Konservasi Tabat Barito di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Ditinjau dari Karakteristik Habitat Mikro dan Kandungan Bioaktif Daunnya
KONSERVASI TABAT BARITO DI TAMAN NASIONAL GUNUNG
GEDE PANGRANGO DITINJAU DARI KARAKTERISTIK HABITAT
MIKRO DAN KANDUNGAN BIOAKTIF DAUNNYA
ANISA AGUSTINA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Konservasi Tabat Barito
di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Ditinjau dari Karakteristik Habitat
Mikro dan Kandungan Bioaktif Daunnya adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Anisa Agustina
NIM E351120161
RINGKASAN
ANISA AGUSTINA. Konservasi Tabat Barito di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango Ditinjau dari Karakteristik Habitat Mikro dan Kandungan Bioaktif
Daunnya. Dibimbing oleh ERVIZAL A.M. ZUHUD dan LATIFAH K.
DARUSMAN
Tabat barito (Ficus deltoidea Jack.) merupakan salah satu tumbuhan
berkhasiat obat yang telah lama digunakan secara turun temurun oleh masyarakat
sebagai afrodisiak bagi wanita (Kristina 2007). Berawal dari pengetahuan
etnobotani tersebut, telah banyak dilakukan penelitian-penelitian terkait aspek
farmakologi/fitokimia dalam hal potensinya untuk pengobatan, antara lain sebagai
antimikroba alami, radang paru-paru, diabetes, hipertensi, diare, asam urat serta
antitumor (Darusman et al. 2003; Musa 2006; Kustiawan 2007; Adam et al. 2009;
Draman et al. 2012). Pengetahuan etnobotani dan pemanfatan tabat barito
terutama banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan industri jamu di Kalimantan.
Sementara itu, masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(TNGGP) sendiri belum memanfaatkan tumbuhan ini untuk pengobatan penyakit
tertentu. Stimulus alamiah dan stimulus manfaat dari tabat barito yang belum
terdokumentasi dan tersosialisasikan dengan baik menjadikan nilai manfaatnya
belum dirasakan baik oleh pihak balai besar TNGGP maupun masyarakat.
Penelitian dilakukan terhadap karakteristik habitat mikro dan kandungan
bioaktif daunnya, sebagai stimulus alamiah dan stimulus manfaat tabat barito,
diharapkan mampu menggali nilai manfaat dari tabat barito, sehingga
menumbuhkan stimulus rela untuk melakukan sikap dan aksi konservasi.
Penelitian ini bertujuan untuk: i) mengkaji karakteristik habitat mikro tabat barito
dan mengidentifikasi berbagai spesies tumbuhan inangnya di Resort
Mandalawangi TNGGP, ii) mengkaji sifat kimia media tumbuh tabat barito dari
berbagai spesies tumbuhan inang, iii) mengkaji kandungan bioaktif dan tingkat
toksisitas daun tabat barito dari berbagai spesies tumbuhan inang, iv) mengkaji
interaksi antara karakteristik habitat mikro dan media tumbuhnya terhadap
kandungan bioaktif dan tingkat toksisitas daun tabat barito.
Tabat barito di Resort Mandalawangi TNGGP merupakan tumbuhan epifit
yang ditemukan hingga elevasi 1800 mdpl. Tabat barito tumbuh pada kisaran suhu
18,3°C-23,1°C, kelembaban udara relatif 80-84%, pada kisaran kelerengan 4-24%
dengan arah lereng bervariasi. Eksplorasi yang dilakukan memperoleh 178
individu tabat barito yang berasal dari 100 individu tumbuhan inang. Tabat barito
tidak memiliki tumbuhan inang yang spesifik, dimana terdapat 31 spesies yang
menjadi inang dari tabat barito. Berbagai spesies tumbuhan inang tersebut
memiliki karakteristik kulit batang yang sama yaitu memiliki permukaan yang
kasar mengelupas maupun beralur. Media tumbuh tabat barito pada tumbuhan
inangnya terbentuk dari dekomposisi kulit batang yang lapuk serta daun-daun
yang jatuh dan menumpuk pada perakarannya.
Media tumbuh tabat barito dengan berbagai tahap dekomposisi dari bahan
organik di dalamnya, menjadikan media tumbuh memiliki kisaran pH dalam
kriteria asam hingga sangat asam. Pada kondisi tersebut, tabat barito tetap
memiliki pertumbuhan yang baik, dengan dedaunan yang tumbuh lebat, berwarna
hijau tua terang dan batang yang kokoh. Hal ini menunjukkan bahwa tabat barito
toleran terhadap pH media tumbuh yang asam hingga sangat asam. Kondisi media
tumbuh tabat barito yang asam hingga sangat asam diduga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kandungan bioaktifnya. Berdasarkan hasil uji
fitokimia, hampir semua metabolit sekunder ditemukan pada sampel daun tabat
barito yang diuji, yaitu flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid dan steroid.
Keberadaan metabolit sekunder pada daun tabat barito mempengaruhi
tingkat toksisitasnya, dimana seluruh ekstrak etanol daun tabat barito dari keempat
sampel yang diuji masuk ke dalam kategori toksik karena memiliki nilai LC50 <
1000 ppm. Nilai LC50 dari sampel yang diuji berada pada rentang yang cukup
luas, yaitu dari nilai 35,3883 ppm sampai dengan 576,706 ppm. Nilai LC50 dari
tumbuhan inang riung sebesar 35,3883 ppm mendekati kategori sangat toksik,
sehingga paling berpotensi untuk digunakan sebagai antikanker jika dibandingkan
sampel lainnya yang diuji. Pengaruh spesies tumbuhan inang tersebut diduga
dipengaruhi oleh peran pelapukan kulit batang sebagai salah satu komponen
penyusun media tumbuh tabat barito serta terdapatnya bahan-bahan kimia pada
pepagan/kulit batang yang larut dalam air dan berpengaruh terhadap tumbuhan.
Kata kunci: tabat barito, habitat mikro, kandungan bioaktif, toksisitas
SUMMARY
ANISA AGUSTINA. Conservation of Tabat Barito in Mount Gede Pangrango
National Park Reviewed from Micro Habitat Characteristics and Leaves
Bioactive Compounds. Supervised by ERVIZAL A.M. ZUHUD and LATIFAH
K. DARUSMAN.
Tabat barito (Ficus deltoidea Jack.) is one of the medicinal plants that
have long been used from generation to generation as an aphrodisiac for women.
Based on ethnobotanical knowledge, there have been many researches carried out
related to pharmacology/phytochemicals aspects in terms of its potential for
treatment of, among others, as a natural antimicrobial, antitumor, treat pneumonia,
diabetes, hypertension, diarrhea and uric acid (Darusman et al. 2003; Musa 2006;
Kustiawan 2007; Adam et al. 2009; Draman et al. 2012). Ethnobotanical
knowledge and utilization of tabat barito primarily utilized by local communities
and herbal medicine industry in Borneo. Meanwhile, local community around the
National Park of Mount Gede Pangrango (TNGGP) does not take advantage of
this plant for the treatment of certain diseases. Natural stimulus and benefits
stimulus of tabat barito that haven't been documented and well socialized makes
the benefits value have not been felt by both the Great Hall of TNGGP and local
communities.
Research conducted on micro habitat characteristics and leaves bioactive
compounds, as a natural stimulus and benefits stimulus of tabat barito are
expected to explore the benefits value of tabat barito, so as to grow a willingly
stimulus to do conservation attitudes and actions. This study aimed to: i) study
microhabitat characteristics of tabat barito and identify the various species of tabat
barito host plants in Resort Mandalawangi TNGGP, ii) study the chemical
properties of tabat barito growing media from different host plant species, iii)
study bioactive compounds and the toxicity levels of tabat barito leaves from
different host plant species, iv) study interaction between microhabitat
characteristics and growing media on the bioactive compounds and toxicity levels
of tabat barito leaves.
Tabat barito in Resort Mandalawangi TNGGP is an epiphytic plants that
can be found until elevation 1800 mdpl. Tabat barito grow at air temperature
range between 18,3°C-23,1°C, relative humidity between 80% -84% and slope 424 % with the varies direction. Exploration that conducted obtaining 178
individuals of tabat barito derived from 100 individual host plants. Tabat barito
does not have specific host plants, where there are 31 species are hosts of tabat
barito. A variety of host plant species have the same bark characteristics that have
a rough surface, flaking or grooved. Growing media of tabat barito on their host
plants formed from decomposition of rotten bark and leaves that falled and piled
on their roots.
Growing media of tabat barito with the various stages of decomposition
from materials organic in it, make growing media have pH range in criteria acid to
very acid. In these conditions, tabat barito still showed good growth, with foliage
that grows in dense, leaves are dark green light and has sturdy stems. This is
indicates that tabat barito tolerant to growing media with pH range in criteria acid
to very acid. Growing media condition of tabat barito in criteria acid to very acid
is thought to be one of the factors that influence bioactive compounds. Based on
the test phytochemical, almost all secondary metabolites found in samples of
leaves tabat barito tested, which is flavonoids, saponins, tannins, triterpenoids and
steroids.
The existence of secondary metabolites affect the toxicity level of tabat
barito leaves, where all ethanol extract of tabat barito leaves from fourth sample
tested were included in toxic category because it has LC50 values
GEDE PANGRANGO DITINJAU DARI KARAKTERISTIK HABITAT
MIKRO DAN KANDUNGAN BIOAKTIF DAUNNYA
ANISA AGUSTINA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Konservasi Tabat Barito
di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Ditinjau dari Karakteristik Habitat
Mikro dan Kandungan Bioaktif Daunnya adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Anisa Agustina
NIM E351120161
RINGKASAN
ANISA AGUSTINA. Konservasi Tabat Barito di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango Ditinjau dari Karakteristik Habitat Mikro dan Kandungan Bioaktif
Daunnya. Dibimbing oleh ERVIZAL A.M. ZUHUD dan LATIFAH K.
DARUSMAN
Tabat barito (Ficus deltoidea Jack.) merupakan salah satu tumbuhan
berkhasiat obat yang telah lama digunakan secara turun temurun oleh masyarakat
sebagai afrodisiak bagi wanita (Kristina 2007). Berawal dari pengetahuan
etnobotani tersebut, telah banyak dilakukan penelitian-penelitian terkait aspek
farmakologi/fitokimia dalam hal potensinya untuk pengobatan, antara lain sebagai
antimikroba alami, radang paru-paru, diabetes, hipertensi, diare, asam urat serta
antitumor (Darusman et al. 2003; Musa 2006; Kustiawan 2007; Adam et al. 2009;
Draman et al. 2012). Pengetahuan etnobotani dan pemanfatan tabat barito
terutama banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan industri jamu di Kalimantan.
Sementara itu, masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(TNGGP) sendiri belum memanfaatkan tumbuhan ini untuk pengobatan penyakit
tertentu. Stimulus alamiah dan stimulus manfaat dari tabat barito yang belum
terdokumentasi dan tersosialisasikan dengan baik menjadikan nilai manfaatnya
belum dirasakan baik oleh pihak balai besar TNGGP maupun masyarakat.
Penelitian dilakukan terhadap karakteristik habitat mikro dan kandungan
bioaktif daunnya, sebagai stimulus alamiah dan stimulus manfaat tabat barito,
diharapkan mampu menggali nilai manfaat dari tabat barito, sehingga
menumbuhkan stimulus rela untuk melakukan sikap dan aksi konservasi.
Penelitian ini bertujuan untuk: i) mengkaji karakteristik habitat mikro tabat barito
dan mengidentifikasi berbagai spesies tumbuhan inangnya di Resort
Mandalawangi TNGGP, ii) mengkaji sifat kimia media tumbuh tabat barito dari
berbagai spesies tumbuhan inang, iii) mengkaji kandungan bioaktif dan tingkat
toksisitas daun tabat barito dari berbagai spesies tumbuhan inang, iv) mengkaji
interaksi antara karakteristik habitat mikro dan media tumbuhnya terhadap
kandungan bioaktif dan tingkat toksisitas daun tabat barito.
Tabat barito di Resort Mandalawangi TNGGP merupakan tumbuhan epifit
yang ditemukan hingga elevasi 1800 mdpl. Tabat barito tumbuh pada kisaran suhu
18,3°C-23,1°C, kelembaban udara relatif 80-84%, pada kisaran kelerengan 4-24%
dengan arah lereng bervariasi. Eksplorasi yang dilakukan memperoleh 178
individu tabat barito yang berasal dari 100 individu tumbuhan inang. Tabat barito
tidak memiliki tumbuhan inang yang spesifik, dimana terdapat 31 spesies yang
menjadi inang dari tabat barito. Berbagai spesies tumbuhan inang tersebut
memiliki karakteristik kulit batang yang sama yaitu memiliki permukaan yang
kasar mengelupas maupun beralur. Media tumbuh tabat barito pada tumbuhan
inangnya terbentuk dari dekomposisi kulit batang yang lapuk serta daun-daun
yang jatuh dan menumpuk pada perakarannya.
Media tumbuh tabat barito dengan berbagai tahap dekomposisi dari bahan
organik di dalamnya, menjadikan media tumbuh memiliki kisaran pH dalam
kriteria asam hingga sangat asam. Pada kondisi tersebut, tabat barito tetap
memiliki pertumbuhan yang baik, dengan dedaunan yang tumbuh lebat, berwarna
hijau tua terang dan batang yang kokoh. Hal ini menunjukkan bahwa tabat barito
toleran terhadap pH media tumbuh yang asam hingga sangat asam. Kondisi media
tumbuh tabat barito yang asam hingga sangat asam diduga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kandungan bioaktifnya. Berdasarkan hasil uji
fitokimia, hampir semua metabolit sekunder ditemukan pada sampel daun tabat
barito yang diuji, yaitu flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid dan steroid.
Keberadaan metabolit sekunder pada daun tabat barito mempengaruhi
tingkat toksisitasnya, dimana seluruh ekstrak etanol daun tabat barito dari keempat
sampel yang diuji masuk ke dalam kategori toksik karena memiliki nilai LC50 <
1000 ppm. Nilai LC50 dari sampel yang diuji berada pada rentang yang cukup
luas, yaitu dari nilai 35,3883 ppm sampai dengan 576,706 ppm. Nilai LC50 dari
tumbuhan inang riung sebesar 35,3883 ppm mendekati kategori sangat toksik,
sehingga paling berpotensi untuk digunakan sebagai antikanker jika dibandingkan
sampel lainnya yang diuji. Pengaruh spesies tumbuhan inang tersebut diduga
dipengaruhi oleh peran pelapukan kulit batang sebagai salah satu komponen
penyusun media tumbuh tabat barito serta terdapatnya bahan-bahan kimia pada
pepagan/kulit batang yang larut dalam air dan berpengaruh terhadap tumbuhan.
Kata kunci: tabat barito, habitat mikro, kandungan bioaktif, toksisitas
SUMMARY
ANISA AGUSTINA. Conservation of Tabat Barito in Mount Gede Pangrango
National Park Reviewed from Micro Habitat Characteristics and Leaves
Bioactive Compounds. Supervised by ERVIZAL A.M. ZUHUD and LATIFAH
K. DARUSMAN.
Tabat barito (Ficus deltoidea Jack.) is one of the medicinal plants that
have long been used from generation to generation as an aphrodisiac for women.
Based on ethnobotanical knowledge, there have been many researches carried out
related to pharmacology/phytochemicals aspects in terms of its potential for
treatment of, among others, as a natural antimicrobial, antitumor, treat pneumonia,
diabetes, hypertension, diarrhea and uric acid (Darusman et al. 2003; Musa 2006;
Kustiawan 2007; Adam et al. 2009; Draman et al. 2012). Ethnobotanical
knowledge and utilization of tabat barito primarily utilized by local communities
and herbal medicine industry in Borneo. Meanwhile, local community around the
National Park of Mount Gede Pangrango (TNGGP) does not take advantage of
this plant for the treatment of certain diseases. Natural stimulus and benefits
stimulus of tabat barito that haven't been documented and well socialized makes
the benefits value have not been felt by both the Great Hall of TNGGP and local
communities.
Research conducted on micro habitat characteristics and leaves bioactive
compounds, as a natural stimulus and benefits stimulus of tabat barito are
expected to explore the benefits value of tabat barito, so as to grow a willingly
stimulus to do conservation attitudes and actions. This study aimed to: i) study
microhabitat characteristics of tabat barito and identify the various species of tabat
barito host plants in Resort Mandalawangi TNGGP, ii) study the chemical
properties of tabat barito growing media from different host plant species, iii)
study bioactive compounds and the toxicity levels of tabat barito leaves from
different host plant species, iv) study interaction between microhabitat
characteristics and growing media on the bioactive compounds and toxicity levels
of tabat barito leaves.
Tabat barito in Resort Mandalawangi TNGGP is an epiphytic plants that
can be found until elevation 1800 mdpl. Tabat barito grow at air temperature
range between 18,3°C-23,1°C, relative humidity between 80% -84% and slope 424 % with the varies direction. Exploration that conducted obtaining 178
individuals of tabat barito derived from 100 individual host plants. Tabat barito
does not have specific host plants, where there are 31 species are hosts of tabat
barito. A variety of host plant species have the same bark characteristics that have
a rough surface, flaking or grooved. Growing media of tabat barito on their host
plants formed from decomposition of rotten bark and leaves that falled and piled
on their roots.
Growing media of tabat barito with the various stages of decomposition
from materials organic in it, make growing media have pH range in criteria acid to
very acid. In these conditions, tabat barito still showed good growth, with foliage
that grows in dense, leaves are dark green light and has sturdy stems. This is
indicates that tabat barito tolerant to growing media with pH range in criteria acid
to very acid. Growing media condition of tabat barito in criteria acid to very acid
is thought to be one of the factors that influence bioactive compounds. Based on
the test phytochemical, almost all secondary metabolites found in samples of
leaves tabat barito tested, which is flavonoids, saponins, tannins, triterpenoids and
steroids.
The existence of secondary metabolites affect the toxicity level of tabat
barito leaves, where all ethanol extract of tabat barito leaves from fourth sample
tested were included in toxic category because it has LC50 values