa rata-rata orang di
Eropa yang berusia lebih dari 50 tahun mencurahkan waktunya selama 1.5
jam per hari untuk bekerja mencari nafkah. Hal itu menyebabkan
tersedianya banyak waktu luang yang dapat diisi dengan kegiatan
bermanfaat.
Penelitian terdahulu mengenai alokasi waktu sendiri sudah cukup
banyak dilakukan. Pada umumnya peneliti terdahulu melihat alokasi waktu
pada isteri (Maehara 2012; Busthanul 1998) dan pada pasangan suami istri
usia produktif (Ariyanto 2004; Mangkuprawira 1985; Suprihatin 1985;
Rochaeni 2005; Soepriati 2006; Muslim 2003; Clark, Johnson, McDermed
1980; Bloemen, Pasqua, Stancanelli 2009). Krantz-Kent dan Stewart (2007)
mengatakan bahwa penelitian mengenai penggunaan waktu pada orang tua
terutama yang sudah pensiun masih sedikit. Lebih lanjut ia juga mengatakan
bahwa pemahaman bagaimana orang tua menghabiskan waktu dan cara
mereka menggunakan waktu terutama setelah pensiun cukup penting karena
akan memengaruhi kesejahteraan mereka.
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, setiap manusia tentunya
memiliki gaya hidup tersendiri. Gaya hidup adalah pola dimana orang hidup
dan menghabiskan waktu serta uang yang dimiliki (Engel et al 1994). Gaya
hidup bersifat dinamis, dapat berubah seiring berjalannya waktu. Terdapat
berbagai pilihan mengenai gaya hidup ketika memasuki usia tua dan
mengalami pensiun. Orang tua dapat memilih untuk mempertahankan gaya
hidup seperti ketika masih di usia produktif ataupun menciptakan gaya
hidup baru yang sesuai dengan kondisi saat ini. Beberapa orang yang tetap

3
berupaya untuk mempertahankan gaya hidup yang dimiliki pada usia
produktif tentunya memberikan dampak pada besarnya alokasi waktu ketika
memasuki usia tua. Orang yang sudah tua akan mencurahkan waktunya
yang lebih banyak untuk bekerja agar bisa tetap hidup sesuai dengan standar
hidup ketika masih produktif dulu (Grewal et al. 2004).
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri untuk mencapai suatu
tujuan. Dalam melakukan suatu kegiatan terdapat beberapa hal yang dapat
memotivasi seseorang. Menurut Sumarwan (2002), motivasi muncul karena
adanya kebutuhan yang dirasakan. Dari hasil penelitian yang dilakukan
Komnas Lansia pada tahun 2008, ditemukan bahwa alasan paling umum
lansia masih bekerja adalah karena ekonomi yang tidak mencukupi. Artinya
ada sebagian dari mereka yang masih harus bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya padahal pada masa lansia keterbatasan fisik dan
penurunan kesehatan menjadi salah satu permasalahan yang dialami lansia.
Alasan lain lansia tetap bekerja adalah karena ingin tetap aktif dan mandiri.

Perumusan Masalah
Salah satu tahap dalam siklus perkembangan keluarga menurut
Duvall adalah menjadi keluarga usia lanjut. Tahap ini merupakan tahapan
terakhir yang dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki
masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal, dan
berakhir dengan pasangan lain meninggal. Berbagai permasalahan muncul
pada fase ini, seperti penurunan kesehatan, kondisi finansial yang tidak
memadai, dan kesepian. Salah satu tugas perkembangan pada tahapan ini
adalah mempertahankan keakraban dengan pasangan dan mempertahankan
hubungan dengan anak dan sosial masyarakat. Tugas perkembangan
tersebut dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti menggunakan waktu
luang yang tersedia untuk bekumpul bersama keluarga dan melakukan
kegiatan sosial. Brajsa-Zganec, Merkas, dan Sverko (2010) mengungkapkan
bahwa mengisi waktu luang dengan kegiatan santai memberikan kontribusi
pada kesejahteraan subjektif. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut
memberikan kesempatan untuk memenuhi nilai hidup. Melakukan kegiatan
santai di waktu luang tersebut orang dapat membangun hubungan sosial,
merasakan emosi positif, memperoleh tambahan keterampilan dan
pengetahuan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Adanya
permasalahan seperti menurunnya kemampuan ekonomi, membuat orang
yang sudah memasuki usia tua dituntut untuk tetap bekerja demi memenuhi
kebutuhan hidup. Padahal dengan status mereka sebagai orang yang sudah
tua, keterbatasan fisik dan menurunnya kesehatan mereka dapat mengurangi
kemampuan mereka dalam bekerja.
Ketersediaan sumber daya yang terbatas, seperti waktu, akan membuat
seseorang semakin termotivasi untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan
gaya hidup yang dimiliki. Ketidakmampuan dalam mengelola waktu akan
membuat aktivitas berjalan tidak efektif dan efisien serta menghambat
pencapaian kesejahteraan keluarga. Berdasarkan latar belakang tersebut,
rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

4
1. Bagaimana alokasi waktu dari kegiatan yang dilakukan oleh
contoh?
2. Bagaimana motivasi contoh dalam mengalokasikan waktu dari
kegiatan yang dilakukan?
3. Bagaimana gaya hidup contoh dalam mengalokasikan waktu dari
kegiatan yang dilakukan?
4. Bagaimana pengaruh antara karakteristik contoh, karakteristik
keluarga, motivasi, dan gaya hidup terhadap alokasi waktu contoh?

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup dan
motivasi terhadap alokasi waktu keluarga usia pensiun.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi alokasi waktu contoh
2. Mengidentifikasi motivasi contoh terhadap pemanfaatan waktu
3. Mengidentifikasi gaya hidup yang dimiliki oleh contoh
4. Menganalisis pengaruh antara karakteristik contoh, karakteristik
keluarga, motivasi, dan gaya hidup terhadap alokasi waktu contoh
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara luas untuk
kepentingan umum, diantaranya :
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana untuk mengembangkan diri sesuai
dengan ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan dan dapat
memberikan tambahan pengetahuan terkait dengan alokasi waktu
keluarga.
2. Bagi Masyarakat Umum
Sebagai sumber informasi yang memberikan gambaran tentang
kehidupan para keluarga yang telah memasuki usia pensiun sehingga
dapat memotivasi para keluarga untuk mengalokasikan waktu secara
efektif dan efisien.
3. Bagi IPB
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan tentang faktor-faktor yang memengaruhi alokasi waktu
pada keluarga usia pensiun.
4. Bagi Pemerintah
Dapat memberikan informasi mengenai kondisi kehidupan
masyarakat khususnya pada keluarga yang tergolong usia pensiun dan
menjadi arahan dalam penentuan berbagai program pemerintah
berkaitan dengan program-program perencanaan hari tua agar tercapai
kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

5

KERANGKA PEMIKIRAN
Pada umumnya masyarakat memandang bahwa seseorang dikatakan
telah pensiun jika ia telah berhenti bekerja formal setelah cukup usia.
Berbagai perubahan terjadi ketika memasuki masa pensiun, salah satunya
adalah ketersediaan waktu. Dengan tidak bekerja lagi, berarti waktu yang
selama ini dialokasikan untuk bekerja mencari uang menjadi kosong.
Artinya, waktu luang yang dimiliki oleh seseorang yang telah pensiun
menjadi lebih banyak dibandingkan ketika masih aktif bekerja.
Waktu merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki oleh suatu
keluarga. Sumber daya waktu merupakan sumberdaya yang unik, karena
selain tidak dapat dikategorikan sebagai sumber daya manusia, juga tidak
dapat ditambah, dikurangi, diakumulasi atau disimpan. Oleh karena itu,
pemanfaatannya perlu dikelola agar seluruh kegiatan keluarga dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Mangkuprawira (1985) membagi
kegiatan menjadi enam jenis, yaitu kegiatan mencari nafkah, pekerjaan
rumah tangga, kegiatan sosial, kegiatan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan, kegiatan pribadi, dan kegiatan waktu luang. Pada penelitian
ini jenis kegiatan dibagi menjadi tiga, yaitu kegiatan mencari nafkah,
kegiatan domestik, dan kegiatan pribadi.
Penelitian ini mengadopsi model konseptual perilaku ekonomi
keluarga (Mangkuprawira 1985) yang mengatakan bahwa besarnya curahan
waktu untuk berbagai kegiatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar keluarga. Beberapa faktor yang
mempengaruhi alokasi waktu adalah usia, pengetahuan, jumlah tanggungan
keluarga, pendapatan keluarga, jenis pekerjaan, dan struktur sosial.
Pada penelitian ini, besarnya curahan waktu untuk setiap kegiatan
diduga dipengaruhi oleh karakteristik individu dan keluarga, gaya hidup,
dan motivasi. Karakteristik individu dan keluarga terdiri dari usia, jumlah
tanggungan keluarga, lama pendidikan, riwayat pekerjaan, lama pernikahan,
dan pendapatan per kapita keluarga. Gaya hidup terdiri dari aktivitas, minat,
dan opini mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keadaan saat memasuki
usia pensiun. Motivasi adalah dorongan yang membuat seseorang
melakukan sesuatu, yang terbagi menjadi motivasi ekstrinsik dan motivasi
intrinsik.
Mencapai kesejahteraan keluarga merupakan hasil yang diharapkan
dari proses pengelolaan sumberdaya yang dimiliki. Kemampuan dalam
mengelola waktu yang dimiliki menjadi sesuatu yang sangat penting karena
akan memengaruhi kesejahteraan keluarga. Secara rinci kerangka pemikiran
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

6
Input
Karakteristik Individu
dan Keluarga
 Usia
 Jumlah tanggungan
keluarga
 Lama pendidikan
 Riwayat pekerjaan
 Lama pernikahan
 Pendapatan per kapita

Proses
Pengelolaan Sumberdaya
Sekarang

Kesejahteraan Keluarga

Peran gender

Fisik

Output

Ekonomi

Nilai

Alokasi waktu

Kepribadian

Alokasi pengeluaran

Psikologis
Sosial
Gaya hidup
Motivasi

Lingkungan sosial

Ket:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

METODE PENELITIAN
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study, yaitu
pengukuran variabel-variabel penelitian pada satu waktu bersamaan dengan
objek yang berbeda. Penelitian dilakukan di Kecamatan Bogor Utara, Kota
Bogor (perumahan Bantarjati dan Indraprasta) dan Kecamatan Ciomas,
Kabupaten Bogor (perumahan Ciomas Permai dan Taman Pagelaran).
Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan
bahwa daerah tersebut terdapat perumahan yang sudah lama ada sehingga
diharapkan terdapat banyak keluarga usia pensiun yang memiliki latar
belakang pekerjaan sebelum pensiun yang sesuai dengan kriteria penelitian.
Pengumpulan data primer dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan
April hingga Mei 2013.
Teknik Pengambilan Contoh
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung dengan tema
“Manajemen Sumberdaya Keluarga Usia Pensiun” yang bertujuan untuk

7
melihat perilaku manajemen sumberdaya keluarga terkait dengan peran
gender dalam pengambilan keputusan, alokasi waktu dan pengeluaran,
strategi nafkah dan dukungan sosial, dan perencanaan keuangan hari tua
pada masa lalu. Contoh dibedakan berdasarkan tempat tinggal (kota dan
kabupaten) dan riwayat pekerjaan (PNS dan non PNS). Penelitian ini hanya
terfokus pada alokasi waktu contoh yang dibedakan berdasarkan tempat
tinggal (kota dan kabupaten)
Populasi penelitian ini adalah keluarga yang telah memasuki usia
pensiun (>55 tahun) yang bertempat tinggal di wilayah Kota dan Kabupaten
Bogor yaitu di empat perumahan yang telah ditentukan. Pemilihan
perumahan tersebut dilakukan secara purposive dengan dugaan bahwa di
perumahan tersebut terdapat banyak keluarga yang sudah memasuki usia
pensiun karena perumahan tersebut sudah tergolong perumahan lama.
Contoh dalam penelitian ini adalah individu yang telah memasuki usia
pensiun (>55 tahun), bertempat tinggal di Kota dan Kabupaten Bogor, dan
sudah mengalami pensiun. Jumlah contoh yang diambil masing-masing
sebanyak 80 orang untuk setiap wilayah (Kota dan Kabupaten Bogor),
sehingga total keseluruhan contoh adalah 160 orang. Jumlah tersebut dipilih
kerena untuk memenuhi kriteria minimal statistik n=30. Metode pemilihan
contoh yang digunakan pada penelitian ini adalah non probability sampling
dengan teknik penarikan contoh secara purposive.
Purposive

Provinsi Jawa
Barat

Kota Bogor

Kabupaten
Bogor

Purposive

Kec. Bogor
Utara

Kec.
Ciomas

Purposive

Perumahan
Bantarjati

Perumahan
Indraprasta

Perumahan
Taman
Pagelaran

Perumahan
Ciomas
Permai

Purposive

n = 40
keluarga

n = 40
keluarga

n = 40
keluarga

n = 40
keluarga

Purposive

Gambar 2 Skema penarikan contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer
dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan alat bantu
berupa kuesioner dengan teknik wawancara. Data sekunder berupa

8
gambaran umum lokasi penelitian dan demografi daerah diperoleh dari
instansi terkait. Data primer meliputi karakteristik contoh dan keluarga (usia,
tempat tinggal, pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan,
lama pernikahan, pendapatan per kapita, motivasi contoh, gaya hidup contoh,
dan alokasi waktu contoh. Instrumen yang digunakan untuk mengukur
variabel dalam penelitian ini telah diuji reliabilitasnya dengan nilai αcronbach sebesar 0.704 (gaya hidup) dan 0.677 (motivasi).
Kuesioner berisi tentang karakteristik contoh dan keluarga yang terdiri
dari usia, tempat tinggal, pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga,
pendidikan, lama pernikahan, dan pendapatan. Selain itu kuesioner juga
berisi tentang gaya hidup, motivasi, dan alokasi waktu. Kuesioner yang
mengukur variabel gaya hidup dan motivasi diukur menggunakan skala
likert dari 1 hingga 5 (sangat tidak setuju hingga sangat setuju). Berikut
adalah cara pengukuran variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini:
1. Variabel gaya hidup terdiri dari 31 item pernyataan yang terdiri dari
aktivitas, minat, dan opini. Pernyataan gaya hidup pada kuesioner
dimodifikasi dari Mukhti (2012) dan merujuk pada Mangkuprawira
(1985).
2. Motivasi diukur menggunakan kuesioner yang terdiri dari 12 item
pernyataan. Pernyataan pada variabel motivasi terdiri dari motivasi
ekstrinsik dan intrinsik. Semakin tinggi skor mengindikasikan contoh
melakukan sesuatu untuk mencapai kepuasan (internal) dan semakin
rendah skor mengindikasikan contoh melakukan sesuatu untuk keluar
dari ketidakpuasan (eksternal).
3. Pengukuran alokasi waktu contoh dilakukan dengan metode recall 24
jam. Contoh mengingat kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada hari
kemarin selama 24 jam

No
1
2

3
4
5

6

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Variabel
Indikator
Data Primer
Karakteristik Contoh
Umur, pendidikan, pekerjaan
Karakteristik Keluarga
Tempat
tinggal,
jumlah
tanggungan keluarga, lama
pernikahan, dan pendapatan per
kapita per bulan
Motivasi
Motivasi
Gaya hidup
Aktivitas, minat, opini
Alokasi Waktu
Alokasi
waktu
nafkah,
domestik, dan pribadi
Data Sekunder
Gambaran umum lokasi dan Instansi pemerintah setempat
demografi lokasi penelitian
Metode Analisis Data

Data yang diperoleh selanjutnya diolah melalui proses editing, coding,
scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Berdasarkan proses ini,

9
diperoleh data sebanyak 154 contoh yang layak digunakan dalam analisis.
Data dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif
digunakan untuk menjelaskan karakteristik contoh dan keluarga (usia,
pendidikan, pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga, lama pernikahan, dan
pendapatan per kapita), gaya hidup, motivasi, dan alokasi waktu contoh.
Analisis statistik inferensia akan dilakukan dengan menggunakan
program Microsoft Excel dan Statistical package for Social Science (SPSS).
Analisis data yang digunakan adalah uji beda independent sample t-test
dilakukan untuk melihat perbedaan antara kota dan kabupaten dengan
variabel penelitian, selain itu uji K-mean cluster digunakan untuk
mengelompokkan contoh berdasarkan gaya hidup yang dimilikinya. Uji
regresi linear berganda digunakan untuk melihat pengaruh antara
karakteristik keluarga, motivasi, dan gaya hidup terhadap alokasi waktu
contoh.
Variabel motivasi terdiri dari 12 item pertanyaan dan dikategorikan
rendah (12-28), sedang (29-44), dan tinggi (45-60). Pengkategorian rendah,
sedang, dan tinggi menggunakan rumus interval kelas :
Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum – Skor Minimum
Σ Kategori
Gaya hidup dibagi menjadi tiga kluster dengan menggunakan uji Kmean cluster. Analisis bertujuan untuk mengelompokkan objek penelitian
ke dalam kelompok-kelompok dengan menggunakan atribut (variabel)
pengelompok tertentu. Dalam satu kelompok diharapkan anggotanya
memiliki sifat kemiripan yang tinggi dan anggota satu kelompok dengan
anggota kelompok yang lain diharapkan memiliki perbedaan yang berarti.
Gaya hidup dibedakan menjadi tiga kluster, yaitu kluster orientasi sosial,
orientasi ekonomi, dan orientasi pribadi.
Alokasi waktu dibagi menjadi tiga jenis, yaitu alokasi waktu untuk
kegiatan mencari nafkah, kegiatan domestik, dan kegiatan pribadi. Penilaian
variabel alokasi waktu kegiatan mencari nafkah, domestik, dan pribadi ialah
dengan menyetarakan jawaban contoh ke dalam satuan jam per hari.
Kegiatan mencari nafkah terdiri dari kegiatan yang bernilai ekonomi atau
kegiatan yang menambah penghasilan. Kegiatan domestik adalah aktivitas
dalam melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti masak, membersihkan
rumah, dan mengasuh anak. Kegiatan pribadi merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk kepentingan pribadi dan kegiatan untuk mengisi waktu
luang, seperti makan, tidur, beribadah, olahraga, menonton tv, dan bersosial.
Alokasi waktu nafkah dan domestik dibagi menjadi tiga kategori yaitu
rendah (10 jam/hari).
Alokasi waktu pribadi juga dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah (18 jam/hari).
Uji regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi alokasi waktu dengan menggunakan variabel pekerjaan,
tempat tinggal, jumlah tanggungan keluarga, usia, lama pendidikan, lama
pernikahan, pendapatan keluarga, gaya hidup berorientasi ekonomi, gaya

10
hidup berorientasi pribadi, dan motivasi. Model regresi yang digunakan
dirumuskan sebagai berikut:
Y1 = α + 1 D 1 + 2 D 2 +
Y2 = α + 1 D 1 + 2 D 2 +
Y3 = α + 1 D 1 + 2 D 2 +

1X1

+
X
+
1 1
1X1 +

2 X2

+
X
+
2 2
2 X2 +

3X3

+
X
+
3 3
3X3 +

4 X4

+
X
+
4 4
4 X4 +

5X5 +

3D3 +
X
+
5 5
3D3 +
5X5 + 3D3 +

4D4

+
D
+
4 4
4D4 +

6X6
6X6
6X6

Keterangan :
Y1 : Alokasi waktu nafkah (jam/hari)
Y2 : Alokasi waktu domestik (jam/hari)
Y3 : Alokasi waktu pribadi (jam/hari)
α : konstanta
: koefisien regresi
: koefisien dummy
D1 : Pekerjaan (1 : non PNS, 0 : PNS)
D2 : Tempat tinggal (1 : kabupaten, 0 : kota)
X1 : Jumlah tanggungan keluarga (jiwa)
X2 : Usia contoh (tahun)
X3 : Lama pendidikan contoh (tahun)
X4 : Lama pernikahan contoh (tahun)
X5 : Pendapatan keluarga (rupiah)
D3 : Gaya hidup ekonomi (1 : orientasi ekonomi, 0 : lainnya)
D4 : Gaya hidup pribadi (1 : orientasi pribadi, 0 : lainnya)
X6 : Motivasi
Definisi Operasional
Contoh adalah bagian dari kumpulan yang diamati dalam sebuah penelitian,
dalam penelitian ini merupakan individu yang telah memasuki usia
pensiun (>55 tahun)
Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri sebuah keluarga contoh yang
menggambarkan keadaan diri contoh yang terdiri dari umur,
pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga, dan jumlah anggota
keluarga
Kota adalah kawasan pemukiman yang merupakan gabungan dari beberapa
wilayah kecamatan yang terdiri atas wilayah perkotaan (urban)
Kabupaten adalah kawasan pemukiman yang merupakan gabungan dari
beberapa wilayah kecamatan yang sebagian besar daerahnya
merupakan wilayah pedesaan (rural)
Usia adalah umur yang dimiliki contoh atau lama hidup contoh yang
dinyatakan dalam tahun
Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang
masih menjadi tanggungan dalam keluarga
Lama pendidikan adalah lama contoh menempuh pendidikan formal yang
dihitung dalam satuan tahun

11
Riwayat pekerjaan adalah profesi utama yang dilakukan oleh contoh
sebelum memasuki usia pensiun yang dibedakan atas pegawai negeri
sipil dan non pegawai negeri sipil
Lama pernikahan adalah lama contoh hidup bersama dengan pasangan
sebagai suami isteri
Pendapatan adalah total uang yang diterima oleh keluarga dari anggota
yang bekerja serta memperoleh gaji dan jumlah uang yang diterima
dari hasil investasi anggota keluarga
Gaya hidup adalah cara contoh mengalokasikan uang dan waktu yang
dimiliki
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri untuk melakukan suatu tindakan
guna mencapai suatu tujuan yang dibedakan menjadi dorongan
internal dan eksternal
Alokasi waktu adalah curahan waktu yang dilakukan untuk melakukan
aktivitas-aktivitas/ kegiatan keluarga (waktu rumah tangga, waktu
mencari nafkah, dan waktu pribadi).

HASIL
Karakteristik Contoh dan Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik di kota maupun kabupaten
rata-rata usia contoh lebih dari 60 tahun yang termasuk dalam kategori
dewasa akhir. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga contoh adalah 3 orang.
Dalam hal pendidikan, contoh yang tinggal di kota maupun kabupaten
memiliki latar belakang pendidikan yang tergolong tinggi (≥1β tahun)
dengan total rata-rata lama pendidikan 13.1 tahun.
Hasil selanjutnya menunjukkan bahwa rata-rata lama pernikahan
contoh yang tinggal di kota adalah 32.9 tahun, lebih rendah dibandingkan
dengan rata-rata lama pernikahan contoh yang tinggal di kabupaten (33.8
tahun). Rata-rata pendapatan per kapita contoh di daerah kota lebih tinggi
daripada pendapatan contoh daerah kabupaten. Total rata-rata pendapatan
per kapita contoh adalah sebesar Rp 1 716 909. Hasil uji beda karakteristik
responden berdasarkan lokasi tempat tinggal, tidak ada satupun variabel
yang memiliki perbedaan antara kota dan kabupaten.
Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik dan tempat tinggal contoh
Variabel
Usia
Jumlah
tanggungan
keluarga
Lama
pendidikan
Lama
pernikahan
Pendapatan
per kapita

Kota
Rataan ± SD
61.3±4.5

Kabupaten
Rataan ± SD
60.6±4.8

Total
Rataan ± SD
60.9±4.7

Pvalue
0.368

3.2±1.4

3.0±1.0

3.1±1.2

0.308

13.3±2.4

13.0±2.4

13.1±2.4

0.501

32.9±7.7

33.8±7.8

33.4±7.7

0.408

1 834 793 ±
1 242 633

1 602 047 ±
788 514

1 716 909 ±
1 040 897

0.166

12
Gaya Hidup
Gaya hidup adalah kegiatan, minat, dan pendapat yang
menggambarkan perilaku contoh dalam kehidupan sehari-hari (Engel et al
1994). Dalam penelitian ini, gaya hidup contoh terbagi menjadi tiga kategori,
yaitu gaya hidup berorientasi sosial, ekonomi, dan pribadi. Gaya hidup
berorientasi sosial terdiri dari contoh yang aktivitas, minat, dan pendapatnya
dalam kehidupan sehari-hari lebih tinggi pada kegiatan yang berkaitan
dengan hal-hal sosial seperti berkumpul dengan keluarga dan interaksi
dengan lingkungan sekitar. Mereka lebih suka menghabiskan uang dan
waktunya untuk berkumpul dengan keluarga, dan mengikuti kegiatan sosial
seperti pengajian atau arisan di lingkungan tempat tinggalnya. Hal itu
terlihat dari besarnya proporsi contoh yang menyatakan bahwa contoh
sering berinteraksi dengan tetangga (89.6%) dan lebih memilih untuk
menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan keluarga (83.3%). Mereka
yang memiliki gaya hidup berorientasi ekonomi memiliki aktivitas, minat,
dan pendapat yang lebih tinggi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan hal
ekonomi. Mereka cenderung melakukan kegiatan yang dapat menambah
penghasilan keluarga dan berpendapat bahwa bekerja setelah pensiun
bukanlah masalah yang besar dan mereka juga berpendapat bahwa suami
dan istrinya bekerja akan memiliki kehidupan yang lebih sejahtera.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa contoh yang masih tetap
bekerja untuk memperoleh pendapatan utama, selain itu sebesar 67.5 persen
contoh menyatakan setuju bahwa tetap bekerja mencari nafkah setelah
pensiun bukanlah masalah besar. Lebih dari 50 persen contoh menyatakan
setuju bahwa keluarga yang suami dan istrinya bekerja akan lebih sejahtera.
Kategori terakhir adalah gaya hidup yang berorientasi pada kegiatan pribadi.
Mereka yang memiliki gaya hidup ini memiliki perhatian lebih rendah pada
hal-hal yang berkaitan dengan keluarga dan sosial. Mereka lebih memilih
untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk kepentingan pribadinya.
Hanya 35.1 persen contoh yang menyatakan tidak setuju untuk
menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk kepentingan pribadi. Secara
rinci sebaran jawaban contoh mengenai gaya hidup dapat dilihat pada
lampiran 1.
Hampir setengahnya (48.1%) contoh memiliki gaya hidup ekonomi
dan hanya 11 persen yang memiliki gaya hidup berorientasi pribadi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ketika memasuki usia pensiun, gaya hidup
yang dianut oleh contoh cenderung berorientasi sosial dan berorientasi
ekonomi. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata
setiap kategori gaya hidup antara kota dan kabupaten (p>0.1). Sebaran
contoh berdasarkan gaya hidup yang dimilikinya dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan kategori gaya hidup
Kota

Kategori
Orientasi sosial
Orientasi ekonomi
Orientasi pribadi
Total

n
33
35
8
76

%
43.4
46.1
10.5
100.0

Kabupaten
n
%
30
38.5
39
50.0
9
11.5
78
100.0

Total
n
63
74
17
154

%
40.9
48.1
11.0
100

P-value
0.535
0.627
0.842

13
Tabel 4 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan karakteristik dan
gaya hidup contoh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa contoh yang berlatar
belakang pekerjaan sebagai PNS cenderung memiliki gaya hidup yang
berorientasi sosial, sedangkan yang berlatarbelakang pekerjaan sebagai non
PNS akan memiliki gaya hidup yang berorientasi ekonomi dan pribadi.
Adanya jaminan hari tua ketika masih aktif bekerja dahulu diduga menjadi
salah satu penyebab contoh yang berlatarbelakang sebagai PNS tidak
berorientasi ekonomi pada hari tua. Berbeda dengan non PNS yang tidak
memiliki jaminan hari tua membuat contoh masih berorientasi ekonomi
pada hari tua. Bertambahnya usia dapat menyebabkan perubahan gaya hidup
yang dimiliki contoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
kecenderungan semakin lama usia contoh maka gaya hidup yang dimiliki
berorientasi sosial dan pribadi. Hal itu terlihat dari meningkatnya proporsi
contoh yang memilki gaya hidup sosial dan pribadi seiring dengan
bertambahnya usia.
Keluarga dengan jumlah tanggungan keluarga yang lebih sedikit akan
memiliki gaya hidup yang cenderung berorientasi sosial dan pribadi.
Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, gaya hidup yang dimiliki
contoh akan cenderung berorientasi ekonomi. Hal itu terlihat dari penurunan
proporsi contoh yang berorientasi sosial dan pribadi seiring dengan
bertambahnya tanggungan keluarga. Dalam hal pendidikan, terdapat
kecenderungan bahwa semakin lama pendidikan contoh gaya hidup yang
dimiliki cenderung tidak berorientasi ekonomi. Hal itu terlihat dari proporsi
contoh yang semakin berkurang pada kategori gaya hidup ekonomi seiring
dengan bertambahnya lama pendidikan. Contoh akan cenderung merubah
gaya hidupnya menjadi berorientasi sosial ataupun pribadi.
Terdapat kecenderungan semakin lama pernikahan contoh, gaya hidup
yang dimiliki contoh berorientasi pribadi. Hal tersebut terlihat dari
meningkatnya proporsi contoh yang memiliki gaya hidup berorientasi
pribadi seiring dengan semakin lamanya usia pernikahan. Sebaran contoh
berdasarkan pendapatan per kapita proporsi tertingginya ada pada gaya
hidup berorientasi ekonomi. Sebaran tersebut tidak jauh berbeda dengan
contoh yang berorientasi sosial pada kategori pendapatan per kapita rendah
dan tinggi.
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik dan gaya hidup contoh
Kategori gaya hidup
Karakteristik contoh
Pekerjaan
PNS
Non PNS
Usia (tahun)
40-60
>60

Total

Sosial
%

Ekonomi
%

Pribadi
%

46.8
35.1

42.9
53.2

10.4
11.7

100.0
100.0

35.6
47.8

54.0
40.3

10.3
11.9

100.0
100.0

%

14
Kategori gaya hidup
Karakteristik contoh
Jumlah tanggungan keluarga
(orang)
≤2
3-4
>4
Lama pendidikan (tahun)
≤6
7-9
10-12
>12
Lama pernikahan (tahun)
39
Pendapatan
per
kapita
(rupiah)
3854600

Total

Sosial
%

Ekonomi
%

Pribadi
%

43.8
41.1
29.4

40.6
49.3
70.6

15.6
9.6
0.0

100.0
100.0
100.0

33.3
22.2
41.7
43.1

33.3
77.8
48.8
43.1

33.3
0.0
9.5
13.8

100.0
100.0
100.0
100.0

80.0
38.9
41.5

20.0
54.6
34.1

0.0
6.5
24.4

100.0
100.0
100.0

43.5
31.2
42.9

44.3
62.5
42.9

12.2
6.2
14.3

100.0
100.0
100.0

%

Motivasi
Berdasarkan rata-rata skor dapat diketahui bahwa motivasi contoh
yang tinggal di kabupaten dalam menggunakan waktu lebih tinggi daripada
contoh yang tinggal di kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar contoh (96.7% dan 96.2%), baik yang tinggal di kota maupun di
kabupaten, memiliki skor motivasi pada kategori sedang (29-44). Semakin
tinggi skor yang dimiliki contoh menunjukkan bahwa dorongan untuk
melakukan aktivitas berasal dari dalam diri sendiri, bukan berasal dari faktor
eksternal. Faktor eksternal merupakan dorongan yang disebabkan adanya
kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti kebutuhan fisiologis,
rasa aman, dan kebutuhan sosial. Terdapat 96.8 persen contoh yang akan
mengurangi pengeluaran untuk hal-hal yang tidak penting. Selain itu sebesar
70.8 persen contoh menyatakan setuju bahwa mereka berpartisipasi dalam
kegiatan sosial untuk menambah relasi. Selain faktor eksternal, terdapat pula
faktor internal yang mendorong contoh untuk melakukan sesuatu. Faktor
internal berupa dorongan untuk mencapai kebutuhan tingkat tinggi atau
mencapai kepuasan hidup seperti berprestasi, dihormati orang lain, dan
mengaktualisasikan diri. Terdapat 70.1 persen contoh yang berpartisipasi
pada suatu kegiatan untuk menerapkan kemampuan yang ia miliki. Secara
rinci sebaran jawaban contoh mengenai motivasi dapat dilihat pada lampiran
2. Hasil uji beda yang dilakukan terhadap contoh yang tinggal di kota
maupun kabupaten menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata
antara keduanya (p>0.1).

15
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor motivasi dan tempat
tinggal contoh
Kota

Motivasi
Rendah (12-28)
Sedang (29-44)
Tinggi (45-60)
Total
Min – Maks
Rataan ± Sd
P-Value

n
2
72
2
76

%
2.6
96.7
2.6
100.0
22-48
36.5±4.0

n
2
75
1
78

Kabupaten
%
2.6
96.2
1.3
100.0
22-48
36.4±3.8
0.985

Total
n
4
147
3
154
22-48
36.4±3.8

%
2.6
95.5
1.9
100.0

Alokasi Waktu
Tabel 6 menunjukkan rata-rata alokasi waktu kegiatan contoh selama
24 jam. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada rata-rata
alokasi waktu tertinggi pada daerah kota dan kabupaten adalah alokasi
waktu kegiatan pribadi, yaitu sebesar 18.3 jam/hari dan 19.7 jam/hari. Ratarata waktu terendah pada kedua tempat tersebut adalah alokasi waktu untuk
mencari nafkah. Sebesar 7.1 persen dan 7.5 persen contoh yang tinggal di
kota dan kabupaten masih menggunakan waktunya untuk mencari nafkah.
Tabel 6 Persentase alokasi waktu kegiatan contoh berdasarkan tempat
tinggal contoh
Kegiatan
Nafkah
Domestik
Pribadi
Total

Kota
Rata-rata Persentase
(SD)
(%)
(jam/hari)
1.7 (3.5)
7.1
3.9 (2.9)
16.3
18.3 (3.7)
76.3
24
100.0

Kabupaten
Rata-rata Persentase
(SD)
(%)
(jam/hari)
1.8 (3.7)
7.5
2.5 (2.8)
10.4
19.7 (4.0)
82.1
24
100.0

Total
Rata-rata Persentase
(SD)
(%)
(jam/hari)
1.8 (3.6)
7.5
3.2 (2.9)
13.3
19.0 (3.9)
79.2
24
100.0

Alokasi Waktu Nafkah
Alokasi waktu nafkah adalah waktu yang digunakan untuk kegiatan
yang bernilai ekonomi atau kegiatan yang menambah penghasilan.
Meskipun sudah memasuki usia pensiun, masih terdapat 37 contoh (24 %)
contoh yang masih bekerja seperti berwirausaha dan mengajar. Sebagian
besar contoh memiliki waktu untuk mencari nafkah yang tergolong rendah
(0.1).

16
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan alokasi waktu nafkah dan tempat
tinggal contoh
Waktu Nafkah
(jam/hari)
Rendah (< 5)
Sedang (5-10)
Tinggi (> 10)
Total
Min – Maks
Rataan ± SD
P-value

Kota
Persentase
(%)
82.9
13.2
3.9
100.0
0-14
1.7 ±3.5

Jumlah
(n)
63
10
3
76

Kabupaten
Jumlah
Persentase
(n)
(%)
67
85.9
5
6.4
6
7.7
78
100.0
0-14
1.8 ±3.7
0.947

Total
Persentase
(%)
84.4
9.7
5.8
100
0-14
1.8±3.6

Jumlah
(n)
130
15
9
154

Alokasi Waktu Domestik
Alokasi waktu domestik digunakan untuk melakukan kegiatan
rumah tangga, seperti mencuci pakaian, membersihkan rumah, dan menyapu
halaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sedikit contoh (2.6%
dan 3.8%) yang mengalokasikan waktunya untuk kegiatan domestik pada
kategori tinggi (>10 jam/hari). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
kecenderungan walaupun sudah memasuki usia pensiun kegiatan domestik
bukanlah kegiatan yang dominan dilakukan. Hasil uji yang dilakukan
menunjukkan terdapat perbedaan antara alokasi waktu domestik (p 10)
Total
Min – Maks
Rataan ± S D
P-value

Kota
Persentase
(%)
75.0
22.4
2.6
100.0
0-16
3.9 ±2.9

Jumlah
(n)
57
17
2
76

Kabupaten
Jumlah
Persentase
(n)
(%)
130
84.4
15
9.7
9
5.8
154
100.0
0-15
2.5±2.8
0.003

Total
Persentase
(%)
82.5
14.3
3.2
100.0
0-16
3.2±2.9

Jumlah
(n)
127
22
5
154

Alokasi Waktu Pribadi
Alokasi waktu pribadi adalah waktu yang digunakan untuk kegiatan
seperti beribadah, makan, minum, dan tidur. Selain itu waktu pribadi juga
digunakan untuk kegiatan santai seperti membaca, berolahraga, bersosial,
dan melakukan hobi. Lebih dari separuh contoh baik di kota maupun
kabupaten (60.5% dan 75.6%) memiliki alokasi waktu pribadi pada kategori
tinggi (>18 jam/hari). Proporsi terendah curahan waktu pribadi contoh yang
tinggal di kota ada pada kategori rendah (9.2%), sedangkan di kabupaten
ada pada kategori sedang (11.5%). Rata-rata alokasi waktu pribadi yang
dilakukan contoh yang tinggal di kota adalah 18.3 jam per hari sedangkan
yang tinggal di kabupaten adalah 19.7 jam per hari. Hasil uji yang dilakukan
menunjukkan terdapat perbedaan antara waktu pribadi (p 18)
Total
Min–Maks
Rataan ± SD
P-value

Kota
Persentase
(%)
9.2
30.3
60.5
100.0
8-24
18.3±3.7

Jumlah
(n)
7
23
46
76

Kabupaten
Jumlah
Persentase
(n)
(%)
10
12.8
9
11.5
59
75.6
78
100.0
9-24
19.7±4.0
0.027

Total
Jumlah Persentase
(n)
(%)
17
11.0
32
20.8
105
68.2
154
100.0
8-24
19.0±3.9

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Alokasi Waktu Contoh
Pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi waktu
contoh dibagi menjadi tiga, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi
waktu nafkah, alokasi waktu domestik, dan alokasi waktu pribadi. Setiap
analisis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi variabel dependen,
variabel independen yang dimasukkan ke dalam model terdiri dari pekerjaan
contoh, tempat tinggal contoh, jumlah tanggungan keluarga, usia contoh,
lama pendidikan contoh, lama pernikahan contoh, pendapatan keluarga,
gaya hidup ekonomi, gaya hidup pribadi, dan motivasi contoh.
Tabel 10 Hasil uji regresi terhadap alokasi waktu contoh
No
1
2

Variabel

Konstanta
Pekerjaan (0:
PNS, 1: non
PNS)
3
Tempat tinggal
(0:kota, 1:kab)
4
Jumlah
tanggungan
keluarga
5
Usia
6
Lama
pendidikan
7
Lama
pernikahan
8
Pendapatan
keluarga
9
Gaya
hidup
ekonomi
10 Gaya
hidup
pribadi
11 Motivasi
F (P)
R square
Adj R square

Nafkah
B
11.298

Domestik
B
13.796

Pribadi
B
-1.019

0.663

0.092

0.464

0.079

-1.132

-0.146*

-0.147

-0.020

-1.531

-0.260***

1.680

0.216***

-0.259

-0.086

-0.237

-0.096

0.491

0.150*

-0.093

-0.122

-0.095

-0.151

0.187

0.226**

-0.149

-0.100

0.055

0.045

0.093

0.058

0.046

0.099

-0.036

-0.096

-0.010

-0.021

2.364E-7

0.182**

-2.133E7

-0.200**

-2.292E8

-0.016

1.953

0.272***

-0.820

-0.139*

-1.126

-0.145*

-0.368

-0.032

-0.002

0.000

0.389

0.031

-0.136
-0.145*
2.894 (0.003)
0.168
0.110

-0.044
-0.058
2.708 (0.005)
0.159
0.100

0.180
0.177**
2.810 (0.003)
0.164
0.106

= koef terstandarisasi; *= signifikan pada selang kepercayaan
90%; **= signifikan pada selang kepercayaan 95%; ***= signifikan pada selang kepercayaan 99%

Ket : B = koef tidak terstandarisasi;

18
Hasil uji regresi (Tabel 10) menunjukkan bahwa alokasi waktu nafkah
dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, gaya hidup yang berorientasi
ekonomi, dan motivasi contoh. Meningkatnya pendapatan keluarga akan
meningkatkan alokasi waktu nafkah contoh. Hal ini menunjukkan terdapat
kecenderungan bahwa walaupun sudah memiliki pendapatan yang lebih
tinggi contoh akan tetap bekerja untuk memperoleh nafkah. Gaya hidup
ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap alokasi waktu nafkah.
Artinya contoh yang memiliki gaya hidup berorientasi ekonomi akan
mencurahkan waktunya untuk kegiatan mencari nafkah lebih banyak
dibandingkan contoh yang memiliki gaya hidup lainnya. Motivasi juga
berpengaruh positif signifikan terhadap alokasi waktu nafkah. Semakin
besar dorongan untuk mencapai tujuan yang berasal dari luar (eksternal)
maka akan semakin tinggi pula alokasi waktu contoh untuk melakukan
kegiatan nafkah. Nilai R square yang diperoleh sebesar 0.168 yang artinya
variabel dependen pada model ini dipengaruhi variabel independen sebesar
16.8 persen.
Tempat tinggal, pendapatan keluarga, dan gaya hidup ekonomi
mempengaruhi alokasi waktu domestik pada keluarga contoh. Contoh yang
tinggal di daerah kota cenderung akan memiliki alokasi waktu domestik
yang lebih tinggi daripada yang tinggal di daerah kabupaten. Dari segi
pendapatan, semakin tinggi pendapatan contoh, maka alokasi waktu untuk
kegiatan domestik akan semakin rendah. Gaya hidup ekonomi berpengaruh
negatif signifikan terhadap alokasi waktu domestik. Contoh yang memiliki
gaya hidup berorientasi ekonomi akan mencurahkan waktunya lebih sedikit
untuk kegiatan domestik dibandingkan dengan contoh dengan gaya hidup
lainnya. Variabel independen berpengaruh terhadap alokasi waktu domestik
sebesar 15.9 persen.
Nilai R square pada alokasi waktu pribadi diperoleh sebesar 0.164,
artinya sebesar 16.4 persen alokasi waktu pribadi dipengaruhi oleh variabel
independen pada model. Pekerjaan, tempat tinggal, jumlah tanggungan
keluarga, usia, gaya hidup pribadi, dan motivasi merupakan variabelvariabel yang mempengaruhi alokasi waktu pribadi contoh. Contoh yang
memiliki latar belakang pekerjaan sebagai PNS memiliki alokasi waktu
pribadi yang lebih tinggi dibandingkan dengan contoh yang berasal dari non
PNS. Tempat tinggal contoh berpengaruh signifikan terhadap alokasi waktu
pribadi. Artinya contoh yang tinggal di daerah kota cenderung melakukan
kegiatan pribadi lebih rendah dibandingkan contoh yang tinggal di
kabupaten. Jumlah tanggungan keluar