Fenomena Alkalinuria Dan Hipostenuria Pada Kelompok Ternak Domba Garut Di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Margawati Garut

FENOMENA ALKALINURIA DAN HIPOSTENURIA PADA
KELOMPOK TERNAK DOMBA GARUT DI BALAI
PENGEMBANGAN PERBIBITAN TERNAK DOMBA
MARGAWATI GARUT

LUTHZIA FAUZAN ASWINDRA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fenomena Alkalinuria
dan Hipostenuria pada Kelompok Ternak Domba Garut di Balai Pengembangan
Perbibitan Ternak Domba Margawati Garut adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor
Bogor, Agustus 2015
Luthzia Fauzan Aswindra
NIM B04110076

ABSTRAK
LUTHZIA FAUZAN ASWINDRA. Fenomena Alkalinuria dan Hipostenuria pada
Kelompok Ternak Domba Garut di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak
Domba Margawati Garut. Dibimbing oleh RP. AGUS LELANA
Domba Garut adalah jenis ternak yang populer di kalangan peternak dan
pembudidaya di Jawa Barat. Walaupun demikian masih sedikit informasi
mengenai status kesehatan domba Garut terutama data mengenai profil urinalisis.
Untuk mendapatkan informasi tersebut maka dilakukan kajian lapang
menggunakan uji strip urin yang bersifat semi-kuantitatif dan ditunjang oleh
pemeriksaan membran mukosa mulut, capillary refill time (CRT), dan
pemeriksaan suhu rektal yang menggambarkan kondisi fisiologis dari 80 ekor
domba. Kasus alkalinuria telah ditemukan sebanyak 96% dari total 80 sampel urin
yang ada. Hanya terjadi 2 kasus negatif alkalinuria pada domba anakan jantan dan
domba betina flushing. Hasil pemeriksaan menunjukkan 34 (42.5%) kasus

hipostenuria menyebar di setiap rentang pada suhu normal. Meski demikian
terdapat 12.5% kasus hipostenuria ditemukan pada domba dengan suhu di bawah
normal, yaitu 4 (5%) kasus pada domba pejantan dan 6 (7,5%) kasus pada domba
betina laktasi. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kejadian alkalinuria terjadi pada
setiap fase reproduksi dan umur serta tidak terdapat korelasi antara suhu tubuh
dan fenomena hipostenuria pada domba Garut.
Kata kunci: domba Garut, urinalisis, alkalinuria, hipostenuria

ABSTRACT
LUTHZIA FAUZAN ASWINDRA. Phenomenon of Alkalinuria and
Hyposthenuria on Garut Sheep at Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba
Margawati Garut. Supervised by RP. AGUS LELANA
Garut sheep is famous among farmers and breeders in West Java. However
there is not enough information concerning their health status especially their
urinalysis profile. To fulfill this information, we did explorative study using semiquantitative urine strips test and enriched by physical examination on oral
mucose, oral capillary refill time (CRT), and rectal temperature on representative
physiological state of 80 sheeps. Alkalinuria case was found in 96% of total 80
samples. Only 2 negative cases of alkalinuria was found in lamb and flushing
grup. The result shows that 34 ( 42.5%) cases of hyposthenuria is distributed in
every range of normal temperature. Although it is distributed, 12.5% of

hyposthenuria cases also found in lower normal temperature, 4 (5%) cases in ram
and 6 (7.5%) cases in lactating sheep. In conclusion alkalinuria was occur in every
reproduction phase and age also there is no correlation about body temperature
and phenomenon of hyposthenuria in Garut sheep.
Keywords: garut sheep, urinalysis, alkalinuria, hyposthenuria

FENOMENA ALKALINURIA DAN HIPOSTENURIA PADA
KELOMPOK TERNAK DOMBA GARUT DI BALAI
PENGEMBANGAN PERBIBITAN TERNAK DOMBA
MARGAWATI GARUT

LUTHZIA FAUZAN ASWINDRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan sukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Fenomena Alkalinuria dan
Hipostenuria pada Kelompok Ternak Domba Garut di Balai Pengembangan
Perbibitan Ternak Domba Margawati Garut dapat diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Drh RP. Agus Lelana,
SpMP MSi selaku pembimbing skripsi dan Ibu Dr Ir Etih Sudarnika, MSi selaku
dosen pembimbing akademik atas segala bimbinganya selama menempuh studi di
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak dari UPTD
BPPTD Margawati Garut telah membantu selama pengumpulan data. Ucapan
terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kapada kedua orang tua
penulis, kakak, adik, dan keluarga besar atas doa dan kasih sayangnya. Serta tidak
lupa terima kasih untuk teman, sahabat, dan “Ganglion 48” untuk dukungannya
selama penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Agustus 2015
Luthzia Fauzan Aswindra

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Domba Garut

2

Indeks Kesehatan

2


METODE

4

Alat dan Bahan

4

Prosedur

4

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5


Suhu Rektal

5

Membran Mukosa

6

Alkalinuria

7

Hipostenuria

7

Hubungan Hipostenuria dan Suhu Tubuh

9


SIMPULAN DAN SARAN

10

Simpulan

10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

11

RIWAYA T HIDUP

12


DAFTAR TABEL
1. Nilai BJ urin pada masing-masing kelompok ternak di BPPTD Margawati
Kabupaten Garut

8

DAFTAR GAMBAR
1. Grafik sebaran nilai suhu rektal domba pada masing-masing kelompok
ternak di BPPTD Margawati Kabupaten Garut
2. Grafik rasio warna mukosa mulut pada setiap kelompok ternak di
BPPTD Margawati Kabupaten Garut
3. Grafik sebaran nilai pH urin pada setiap kelompok ternak di BPPTD
Margawati, Kabupaten Garut
4. Grafik hubungan suhu rektal dengan kondisi hipostenuria pada kelompok
ternak di BPPTD Margawati Kabupaten Garut

5
6
7

9

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba Garut merupakan jenis ternak yang populer di kalangan peternak
dan pembudidaya di daerah Jawa Barat. Ternak ini memiliki keunggulan
diantaranya mudah dipelihara, menghasilkan daging yang tinggi dengan bobot
40 80 kg pada domba jantan, dan sebagian dijadikan domba ketangkasan.
Pertumbuhan bobot badan tersebut dapat dicapai melalui pemeliharaan yang
intensif dan penerapan menejemen kesehatan yang baik.
Manajemen kesehatan peternakan dapat diwujudkan dengan good farming
practices melalui peningkatan sumber daya manusia dan teknologi kesehatan
hewan, termasuk dalam pengukuran status kesehatan dan pendiagnosaan penyakit.
Salah satu teknologi kesehatan hewan yang sifatnya praktis adalah penggunaan
urine strips test. Melalui teknologi ini dapat diketahui proses-proses fisiologi
hewan yang terekspresi dalam urin. Proses fisiologi tersebut dapat diketahui dari
munculnya indikator warna pada strips test yang menunjukkan nilai specific
gravity atau berat jenis (BJ), leukosit, nitrogen, urobilinogen, protein, pH, kadar
darah, keton, bilirubin, dan glukosa. Melalui indikator ini juga dapat dilakukan
pendiagnosaan adanya perubahan proses fisiologis ke arah patologis ataupun
adanya penyakit.
Untuk memperkuat pendiagnosaan tersebut, hasil urine strips test perlu
disertai dengan hasil pemeriksaan klinis yang mencerminkan indeks kesehatan,
seperti pemeriksaan mukosa mulut, capillary refill time (CRT), dan suhu rektal
hewan. Penggunaan metode ini belum banyak dilakukan di kalangan peternak
domba di Indonesia, termasuk di dalamnya untuk mengungkap fenomena
alkalinuria (pH urin >8,5) dan hipostenuria (BJ urin 8,5). Hanya 2 ekor (2,5%) yang menunjukkan
hasil normal dan sisanya sebanyak 2 ekor (2,5%) positif asiduria.
Menurut Parrah et al. (2013), alkalinuria pada domba seringkali disebabkan
oleh infeksi saluran urinari. Bakteri pada infeksi membentuk amonia hasil dari
pemecahan urea dalam urin, hal ini menyebabkan peningkatan pH pada urin. Efek
samping dari alkalinuria adalah pembentukan batu urin atau urolithiasis.
Urolithiasis adalah bentukan batu urin atau konsentrasi tinggi protein,
mineral dan mukus di saluran urinari. Faktor predisposisi urolithiasis adalah
pakan yang tinggi kadar biji-bijian (bungkil padi, bungkil kedelai, dan lain-lain)
dan rendah serat. Ekskresi fosfor pada hewan ruminansia terjadi melalui saliva
dan feses, namun ketika kadar biji-bijian tinggi dan serat rendah pada pakan maka
produksi saliva akan menurun. Konsentrasi fosfor yang tinggi dalam darah akan
diekskresikan melalui ginjal dan beresiko membentuk batu seperti pelet yang akan
berakibat pada blokade saluran urinari (ACVS 2015).

Gambar 3 Grafik sebaran nilai pH urin pada setiap kelompok ternak di BPPTD
Margawati, Kabupaten Garut

8
Hipostenuria
Hipostenuria berhubungan dengan kemampuan ginjal dalam
mengonsentrasikan dan mengencerkan urin. Kemampuan tersebut dapat diukur
melalui nilai BJ pada urin yang dapat dilihat pada Tabel 1. Pada hewan dengan
umur muda kemampuan ginjal masih dalam kondisi baik, dibuktikan dengan 90%
(9 ekor) sampel pada anakan jantan dan 70% (7 ekor) sampel betina dara
menunjukkan nilai BJ yang normal. Untuk jantan remaja dan betina anakan
terdapat kemungkinan terjadi gangguan karena sebanyak 100% (10 ekor) sampel
jantan remaja dan 70% (7 ekor) sampel betina anakan menunjukkan nilai BJ di
bawah normal. Kemudian pada domba dengan umur relatif lebih tua, kemampuan
ginjal akan menurun sehingga hasil dengan nilai BJ di bawah normal akan lebih
banyak ditemukan. Domba pejantan yang diperiksa telah berumur lebih dari 3
tahun dan ada yang telah mencapai 6 tahun, 80% (8 ekor) dari sampel
menunjukkan nilai BJ yang rendah. Kelompok domba betina lainnya, yaitu
kelompok bunting 100% (10 ekor), laktasi 70% (7 ekor) dan flushing 70% (7
ekor) nilai BJ di bawah normal. Adapun nilai normal hanya dibatas nilai normal
rendah.
Nilai BJ yang rendah bisa disebabkan oleh osmotic diuresis, kehilangan
tonisitas medulla (medullary washout), resistensi dan defisiensi hormon
antidiuretik. Osmotik diuresis terjadi pada penyakit diabetes mellitus, sindrom
Fanconi, renal glucosuria primer, yang mana kandungan glukosa masih tinggi
setelah melewati glomerulus dan mencegah reabsorbsi air di tubulus distal ginjal.
Hilangnya tonisitas medulla kemungkinan diakibatkan oleh kondisi
hypoadenocorticism, gangguan hati, terapi cairan dalam jangka waktu lama.
Resistensi atau defisiensi anti diuretic hormone (ADH) merupakan efek sekunder
dari hiperkalsemia, gangguan hati kronis, dan pyometra (Parrah et al. 2013).
Tabel 1 Nilai BJ urin setiap kelompok ternak di BPPTD Margawati Kabupaten
Garut
Jumlah ternak (ekor)
Nilai
Jantan Jantan
Betina Betina Betina Betina Betina
BJ
Pejantan
anakan remaja
anakan dara
bunting laktasi flushing
1.015
1
1.010
8
2
3
7
3
3
1.005
1*
8*
7*
5*
3*
5*
6*
1.000
2*
1*
2*
10*
2*
1*
Keterangan: *Jumlah kejadian positif hipostenuria pada setiap keompok ternak
BJ normal domba 1,010-1,040 (Parrah et al. 2013 dan Stockham 2002).

9

Keterangan:

Positif

Negatif

1. Jantan anakan
2. Jantan remaja
3. Pejantan
4. Betina anakan

5. Betina dara
6. Betina bunting
7. Betina Laktasi
8. Betina flushing

Gambar 4 Grafik hubungan suhu rektal dengan kondisi hipostenuria pada
kelompok ternak di BPPTD Margawati Kabupaten Garut
Hubungan Hipostenuria dan Suhu Rektal Domba
Jumlah domba yang positif mengalami hipostenuria menyebar di setiap
rentang suhu. Kejadian hipostenuria tidak banyak dipengaruhi oleh suhu.
Prevalensi hipostenuria dihubungkan dengan suhu tubuh yang berada di bawah
normal (38,3°C) adalah 10 (12,5%) kasus, menyebar di rentang suhu normal
(38,3 39,9°C) sebanyak 34 (42,5%) kasus, dan yang berada di atas suhu normal
(39,9°C) tidak ditemukan

10

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Fenomena alkalinuria (pH urin >8,5) ditemukan 76 kasus (96%) dari total
80 ekor domba. Hal ini diduga akibat pengaruh infeksi bakteri dalam saluran
urinari yang berlangsung secara subklinis. Suhu tubuh tidak mempengaruhi
prevalensi kejadian alkalinuria. Hipostenuria (BJ urin